Re: [FISIKA] ledakan matahari

2010-09-24 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Pak Menteri Pertahanan Inggris ini nampaknya masih menggunakan prediksi lama, 
seperti dari Simposium Fisika Matahari 22 - 23 Mei 2008. Pada saat simposium 
itu berlangsung, siklus Matahari ke-24 belum dimulai (baru dimulai pada 
Desember 2008) sehingga data-data yang tersaji pada saat itu masih merupakan 
data aktivitas Matahari di siklus ke-23 yang mencapai puncaknya pada tahun 
2000/2001.

Sementara data dari siklus ke-24 memperlihatkan trend sangat berbeda. Sepanjang 
2009 misalnya, satelit pengamat Matahari SOHO mencatat ada 260 hari di mana 
Matahari spotless (alias tanpa dihiasi bintik/jerawat Matahari). Ini merupakan 
rekor tersendiri sepanjang 100 tahun terakhir dengan mengecualikan data tahun 
1913. Jumlah bintik Matahari berkorelasi langsung dengan aktiovitas Matahari 
dan intensitas penyinarannya di Bumi, sehingga jumlah bintik yang sedikit 
menandakan Matahari yang lebih kalem.

Prediksi terbaru yang dikeluarkan NOAA alias BMKG-nya AS menyebutkan dalam 
siklus ke-24 ini (yang akan berumur 10,4 tahun), puncak aktivitas Matahari 
terjadi pada April/Mei 2014 (jadi bukan tahun 2013) dengan BBM (bilangan bintik 
Matahari) +/- 40 atau hanya sepertiga BM tahun 2000/2001. Kalemnya aktivitas 
Matahari di siklus ke-24 ini mungkin merupakan faktor utama yang menyebabkan 
anomali iklim secara global, dimana kita saat ini sebenarnya sedang memasuki 
tahapan global cooling. Prediksi dari pak Dhany Herdiwijaya (astronom 
Indonesia) juga menampilkan hal yang sama.

Lebih lengkapnya silahkan dibaca di : 
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/08/101397/18/Snowmageddon-Banjir-dan-Matahari-Tenang

Salam,

Ma'rufin


--- On Wed, 9/22/10, Den Bagusnya mili...@yahoo.com.sg wrote:

From: Den Bagusnya mili...@yahoo.com.sg
Subject: [FISIKA] ledakan matahari
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, September 22, 2010, 8:02 AM







 



  



  
  
  Mohon para pakar astronomi, 

apakah berita seperti ini benar?

terima kasih



•Awas, Serangan Matahari Terhadap Bumi Komunikasi Bisa Mati

http://internasional.kompas.com/read/2009/09/20/22434639/Awas..Serangan.Matahari.Terhadap.Bumi.Komunikasi.Bisa.Mati



KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Inggris Liam Fox membuat pernyataan di 
konferensi emergensi di London, kemarin. Menurutnya, tiga tahun lagi bakal ada 
ledakan begitu dahsyat di Matahari. Energi sebesar itu bakal melumpuhkan Bumi. 
Kondisi kaos akan terjadi gara-gara ledakan itu, kata Fox.



Menurut Fox, ledakan itu mengakibatkan pembangkit listrik hancur, sistem 
komunikasi rusak, pesawat terbang jatuh, pasokan makanan hancur, dan jaringan 
internet mati total. Bencana kerusakan itu seperti terjadi pada 1859 ketika 
ledakan mahadasyat terjadi di Matahari, imbuhnya.



Di dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Dewan Keamanan Infrastruktur 
Kelistrikan informasi soal ledakan itu mengemukan. Para pakar itu mengatakan 
kalau Matahari bakal mencapai puncak krisis peredarannya pada 2013. Dampaknya 
adalah energi magnetik dari Matahari akan menjadi besar sehingga memicu radiasi 
badai. Akibatnya, terjadi kobaran api di alam semesta. 



Kondisi seperti itu, menurut para pakar lagi terjadi setiap 100 tahun sekali. 
Pada kejadian 1859, sekitar dua pertiga langit yang terlihat dari Bumi menjadi 
merah membara. Kondisi seperti ini bakal terjadi lagi dengan memicu terjadinya 
badai di beberapa kota modern seperti London, Paris, dan New York, kata mereka 
sembari menambahkan kalau pada 1989 kejadian padamnya pembangkit listrik di 
Quebec, Kanada adalah gejala dari ledakan tersebut.



Kendati demikian, sebagaimana warta The Sun pada Selasa (21/9/2010), Fox 
meminta para pakar dalam konferensi itu menyusun strategi masa mendatang. Kita 
sekarang mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi tapi kita juga 
menciptakan kondisi mudah diserang yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh kita, 
katanya.



Sementara itu salah seorang peserta yang juga mantan penasihat dewan pertahanan 
AS Dr Avi Schnuur mengatakan,Badai geomagnetik akan menghantam Bumi. Kita tak 
bisa menunggu untuk membiarkan hal itu terjadi.



Sementara itu, pihak peneliti dari Universitas Santo Andreas, Inggris, 
mengatakan Bumi akan dilanda hujan permata. Hujan itu terjadi lantaran 
debu-debu luar angkasa terkena ledakan geomagnetik tersebut.






 





 



  






  

[FISIKA] Re: Global Warming......di Papua udara masih segar.....

2009-01-21 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Venus hanya sebagai analogi, tentang bagaimana situasi sebuah dunia kecil 
yang mendadak harus menerima CO2 secara berlebih. Kata kunci yang menghubungkan 
antara global warming di Bumi dengan situasi Venus dan kiamat ya CO2 ini.

Singkat saja, dari sejarah tumbukan benda langit yang terekam dengan baik pada 
lapisan2 kulit Bumi, mekanisme pemusnahan massal makhluk hidup terletak pada 
berlebihnya kadar CO2, meski SO2 dan NxOy juga nggak bisa dikesampingkan. 
Musnahnya 75 % populasi makhluk hidup pada peristiwa 65 juta tahun silam, dan 
98 % makhluk hidup pada 250 juta tahun silam, mayoritas dikendalikan oleh 
berlebihnya kadar gas-gas ini di atmosfer. Beruntung Bumi kita masih punya 
medan magnetik, sehingga hancurnya atmosfer tidak membuat partikel2 energetik 
yang diproduksi dalam badai Matahari menjadi bebas hambatan untuk menghajar 
permukaan Bumi secara mematikan. 

Dan kunci untuk mengendalikan CO2 di Bumi ini, ada pada kita, manusia. Jika 
konsentrasi CO2 terus bertambah secara linier sesuai dengan rate sekarang, maka 
pada 2070 - 2100 kelak kita akan menjumpai kondisi dimana kadar CO2 telah mampu 
menyekap panas demikian banyak sehingga 30 % populasi makhluk hidup di Bumi 
yang sensitif akan perubahan suhu 1-2 derajat takkan  bertahan. Rate 30 % ini 
sama dengan yang  dihasilkan tumbukan benda langit 35 juta tahun silam, yang 
masing2 membentuk kawah Chesapeake Bay di New York (diameter 95 km) dan kawah 
Popigai di Russia timur (diameter 100 km). 

Konsentrasi CO2 di atmosfer akan bertambah lebih cepat andaikata ada yang iseng 
memulai perang berskala besar sambil membakar tanki-tanki penyimpanan minyak 
raksasa yang ada di Bumi ini (maaf saja, yang di Plumpang itu kemarin bukan 
apa-apa, cuman bisul di punggung gajah). R.P Turco, E. Toon, Pollack, Ackerman 
dan Carl Sagan mengtung pada 1984, andaikata hal ini terjadi, shu Bumi akan 
melorot drastis hingga 25 derajat di bawah nilai rata-ratanya sekarang (alias 
mengalami musim dingin nuklir) sebelum naik kembali secara dramatis ke angka 35 
derajat dari nilai pas musim dingin ekstrim itu.

Salam,


Ma'rufin





From: USMAN SETIYANTO usanto...@yahoo.co.id
To: astronomi_indone...@yahoogroups.com
Sent: Friday, January 16, 2009 9:49:07 PM
Subject: [astronomi_indonesia] Re: Global Warming..di Papua udara masih 
segar.


Salam sejahtera!
 
wah...menarik sekali diskusi ini;di Papua...masih luas hutannya, walau sudah 
mulai digunduli oleh orang2 yg haus  rakus kekayaan duniawi. dan tidak 
peduli dgn global warming!!!
 
lalu apa hubungan Global Warming - Venus - Kiamat?
 
Salam dari Teluk Bintuni
===USman===

--- Pada Sen, 5/1/09, Ma'rufin Sudibyo maruf...@yahoo. com menulis:

Dari: Ma'rufin Sudibyo maruf...@yahoo. com
Topik: [astronomi_indonesi a] Re: [IndoEnergy] Re: Global Warming
Kepada: indoene...@yahoogro ups.com
Cc: Fisika fisika_indonesia@ yahoogroups. com, Forum Pembaca Kompas 
forum-pembaca- kom...@yahoogrou ps.com, Himpunan Astronom Amatir Jakarta 
haa...@yahoogroups. com, Astronomi Indonesia astronomi_indonesia 
@yahoogroups. com, Jogja Astroclub jogja_astroclub@ yahoogroups. com, 
Iffah a.if...@gmail. com, Sulistyowati al_i...@yahoo. co.id, Ihda 
brother_ihda@ yahoo.co. id, Ayah Abdillah H abdill...@gmail. com
Tanggal: Senin, 5 Januari, 2009, 10:45 PM


Ya, tentu saja tak ada yang salah dengan CO2 di atmosfer Bumi. Itu bukan gas 
setan. Namun menjadi bermasalah ketika konsentrasinya menjadi terlalu banyak.

Mari kita lihat kasus pemusnahan massal 65 juta tahun silam, yang menyebabkan 
sedikitnya 75 % populasi makhluk hidup penghuni Bumi punah. Alvarez et.al 
(1980) menyebutkan pemusnahan massal ini sangat terkait dengan eksistensi 
lapisan lempung hitam tipis nan kaya Iridium yang ditemukan terjepit di sedimen 
zaman Karbon dan Paleosen, yang kemudian diketahui memiliki hubungan dengan 
terbentuknya Megastruktur Chicxulub di Semenanjung Yucatan, kawah raksasa 
produk tumbukan benda langit. Memang timing terbentuknya Megastruktur Chicxulub 
dengan pemusnahan massal itu ada selisih waktu 0,3 juta tahun. Namun dari 
jejak-jeka di lapisan tipis lempung hitam itu diketahui bahwa pemusnahan massal 
terjadi akibat adanya perubahan lingkungan dramatis yang diawali dengan musim 
dingin nuklir selama 8 - 20 tahun (ingat hipotesis TTAPS alias Turco, Toon, 
Pollack, Ackerman dan Sagan), dimana suhu udara turun hingga titik yang 
membekukan akibat terhalangnya radiasi sinar
 Matahari oleh sebaran debu-debu di atmosfer, yang kemudian disusul dengan 
pemanasan global selama ribuan tahun kemudian dimana suhu rata-rata Bumi 
meningkat hingga 10 derajat Celcius dari nilainya semula. Aherns  O' Keefe 
(1990) dari NASA menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfer pada saat 
peristiwa itu mencapai 1,5 % alias 15.000 ppm atau 44 kali lipat di atas nilai 
sekarang (340 ppm, rata-rata). 

Dalam hal pemanasan global untuk konteks kekinian di Bumi, kita bisa juga 
berkaca pada apa yang terjadi di planet kembaran kita

[FISIKA] Fw: Catastrophic Coincidence: Second Ever Example Of Contemporaneous Meteorite Impact And Flood Volcanism Discovered

2009-01-11 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Satu lagi kejadian tumbukan benda langit dan vulkanisme basalt yang koinsidens 
waktunya. Dan baru berlangsung kemarin sore' (30 juta tahun silam), bandingkan 
dengan kejadian tumbukan yang membentuk kawah Chicxulub dan banjir lava basal 
di Dekan yang muncul 65 juta tahun silam. Dan yang membedakannnya lagi, 
pembentukan Struktur Logoisk (diameter 17 km) dengan vulkanisme basalt Afro 
Arabia di Yaman pada 30 juta tahun silam ini 'hanya' menyemburkan 30 milyar ton 
gas sulfurdioksida, belum seberapa dibandingkan massa 8.000 milyar ton gas SO2 
yang disemburkan Chicxulub (diameter asli 300 km) dan vulkanisme Dekan pada 65 
juta tahun silam, event yang diyakini menghasilkan peristiwa pemusnahan massal 
dimana 75 % populasi makhluk hidup tersapu dari muka Bumi, termasuk kadal 
raksasa alias dinosaurus.


Dan satu lagi yang membedakan, bila kejadian 65 juta tahun silam berada dalam 
sistem podal-antipodal planet Bumi (silahkan direkonstruksikan posisi Kawah 
Chicxulub dan pusat semburan banjir lava basalt Dataran Tinggi Dekan pada 65 
juta tahun silam, maka akan kita dapatkan kawah raksasa produk tumbukan benda 
langit berdiameter minimal 10 km tersebut tepat berada di titik lawan 
(antipodal) pusat banjir lava basalt Dekan dalam globe Bumi), Struktur Logoisk 
dengan pusat vulkanisme basalt Afro Arabia tidaklah demikian. Sehingga tidak 
jelas benar apakah tumbukan Logoisk yang memicu aktivitas vulkanisme basalt 
Afro Arabia, atapun meningkatkan intensitas aliran lava dari mantel Bumi. 
Sebagai pembanding, dalam kejadian 65 juta tahun silam, aktivitas vulkanisme 
basalt di Dataran Tinggi Dekan telah berlangsung lebih dulu dibanding kejadian 
tumbukan Chicxulub. Namun tumbukan benda langit tersebut menghasilkan gelombang 
seismik cukup kuat yang di titik antipodal
 kawah tumbukan terkumpul (terfokuskan) kembali dan memanaskan lapisan selubung 
Bumi setempat secara adiabatik, sehingga meningkatkan aliran keluar lava basalt 
di Dataran Tinggi Dekan. Volume banjir lava basalt kian membesar ketika -- ini 
masih hipotesis -- di dekat pusat semburan lava ini pun terbentuk kawah 
tumbukan raksasa berdiameter 600 km (!) yang kita kenal sebagai Struktur Shiva. 

So, inilah mekanisme pemusnahan massal itu. Ketika komet/meteor raksasa (dengan 
diameter minmal 10 km) jatuh membentur permukaan Bumi, gelombang seismik yang 
diproduksinya cukup kuat untuk terfokuskan kembali pada titik antipodalnya, dan 
memicu aktivitas vulkanisme areal berupa banjir lava basalt di sana. Kombinasi 
emisi gas CO2 dan SO2 yang dihembuskan dari kedua peristiwa tersebut, disamping 
debu2 vulkanik dan mikrotektit produk tumbukan yang menggelapkan atmosfer, 
itulah yang mengiamatkan kehidupan di permukaan Bumi, sebagaimana terjadi pada 
250 juta tahun silam dan 65 juta tahun silam.

Salam,


Ma'rufin



- Forwarded Message 
Subject: Catastrophic Coincidence: Second Ever Example Of Contemporaneous 
Meteorite Impact And Flood Volcanism Discovered


Catastrophic Coincidence:  Second Ever Example Of Contemporaneous Meteorite 
Impact And Flood Volcanism Discovered
ScienceDaily (Jan. 7, 2009) — Scientists have discovered only the second 
example of a meteorite
impact that occurred at the same time as massive volcanic activity, in
research published in the Journal of the Geological Society the week of
Jan 12. The first time such a coincidence was observed, at the
Cretaceous-Tertiary boundary, was the catastrophic event thought to be
responsible for the extinction of the dinosaurs, 65 million years ago.
This new event, uncovered after the 17 km diameter Logoisk impact
structure in Belarus was precisely dated, is thought to have taken
place around 30 million years ago. The crater was dated using argon
isotopes, and found to have occurred at a similar time to a period of
massive volcanism known as the Afro-Arabian flood volcanism, which
started in NW Yemen at around 30.9 Mya, and SW Yemen at around 29.0
Mya. 
The impact also coincides broadly with a period of sudden global
cooling and sea level fluctuation. The researchers, led by Sarah
Sherlock at the Open University, argue that massive volcanic eruptions
and meteorite impacts are likely to have coincided much more frequently
than has previously been thought, but because the preservation of
impact craters on Earth is poor much of the evidence for these
coincidences is lost.
The relationships between meteorite impact craters, volcanism and
changes in climate is a subject of much debate among scientists. Prior
to the study, only one example of an impact coinciding with volcanism
had been found: the Chicxulub and Boltysh impacts and the Deccan Traps
flood volcanism, all of which occurred at the Cretaceous-Tertiary
boundary. In 2002, the discovery of their coincidence with a global
mass extinction led to debate over the causative links between
meteorite impacts, volcanism and mass extinction events, and fuelled
the search for more impacts at stratigraphic boundaries.
Unlike the Cretaceous-Tertiary 

[FISIKA] Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden SBY Pilih Kasih kepada Korban Gempa

2009-01-07 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Ya memang mengherankan dan menyebalkan. Gempa Gorontalo 17 November 2008 silam 
itu memang 'hanya' memiliki magnitude Mw 7,3 (bandingkan dengan Gempa Sorong 4 
Januari 2009 yang magnitudenya Mw 7,6). Namun gempa Gorontalo lebih berdampak 
ke masyarakat setempat, mengingat menurut USGS Landscan 2005 terdapat 
sekurangnya 200 ribu jiwa yang bermukim di wilayah yang mengalami guncangan 
berskala 7 - 8 MMI alias setara dengan guncangan kuat yang menghantam Bantul 
dan sekitarnya dalam kejadian gempa Yogya 27 Mei 2006 silam. Sementara untuk 
kasus Gempa Sorong, juga ada 200 ribu jiwa yang terdampak, namun untuk 
intensitas guncangan yang lebih rendah yakni 'hanya' 5 - 6 MMI. Di sini 
seharusnya administrasi SBY (untuk tidak mengatakannya rezim) musti memiliki 
pengetahuan mendasar bahwa yang krusial dalam dampak gempa ke populasi adalah 
intensitas guncangannya (yang dinyatakan dalam skala MMI), bukan sekedar 
magnitudenya semata. Dan peta intensitas guncangan macam gini
 mudah sekali didapatkan, baik lewat BMKG maupun lewat USGS.

Memamg secara politis magnitude Gempa Sorong jauh lebih tinggi, mengingat fokus 
dunia internasional lebih menyorot ke Papua ketimbang wilayah lainnya di 
Indonesia. Namun jika menggunakan paradigma politik sebagai panglima dalam 
prosedur penanganan bencana, mau jadi apa negeri ini ? mau mengulangi borok 
Lapindo lagi ?

Ya inilah tantangan ke depan bagi organisasi2 macam HAGI, IAGI dan AGI2 
lainnya, untuk terus mengadvokasi dan mempersuasi administrasi pemerintahan 
soal penanganan bencana geologi. Nyaris sepanjang usia berdirinya republik ini, 
kita senantiasa mengalami bencana geologi dalam wujud gempa bumi. Jika 
penanganannya tidak kunjung membaik dari waktu ke waktu, ya banyak yang 
dipertaruhkan di masa depan...

Salam,


Ma'rufin





From: Agus Hamonangan agushamonan...@yahoo.co.id
To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, January 7, 2009 11:21:43 PM
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden SBY Pilih Kasih kepada Korban Gempa


http://www.kompas. com/index. php/read/ xml/2009/ 01/06/19181161/ presiden. 
sby.pilih. kasih.pada. korban.gempa. .

PALU, SELASA — Bupati Buol Amran Natalipu dan mantan Direktur
Eksekutif Persatuan Bantuan Hukum Rakyat Sulawesi Tengah Muammar A
Koloi menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pilih kasih dalam
menangani korban gempa. SBY lebih mementingkan pencitraan diri di luar
negeri dalam menanggapi bencana Monokawari, Papua Barat. 

Ketimbang gempa Buol, Gorontalo, dan Toli-Toli November lalu yang
skala dan kerusakannya lebih besar, Presiden jauh lebih tanggap
memerhatikan bencana di Manokwari dengan langsung mengirim empat
menteri dan bantuan, kata Amran Natalipu, Selasa (6/1) . 

Amran dan Muammar mengungkapkan, hingga lebih sebulan gempa Buol yang
menyebabkan 1.500 rumah rusak, perwakilan pusat yang datang dari
Kementrian PU hanya staf di bawah dirjen. Tak satu pun menteri yang
berkunjung.

Senin lalu, atau cuma selang sehari setelah gempa di Manokwari, empat
menteri tiba dengan membawa bantuan bahan makanan, obat-obatan,
peralatan saat darurat, dan sejumlah uang tunai untuk para korban.
Mereka adalah Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Menteri Kesehatan Siti
Fadilah Supari, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri
Perhubungan Jusman Safeii Djamal, ditambah Ketua Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif.

Amran dan Muammar mengingatkan, Manokwari dan Buol sama-sama bagian
dari NKRI dan sama-sama warga Indonesia. Anehnya, bencana di Manokwari
jauh lebih diperhatikan. Asas keadilan seperti diabaikan,'' katanya.

Reny Sri Ayu Taslim 




  

[FISIKA] Bulan Baru dan Purnama Jadi Alternatif Peringatan Dini

2009-01-06 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Bulan Baru dan Purnama Jadi Alternatif Peringatan Dini 
Selasa, 6 Januari 2009 | 21:53 WIB


BANDUNG — Fenomena bulan baru dan bulan purnama berpotensi dijadikan alternatif
lain sistem peringatan dini menjelang kejadian bencana alam gempa bumi.
Fenomena bulan baru dan purnama dikatakan berpotensi menyebabkan
pelepasan energi di lempeng bumi.
Demikian dikatakan Kepala Pusat
Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin, Selasa (6/1), terkait alternatif
astronomi dalam sistem peringatan dini gempa bumi.
Menurut
Thomas, hal itu disebabkan perbedaan dua arah gaya bumi, menuju dan
menjauhi bulan atau matahari. Hal itu dikatakannya rentan mengganggu
atau melepaskan energi dalam struktur lempeng bumi, khususnya di daerah
perbatasan waktu pagi dan magrib.
Dengan adanya kejadian ini, sangat mungkin lempengan yang sudah rawan lantas 
bergerak, katanya.
Bulan
purnama, dikatakan Thomas, terjadi ketika bumi berada di antara bulan
dan matahari. Untuk Januari 2009, bulan purnama pada tanggal 11
Januari. Sementara itu, bulan baru ketika bulan berada di antara
matahari dan bumi dan terjadi tanggal 26 Januari 2009.
Thomas
memberikan beberapa contoh gempa bumi yang terjadi di Indonesia
beberapa waktu terakhir. Beberapa di antaranya bahkan berkekuatan
tinggi dan memakan banyak korban jiwa.
Di antaranya, gempa Alor
pada 12 November 2004 terjadi menjelang bulan baru, 28 Ramadhan 1425
dan gempa Nabire pada 26 November 2004 terjadi menjelang purnama, 13
Syawal 1425.
Selain itu, gempa Aceh pada 26 Desember 2004 terjadi
saat purnama, 14 Dzulqaidah 1425; gempa Simeulue pada 26 Februari 2005
terjadi setelah purnama, 16 Muharram 1426; dan gempa Nias pada 28 Maret
2005 terjadi setelah purnama, 17 Safar 1426. Gempa Mentawai pada 10
April 2005 terjadi pada bulan baru, 1 Rabiul Awal 1426, dan gempa Yogya
pada 27 Mei 2006, terjadi menjelang bulan baru, 29 Rabiuts Tsaniah
1427, juga termasuk di dalamnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan
agar para ahli dan pakar gempa bumi bisa menimbang hal ini sebagai
salah satu sumbangan peringatan dini gempa bumi. Diharapkan, dalam
bulan baru dan purnama, kewaspadaan bisa ditingkatkan. Tujuannya, agar
kejadian gempa bumi tidak menimbulkan korban.
Bagi masyarakat,
hal ini bisa dijadikan pegangan. Bagi mereka yang hidup di daerah rawan
bencana gempa bumi, hal ini merupakan sumbangan peringatan dini
lainnya. Dengan begitu, mereka diharapkan bisa mandiri mempersiapkan
sebelumnya atau menyelamatkan diri ketika terjadi gempa bumi.


  

[FISIKA] Sorong, Sebuah Catatan Bertajuk 7,6 Mw

2009-01-04 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Catatan dimulai dari 4 Januari 2009 pukul 04:44 WIT, ketika sebuah guncangan 
kuat menggoyang kepala burung pulau Irian. USGS National Earthquake Information 
Center menempatkan gempa ini pada magnitude 7,6 Mw dan dikategorikan sebagai 
gempa besar dengan pelepasan energi seismik mencapai 3.700 kiloton TNT atau 185 
kali lipat lebih dahsyat ketimbang bom Hiroshima. Hingga 12 jam kemudian telah 
tercatat sedikitnya 21 gempa susulan. Sejauh ini baru 1 orang tewas, 2 orang 
masih tertimbun di Hotel Mutiara, 4 orang luka-luka serta beragam bangunan 
roboh ataupun retak-retak, seperti misalnya kantor Gubernur Irian Jaya Barat.

Plotting posisi episentrum gempa utama dan gempa-gempa susulannya menunjukkan 
Gempa Sorong ini berpusat di daratan, tepatnya di lintasan sesar Sorong. 
Merujuk mekanisme fokal dari USGS, gempa ini ditimbulkan oleh pematahan naik 
(thrust faulting) sepanjang 150 km dengan luas segmen batuan yang terpatahkan 
mencapai 4.000 km persegi, yang secara rata-rata mengalami pergeseran total 
(total slip) sebesar 2,5 meter. Angka ini berbeda jauh dengan estimasi Pusat 
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Dept. ESDM yang menempatkan luasan 
patahan sebesar 28.600 km persegi atau 7 kali lipat lebih besar, yang 
berkorelasi dengan total slip 7 m. Mana yang lebih tepat tentunya musti dicek 
berdasarkan jejak-jejak rupture di lapangan, yang kemungkinan besar terekspos 
di permukaan mengingat hiposentrum gempa ini dangkal (yakni 35 km menurut 
USGS). Namun jika merujuk pada pengalaman gempa dengan magnitude hampir sama, 
seperti Samudera Hindia 17 Juli 2006 (7,7 Mw) maupun
 Mentawai 1935 (7,7 Mw), nilai total slipnya rata-rata tidak melebihi 3 meter.

Di tengah musibah ini, patut disyukuri bahwa gempa ini tidak terjadi di laut, 
mengingat ada bagian sesar Sorong yang berada di dasar Teluk Cenderawasih. 
Andaikata sumber gempa ada di dasar teluk, maka dengan dislokasi vertikal 
rata-rata sebesar 150 cm akan diikuti dengan terbentuknya tsunami merusak 
dengan energi 3,92 kiloton dengan tinggi gelombang 1,3 meter pada pantai 
berjarak 50 km dari episentrum. Ini tentu cukup merusak. Di masa silam pesisir 
utara Pulau Irian, khususnya pulau Biak dan sekitarnya, pernah dihantam tsunami 
merusak pada 17 Februari 1996 yang menyebabkan 108 orang tewas. 

Gempa ini menghasilkan guncangan berintensitas 9 MMI di sumbernya. Namun di 
kota Sorong dan Manokwari, dua pusat pemukiman terdekat dengan sumber gempa, 
intensitas gempa tercatat hanya 5 MMI yang berkorelasi dengan percepatan tanah 
maksimum 4 - 6 % G. Angka ini cukup kecil sehingga tidak sampai meruntuhkan 
bangunan setempat. USGS Landscan 2005 menyebut ada 200 ribu jiwa yang mendiami 
wilayah yang terkena guncangan lebih dari 5 MMI, sehingga potensi korban jiwa 
memang ada, namun diestimasikan kecil. Demikian pula dengan potensi korban 
luka-luka. Sementara kerusakan infrastruktur sejauh ini belum bisa 
diestimasikan.

Gempa Sorong meletup di lintasan sesar Sorong, sebuah patahan transformasi nan 
panjang yang membentuk Kawasan Indonesia bagian Timur mulai dari Pulau Irian 
hingga Pulau Sulawesi, yang muncul sebagai hasil interaksi kompleks antara 
lempeng Pasifik yang mendesak ke arah barat daya dengan kecepatan 11 cm/tahun 
dengan lempeng Australia yang bergerak ke utara dnegan kecepatan 6 cm/tahun. 
Sesar Sorong ini tergolong sesar aktif dan berulangkali menjadi sumber gempa 
yang merusak di kawasan Pulau Irian, Kepulauan Maluku, maupun Sulawesi bagian 
timur (Kep. Banggai dan Sula). Namun Pulau Irian tidak hanya punya sesar Sorong 
saja, masih ada pula sesar Tarera Aiduna yang bertanggung jawab atas gempa 
Nabire 2004, serta sesar Ransiki dan sesar-sesar yang membujur di sepanjang 
Pegunungan Jayawijaya.

Persoalannya sekarang, 70 % pusat hunian manusia Indonesia berada di atas 
lembah/daratan yang terbentuk oleh aktivitas patahan, sebagian di antaranya 
diketahui aktif dan sebagian lagi belum jelas statusnya. Sementara sebagian 
besar bangunan di pusat-pusat hunian ini mempunyai daya tahan nan buruk 
terhadap guncangan gempa. Perhitungan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana 
Geologi Dep. ESDM menunjukkan, untuk Pulau Jawa saja, guncangan gempa dengan 
magnitude 4,8 - 5,2 Mw (alias 5 skala Richter) sudah cukup mampu membuat 
kerusakan signifikan, sebagaimana yang terbukti dalam petaka Gempa Yogya 27 Mei 
2006 silam yang merenggut 6.000 korban jiwa, padahal magnitudenya tergolong 
kecil (hanya 6,4 Mw). Maka prioritas mitigasi bencana gempa, mau tak mau 
adalah bagaimana menytelematkan manusianya, bukan bangunannya.

Inilah yang harus terus menerus kita latih dan lakukan. Waspada dan berlatih 
siaga adalah your earthquake early warning systems. Sebab gempa-gempa lain 
setelah Gempa Sorong pasti akan terjadi, dan salah satunya mungkin akan terjadi 
di tempat tinggal kita. Itu hanya masalah waktu saja.

Catatan usai.

Salam,


Ma'rufin



  attachment: papua_seismicity.GIF

[FISIKA] Re: Mendukung PLTN dan Risiko.

2008-12-23 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Yth. pak Bakri Arbie dan rekan2 miliser

Sekedar koreksi. Plutonium-239 (Pu-239) itu punya waktu paruh 24.000 tahun pak, 
bukan 240.000 tahun. Karena waktu paruhnya relatif kecil ini maka aktivitas 
jenisnya tinggi sehingga potensi bahaya akibat radiasinya menjadi lebih besar. 

Sekedar tambahan saja, dalam khasanah radioisotop, berlawanan dengan asumsi 
umum, sebenarnya makin kecil waktu paruh sebuah radioisotop maka potensi bahaya 
yang dikandungnya makin besar. Dan sebaliknya makin besar umur paruhnya maka 
makin kecil pula potensi bahayanya.

Sekedar tambahan pula, material yang digunakan untuk membuat blacbox pesawat, 
demikian juga dengan komponen2 sayap dan ekor pesawat, memang terbuat dari 
Uranium. Dalam bahasa teknisnya depleted uranium, alias uranium yang miskin 
kandungan U-235nya sebagai sisa dari proses pengkayaan bahan nuklir. Apakah 
masih ada radiasinya ? Tentu saja masih ada. Namun jika diperbandingkan, 
seseorang yang naik pesawat terbang jauh lebih tinggi terekspos radiasi sinar 
kosmis yang berupa partikel subatomik energetik ketimbang radiasi akibat 
depleted uranium. Terlebih lagi jika ada musim badai Matahari dalam wujud 
coronal mass ejection, yang per prediksi akan berlangsung pada 2011 - 2013 
mendatang (sesuai siklus Matahari). Dan sejauh ini, adakah yang mengeluh sakit 
radiasi karena naik pesawat ? 

Salam,


Ma'rufin




From: bakri arbie daya...@yahoo.com
To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com; Omar Trigantara 
trigantar...@yahoo.com; rahakund...@yahoo.co.uk; audi_firmans...@yahoo.com; 
Ani Sekarningsih asekarningsih2...@yahoo.com; arbie bakri 
arbieba...@yahoo.com
Sent: Tuesday, December 23, 2008 9:03:43 AM
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Mendukung PLTN dan Risiko.


Yth Bung Syarif,
 
NIMBY atau istilah not in my backyard,berasal dari debat di Amerika tentang 
bagaimana 
menyimpan limbah PLTN yang jumlahnya sekitar 104 Unit.
Negara bagian yang kebetulan punya sifat geologi yang kuat untuk penyimpanan 
bahan bakar bekas tidak mau menerima limbah dari negara bagian lainnya.Kuat 
juga otonomi daerah seperti Indonesia sekarang.
 
Inti masalahnya yang diramaikan adalah adanya Plutonium yang dikandung limbah 
tersebut
yang merupakan pemancar alpha dan berumur paruh 240.000 tahun.
Namun sesuatu yang dilupakan atau tidak diketahui banyak orang,bahwa bumi ini 
sendiri
sejak ledakan nuklir besar atau Big-Bang sudah mengandung radiasi dalam proses 
lahirnya bumi dan planet serta bintang-bintang dialam semesta ini.
Disetiap ton tanah bumi yang kita pijak ini terdapat sekitar 4 gram Uranium 238 
dan juga adalah alpha emitter,sedangkan waktu paruhnya adalah 4,5 milyar tahun.
Namun hebatnya perancang agung bahwa tanaman tidak bisa menarik Uranium 
tersebut 
karena massa atomnya yang berat yaitu sebesar 238 kali atom hidrogen.
Jadi tanaman dengan daya osmosisya hanya bisa menyedot hidrogen,carbon, 
nitrogen yang ringan-ringan saja.
 
Sewaktu saya masih di BATAN dalam rangka mencari black-box dari pesawat yang 
jatuh
di Medan,saya di tilpon Prof Diran,menanyakan risiko dari radiasi yang ternyata 
wadah dari black-box yang ternyata dibuat dari Uranium.Saya hanya mengatakan 
bahwa selama tidak termakan maka Uranium bisa dipegang tangan seperti benda 
alam biasa.
 
Definisi zat radioaktif adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion 
dengan aktivitas lebih besar dari 70.000 Becquerel per kg.Artinya apa ?
Dalam 1 gram zat dengan radiasi lebih kecil dari 70 Bq dianggap bukan zat 
radioaktif.
Maklumlah radiasi bisa dari luar angkasa dan bumi sendiri,bahkan ditubuh 
manusia saja terdapat zat radioaktif yaitu Kalium radioaktif.
Hal ini menjadi bahan guyonan Prof Edward Teller,bapak bom hidrogen yang dua 
kali
mengunjungi reaktor TRIGA di Bandung,pada saat itu saya sebagai operator 
reaktor.
Beliau mengatakan ketika kita di control room,setelah beliau cek kekuatan 
radiasi di ruangan,komentarnya adalah lebih AMAN berada di ruang ini dari segi 
radiasi dibandingkan
dengan anda punya isteri dua.Alasannya adalah dengan dua isteri disamping dan 
radiasi dari tubuh kita sendiri,maka dosisnya sudah lebih tinggi dari pada anda 
duduk di ruang kontrol ini.
 
Suatu hal yang menarik dari limbah nuklir adalah gejala Oklo,Gabon,Afrika, 
dimana kurang lebih 1,5 tahun lalu terjadi reaktor alami yang sempat beroperasi 
selama ribuan tahun.
Para peneliti Prancis kaget karena kadar U-235 di dalam U-238 alami,kok 
kadarnya rendah
yang semestinya 0,7% namun hanya sekitar 0,2%.
Perlu diketahui waktu paruh U-238 adalah 4,5 Milyar tahun sedangkan waktu paruh 
dari U-235 adalah 0,7 Milyar tahun,sehingga dengan kombinasi air alami dan 
kadar U-235 setinggi 3,5% dan partikel netron alami sebagai pemicu reaksi maka 
bisa saja terjadi reaktor alami,seperti PLTN PWR menggunakan U dengan 
pengkayaan 3,5%.
Suatu hal yang menarik adalah limbah bekas reaktor tersebut yang terjadi 1,5 
tahun lalu,
ternyata bisa dikungkung oleh tanah biasa,tidak bergerak lebih jauh dari 3 
meter.

[FISIKA] Re: 50 LSM Rapatkan Barisan, Tolak PLTN

2008-12-21 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Memang konyol. Kalo sekedar bicara asal tolak itu sih mudah, namun untuk 
menawarkan alternatif solusi yang praktis operasional secara komprehensif dalam 
berbagai aras, itu yang belum terlihat dari LSM2 ini. 

Potensi geotermal Indonesia yang 27.000 MWe itu lebih banyak masih berupa 
dugaan. Yang sudah bener2 terbukti baru sekitar 2.000-an MWe (persisnya saya 
lupa) dan ini pernah dimuat di Kompas beberapa waktu lalu. Dari yang sudah 
terbukti itu sekitar 600-an MWe (persisnya saya juga lupa) sudah dimanfaatkan, 
dengan harga listrik yang lumayan mahal. So masih cukup banyak reservoir2 
geotermal yang belum diteliti lebih lanjut, dibor, dan diketahui luas prospek 
serta suhunya untuk mengetahui potensi energi terbuktinya.

Area geotermal Indonesia umumnya berada di daerah remote dan masuk ke dalam 
bagian hutan lindung/cagar alam/taman nasional dan ini pun menimbulkan 
kompleksitas tersendiri ketika hendak dimanfaatkan panas buminya. Semoga masih 
ingat dengan kasus Bali dimana rencana eksplorasi geotermal di kawasan 
terlindungi ditolak oleh gubernur setempat.Belum lagi kasus pat gulipat Karaha 
Bodas.

Saya tidak anti geotermal. Ini potensi pembangkit termal yang besar, yang harus 
dimanfaatkan sebaik mungkin, meski kalo kita mau sedikit melakukan kalkulasi 
sederhana, potensi Geotermal Indonesia sebenarnya 'hanya' setara dengan 27 unit 
reaktor berdaya 1.000 MWe atau sama dengan 7 kompleks PLTN (kalo dalam 1 
kompleks diasumsikan ada 4 unit reaktor). Hanya, ketika kita dihadapkan pada 
situasi bahwa area geotermal terletak pada lokasi-lokasi yang dilindungi, 
bagaimana ? Siap tidak dengan konsekuensinya ? 

So, jangan letakkan semua telur hanya dalam satu keranjang...
 
Salam,


Ma'rufin





From: andryansyah rivai andryans...@yahoo.com
To: indoene...@yahoogroups.com
Sent: Saturday, December 20, 2008 7:02:52 PM
Subject: Re: [IndoEnergy] 50 LSM Rapatkan Barisan, Tolak PLTN


Kalau saya akan sangat setuju walau dibilang mahal untuk PLT...yang sumber 
energinya ada di negeri sendiri. Untuk itu saya sangat mengharapkan adanya 
ketegasan dari pemerintah, apa konsentrasi kita, kalau PLTP (PLTG, Geothermal?) 
yang dipilih, ya konsentrasikan penelitian dalam negeri terfokus ke masalah 
yang berkaitan dengan teknologi yang ada pada pemanfaatan PLTG.





 From: Wisnu Martono wisnuam2003@ yahoo.com. au
To: indoene...@yahoogro ups.com
Sent: Saturday, December 20, 2008 5:10:22 PM
Subject: Re: [IndoEnergy] 50 LSM Rapatkan Barisan, Tolak PLTN


Info dan potensi panasbumi, saya setuju. Dan memang demikian. Tapi, gelombang 
laut, angin dan matahari, ntar dulu. 

Gelombang laut sangat site specific. Biasanya, yang potensinya besar, jauh dari 
pusat beban. Belum lagi soal teknologinya yang  masih belum proven, kecuali 
teknologi tertentu (Tapchan Norwegia, salah satunya). Angin, juga site specific 
dan secara rata-rata angin di Indonesia tidaklah begitu kencang. 

Salah satu kelemahan sumber energi terbarukan (kecuali hidro dan panasbumi) 
adalah lokasinya yang sangat site specific dan kadang tidak match dengan pusat 
beban. Hidro dan panasbumi tidak terlalu harus dekat dengan pusat beban karena 
energy densitynya yang besar sehingga masih ekonomis ditransmisikan jarak jauh.

Pertanyaannya, apakah mereka yang menolak PLTN itu juga mau memperjuangkan agar 
PLTP ditambah? Walaupun harga listrik PLTP cenderung mahal? Kalau tidak, ya 
kita cuma berdebat, sementara kebutuhan listrik naik terus dan cenderung hanya 
orang kota yang bisa menikmatinya.

Jadi, kita hanya menolak PLTN atau juga memperjuangkan agar orang desa ikut 
menikmati listrik?


--- On Sat, 20/12/08, Chairul Hudaya www.nuklir.info@ gmail.com wrote:


From: Chairul Hudaya www.nuklir.info@ gmail.com
Subject: [IndoEnergy] 50 LSM Rapatkan Barisan, Tolak PLTN
To: indoene...@yahoogro ups.com
Received: Saturday, 20 December, 2008, 12:26 PM


Sumber : http://www.kr. co.id/web/ detail.php? sid=186582actmenu=38
 


Berdasar data Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi,Indonesia memiliki potensi 
panas bumi 20 ribu MW, lebih dari dua pertiga total kapasitas daya terpasang 
listrik PLN saat ini sekitar 28 ribu MW. Dari total potensi itu, sekitar 8 ribu 
MW berada di Jawa, 5 ribu MW di Sumatera. Energi ini baru dimanfaatkan 887 MW 
atau 4,4% dari seluruh potensi yang ada.

Potensi biofuel jauh lebih besar. Belum lagi gelombang laut, angin dan tenaga 
surya. Kami jadi heran, kenapa pemerintah begitu ngotot ingin membangun PLTN, 
kata Hasan yang juga Pengurus DPK Apindo Kudus.



Recent Activity
*  7
New MembersVisit Your Group 
New web site?
Drive traffic now.
Get your business
on Yahoo! search.
Y! Messenger
Group get-together
Host a free online
conference on IM.
Special K Group
on Yahoo! Groups
Learn how others
are losing pounds.
. 
 


 Stay connected to the people that matter most with a smarter inbox. Take a 

[FISIKA] OOT : HAARP, Aurora dan Gempa -- Re: Alat Penyebab Gempa di Dunia dgn tujuan Politis

2008-11-27 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Mari bayangkan kita berdiri dalam jarak 10 m dari sebuah meja yang diatasnya 
terdapat segelas air minum. Tak ada media apapun yang menghubungkan kita dengan 
meja tersebut kecuali udara. Bisakah kita mengocok isi gelas tersebut tanpa 
menyentuhnya? Bisa, jika kita berfikir dalam paradigma kunyuk melempar buah ala 
Wiro Sableng. Namun itu sangat sulit diterima secara nalar bukan ? Sama juga 
dengan hubungan antara gempa dan aktivitas HAARP. Didalamnya banyak informasi 
sumir dan lebih parah lagi, kemudian dicampuradukkan sehingga sulit dipisahkan 
antara asumsi dan fakta. Sama jugalah dengan cerita Bom Bali I dan 
mikronuklir/SADM.

HAARP alias High-frequency Active Auroral Program memang salah satu proyek 
Pentagon, hasil kerjasama US Air Force, US Navy, DARPA (Defense Advanced 
Research Project Agency) dan Univ. of Alaska. Berdiri pada 1993, proyek ini 
menempati sisi barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias di Gakona, Alaska, 
dengan tujuan mengetahui, menyimulasikan dan mengontrol proses ionosferik yang 
barangkali saja bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan telekomunikasi dan 
surveilans. HAARP terdiri dari 180 antenna yang meradiasikan 3,981 megawatt ERP 
(total effective radiated power). Fasilitas seperti HAARP tidak hanya dibangun 
AS saja. Eropa juga memilikinya, dengan ERP 1 gigawatt yang berpangkalan di 
Tromso, Norwegia. Demikian pula Russia dengan fasilitas sejenis di Vasilsurk, 
yang sanggup menghasilkan 190 megawatt ERP. Dengan berpatokan pada ERP-nya 
saja, kita bisa lihat HAARP adalah yang terkecil. Seluruh fasilitas ini berada 
di lingkar kutub utara (Arktik).

Intensitas gelombang elektromagnetik high-frequency yang dipancarkan HAARP ke 
ionosfer mencapai 3 mikrowatt/cm persegi. Sebagai pembanding, intensitas 
radiasi elektromagnetik dari Matahari (dalam semua spektrum panjang gelombang) 
yang sampai ke permukaan Bumi mencapai 0,15 watt/cm persegi atau 50 ribu kali 
lebih besar. Dan marilah kita berandai-andai sedikit : bisakah pancaran sinar 
Matahari memicu gempa tektonik? Tidak bukan? Dan lantas, bisakah sinyal HAARP 
yang puluhan ribu kali lebih lemah ketimbang sinar Matahari itu memicu gempa? 

Kontroversi HAARP sebagai senjata geofisika telah muncul sejak September 1995 
lewat buku Angel's Don't Play This HAARP: Advances in Tesla Technology yang 
ditulis Nick Begich, Jr. Sebelumnya konttroversi HAARP lebih pada senjata 
elektronik strategis terbaru dalam kerangka Strategic Defence Initiative (SDI) 
alias Star Wars model Ronald Reagan. Pada Agustus 2002, Vladimir Putin di depan 
komite pertahanan dan hubungan internasional Duma (parlemen Rusia) memang 
menyinggung HAARP sebagai ..the U.S. is creating new integral geophysical 
weapons that may influence the near-Earth medium with high-frequency radio 
waves. The significance of this qualitative leap could be compared to the 
transition from cold steel to firearms, or from conventional weapons to nuclear 
weapons. This new type of weapons differs from previous types in that the 
near-Earth medium becomes at once an object of direct influence and its 
component.., namun pernyataan ini hanyalah reaksi atas
 sikap ugal-ugalan Bush yang menarik diri dari Anti-Ballistic Missile Treaty 
1972 (alias Mutual Destructive Treaty) yang ditandatangani Nixon dan Brezhnev 
dan menggelar National Missile Defense (sistem pertahanan rudal nasional) serta 
Theatre Missile Defense (sistem pertahanan rudal mandala) sebagai mutasi 
program SDI yang sebelumnya telah dibekukan Clinton. Putin sendiri inkonsisten 
dengan kata-katanya karena Russia ternyata juga memiliki fasilitas serupa HAARP 
(yakni Sura Ionospheric Heating Facility) di Vasilsurk yang bahkan lebih 
powerfull ketimbang HAARP. 

Kita bisa membandingkan HAARP atau instalasi sejenisnya dengan proses dinamika 
alami di ionosfer sendiri dalam bentuk kemunculan aurora atau cahaya kutub. 
Sebab prosesnya sama. Namun intensitas energi aurora ratusan hingga ribuan kali 
lebih kuat ketimbang HAARP. Dan jika ada hubungan antara dinamika ionosfer 
dengan gempa, maka seharusnya zona kutub utara dan selatan Bumi menjadi tempat 
aktivitas seismik teraktif, karena di sinilah aurora selalu muncul. Namun 
kenyataannya justru malah Jepang, Turki dan Indonesia yang menjadi kawasan 
seismik paling aktif. Demikian juga, jika ada hubungan aurora dengan gempa, ia 
juga gagal menjelaskan bagaimana gempa terdahsyat justru meletup di lepas 
pantai Chile pada 22 Mei 1960 (magnitude Mw 9,6). 

Jangankan HAARP ataupun aurora, ledakan nuklir sekalipun ternyata juga tak 
sanggup memicu gempa tektonik. Eksperimen detonasi nuklir bawah tanah 
terdahsyat yang pernah dilakukan, yakni Cannikin (5 megaton TNT) pada 6 
November 1971 di bawah Pulau Amchitka di gugusan Kepulauan Aleut, menghasilkan 
getaran setara gempa ber-body magnitude 6,8 skala Richter, namun tak sanggup 
meningkatkan frekuensi kegempaan di sepanjang zona subduksi Aleut, apalagi 
memicu gempa yang lebih besar. Padahal zona subduksi ini dikenal kritis 

[FISIKA] Berkaca dari Gorontalo Mw 7,3

2008-11-27 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Sampai kini tercatat 'hanya' 4 orang tewas dan 50-an orang luka-luka dalam 
bencana Gempa Gorontalo 17 November 2008 lalu. Ditulis 'hanya', karena merujuk 
USGS Landscan 2005 terdapat populasi lebih dari 160.000 orang menghuni daerah 
yang terguncang sangat keras, mencapai 7 - 8 MMI. Sebagai gambaran, guncangan 
sebesar itu pulalah yang memporak-porandakan Kabupaten Bantul dalam bencana 
Gempa Yogya 2,5 tahun silam dan merenggut korban sedikitnya 6.000 jiwa. Agaknya 
konsep Siaga Bencana memang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat 
Gorontalo dan Sulawesi Tengah, sehingga mereka sudah tahu apa yang harus 
dilakukan dalam minutes-by-minutes ketika gempa mengguncang. Yang patut 
disayangkan memang respon aparat administratur setempat. Sampai hari ini kita 
mendengar alat berat belum dikerahkan, meski 1.500 bangunan telah rusak/roboh, 
sehingga pembersihan puing-puing hanya dikerjakan dengan tangan. Dana bantuan 
sudah habis dan harus menunggu lagi duit
 tahun anggaran mendatang. Ironisnya, Fadel Muhammad sang gubernur, lebih 
memilih keluyuran ke Yogyakarta mempromosikan bukunya Reinventing Local 
Government... Ya, inilah potret birokrasi Indonesia yang tak jua berubah, 
lebih suka ngurus diri dan popularitasnya sendiri ketimbang peduli dan 
berempati pada penderitaan orang banyak.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa utama terjadi 
pada 17 November 2008 pukul 01:32 WITA dengan magnitude 7,7 skala Richter dan 
kedalaman hiposentrum fhanya 10 km. Segera disiarkan peringatan dini tentang 
potensi terjadinya tsunami menyusul gempa ini. Namun re-analisis data dari USGS 
National Earthquake Information Center mencatat gempa tersebut memiliki moment 
magnitude Mw 7,3 dengan surface-magnitude 7,0 skala Richter dan melepaskan 
energi luar biasa besar : 1.340 kiloton TNT atau 67 kali lipat lebih dahysat 
ketimbang bom Hiroshima. Episentrum gempa berada di Laut Sulawesi pada jarak 30 
km dari garis pantai terdekat, dengan hiposentrum hanya sedalam 30 km. 

Episentrum gempa berada di zona pertemuan patahan Gorontalo dengan palung 
Minahasa, dua dari sekian banyak retakan kulit Bumi yang mengelilingi 
Semenanjung Minahasa, tempat provinsi Sulawesi tengah, Gorontalo dan Sulawesi 
Utara berada. Analisis mekanisme fokus menunjukkan gempa bersumberkan dari 
pematahan naik (thrust faulting) pada segmen batuan seluas 4.000 km persegi, 
dengan retakan menjalar dari episentrum sampai 90 km ke arah timur-tenggara, 
menyusuri alur patahan Gorontalo. Pergeseran total (total slip) akibat 
aktivitas ini mencapai 1,9 meter (rata-rata). 

Jika merujuk ke persamaan Iida (Iida, 1958), untuk hiposentrum sedalam 30 km 
dibutuhkan magnitude minimum Mw 6,7 agar Gempa Gorontalo mampu menghasilkan 
tsunami. Dangkalnya hiposentrum Gempa Gorontalo juga mengakibatkan munculnya 
rupture (rekahan) di permukaan Bumi dalam bentuk dislokasi vertikal dasar laut 
di atas patahan sumber gempa. Sehingga Gempa Gorontalo merupakan gempa tsunami 
(tsunamigenic). Namun dengan dislokasi vertikal 'hanya' 0,8 m maka energi 
tsunami yang diproduksinya sangat kecil, yakni hanya 0,45 kiloton saja. Ini 38 
kali lipat lebih rendah dibanding energi inisial tsunami merusak terakhir di 
Indonesia, yakni Gempa Samudera Hindia 17 Juli 2006 (Mw 7,7) yang 
memporak-porandakan pesisir selatan Pulau Jawa. Dan berbeda dengan Gempa 
Samudera Hindia 17 Juli 2006, episentrum Gempa Gorontalo berada di laut dangkal 
dengan kontur dasar laut sekitarnya cukup landai, sehingga guncangan keras 
gempa tidak sampai merontokkan dasar laut disekitarnya
 dalam skala besar. Oleh karena itu tidak ada efek penguatan/amplifikasi 
gelombang. Inilah yang membuat Gempa Gorontalo tidak disertai tsunami yang 
signifikan, apalagi merusak. Salah satu tide-buoy BPPT yang berada di Manado 
merekam amplitude tsunami produk Gempa Gorontalo hanyalah beberapa puluh cm 
saja, tidak berbeda dengan hasil pemodelan matematis yang berkisar 10 - 60 cm. 

Pulau Sulawesi dibentuk oleh interaksi rumit antara Lempeng Filipina, Lempeng 
Sunda (Eurasia) dan Lempeng Pasifik, menempatkannya sebagai triple junction 
penting di Indonesia dengan frekuensi kegempaan cukup tinggi yang bisa 
dibandingkan dengan Kepulauan Jepang. Di bagian utara, interaksi Lempeng 
Filipina dengan mikrolempeng Maluku (pecahan Lempeng Pasifik) membentuk 
Semenanjung Minahasa yang dikelilingi sejumlah retakan kulit Bumi aktif seperti 
palung Minahasa (di sisi utara), patahan besar Palu-Koro dan Matano (di sisi 
barat dan selatan), palung Sangihe (di sisi timur) serta patahan Gorontalo (di 
bagian tengah). Kerumitan ini membuat Sulawesi kaya akan mineral bahan tambang 
dan migas. Di sepanjang patahan Gorontalo misalnya, yang membelah kota 
Gorontalo dan Danau Limboto, dijumpai mineral bahan tambang seperti emas dan 
tembaga (Katili, 1969). 

Namun retakan-retakan tersebut juga dikenal sebagai generator gempa. Dari 
episentrum Gempa Gorontalo saja, merentang hingga 300 km ke timur-timur laut 
menyusuri 

[FISIKA] Re: Keajaiban medan magnet di Madinah

2008-11-11 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Sebelum memperbincangkan magnetiknya, coba dilihat batuannya dulu. 

Kota Madinah dan sekitarnya secara geologis berdiri di atas Arabian Shield yang 
tua (umur 700-an juta tahun) yang dihiasi endapan lava alkali basaltik 
(thoelitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang usianya muda (muncul 10 juta 
tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat 
basa ini muncul ke permukaan Bumi dari kedalaman 40-an km melalui zona rekahan 
sepanjang 600 km yang dikenal sebagai Makkah-Madinah-Nufud volcanic line, 
karena membentang dari dekat Makkah di selatan, melintasi Madinah dan berujung 
di daratan Nufud di utara. Sehingga vulkanisme Arabia merupakan vulkanisme 
hotspot seperti halnya vulkanisme Kepulauan Hawaii dan sangat bertolak belakang 
dengan vulkanisme produk subduksi antar lempeng (seperti di Indonesia) yang 
menghasilkan magma bersifat asam. 

Banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan ini, seperti Harrah 
Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid dan Harrah Khaybar (betul, Harrah Khaybar 
adalah perbukitan berbatu tandus yang menjadi lokasi benteng-benteng suku 
Yahudi dalam Perang Khaybar). Namun jangan bayangkan gunung-gunung ini 
berbentuk kerucut yang menjulang tinggi dan eksotis sebagaimana gunung-gunung 
berapi di Indonesia. Karena vulkanisme Arabia lebih didominasi erupsi efusif 
(leleran) sehingga gunung berapi yang muncul bersifat melebar, dengan 
puncak-puncak yang rendah dan 'jelek'. Kompleks semacam ini lebih cocok disebut 
volcanic field (atau harrah, dalam bahasa Arab-nya). 

Harrah Rahat adalah bentukan paling menarik. Dengan panjang 310 km, ia 
membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah dan mengandung sedikitnya 
2.000 km kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih kerucut kecil (scoria) 
dan 200-an kawah maar. Selama 4.500 tahun terakhir Harrah Rahat telah meletus 
besar sebanyak 13 kali dengan periode antar letusan rata-rata 346 tahun. 
Letusan besar terakhir terjadi pada 26 Juni 1256 CE, yang memuntahkan 500 juta 
meter kubik lava lewat 6 kerucut kecilnya selama 52 hari kemudian. Lava ini 
mengalir hingga 23 km ke utara dan hampir menenggelamkan kota suci Madinah yang 
letaknya memang lebih rendah, jika saja tidak ada mukjizat yang membuat aliran 
lava berhenti ketika jaraknya tinggal 4 km saja dari Masjid Nabawi. Jangan 
bandingkan letusan itu dengan, misalnya, Merapi 2006 yang 'hanya' memuntahkan 8 
juta meter kubik lava saja. 

Nah, basalt, secara umum tersusun dari mineral piroksen, olivin, ilmenit dan 
feldspar. Tiga mineral pertama mengandung besi namun tidak dalam porsi dominan 
seperti Fe3O4. Memang dimungkinkan mineral-mineral itu melapuk dan kemudian 
besi-nya membentuk Fe3O4 sendiri dan terkonsentrasi di Jabal Magnet hingga 
menghasilkan anomali magnetik mengingat Fe3O4 memiliki sifat ferromagnetik. 
Namun ini sulit dibayangkan mengingat umur basalt di sekitar Madinah masih 
sangat muda, tidak lebih dari 2 juta tahun. Terlebih dengan sumber panas 
(magma) di bawahnya, memungkinkan besi melampaui titik Curie terutama saat 
letusan sehingga kehilangan sifat kemagnetannya.

Anomali magnetik memang ada di sebelah utara Madinah, yakni di dekat dataran 
tinggi Nufud. Namun anomali ini lebih terkait dengan struktur sirkular 
al-Madafi yang dicurigai merupakan kawah produk tumbukan benda langit jutaan 
tahun silam, dimana kemungkinan benda langit tersebut adalah meteorit siderit 
yang sangat kaya akan besi (kandungan besi-nya bisa mencapai 90 % berat). Namun 
Jabal Magnet terpisah cukup jauh dari al-Madafi sehingga sulit untuk mengaitkan 
keduanya.

Memang semuanya perlu diteliti lebih lanjut. Perlu ada survei magnetik dan 
gravitasi di Jabal Magnet. Hanya, sependek pengetahuan saya, fenomena di Jabal 
Magnet lebih mirip dengan fenomena sejenis di Gunung Kelud, yang tempo hari 
telah diteliti secara intensif oleh pak Amin Widodo dkk dari ITS. Fenomena 
Gunung Kelud sendiri disimpulkan merupakan 'ilusi optik' karena pengaruh soil 
creep yang membuat tegakan pohon-pohon di sisi jalan itu menjadi berbeda. 

Di Jabal Magnet, 'ilusi optik' itu mungkin lebih dikontrol oleh gerakan dari 
bawah permukaan Bumi. Pada 1999 silam otoritas Saudi Geological Survey (SGS) 
sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas swarm (gempa kecil terus menerus) di 
Harrah Rahat, pertanda naiknya sejumlah besar magma. Ini memaksa SGS memasang 
sejumlah seismometer. Dan di sekitar Madinah diketahui betapa aktifnya 
kegempaan Harrah Rahat, terkait dengan migrasi magma tersebut, yang memproduksi 
ratusan gempa-gempa kecil tiap hari dengan magnitude 1 - 3 skala Richter dan 
adakalanya mencapai 4 skala Richter. Barangkali migrasi magma tadi juga 
menyelusup ke bawah Jabal Magnet dan menghasilkan perubahan kontur permukaan.

Salam,


Ma'rufin





From: muzadi didik optalnindi [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Saturday, September 27, 2008 7:52:52 AM
Subject: [sains] 

[FISIKA] Re:Pendaratan di bulan, benarkah ?

2008-11-11 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Dalam bincang2 tentang pendaratan manusia di Bulan, sering kita terjebak pada 
percaya nggak percaya soal pendaratan itu, tanpa mencoba menoleh lebih jauh 
tentang sumbangan ilmiah dari peristiwa tersebut. 

Mari kita tinjau dua saja diantaranya. Saya mengutipnya dari publikasi American 
Geophysical Union 1974 dan bulletin Icarus 168 (2004). Yang pertama itu 
himpunan geofisikawan yang prestisius, sementara yang kedua bulletin ilmiah 
yang tak kalah prestisiusnya.

Pertama, tentang interior Bulan. Mayoritas pemahaman struktur internal Bulan 
datang dari data-data kegempaan Bulan (moonquake) yang direkam 
seismometer-seismometer yang dipasang oleh misi Apollo 11 - 17 (kecuali Apollo 
13), yang berfungsi hingga 1977 - 1983 ketika instrumen itu dimatikan karena 
pasokan listriknya telah menyusut. Misalnya saja, antara 1972 - 1977 tercatat 
38 kali gempa Bulan sangat dangkal dengan magnitude hingga 5,5 skala Richter, 
yang skala guncangannya di Bumi kita sudah melebihi dahsyatnya Gempa Yogya. Ada 
empat jenis gempa Bulan : gempa sangat dalam (hiposentrum  700 km, disebabkan 
oleh gaya pasang surut dalam sistem Bumi-Bulan), gempa tumbukan meteorit, gempa 
termal (hiposentrum ~ 60 km, disebabkan oleh pemuaian kerak Bulan oleh sinar 
Matahari setelah 2 minggu menjalani kondisi malam) dan gempa sangat dangkal 
(hiposentrum 20 - 30 km, disebabkan oleh pemerosotan struktur tepi kawah muda). 

Dari data kegempaan ini, yang berdasarkan spektrum gelombang primer (P) yang 
longitudinal/kompresional dan gelombang sekunder (S) yang transversal, 
diketahui struktur internal Bulan terbagi ke dalam tiga lapisan : kerak (tebal 
rata-rata 60 km), selubung/mantel (tebal rata-rata 1.530 km, dari kedalaman 60 
km hingga 1.590 km) dan inti (diameter 350 km). 

Ada yang unik dari kerak Bulan, dimana pada wajah Bulan yang dekat Bumi 
(Earthside) secara rata-rata 12 km lebih tipis ketimbang kerak sisi jauh 
(farside). Ini membuat pusat massa Bulan dan pusat geometrisnya jadi tak 
berimpit, yakni berselisih 1,8 km, sesuatu yang tidak dijumpai di Bumi dan 
planet lainnya. Mengapa demikian? Ini terkait dengan evolusinya.

Selubung terdiri dari 3 lapisan : selubung atas, tengah dan bawah. Kini kerak 
Bulan, selubung atas dan selubung tengah berada pada fase padat, sementara 
selubung bawah (mulai kedalaman 1.000 km) dan inti fasenya setengah cair. 
Tebalnya bagian padat ini membuat transfer panas dari interior Bulan ke 
permukaan terjadi secara konduksi, sehingga magma dari selubung Bulan tidak 
sanggup bermigrasi ke permukaan baik secara konveksi maupun adveksi. Bandingkan 
misalnya dengan Bumi, yang bagian padatnya hanya ada di kerak (dengan ketebalan 
rata-rata 40 km), dialasi selubung yang setengah cair. Ini membuat transfer 
panas ke kerak Bumi berlangsung secara konveksi dan adveksi, dimana terjadi 
sirkulasi dalam selubung dan itulah yang menggerakkan lempeng-lempeng tektonik. 

Mungkinkah data struktur interior Bulan didapat tanpa harus meletakkan 
seismometer di permukaan? Secara teknis sangat sulit, dan kalopun bisa hanyalah 
parsial. Clementine misalnya, pesawat antariksa yang diorbitkan ke Bulan pada 
1999, bisa mendeteksi inti Bulan lewat sifat magnetik Bulan (yang sangat lemah) 
yang ditangkap magnetometer boom-nya yang supersensitif, namun tidak untuk 
struktur keseluruhan. 

Yang kedua, dinamika jarak Bumi-Bulan. Pemahaman ini berasal dari data-data 
retroreflektor, yakni cermin khusus yang sengaja dipasang di permukaan Bulan 
dalam misi Apollo 11 - 15 (kecuali Apollo 13) dan dirancang sedemikian rupa 
sehingga jika dikenai seberkas cahaya maka cahaya itu akan dipantulkan kembali 
ke sumbernya. Dengan menggunakan Laser, jarak Bumi-Bulan bisa diketahui dengan 
sangat teliti. Pada dekade 1970-an, ketidakpastian jarak Bumi-Bulan dengan 
retroreflektor 'hanya' 15 cm, namun di dekade ini telah jauh lebih akurat 
dengan ketidakpastian hanya 1 - 2 mm saja, sehingga bahkan cukup memadai untuk 
menguji prinsip ekivalensi yang menjadi batu bata dasar relativitas Einstein.

Dari sini akhirnya diketahui bahwa sumbu mayor orbit Bulan selalu bertambah 
besar sebanyak 3,6 cm/tahun. Ini terkait dengan gaya pasang surut dalam sistem 
Bumi-Bulan, dimana implikasi perubahan itu membuat periode rotasi Bumi menjadi 
sedikit melambat, sementara Bulan semakin menjauh. Bulan akan terus menjauh 
dari Bumi sedikit demi sedikit hingga sampai di region dimana gaya pasang surut 
sistem Bulan-Matahari lebih dominan dan pada saat itu Bulan akan lebih 
dikontrol oleh gravitasi Matahari. 

Jika diekstrapolasikan mundur ke belakang, mudah ditebak bahwa Bulan pernah 
bergabung jadi satu dengan Bumi. Pemisahan (fission) Bumi - Bulan diperkirakan 
terjadi pada masa awal tata surya ketika proto-Bumi dihantam benda langit 
seukuran Mars, yang membuat sebagian selubung Bumi terlepas ke angkasa dan 
terkondensasi sendiri hingga membentuk Bulan. Ini konsisten dengan data 
densitas rata-rata Bulan (yang besarnya 3,35 g/cc atau sama dengan densitas 
selubung Bumi) 

[FISIKA] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?

2008-10-31 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Yup, memang, jika menggunakan teknologi pada saat misi Apollo dijalankan, saat 
itu tidak tersedia pilihan untuk mengamankan peralatan elektronis portable dari 
gempuran radiasi kecuali dengan membungkusnya dalam selimut khusus (yang sekali 
lagi, juga mengandung timbal). Namun pada saat ini, masalah ini bisa diatasi 
dengan melakukan soft error pada komponen2 semikonduktor dalam peralatan 
elektronis tersebut. Maksudnya, pada prosesornya misalnya, atau pada IC-nya, 
diberi impurities (pengotor) ketika dalam pembuatannya. Sebab dengan cara ini 
komponen itu jadi relatif lebih tahan terhadap radiasi.

Misi Mars Pathfinder 1997 yang menerjunkan robot rover Sojourner di permukaan 
Mars mungkin bisa menjadi contoh dari aplikasi teknik ini. Sojourner rover 
hanyalah sebesar box Sarimi, ditenagai sinar Matahari lewat solar cell-nya, 
namun juga membawa satu unit RHU (Radioisotope Heater Unit) sebagai sumber 
panas untuk menghangatkan komponen2 elektronik didalamnya agar bekerja optimal. 
Meski berbasis Plutonium-244 yang pemancar alfa murni, benturan partikel alfa 
dengan selongsongnya tentu saja menciptakan radiasi gamma. Di sisi lain, 
Sojourner juga dihujani guyuran sinar kosmis dari antariksa karena atmosfer 
Mars tidaklah sekuat atmosfer Bumi dan tidak dideteksi keberadaan sabuk radiasi 
di Mars (mohon diralat jika ini tidak tepat). 

Meski  demikian, rover mungil ini mampu bertahan beroperasi hingga 4 bulan. Ia 
baru mati gara2 terjadinya badai pasir di lokasinya, yang kemungkinan besar 
menguburnya sehingga kehabisan tenaga.

Mendaratkan rover di Bulan? Ayuk !

Salam,


Ma'rufin





From: Anton William [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, October 30, 2008 5:36:53 AM
Subject: Re: [astronomi_indonesia] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?


sabuk van allen itu ga cuma satu, ada dua. ada sabuk bagian dalam dan ada sabuk 
bagian luar. yang radiasinya paling kuat dan berbahaya itu sabuk bagian dalam. 
beruntungnya sabuk bagian dalam itu ga terlalu tebal sehingga astronot ga akan 
terlalu lama berada di dalam sana...

selama satu kali misi apollo, astronot akan mendapat total radiasi sekitar 1 
rem. ini sama saja dengan radiasi sejenis yang diterima manusia yang tinggal di 
permukaan laut selama tiga tahun. jadi ga berbahaya.

ilmuwan apollo juga memikirkan jalur terpendek yang paling mungkin untuk 
melewati sabuk bagian dalam. setelah apollo lepas dari sabuk bagian dalam maka 
radiasi yang diterima akan menurun secara drastis.

yang agak beresiko itu adalah instrumen elektronik yang memang rentan terhadap 
radiasi yang ada disabuk van allen. kalau komputer yang anda miliki dibawa ke 
luar angkasa tanpa perlindungan maka dalam belasan detik komputer itu sudah 
menjadi sampah :P. ilmuwan apollo menyiasatinya dengan membungkus instrumen 
elektronik tersebut dengan material khusus sehingga amanlah instrumen 
elektronik tersebut. hal yang sama juga dilakukan terhadap film emulsi yang 
dibawa oleh apollo.

misi apollo yang mendaratkan manusia ke permukaan bulan adalah misi apollo 11. 
sebelum apollo 11 ini sudah ada misi-misi apollo lainnya yang melakukan 
pengujian kemampuan roket saturn V, pengujian re-entry, pengujian lunar orbit 
rendezvouz, pengujian kemampuan mengorbit bulan, dll. jadi apollo ga langsung 
berhasil, ada serangkaian ujicoba penting yang membuat mereka bisa ke bulan. 
kalau saya ga salah, misi apollo 1 gagal, menewaskan 3 astronot.

apollo 8 adalah misi pertama membawa awak sekaligus melakukan streaming video 
--komunikasi dilakukan dalam panjang gelombang radio. ketika itu mereka menguji 
kemampuan modul komando untuk mengorbit bulan. saat mengorbit bulan, apollo 8 
menayangkan permukaan bulan, biar lebih dramatis astronot membacakan ayat bibel 
:P. misi ini terbukti sukses dan mengangkat popularitas misi apollo.

berikutnya adalah misi apollo 10 yang juga melakukan streaming melalui 
televisi. wajar jadinya kalau streaming televisi pada misi apollo 11 adalah hal 
yang biasa, mengingat pada misi-misi sebelumnya streaming sudah diujicobakan. 
pada misi apollo 11 streaming di permukaan bulan masih menggunakan video 
hitam-putih.

kalau masih penasaran dengan misi apollo silahkan kunjungi halaman-halaman 
berikut:
http://www.badastro nomy.com/ bad/tv/foxapollo .html
http://history. nasa.gov/ apollo.html (ada buku2 yang bisa dibaca secara online)

kalau ada yang tertarik silahkan ikuti kompetisi mendaratkan wahana ke 
permukaan bulan yang diselenggarakan google
http://www.googlelu narxprize. org/

anton w.

--- On Wed, 10/29/08, Ma'rufin Sudibyo [EMAIL PROTECTED] com wrote:
From: Ma'rufin Sudibyo [EMAIL PROTECTED] com

Komunikasinya tetep ada jeda-lah. Secara teori (jika mengacu jarak saja), ada 
jeda 1 detik-an, namun dalam praktiknya ada jeda sekitar 10 detik. Ini bukan 
hal yang aneh dalam komunikasi satelit, karena hal yang sama juga dialami 
seperti misalnya jika kita berkomunikasi dengan memanfaatkan jaringan satelit 
yang diorbitkan di orbit

[FISIKA] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?

2008-10-29 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Dan dalam hal pendaratan manusia di Bulan, jangan dilupakan satu tokoh penting, 
genius yang berada di belakangnya, tulang punggung seluruh program antariksa 
NASA pada 1950-1960an : Wherner von Braun. Tanpa ketekunan dan kejeniusannya, 
mungkin manusia baru mendarat di Bulan pada 2020 mendatang.

Salam,


Ma'rufin





From: Ma'rufin Sudibyo [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; Rukyat [EMAIL PROTECTED]; Fisika 
fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 29, 2008 5:43:16 AM
Subject: [ RHI ] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?


Komunikasinya tetep ada jeda-lah. Secara teori (jika mengacu jarak saja), ada 
jeda 1 detik-an, namun dalam praktiknya ada jeda sekitar 10 detik. Ini bukan 
hal yang aneh dalam komunikasi satelit, karena hal yang sama juga dialami 
seperti misalnya jika kita berkomunikasi dengan memanfaatkan jaringan satelit 
yang diorbitkan di orbit GEO (Geostationer Earth Orbit) yang 35.880 km dari 
permukaan Bumi itu. Kalo lewat jaringannya Iridium yang LEO (Low Earth Orbit) 
alias hanya 2.000 km memang tidak begitu terasa. Karena ada jeda begitu, 
terlebih komunikasinya berlangsung antar satelit, maka salah satu 
penyiasatannya dengan kalimat-kalimat yang pendek. 

Untuk menyiasati ketiadaan atmosfer, para astronot di Bulan mengenakan baju 
khusus yang berfungsi sebagai pelindung sekaligus atmosfer mini. Baju ini 
melindungi pemakainya dari panas (karena radiasi inframerah Matahari), radiasi 
keras (ultraviolet) , radiasi pengion (sinar X, proton, elektron dan neutron 
energetik) serta benturan mikrometeorit. Baju ini terdiri dari 3 lapis, katun 
(yang terdalam), dilapis kevlar dan jalinan serat kevlar + karet sebagali 
lapisan terluar. Baju ini memberikan perlindungan selama minimal 6 jam 
berturut-turut, disesuaikan dengan aktivitas EVA (extra vehicular activities) 
di Bulan yang rata-rata menghabiskan waktu 6 jam. Baju ini juga dilengkapi 
dengan tanki oksigen, tanki cadangan, penyerap karbondioksida dan penampung 
urine.

Menembus sabuk radiasi van Allen ? (Maaf diralat, yang benar namanya van Allen, 
kalo van Halen itu nama rocker). Untuk melewatinya ya tetap duduk manis di 
dalam wahana antariksa lah. Sabuk radiasi ini, berdasarkan riset Explorer 1, 
Sputnik 3 dan satelit2 lainnya, itu kan merupakan tempat elektron dan proton 
terjebak. Keduanya merupakan radiasi partikel bermuatan, sehingga penanganannya 
sebenarnya relatif lebih mudah dibanding jika misalnya kita menghadapi radiasi 
tak bermuatan macam foton gamma maupun neutron. Kajian menunjukkan jika wahana 
antariksa dilapisi dengan timbal (timah hitam) setebal 3 mm saja, dosis radiasi 
yang diterimanya saat melewati sabuk van Allen sebesar 2.500 rem/tahun. Karena 
wahana antariksa melintasi sabuk van Allen paling banter hanya dalam setengah 
jam saja, maka bisa kita perhitungkan bahwa radiasi yang diterimanya hanyalah 
sebesar 0,14 rem. Ini tidak bermasalah, karena ambang batas radiasi yang bisa 
diterima tubuh tanpa
 mengakibatkan efek berarti itu sebesar 50 rem. Jika timbalnya ditebelin, tentu 
radiasi yang diterima wahana antariksa (dan juga penumpang didalamnya) akan 
lebih kecil lagi.

Salam,


Ma'rufin





From: dion_azani [EMAIL PROTECTED] com
To: astronomi_indonesia @yahoogroups. com
Sent: Tuesday, October 28, 2008 5:04:46 PM
Subject: [astronomi_indonesi a] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?


Rekan2, maksud saya komunikasi astronot di bulan dengan di bumi tidak
ada jeda sama sekali, seharusnya paling tidak ada jeda meskipun bukan
jeda seperti halnya berbicara dengan walkie-talkie. Mohon koreksi-nya.

Kalau tidak keberatan, saya ingin bertanya tentang hal-hal berkaitan
pendaratan tersebut:

1. Di Bulan tidak ada atmosfer, artinya tidak ada yang menahan sinar
matahari. Bagaimana astronot disana menyiasati hal tersebut ? Mohon
pencerahannya.

2. Bagaimana dengan radiasi sabuk Van Hallen, bagaimana menyiasati hal
tersebut ?

Terima kasih atas jawaban rekan2. 

--- In astronomi_indonesia @yahoogroups. com, Ma'rufin Sudibyo
[EMAIL PROTECTED] . wrote:

 Ikut nimbrung, tulisan saya yang pake warna biru
 
 
 
 
  _ _ __
 From: dion_azani dion_azani@ ...
 To: astronomi_indonesia @yahoogroups. com
 Sent: Monday, October 27, 2008 6:58:47 PM
 Subject: [astronomi_indonesi a] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?
 
 
 Begini mas, teknologi yang saya maksud adalah teknologi komunikasi.
 Saya ingn tahu, teknologi apakah yang dipakai untuk berkomunikasi
 antara astronot di Bulan dan Bumi ? Pada tahun yang sama, 1969 proyek
 ARPANET baru dimulai. Memang beberapa wahana yang dikirim ke luar
 angkasa (bulan) mampu mengirimkan data-data fotografi tetapi apakah
 sudah mampu mengirimkan data voice (suara) ? Maaf mas, saya hanya
 ingin tahu saja ?
 
 Sepanjang yang pernah saya baca, transmisi data (suara dan gambar)
dalam misi-misi Apollo ke Bulan salah satunya dibantu oleh satelit
komunikasi yang ditempatkan di antara orbit Bumi - Bulan

[FISIKA] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?

2008-10-29 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Komunikasinya tetep ada jeda-lah. Secara teori (jika mengacu jarak saja), ada 
jeda 1 detik-an, namun dalam praktiknya ada jeda sekitar 10 detik. Ini bukan 
hal yang aneh dalam komunikasi satelit, karena hal yang sama juga dialami 
seperti misalnya jika kita berkomunikasi dengan memanfaatkan jaringan satelit 
yang diorbitkan di orbit GEO (Geostationer Earth Orbit) yang 35.880 km dari 
permukaan Bumi itu. Kalo lewat jaringannya Iridium yang LEO (Low Earth Orbit) 
alias hanya 2.000 km memang tidak begitu terasa. Karena ada jeda begitu, 
terlebih komunikasinya berlangsung antar satelit, maka salah satu 
penyiasatannya dengan kalimat-kalimat yang pendek. 

Untuk menyiasati ketiadaan atmosfer, para astronot di Bulan mengenakan baju 
khusus yang berfungsi sebagai pelindung sekaligus atmosfer mini. Baju ini 
melindungi pemakainya dari panas (karena radiasi inframerah Matahari), radiasi 
keras (ultraviolet), radiasi pengion (sinar X, proton, elektron dan neutron 
energetik) serta benturan mikrometeorit. Baju ini terdiri dari 3 lapis, katun 
(yang terdalam), dilapis kevlar dan jalinan serat kevlar + karet sebagali 
lapisan terluar. Baju ini memberikan perlindungan selama minimal 6 jam 
berturut-turut, disesuaikan dengan aktivitas EVA (extra vehicular activities) 
di Bulan yang rata-rata menghabiskan waktu 6 jam. Baju ini juga dilengkapi 
dengan tanki oksigen, tanki cadangan, penyerap karbondioksida dan penampung 
urine.

Menembus sabuk radiasi van Allen ? (Maaf diralat, yang benar namanya van Allen, 
kalo van Halen itu nama rocker). Untuk melewatinya ya tetap duduk manis di 
dalam wahana antariksa lah. Sabuk radiasi ini, berdasarkan riset Explorer 1, 
Sputnik 3 dan satelit2 lainnya, itu kan merupakan tempat elektron dan proton 
terjebak. Keduanya merupakan radiasi partikel bermuatan, sehingga penanganannya 
sebenarnya relatif lebih mudah dibanding jika misalnya kita menghadapi radiasi 
tak bermuatan macam foton gamma maupun neutron. Kajian menunjukkan jika wahana 
antariksa dilapisi dengan timbal (timah hitam) setebal 3 mm saja, dosis radiasi 
yang diterimanya saat melewati sabuk van Allen sebesar 2.500 rem/tahun. Karena 
wahana antariksa melintasi sabuk van Allen paling banter hanya dalam setengah 
jam saja, maka bisa kita perhitungkan bahwa radiasi yang diterimanya hanyalah 
sebesar 0,14 rem. Ini tidak bermasalah, karena ambang batas radiasi yang bisa 
diterima tubuh tanpa
 mengakibatkan efek berarti itu sebesar 50 rem. Jika timbalnya ditebelin, tentu 
radiasi yang diterima wahana antariksa (dan juga penumpang didalamnya) akan 
lebih kecil lagi.

Salam,


Ma'rufin





From: dion_azani [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, October 28, 2008 5:04:46 PM
Subject: [astronomi_indonesia] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?


Rekan2, maksud saya komunikasi astronot di bulan dengan di bumi tidak
ada jeda sama sekali, seharusnya paling tidak ada jeda meskipun bukan
jeda seperti halnya berbicara dengan walkie-talkie. Mohon koreksi-nya.

Kalau tidak keberatan, saya ingin bertanya tentang hal-hal berkaitan
pendaratan tersebut:

1. Di Bulan tidak ada atmosfer, artinya tidak ada yang menahan sinar
matahari. Bagaimana astronot disana menyiasati hal tersebut ? Mohon
pencerahannya.

2. Bagaimana dengan radiasi sabuk Van Hallen, bagaimana menyiasati hal
tersebut ?

Terima kasih atas jawaban rekan2. 

--- In astronomi_indonesia @yahoogroups. com, Ma'rufin Sudibyo
[EMAIL PROTECTED] . wrote:

 Ikut nimbrung, tulisan saya yang pake warna biru
 
 
 
 
  _ _ __
 From: dion_azani dion_azani@ ...
 To: astronomi_indonesia @yahoogroups. com
 Sent: Monday, October 27, 2008 6:58:47 PM
 Subject: [astronomi_indonesi a] Re: Pendaratan di bulan, benarkah ?
 
 
 Begini mas, teknologi yang saya maksud adalah teknologi komunikasi.
 Saya ingn tahu, teknologi apakah yang dipakai untuk berkomunikasi
 antara astronot di Bulan dan Bumi ? Pada tahun yang sama, 1969 proyek
 ARPANET baru dimulai. Memang beberapa wahana yang dikirim ke luar
 angkasa (bulan) mampu mengirimkan data-data fotografi tetapi apakah
 sudah mampu mengirimkan data voice (suara) ? Maaf mas, saya hanya
 ingin tahu saja ?
 
 Sepanjang yang pernah saya baca, transmisi data (suara dan gambar)
dalam misi-misi Apollo ke Bulan salah satunya dibantu oleh satelit
komunikasi yang ditempatkan di antara orbit Bumi - Bulan. Tentu saja
sinyal dari satelit ini lantas disambungkan ke satelit komunikasi
geostasioner di orbit Bumi untuk kemudian baru diterima pusat kendali
misi. Ini sama saja dengan komunikasi dari pesawat-pesawat ulang alik
yang sedang mengorbit, misalnya, yang juga selalu direlay oleh satelit
geostasioner NASA, misalnya TDRS.
 Jadi memang komunikasinya tidak langsung dari Lunar Module ke Bumi.
Indikasi penggunaan satelit komunikasi di antara orbit Bumi-Bulan
nampak dari fakta bahwa sinyal dari Lunar Module Apollo 11, selain
diterima di Goldstone Radio Telescope di Arizona, juga diterima oleh
Honeysucke Creek

Re: [FISIKA] Masalah Lebaran

2008-09-29 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Hilaal itu Bulan dalam fase sabit yang paling kecil yang sudah bisa diamati 
mata manusia, baik dengan ataupun tanpa alat bantu. Hilaal bisa terlihat 
(visibel) karena adanya 3 faktor sekaligus yang bekerja bareng-bareng : 

1. Posisi astronomis Bulan dan Matahari
2. Dinamika atmosfer
3. Resolusi mata manusia
So sebenarnya isu tentang hilaal ini adalah salah satu lahan garapan fisika, 
khususnya optika.Ketiga faktor tadi bekerja sekaligus yang diekspresikan dalm 
intensitas cahaya langit senja dan intensitas cahaya hilaal. Hilaal akan nampak 
jika intensitas cahaya hilaal melebihi intensitas cahaya langit senja dan 
sekaligus melampaui ambang batas resolusi mata manusia untuk nilai intensitas 
cahaya langit senja yang bersangkutan.

So, ini bukan hanya masalah posisi (baca : tinggi) Bulan dan Matahari saja. 
Penggunaan posisi Bulan dan Matahari berada dalam ranah pendekatan geometris 
yang menjadi ciri khas teori visibilitas hilaal sejak abad ke-20. Namun ini 
mulai ditinggalkan menjelang abad ke-21, karena disadari, akurasinya jelek.

Jika berdasarkan pada posisi Bulan, bisa kami katakan, untuk Indonesia (sebagai 
daerah berlintang rendah), bila hilaal cukup jauh dari Matahari (dengan beda 
azimuth 6 - 7 derajat saat sunset), approksimasi ketinggian minimum hilaal saat 
sudah mulai terlihat adalah 4 derajat. Namun jika hilaal tepat di atas Matahari 
(beda azimuthnya nol derajat), maka approksimasi ketinggian minimum hilaal saat 
sudah mulai terlihat melambung menjadi 14 derajat.

Salam,


Ma'rufin





- Original Message 
From: ar sugeng riyadi [EMAIL PROTECTED]
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Saturday, September 27, 2008 11:52:25 PM
Subject: Re: [FISIKA] Masalah Lebaran


Salam,

Hilal terendah yang bisa diamati mata normal secara Fisika menurut saya 
sebagaimana Limit Danjon (http://the- moon.wikispaces. com/Danjon+ Limit) yakni 
7°.
Selamat iedul fitri, Taqobbal Allah Minna wa minkum...

Wassalaam,

Pak AR di Solo
http://pakarfisika. wordpress. com/

--- On Sat, 9/27/08, Mochammad Muchlis [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Mochammad Muchlis [EMAIL PROTECTED]
Subject: [FISIKA] Masalah Lebaran
To: fisika_indonesia@ yahoogroups. com
Date: Saturday, September 27, 2008, 11:47 AM


Salam,

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Seperti biasa, 
menjelang lebaran tentu banyak perbedaan dalam 
penghitungan antara ahli hisab dan ahli rukyat. Untuk 
rukyat, yang berdasarkan pengamatan bulan secara langsung, 
itupun diselahi dengan perbedaan soal syarat sudut 
pandang. Saya mau tanya secara fisika, berapa derajatkah 
bahwa bulan dikatakan tampak, meski bulan sepenuhnya.
 - - - - - -

Flexi - Gratis bicara sepanjang waktu se-Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta

 - - - - - -

Speedy Gratis internetan unlimited dari pkl. 20.00 s/d 08.00 se-Jabodetabek, 
Banten, Karawang dan Purwakarta

 - - - - - -

Nikmati akses TelkomNet Instan Week End Net hanya Rp 1.000/jam. Berlaku untuk 
Sabtu-Minggu, khusus Jawa Tengah dan DIY s/d 31 Desember 2008

 - - - - - -

Speedy Paket Merdeka 2008, hanya Rp 99ribu sudah mendapatkan modem dan 
registrasi, diskon abonemen 50% 3 bulan pertama (tidak termasuk Speedy Warnet). 
Berlaku khusus Jawa Tengah dan DIY s/d 30 September 2008

 - - - - - -

Dapatkan Free Modem + Free Biaya Aktivasi Untuk Pemasangan Internet Speedy Di 
Kandatel Makassar S/D 30-08-208, Hub.147 atau modemgratis@ plasa.com

 - - - - - -
 



  

[FISIKA] Zona Waktu RI dan kajian Ulangnya

2008-09-18 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
FYI, dari Kompas. Tentang Waktu Kesatuan Indonesia (WKI)

Salam,


Ma'rufin


Zona Waktu RI dan Kajian Ulangnya

Rabu, 17 September 2008 | 01:53 WIB 
Oleh NINOK LEKSONO

Alasan
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan lebih menjadi
bahan pertimbangan kebijakan penetapan wilayah waktu di negara-negara
tersebut dibandingkan alasan ilmiah dan rasa nyaman alamiah lainnya.
Dr Sonny Nursutan Hotama, peneliti di Universitas Airlangga tentang
alasan Malaysia dan Singapura memakai zona waktu GMT plus 8)

Ketika
krisis listrik terjadi, biasanya yang lalu hinggap di kepala untuk
penghematan adalah program pemadaman listrik atau pengurangan aktivitas
yang melibatkan transportasi. Namun, di lingkungan masyarakat ada pula
yang coba mendekati masalah ini dari sisi yang lebih fundamental, yakni
dengan mengubah sistem waktu.
Tanggal 8 Juni 2005 di Jakarta,
menindaklanjuti kerisauan Kepala Divisi Keuangan dan Niaga PT PLN Nandy
Arsjad, diselenggarakan seminar nasional bertema ”Dampak Pembagian
Wilayah Waktu di Indonesia terhadap Pola Konsumsi Energi dan Kegiatan
Perekonomian Indonesia”.
Ide pokok yang mendasari olah pikir ini
adalah adanya peluang untuk mengurangi pemakaian energi listrik pada
saat beban puncak pada sore hingga malam hari bila pelanggan lebih
cepat berhenti beraktivitas dan pergi tidur. Agar lebih cepat tidur
malam, mereka diharapkan bangun lebih dini dan berangkat beraktivitas
pada pagi hari.
Untuk tujuan di atas, yang dapat diusahakan
adalah dengan menggeser ketentuan waktu yang berlaku saat ini di
Indonesia lebih cepat ke muka. Jadi, ini memang tujuan utamanya, waktu
Indonesia bagian barat (WIB) berubah ikut wilayah waktu Indonesia
bagian tengah (Wita). Untuk tujuan lebih luas, WIT pun sekalian
dimasukkan dalam Wita.
Meski kemudian berbagai kalangan ikut
menanggapi wacana ini. Rupanya perhatian serius diberikan oleh peneliti
di Lembaga Penelitian Universitas Airlangga dan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya. Uraian dan argumen salah satu peneliti ini,
yakni Koordinator Tim Kajian Zona Waktu LPPM Unair Sonny Nursutan
Hotama, memperlihatkan bahwa waktu tidak semata ditetapkan karena
alasan keilmuan geografis, tetapi juga alasan politik dan ekonomi.
Sengaja menyimpang
Waktu
universal atau waktu Greenwich (Greenwich Mean Time/GMT) diperkenalkan
tahun 1675 dan lebih ditujukan untuk kepentingan turis. Namun kemudian,
ia mendapatkan momentum setelah Sir Stanford Fleming (1827-1915), yang
asal Kanada, melakukan pembagian zona waktu berdasarkan alasan ilmiah
dan fakta astronomis bahwa Bumi berputar pada sumbunya dan menuntaskan
satu putaran (rotasi) penuh dalam tempo 24 jam. Dengan itu pula,
Fleming membagi satu putaran penuh 360 derajat dalam 24 zona waktu,
masing-masing 15 derajat. Jadi, setiap 15 derajat ada perbedaan waktu
satu jam.
Ia lalu mengambil Greenwich sebagai bujur 0 derajat
sehingga belahan dunia sebelah barat punya zona waktu GMT minus 1
sampai minus 12, sedangkan belahan timur punya zona waktu GMT plus 1
sampai plus 12.
Seperti dituliskan Sonny Nursutan, aturan Fleming
itu mencoba mempertemukan antara waktu dan kondisi cuaca secara alamiah
dan wajar untuk berbagai wilayah geografis dunia. Misalnya saja, Rusia
dengan rentang wilayah 165 derajat garis bujur akan punya 11 zona waktu
dan AS sembilan zona waktu. Aturan ini bermanfaat untuk berbagai
keperluan, seperti pariwisata, pelayaran, dan kereta api lintas
nasional.
Hanya saja, dalam perkembangannya ternyata tidak semua
negara mau ikut dengan aturan Fleming, misalnya saja China. Negara ini
punya lebih dari 60 derajat garis bujur, tetapi sejak tahun 1949
menetapkan satu zona waktu tunggal (GMT plus 8) untuk seluruh
wilayahnya. Korea Selatan, yang seharusnya berada di zona GMT plus 8,
saat ini berada di GMT plus 9. Di Asia Tenggara, Malaysia GMT plus 7
dan GMT plus 8 serta Singapura GMT plus 7, tetapi keduanya memakai GMT
plus 8.
Tentu negara-negara tersebut punya alasan masing-masing
ketika memilih tidak ikut aturan Fleming. Dulu, semasa pendudukan
Jepang di Indonesia dan Korea, demi efektivitas operasi militer dan
juga dalam upaya menjepangkan jajahannya, waktu wilayah jajahan ini pun
diubah dan disamakan dengan waktu Tokyo, menjadi GMT plus 9. Seiring
dengan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia, Presiden RI
menetapkan wilayah waktu dibagi menjadi tiga zona. Singapura menetapkan
waktunya GMT plus 8 untuk menyamakan kegiatan pasar uang dan saham
dengan pasar Hongkong.
Daylight Saving Time
Setelah
aturan Fleming, di banyak negara empat musim juga dilancarkan program
penghematan dengan memanfaatkan sinar surya semaksimal mungkin. Program
yang dikenal dengan nama Daylight Saving Time (DST) ini yang sudah
dimulai sejak akhir Perang Dunia I terbukti berdampak positif bagi
penghematan energi, khususnya listrik. Program DST mengubah penunjukan
waktu satu jam lebih awal pada saat musim panas. Ini membuat semua
aktivitas dimulai satu jam lebih awal atau matahari lalu dirasakan
”terbenam lebih lambat” selama satu jam.

Re: [astronomi_indonesia] Re: [FISIKA] Tanya tentang : Air Ditemukan Dalam Batuan Bulan

2008-08-15 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Deteksi air di Bulan itu, kalo yang bisa dilacak di Kompas, berasal dari sampel 
batuan Bulan.Sampel batuan itu berasal dari misi Apollo, identifikasinya 
menggunakan teknik spektroskopi. Memang detail tekniknya tidak dimuat di 
Kompas, namun bisa diduga bahwa yang dilakukan adalah mendeteksi kelimpahan 
Hidrogen ataupun ion Hidroksil (OH-) di dalam batu Bulan. Banyak teknik 
spektroskopi yang bisa melakukannya, yang paling efektif sejauh ini x-ray 
spectroscopy. 

Kalo yang hendak dilakukan lewat LCROSS itu ya mirip. Wahana antariksa itu akan 
ditumbukkan ke Bulan dengan kecepatan Bumi sehingga terbentuk kawah 
(mirip-mirip dengan kawah-kawah kecil yang terbentuk di daratan Inggris Raya 
saat digempur roket balistik A-4/V-2 Vergeltung Jerman dalam PD 2). Dari kawah 
ini akan tersembur material produk tumbukan (ejecta) berbentuk butiran halus 
dengan diameter paling besar hanya 10 cm. Nah ejecta ini akan tersembur tinggi 
(karena gravitasi Bulan kecil dan tiadanya atmosfer) sehingga melingkupi area 
yang luas dan mudah untuk dianalisis dengan spektroskopi sinar infra 
merah/visual/gelombang radio untuk mendeteksi molekul air. 

Koq Bulan dirusak 'wajahnya'? Sebenarnya, tanpa LCROSS pun, Bulan setiap hari 
mengalami bombardemen meteor yang langsung mendarat ke permukaannya tanpa bisa 
dicegah dan menciptakan aneka kawah beragam ukuran. Frekuensi hantaman meteor 
ke Bulan akan lebih tinggi ketika terjadi hujan meteor periodik (shower). 
Seperti akhir Juli 2008, tercatat ada dua shower aktif, masing-masing Southern 
Delta Aquarids dan Piscis Austrinids. Dua-duanya mengirimkan meteor ke Bulan. 
Dan kelak pada Desember 2008, ada shower Geminids yang frekuensinya jauh lebih 
tinggi (mencapai 100 + meteor/jam). 


Salam,


Ma'rufin

- Original Message 
From: dodik n. [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 23, 2008 7:58:12 PM
Subject: Re: [astronomi_indonesia] Re: [FISIKA] Tanya tentang : Air Ditemukan 
Dalam Batuan Bulan


btw, apa gak sayang sama bulan ya, kok sampe dirusak gitu ? hehehe.

Masalahnya gak ada yang pegang sertifikat tanah buat bulan, jadi kalo
nasa mau melakukan percobaan di sana, gak perlu ijin siapa2 :)

2008/7/23 Tri Laksmana trilaksmana@ gmail.com:
 Sama saja, dua pesawat yang ditumbukkan ke permukaan Bulan tersebut
 berfungsi sebagai senjata/rudal.

 Kita sudah punya teknologi rudal balistik antar-benua (ICBM), tapi belum ada
 rudal antar-planet :D Hehehehe...

 Makanya digunakan pesawat yang diluncurkan dari wahana LCROSS dengan sasaran
 untuk menumbuk Bulan.

 Idenya sama seperti misi Deep Impact beberapa tahun lalu, sebuah pesawat
 disasarkan ke sebuah komet supaya menabrak permukaan, membuat lubang, dan
 melontarkan material2 dari lapisan dalam komet supaya bisa dianalis oleh
 instrumen lain.

 Nah metodenya LCROSS juga sama, wahana yang ditubrukkan ke permukaan Bulan
 itu ya seperti mesin galian saja untuk mendapatkan material2 dari bagian
 interior Bulan, nanti sesudah tabrakan, wahana LCROSS akan menganalisis
 material2 yang terlontar dan mencari tanda2 keberadaan H2O di lapisan
 internal Bulan.

 Sumber: http://lcross. arc.nasa. gov/
 Deep Impact: http://www.nasa. gov/mission_ pages/deepimpact /main/index. html

 Salam,
 -tri-
...



  

Re: [FISIKA] Penentuan hari raya

2008-07-16 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Kalo kaitannya dengan sains murni, Insya' Allah saya, ataupun pak Mutoha, 
ataupun pak AR Sugeng Riyadi, bisa menjelaskannya di sini.

Tapi kalo kaitannya dengan sains - religion, lebih baik memang ditanyakan saja 
ke milis rukyatul hilal Indonesia (RHI) = 
http://groups.yahoo.com/group/rukyatulhilal/

salam,


Ma'rufin





- Original Message 
From: Rockefellaz Fellow [EMAIL PROTECTED]
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, July 15, 2008 2:46:34 PM
Subject: Re: [FISIKA] Penentuan hari raya


sekedar saran,
mungkin akan lebih baik jika anda mengajukan pertanyaan2 tersebut ke 
milis/group yang sesuai.

thx

2008/7/15 joko_ftn [EMAIL PROTECTED] com:

sebenrnya, gimana sih cara penentuan tanggal jatuhnya hari raya???kok
sekarang musimnya 2 hari raya...pengen tahu juga, bagaimana cih
prinsip dari hisap dan ruhkyatbiar jadi adem ayem sesama umat
muslim...
makasih...

 


-- 
Rock for Freedom 


  

[FISIKA] Pak Said D Jenie Wafat

2008-07-13 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Assalamu'alaikum..

Jumat lalu sekitar pukul 8 pagi, pak Said D Jenie, Kepala BPPT yang juga 
saudara kembar pak Umar Anggara Jenis (kepala LIPI) itu wafat. Inna lillahi wa 
inna ilaihi rajiuun.

Prof. Said D Jenie ini lebih dikenal sebagai ahli penerbangan dan menjadi tokoh 
penting dibalik terbangnya N-250 pada 10 Agustus 1995 (yang sayangnya tak 
pernah terbang lagi pasca krisis). Namun beliau juga dikenal piawai dalam 
teknologi satelit dan kendaraan bawah air.

Dalam masalah hisab rukyat, Prof. Said D Jenie pada tahun silam pernah 
mengemukakan gagasan untuk mengajukan definisi baru tentang hilaal, dengan 
parameter : fase = 1,5 % ; tinggi (h) = 2 derajat; umur Bulan  7 jam. Meski 
dalam beberapa bagiannya terasa ada yang tidak sinkron, namun upaya 
pendefinisian baru ini patut dihargai mengingat untuk pertama kalinya fase 
Bulan masuk ke dalam parameter hilaal di Indonesia (sebelumnya hanya tinggi dan 
umur saja). Saya teringat pernah mengkritisi definisi beliau itu dan mengambil 
kesimpulan kalo itu sebenarnya tak beda dengan Kriteria Babilonia, salah satu 
kriteria visibilitas hilaal yang valid dan reliabel. 

Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya. Amin. Dan kita yang ditinggalkan, bisa 
melanjutkan perjuangannya.

Wassalamu'alaikum...


Ma'rufin

Catatan : berikut tulisan tentang parameter Said D Jenie tersebut

Dalam visibilitas hilaal, ada sejumlah elemen Bulan yang bisa digunakan, 
seperti tinggi Bulan (h), selisih tinggi dengan Matahari (aD), selisih azimuth 
dengan Matahari (DAz), elongasi (aL), umur Bulan sejak konjungsi, fase, Lag 
(yakni selisih waktu antara terbenamnya Bulan terhadap terbenamnya 
Matahari),magnitude visual (mvis) dan lebar sabit (W).

Elemen2 tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri2 dan saling bebas, melainkan 
saling terkait. Sebut saja misalnya selisih tinggi, selisih azimuth dan 
elongasi. Untuk hilaal, ketiga elemen ini membentuk segitiga siku2 imajiner 
dengan sisi rebah = DAz, sisi tegak = aD dan sisi miring = elongasi. Sehingga 
disini bisa diberlakukan persamaan Phytagoras. Sementara fase Bulan, umur Bulan 
lebar sabit dan magnitude visual Bulan merupakan fungsi dari elongasi Bulan. 
Dan Lag bergantung kepada selisih tinggi dan posisi lintang pengamatan. 

Jika Prof Said D Jeniemenggunakan parameter :

- fase = 1,5 % 
- tinggi (h) = 2 derajat 
- umur Bulan  7 jam 

sebagai usulan batas visibilitas terbaru (di Indonesia), parameter ini bisa 
dicek satu persatu apakah memang sesuai dengan teori gerak Bulan yang dipakai 
saat ini (saya menggunakan algoritma Chapront ELP 2000/82 yang merupakan varian 
dari algoritma Jean Meeus 1991). 

Mari kita lihat dari fase. Rumusnya, f = 0,5 (1 - cos aL). Dengan fase minimum 
= 1,5 % = 0,015 kita mendapatkan nilai elongasi minimum Bulan = 14 derajat. 
Secara rata-rata Bulan bergerak menjauhi Matahari dengan kecepatan 0,5 
derajat/jam. Maka jarak sudut (elongasi) minimum sebesar 14 derajat itu secara 
rata-rata ditempuh selama 14/0,5 = 28 jam setelah konjungsi. Dari sini nampak 
jelas bahwa penggunaan parameter umur Bulan  7 jam ternyata tidak sinkron 
dengan hasil hitungan tadi, dimana seharusnya digunakan umur Bulan  28 jam. 

Bagaimana dengan tingginya? Harus dibedakan antara tinggi Bulan (h) yang 
dihitung dari horizon sejati dengan selisih tinggi (aD), dimana aD = h + s 
dengan s = tinggi Matahari terhadap horizon sejati (berharga negatif, karena 
sudah terbenam). Dengan segitiga Phytagoras, aD terkait dengan elongasi dan 
selisih Azimuth. Untuk Bulan yang baru saja meninggalkan konjungsi-nya, nilai 
DAz berkisar dari 0 - 5 derajat. Sementara jika umur Bulan  24 jam, nilai 
ekstrim DAz bisa mencapai 10 derajat. 

Mari gunakan nilai2 DAz ini. Untuk DAz 0 - 10 derajat, rentang nilai aD 9,8 - 
14 derajat. Antara aD dan Lag terdapat hubungan yang sedikit ruwet, dimana aD = 
aS cos (lambda) dan Lag (dalam menit) = as*4. Lambda disini adalah lintang 
lokasi pengamatan. Untuk Indonesia, nilai lambda boleh dikata mendekati nol 
derajat (apalagi dilintasi garis khatulistiwa) sehingga cos(lambda)-- 1. Maka 
jika parameter pak Said D Jenie diterapkan di Indonesia, kita menjumpai nilai 
Lag dalam rentang 39 - 56 menit. 

Sehingga, parameter Prof Said D Jenie ini dalam bentuk lain bisa dituliskan 
sebagai :

- umur Bulan  28 jam
- Lag  39 menit

Ini sebenarnya bukan tawaran baru untuk kriteria visibilitas hilaal, sebab 
bentuk tersebut ternyata sangat mirip dengan apa yang dinamakan Kriteria 
Babilon, yang ditemukan ahli2 perbintangan Kerajaan Babilonia Baru pada 2.700 
tahun silam guna kepentingan konstruksi kalender mereka. Dalam kriteria 
Babilon, umur Bulan  24 jam sementara Lag  48 menit. Karena wilayah Babilonia 
Baru terletak di sekitar garis lintang 30deg LU, koreksinya untuk daerah tropik 
seperti Indonesia menghasilkan Lag  41 menit, sangat dekat dengan nilai yang 
ditawarkan pak Said D. Jenie. 

Parameter Prof Said D. Jenie ini konsisten dengan hasil pengamatan kami di 
Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) dan Jogja Astro Club 

[FISIKA] Dari Trans 7 -- Re: [IndoEnergy] Re: Blue energy... realita atau rekayasa ?

2008-07-11 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Sepakat, kritis memang musti dikedepankan. Bicara energi, kita berada dalam 
ranah hal-hal yang bisa dihitung, dan perhitungan yang baik tentu yang bisa 
diulang oleh orang lain asalkan kondisi dan situasinya sama. Jika tidak 
demikian, yah itu masih dalam taraf pseudo-sains, seperti kasus cold fusion 
itu, atau superluminal particles dalam dunia fisika.
Btw, Blue energy Joko Soeprapto itu, ternyata gas Brown hasil elektrolisa air. 
Kesimpulan ini berdasar demonstrasi Joko sendiri di depan wartawan Trans 7 
yang disiarkan Selasa malam lalu dalam Kupas Tuntas. Dari demosntrasi ini 
didapat kira-kira skema pembangkitan listrik ala Blue energy ya seperti ini 
(lihat di attachment). 
Singkatnya, Joko memanfaatkan air (dari sumber mana saja) yang dicampur sedikit 
naftalena dan dimasukkan dalam tabung (sebut saja reaktor) yang dialiri listrik 
320 watt. Kenapa naftalena? Joko mengatakan, sebenarnya tidak harus naftalena, 
bisa juga senyawa lain karena yang penting ada karbonnya dan karbon ini akan 
diambil untuk kemudian dirangkaikan dengan hidrogen di dalam reaktor lewat 
bantuan listrik sehingga didapat hidrokarbon yang dikehendaki. Namun dari 
lubang outlet reaktor tidak terlihat ada cairan yang keluar. Malah yang ada 
gelembung-gelembung gas. Sementara dari lubang satunya (sebutlah outlet 
residu), keluar residu yang setelah diolah di tiga tabung lain yang berbeda 
kemudian menghasilkan pupuk. 
Gas dari outlet reaktor ini kemudian dicampur dengan solar dalam perbandingan 9 
bagian gas dan 1 bagian solar. Pencampurannya dilakukan begitu saja dalam 
sebuah percabangan, tanpa lewat mixer. Dari sini kemudian campuran itu 
dimasukkan ke mesin diesel, untuk menggerakkan mesin tersebut sehingga 
diperoleh arus listrik. dan arus listrik 320 watt yang digunakan reaktor tadi 
diambil dari listrik diesel ini. 
Ada banyak pertanyaan memang, misalnya saja kenapa yang dimasukkan ke dalam 
reaktor itu (yang kemungkinan reaktor elektrolisis) justru air dan naftalena? 
Sementara elektrolisa air lebih efektif berlangsung dalam suasana basa 
(sehingga lebih baik ditambahkan basa-basa seperti KOH dll). Dan bagaimana 
pencampuran gas yang terbentuk (gas Brown) dengan solar sehingga didapat klaim 
penghematan solar hingga 90 %. Demikian juga pupuk itu datang dari mana? 
Demikian juga jika diklaim naftalena sebagai sumber karbon, yang dipreteli dan 
kemudian dirangkai-rangkai dalam tabung reaktor itu dengan hidrogen sehingga 
timbul hidrokarbon, koq keluarnya malah gas ? Padahal yang dikehendaki fluida, 
yang mirip solar.
Salam,
Ma'rufin

- Original Message 
From: Wisnu Martono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, July 6, 2008 11:17:30 AM
Subject: Re: [IndoEnergy] Re: Blue energy... realita atau rekayasa ?


Kebetulan, saya ada dalam perahu bernama kritis itu. Sikap kritis tetap 
diperlukan, kalau tidak ingin Joko Suprapto-joko suprapto lain timbul dan 
menjerumuskan kita semua ke kubangan yang dalam. Sangat salah, menganggap sikap 
kritis sebagai sikap waton suloyo. Apalagi sinisme.

Saya bicara dengan hitungan. Silahkan koreksi hitungan saya, kalau dianggap 
pendapat saya keliru. 

Satu hal jelas, saya telah menggunakan hitungan sejak tahun 2006, ketika 
(hampir) semua orang masih terpesona dengan mimpi bernama jarakpagar. Mereka 
yang tidak mampu membantah hitungan saya biasanya lalu lari ke tuduhan berbau 
character assasination . 
Orang minyak lah, orang LSM lah. Dua-duanya tidak benar dan tidak berdasar.

Repot, kalau sikap kritis lalu ditanggapi secara personal.


--- On Sun, 6/7/08, Lisman Manurung [EMAIL PROTECTED] com wrote:

From: Lisman Manurung [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Re: [IndoEnergy] Re: Blue energy... realita atau rekayasa ?
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Received: Sunday, 6 July, 2008, 7:33 AM


Upaya mencari enerji alternatif hendaknya tidak melahirkan sinisme. Tetapi kita 
perlu mengembangkannya dan tentu dengan sikap kritis...
  


--- On Sat, 7/5/08, Wisnu Martono wisnuam2003@ yahoo.com. au wrote:

From: Wisnu Martono wisnuam2003@ yahoo.com. au
Subject: Re: [IndoEnergy] Re: Blue energy... realita atau rekayasa ?
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Date: Saturday, July 5, 2008, 9:51 PM


Di Youtube juga bisa dilihat ada percobaan mencampur air dengan bahan bakar 
untuk mobil.Mobilnya bisa jalan, sampai akhirnya melompat-lompat karena 
mesinnya menjadi sangat kasar dan mati sesudah berjalan sekian  mil. Mungkin 
mesinnya juga udah hancur. Mungkin bukan separah ini yang dimaksud JoSu sbg 
Blue Energy. Tapi, apa?

--- On Sat, 5/7/08, M. Danil Daud [EMAIL PROTECTED] com wrote:

From: M. Danil Daud [EMAIL PROTECTED] com
Subject: [IndoEnergy] Re: Blue energy... realita atau rekayasa ?
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Received: Saturday, 5 July, 2008, 7:27 PM


Rekan,
Kalau disearch di internet dengan kata blue energy kita akan 
menemukan banyak sekali situs yang menjual alat2 yang ngakunya dapat 
menghasilkan H2 dengan biaya murah. Alat yang dijual harganya juga 
sangat murah. Ada yang pernah 

[FISIKA] Melempar Dadu untuk Mars, Menanti Tumbukan Asteroid 2007 WD5

2007-12-27 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Bener. Asteroid 2007 WD5 sedang menempuh lintasan ke
Mars dan kemungkinan akan bertumbukan dengan planet
mungil merah ini pada 30 Januari 2008 mendatang,
tepatnya pada pukul 10:55 GMT. Di Indonesia, tumbukan
ini hanya bisa disaksikan di zona waktu WITA dan WIT,
sebab hanya di zona waktu itulah langit sudah mulai
menggelap karena Matahari sudah terbenam. Maka dari
itu, yuk siap2 trip to Bali, Flores, Sumbawa dll
sepanjang masih di WITA/WIT :).

Namun, cerita tentang tumbukan itu masih ada
tetapi-nya. 

Asteroid 2007 WD5 ditemukan pada 20 November lalu
dalam Catalina Sky Survey yang bersenjatakan teleskop
pemantul berdiameter 1,5m di Observatorium Gunung
Lemmon, Arizona (AS). Program Catalina Sky Survey yang
dibiayai sepenuhnya oleh NASA ini bertujuan untuk
melacak benda2 langit mini yang memiliki potensi untuk
berbenturan dengan Bumi. Kita tahu, berdasar jejak
170-an kawah2 produk tumbukan benda langit (yang
terbukti) yang tersebar di seantero penjuru permukaan
Bumi kita, planet biru ini tidaklah steril dari
potensi benturan dengan benda langit mini seperti
komet dan asteroid. 65 juta tahun silam kawanan
dinosaurus dan makhluk hidup lain yang memiliki berat
tubuh  20 kg musnah saat asteroid sebesar Gunung
Everest menghantam Semenanjung Yucatan dan menciptakan
kawah tumbukan raksasa Chicxulub yang bergaris tengah
200 km. 

Belakangan para astronom dan astrofisikawan lebih
mencemaskan keberadaan benda-benda langit supermini
dengan diameter  50 m yang jumnlahnya milyaran dan
bergentayangan secara random di tata surya bagian
dalam. Sebab mereka berada di bawah kemampuan deteksi
teleskop2 optik terbaik di Bumi pada saat ini,
sementara dampak tumbukannya cukup Armageddon untuk
kota besar sekalipun. Kawah Meteor Wabar (Saudi
Arabia) misalnya, terbentuk ketika asteroid
berdiameter 'hanya' 10 m menghantam jantung lautan
pasir ar-Rub' al-Khali di tenggara Riyadh pada 1863.
Asteroid 'sekecil' itupun sudah sanggup menghempaskan
energi 11 kiloton TNT dengan dentuman bunyi tumbukan
terdengar ke segenap penjuru Jazirah Arabia. Andaikata
asteroid ini jatuh 10-15 menit lebih cepat, sebagian
kota Paris mungkin sudah menjadi abu akibat tumbukan
yang energinya setara dengan separo energi letusan bom
Hiroshima ini. 

Asteroid 2007 WD5 kemungkinan adalah asteroid batu
(stony) atau kondritik berdiameter 50 m (massa =
180.000 ton) yang diklasifikasikan ke dalam asteroid
kelas Amor, alias pelintas Mars. Orbit asteroid ini
berbentuk ellips dengan perihelion 1,01 AU, aphelion
2,54 AU, eksentrisitas 0,6, inklinasi 2,37º dengan
periode edar 4,05 tahun. Pada 1 November lalu (jadi
sebelum ditemukan), asteroid ini melintas di dekat
Bumi dalam jarak 'hanya' 7,5 juta km alias 19,5 kali
jarak Bumi-Bulan. Mengejutkan? Masih ada lagi.
Proyeksi orbit asteroid ini menunjukkan ia hampir
memotong orbit Mars pada 30 Januari 2008 mendatang!

Proyeksi terbaik menunjukkan pada 30 Januari 2008
mendatang asteroid ini sebenarnya hanya melintas
sejauh 50.000 km dari pusat planet Mars, atau 46.400
km dari permukaan planet merah mungil ini. Namun ini
belumlah final karena ketidakpastian orbit asteroid
ini masih cukup besar. Jika dilihat dari permukaan
2007 WD5, maka ada zona ketidakpastian imajiner
berbentuk ellips dengan panjang 1,33 juta km dan lebar
1.300 km di sekeliling garis orbit asteroid ini. Dan
zona ketidakpastian inilah yang memotong orbit Mars,
bahkan menyentuh permukaan planet itu. Tumbukan bisa
terjadi dimana saja di permukaan Mars pada zona ellips
selebar 800 km yang memotong ekuator pada garis bujur
30º BB Mars, di dekat lokasi pendaratan robot rover
Opportunity, yang hingga kini masih aktif dalam misi
robot kembar Mars Exploration Rover sejak awal 2004
silam. Namun potensi tumbukan ini masih berada dalam
lemparan dadu, sebab probabilitas tumbukan itu
hanyalah 1 : 75. Meski, peluang ini jauh lebih baik
dibanding peluang asteroid 99942 Apophis yang
diperkirakan akan bersinggungan dengan Bumi pada 13
April 2036 pada probabilitas 1 : 45.000 dan itupun
sudah menempatkan asteroid ini dalam skala 1 Torino. 

Jika tumbukan benar2 terjadi, maka 2007 WD5 akan masuk
ke atmosfer Mars pada sudut datang 30º sehingga akan
terus jatuh ke permukaannya tanpa bisa dicegah. NASA
memperhitungkan asteroid ini akan menumbuk Mars pada
kecepatan 13,5 km/s dengan energi tumbukan 3 megaton
TNT (150 kali lipat bom Hiroshima) dan akan membentuk
kawah berdiameter 1 km. Sepertinya estimasi NASA ini
berdasarkan pada perhitungan kasar dengan asumsi
target itu menumbuk Bumi (Kawah Meteor Arizona yang
sangat terkenal itu, dengan diameter 1,2 km memang
dibentuk oleh tumbukan asteroid yang melepaskan energi
3,5 megaton TNT), sementara lingkungan Mars adalah
berbeda dengan Bumi. Rasanya ini memang harus
dianalisis ulang.

So, kondisinya memang tidak seoptimistis seperti kisah
serial tumbukan 21 keping komet Shoemaker Levy 9
(SL-9) terhadap Jupiter pada 16 - 24 Juli 1994 silam,
yang probabilitas tumbukannya jauh lebih besar dan
sudah bisa diramalkan sejak setahun sebelumnya. 


Re: [FISIKA] magnetic di Kelud was segitiga bermuda

2007-12-23 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Sebenarnya tidak ada yang aneh di Gunung Kelud. Pak
Amien Widodo dari ITS sudah menelitinya dan sejauh ini
menurut beliau semuanya wajar-wajar saja, mobil itu
bergerak karena jalannya menurun. Mengapa kelihatannya
naik? Itu lebih pada ilusi optik. Acuan untuk
menyatakan naik atau turun di jalan itu lebih
didasarkan pada tegakan pohon-pohon di sisi kiri-kanan
jalan, sementara posisi pohon-pohon di sini ternyata
sudah lebih dulu miring karena terjadinya tanah
merayap (soil creep). Soil creep ini berhubungan
dengan daya ikat batuan setempat yang rendah, bukan
dengan penggelembungan akibat naiknya magma menuju
kepundan. Soal ini pernah diangkat di program
Potret-nya SCTV dan pernah juga diulas dalam Dongeng
Geologi-nya ustadz gempa kita pak Rovicky
(http://rovicky.wordpress.com). 

Yang aneh pada Kelud justru proses letusannya kali
ini. Sepanjang 730 tahun terakhir Kelud dikenal
sebagai gunung api yang eksplosif dengan letusan yang
singkat, yang kemudian mendatangkan kesimpulan bahwa
dapur magma gunung ini kecil (Escher, 1954). Sebagai
gunung api muda yang sepantaran dengan Merapi,
perkembangan Kelud ternyata sangat terbatas, ditandai
dengan ketinggian yang rendah, puncak irregular dan
tajam dengan sumbat lava di sana-sini yang membentuk
puncak Sumbing, puncak Gajahmungkur dan puncak Kelud
itu sendiri. Ini semua adalah tanda-tanda nyata bahwa
gunung yang berdiri ujung selatan patahan Gresik atau
Watukosek (nama yang mendadak populer karena sering
dikambinghitamkan dalam episode Banjir Lumpur Lapindo)
memiliki karakter letusan eksplosif yang dahsyat
hingga seringkali merusak tubuhnya sendiri. Pada
letusan 1990 gunung ini menyemburkan tephra sebanyak
120 juta meter kubik. Bandingkan dengan Merapi 2006
yang 'hanya' sanggup mengeluarkan 8 juta meter kubik. 

Baru kali ini Kelud meletus dengan lambat, bertipe
efusif dan menimbun magmanya hingga memenuhi danau
kawah menjadi sebuah kubah lava baru. Dalam catatan
histori letusannya, terbentuknya kubah lava juga
pernah terjadi pada 1376. Namun kubah lava ini tidak
menjadi tanda bahwa Kelud akan lebih 'jinak'. Pasca
letusan 1376 itu pun Kelud kembali kepada karakternya
semula : eksplosif.  

salam


Ma'rufin

--- Husin Alatas [EMAIL PROTECTED] wrote:

 fenomenanya sama saja dengan rumah miring di dufan.
 ini cuma masalah
 ilusi optik. terlihat naik, padahal turun.
 
 salam,
 ha
 
 On 12/4/07, [EMAIL PROTECTED]
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mas Ma'rufin,
  Lalu fenomena apa yang ada di daerah wates, kediri
  gunung kelud.
  Disana ada Jalan Misteri yang panjangya sekitar
 100M dimana mobil bisa
  nggelondor kearah gunung (naik), bukan turun.
  suwun infonya.
  wassalam wrwb.
 
 
  wrote:
 
 
 
 
  Kalo tentang penyebab sesungguhnya kejadian di
  segitiga Bermuda, sampai saat ini belum jelas.
 Namun
  untuk soal meteor raksasa dan kawah tumbukannya
  (termasuk materi magnetiknya), perkenankan untuk
  sedikit mendongeng disini, yang pada intinya sulit
  untuk mengaitkan hal itu dengan fenomena segitiga
  Bermuda.
 
  Di dekat segitiga itu, tepatnya di Semenanjung
  Yucatan, memang ada sebuah kawah tumbukan gigantik
  berdiameter 180 km. Kawah Chicxulub namanya,
 terbentuk
  65 juta tahun silam dan diyakini sebagai penyebab
  musnahnya dinosaurus. Kini kawah itu terpendam di
  kedalaman 700 m dan tidak menampakkan topografi
 apapun
  di muka Bumi kecuali jajaran cenotes (mata air)
 yang
  unik.
 
  Sementara di utara segitiga, juga terdapat kawah
 besar
  yang lain, Kawah Chesapeake Bay namanya, yang
  terpendam persis di bawah metropolitan New York.
 Kawah
  ini berdiameter 95 km dan terbentuk 35 juta tahun
  silam bersama Kawah Popigai di Russia timur. Tidak
  jelas apa yang dimusnahkan oleh kawah ini, namun
  grafik paleobiodiversity menunjukkan memang ada
  penurunan jumlah spesies makhluk hidup di sekitar
 35
  juta tahun silam, meski skalanya cukup kecil
 dibanding
  pemusnahan 65 juta tahun silam.
 
  Kalo mau diusut-usut lagi, banyak kawah
 besar-besar
  bertebaran di Canada. Mulai dari Sudbury (diameter
 200
  km, terbentuk 1,8 milyar tahun silam), Manicouagan
  yang berbentuk danau cincin khas (diameter 100 km,
  terbentuk 120 juta tahun silam) hingga danau kawah
  kembar Clearwater East dan Clearwater West,
 masing2
  berdiameter 35 km.
 
  Apakah materi ferromagnet dari kawah Chicxulub dan
  Chesapeake Bay yang mengontrol keanehan di
 segitiga
  Bermuda? Saya pikir tidak. Memang benar, ada
 meteorit
  yang sangat kaya dengan besi (hingga 90 % berat)
 yang
  disebut meteorit siderit. Namun meteorit ini lebih
  banyak ditemukan tunggal (tanpa kawah) ataupun
  terserak dalam kawah-kawah kecil, dan sejatinya
 meteor
  siderit bukanlah meteor dominan dalam tata surya
 kita.
  Yang dominan adalah meteor dari jenis karbon
 kondritik
  dan kondritik, dan kedua meteor inilah yang paling
  banyak membentuk kawah2 besar. Chicxulub dan
  Chesapeake Bay pun dibentuk oleh meteorit ini.
 Seperti
  apa meteorit kondritik? Ia mirip dengan batu
 apung,
  dan untuk karbonat 

[FISIKA] OOT : From Global Warming To Mass Extinction -- Global warming �ngga bisa� dicegah !

2007-12-23 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Salah satu tema paling seksi dalam khazanah
astrofisika adalah mass extinction alias pemusnahan
massal. Ini adalah peristiwa dimana populasi dan
kelimpahan makhluk hidup di Bumi mendadak menyusut
dalam skala waktu yang sangat pendek (kurang dari 1
juta tahun, teramat singkat dalam skala waktu geologi)
dibanding semula. 

Dalam 500 juta tahun terakhir di Bumi terjadi
sedikitnya lima episode pemusnahan massal berskala
besar, yakni 435 juta tahun silam (akhir Ordovisian),
374 juta tahun silam (akhir Devon), 250 juta tahun
silam (batas Permian-Trias), 201 juta tahun silam
(akhir Trias) dan 65 juta tahun silam (batas
Kapur-Tersier). Yang terakhir ini memang terpopuler
sebab pada saat itulah kawanan reptil raksasa
dinosaurus musnah lenyap kehidupannya bersama 75 %
makhluk Bumi saat itu. Namun pemusnahan massal
terdahsyat terjadi 250 juta tahun silam kala 96 %
populasi makhluk hidup mendadak lenyap. 

Baik pemusnahan massal pada batas Permian-Trias maupun
pada batas Kapur-Tersier diduga kuat berkaitan dengan
kejadian tumbukan benda langit raksasa yang terkoneksi
dengan banjir lava basalt. Pemusnahan massal 250 juta
tahun silam diduga erat terkait dengan terbentuknya
Kawah Bedout (diameter 200 km) di Australia Barat
sebagai kawah satelit dan kawah Wilkes Land (diameter
400 km) di Antartika sebagai kawah utama serta banjir
lava basalt di Siberia. Rekonstruksi posisi kedua
kawah untuk waktu 250 juta tahun silam menunjukkan
keduanya berada di zona Kutub Selatan masa itu,
sementara pusat banjir lava basalt Siberia berada di
dekat Kutub Utara masa itu, atau di sekitar antipode
(titik-lawan) kawah Bedout dan Wilkes Land. 

Sementara pemusnahan massal di batas Kapur-Tersier
diduga kuat terkait dengan terbentuknya Kawah
Chicxulub di Mexico (diameter 200 km) dan banjir lava
basalt Dekan di India. Sama juga, rekonstruksi pusat
banjir lava basalt Dekan untuk 65 juta tahun silam
menunjukkan dirinya berada di sekitar antipode Kawah
Chicxulub. Belakangan di sekitar lokasi banjir lava
ini juga didapati kawah tumbukan lain yang tak kalah
besarnya, Kawah Shiva (panjang 600 km lebar 450 km)
yang juga terbentuk 65 juta tahun silam. Rekonstruksi
posisi kawah Chicxulub dan Shiva ini untuk waktu 65
juta tahun nsilam menunjukkan keduanya memang berada
dalam sistem pode-antipode alias saling berseberangan.

Salah satu 'substansi penghancur' dalam pemusnahan
massal adalah kadar CO2 yang sangat berlebih di
atmosfer, yang menyebabkan pemanasan global. Pada
pemusnahan massal 250 juta tahun silam kadar CO2 di
atmosfer mencapai 3.000 ppm atau 0,3 %. Sementara
dalam pemusnahan massal 65 juta tahun silam kadar
CO2-nya 'hanya' 1.000 ppm. O' Keefe dan Aherns (1989)
menyimulasikan, dengan basis kadar CO2 masa kini yang
diasumsikan 350 ppm, tumbukan asteroid batu/besi
berdiameter 10 km ataupun komet berdiameter 14 km akan
membuat kadar CO2 di atmosfer melonjak hebat hingga
1.500 ppm oleh melelehnya sedimen karbonat yang
menjadi target tumbukan dan kebakaran hutan global
yang menjadi dampak lanjutan dari tumbukan.
Implikasinya suhu rata-rata permukaan Bumi pun naik
10º C dari nilai semula. Padahal kenaikan suhu
rata-rata sebesar 4º C saja sudah cukup untuk
meleburkan seluruh gletser yang tersisa di Bumi dan
juga padang es di Arktika dan Antartika. Terjadinya
pemanasan global pada 250 juta tahun silam dan 65 juta
tahun silam dapat diketahui dari anomali rasio isotop
C-13/C-12 yang berharga 0,4 (padahal normalnya hanya
0,27).

Kini atmosfer Bumi kita mengandung CO2 sebanyak 375
ppm (nilai tahun 2005). Oleh pemakaian bahan bakar
fossil yang diimbangi dengan pembabatan hutan secara
besar-besaran, maka terjadilah penambahan CO2 di
atmosfer sebanyak 3 ppm/tahun yang diikuti dengan
kenaikan permukaan rata-rata air laut sebesar 3,1
mm/tahun dan kenaikan suhu rata-rata 0,05º C. Jika
semuanya berjalan secara linier, kondisi udara saat
musnahnya dinosaurus (yakni kadar CO2 1.000 ppm)
memang baru akan tercapai pada 2215 CE alias 208 tahun
lagi. Namun melelehnya semua es di permukaan Bumi
(termasuk kutub) akan terjadi lebih cepat, yakni dalam
4/0,05 = 80 tahun lagi atau pada 2090 CE kelak.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
bahkan menyebut kenaikan suhu 4º C akan terjadi lebih
cepat lagi, yakni dalam 70 tahun mendatang. 

Meski 'hanya' 4º C namun harap diingat bahwa 30 %
makhluk hidup Bumi saat ini sangat sensitif terhadap
perubahan suhu, sehingga kenaikan suhu global sebesar
2º C saja sudah mampu memusnahkan mereka. Jika suhu
global sampai naik 4º C maka 30 % lahan basah akan
hilang. Implikasinya tentu sangat luar biasa.
Kemusnahan macam ini setara dengan dampak tumbukan
masa Eosen (35 juta tahun silam) yang membentuk kawah
Chesapeake Bay (diameter 95 km, lokasi New York) dan
Popigai (diameter 100 km, lokasi Russia timur). 

So, tanpa harus menanti komet Armageddon jatuh
menumbuk Bumi, kita manusia pun bisa menciptakan
pemusnahan massal dalam 70 - 80 tahun ke depan.
Rumusnya sangat sederhana : bakar semua bahan bakar
fossil dan organik serta babat 

[FISIKA] Gunung Toba

2007-12-23 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Danau Toba yang besar itu (luasnya kira2 100 x 30 km)
sebenarnya berdiri di atas reruntuhan 3 kaldera besar.
Di selatan terdapat Kaldera Porsea, berbentuk ellips
dengan dimensi 60 x 40 km, terbentuk oleh letusan
gigantik 800 ribu tahun silam. Kaldera ini meliputi
sebagian selatan danau Toba dari Pulau Samosir, hingga
ke daratan wilayah Parapat - Porsea dan teluk yang
menjadi outlet ke Sungai Asahan. Wajah kaldera Porsea
ini 'dirusak' oleh kaldera Sibadung yang terbentuk
kemudian. Sementara di sebelah utara, di utara Pulau
Samosir terdapat kaldera Haranggaol yang nyaris bulat
dengan diameter 'hanya' 14 km. Haranggaol terbentuk
pada 500 ribu tahun silam. Keberadaan kaldera-kaldera
besar ini menunjukkan Danau Toba adalah kompleks
vulkanik nan luar biasa. 

Kita fokuskan ke Kaldera Sibadung. Inilah kaldera yang
terbentuk dalam erupsi gigantik 71.500 +/- 4.000 tahun
silam dan dinobatkan sebagai letusan terdahsyat di
muka Bumi dalam 2 juta tahun terakhir setelah banjir
lava di Yellowstone (AS). Bentuk kaldera mirip kacang
(peanut-like) dan secara kasar memiliki panjang 60 km
dengan lebar 30 km. Bentuk unik ini mengesankan bahwa
kaldera Sibadung dulunya kemungkinan adalah gunung api
kembar yang meletus secara bersamaan, seperti halnya
gunung Danan dan Perbuwatan dalam erupsi katastrofik
Krakatau 1883. Kaldera Sibadung mencakup seluruh
bagian Pulau Samosir dan perairan selatan Danau Toba,
kecuali teluk di sebelah tenggara yang menjadi
outlet ke Sungai Asahan.

Letusan Toba 71 - 75 ribu tahun silam memang sungguh
luar biasa. Gunung ini melepaskan energi 1.000 megaton
TNT atau 50 ribu kali lipat ledakan bom Hiroshima dan
menyemburkan tephra 2.800 km kubik berupa ignimbrit,
yakni batuan beku sangat asam yang memang menjadi ciri
khas bagi letusan-letusan besar. 800 km kubik tephra
diantaranya dihembuskan ke atmosfer sebagai debu
vulkanis, yang kemudian terbang mengarah ke barat
akibat pengaruh rotasi Bumi sebelum kemudian turun
mengendap sebagai hujan abu. Sebagai pembanding,
erupsi paroksimal Tambora 1815 (yang dinyatakan
terdahsyat dalam sejarah modern) 'hanya' menyemburkan
100 km kubik debu dan itupun sudah sanggup mengubah
pola cuaca di Bumi selama bertahun-tahun kemudian,
yang salah satunya menghasilkan hujan lebat yang salah
musim di Eropa dan berujung pada kekalahan Napoleon
pada pertempuran besar Waterloo. 

Kerikil (lapili) produk letusan Toba ditemukan hingga
di India, yang berjarak 3.000 km dari pusat letusan.
Keseluruhan permukaan anak benua India ditimbuni abu
letusan dengan ketebalan rata-rata 15 cm. Bahkan di
salah satu tempat di India tengah, ketebalan abu
letusan Toba mencapai 6 meter. Debu vulkanik dan
sulfur yang disemburkan ke langit dalam letusan
dahsyat selama 2 minggu tanpa henti itu membentuk
tirai penghalang cahaya Matahari yang luar biasa
tebalnya di lapisan stratosfer, hingga intensitas
cahaya Matahari yang jatuh ke permukaan Bumi menurun
drastis tinggal 1 % dari nilai normalnya. Kurangnya
cahaya Matahari juga menyebabkan suhu global menurun
drastis hingga 3 - 3,5º C dari normal dan memicu
terjadinya salah satu zaman es. Rendahnya intensitas
cahaya Matahari membuat tumbuh2an berhenti
berfotosintesis untuk beberapa lama dan tak sedikit
yang bahkan malah mati, seperti terekam di lembaran2
es Greenland. 

Bagaimana dengan manusia? Ambrose (1998) berdasar
jejak DNA manusia purba menyebut saat itu terjadi
situasi genetic bottleneck yang ditandai dengan
berkurangnya kelimpahan genetik dan populasi manusia.
Bahkan dikatakan jumlah individu manusia saat itu
(tentunya dari generasi homo sapiens awal seperti homo
sapiens neanderthalensis dan rekan-rekannya) merosot
drastis hingga tinggal 10 % saja dari populasi semula.
Bencana lingkungan akibat erupsi Toba ini diduga
membuat homo neanderthalensis berevolusi menghasilkan
individu yang lebih lemah. Sehingga ketika katastrofik
berikutnya terjadi, yakni pada 12.900 tahun silam di
ujung zaman es tatkala asteroid/komet berdiameter 5 km
jatuh ke Bumi dari ketinggian awal yang rendah
(mendekati horizon) sehingga benda ini meledak pada
ketinggian 60 km di atas Eropa - Amerika sembari
melepaskan energi 10 juta megaton TNT, neanderthal tak
sanggup lagi bertahan dan punahlah ia bersama kawanan
mammoth sang gajah raksasa zaman es.

Danau Toba sekarang ini, apakah masih aktif? Ya. Bekas
letusan berskala kecil dan kubah lava baru pasca
erupsi hebat itu masih dapat dijumpai di kerucut
Pusukbukit di sebelah barat dan kerucut Tandukbenua di
sebelah utara. Terangkatnya Pulau Samosir hingga 450
meter dari elevasi semula (yang dapat dilihat dari
lapisan2 sedimen danau di pulau ini) juga menunjukkan
bahwa reservoir magma Toba telah terisi kembali,
secara parsial. Studi seismik menunjukkan di bawah
danau Toba terdapat sedikitnya dua reservoir magma di
kedalaman 40-an km dengan ketebalan 6-10 km. 

Kapan Toba akan kembali meletus dahsyat? Kita tidak
tahu. Namun dilihat dari historinya butuh waktu
sedikitnya 300 ribu tahun pasca letusan besar Toba
untuk kembali menghasilkan 

Re: [FISIKA] Re: segitiga bermuda

2007-11-28 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Kalo tentang penyebab sesungguhnya kejadian di
segitiga Bermuda, sampai saat ini belum jelas. Namun
untuk soal meteor raksasa dan kawah tumbukannya
(termasuk materi magnetiknya), perkenankan untuk
sedikit mendongeng disini, yang pada intinya sulit
untuk mengaitkan hal itu dengan fenomena segitiga
Bermuda. 

Di dekat segitiga itu, tepatnya di Semenanjung
Yucatan, memang ada sebuah kawah tumbukan gigantik
berdiameter 180 km. Kawah Chicxulub namanya, terbentuk
65 juta tahun silam dan diyakini sebagai penyebab
musnahnya dinosaurus. Kini kawah itu terpendam di
kedalaman 700 m dan tidak menampakkan topografi apapun
di muka Bumi kecuali jajaran cenotes (mata air) yang
unik. 

Sementara di utara segitiga, juga terdapat kawah besar
yang lain, Kawah Chesapeake Bay namanya, yang
terpendam persis di bawah metropolitan New York. Kawah
ini berdiameter 95 km dan terbentuk 35 juta tahun
silam bersama Kawah Popigai di Russia timur. Tidak
jelas apa yang dimusnahkan oleh kawah ini, namun
grafik paleobiodiversity menunjukkan memang ada
penurunan jumlah spesies makhluk hidup di sekitar 35
juta tahun silam, meski skalanya cukup kecil dibanding
pemusnahan 65 juta tahun silam. 

Kalo mau diusut-usut lagi, banyak kawah besar-besar
bertebaran di Canada. Mulai dari Sudbury (diameter 200
km, terbentuk 1,8 milyar tahun silam), Manicouagan
yang berbentuk danau cincin khas (diameter 100 km,
terbentuk 120 juta tahun silam) hingga danau kawah
kembar Clearwater East dan Clearwater West, masing2
berdiameter 35 km. 

Apakah materi ferromagnet dari kawah Chicxulub dan
Chesapeake Bay yang mengontrol keanehan di segitiga
Bermuda? Saya pikir tidak. Memang benar, ada meteorit
yang sangat kaya dengan besi (hingga 90 % berat) yang
disebut meteorit siderit. Namun meteorit ini lebih
banyak ditemukan tunggal (tanpa kawah) ataupun
terserak dalam kawah-kawah kecil, dan sejatinya meteor
siderit bukanlah meteor dominan dalam tata surya kita.
Yang dominan adalah meteor dari jenis karbon kondritik
dan kondritik, dan kedua meteor inilah yang paling
banyak membentuk kawah2 besar. Chicxulub dan
Chesapeake Bay pun dibentuk oleh meteorit ini. Seperti
apa meteorit kondritik? Ia mirip dengan batu apung,
dan untuk karbonat kondritik mirip batubara. 

Sebagai bukti lain bahwa bukan aktivitas magnetik
yang mengontrol keanehan di segitiga Bermuda, nun jauh
di selatan di dekat Antartika terdapat region yang
dikenal sebagai SAA (South Atlantic Anomaly), yakni
bagian permukaan Bumi yang paling dekat dengan sabuk
radiasi van Allen bagian dalam sehingga intensitas
magnet di sini lebih besar dibanding tempat lain. SAA
dikenal berpotensi merusak komponen elektronik yang
peka sehingga Hubble Space Telescope, yang konfigurasi
orbitnya 'terpaksa' harus melewati region SAA, akan
dimatikan jika melewati daerah ini. Namun sejauh ini
tidak ada catatan kehilangan kapal ataupun pesawat
terbang disini, berbeda sekali dengan segitiga
Bermuda.

salam


Ma'rufin
--- [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote:

 menurut cerita, zaman dulu pernah ada meteor yang
 jatuh didaerah tersebut.
 meteor ini memiliki konsentrasi massa yang sangat
 besar, sehingga mampu
 mempengaruhi gaya
 gravitasi dan medan maghnet di sekitar daerah
 tersebut.
 Konsentrasi massa yang sangat besar membuat daerah
 ini menjadi terisolir dan
 memiliki system space tersendiri, dan tidak mengenal
 lagi arah mata angin
 utara-barat-timur atau selatan.
 Setiap kali pesawat atau kapal yang melalui jalur
 tersebut akan tersesat
 selamanya dan tidak pernah akan kembali.
 Pernah saya baca beberapa expedisi penelitian yang
 melibatkan peralatan
 canggih untuk masuk ke daerah tersebut tidak pernah
 kembali dan kemungkinan
 sampai saat ini masih tersesat disana. Atau mungkin
 disana sudah ada
 komunitas penduduk yang tersesat dan beranak pinak
 dengan kondisi lingkungan
 yang jauh berbeda dengan system di bumi pada
 umumnya.
 Mungkin ada yang berminat untuk hidup didunia lain,
 silakan mencoba expedisi
 ke daerah ini.
 Amazing story..
 
 
 -bhx-
 
 
 
 
 
 
 On 11/2/07, putri_bungah [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
mungkin ada efek medan magnet yang besar ya??
  yang terkonsentrasi di segitiga bermuda ini...
 
  --- In

fisika_indonesia@yahoogroups.comfisika_indonesia%40yahoogroups.com,
  dian_zero4 [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
  
   Sampai sekarang berbagai keanehan dan misteri
 dari segitiga bermuda
   telah coba dijelaskan dengan berbagai
 teori,dikaitkan dengan cerita
   yang mungkin bersifat tahayul, atau dengan
 berbagai penjelasan lain
   yang sayangnya belum mampu memberikan penjelasan
 yang memuaskan.
   mungkin ada di antara temen-temen
 fisika_indonesia yang tau banyak
   tentang segitiga bermuda tolong dong kasih
 penjelasan tentang
  penyebab
   terjadinya keanehan-keanehan ini, terima
 kasih
  
 
   
 
 



  

Be a better sports nut!  Let your teams follow you 
with Yahoo Mobile. Try it now.  

Re: [FISIKA] Re: Gerhana dan Gempa (1) : Situbondo 10 September 2007

2007-09-23 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Sebagai tambahan, disini dibandingkan karakter tsunami
produk Gempa Bengkulu 12 September 2007 dengan tsunami
Samudera Hindia 17 Juli 2006 silam. 

Gempa Samudera Hindia 17 Juli 2006 memiliki magnitude
7,7 Mw dengan hiposentrum 33 km dan episentrum di
lepas pantai Pangandaran. Finite fault model dari Chen
Ji (Caltech) menunjukkan gempa ini memproduksi rupture
zone seluas 200 x 50 km persegi, tidak berbeda dengan
estimasi formula empirik dari Ambrasey dan Zatopak
(1968) serta Rivera dkk (2002). Secara rata-rata dalam
rupture zone ini terjadi pergeseran sejauh 2 m, dengan
pergeseran maksimum 3 m di lepas pantai Cilacap. Gempa
ini melepaskan energi 5,4 megaton TNT atau 270 kali
lebih dahsyat dibanding bom Hiroshima. Durasi gempa
lebih panjang, yakni 200 detik (Gempa Bengkulu
berdurasi 120 detik), karena kecepatan pematahannya
lambat (hanya 1 km/detik) yang memang khas untuk zona
subduksi Jawa. Untuk Sumatra kecepatan pematahannya
rata-rata 3 kali lebih besar. 

Jika dibandingkan dengan Gempa Bengkulu (magnitude 8,4
Mw), gempa Samudera Hindia ini 11 kali lebih lemah.
Logikanya jika gempanya saja lebih lemah tentunya
tsunami-nya juga lebih kecil. 

Namun tsunami dalam Gempa Samudera Hindia ternyata
jauh lebih besar. Pantai Pangandaran dihantam
gelombang dengan run-up vertikal 10 m, sementara
Logending (Kebumen) 7 m, Congot (Kulonprogo) 2 m dan
Parangtritis 5 m (berdasarkan data PSBA UGM). Bahkan
pantai Permisan Nusakambangan - arena latihan Kopassus
- dihantam gelombang besar setinggi 21 m !

Mengapa bisa demikian? Kuncinya ada pada Magnitude
tsunami (Mt), besaran yang diperkenalkan Katsuyuki Abe
untuk mendeskripsikan kaitan antara tsunami dengan
gempa pembangkitnya. Sebuah tsunami dikatakan normal
jika harga Mt berada di sekitar harga magnitude
gempanya (Mw), sehingga tsunami murni diproduksi oleh
deformasi dasar laut. Jika Mt  Mw, muncullah kasus
tsunami earthquake (TsE). Ini fenomena yang sangat
langka, dalam 40 tahun terakhir dari sekian banyak
gempa penghasil tsunami hanya 0,1 % saja diantaranya
yang menunjukkan fenomena TsE. TsE disebabkan adanya
olakan tambahan yang mengiringi deformasi dasar laut
dan mayoritas disebabkan oleh adanya longsoran massif
pada tebing/perbukitan bawah laut. Seperti diketahui,
meski menghasilkan tsunami yang kurang energetik,
longsoran massif nan gigantik sanggup menghasilkan
tsunami dengan run-up vertikal yang luar biasa. Kasus
Teluk Lituya 1958 di Alaska (run-up vertikal = 520
meter), Teluk Skagway 1994 di Alaska maupun Vajont Dam
1963 di Italia (run-up vertikal = 250 meter) menjadi
bukti kedahsyatan tsunami akibat longsoran massif. 

Tsunami Samudera Hindia 17 Juli 2006 memiliki Mt = 8,9
± 0,2 alias hampir menyamai tsunami produk Gempa
megathrust Sumatra-Andaman 2004 yang menerjang Aceh
(Mt = 9,1). Seandainya saja waktu itu gempa di
Samudera Hindia tidak sanggup merontokkan tebing curam
setinggi ± 1 km (tebing2 ini pernah dilihat langsung
pada penyelaman laut dalam Tim BPPT-Jepang 2002 silam)
yang berada di ekstensi lintasan patahan besar Sumatra
yang menjangkau zona subduksi Jawa di dekat
episentrum, pantai selatan Pulau Jawa mulai
Pangandaran hingga Parangtritis hanya akan diterjang
gelombang pasang dengan run-up vertikal 0,3 - 0,2 m
saja. 

So, diakui atau tidak, Bumi kita itu unik. Tidak
selalu gempa yang besar menghasilkan tsunami yang
merusak. Tidak selalu juga gempa yang kecil terasa
lebih ringan. Yogyakarta di pagi hari pada Sabtu 27
Mei 2006 adalah pelajaran sangat berharga untuk itu,
dan bagi saya pribadi, itu takkan terlupakan..

salam


Ma'rufin

--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kayaknya bukan hanya orang jawa dulu yang nggak
 faham untuk apa upacara 
 klenik waktu gerhana dilakukan, saya pun punya
 pikiran kenapa ada sunahnya 
 sholat gerhana, karena pikiran saya gerhana bulan 
 itu hanya peristiwa 
 alam biasa.
 Tetapi menurut penjelasan mas rovicky  ternyata itu
 ada hubungannya dengan 
 peristiwa kejadian alam di bumi, maka tentunya
 sholat gerhana menjadi 
 sangat bermakna terutama untuk  meminta perlindungan
 agar bencana tidak 
 singgah di tempat kita.
 Terimakasih atas pencerahannya.
 wassalam
 tri
 
  
 
 Mas Marufin, dkk
 
 Gempa Bengkulu malah pas banget dengan bulan mati.
 kan pas banget dengan 
 awal puasa, seperti aku ulas di dongengan itu. Kalau
 ingin menambahkan 
 faktor kewaspadaan sakjane gempa, tsunami, serta
 gunung meletus itu bisa 
 dihubungkan juga dengan peredaran benda-benda
 langit. Untuk bumi sangat 
 terpengaruh oleh satelitnya yaitu bulan. Sedemikian
 pentingya peredaran 
 benda langit ini sampai-sampai dalam ilmu geologi
 peredarannya juga 
 dipakai dalam memprediksi (manganalisa) endapat
 batuan yg disebut Orbital 
 Force Stratigraphy, atau ada yang meyebutkan
 Cyclostratigraphy, karena 
 perulangannya (siklus). 
 jaman dahulu orang hanya mengingat-ingat serta
 niteni (bhasa Indonesia 
 niteni apa ya), bahwa setiap ada gerhana, ada awal
 bulan, selalu dilakukan 
 upacara adat. Mereka hanya ndak mudeng gejala apa
 ... wong plajaran 
 

Re: [FISIKA] GEMPA TAPI TIDAK TSUNAMI

2007-09-15 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo

--- sobar pribadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Gempa yang terjadi di Bengkulu kemaren tidak
 menyebabkan terjadinya tsunami. Padahal kekuatan
 gempa dan kedalaman gempa sudah memenuhi syarat
 terjadinya tsunami. Bagaimana para ahli fisika
 menjelaskan hal ini ???
 

Saya bukan ahli fisika..Tapi tak coba mbantu njawab.

Gempa Bengkulu itu sebenarnya juga menimbulkan
tsunami, pak Sobar. Gempa itu terbentuk akibat
rupturing pada zone seluas 400 x 200 km yang menjulur
ke barat laut dari episentrum, dengan total slipping
rata2 200 cm, meski di beberapa tempat sempat juga
mencapai 400 cm. Mekanisme gempa ini ditimbulkan oleh
gerak pematahan naik miring (oblique thrust faulting)
pada prisma akresi Sumatra, dalam daerah di antara
zona subduksi dan Great Mentawai Fault di utara
Enggano. Secara teoritis ada gerak naik (uplift)
setinggi 40 cm (rata-rata) yang mendeformasi dasar
laut pada zona rupture, mengingat hiposentrum gempa
yang dangkal.

Model matematik sederhana dari Carayannis menunjukkan
uplift ini mampu memproduksi tsunami berenergi 16
kiloton TNT. Sementara model matematis dari Katsuyuki
Abe memperlihatkan, dengan asumsi magnitude tsunami =
magnitude gempa (yakni 8,4 Mw) maka pesisir Bengkulu
akan diterjang gelombang pasang setinggi 3 m,
sementara Muko-Muko (yang jauhnya 200-250 km dari
episentrum) diterpa gelombang 1-2 meter.

Itu semua memang terjadi. Ada beberapa kerusakan di
Muko-Muko akibat tsunami ini, namun tidak parah. Di
Bengkulu, garis pantainya memiliki ketinggian rata2 5
m dpl, sehingga tsunami tak sanggup merambat naik.
Catatan tide gauge di Cocos Islands menunjukkan ada
tsunami dengan tinggi 15 cm.

Kecilnya tsunami di Bengkulu, kemungkinan besar akibat
gempa ini tidak diiringi dengan pelongsoran besar di
dasar laut setempat. Sehingga tidak ada penambahan
olakan lokal yang bisa memperhebat kedahsyatan
tsunami.

salam


Ma'rufin


   

Need a vacation? Get great deals
to amazing places on Yahoo! Travel.
http://travel.yahoo.com/


===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[FISIKA] OOT : Tsunami Danau Singkarak

2007-03-22 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Tsunami Danau Singkarak


*Prolog*

Ini out of topic. Sekedar untuk menggambarkan betapa
Bumi kita benar-benar The Dynamic Earth. Gempa
adalah kejadian biasa saja tata surya kita dan juga
terjadi di Bulan (moonquake), Mars (marsquake) atau
bahkan Matahari (sunquake). Namun hanya di Bumi-lah
gempa terbukti bisa menghasilkan malapetaka susulan :
tsunami. Dan sayangnya kita sering abai dengan
sinyal-sinyal dari tubuh Bumi kita ini sebelum petaka
benar-benar bergema di depan mata. 

*Tsunami*

Bahwasanya gempa Solok 6 Maret 2007 telah menewaskan
67 orang, melukai 931 orang (baik berat maupun ringan)
dan memberantakkan lebih dari 33.800 bangunan (baik
rumah tinggal, kantor maupun ruko) telah banyak
diketahui. Namun sedikit sekali yang menyadari bahwa
gempa yang moment magnitudenya 6,4 skala Magnitudo
(body-wave magnitude 5,9 skala Richter, merujuk USGS)
ini ternyata juga memproduksi tsunami kecil di
perairan Danau Singkarak. Gelombang pasang itu memang
tidak membunuh, namun menghempas hingga 15 meter ke
pesisir danau sampai tiga kali dan merusakkan
bangunan-bangunan warung yang terkena. Bila
diasumsikan pesisir danau ini adalah lahan yang landai
dengan vegetasi jarang, persamaan Bretschneider dan
Wybro menyimpulkan tinggi gelombang (run-up) tsunami
ini sekitar 30 cm (didapat dari log X max = log 1400 +
(4/3)*log (h/10), dengan X max jangkauan maksimum
tsunami ke daratan dan h run-up tsunami, keduanya
dalam meter). 

Wikipedia mencatat Danau Singkarak berada pada
koordinat 0,620 LS 100,540 BT. Luas danau mencapai
107,8 km persegi dengan kandungan airnya 16,1 km
kubik. Ketinggian permukaan danau 362 m dari permukaan
laut, sementara titik terdalam danau ada 268 m dari
permukaan, sehingga secara keseluruhan danau ini masih
berada di atas permukaan laut. Danau Singkarak
mendapatkan airnya terutama dari Sungai Sumani, dan
melimpahkan airnya ke Selat Malaka lewat Batang
Ombilin dan Batang Anai. Sebagian kecil air danau
dialirkan ke Samudera Hindia setelah menggerakkan
turbin PLTA Singkarak lewat terowongan bawah tanah nan
panjang. 

Secara geologi danau ini berada di lintasan patahan
besar Sumatra, patahan geser (transform) ke kanan
sepanjang 1.900 km yang bergerak dengan kecepatan
rata-rata 10 mm/tahun dan membelah daratan Sumatra
menjadi dua bagian tidak sama besar. Patahan ini
terbagi menjadi 11 segmen alias patahan kecil-kecil
yang saling tersambung. Danau Singkarak terjepit di
antara segmen Sianok (panjang 90 km) di timur laut
serta segmen Sumani (panjang 60 km) di barat daya. 

Gempa Solok disebabkan oleh patahnya segmen Sianok,
dengan panjang sekitar 25 km dan lebar 12 km (secara
kasar, mengacu pada gempa Yogya dan rasio
panjang/lebar patahan sebesar 2 : 1 untuk gempa-gempa
menengah mengacu pada Rivera dkk, 2002). Dengan moment
magnitude 6,4 skala Magnitudo segmen yang patah ini
telah bergeser 60 cm dari posisinya semula. Ini juga
angka yang sangat kasar, mengingat menurut Dr. Irwan
Meilano, gempa-gempa di patahan besar Sumatra
rata-rata menghasilkan pergeseran 1 - 2 m. Dan dengan
moment magnitude sebesar ini (juga surface magnitude
6,4 skala Richter), gempa Solok melepaskan energi 60
kiloton TNT atau tiga kali lipat energi bom yang
diledakkan di Hiroshima. 

Mari fokuskan dampak patahnya segmen Sianok pada
perairan Danau Singkarak. Meski lebih didominasi
pergeseran mendatar, namun juga telah terjadi
pergeseran vertikal, meski kecil. Hal ini nampak pada
sudut slip/rake patahan yang minus 175 derajat (tanda
minus adalah ciri patahan turun). Dan dengan sudut dip
78 derajat gempa ini menghasilkan pergeseran turun (z)
sebesar 10 cm, secara kasar. Iida (1958) menyebutkan
gempa pembangkit tsunami yang sigfikan adalah gempa
dengan magnitude minimum M = 6,42 + 0,01*H. Pada
kedalaman hiposenter Gempa Solok 19 km (versi USGS),
maka M-nya harus bernilai 6,6 untuk bisa membangkitkan
tsunami. Ini tidak terpenuhi dalam kasus gempa Solok.
Namun harus diingat bahwa rumus Iida hanya berlaku di
lautan luas, sementara Danau Singkarak adalah perairan
sangat sempit yang sangat dekat dengan (bahkan berada
di atas) sumber gempa. 

Mari asumsikan seluruh bagian Danau Singkarak berada
pada segmen yang patah. Turunnya dasar danau secara
mendadak membuat air danau mengalami olakan yang
selanjutnya berkembang menjadi tsunami. Dengan
menganggap luas area pembangkitan tsunami (A) sama
dengan luas permukaan danau yang 107,8 km persegi dan
densitas air danau (rho) 1 gram/cc, lewat persamaan
Carayannis (E = (1/6)*rho*g*A*z*z, dengan g percepatan
gravitasi) kita mendapatkan energi tsunami ini adalah
1,76 gigajoule atau setara dengan ledakan 0,4 ton TNT.
Ini energi yang kecil. Namun ketika seluruh isi danau
dikocok sedemikian rupa oleh getaran gempa, energi
kecil pada perairan kecil bisa menghasilkan efek
menakjubkan (dan menggetarkan, meski tidak membunuh
orang). Dengan kedalaman rata-rata danau (katakanlah)
200 meter, menggunakan derivasi persamaan Huygens,
tsunami Danau Singkarak ini berderap pada kecepatan
160 km/jam. 

Abe (1981) telah 

[FISIKA] Mini Megatsunami Kampung Nyalindung

2007-03-01 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Sebenarnya ini out of topic, bukan murni persoalan
fisika, apalagi astronomi. Namun kalo dikaitkan, ada
hubungan juga yang (rada) erat, terutama jika kita
menelaah dampak katastrofik yang bakalan digenerasikan
oleh tumbukan benda langit, salah satu topik paling
'seksi' dalam astrofisika.

1. Kasus

Peristiwanya terjadi di Kampung Nyalindung, Desa
Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat pada 17 Februari 2007 sekitar pukul 04:00
WIB. Tepatnya di sebuah lokasi penambangan pasir yang
berada di sebuah danau kecil (tanpa nama). Tanpa
diketahui apa penyebabnya, mendadak tebing terjal
sepanjang 50 m dan setinggi 50 m pula yang tersusun
dari endapan pasir di tepian danau, runtuh dan
tercebur ke badan air persis dibawahnya. Menyusul
kemudian muncullah gelombang setinggi sekitar 15 meter
yang bergerak menyapu pesisir danau, termasuk enam
penambang pasir yang kebetulan sedang beraktivitas
disana, dalam jarak sekitar 100 meter dari titik
longsoran. Dua penambang dilaporkan selamat, meski
sempat tenggelam oleh terjangan gelombang hingga
sekujur tubuhnya penuh luka. Sementara empat lainnya
hingga kini masih dinyatakan hilang, namun diduga kuat
telah tewas.

2. Analisis 

Gelombang setinggi 15 meter itu tak lain adalah
tsunami, yang lokal. Selain dibangkitkan oleh
deformasi dasar laut (terjadi dalam gempa tektonik),
tsunami juga bisa dibangkitkan oleh masuknya massa
yang massif ke dalam badan air setempat, baik laut
maupun danau. Massa yang massif itu bisa berupa
longsoran gigantik, ataupun bongkahan monolitik, meski
yang terakhir ini sangat jarang terjadi. Ciri khas
tsunami ini, umumnya memiliki ketinggian gelombang
(run-up) yang dramatik, namun periodenya jauh lebih
kecil (dibanding tsunami produk gempa) sehingga
run-upnya cepat terdisipasi seiring bertambahnya jarak
dari TGA (tsunami generating area)-nya. 

Danau itu memiliki kedalaman sekitar 40 meter,
sehingga bisa diperkirakan tsunami tersebut berderap
dengan kecepatan 28 m/detik atau 100 km/jam. Sehingga
jarak 100 meter bisa dijangkaunya hanya dalam waktu 4
detik. Namun ketika mulai tiba di pesisir, secara
teoritik kecepatannya menurun jauh menjadi 30 km/jam.
Begitu mulai 'naik' ke daratan, kecepatannya pun kian
menurun menjadi 4 - 18 km/jam saja, seperti
diperlihatkan oleh tsunami besar yang 'menyerbu' Banda
Aceh (dan sempat direkam) saat terjadi gempa
megathrust Sumatra-Andaman 2004 (moment magnitude
9,15). 

Pada run-up 15 meter, andaikata pesisir danau tersebut
adalah tanah datar berpasir dengan vegetasi jarang
layaknya sebagian besar garis pantai di Indonesia
serta jika persamaan Bretschneider dan Wybro benar,
maka tsunami ini mampu menggenangi daratan hingga
jarak maksimum 2,4 km dari pesisir danau. Namun karena
umumnya danau adalah cekungan di sela2 pegunungan,
maka jarak maksimumnya tidaklah sebesar itu. Dalam
kasus ini jarak maksimum genangan dibatasi oleh
elevasi titik2 daratan disekitar danau relatif
terhadap permukaan air danau. 

3. Sumber dan analogi

Jika tsunami berasal dari longsoran massif, maka
secara umum terdapat aturan sederhana, bahwa energi
tsunami maksimum hanya 4 % dari energi longsoran.
Run-up tsunami yang dihasilkan dari longsoran massif
ini bisa sangat tinggi, melebihi angka 100 meter,
sehingga diistilahkan sebagai megatsunami. Dalam
kejadian longsoran gigantik akibat gempa sangat
dangkal (5,1 skala Richter) di lereng utara Gunung
Saint Helena yang mengawali letusan paroksimal gunung
tersebut (18 Mei 1980), terjadi tsunami lokal dengan
run-up hingga 180 meter (!) pada danau Spirit yang ada
di kaki gunung, ketika sebagian besar material
longsoran (dengan total volume 2,9 milyar meter kubik)
menerjang masuk ke danau setelah menuruni lereng
gunung dengan kecepatan 175 - 250 km/jam. 

Sedangkan bila tsunami itu berasal dari bongkahan
monolitik yang jatuh bebas, energi tsunaminya jauh
lebih besar mengingat gerak jatuh bebas bongkahan
monolitik hanya dihambat oleh molekul-molekul udara
dan nyaris tidak memberikan efek apa-apa sehingga
kecepatan jatuhnya tetap tinggi, dibandingkan dengan
gerak longsoran massif yang sangat dihambat oleh
gesekannya dengan bidang luncur. Dengan besarnya
energi, run-up tsunaminya pun lebih besar. Contoh
paling fantastis dipertontonkan dalam kejadian tsunami
Teluk Lituya, Alaska (9 Juli 1958), sebuah megatsunami
lokal dengan run-up setinggi 520 m (!) akibat jatuhnya
bongkahan raksasa bervolume 1,13 juta meter kubik yang
sebelumnya adalah tebing terjal setinggi 1.000 meter
disisi barat laut Gilbert Inlet, bagian dari Teluk
Lituya. Oleh getaran gempa tektonik (moment magnitude
8,3) yang berpusat di sesar Fairweather - dimana
tebing ini tepat berada di lintasan sesar - dengan
episentrum berjarak hanya 20 km dari teluk, tebing ini
retak, terbelah dan kemudian jatuh ke badan air
dibawahnya sebagai bongkahan tunggal (monolitik) yang
amat besar pada sudut jatuh 75-80 derajat terhadap
garis normal. Hantaman bongkahan monolitik ke dasar
teluk membentuk 'kawah' berdiameter 270 meter sembari
'melipat' 

[FISIKA] Puting Beliung Yogya, Anginnya Suku Aad dan Komet Nyungsep

2007-03-01 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
1. Prolog

Di Australia dinamakan willy-willy, di Amerika
hurricane, di Asia Timur taifun, sementara di
Indonesia ada yang menyebutnya angin topan, lesus,
cleret taun, dan puting beliung. Semuanya merujuk pada
satu fenomena : badai tropis. 

Badai tropis adalah mekanisme atmosfer Bumi guna
mendistribusikan ketidakseragaman energi penyinaran
yang diterimanya dari Matahari antara daerah tropis
dan sub tropis. Dimana-mana munculnya badai tropis
selalu diawali dengan terbentuknya depresi barometrik
bertekanan rendah (alias depresi tropis) pada atmosfer
di atas perairan (laut) hangat dengan suhu air
melebihi 26 derajat Celsius, sehingga memproduksi
panas dan uap air yang (kelak) menjadi 'bahan bakar'
penggerak badai. Depresi tropis ini memiliki tekanan
udara lebih rendah dari atmosfer disekitarnya,
sehingga membuat angin mengarah ke sana. Namun tekanan
udara dalam depresi tropis masih melebihi 1.000
milibar. Depresi tropis selalu diikuti dengan
pembentukan awan Cumulonimbus, awan sangat tebal yang
menggantung mulai dari ketinggian 1.800 m dengan
puncak menjulang hingga ketinggian 15.000 meter dan
'berwarna' hitam. 

Aliran udara ke depresi tropis akan menghasilkan
pusaran, yang arahnya bergantung kepada gaya coriolis
di lokasi pembentukannya. Untuk daerah di selatan
khatulistiwa, gaya coriolis membuat aliran udara yang
mengarah ke depresi tropis membentuk pusaran searah
jarum jam. Jika pusaran telah terbentuk, anehnya, di
pusat pusaran (yang tadinya adalah depresi tropis),
terjadi penurunan tekanan hingga 990 milibar. Inilah
badai tropis. Dalam banyak kasus tekanan ini kian
menurun saja menjadi 960 milibar, yang membuat badai
tropis berkembang meraksasa dan makin dahsyat saja
sebagai badai siklon. Pada kasus yang sangat ekstrim,
tekanan udara bahkan terus merosot menjadi kurang dari
960 milibar, menghasilkan supersiklon seperti badai
Katrina yang menghantam New Orleans pada 2005 silam. 

Ketika badai tropis mulai terbentuk, ia memiliki ciri
khas berupa pusaran angin berkecepatan (rata-rata) 65
- 115 km/jam. Dalam foto satelit, badai tropis ini
mudah sekali dideteksi sebab berupa kumpulan awan
Cumulonimbus (yang bergerak berputar) seluas 31.500 km
persegi atau lebih. Jika badai tropis telah berkembang
menjadi siklon, kumpulan awan Cumulonimbus ini bisa
berdiameter 80 - 1.000 km dengan kecepatan pusaran
anginnya mencapai 250 km/jam ! Dalam jarak 100 - 1.500
km dari pusat badai sering terjadi peningkatan curah
hujan (mencapai 1 mm/detik atau 1 liter/detik untuk
tiap meter persegi luas tanah), angin kencang
(berkecepatan lebih dari 65 km/jam) dan petir. Inilah
sebabnya mengapa jika di Philipina sedang terjadi
badai tropis/siklon, demikian juga di Australia barat
laut (kedua tempat ini merupakan 'jalur tradisional'
perjalanan badai tropis/siklon), cuaca di Indonesia,
lebih khusus lagi di Jawa, sering ikut terpengaruh. 

2. Puting beliung Yogya

Badai tropis selalu terjadi di laut, meski dalam
perjalanannya bisa saja ia mendekati daratan atau
malah masuk ke dalam daratan (seperti yang terjadi
pada badai Katrina). Dalam skala lebih kecil, badai
tropis juga bisa terjadi di daratan, dengan luasan
awan Cumulonimbus jauh lebih kecil, yakni 10 - 50 km
persegi saja atau berdiameter 3,5 - 8 km (jika kita
menganggap kumpulan awan Cumulonimbus ini berbentuk
lingkaran). Badai tropis ini bentuknya sangat khas
(dan mudah dikenali), yakni berupa kerucut terbalik
nan ramping dengan dasar kerucut menggantung pada awan
Cumulonimbus sementara puncaknya 'menyapu' permukaan
Bumi. Inilah Tornado (di Amerika) atau puting beliung
(di Indonesia). Badai tropis lokal ini umurnya sangat
singkat (hanya dalam hitungan menit), namun kerusakan
yang dihasilkannya sama dahsyatnya dengan badai tropis
di lautan. 

Kedahsyatan sebuah badai dinyatakan dalam skala
Saffir-Simpson, yang didasarkan pada kecepatan pusaran
angin dan produk kerusakan yang dihasilkan. Pada
puting beliung di Yogya 18 Februari kemarin, melihat
adanya kerusakan berat di atap bangunan dan tumbangnya
pepohonan, kedahsyatan puting beliung ini mencapai 2
skala Saffir-Simpson (tingkat kerusakan menengah)
dengan estimasi kecepatan pusaran anginnya pada range
154 - 176 km/jam. Ini masih jauh dari kekuatan Katrina
(yang mencapai skala 5 Saffir-Simpson, dengan
kecepatan pusaran angin  250 km/jam dan mampu membuat
air laut menerjang ke daratan hingga  10 km). 

Puting beliung sebenarnya bukan hal baru di Yogya.
Pada 2001 silam, tepatnya di awal Maret, pasca letusan
Merapi 10 Februari 2001, juga muncul puting beliung di
Yogya, yang dampaknya di Kampus UGM saja merubuhkan
puluhan batang pohon perindang (sekaligus merontokkan
pagar seng dan menghancurkan satu pintu kaca kompleks
Masjid Kampus yang saat itu masih dalam tahap
penyelesaian). Saat itu 'teori' yang muncul mengaitkan
puting beliung ini dengan aktivitas Merapi, dimana
Merapi berperan sebagai sumber panas yang menarik
udara dan uap air dari Samudera Hindia. 

Puting beliung Yogya tidak bisa dilepaskan dengan
gerak semu Matahari, yang 

Re: [FISIKA] Re: Terusan: [astronomi_indonesia] Matahari Mengelilingi Bumi...!!

2006-09-05 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Wah, matur nuwun kalo dianggap salah :). 

Begini saja mas Zainul Abidin,kalo memang sistem Bumi
- Matahari tidak semata bertumpu pada gaya gravitasi,
namun ada gaya2 fiktif lain yang harus diperhitungkan,
kira2 seberapa besar prosentasenya terhadap waktu edar
Bumi mengelilingi Matahari (atau sebaliknya, Matahari
mengelilingi Bumi) ? 

Kalo menurut pak Dr. T. Djamaluddin di LAPAN, untuk
sistem Bumi - Bulan saja, memang ada proses menuju
sinkronisasi periode sehingga gerak rotasi Bumi kian
diperlambat dengan rate 0,002 detik/abad, sebaliknya
Bulan kian menjauh dari Bumi dengan rate 3,5 cm/tahun,
sehingga ratusan juta tahun ke depan periode rotasi
Bumi akan sama persis dengan periode revolusi Bulan,
sekitar 40-an hari.

Bagaimana dengan sistem Bumi - Matahari ? Sebab kalo
salah satu gaya fiktif itu (anggaplah) diakibatkan
oleh relativitas umum, bukankah pengaruh relativitas
umum tidak begitu besar terhadap Bumi, jika dibanding
Merkurius ? Mungkin akan lebih enak juga kalo pengaruh
gaya2 fiktif itu dinyatakan dengan angka2, jadi (saya
pribadi) jelas kira2 seperti apa pengaruh dan
wujudnya.

Demikian, mohon pencerahannya.

Salam


Ma'rufin

Salam

--- zainul abidin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Memilih bumi sebagai kerangka acuan tidak berarti
bahwa bumi adalah pusat alam semesta.
Bebas memilih kerangka acuan.
Tapi tidak bebas memilih pusat massa.

Ma'rufin Sudibyo :Karena massa Bumi = 5,98 .10^24 kg
maka diperoleh periode edarMatahari - atau definisi 1
tahun Bumi - adalah sebesar 18,274 milyardetik alias
211.000 hari ! Jika jumlah hari dalam setahun sebanyak
itu,maka
seharusnya kita di Indonesia akan mengalami musim
kemarau sepanjang 100 ribu hari.

Kesalahan anda adalah menghitung persamaan gerak
matahari hanya denganmelibatkan gaya gravitasi.
Sebelumnya saya sudah jelaskan bahwa padakerangka non
inersial muncul gaya2 fiktif. 






awam_k wrote:
Ijinkan aku menambah kasusnya:
  
Sebenarnya tidak jelas bagiku apa yang dimaksud oleh
teman-2 dgn teorigeosentris mereka itu, yaitu
meletakkan planet bumi sebagai pusat alamsemesta
sedangkan benda-2 lainnya bergerak mengelilinginya.
Apakahgeosentris yg dimaksud di sini identik dengan
pandangan astronomy kuno?
  
Kalo benar demikian, berarti titik pusat massa alam
semesta ini adadisekitar jejari bumi atau bahkan
berada di sekitar pusat bumi.Akibatnya massa bumi
bukanlah sebesar
5,98 X 10^24 kg, tetapi mendekati massa alam semesta.
Dengan massa bumiyg maha luar biasa besar ini dan
jejari bumi yang hanya sebesar 6,38 X10^6 meter,
planet kita ini (bumi) adalah sebuah black hole
dengangravitasi permukaan yg maha besar, sehingga
cahaya pun tidak sanggupkeluar dari permukaan bumi.
Akibatnya bumi adalah planet gelap dantidak bisa
dilihat dari luar angkasa.
  
Deskripsi di atas memang tidak mengeliminir
hukum-hukum fiisika sepertihukum Kepler dan hukum
Gravitasi Newton (berbanding terbalik dgn jarakpangkat
dua), tetapi ya itu tadi, bumi haruslah sebuah black
holesupaya hukum Kepler dan Newton tetap berlaku.
  
Salam hangat,
  
Awam

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [FISIKA] Tanya tentang tanda2 gempa bumi

2006-06-26 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Yang dimaksud mungkin prekursor, alias tanda2 khusus
sebelum gempa meletup.

Kita fokuskan persoalannya ke gempa tektonik.
Sederhananya, gempa ini
terjadi akibat adanya pematahan kerak bumi di sebuah
patahan dengan luasan
tertentu
dan kemudian bergeser secara relatif
terhadap lingkungan disekitarnya. Penyebab pergeseran
ini tidak lain adalah
tekanan dari lempeng tektonik, yang selama beberapa
waktu sebelumnya (entah
puluhan atau ratusan tahun) masih bisa ditahan oleh
batuan setempat. Namun
lama kelamaan ambang batas ketahanan batuan setempat
terlewati juga,
sehingga timbul pematahan yang berujung pada
perambatan getaran gempa.

Gempa terjadi dalam sekejap. Namun terlampauinya
ambang batas ketahanan
batuan (sebelum terpatahkan) butuh waktu lama.Batuan
juga tak langsung
terpatahkan begitu saja, namun ibarat penggaris, ia
akan melengkung lebih
dahulu, menghasilkan retakan2 mikro sebelum kemudian
terpatahkan.

Ada beberapa prekursor yang bisa dipakai, 4
diantaranya yang populer :

1. Emisi gas Radon.
Gas Radon adalah gas radioaktif produk peluruhan
Radium dan dalam keadaan
normal terjebak pada rongga2 mikro dalam batuan
penyusun kerak bumi.
Terjadinya retakan2 mikro dalam kerak bumi
menghasilkan jalan bebas yang
membuat Radon terloloskan ke lingkungan, sehingga
konsentrasinya di
permukaan Bumi meningkat, menghasilkan anomali Radon.
Prof. Asada
menunjukkan anomali Radon telah terdeteksi pada gempa
Tashkent 1966
(anomalinya terdeteksi sejak 1960 !), gempa Cina 1976
dan gempa Hanshin
Agung-Awaji di Kobe (1995).

2. Munculnya awan yang aneh
Ini masih kelanjutan dari kisah emisi gas Radon. Radon
merupakan radioisotop
pemancar sinar alfa. Karakteristik dari sinar alfa,
meski jangkauannya
sangat pendek (karena muatannya yang besar), namun ia
mampu mengionisasi
molekul2 udara di sepanjang jalur lintasannya sehingga
akan terbentuk
sedikitnya 10.000 pasang ion. Ion2 inilah yang
selanjutnya berperan menjadi
agen kondensasi dengan menarik molekul2 air di udara
untuk berkondensasi
menjadi titik2 air dan akhirnya berkumpul menjadi
awan.Jika emisi Radon
meningkat, konsekuensinya kondensasi pun berlangsung
lebih intensif sehingga
terbentuk gugusan awan yang besar dan unik, sebab
mengikuti segmen di
permukaan Bumi yang telah memunculkan retakan2 mikro.
Awan ini umumnya
berbentuk memanjang, seperti rangkaian kereta api atau
ular (lihat di
http://www.meteoquake.org).

3. Naik turunnya permukaan air tanah
Prekursor lain adalah naik turunnya permukaan air
tanah, meski variasinya
tidak mencolok. Dinamika ini terjadi akibat adanya
retakan2 mikro dalam
kerak bumi, yang membuka ruang2 baru di dalam tanah
sehingga air bawah tanah
mengalir ke sana. Namun pada saat yang lain ruang ini
menutup kembali
sehingga air bawah tanah pun dipaksa keluar dari sana.
Fenomena ini juga
sempat diamati dalam gempa Hanshin Agung - Awaji di
Kobe 1995.

4. Gangguan pada gelombang radio
Ini juga masih berhubungan dengan anomali Radon dan di
sisi lain juga
dipengaruhi oleh seberapa banyak ion yang dilepaskan
dari retakan2 mikro.
Produksi ion yang berlebih, dan kemudian
disirkulasikan ke atas, bisa
mencapai lapisan ionosfer dan mengganggu lapisan
ini,sehingga mengganggu
kemampuannya untuk memancarkan gelombang radio. Dalam
kasus megathrust 26
Desember 2004 kemarin, fenomena ini terdeteksi, berupa
noise pada gelombang
FM yang dipancarkan dari stasiun2 radio di Sumatra -
Thailand dan teramati
di India. Gangguan gelombang radio pula yang
diperkirakan menstimulasi
binatang2 rodentia untuk berperilaku aneh, seperti
teramati di China 1976.

Tidak semua prekursor ini bisa digunakan untuk
mendeteksi gempa di setiap
titik di permukaan Bumi. Dan juga, meski prekursor2
tadi sudah diamati
secara intensif, namun hal itu belum menjadi jaminan
bahwa prekursor tadi
bisa digunakan. Ambil contoh kasus Cina. Dengan
mengamati kelakuan aneh
binatang2 rodentia (tikus dan konco2nya) beserta emisi
Radon, otoritas China
berhasil memprediksi datangnya gempa besar di tahun
1976. Namun mereka sama
sekali gagal memprediksi gempa besar berikutnya,
berselang beberapa tahun,
meski menggunakan metode prekursor yang sama.

Untuk wilayah Indonesia, jika berpatokan
pada bentuk awan yang aneh, ini sulit dibedakan dengan
awan2 yang
terbentuk di Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ)
pada bulan2 tertentu
mengingat sifat iklim
Indonesia. Dalam kasus gempa Yogya 27 Mei kemarin,
hingga
beberapa hari sebelum gempa meletup memang terjadi
hujan yang cukup lebat
saat
sore - malam hari, dan hujan terasakan pula hingga ke
wilayah Purworejo -
Kebumen, padahal menurut ramalan BMG daerah ini sudah
 harus  memasuki
musim kemarau sejak awal Mei, dengan prediksi curah
hujan di bawah normal.
Hujan lebat juga terus berlangsung hingga
beberapa hari pasca gempa. Bisa saja hujan  salah
musim  ini berkaitan
dengan meningkatnya konsentrasi gas Radon di atas
sesar Opak, sebelum dan
seduha gempa meletup. Namun hal ini susah juga
dibuktikan, selain tiadanya
radon-meter di Yogya, harus diingat juga adanya faktor
Merapi 

Re: [FISIKA] nanya dunk?

2006-06-26 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
1. Prinsipnya sederhana koq, tetap
bertulangpunggungkan pada reaksi fissi
(pembelahan inti2 berat) pada bahan fisil Uranium atau
Plutonium, namun
reaksinya dikendalikan sehingga berjalan teratur dan
energi yang dihasilkan
pun terkendali. Energi ini yang kemudian digunakan
untuk memanaskan
pendingin dan selanjutnya memproduksi uap air yang
akan memutar
turbogenerator. Ini bedanya dengan bom nuklir, sebab
pada bom nuklir reaksi
fissi-nya diusahakan berlangsung sebanyak-banyaknya
dalam rentang waktu
cukup singkat, sehingga energinya muncul sebagai
ledakan.

Kalo prosesnya, reaksi fissi tadi harus berlangsung
pada ruang khusus
(disebut reaktor). Bahan fisil-nya ditempatkan pada
tabung2 khusus (disebut
tabung bahan bakar, untuk reaktor2 komersial) atau
dibentuk dengan geometri
tertentu (umumnya bola, untuk reaktor2 eksperimental)
ditaruh di dasar
reaktor. Agar reaksi bisa berjalan, harus ada sumber
neutron sebagai pemicu
(initiator), biasanya digunakan campuran isotop
Polonium berlapis logam
Berilium, atau isotop transuranik Amerisium berlapis
Berilium. Neutron2
produk initiator ini masih berenergi tinggi, sementara
reaksi fissi berjalan
efektif hanya jika dikenai neutron berenergi rendah
(neutron termal). Maka
dibutuhkan moderator untuk mengurangi energi neutron,
yang bisa berupa air,
air berat maupun grafit, karena baik inti Hidrogen
maupun Carbon memiliki
berat yang rendah. Namun grafit sudah sangat jarang
digunakan, terlebih
setelah malapetaka Chernobyl April 1986 silam.

Agar reaksi fissi berjalan teratur, populasi neutron
dalam reaktor harus
dikontrol, karena setiap reaksi fissi rata2
menghasilkan 2,5 neutron baru.
Untuk itu digunakan batang pengatur (control rod),
biasanya dari Cadmium,
guna menyerap kelebihan neutron (alias untuk mengatur
daya reaktor juga)
dengan menaikturunkannya ke dalam reaktor sesuai
kebutuhan. Dan bila reaksi
berantai sudah berjalan, timbul panas. Agar panas ini
bisa dimanfaatkan dan
sekaligus tidak merusak struktur reaktor, dibutuhkan
pendingin yang bisa
berupa air (untuk reaktor pada umumnya), namun bisa
juga gas2 inert (untuk
reaktor eksperimental dan jenis baru yang sedang
dikembangkan) maupun logam
natrium cair (untuk reaktor khusus yang disebut
reaktor pembiak cepat).
Untuk pendingin air, bisa diatur sistem pendinginan
satu siklus dimana air
langsung dididihkan dan memproduksi uap di dalam
reaktor untuk selanjutnya
memutar turbogenerator, lalu diembunkan dan diumpankan
lagi ke reaktor.
Reaktor seperti ini disebut BWR (Boiling Water
Reactor), yang menjiplak
mentah2 model boiler pada PLTU / PLTG, hanya merubah
sumber panasnya saja.
BWR dikenal sederhana, namun beresiko karena uapnya
pasti mengandung isotop2
radioaktif. Yang lebih aman - namun konsekuensinya
juga lebih kompleks -
adalah sistem pendinginan dua siklus seperti pada
reaktor PWR (Pressurized
Water Reactor). Air bertekanan tinggi dimasukkan ke
reaktor, terpanaskan,
namun tidak mendidih (sebabnya kenapa, ingat2 saja
hukum termodinamika). Air
panas ini kemudian dialirkan ke penukar panas (heat
exchanger). Disini air
panas tadi tetap berada dalam pipanya sendiri, namun
pipa tadi langsung
bersentuhan dengan air dingin dari siklus kedua,
sehingga air dingin
mendidih, memproduksi uap, memutar turbogenerator dan
diembunkan lagi untuk
kemudian dipompakan ke heat exchanger.

Baik model BWR (biasa dipakai di Eropa Timur) maupun
PWR (dipakai Amerika,
Eropa Barat dan Canada) sama2 membutuhkan pendingin
dalam volume besar. Bila
siklus pendinginan normal ini terganggu (entah karena
pipa pecah atau apa),
masih tersedia sistem pendingin darurat (disebut ECCS
= Emergency Core
Coolant System), yang akan segera mengguyur reaktor
dan mendinginkannya
sehingga reaktor bisa distabilkan dan selanjutnya akan
mati (shut-down)
secara otomatik.

Karena melewati siklus pendinginan macam ini,
efisiensi perubahan energi
panas menjadi energi listrik dalam reaktor adalah
kecil, berkisar 30-an %.
Pada BWR memang sedikit lebih tinggi, tapi tidak beda
jauh. Reaktor2
eksperimental kabarnya punya efisiensi lebih tinggi,
tapi itu khan masih
eksperimen. Jadi sekarang bayangkan saja, untuk
membangkitkan energi listrik
sebesar 3.000 megawatt elektrik seperti yang
dihasilkan PLTU Suralaya,
reaktor nuklir harus memproduksi energi panas sebesar
9.000 megawatt termal.
Yang 6.000 megawatt termal hilang percuma sebagai
panas yang dipindahkan ke
pendingin dan kemudian dipindahkan ke lautan.Masalah
efisiensi sebenarnya
bukan problem PLTN semata, pembangkit2 termal lainnya
(PLTU, PLTG, PLTGU,
PLTP) pun menemui kesulitan yang sama akibat
berlakunya hukum termodinamika
(ingat2 dengan efisiensi Carnot).Namun sebagai
pembangkit termal, lebih lagi
untuk menyalakan reaktor hingga mencapai tahap
operasional membutuhkan waktu
cukup lama ( 10 hari) demikian juga untuk
mematikannya - apalagi pada BWR
ditambah dengan tingkat kesulitan khas, dimana reaktor
menjadi berbahaya
ketika beroperasi pada daya rendah - maka PLTN sangat
diandalkan sebagai
penyedia daya stabil (daya 

[FISIKA] Catatan kecil tentang Gempa Yogya 27 Mei 2006

2006-05-30 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Catatan kecil tentang Gempa Yogya 27 Mei 2006


1. Magnitude dan energi

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mencatat gempa
Yogya memiliki magnitude 5,9 Skala Richter dengan
posisi episentrum 37 km di selatan Yogya, tepat di
dasar Samudera Hindia, dengan kedalaman sumber gempa
33 km dari permukaan laut. Data dari United States
Geological Survey (USGS) sedikit lebih lengkap, dimana
gempa ini memiliki body-wave magnitude (Mb) 6,0 skala
Richter, surface magnitude (Ms) 6,3 skala Richter dan
moment magnitude (Mw) 6,3 skala Magnitudo. Namun
posisi episentrumnya berbeda jauh dengan data BMG,
sebab terletak 20 km selatan Yogya, atau persis di
bawah Parangtritis - Samas,  pada kedalaman 35 km. 

Dari data ini kita bisa menghitung berapa besar energi
yang diradiasikan gempa ini. Dengan persamaan log E =
1,5 Ms + 4,8 didapatkan energi gempa ini dalam rentang
4,467 . 10^13 Joule - 1,778 . 10^14 Joule atau 11 - 43
kiloton TNT. Bila dihitung berdasarkan persamaan
Kanamori yang lebih kompleks, dimana E = (Mo/2) .
10^-11 dengan log Mo = 1,5 Mw + 16 didapatkan E =
1,409 . 10^14 Joule atau 34 kiloton TNT dengan momen
seismik (Mo) = 2,818 . 10^25 dyne-cm. USGS malah
mencatat momen seismik lebih besar (4,2 . 10^25
dyne-cm, atau hampir dua kali lipat). Sebagai
pembanding, letusan bom Little Boy di atas Hiroshima
pada akhir Perang Dunia II melepaskan energi sebesar
19 - 20 kiloton TNT. Artinya, energi gempa ini memang
cukup besar.

2. Deformasi dan kompresi

Moment magnitude (dan juga momen seismik) pada gempa
ini jelas menunjukkan terjadinya deformasi di lokasi
sumber gempa. Dengan mengambil data BMG, plotting
posisi episentrum gempa utama dan gempa2 susulan pada
peta memperlihatkan adanya patahan di dasar Samudera
Hindia berarah barat daya - timur laut dengan panjang
sekitar 100 km dan lebar sekitar 20 km. Dengan momen
seismik 2,828 . 10^25 dyne-cm, patahan ini telah
bergeser sejauh 5 cm (rata-rata). Namun bila kita
gunakan momen seismik dari USGS, pergeseran
rata-ratanya sebesar 7,5 cm. Terjadinya pergeseran ini
barangkali akan terkuak bila diadakan survey laut
dalam di lokasi sumber gempa. 

Angka pergeseran ini sekilas memang tidak jauh berbeda
dengan kecepatan pendesakan Lempeng Australia yang
besarnya (rata-rata) 6 cm / tahun ke utara - timur
laut, mendesak Lempeng Sunda yang stabil, hingga
menghasilkan zona subduksi berupa palung Jawa sekitar
150 km di selatan patahan ini dan sekaligus
memproduksi zona Benioff-Wadati di kedalaman 100 - 200
km pada Jawa bagian selatan dan 600 km di Laut Jawa.
Namun harus diingat bahwa pergeseran sebesar 5 - 7,5
cm pada patahan ini berlangsung hanya dalam waktu 1
menit. 

USGS Rapid Moment-Tensor Solution memperlihatkan
patahan yang menjadi sumber gempa Yogya ini merupakan
patahan geser (pure strike-slip). Distribusi
episentrum gempa2 susulan menunjukkan pergeseran itu
menuju ke barat daya, sehingga patahan ini telah
menekan segmen2 yang berada di sebelah barat sumber
gempa dan terbuka kemungkinan segmen2 itu akan menjadi
sumber gempa selanjutnya di masa yang akan datang. 

USGS Rapid Moment-Tensor Solution juga memperlihatkan,
dari sumber gempa ini dihasilkan kompresi terbesar
yang mengarah ke timur laut - barat daya. Sementara
sumbu kompresi minimum mengarah ke barat laut -
tenggara. Barangkali hal ini menjadi salah satu
penyebab mengapa kerusakan parah justru terjadi dalam
sumbu imajiner Bantul - Yogyakarta - Klaten -
Boyolali. Secara umum bisa dikatakan kerusakan terjadi
pada daerah di dalam segitiga dengan sumbu Magelang -
Bantul dan Bantul - Pacitan sebagai sisi terluarnya.
Di luar segitiga ini, seperti daerah Purworejo,
Kebumen, Purwokerto, Cilacap dan sekitarnya, tidak
nampak kerusakan yang signifikan (kecuali sekedar
kasus khusus). 

3. Guncangan

Besarnya guncangan di sumber gempa dinyatakan dalam
hubungan Io = 1,5M - 0,75. Maka kita mendapatkan
intensitas gempa di hiposentrum sebesar 8 - 9 MMI. 

Data yang dihimpun BMG menunjukkan intensitas gempa di
kota Yogya mencapai 5 - 6 MMI. Sementara di Semarang
mencapai 3 MMI atau setara dengan getaran yang
diakibatkan lewatnya truk besar. Dari sini bisa
dimunculkan hubungan antara intensitas pada daerah
berjarak d kilometer dari hiposentrum dengan
intensitas hiposentrum dalam bentuk ln I - ln Io = k.d
dengan koefisien atenuasi (k) = -0,00789. Dengan
persamaan ini, maka bisa dihitung bahwa intensitas
gempa di Bantul mencapai 6 MMI, di Malang 1 MMI dan
Jakarta nol. Terdapat hubungan antara intensitas
setempat dengan percepatan tanah maksimal dalam bentuk
log a = I/3 dengan a percepatan dalam satuan
cm/detik^2. Dari persamaan ini kita mendapatkan
percepatan di Bantul mencapai 12 % G, di Yogya 6 % G,
di Semarang 1 % G dan di Malang 0,24 % G. 

Data berbeda diajukan USGS. Lewat laporan 40 responden
USGS Community Internet Intensity Map yang berada di
18 kota berbeda di Pulau Jawa, didapatkan intensitas
gempa di kota Yogya mencapai 8 MMI, Solo 5 MMI,
Semarang 5 MMI, Purworejo - Kebumen 7 MMI, Malang 4 -
5 MMI, Surabaya dan Jakarta masing2 

Re: [FISIKA] Relativitas Umum

2006-03-05 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo





Relativitas umum, secara mudahnya, bisa dikatakan 
sebagai relativitas khusus yang diperluas ke masalah gravitasi. Kita tahu bahwa 
menurut relativitas khusus ada kesetaraan antara massa dan energi sesuai 
persamaan Einstein E = mc^2 dengan kecepatan cahaya di ruang hampa adalah batas 
kecepatan tertinggi bagi materi di jagat raya. Relativitas khusus juga 
menyimpulkan bahwa " waktu mutlak " (yang independen terhadap segala perilaku 
materi di jagat raya, seperti yang diidealkan Newton) tidaklah ada dan waktu 
justru menjadi satu koordinat yang tak terpisahkan dengan tiga koordinat ruang 
(dari geometri Euclid) dalam jagat raya, sehingga waktu menjadi relatif karena 
dipengaruhi oleh ruang, dan menciptakan entitas baru yang dinamakan " 
ruang-waktu " yang berdimensi-4. Karena itu pergerakan materi, khususnya bila 
kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, menciptakan efek2 'ajaib' seperti 
pemuluran waktu, pemendekan panjang, kenaikan massa dll. Menurut relativitas 
khusus, ruang-waktu di jagat raya ini datar, layaknya permadani. 

Relativitas khusus sangat berhasil diterapkan pada 
hukum Newton 1 - 3 dan membuat ketiga hukum legendaris itu menjadi sebuah kasus 
khusus dari relativitas khusus, dimana kecepatan materi demikian rendah bila 
dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Namun relativitas khusus menemui kesulitan 
besar bila diterapkan pada hukum gravitasi Newton. Gambarannya begini, mari kita 
lihat sistem Bumi - Matahari, yang menurut Newton dinamikanya dikontrol oleh 
persamaan : F = GMm/R^2 dengan R (jarak rata2 Bumi-Matahari) 150 juta km. Jika 
tiba2 saja Matahari meledak hebat dan lenyap, maka F di Bumi pun harus 
'seketika' berubah, dengan selang waktu perubahan yang tak bisa diukur (karena 
saking cepatnya). Sementara relativitas khusus membatasi kecepatan perubahan F 
itu tidak boleh melampaui kecepatan cahaya. Artinya Bumi baru menderita 
perubahan F dalam waktu 8,33 menit pasca meledaknya Matahari. Dua hal ini saling 
bertolak belakang.

Einstein membutuhkan waktu 10 tahun untuk mencari 
kompromi antara gravitasi dan relativitas khusus, sebelum akhirnya menelurkan 
relativitas umum yang menggemparkan dunia pada 1915. Relativitas umum melihat 
gravitasi sebagai bentuk geometri ruang-waktu yang melengkung, seperti trampolin 
dibebani bola, akibat konsentrasi massa dan energi didalamnya. Ruang-waktu hanya 
akan berbentuk datar bila tidak ada konsentrasi massa dan energi, dan itu 
terjadi hanya di ruang antarbintang. Maka, bila menurut Newton, Bumi bisa 
mengedari Matahari akibat terjadinya keseimbangan antara gaya gravitasi dan gaya 
sentrifugal, menurut Einstein yang sebenarnya terjadi adalah massa Matahari 
demikian besarnya sehingga ruang-waktu di tata surya menjadi melengkung (mirip 
mangkuk) dan Bumi tidak punya jalan lain kecuali bergerak menyusuri lengkungan 
tersebut.Sehingga, bagi relativitas umum, ruang-waktu berdimensi -4 di jagat 
raya ini bisa saja melipat ataupun meregang, bergantung pada ada tidaknya 
konsentrasi massa dan energi.

Betul, salah satu akibat dari melengkungnya 
ruang-waktu ini adalah terjadinya pembelokan lintasan berkas cahaya. Ini terjadi 
karena relativitas umum menganggap cahaya sebagai partikel, yang meskipun massa 
diamnya nol, namun memiliki massa relativistik m = hf/c^2. Harus diingat bahwa 
pada tahun 1905 Einstein menerbitkan 3 makalahnya secara beruntun : tentang 
gerak Brown, efek fotolistrik dan relativitas khusus. Untuk menjelaskan efek 
fotolistrik, Einstein membuat anggapan berani bahwa cahaya harus diperlakukan 
sebagai partikel, layaknya butir2 kelereng, saat menumbuk permukaan logam 
sehingga ia mampu 'menendang' elektron2 keluar dari lingkungannya dengan cepat, 
sebab bila cahaya tetap dianggap sebagai gelombang dibutuhkan waktu berjam-jam 
untuk mengumpulkan energi yang mampu menggerakkan elektron, hal yang tak sesuai 
dengan pengamatan.Masalahnya, massa relativistik partikel cahaya termasuk dalam 
jenis massa inersial, sementara sebuah partikel yang bisa dipengaruhi oleh 
gravitasi haruslah mempunyai massa gravitasional. Newton memang telah 
membuktikan kedua jenis massa itu identik, namun akurasi pengukuran di zaman 
Newton sangatlah terbatas. Beruntung ada Lorand Eotvos, yang dengan instrumen 
torsion balance-nya berhasil mengukuhkan prinsip ekivalensi, dimana massa 
inersial = massa gravitasional, dalam batas ketelitian satu berbanding semilyar. 
Karena itu partikel cahaya juga bisa dipengaruhi gravitasi dan akibatnya 
lintasannya akan berbelok.

Dengan menggunakan prinsip ekivalensi dan sifat 
cahaya sebagai partikel, sebenarnya pembelokan lintasan berkas cahaya sudah 
diramalkan oleh persamaan Rutherford, yang berdasarkan pada hukum2 Newton. 
Mengambil analogi eksperimen bombardemen kertas emas dengan partikel alfa 
energetik yang dilakukan Geiger dan Marsden, jika kita mengganti inti atom 
dengan Matahari dan partikel alfa dengan partikel cahaya, maka persamaan 
Rutherford meramalkan cahaya akan dibelokkan 0,85 detik busur 

Re: [FISIKA] [Butuh Info] Bisa gak ya listrik lewat udara

2006-03-05 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo





Sepakat dengan pak Dwi Ananto soal listrik sebagai 
aliran elektron. Logam memang dikenal efektif untuk 
menghantarkan listrik, karena adanya " lautan elektron bebas " sebagai 
konsekuensi dari atom-atom yang ber-ikatan logam, sehingga tidak membutuhkan 
banyak energi untuk menggerakkannya. Berbeda dengan udara yang terdiri dari 
molekul2 berikatan kovalen dan tidak memungkinkan adanya lautan elektron bebas. 


Namun ada 3 kasus unik terjadinya " transmisi 
listrik " (dalam pendapat saya) melewati ruang hampa maupun udara, dan 
mekanismenya benar2 berbeda dengan penjalaran petir. Ketiga kasus ini 
menghasilkan listrik dengan energi yang (saya kira) cukup besar, namun hampir 
pasti tiada gunanya bagi pemenuhan kebutuhan energi manusia.

1. Badai Matahari
Sebagian besar energi Matahari memang dibawa keluar 
oleh foton2 gelombang elektromagnetik (dengan pita spektrum yang sangat lebar, 
mulai dari gelombang2 panjang hingga sinar gamma). Namun ada sebagian kecil 
energi yang dibawa oleh aliran partikel proton dan elektron pada kecepatan 
(normalnya) 370 km/detik dan densitas 6 partikel/sentimeter kubik (di orbit 
Bumi), yang dikenal sebagai angin Matahari.

Pada waktu2 tertentu, ketika permukaan Matahari 
diwarnai bintik2, terjadi flare/megaflare (dengan energi mencapai ribuan kali 
bom Hidrogen) yang mengejeksikan proton2 energetik ke korona dan memicu coronal 
mass ejection hingga terjadilah banjir proton dan elektron energetik ke arah 
tertentu dengan kecepatan 3 kali lipat angin Matahari. Energi elektron ini bisa 
mencapai 500 keV alias sama saja dengan aliran elektron2 di lingkungan medan 
listrik dengan beda potensial 500.000 volt (tidak jauh beda dengan tegangan pada 
SUTET). Pendapat saya, banjir elektron energetik ini bisa saja disebut " 
transmisi listrik dari Matahari ", mengingat terdapatnya aliran elektron 
berenergi dan arahnya juga tertentu. Mengutip tulisan pak Bachtiar Anwar dari 
Stasiun Pengamatan Matahari Watukosek-LAPAN, kuat arus dalam banjir elektron ini 
bisa mencapai 100 Ampere. Kita bisa mengetahui keberadaan arus listrik ini 
dengan mengukur kuat medan magnet Bumi, dimana dalam situasi terjadinya badai 
Matahari, kuat medan magnet Bumi akan sangat menurun dibanding hari-hari " 
tenang "-nya.

Sangat mengesankan bahwa magnetosfer Bumi kita 
membuat banjir elektron dan proton energetik itu bisa ditahan untuk kemudian 
dibelokkan ke kutub2 geomagnet dan dinetralkan.Namun magnetosfer mengalami 
tekanan ultrakuat dari proton dan elektron energetik ini, hingga ketinggiannya 
menurun drastis dari normalnya 40.000-an km menjadi 25.000 km atau kurang. 
Akibatnya satelit2 di orbit geostasioner langsung terpapar partikel2, hingga 
timbul arus listrik yang liar didalam sirkuit elektroniknya dan rusaklah satelit 
itu. Diperkirakan sudah ratusan satelit yang menjadi bangkai akibat badai 
Matahari.

2. Auroral electrojet
Ketika proton dan elektron energetik dalam 
badai Matahari dibelokkan oleh magnetosfer Bumi menuju kutub2 geomagnetnya, 
terjadi tabrakan dengan molekul2 Oksigen dan Nitrogen di atmosfer lintang tinggi 
hingga terjadi eksitasi dan ionisasi sekaligus. Eksitasi mengemisikan foton2 
cahaya berwarna warni yang kita kenal sebagai aurora (cahaya kutub). Sementara 
ionisasi menghasilkan ion-ion dan elektron2 yang berlimpah. Aksi gaya Lorentz di 
lingkungan medan magnet Bumi membuat ion2 dan proton2 itu bergerak, sehingga 
terbentuk arus listrik kuat yang kemudian turun ke lapisan ionosfer, menuju zona 
auroral, untuk kemudian dibelokkan ke barat mengelilingi kutub geomagnet dalam 
radius sekitar 2.500 km. Inilah auroral electrojet dengan kuat arus yang juga 
bisa mencapai 100 Ampere dan bertahan selama beberapa jam.

Auroral electrojet ini bertanggung jawab atas 
padamnya aliran listrik Ontario Hydro (Kanada) dalam kejadian badai matahari 
dahsyat di akhir 1980-an akibat terbentuknya medan magnet pengganggu yang sangat 
kuat. Medan magnet pengganggu ini menghasilkkan variasi sangat besar dalam kuat 
medan magnet Bumi di daerah lintang tinggi, hingga hanya tinggal separuh dari 
nilai pada kondisi " tenang ".

3. Arus Listrik Ionosferik
Setiap saat Matahari selalu menyinari separuh bola 
Bumi dengan distribusi penyinaran yang tak seragam. Intensitas penyinaran 
tertinggi ada di khatulistiwa. Di lapisan troposfer, ketidakseragaman ini 
menimbulkan dinamika atmosferik yang berujung pada terbentuknya badai2 tropis 
sebagai bagian dari mekanisme perataan distribusi energi ke seluruh permukaan 
Bumi. Sementara di lapisan yang lebih tinggi (stratosfer dan ionosfer), 
ketidakseragama ini menciptakan arus konveksi yang menyirkulasikan udara dari 
khatulistiwa menuju daerah lintang tinggi di hemisfer utara dan selatan, dan 
demikian juga sebaliknya.

Arus konveksi di lapisan ionosfer membawa serta 
ion2 dan elektron2 bebas yang ada dalam sirkulasinya. Pergerakan ion2 dan 
elektron2 ini menciptakan arus listrik listrik ionosferik, yang memang tidak 
sekuat arus listrik produk badai Matahari, 

Re: [FISIKA] Fisika Kuantum, Tuhan Tidak Melempar Dadu

2006-03-05 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo





Teori kuantum Wheeler sebenarnya sudah muncul sejak 
pasca Perang Dunia II,digagas oleh fisikawan John A. Wheeler. Kalo kita 
bicara tentang teori kuantum, harus kita pahami bahwa alam semesta (maksudnya 
alam partikel) bersifat fluktuatif, tidak ada yang pasti, karena dikontrol oleh 
asas ketidakpastian Heisenberg sehingga hanya probabilitas posisi dan 
momentumnya saja yang kita ketahui. Inilah yang dibenci Einstein dari teori 
kuantum, meski ia dikenal sebagai salah satu perintisnya yang utama (dengan 
Satyendrenath Bose di India, terpisah separuh bola Bumi dengan Einstein di 
Princeton, mereka saling surat menyurat dalam rangka menyusun sebuah statistik 
kuantum, kini dikenal sebagai statistik Bose-Einstein, untuk mengatur perilaku 
partikel2 berspin bulat yang berperanan membawa gaya2fundamental di alam 
semesta/boson, dan mereka baru bertemu muka setelah tulisannya siap 
diterbitkan). Sampai2 muncul kata2nya yang terkenal : " Tuhan tidak melempar 
dadu ".

Materi (baca : partikel) dalam mekanika kuantum 
memang tidak riil, karena ia selalu memiliki sifat gelombang akibat gerakannya, 
sementara di jagat raya ini tidak ada partikel yang diam mutlak. Gambarannya 
begini, kita lihat seseorang yang sedang duduk. Meski secara kasatmata ia nampak 
diam, namun menurut mekanika kuantum sebenarnya tidaklah demikian. Orang itu 
jelas tersusun oleh partikel2 seperti elektron, proton dan neutron ditambah 
meson (yang saling bertukaran antar neutron dalam menciptakan gaya inti) yang 
semuanya selalu bergerak. Sementara menurut mekanika kuantum, partikel yang 
bergerak selalu menghasilkan gelombang de Broglie sehingga status partikel itu 
menjadi bias, di satu saat ia muncul sebagai " butiran " (baca : materi), 
sementara di saat yang lain ia muncul sebagai gelombang. Sehingga partikel2 
penyusun orang yang sedang duduk itu sebenarnya selalu berganti-ganti sifat dari 
materi ke gelombang dan sebaliknya secara terus menerus. 

Bagi mekanika kuantum, materi dan gelombang adalah 
dua sisi dari sekeping uang logam yang sama. Hal ini sebenarnya tidak aneh, 
karena jika kita mempelajari relativitas umum, kita juga akan menemukan 
kesimpulan bahwa materi dan energi sebenarnya merupakan dua bentuk berbeda dari 
sesuatu yang sama.Dengan menggabungkan mekanika kuantum dan relativitas umum, 
kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa materi merupakan bentuk energi yang 
terkurung dalam ruang-waktu yang melengkung.

Aneh ? Masih lebih aneh teori string. Menurut teori 
ini, partikel2 yang beragam itu (mulai dari baryon, meson hingga lepton dan 
boson2 pembawa gaya) tidaklah berwujud " butiran " (mirip kelereng) sebagaimana 
gambaran yang ada selama ini, namun berbentuk string (dawai, seperti senar 
gitar) yang identik satu sama lain. Yang membedakan satu partikel dengan 
partikel lainnya adalah frekuensi getaran dawai masing2. Jadi, jika anda melihat 
orang duduk tadi, silahkan dibayangkan sendiri bahwa orang tersebut sebenarnya 
tersusun oleh trilyunan dawai yang selalu bergetar dengan frekuensinya masing. 
Meski teorinya cukup " aneh " namun inilah teori fisika yang berkembang pesat 
dalam 20 tahun terakhir ini dan dalam konferensi internasional tentang 
relativitas umum dan gravitasi 2003 disebutkan teori string inilah yang menjadi 
kandidat terkuat bagi Theory of Everything (TOE), teori yang mempersatukan 
mekanika kuantum dan relativitas umum.

1. Kalo semua makhluk hidup meninggal, Bumi dan 
alam semesta tidak akan lenyap, masih tetap ada. Karena jika kita tinjau dari 
sudut pandang relativitas, meninggalnya makhluk hidup tidak mengakibatkan 
gangguan pada ruang-waktu. Kita ambil contoh pada peristiwa " The Great Dying " 
250 juta tahun silam, dimana 96 % populasi makhluk hidup musnah akibat tumbukan 
asteroid raksasa yang membentuk basin Bedout High (kini ada di lepas pantai 
sebelah barat laut Australia), tidak ada gangguan pada ruang-waktu dan Bumi 
tetap utuh hingga kini. 

Alam semesta memang bisa lenyap, jika terjadi 
gangguan besar pada ruang-waktu, sehingga ruang-waktu sobek/terbelah. Peristiwa 
ini diperkirakan akan terjadi dalam 20 milyar tahun mendatang karena pemuaian 
alam semesta telah demikian cepat hingga gravitasi tidak sanggup lagi menahannya 
dan ruang-waktu telah demikian merenggang hingga daya tahannya terlampaui. 
Karena ruang-waktu bersifat aktif dan menjadi bagian inheren dari seluruh materi 
dan energi, maka sobeknya ruang-waktu membuat materi dan energi kehilangan 
kestabilannya selama ini dan akan musnah. Kemusnahan yang sempurna, mulai dari 
galaksi hingga lepton. Cukup mengesankan bahwa mekanika kuantum juga meramalkan 
proton2 di alam semesta akan meluruh (yang berarti kehancuran materi yang 
disusun oleh proton) namun dalam tempo yang jauh lebih lama dibanding saat 
sobeknya ruang-waktu.

2. Fisika kuantum secara umum memang membuat 
manusia lebih bisa memahami alam semesta ini bekerja di dunia partikel dan 
sekaligus mengatur perilakunya. Secara praktis kegunaannya sangat banyak, mulai 

[FISIKA] Kehancuran Bumi tahun 2053 dan tumbukan benda langit

2006-02-23 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo





Betul, itu hoax. Benturan antar planet terakhir di 
Bumi terjadi pada awal terbentuknya tata surya, ketika semua masih serba 
chaotic. Benturan proto Bumi yang masih cair panas dengan obyek sebesar Mars 
itulah yang melemparkan gumpalan besar ke angkasa dan kini menjadi Bulan. Kalo 
periode ulangan benturan ini kita hitung dengan persamaannya Near Earth Object 
Science Definition Team 2003, benturan yang sama akan terjadi lagi beberapa 
milyar tahun mendatang. Itu pun dengan syarat karakter orbit planet besar itu 
sama dengan orbit asteroid2 yang eksis saat ini, hal yang sulit dibayangkan 
mengingat planet2 pada umumnya berorbit stabil : memiliki inklinasi dan 
eksentrisitas kecil. Terkecuali Pluto dan 2003 UB 313, sang planet ke-10 itu. 
Namun status Pluto sudah menjadi debate of decades, karena di masa kini 
diketahui bahwa Pluto dan 2003 UB 313 hanyalah anggota terbesar dari milyaran 
asteroid transneptunik yang bergentayangan di Sabuk Kuiper, sama halnya dengan 
Ceres yang superior di kalangan anggota Sabuk Asteroid. Penetapan Pluto sebagai 
planet, diyakini banyak orang sebagai " kesalahan sejarah " warisan abad ke-20, 
namun rasanya International Astronomical Union belum mau 'mengakui' kesalahan 
ini.

Kalo soal mengiamatkan Bumi dengan benturan benda 
langit, itu sih tak perlu menunggu datangnya planet besar yang nyasar. Bila kita 
baca makalah bersama Owen B. Toon dkk (Owen B. Toon, Kevin Zahnle, David 
Morrison; 1995; Environmental Perturbations Caused by the Impact of Asteroids 
and Comets; NASA Ames Research Centre; prosiding Planetary Defense Workshop 1995 
di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore California), cukup dengan tumbukan 
komet/asteroid berdiameter 4 - 6,5 km, yang melepaskan energi 1 - 10 juta 
megaton TNT dan menghasilkan kawah besar berdiameter 80 - 130 km, Bumi sudah 
kiamat akibat berlangsungnya musim dingin nuklir disusul pemanasan global selama 
ribuan tahun. Selang waktu terjadinya tumbukan itu, menurut hitungan, tiap 150 
juta tahun. Dan terakhir tumbukan itu terjadi pada 35 juta tahun silam, yang 
membentuk kawah Chesapeake Bay dan kini terkubur di bawah megapolitan New York. 
Jadi tenang saja, masih ada sisa waktu 115 juta tahun lagi untuk 
bersenang-senang, teorinya :).

Namun berdasar pendapat almarhum Carl Sagan, selang 
waktu kiamat itu sebenarnya jauh lebih pendek. Sagan telah lama mengemukakan 
hipotesis Shiva, tentang selang waktu tumbukan2 komet/asteroid besar dengan 
dampak global bagi Bumi tiap 35 juta tahun sekali, dengan error beberapa juta 
tahun. Contohnya, 65 juta tahun silam asteroid berdiameter 10 km jatuh di Teluk 
Meksiko, membentuk kawah raksasa (kawah Chicxulub) yang diameternya 200 km dan 
membuat 75 % populasi makhluk hidup musnah. Kejadian yang sama, dalam skala 
lebih kecil, terulang 35 juta tahun silam dengan terbentuknya kawah Chesapeake 
Bay (diameter 100 km) akibat tumbukan asteroid berdiameter 5 km. Maka, kalo 
Sagan bisa dipercaya, (seharusnya) tumbukan besar itu sudah terjadi kembali 
dekat2 masa sekarang ini.

Menarik sekali bahwa para astrogeolog sudah lama 
curiga bahwa tumbukan itu sudah terjadi pada0,7 juta tahun lalu. Tempatnya 
belum diketahui pasti, namun yang jelas di kawasan Asia Tenggara, di Indocina. 
Jejaknya terlihat jelas dari sebaran mineral tektit (bekuan produk tumbukan) 
yang dinamakan tektit Austral-asia, yang terdistribusi dalam daerah sangat luas 
mulai dari New Zealand, Australia, Asia Tenggara, Madagaskar, Cina, hingga 
pedalaman Russia. Edward Chao - yang bersama almarhum Eugene M. Shoemaker dan 
Nicholas M. Short di tahun 1960-an memelopori studi perbandingan batuan di dasar 
kawah Meteor dan kawah2 produk ujicoba nuklir di gurun Nevada dan memastikan 
bahwa kawah Meteor diproduksi oleh aksi energi tinggi yang melepaskan tekanan 
superkuat, like nuclear explosion, jauh melebihi tekanan letusan gunung berapi, 
dan secara alami hanya bisa terjadi dalam tumbukan benda langit - bahkan 
menyamakan sebaran tektit Austral-asia ini dengan sebaran lapisan tipis lempung 
hitam yang terjepit di antara sedimen zaman Kapur dan Tersier, jejak dari 
tumbukan asteroid 65 juta tahun silam.Khusus di Indocina, tektit itu tidaklah 
kecil2 dan ringan, namun berat dengan struktur berlapis, disebut tektit Muong 
Nong. Model2 aerodinamika pembentukan tektit menunjukkan bahwa tektit Munong 
Nong tidak akan terlontar jauh dari sumbernya. Hal ini menarik sekali, karena 
salah satu satelit NASA - yang mengamati variasi tinggi muka air laut - di tahun 
1988 mendeteksi adanya anomali di lepas pantai Vietnam, di perairan Laut Cina 
Selatan, pada koordinat kasar 13deg LU 110deg BT dan hanya berjarak beberapa 
puluh / ratus kilometer saja dari lokasi singkapan2 tektit Muong Nong. Anomali 
itu diterjemahkan sebagai adanya " depresi bulat " berdiameter 100-an km di 
dasar laut. Mungkin inilah kawah itu, hanya saja belum diselidiki lebih lanjut, 
dan akan sangat menarik jika kemudian dikaitkan dengan nasib Homo erectus, yang 
menurut para 

Re: [FISIKA] [Butuh Info] Bisa gak ya listrik lewat udara

2006-02-21 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo





Tentu saja jawabannya bisa, mengapa tidak ? Namun 
prosesnya tidak seperti perambatan petir. 

Yang disebut " listrik " itu kan aliran elektron2, 
dan " energi listrik " adalah energi akumulatif yang dibawa oleh elektron2 itu. 
Elektron2 ini bisa saja dirambatkan lewat udara, seperti yang nampak pada petir, 
atau dalam skala kecil ketika manusia bermain-main dengan generator van de Graaf 
di laboratorium. Di tahun 1985 Laboratorium Lawrence Livermore (AS) pernah 
mengujicoba perambatan elektron energetik di udara lewat instrumen ATA (Advanced 
Test Accelerator) yang mereka buat untuk keperluan ujicoba " Perang Bintang " 
(Strategic Defence Intiative, begitu nama resminya menurut Pentagon). Namun 
proyek ini kemudian dianggap tidak feasible karena, sebagai partikel bermuatan 
listrik, lintasan elektron akan dibelokkan oleh medan magnet Bumi dengan 
bekerjanya gaya Lorentz. Bisa saja lintasan elektron ini dibuat lurus dengan 
cara menetralkan muatannya, namun secara praktis itu membutuhkan biaya sangat 
besar dan sulit terwujud.

Yang hendak dicoba NASA, elektron2 ini diganti 
dengan foton2 gelombang elektromagnetik. Jadi, kelak, bila sudah ada stasiun 
ruang angkasa yang khusus untuk memanfaatkan energi Matahari (baik di orbit Bumi 
maupun di permukaan Bulan) dan mengubahnya menjadi energi listrik, energi 
listrik itu akan dikirimkan lewat gelombang elektromagnetik menuju receiver di 
Bumi. Tentu saja receiver ini sangat besar, karena sifat gelombang 
elektromagnetik yang membaur begitu menempuh jarak yang jauh. Sebagai gambaran, 
untuk laser saja, jika di Bumi dihasilkan dari source yang diameternya 5 cm, di 
Bulan diameternya sudah mencapai 20 km. Maka receiver ini paling bagus akan 
ditempatkan di tengah Sahara atupun Pasifik / Atlantik, di daerah2 remote yang 
tak berpenghuni.

Soal efisiensi, wah jangan tanya, tentu saja masih 
rendah jika kita tetap menggunakan teknologi yang dikenal saat ini. Efisiensi 
listrik yang diproduksi dari tenaga angin dan Matahari memang dikenal paling 
rendah di antara sistem pembangkitan lainnya, dan juga paling mahal. Yang 
praktis untuk beberapa dekade ke depan, ya gunakan saja pembangkit hidro atau 
pembangkit termal seperti saat ini. Karena hidro sudah tidak bisa diandalkan 
lagi (dengan adanya pemanasan global), akhirnya cuman termal yang bisa jadi 
tulang punggung. Dan hanya ada tiga jenis pembangkit termal yang feasible : gas, 
uap (batubara) atau nuklir. Tiga2nya punya kelebihan, juga punya kelemahan. 
Tinggal bagaimana memanfaatkan ketiga-tiganya untuk saling 
melengkapi.


  Subject: Re: [FISIKA] [Butuh Info] Bisa 
  gak ya listrik lewat udara
  Sebelumnya Salam Kenal buat para fisi-kawan 
  se-indonesia.Pernah terpikir oleh saya "Gimana kalo Listrik dikirim lewat 
  Udara!"Menurut saya itu mungkin sekali, sebagaimana Suara yang awalnya 
  dikirim melalui kawat kemudian perkembangan selanjutnya dapat 
  dikirimkan melalui udara.Saya tidak mempelajari tentang listrik secara 
  mendalam, tetapi secara logis hal itu bisa diterapkan.Mungkin seperti 
  pada Radio atau Ponsel, sebuah pembangkit listrik mengubah listrik menjadi 
  data dg kode2 ttt, lalu mengirimkannya melalui gelombang ElkMagntk ke 
  sebuah alamat tujuan ttt.Sementara sebuah 'receiver' telah siap sedia 
  menerima dan mengubah kode2 tadi kembali menjadi listrik.Pemikiran 
  selanjutnya: Mungkin suatu hari nanti kita bisa MESAN "LISTRIK" lewat 
  SMS





===
** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/ 
** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===









  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "fisika_indonesia" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  








		Relax. Yahoo! Mail 
virus scanning helps detect nasty viruses!

Re: [FISIKA] Menanyakan Konsep Ruang dan Waktu

2006-02-21 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo






  Koreksi istilah dulu. Dalam relativitas umum 
  tidak dikenal " medan massa ", adanya " medan gravitasi ". Mengapa demikian, 
  karena menurut relativitas umum, jagat raya yang kita diami ini adalah 
  ruang-waktu berdimensi 4 yang bentuknya benjol2 di sana sini akibat tidak 
  meratanya distribusi massa dan energi. Benjolan (baca : lengkungan) ruang 
  waktu inilah yang kita kenal sehari-hari sebagai " gravitasi ".Bila menurut 
  mekanika Newton, Bumi mengelilingi Matahari akibat terjadinya keseimbangan 
  antara gaya sentrifugal Bumi dengan gaya tarik Bumi-Matahari, maka menurut 
  relativitas umum massa Matahari adalah demikian besar hingga mampu 
  melengkungkan ruang-waktu disekitarnya dan Bumi (juga cahaya) tidak punya 
  pilihan lain kecuali bergerak menyusuri lengkungan ini.
  
  1. Bila seluruh massa tidak ada, maka ada dua 
  kemungkinan :
  Pertama, seluruh massa itu berubah menjadi energi 
  sesuai persamaan Einstein E = mc^2. Karena pada dasarnya massa dan energi itu 
  ibarat dua sisi dari sekeping uang logam yang sama, bagi ruang-waktu efeknya 
  tetap. Ruang-waktu itu tetap akan melengkung akibat konsentrasi energi 
  didalamnya.
  Kedua, (andaikan) seluruh massa dan energi itu 
  lenyap. Maka kita akan menjumpai sebuah kasus khusus dari relativitas umum 
  yang disebut relativitas khusus.Disini ruang-waktu itu berbentuk datar. Persis 
  seperti lapangan bola, atau seperti trampolin yang tidak dibebani apa-apa. 
  Jika lenyapnya massa dan energi itu menjangkau segenap penjuru jagat raya, 
  maka jagat raya ini akan datar seperti telor dadar.
  
  2. Lubang hitam itu tidak membuat ruang-waktu 
  bolong. Menurut relativitas umum, yang disebut lubang hitam itu adalah obyek 
  yang gravitasinya demikian kuat hingga ruang-waktu disekelilingnya melengkung 
  tak terhingga, membentukasimtot atau dalam bahasa gampangnya, membentuk 
  semacam " corong ". Kemana corong ini mengarah, kita belum tahu, Tapi Stephen 
  Hawking pernah menjelaskan adanya teori " lubang cacing " (wormhole), yakni " 
  saluran ruang-waktu " yang menghubungkan dua lubang hitam dan menjadi jalan 
  pintas untuk menempuh jarak2 yang teramat jauh. Gambarannya begini. Anggaplah 
  kita manusia ingin bepergian ke galaksi X yang jaraknya 10 milyar tahun cahaya 
  dari Bumi. Jika kita pakai kendaraan secepat cahaya, dibutuhkan waktu 10 
  milyar tahun untuk sampai ke tujuan. Tapi jika kita menuju ke pusat Bima Sakti 
  (dimana di sana ada banyak lubang hitam) dan memilih satu yang tepat, kita 
  akan menyingkat waktu perjalanan menjadi (barangkali) 1 juta tahun saja, atau 
  bahkan mungkin 1 tahun saja.
  Mengapa bisa demikian, ya mari kita bayangkan 
  kalo jagat raya ini seperti Bumi kita, yang bulat, dengan galaksi-galaksi itu 
  seperti kepulauan2 / kontinen2 di muka Bumi.Secara konvensional,untuk 
  mencapai kontinen Amerika (dari tempat kita berada di Indonesia ini), kita 
  harus menyusuri permukaan Bumi untuk menuju ke sana, dengan menempuh jarak 
  20.000 km. Namun jika ada yang bisa mengeborlapisan2 Bumi (hingga 
  melewati intinya)dan tembus ke kontinen Amerika (yang letaknya memang 
  antipode/berbeda separuh bola Bumi dengan kita), kita hanya akan menepuh jarak 
  6.400 km jika melalui lubang bor ini. Gambarannya lubang cacing semacam 
  itu.
  Jadi lubang hitam tidaklah membuat ruang-waktu 
  bolong. Ruang-waktu memang bisa bolong (tepatnya sobek), namun bukan karena 
  lubang hitam. Peristiwa ini diakibatkan oleh pengembangan ruang-waktu jagat 
  raya yang demikian pesat sehingga takkan bisa ditahan lagi oleh gravitasi 
  materi didalamnya. Hipotesisnya, " the big rip " ini pasti akan dialami jagat 
  raya yang kita huni ini sekitar 20 milyar tahun mendatang, dan pada saat itu 
  ruang-waktu akan sobek dan seluruh massa dan energi yang ada (termasuk 
  manusia, kalau masih ada) akan lenyap tak berbekas.
  
  3. Yang disebut mesin waktu yang lubang cacing 
  itu tadi. Kalo dua lubang hitam bertemu, keduanya akan bersatu membentuk 
  lubang hitam baru yang diameternya lebih besar, demikian juga dengan diameter 
  horizon peristiwa-nya. Kalo lubang cacing tadi, alis mesin waktu dalam bahasa 
  yang lebih populer, itu kan menghubungkan antara dua lubang hitam, bukan 
  menyatukan keduanya. Dan sifat dua lubang hitam ini berbeda. Salah satunya 
  harus bersifat selalu menyedot materi (seperti yang kita kenal). Sementara 
  satunya lagi harus bersifat memuntahkan materi (karena limit penyedotan 
  materinya sudah terlampaui). Lubang hitam jenis terakhir ini dikenal juga 
  sebagai " lubang putih " (whitehole). Lewat lubang cacing ini, ya sah2 saja 
  jika suatu materi (partikel, ataupun manusia) masuk ke dalam sebuah lubang 
  hitam dan keluar lewat lubang hitam lainnya yang berhubungan (baca : lubang 
  putih).
  
  4. Rasanya sudah terjawab juga pada butir 2 dan 3 
  di atas ya.
  
  Tambahan :
  Pada konsep awalnya (1975-an), Hawking, 
  menggunakan relativitas umum, memang berpendapat bahwa lubang hitam adalah 

Re: [FISIKA] RelativitasKhusus

2006-02-09 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
--- su [EMAIL PROTECTED] wrote:

 mo tau donk sebenernya pencapaian fisika nuklir n
 partikel tuh apa sih kalau nanti sudah ditemukan
 teori yang menyatukan segalanya buat apa? cuma
 sekedar untuk menunjukkan betapa tingginya
 intelektual manusia atau untuk apa? apakah nantinya
 dengan demikian dapat meningkatkan tingkat
 kesejahteraan manusia? satu lagi kalau dengan teori
 tersebut dapat menentukan batas dari jagat raya lalu
 yang diluar jagat raya itu apa?

Di tahun 1930-an, seorang wartawan bertanya kepada
Enst Orlando Lawrence, sang ahli fisika brilyan dari
Berkeley yang namanya kini ditabalkan untuk Lawrence
Radiation Laboratory, salah satu institusi fisika
nuklir paling berpengaruh di daratan Amerika. Lawrence
baru beberapa tahun sebelumnya menciptakan siklotron
berdiameter 60 cm, dengan magnet sumbangan perusahaan
telepon dan digerakkan oleh listrik rumah tangga. Dan
saat itu ia sedang ' licik2nya ' mencari dana kesana
kemari untuk membangun sinkrotron, instrumen
pemercepat partikel dengan diameter berlipat kali
siklotron miliknya.

sang wartawan bertanya,  Tuan Lawrence, apa tujuan
anda membangun peralatan ini . Lawrence, dengan
gayanya yang lugas (seperti Oppenheimer), menjawab
ketus  Seandainya kami tahu untuk apa tujuannya, kami
tak perlu membangun alat ini . Jawaban yang bikin
kesal sang wartawan, juga anggota2 kongres. Namun toh
Lawrence dapat duit juga, dan sinkrotron menjadi salah
satu milestone. Dari sana inti2 baru didapatkan,
fisika radiasi dan kedokteran nuklir muncul dan
berkembang, dan Lawrence sendiri turut menjadi anggota
tim Oppenheimer dalam merancang senjata nuklir
pertama.

mungkin itu jawabannya :). Tidak perlu rumit2 deh.
anggap saja semua ini  permainan , meski kadangkala
fisika emmang membutuhkan permainan otak yang prima.
Ikuti saja teladan dari Richard Feynmann, yang
sehari-harinya suka sekali bermain menerbangkan
piring-piring plastik di halaman laboratoriumnya,
sampai diolok-olok oleh rekan2nya yang lain, bahwa itu
semua sia-sia belaka dan tak berguna. Namun sejarah
akhirnya menunjukkan, Feynmann-lah, dan bukan orang
yang 'serba serius' dan suka mengolok-olok itu, yang
berdiri di atas auditorium Nobel atas karya besarnya
mengenai elektron. 

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [FISIKA] RelativitasKhusus

2005-12-30 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
tes





__ 
Yahoo! for Good - Make a difference this year. 
http://brand.yahoo.com/cybergivingweek2005/




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/UIYolB/TM
~- 

===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[FISIKA] H5N1 dan Komet

2005-11-24 Terurut Topik Ma'rufin Sudibyo
Assalamu'alaykum..

Dua astrofisikawan Inggris terkenal, Fred Hoyle dan
Chandra Wickamshingre, 3 dekade silam pernah
menelurkan hipotesis panspermia yang kontroversial.
Mereka berpendapat, kehidupan di muka Bumi ini
(barangkali) berasal dari angkasa raya, yang dibawa
mendarat ke permukaan planet biru ini oleh meteor
maupun komet.

Hipotesisnya yang aneh. Bayangkan saja, meteor2 yang
masuk ke Bumi ataupun komet besar (jauh di masa silam)
haruslah lebih dulu menembus selimut atmosfer Bumi dan
mau tidak mau harus mengalami pergesekan super
intensif hingga menimbulkan panas yang teramat tinggi
dan tak jarang melebihi titik leleh logam. Sementara,
materi2 dasar kehidupan, seperti asam amino,
karbohidrat dan asam lemak, bukanlah senyawa kimia
yang tahan terhadap paparan suhu tinggi.

Tapi keterkejutan mulai muncul ketika dalam NASA
Science News pernah dimuat artikel tentang keberadaan
senyawa glukosa (gula) sederhana di dalam meteorit
yang jatuh di Adelaide (Australia). George Cooper -
sang peneliti itu - bahkan meyakini sepenuhnya bila
kawanan asteroid yang bergentayangan di antara orbit
Mars - Jupiter itu banyak mengandung bahan2 organik
yang sama dengan bahan organik makhluk hidup (Nature,
Desember 2003). Lebih kaget lagi ketika Chan dan
rekan-rekannya, yang meneliti suatu kawasan vulkanis
di Amerika Selatan yang diperkirakan mirip dengan
Meridiani Planum di Mars, mendapatkan bahwa di daerah
yang vulkanis dan sangat asam itu ternyata dijumpai
sangat banyak koloni bakteri tahan asam (lihat
National Geographic Indonesia, Juli 2005). Dari sini
ia menduga bakteri pun eksis di Mars dan sisa2nya
pernah kita jumpai dalam sebungkah meteorit ALH 84001
yang ditemukan di padang es Allan Hills, Antartika dan
dipastikan berasal dari Mars.

Maka, pertanyaannya, adakah virus AI subtipe H5N1 yang
kini sedang merajalela itu, dan sedang bersiap
menciptakan pandemi kolosal terbaru dalam sejarah
peradaban manusia, adalah satu satu 'alien' ini ? yang
dibawa masuk ke Bumi oleh komet/meteor ?

Saya dulu percaya, cerita tentang kehadiran komet
sebagai pembawa bencana hanyalah ungkapan usang dari
Aristoteles  20 abad silam dan tidak pernah ada
kaitannya dengan segala prahara yang terjadi di Bumi
ini. Kalo kita tinjau situs http://www.comethunter.de,
dalam setahun bisa muncul  100 komet (alias 3 hari
sekali muncul sebuah komet) dan jaraknya dari Bumi
demikian jauh. Toh demikian tidak setiap 3 hari Bumi
menghadapi prahara2 dahsyat.

Tapi, kini, jujur saja, kepercayaan itu kini mulai
terkaburkan. Kalo merunut hipotesis Fred Hoyle,
jangan2 virus AI subtipe H5N1 itu, yang menimbulkan
outbreak pertama tahun 1997 di Hongkong, dibawa oleh
komet2 yang muncul pada saat itu. Dan dua komet besar
yang ada pada saat itu adalah komet Hyakutake dan
komet Hale-Bopp, yang sama2 berperiode sangat panjang
dan diduga berasal dari awan komet Oort nan
legendaris.

Demikian juga, bola dirunut lagi, dengan meletusnya
outbreak kedua sejak akhir 2002 hingga sekarang, ada
ngga' ya kaitannya dengan mendekatnya komet fenomenal
Ikeya-Zhang di 2002 lalu ?

Wassalamu'alaykum..

Ma'rufin





__ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/WpTY2A/izNLAA/yQLSAA/UIYolB/TM
~- 

===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/