Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: minta tolong soal Pasar Tradisional

2008-02-08 Terurut Topik Haniwar Syarif
Yang sudah pasti melanggar adalah soal jam buka yang harusnya  jam 10 pagi

Kalau soal jarak nggak dipastikan di perpres , cuma untuk hypermarket 
ada kata kata memperhatikan jarak antara hypermarket  pasar 
tradisional, tanpa disebut jaraknya. Katanya ini terserah pemda..

Superindo termasuk supermarket  yang dlm perpres hanya disebut perlu 
memperhitungkankeberadaan  Pasar tradisional dan UKM di wilayah ybs., 
tanpa perincian atau prosedur utk menentukan  masuk kriteria ini atau nggak.

Nah yang perlu di priksa juga ayat  di perpres yg bilang :

supermarket  tidak boleh berlokasi  pada sistim  jaringan jalan lingkungan dan
tidak boleh berada  pada kawasan  pelayanan lingkungan di dalam kota.

Dengan definisi  jalan lingkungan  adala merupakan jalan umum yang 
berfungsi  melayani angkutan lingkungan dengan ciri perajalanan jarak 
dekat  dan kecepatan rata rata rendah..

Kita mesti tanya nih kepada yang mengerti  tata ruang ... , apa kah 
jalan sultan Agung termasuk  jaringan jalan lingkungan ?

kalau iya maka dia mestinya superindo nggak boleh disitu. Mesti di 
jalan yg lebih gede.

Ini yang saya ingin minta tolong kalau ada orang PU disini yang 
ngerti soal klasifikasi  jalan / tata ruang.



   Kalau di jakarta , yang baru berdiri Carre 4 di Jl Raden Intan 
Buaran.. Pertanyaanya apakah , Raden Intan itu benar jalan 
kolektor/arteri. Kalau bukan.., ya mestinya dia nggak boleh berdiri disitu.


Mohon dong bantuan  pakar dari PU.. kamitunggu ya..


Kalau soal peran masyarakat  , khususnya dalamkaitan pasal  4 ayat 1. 
a. yg bunyinya, :

Pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib  : memperhitungkan 
kondisi sosial ekonomi masyarakat , keberadaan pasar tradisional 
.usaha kecil  dan usaha menengah yang ada di wilayah yg bersangkutan.

lalu bagaimana melaksanakan ini  ?

kslsu di Jepang ada prosedur standarnya sbb :


Yang mau bangun  pusat pernbelanjaan, harus memasukkan rencananya  ke 
pemerintah.

di umumkan lalu di lakukan inspeksi , disini diikut sertakan 
masyarakat sekitar dan para pengusaha yg sudah ada disitu.

Mereka dapat ajukan keberatan kalau ada, misal mencegah macet, atau 
banjir , atau matinya  toko yg telah ada.
dgn opsi penyelesaiannya

rekomendasi ini, di berikan kpd yang mau bangun, lalu dia harus 
memperbaiki rencana awalnya  dgn mendengar keberatan masyarakat itu.

lalu prosedur itu dimulai  lagi utk tahap 2 , dimana lagi lagi 
masyarakat sekitar dan toko/pedagang disekitar diajak bicara.

Jika , sudah beres ,ijin keluar, tapi jika keberatan penduduk 
pengusaha yg beralasan  nggak diterima oleh yg mau bangun.., ya izin 
tidak di berikan.


Nah yang beginian,mestinya kita tuntut pada pemerinta daerah untuk 
dijadikan prosedur standar , jika mau memperhatikan aspirasi rakyat.


  , bagaimana caranya , kita menunut kedepan, agar dengan merujuk 
pasal 4 ayat 1.a prosedur seperti ini dijalankan..

Tiap Pilkada , minta para calon utk berjanji melakukan hal ini...jik 
amau dapat dukungan masyarakat...

Begitupun Pemda harus tegas mengatur jarak dgn pasar tradisional , 
yang sudha diamanatkan oleh Perpres diamna detilnya diserahkan pada Pemda..

Salam

Haniwar










At 12:15 PM 09-02-08, you wrote:
>FYI pak Haniwar...
>Di Jogja ada supermarket baru yang buka kira2 bulan Nov 2007. Namanya
>supermarket Super Indo. Kalo dari yang saya baca di perpres sih
>melanggar ketentuan jarak dan waktu buka.
>Lokasinya di jalan Sultan Agung (Di depan Bakmi Kadin Yogya) yang
>berjarak tidak sampai 1 Kilometer dari pasar Sentul dan kira2 2,5 Km
>sampai 4 Km dengan pasar yang lain.
>Waktu bukanya juga di mulai Pukul 07.00 WIB.
>
>
>Salam
>Rudi


[Forum Pembaca KOMPAS] Presiden: Kritiklah Pemerintah dengan Pas

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.09.12394559&channel=1&mn=1&idx=1

SEMARANG, SABTU-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak ingin
diragukan komitmennya untuk terus manjaga dan mengembangkan kebebasan
pers. Dengan kebebasan pers itu, pemerintah berharap mendapat kritik.
Namun, seperti obat, kritik itu harus pas.

"Kalau saya harus memilih, pers bebas atau dikontrol, dipasung. Tentu
kita memilih pers yang bebas. Jangan sangsikan itu, pilihan kita
adalah kebebasan pers," ujar Presiden dalam peringatan Hari Pers
Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (9/2).

Menurut Presiden, kebebasan pers yang diperjuangkannya sejak 10 tahun
lalu menyusun cetak biru reformasi TNI akan membawa manfaat jika
disertai akhlak dan tangung jawab. Menurut Presiden, pers saat ini
sedang menuju ke arah itu.

"Terima kasih akan kritis kepada pemerintah karena kritik itu seperti
obat asalkan dosisnya pas. Kalau semuanya memuji, tak ada obat, tak
akan sembuh. Kalau dosisnya tiga kali diberi 12 kali, akan collapse.
Kalau kritiknya pas, senang saya," ujarnya.

Presiden berharap dikembangkan jurnalisme positif, konstruktif dan
juga dipertahankan idealisme dan etika jurnalisme. Presiden mendukung
tumbuh dan berkembangnya bisnis media massa dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan karyawan dan wartawan.

"Mereka pahlawan di belakang layar. Lakukan investasi pendidikan,
pelatihan wartawan muda agar terus meningkat kemampuan dan
profesionalitasnya," ujarnya.

Presiden minta agar bangsa Indonesia tidak terlalu mudah
memperolok-olok diri sendiri karena itu melukai. Presiden menegaskan,
tiap periode ada kemajuan yang dicapai Indonesia. "Kenapa kita melukai
diri kita? Kenapa kita tidak bersyukur?" tanyanya.

Presiden tidak ingin idealisme wartawan kalah dalam persaingan dan
luntur karena sangat partisan atau sangat menuju pada kepentingan yang
praktis. Presiden ingin media melakukan sensor sendiri atas dasar
kepantasan dan kepatutan.

Pidato Presiden disiarkan secara langsung oleh stasiun Televisi
Republik Indonesia (TVRI). Tema peran strategis pers nasional sebagai
penegak demokrasi menyongsong Indonesia 2030. Presiden juga
mencanangkan gerakan membaca koran.

Presiden datang bersama Ny Ani Yudhoyono dengan pakaian batik seragam
peringatan Hari Pers Nasional berwarna biru. Turut juga mendampingi
Presiden Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh, Menteri
Dalam Negeri Mardiyanto, Menteri Perhubungan Jusman Sjafei Djamal, dan
Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.(INU)

Wisnu Nugroho A



[Forum Pembaca KOMPAS] 2012, Separuh Mobil Produksi GM Bermesin Ethanol

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.09.12520284&channel=1&mn=1&idx=1


CHICAGO, SABTU-Produsen otomotif utama Amerika Serikat, General Motors
Corp. menegaskan, separuh dari mobil-mobil produksinya di tahun 2012
akan menggunakan mesin berbahan bakar ethanol. Bersama dengan Coskata
Inc, sebagai rekanan dalam pengembangan ethanol, GM berkomitmen untuk
mengembangkan bahan bakar nabati tersebut.

Dalam sambutan pada pembukaan  Chicago Auto Show, Rabu lalu, Presiden
GM wilayah  Amerika Utara  Troy Clarke menyebutkan, tahun 2008 ini GM
akan merilis 11 mobil berbasis ethanol, dan 15 lainnya di tahun 2009.

Dalam kesempatan ini  Clarke juga mengumumkan GM segera meluncurkan
mobil empat silinder pertama yang bisa menggunakan bahan bakar ethanol
maupun bensin, alias flexfuel, yakni Chevrolet HHR, ditahun  2010.
"Kami tidak hanya menaggapi keinginan pasar, tapi pun
mengantisipasinya," kata  Clarke.

Selain itu, masih dalam upaya pengembangan ethanol, Clarke pun
menyebutkan bahwa kerja sama dengan Coskata yang disepakati sejak
Januari lalu telah melahirkan sebuah aliansi untuk membangun pabrik
pengembangan ethanol yang diperkirakan akan mulai berproduksi pada
akhir tahun 2010.

Menambahkan keterangan tersebut, Presiden sekaligus Chief Executive
Coskata Bill Roe mengatakan lokasi pabrik tadi akan diumumkan dalam
beberapa minggu ke depan. Dan proses pembangunannya pun  akan mulai
berlangsung tahun ini.

Coskata meyakini produksi massal ethanol akan mampu memasarkan bahan
bakar ini seharga 1 dollar AS per gallon, dengan mendayagunakan stok
bahan makanan, sampah pertanian bahkan sampah solid lainnya.

Clarke juga menegaskan upaya ini tak menghentikan riset yang
dikembangkan GM dalam menciptakan kendaraan hybrid, kendaraan listrik,
dan teknologi penghemat bahan bakar lainnya. Namun GM yakin ethanol
adalah solusi ampun untuk menghasilkan mesin dengan emisi rendah.
Menurutnya, dengan infrastruktur untuk ethanol yang telah terbangun di
AS, maka konsumen tak membutuhkan upaya besar guna menggeser kebiasaannya.

Clarke mengatakan, jika GM, Ford Motor Co. dan Chrysler LLC dapat
memenuhi seluruh target dalam menghasilkan kendaraan bermesin ethanol,
maka di tahun 2020 akan ada pengurangan dalam penggunaan bahan bakar
fosil hingga 29 miliar gallon per tahun, atau 18 persen dari jumlah
total penggunaan per tahun.

Saat ini GM telah memiliki 2,5 juta unit mobil berbasis mesin ethanol
yang beredar di pasaran. Di tahun 2020 GM mematok target hingga 20
juta unit mobil serupa. Tak ada lain pilihan bagi kami selain memacu
produksi kendaraan jenis ini, agar dampaknya segera dapat dirasakan,"
kata Clarke. (AP/GLO)

GLO



[Forum Pembaca KOMPAS] Makin Tinggi Pendidikan Makin Gampang Menganggur

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.02593688&channel=2&mn=4&idx=4


Jakarta, Kompas - Fenomena ironis yang muncul di dunia pendidikan
adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau
kemungkinan dia menjadi penganggur pun semakin tinggi. Fenomena ini
perlu mendapat perhatian serius dari dunia pendidikan dan industri.

Hal itu dikatakan pengamat pendidikan Darmaningtyas, Jumat (8/2).
Menurut dia, hal itu melahirkan paradoks: dunia usaha mengeluhkan
sulit mendapat tenaga kerja, di sisi lain lulusan sekolah dan
perguruan tinggi kesulitan mendapat pekerjaan.

”Terlebih ada kecenderungan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil
pekerjaan berisiko seperti wiraswasta, trainer, atau penulis. Mereka
pilih menganggur,” ujarnya.

Terbatasnya daya serap tenaga kerja sektor formal di satu pihak, dan
di pihak lain terjadi percepatan pertambahan tenaga terdidik, juga
menyebabkan posisi tawar sarjana di Indonesia amat rendah. Posisi para
pencari kerja lulusan perguruan tinggi berada pada posisi dilematis;
diterima dengan gaji rendah atau menolak pekerjaan dengan risiko
menganggur. Mereka yang realistis memilih bekerja dengan gaji rendah
daripada idealis namun menganggur selamanya.

Darmaningtyas melakukan studi kasus pada iklan lowongan kerja di
harian Kompas Minggu, 6 Januari 2008. Ada 405 lowongan pekerjaan, 4,19
persen mensyaratkan indeks prestasi minimum, lainnya menekankan pada
kemampuan kerja individu dan tim, kemampuan berbahasa asing, terutama
Inggris, kemampuan mengoperasikan program komputer, kemampuan
berkomunikasi, dan pengalaman kerja.

”Itu justru tak diperoleh secara formal di bangku sekolah, sebaliknya
didapat dari inisiatif dan kreativitas individu. Individu kreatif
cenderung memiliki tingkat keberhasilan tinggi,” ujarnya.

Lembaga pendidikan cenderung mengajarkan hafalan, kurang melihat
konteks. Hal-hal seperti membangun jaringan, kreativitas, dan
komunikasi kurang didapat dari sekolah.

Pengamat pendidikan Prof Winarno Surachmad menambahkan, jurang antara
lulusan perguruan tinggi dan dunia kerja adalah isu lama. Dia melihat
hal itu lebih disebabkan tak adanya link and match dunia pendidikan
dan usaha. Pemberi pekerjaan (industri) pun tak terlalu hirau pada
peningkatan sumber daya manusia bangsa secara umum. (INE)

 

 



[Forum Pembaca KOMPAS] Pak Harto Telah Pergi

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Franz Magnis-Suseno
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.04413283&channel=2&mn=11&idx=11


Di saat-saat Pak Harto pergi, jelas kelihatan betapa besar arti sosok
ituâ€"positif maupun negatifâ€"bagi bangsa Indonesia. Masyarakat begitu
peduli. Ada yang sedih. Ada yang dengan tulus memaafkan. Ada juga
pameran kepedulian yang meragukan. Dan ada yang tegas menyatakan tidak
dapat memaafkan.

Menurut saya, demi kejujuran, paling perlu diakui adalah hak, bahkan
kewajaran sikap mereka yang tidak mau memberi maaf. Berbeda dengan
ketulusan banyak rakyat biasa, ajakan pemaafan berbagai figur beken
menimbulkan pertanyaan. Bukankah mereka dulu ikut beruntung dari
pemerintahan Soeharto, ikut kebagian rampasannya, atau setidaknya
tidak pernah mengalami kekejamannya? Mereka bisa memaafkan apa?

Tentunya, mereka yang bisa memberi maaf adalah yang ayah atau ibunya
dibunuh, yang tanah atau rumahnya dirampas, yang bertahun-tahun di
penjara atau dibiarkan hidup di tahanan, yang berpuluh-puluh tahun
dikenakan stigmatisasi dan diskriminasi, yang anak dan cucu-cucunya
dicap ”tak bersih lingkungannya”! Kita yang lain seharusnya mengakui
lebih dulu para korban Orde Baru itu sebagai korbanâ€"yang hingga kini
belum tuntas terjadiâ€"baru kita berhak memaafkan Orde Baru.

Meski demikian, bahwa Pak Harto adalah pemimpin kaliber dunia, itu
tidak dapat disangkal. Soeharto-lah yang menyelamatkan Indonesia dari
kehancuran di tahun 1960-an dan mengembalikannya sebagai negara yang
dikagumi. Soeharto pula yang menempatkan Indonesia sebagai mitra
terpercaya di antara negara-negara Asia Tenggara.

Namun, Pak Harto akhirnya jatuh karena pengaruh koruptif keluarganya.
Rakyat mengetahui hal itu. Pamrih kekeluargaan diam-diam menggerogoti
wawasan Soeharto sebagai negarawan. Karena itu, begitu krisis ekonomi
menghantam, dukungan terhadap Soeharto amblas, ia lengser.

Bukan diktator

Atas diri Pak Harto, saya terkesan dua hal.

Pertama, sampai akhir kekuasaannya, Pak Harto menolak dikultuskan.
Bahkan, julukan ”bapak pembangunan”â€"dicetuskan Ali Moertopoâ€"disambut
dingin.

Kedua, Pak Harto tidak mau mengerahkan tentara untuk menyapu bersih
mahasiswa dan pengunjuk rasa. Jika itu terjadi, pada Mei 1998, Jakarta
bisa bermandi darah, seperti Tien-A-Men tahun 1989 atau Bangkok 1992.
Namun, tiba waktunya, Pak Harto pergi secara gracefully.

Pak Harto bukan seorang ”diktator haus darah” seperti yang kadang
digambarkan pers luar negeri. Selama pemerintahannya, orang
biasaâ€"kecuali yang terkena proyekâ€"tidak merasa takut.

Pers yang dikuasai ketat tetap mampu mempertahankan mutu yang,
misalnya, di negara-negara tetangga tidak tercapai.

Pak Harto tidak memakai pembunuhan politik sebagai sarana (ternyata,
kekhawatiran bahwa ”petrus”â€"penembakan ribuan preman di Jawa tahun
1980-an yang harus dipertanggungjawabkan Pak Hartoâ€"dipakai untuk
”membereskan” beberapa oposan tidak jadi nyata). Di bawah Pak Harto
tidak ada polisi pikiran yang mengontrol apa yang dipercayai seseorang.

Namun, terhadap mereka yang dianggap melawan atau misalnya mengkritik
Ibu Tien, istrinya, Pak Harto tidak kenal ampun. Terasa bayang-bayang
kode etik perang Bharata Yudha di mana tidak ada ampun terhadap mereka
yang ada di pihak Kurawa. Karena itu, Pak Harto dingin terhadap seruan
untuk mengusut pelanggaran hak-hak asasi oleh militer. Media yang
melampaui batas ditutup. Oposan pelbagai aliran dipenjarakan.

Berbagai pembunuhan

Namun, atas berbagai pembunuhan mengerikan 1965-1966, kekejaman di
Timor Timur, di Aceh, di Papua, peristiwa berdarah Tanjung Priok,
Talangsari, Santa Cruz, dan banyak kebrutalan serta
ketakberperikemanusiaan lain seperti pembunuhan Marsinah atau
pembebasan tanah Kedung Ombo, sejauh mana Pak Harto bertanggung jawab?

Yang jelas, sebagai pemimpin, Pak Harto bertanggung jawab atas apa
yang terjadi dalam wilayah kekuasaannya. Pak Harto seratus persen
bertanggung jawab atas kebijakan Orde Baru terhadap jutaan masyarakat
yang dicap ”terlibat G30S/PKI”. Ia bertanggung jawab atas invasi ke
Timor Timur serta atas impunity yang dinikmati ABRI.

Berbagai pembunuhan yang memuncak antara November 1965 dan Januari
1966 setidaknya menjadi tanggung jawab Pak Harto selaku Panglima
Kopkamtib. Minimal ia membiarkan dinamika di lapangan berlangsung
sendiri (Sarwo Edhi dengan RPKAD-nya tidak memerlukan petunjuk, begitu
pula pemuda di Jawa Timur, Bali, Flores, Sumatera Utara, dan lainnya,
menyisiri desa-desa untuk membunuh ”orang PKI”).

Pasca-G30S

Namun, masalah berbagai pembunuhan pasca-G30S amat tidak sederhana.

Pada tahun 1965 bangsa Indonesia terpecah dua: mereka yang
pro-nasakom-kiri-komunis merasa di atas angin (terlihat dalam
kemunculan mereka yang agresif dan menakutkan) dan mereka yang takut
terhadap mereka. Saat itu, saya sendiri amat khawatir Indonesia akan
menjadi komunis. Suara Jenderal Soeharto di RRI pada malam tanggal 1
Oktober 1965 melegakan saya. Berita-berita yang kemudian
didesas-desuskan d

[Forum Pembaca KOMPAS] Pers Poco-poco

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh EFFENDI GAZALI
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.04404172&channel=2&mn=11&idx=11


Peringatan Hari Pers Nasional 2008 mungkin akan diwarnai ucapan
apresiasi serta terima kasih untuk (Alm) Jenderal Besar Soeharto,
dengan alasan praktis kedekatan PWI dan Soeharto di masa jayanya.
Padahal, yang lebih diperlukanâ€"meminjam Altheide (1991, 1995,
2004)â€"bagaimana mendefinisikan situasi pers di era post-journalism,
juga post-Soeharto.

Sajian pers seputar sakit, wafat, dan pemakaman Soeharto seharusnya
menjadi bahan studi penting dan langka bagi pemerhati post-journalism.
Dengan begitu, perdebatan seputar glorifikasi dan berlebihannya
pelaporan Soeharto, pada artikel ini, berusaha dikembalikan ke tatanan
teoretik untuk mendefinisikan di mana pers dan masyarakat kita sedang
berada, lalu bagaimana menatap ke depan.

Setidaknya ada empat tindakan untuk memeriksa situasi khas
post-journalism.

Pertama, menganalisis asumsi dan proses konstruksi pesan, mencakup
ritme, gramatika, dan format.

Kedua, memeriksa fundamental otonomi dan relevansi dari klaim-klaim
kebenaran, etika, dan pada ujungnya pelatihan jurnalistik yang
seharusnya menjadi referensi pada rutinitas media.

Ketiga, terkait komunikasi politik, Altheide menganjurkan pemeriksaan
guna melihat bagaimana praktik pers cenderung tidak (lagi) tumbuh dari
sebuah profesi jurnalis independen, tetapi lebih mencerminkan
pertumbuhan jaringan budaya media yang mempromosikan produk,
informasi, dan konsensus kultural tertentu.

Dari ketiga pemeriksaan ini, selain mengakui pengaruh kuat jebakan
post-journalism atas insan pers, publik bisa secara sah (ilmiah, meski
relatif praktis) mengelompokkan institusi dan laporan pers tentang
Soeharto. Kita cermati ada pers yang menyebut ”Pak Harto”, tetapi
tidak memakai ”Pak SBY” jika mengacu presiden. Ada pers yang
berlama-lama mendayu-dayu dengan lagu Gugur Bunga. Ada juga yang
mendedikasikan halaman depan untuk hal-hal yang relatif baik atau
bijaksana tentang Soeharto, baru di halaman dua memunculkan kata
”diktator”.

Kontrol informasi

Tindakan keempat lebih ke arah kontrol (sosial) informasi, langsung
atau tidak, sebagai akibat post-journalism terhadap apa yang dirasakan
masyarakat dalam lingkungan (ekologi) komunikasinya. Mari kita lihat
beberapa peluang dampaknya.

Pertama, masyarakat kita dalam tingkatan berbeda-beda mengidap apa
yang secara populer disebut split personality. Bagaimana tidak,
masyarakat yangâ€"dalam laporan persâ€"pada tahun 1998 terlihat tumpah
ruah, akhirnya sepakat pada satu tujuan ”Turunkan Soeharto!” tiba-tiba
terlihat (lagi-lagi melalui laporan media) amat sangat dan memuji
Soeharto.

Kedua, insan pers yang tentunya merupakan bagian dari gerakan
1998â€"baik yang aktif maupun terpaksa atau sekadar ikut arusâ€"yang
sepanjang era Reformasi menyatakan berbagai kritik serta catatan
negatif tentang pemerintahan Soeharto, tiba-tiba seperti terlarut
dalam glorifikasi itu! Padahal, setelah dijatuhkan sampai di ujung
hayatnya, Soeharto sendiri relatif tidak melakukan hal signifikan
untuk bangsa atau perbaikan situasi pers.

Apa yang terjadi pada era Reformasi mungkin membuat rakyat kecil kesal
dengan pemerintah, marah terhadap keadaan riil ekonomi dan lainnya,
dalam logika media untuk komunikasi politik, tidak boleh menafikan
fakta ketidaklogisan yang menjadikan masyarakat dan insan pers seperti
mengidap split personality.

Karena itu, berlaku dua tuntutan untuk pers pada kondisi mutakhir
seperti ini.

Pertama, jika pers bisa berperan menjatuhkan sebuah rezim, kini pun
pers mestinya bisa membantu mendesakkan percepatan perbaikan sektor
atau praktik yang akan terus membuat rakyat berpikir reformasi ini
telah gagal dan kembali merindukan era pemerintahan otoriter.

Kedua, pers harus lebih ngotot mengedepankan framing bagaimana
seharusnya membaca sebuah pemerintahan yang otoriter dan gagal pada
paruh kedua. Kita sering membaca laporan: Keluarga Berencana adalah
salah satu cerita sukses karya Soeharto; jika Soeharto tidak sukses
dengan Keluarga Berencana, jumlah penduduk kita akan meledak. Begitu
pula, Soeharto berhasil membangun sejumlah jalan tol (misal 10); tapi
framing lengkap harus dilanjutkan dengan pernyataan: jika
pemerintahannya bersih dari korupsi dengan kroni-kroninya, mestinya
jumlah jalan tol yang berhasil terbangun bisa mencapai, misal, 200!

Menatap ke depan

Mungkinkah pers kita mampu memenuhi tantangan ini ke depan di tengah
era post-journalism yang kian diwarnai kolom-kolom kecil,
laporan-laporan yang relatif antiproses, dan pengurangan budget
pelatihan untuk jurnalis? Saya meragukan. Sebagai salah satu juri
Anugerah Adiwarta Sampoerna, saya mencatat peserta kompetisi tahun
kedua meningkat signifikan dalam jumlah, tetapi relatif belum demikian
di sisi kualitas. Relatif sulit menemukan karya dalam kategori hard
news yang tidak tercampur unsur-unsur feature seperti opini jurnalis.

Pada tataran empirik, saya mengalami sendiri di saat memba

[Forum Pembaca KOMPAS] 1.262 Keturunan Tionghoa Resmi Jadi WNI

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.04305334&channel=2&mn=12&idx=12

Jakarta, Kompas - Sebanyak 1.262 warga keturunan Tionghoa, termasuk
warga China Benteng yang tinggal di Tangerang, resmi menjadi warga
negara Indonesia. Hal itu menyusul surat keputusan yang dikeluarkan
Menteri Hukum dan HAM untuk memudahkan mereka mengurus dokumen
identitas sebagai warga negara Indonesia (WNI).

Demikian disampaikan Direktur Tata Negara Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan HAM Aidir Amin Daud hari
Jumat (8/2).

Menurut Aidir, pemerintah mengaku prihatin karena masih banyak warga
keturunan Tionghoa yang tidak memiliki identitas seperti kartu tanda
penduduk dan akta kelahiran. Contohnya, warga keturunan Tionghoa yang
biasa disebut China Benteng telah hidup beberapa generasi di
Tangerang, tetapi tidak memiliki selembar pun surat keterangan karena
kebanyakan dari mereka miskin dan pemerintah daerah ragu untuk
memproses kewarganegaraan mereka.

”Masalah kewarganegaraan keturunan Tionghoa ini sudah lama dan tidak
pernah beres-beres urusannya. Oleh karena itu, kami putuskan untuk
memberikan kewarganegaraan kepada warga keturunan Tionghoa yang sudah
bermukim puluhan tahun di Indonesia,” kata Aidir.

Pasal 4 Huruf j Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia menyebutkan, warga negara Indonesia termasuk
anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara RI selama ayah
dan ibunya tidak diketahui.

Berdasarkan data Direktorat Tata Negara Ditjen Administrasi Hukum Umum
Departemen Hukum dan HAM, Menteri Hukum dan HAM sudah mengeluarkan
surat keputusan bagi 1.262 warga keturunan Tionghoa ini, yang tersebar
di berbagai daerah.

Aidir menegaskan bahwa proses keluarnya surat keputusan Menteri Hukum
dan HAM soal kewarganegaraan itu gratis tanpa dipungut biaya.
Departemen Hukum dan HAM baru bisa memproses kalau ada surat
permohonan dari pemerintah daerah. (VIN)

 



[Forum Pembaca KOMPAS] Kemajemukan Agama Bisa Menjadi Potensi

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh M Hernowo
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.04325574&channel=2&mn=12&idx=12


Di era reformasi ini, kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban
daripada modal bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya
berbagai masalah yang sumbernya ”berbau” kemajemukan, khususnya di
bidang agama.

Sejumlah permasalahan serius berbau agama, seperti yang terjadi di
Poso, Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku, memang telah mereda. Namun,
masalah baru segera muncul, seperti yang sekarang terjadi pada polemik
keberadaan jemaah Ahmadiyah.

Setara Institute for Democracy and Peace, lembaga swadaya masyarakat
yang peduli pada persoalan hak asasi manusia (HAM), mencatat, antara
Januari dan November 2007 terdapat 135 peristiwa yang mengganggu
kebebasan beragama dan berkeyakinan, dengan 185 jenis pelanggaran.
Sebanyak 92 kasus pelanggaran dilakukan oleh negara dan 93 kasus
lainnya dilakukan oleh organisasi massa, tetapi dibiarkan oleh negara.
Pembiaran pelanggaran ini sebenarnya juga merupakan pelanggaran HAM.

Padahal, menurut Abdul Mu’ti, Direktur Eksekutif Centre for Dialogue
and Cooperation among Civilisations (CDCC) Jakarta, kemajemukan di
bidang agama di negeri ini sebenarnya tidak perlu menjadi beban,
bahkan dapat menjadi pendorong bagi kemajuan bangsa.

Keberadaan agama sebagai pendorong kemajuan sudah dibuktikan Korea
Selatan, yang perkembangannya banyak diilhami ajaran Buddha atau etika
Protestan yang disebut banyak berpengaruh pada kemajuan Eropa Barat.
”Namun itu memang relatif, ada faktor lain yang harus dilihat. Sebab,
Myanmar yang penduduknya mayoritas beragama Buddha ternyata juga belum
maju seperti Korea. Negara di Eropa juga tidak semuanya makmur,” kata
Mu’ti.

Berikut petikan wawancara dengan Mu’ti di Kantor CDCC di kawasan
Menteng, Jakarta, akhir Januari lalu.

Mengapa belakangan ini masalah yang berbau agama cenderung makin
sering muncul dibanding sebelumnya, seperti misalnya di era Orde Baru?

Setidaknya, ada tiga faktor yang menyebabkannya. Pertama, keterbukaan
yang sekarang terjadi membuat orang semakin berani mencoba hal-hal
yang baru, termasuk mencari bentuk spiritualitas yang makin pas dan
menjawab kebutuhan pribadinya. Kedua, pemerintahan yang lemah. Ketiga,
globalisasi yang membuat sejumlah masalah tidak berhenti di wilayah
domestik, hingga pemerintah sulit untuk segera menyelesaikannya. Hal
itu, antara lain, terjadi dalam kasus jemaah Ahmadiyah.

Apakah akar dari sejumlah konflik yang berbau agama itu berasal dari
agama itu sendiri?

Sebagian memang iya, terutama disebabkan oleh pemahaman ajaran agama
yang sempit dan cenderung ekstrem. Kondisi ini diperparah oleh adanya
kepentingan politik yang bermain. Ini yang membuat mengapa konflik
seperti antara Islam dan Kristen tidak jauh dari Ambon dan Poso.
Sebab, konflik itu juga terkait dengan politik lokal daerah itu.

Jadi, kondisi politik, dan mungkin juga ekonomi, turut berpengaruh?

Dalam sejarah, konflik keagamaan umumnya memang bermuara di bidang
politik. Agama dijadikan legitimasi sejumlah tindak kekerasan yang
sebenarnya bermuatan politik. Sejumlah riset juga menunjukkan,
kesulitan hidup akan makin mendorong orang mencari model spiritualitas
yang dianggap lebih mampu menjawab kebutuhan mereka. Pandangan ini
dapat menjelaskan mengapa ekonomi syariah belakangan banyak diterima?
Itu karena sistem kapitalisme modern telah dianggap gagal.

Kemunculan perda syariah juga didorong oleh penilaian bahwa hukum
positif yang berlaku sudah tidak dapat memberi keamanan sehingga
sebagian orang Islam lalu perlu mencari alternatif lewat hukum pidana
Islam. Memang hal ini menyebabkan masalah lain yang terkait dengan
sejauh mana konsep (syariah) itu bisa diterima masyarakat secara luas
dan sejauh mana efektivitas dari konsep itu. Hal-hal seperti ini yang
sering menimbulkan ketegangan.

Bagaimana menyelesaikan ketegangan itu?

Dialog menjadi kunci. Dialog ini harus didasarkan pada empat langkah,
yaitu, pertama, kita punya identitas atau keyakinan yang diyakini
sebagai pilihan pribadi. Kedua, menyadari ada orang lain yang berbeda
dengan kita. Ketiga, menanyakan mengapa ada orang lain yang berbeda
dan apa yang menjadi akar perbedaan. Setelah itu, akhirnya kita
membuka dialog.

Bukankah selama ini kita sudah banyak dialog?

Masalahnya, yang ditampilkan dalam dialog umumnya sesuatu yang indah
dan menafikan adanya perbedaan. Padahal, dialog harus berani menyentuh
lapisan ideologi yang bersifat substantif. Jadi, dialog itu harus
berani melihat pada sisi mana kita sama dan di mana berbeda. Pada
titik ada persamaan, kerja sama dilakukan, sedangkan di titik ada
perbedaan, toleransi diberikan ruang seluas-luasnya.

Apakah kemajemukan di bidang agama sebenarnya juga berpotensi untuk
menjadi bagian dari solusi mengatasi keterpurukan bangsa?

Bisa, dan itu dapat dimulai dengan tidak mengistimewakan isu agama.
Karena isu agama masih sensitif, orang tidak berani bicara terbuka
tentang masalah yang terjadi di dalamnya

[Forum Pembaca KOMPAS] Terobosan bagi Warga Tionghoa

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.03131249&channel=2&mn=8&idx=8

Jakarta, Kompas - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengusahakan
terobosan agar 739 warga miskin Tionghoa dapat memiliki surat
kependudukan. Selama ini warga miskin Tionghoa di Jakarta Barat, yang
sering disebut China Benteng, tidak memiliki surat keterangan apa pun
dan dokumen bukti kewarganegaraan sehingga mereka kesulitan dalam
administrasi kependudukan.

Menurut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta sudah menginventarisasi jumlah warga China Benteng di Jakarta
Barat yang mencapai sekitar 2.000 orang. Dari jumlah tersebut, data
739 orang sudah dikirim ke Departemen Hukum dan HAM agar mereka
mendapatkan dokumen bukti kewarganegaraan Indonesia. ”Dokumen bukti
kewarganegaraan Indonesia diperlukan agar Pemprov dapat mengeluarkan
kartu tanda penduduk bagi mereka. Dengan KTP, mereka berhak
mendapatkan hak sebagai warga miskin, seperti kartu keluarga miskin,”
kata Fauzi.

Fauzi mengatakan, KTP bagi warga miskin itu diperlukan agar anak-anak
mereka juga mudah mendapatkan KTP dan dokumen kependudukan lain.
Dengan demikian, mereka mendapat perlakuan yang sama di depan hukum
dan secara ekonomi.

Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Achmad Suaedi mengatakan, terobosan
bagi warga Tionghoa itu sangat berguna untuk menyelesaikan salah satu
masalah utama warga miskin. Selama ini, tanpa dokumen kependudukan,
mereka mengalami banyak kesulitan, mulai dari menyekolahkan anak
sampai mendapat keringanan biaya pengobatan.

Sebagian besar warga China Benteng di Jakarta Barat, kata Suaedi,
tinggal di Kampung Dadap. Mereka juga dikenal dengan sebutan China Dadap.

Selama bertahun-tahun, mereka tidak memiliki dokumen kewarganegaraan
apa pun sehingga kesulitan meningkatkan taraf hidup. Banyak di antara
mereka bekerja sebagai buruh kasar atau pekerjaan-pekerjaan fisik
lainnya yang hanya memberi penghasilan minimal. (ECA)

 



[Forum Pembaca KOMPAS] Siap-siap McCain Menang

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh BUDIARTO SHAMBAZY
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.02542698&channel=2&mn=2&idx=2



Mundurnya Mitt Romney (60) membuka peluang bagi John McCain (71)
terpilih sebagai capres di konvensi September nanti. McCain
dispekulasikan mengajak Mike Huckabee (52) sebagai cawapres.

McCain, pahlawan Perang Vietnam, telah mengumpulkan 724 utusan
(delegates). Romney memperoleh 281, diikuti Huckabee (52) dengan 196
utusan dan Ron Paul (72) dengan 14 utusan.

McCain setengah tahun lalu praktis tak berpeluang lagi, tetapi kini
hanya butuh 1.191 utusan untuk memenangi nominasi. Ia dianggap terlalu
liberal dan kini berjuang memperbaiki citra sebagai ”konservatif sejati”.

Berbagai jajak pendapat menunjukkan McCain akan mengalahkan Hillary
Clinton (60) dengan perbedaan persentase dua digit. Namun, jika
berhadapan dengan Barack Obama (46), ia kalah tipis.

Mengapa McCain mengalahkan Hillary? Sebab McCain mempunyai karakter
lebih baik, berpengalaman lebih panjang, berpribadi hangat, memiliki
rasa humor, dan pernah berperang.

Ia antitesa dari Hillary yang mempunyai karakter sebagai pemecah-belah
(divisive figure), bahkan di hadapan massa pemilih Demokrat sendiri.
Hillary perempuan mandiri, tetapi mempunyai suami peselingkuh.

Boleh saja ia sesumbar berpengalaman 35 tahun. Tetapi, sebagian besar
pengalaman itu hanya sebagai istri gubernur Arkansas dan presiden.

Hillary pribadi yang dingin, kaku, dan ambisius. Banyak yang ragu ia,
sebagai perempuan, mampu menyandang tugas panglima tertinggi.

Pertarungan McCain vs Hillary diibaratkan seperti pahlawan yang pernah
ditawan musuh melawan ibu rumah tangga yang berkarier politik. Dan,
mereka cerminan status quo di Washington DC.

Kenapa Obama bisa mengalahkan McCain? Sebab Obama suara yang mewakili
rakyat yang menuntut perubahan (anti-status quo), karismatis, dan pandai.

Tak perlu lagi menceritakan siapa Obama. Namun, sejak kaukus Iowa,
tampak betapa sukarnya menjual Obama sesuai dengan ”selera pasar”.

Pemilih kulit hitam tak suka dia karena ”kurang hitam”. Ibunya putih
dan ayahnya bukan warga AS alias orang Kenya di Afrika.

Ia bukan ”Amerika tulen” karena hidup lama di Jakarta dan Honolulu
(Hawaii) yang berada di seberang mainland sana. Warga Latin, yang
jumlahnya lebih banyak daripada kulit hitam, juga tak suka dia.

Dan kulit putih AS bisa saja mengatakan tak peduli warna kulit Obama.
Buktinya ia didukung trah Kennedy, bintang-bintang film bulé di
Hollywood, atau para pengusaha Wall Street.

Tetapi, ketika saat voting tiba, warna kulit bisa jadi isu sentral
lagi. Ingat, AS negara late comer yang terlambat memerangi
diskriminasi seperti hak pilih bagi kulit hitam atau perempuan.

AS negara puritan, sikap liberal sering cuma ditunjukkan di permukaan
saja. Banyak rakyat yang belum paham pemisahan kekuasaan negara dengan
gereja, meributkan aborsi atau riset sel induk, dan anti-imigran.

Lihat saja bagaimana tidak tolerannya rakyat AS pada masa kritis
pasca-9/11.

Bill Clinton ada benarnya saat mengatakan Obama sekadar ”dongeng”. Tak
mustahil mayoritas kulit putih menilai ”belum saatnya senator yunior
asal Chicago memikul tanggung jawab besar memimpin negara adidaya”.

Dan Republik telah menyiapkan setumpuk bahan kampanye negatif terhadap
Obama. Salah satunya, ia pernah jadi gembong narkobaâ€"bukan sekadar
pemakai seperti diakuinya.

Pertarungan di Demokrat masih jauh dari usai. Hillary unggul dengan
1.076 utusan, diikuti ketat Obama dengan 1.004 utusan. Hillary atau
Obama butuh 2.025 utusan untuk memenangi nominasi Agustus nanti.

Sampai Super Tuesday awal Februari baru 20-an dari 50 negara bagian
yang melangsungkan pemilu awal. Bulan depan pertarungan sengit bakal
terjadi, antara lain, di Negara Bagian Ohio dan Texas.

Mereka akan memperebutkan 800 suara ”utusan super” (super delegates)
yang terdiri dari para fungsionaris partai dan anggota parlemen.
Jumlah ini seperlima dari total 4.049 utusan yang boleh mengubah
pilihan saat konvensi.

Mereka masih menghadapi ganjalan lain, yakni siapa cawapres pilihan?
Sebuah hal yang merugikan, John Edwards, capres yang sudah mundur, tak
mau menjadi cawapres Hillary atau Obama.

Kenapa rugi? Sebab Edwards, senator asal North Carolina, mewakili
”suara selatan” yang secara politis amat penting.

Hillary dispekulasikan memilih Evan Bayh atau Wes Clark sebagai
cawapres. Alasannya, Bayh politisi berpengalaman dan berjasa besar
membantu Hillary.

Clark dipilih karena veteran perang yang akan membantu Hillary di
bidang keamanan nasional serta politik luar negeri.

Siapa cawapres pilihan Obama? Banyak yang menunjuk Tom Daschle,
politisi yang mengotaki tim kampanye Obama.

Wolf Blitzer, wartawan CNN, dalam debat Hillary vs Obama bertanya,
mungkinkah Anda berpasangan siapa pun yang menang? Secara halus mereka
menghindari pertanyaan itu.

Jika menang, Obama tak mungkin menawari Hillary menjadi cawapres
karena ia anti-status quo. Itu namanya menjilat ludahnya sendiri.

Tak ada

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] JKT sdh CROWDED-- Ibu Kota RI Dipindah, Mari Dibahas..

2008-02-08 Terurut Topik /\/\ o + u |_ z
Saya pun setuju atas konsep pemindahan Ibu Kota. Saya rasa ini musti dicermati 
secara luas dan jangka panjang.

OK, alasan kontradiksinya sudah dijelaskan. Sebagai jalan tengahnya.. saya 
mencoba menjabarkan konsep lainnya, yang sebetulnya sudah dijalankan oleh 
pemerintah namun apakah sadar / tidak sadarnya bisa menjadikan konsep ini 
menjadi mentah kembali. Yaitu:

Sebelum pemindahan Ibu Kota dari Jakarta, bagaimana kalau kita mulai dari hal 
yang kecil dulu:

1. Pemindahan pelabuhan laut Tanjung Priok dan fungsinya, coba di geser 
mendekati Cirebon, lalu semua garis pantai Jakarta diperbaiki dan dihijaukan 
kembali.

2. Pemindahan kawasan Industri ke Cikarang sudah merupakan langkah baik, coba 
diteruskan dan digalakkan lebih intensif

3. Pemindahan Gedung parlemen (MPR / DPR) ke pinggiran Jakarta, Sentul, Ciawi, 
Bogor? Dengan demikian silakan dibangun pula komplek MPR-DPR di sekitarnya jadi 
semua wakil rakyat dan keluarganya silakan menghuni di sana saja. Jadi tidak 
perlu lagi polisi pengawal berkali2 menembus kemacetan Jakarta setiap mau rapat 
pagi

4. Efektifkan kembali komplek stasiun pemancar TV di bilangan Kebun Jeruk. Yang 
ada ditengah kota cuma TransTV dan Lativi aja koq. Suruh mereka pindah dengan 
kebijakan dipermudah dan disediakan lahan yang lebih luas. Untuk ditengah kota 
cukup studio2 kecil saja

5. Galakkan perumahan di pinggiran Jakarta : Bintaro, Pamulang, Cibubur, dst. 
Berikut dibuatkan sarana monorail / KRL yang cepat, tepat waktu, bersih, aman, 
dan nyaman.. yang mampu membawa mereka dari perumahan ke perkantoran

6. Mulai pindahkan bangunan pemerintahan yang tidak terlalu aktif berhubungan 
dengan masyarakat setiap harinya, misalnya Gedung Arsip, Pengenbangan dan Riset 
anu.. Bappenas..

7. Mulai bikin dan pindahkan komplek kedutaan (embassy) dari Kuningan ke daerah 
Sentul, atau Bogor. Jadi kalau kita mo bikin fiskal.. ya musti ke sana.

8. Bangun lapangan olah raga / sepak bola sekelas Istora Senayan keluar Jakarta.

9. Deklarasikan propinsi Papua sebagai propinsi olah raga, bangun semua sarana 
olh raga kelas nasional dan internasional di sana. Aktifkan segala kegiatan 
olah raga tingkat nasional di sana. Mulai dari PON

10. Terakhir.. jadikan wilayah Cengkareng sebagai International Business 
District. Dengan merenovasi Bandara Soekarno-Hatta menjadi bandara kelas 
international. Lalu bangun di dekat sana distrik bisnis terbesar (lebih besar 
dari SCBD) dengan fasilitas jaringan internet yang dahsyat, hotel-hotel dan 
restauran kelas dunia. Mal dan departemen store kelas international. Perbaiki 
dan aktifkan pantai-pantai di sekitarnya sebagai wilayah ekspat (international 
district)

Saya rasa dengan melakukan 10 pemindahan barusan di atas.. mungkin masalah 
Jakarta yg crowded dan biang banjir bisa dikurangi. Perlahan-lahan jika memang 
sudah dirasa manfaat dari pemekaran ini, baru kita coba angkat topik awal lagi 
yaitu pemindahan Ibu Kota.

Salam 
Motulz


Awang BinSaS <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Menurut saya, sebaiknya IBUKOTA mmng 
dipindah saja.
Bukan lari dr masalah, tapi JKT mmg sdh sangat crowded.
Justru dgn pindahnya ibukota, maka sebagian masalah yg ada di JKt sendiri akan 
berkurang. Dan ibukota yg baru pun akan lebih segar.
Mengenai siap apa tidak siap, kalo kita bener2 niat, pastilah jadi SIAP...

SALAM
===


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik Lisman Manurung
Di sektor ini ini saya berpandangan sama dengan Mas
Sohib: Tidak zamannya lagi ada paksa-memaksa agar
pihak lain minta maaf. 'Tempo' tidak perlu minta maaf.
Wong namanya 'maaf' iya harus muncrat dari hati yang
paling dalam khan?

Namun, dalam urusan transportasi saya akan tetap 
curiga dan selalu siap akan  terus berseberangan
dengan Mas Sohib. Memang saya tidak suka dengan
pandangan-pandangan anda dalam hal transportasi.
Tetapi apa dayaku, biarlah publik, minimal rekan-rekan
FPK memperoleh pencerahan (dari sisi-sisi yang
berseberangan) karena perbedaan kita melihat urusan
transportasi Jakarta.

 
  

--- Subhan Toba <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bang sohib lupa apa kemaren2 protes soal Empat Mata
> itu, disitu ente
> mewakili siapa? Itu aja jelas2 ente sendiri yang
> keganggu, trus langsung
> berkoar2 protes, nah ini umat agama (pasti lebih
> dari satu kan, bahasanya
> aja umat) tersinggung, jelas lebih berhak protes
> dong.


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik fransiskus pascaries heryoso
Saya cukup tahu, siapa saja yang ada di FORKOMA (forum komunikasi
alumni PMKRI) itu. Usul saya, lebih baik mereka berbuat sesuatu yang
konkrit buat masyarakat, daripada aksi2 sektarian begini. Saya
penganut Katolik, bahkan anggota biasa PMKRI. Tetapi, tidak terganggu
tuh dengan cover TEMPO. Saya juga sama sekali TIDAK terwakili dengan
forum itu. Perlu diketahui, di PMKRI tidak ada yang namanya ALUMNI.
Yang ada, anggota biasa dan anggota luar biasa !!!
Saya malah merasa malu, karena ada senior2 saya yang masih berpikir
dan bertindak sektarian seperti itu. Berjuanglah di mana saja, dalam
lingkaran yang lebih luas, inklusif, seperti yang Hermawi jalani: di
PKB.

Tetapi, tidak berarti saya sejalan dengan "kebebasan ala TEMPO" yang
mana ketika maaf terucap semua masalah seolah selesai. Saya juga
sepakat dengan pandangan Binny Buchori yang menyatakan bahwa:

 "Saya setuju bahwa semua media harus lebih berhati-hati bila ingin
mempergunakan ilustrasi keagamaan. Jangan sampai ada kehati-hatian
menggunakan ilustrasi Islam karena takut FPI dan mayoritas penduduk
Indonesia adalah Islam, tapi agak ceroboh dengan agama Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan lainnya karena minoritas"

Salam anti-sektarian...




--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, stephanus Mulyadi
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mod: Hermawi Taslim member FPK.
>
> Salam,
> AH
> ===
>
> Kalau berita ini benar,
> saya mau tanya sama bung Hermawi Taslim ini:
> dia itu mewakili umat Katolik atau organisasi/dirinya sendiri?
>
> Salam
> Mulyadi
>
> Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.07.22530541&channel=1&mn=1&idx=1
>
>  JAKARTA, KAMIS - Sejak digugat sejumlah perwakilan umat Katolik yang
>  datang langsung untuk berdialog, Majalah Tempo menunjukkan itikad baik
>  mereka untuk meminta maaf. Tempo mengatakan bahwa pemuatan cover
>  Soeharto beserta anak-anaknya yang mirip dengan lukisan Yesus dan
>  murid-muridnya jelang penyaliban, karya Leonardo da Vinci, tidak
>  berniat untuk mencederai hubungan dengan masyarakat, khususnya dengan
>  orang Katolik.
>
>  "Mereka (Majalah Tempo) sudah menepati janji dengan meminta maaf dan
>  menyatakan bahwa itu kealpaan. Baik itu di Kompas.com, dan di Koran
>  Tempo edisi harian. Mereka juga sudah mengganti cover Majalah Tempo
>  edisi Inggris. Kami juga sudah memaafkan. Tapi kami masih menunggu
>  hingga Senin pekan depan," kata Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi
>  PMKRI, Kamis (7/2).
>
>  Hermawi mengatakan, pihaknya masih menunggu satu lagi janji Majalah
>  Tempo. Yakni, permintaan maaf pada edisi Majalah berikutnya yang akan
>  edar Senin (11/2) depan. Sambil menunggu terbitnya Majalah Tempo edisi
>  terbaru, Hermawi mengatakan, Sabtu (9/2), pimpinan organisasi yang
>  datang ke Tempo Selasa (5/2) lalu akan bertemu. Mereka akan membahas
>  rencana antisipasi dengan membuat beberapa skenario menyambut apakah
>  Tempo memenuhi komitmennya atau tidak.
>
>  "Kalau Tempo memenuhi komitmennya, tentu kami akan berkililing daerah
>  untuk menjelaskan  bahwa masalah ini sudah selesai, kita harus
>  memaafkan. Dan mereka punya komitmen untuk tidak terulang lagi," ujar
>  Hermawi.
>
>  Tapi, lanjut Harmawi, jika tidak atau kalau permintaan maaf Majalah
>  Tempo tidak dilakukan dengan bahasa yang terbuka, bahasa yang sulit
>  dimengerti, pihaknya akan melakukan langkah-langkah lebih lanjut.
>
>  Hermawi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dewan pers dan
>  komisi penyiaran, juga sudah menyiapkan tim hukum. "Kami akan tempuh
>  proses hukum. Tapi kan saya tidak mau mendahului, itu hanya
>  pengandaian. Sekali lagi kami masih menunggu permintaan maaf Tempo di
>  Majalah Tempo edisi Senin depan," lanjut pria yang juga Wasekjen
PKB ini.
>
>  Tak hanya itu, setelah berdialog dengan Pimpinan Redaksi Majalah Tempo
>  Thoriq Hadad di kantor Tempo, pihaknya juga langsung mengecek komitmen
>  Majalah Tempo. Seperti diketahui, dalam pertemuan itu, Hermawi dan
>  sejumlah kalangan umat Katolik mengajukan tiga tuntutan, salah satunya
>  meminta pimpinan Majalah Tempo menarik kembali Majalah Tempo edisi
>  4-10 Februari 2008 yang memuat gambar Soeharto dan anak-anaknya.
>
>  Untuk mengecek itu, Hermawi menyebar 40 orang anggotanya ke beberapa
>  daerah di Jakarta. Tujuannya, mengamati kios-kios koran atau toko buku
>  yang biasanya menjual Majalah Tempo. Ia mengatakan, Tempo edisi itu
>  sudah tidak ada lagi di pasaran.
>
>  "Faktanya di Jakarta sudah tidak ada. Saya tidak tahu apakah habis
>  dibeli orang apakah sudah ditarik. Yang jelas, kami hanya menemukan di
>  dua kios di Cililitan. Saya belum memastikan tetapi yang penting bagi
>  kami sudah tidak ada lagi di pasaran. Kita kan nggak bermaksud
>  sweeping, ini hanya masalah moral" kata Hermawi lagi.
>
>  Hermawi mengaku sampai harus mengutus istrinya untuk mengecek apakah
>  memang Tempo memang sudah menarik kembali edisi Majalah Tempo
>  bermasalah tersebut. "Tadi istri saya berpura-pura ke kios-kios d

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo

2008-02-08 Terurut Topik rzain
Pak Budy dan pak Chris, maaf kalau "perlengkapan ibadah" seperti
cuplikan "cover itu sangat menyinggung hati nurani dan keimanan umat
Katolik. Karena foto jamuan makan terakhir itu merupakan
perlengkapan ibadah kami" (Hermawi Taslim), saya
terjemahkan "disucikan".

rzain





--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Christiono Hendrawan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wah Pak zain masih belum menangkap tulisan mas totot ternyata,
>
> Gambar Da vinci "last supper" itu bukan simbol agama pak! dan
> juga tidak disucikan oleh umat Katolik.
>
> 2008/2/8 rzain <[EMAIL PROTECTED]>:
>
> >   Terima kasih mas Totot, tetapi seorang teman yang lain
meskipun dia
> > Islam mengatakan bahwa logika dan kepercayaan tidak bisa
> > dipertemukan.
> > Mungkin ketika gambar itu dibuat dan Da Vinci masih hidup kita
dapat
> > mendebat Paus pun bahwa dia cuma gambar biasa, tetapi setelah
turun
> > temurun disucikan oleh umat Katolik maka dia menjadi simbol agama
> > yang tidak boleh sembarang digunakan meskipun secara logika tetap
> > saja gambar biasa.
> > Saya memahami pendapat ini dan dan memahami kemarahan teman-teman
> > Katolik yang merasa tidak enak gambar itu ditiru oleh Tempo,
teman2
> > tersebut juga tidak bereaksi berlebihan.
> >
> > rzain


[Forum Pembaca KOMPAS] Kebebasan Humanistik

2008-02-08 Terurut Topik Masdar Online
Penggunaan
simbol agama atau atribut yang dianggap suci oleh agama dengan maksud
melecehkan atau tidak sengaja menjadikannya sebagai media untuk
merendahkan, atau bahkan tanpa maksud jelek sekalipun akan tetap
memunculkan polemik di masyarakat. Baru-baru ini, Majalah tempo
mendapatkan getahnya. Foto yang dipampang di cover majalah edisi khusus
Seoharto edisi 4-10 Februari 2008, membuat beberapa kalangan melakukan
protes. Foto itu di nilai melecehkan umat Katholik, meskipun saya yakin
tak ada niat buruk Tempo dalam rangka pemasangan foto “saduran” Perjamuan Malam 
Terakhir itu.
Beberapa kalangan yang melakukan protes itu di antaranya, Forum Alumni
Perhimpunan Mahasiswa Katholik RI, Forum Masyarakat Kaholik Indonesia,
Solidaritas Masyarakat Katholik RI, Perhimpunan Mahasiswa Katholik,
Pemuda Katholik, Tim Pembela Kebebasan Beragama, dan Wanita Katholik RI.

Dari kasus cover majalah Tempo ini saya kembali teringat pemuatan karikatur 
Nabi Muhammad SAW di surat kabar Anikes Allehanda,
Swedia. Bedanya dengan kasus Tempo, pemuatan karikatur Nabi Muhammad
ini memunculkan nuansa pelecehan yang begitu nampak ada dalam
pernyataan editornya. Dengan dalih kebebasan, editor koran ini, membela
pemasangan karikatur tidak senonoh itu.

Kebebasan
dimunculkan sebagai luapan keinginan yang ada pada diri setiap individu
yang dapat diekspresikan sesuai kehendak. Satu individu dapat dikatakan
bebas jika dapat melepaskan setiap keinginan-keinginan melalui
kehendaknya. Tak peduli ekspresi keinginan-keinginan itu dapat
merugikan, menyakiti, menghina, atau bahkan mengorbankan hak-hak
individu lain. Setidaknya definisi kebebasan semacam ini yang dapat
saya tangkap ketika membaca editorial yang dipampang satu edisi
bersamaan karikatur kartun Nabi Muhammad di surat kabar Anikes Allehanda, 
Swedia beberapa waktu lalu.
“Editor koran Swedia itu menyatakan bahwa negara yang liberal seperti
Swedia akan malu bila tidak melindungi kebebasan berekspresi seseorang.
Meskipun, kebebasan itu mengorbankan perasaan orang lain.”

Dari
definisi itu, ada satu aroma kenaifan yang tercium dalam penerapan
kebebasan di negeri-negeri liberal layaknya Swedia. Kenaifan itu muncul
ketika perlindungan kebebasan itu ternyata memiliki konseskuensi
mencederai kebebasan orang lain. Editor surat kabar Anikes Allehanda mencoba
berupaya untuk mengakomodasi semua kebebasan individu yang berbeda dan
terkadang dapat saling berbenturan. Perbedaan dan benturan kebebasan
itu terlihat dengan munculnya berbagai kencaman terhadap karikatur Nabi
Muhammad yang ada di koran tersebut. Padahal untuk menjalankan semua
bentuk kebebasan secara penuh itu adalah hal yang sangat tidak mungkin.
Mengingat apa arti kebebasan itu sendiri.

Upaya
koran itu untuk tetap melindungi kebebasan seseorang dalam
mengekspresikan diri tentu bukan hal yang salah juga. Dan menurut hemat
penulis bahkan dapat dijadikan contoh dalam bagian kategori tertentu.
Bahwa memang kebebasan seseorang harus dapat dilindungi.. Namun,
sayangnya sang editor koran tersebut seakan lupa bahwa setiap kebebasan
juga memiliki batasan. Ada norma-norma dan nilai-nilai yang
membatasinya. Meskipun kita tahu bahwa norma dan nilai di suatu tempat
tak selalu dapat sama. Tapi mengingat konsep kebebasan, tentunya
manusia di seluruh duniapun menyadari bahwa setiap kebebasan itu
memiliki konsekuensi untuk dibatasi, dan itu selalu. 

Manusia
yang lahir di dunia ini tentu tak akan dapat lepas dari norma-norma dan
nilai-nilai yang muncul sebagai aturan-aturan dan hukum-hukum di
lingkungannya. Bahkan ketika laparpun ia harus makan karena
keterbatasan fisiknya, meskipun ia memiliki kebebasan untuk tidak makan
misal. Secara kodrati aturan-aturan dan hukum-hukum itu akan mengelingi
manusia dalam setiap gerak hidupnya. Tak ada satu manusiapun yang bisa
lepas dari  yang namanya aturan dan hukum. Dan perlu
digaris bawahi bahwa semakin memasuki kehidupan modern, maka aturan dan
hukum yang mengikat manusia semakin banyak dan beragam. Tentunya hukum
dan aturan ini akan selalu menawan kebebasan manusia dalam kehidupan
sosial kemasyarakatannya.

 

Meraba-raba konsep kebebasan humanistik

Menyadari
bahwa memang manusia dengan kebebasannya itu tak mungkin bebas, saya
membayangkan tentang adanya satu konsep kebebasan yang humanis. Konsep
kebebasan humanistik dapat hadir dalam konsep kebebasan yang sadar
betul bahwa kebebasan manusia memang terbatas. Dan karena terbatas
itulah manusia menyadari kebebasan orang lain di sekitarnya. Konsep
kebebasan seperti ini tentu dapat kita temukan di banyak ideologi
maupun agama, tak terkecuali Islam. Ada satu hal yang menarik dalam
konsep kebebasan yang diajarkan Islam. Di dalam Islam diajarkan
bagaimana seorang muslim itu harus menyikapi dan menggunakan
kebebasannya dengan baik sesuai dengan petunjuk-Nya, dengan tidak
mencederai kebebasan orang lain.  

Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan

RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik Eric Soesilo
Semua orang boleh punya pendapat, termasuk ketidak setujuan akan sesuatu hal, 
yang penting caranya dalam mengungkapkannya, mesti beradap dan dalam jalur 
hukum yang berlaku tentunya.

Best Regards,

Eric Soesilo
[EMAIL PROTECTED]
0815-13-899-899

Sent from my E61i
With Indosat Blackberry

-Original Message-
From: "wal.suparmo" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Fri, 08 Feb 2008 08:44:05 
To:Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO


Salam,
 Kalau organisasi2 Katolik seperti PMKRI dsb marah maka mereka tidak 
 ada bedanya dengan FPI,MMR dsb.
 Memang demikianlah kenyataannya. You are what yoo are.
 Wasalam,
 Wal Suparmo
 
 

=
Pojok Milis Komunitas FPK:

1.Milis komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Kontak moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Bagus, biar dia baca kegeraman orang Katolik dan Kristen yang ada di milis ini 
atas sikapnya yang urakan itu.
   
  manneke

stephanus Mulyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Mod: Hermawi Taslim member FPK.

Salam,
AH
===

Kalau berita ini benar, 
saya mau tanya sama bung Hermawi Taslim ini:
dia itu mewakili umat Katolik atau organisasi/dirinya sendiri?

Salam
Mulyadi



[Forum Pembaca KOMPAS] Masalah sampul Tempo belum selesai?

2008-02-08 Terurut Topik Satria Dharma
Mak glodak! Saya pikir masalah cover Tempo sudah selesai dan PMKRI
(atau beberapa oknum yang mengaku-ngaku sebagai perwakilan umat
Katolik) sudah merasa puas dengan apa yang dilakukan oleh majalah
Tempo. Ternyata mereka masih belum puas! Kalau Tempo tidak menuruti
ketiga tuntutan mereka maka mereka akan membawa masalah ini ke hukum.
It must be very stupid!
Terus terang saya berharap dari saudara-saudaraku yang beragama
Nasrani agar tidak mencontoh FPI yang suka main teror dan intimidasi
tersebut. Tapi nyatanya mereka juga terdorong untuk main intimidasi.
(sigh!)
But don't worry, saya tidak akan menyalahkan umat Nasrani lainnya. Itu
sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka yang melakukannya.
Salam
Satria

Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo
http://www.kompas. co.id/read. php?cnt=. xml.2008. 02.07.22530541&
channel=1& mn=1&idx= 1

JAKARTA, KAMIS - Sejak digugat sejumlah perwakilan umat Katolik yang
datang langsung untuk berdialog, Majalah Tempo menunjukkan itikad baik
mereka untuk meminta maaf. Tempo mengatakan bahwa pemuatan cover
Soeharto beserta anak-anaknya yang mirip dengan lukisan Yesus dan
murid-muridnya jelang penyaliban, karya Leonardo da Vinci, tidak
berniat untuk mencederai hubungan dengan masyarakat, khususnya dengan
orang Katolik.

"Mereka (Majalah Tempo) sudah menepati janji dengan meminta maaf dan
menyatakan bahwa itu kealpaan. Baik itu di Kompas.com, dan di Koran
Tempo edisi harian. Mereka juga sudah mengganti cover Majalah Tempo
edisi Inggris. Kami juga sudah memaafkan. Tapi kami masih menunggu
hingga Senin pekan depan," kata Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi
PMKRI, Kamis (7/2).

Hermawi mengatakan, pihaknya masih menunggu satu lagi janji Majalah
Tempo. Yakni, permintaan maaf pada edisi Majalah berikutnya yang akan
edar Senin (11/2) depan. Sambil menunggu terbitnya Majalah Tempo edisi
terbaru, Hermawi mengatakan, Sabtu (9/2), pimpinan organisasi yang
datang ke Tempo Selasa (5/2) lalu akan bertemu. Mereka akan membahas
rencana antisipasi dengan membuat beberapa skenario menyambut apakah
Tempo memenuhi komitmennya atau tidak.

"Kalau Tempo memenuhi komitmennya, tentu kami akan berkililing daerah
untuk menjelaskan bahwa masalah ini sudah selesai, kita harus
memaafkan. Dan mereka punya komitmen untuk tidak terulang lagi," ujar
Hermawi.

Tapi, lanjut Harmawi, jika tidak atau kalau permintaan maaf Majalah
Tempo tidak dilakukan dengan bahasa yang terbuka, bahasa yang sulit
dimengerti, pihaknya akan melakukan langkah-langkah lebih lanjut.

Hermawi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dewan pers dan
komisi penyiaran, juga sudah menyiapkan tim hukum. "Kami akan tempuh
proses hukum. Tapi kan saya tidak mau mendahului, itu hanya
pengandaian. Sekali lagi kami masih menunggu permintaan maaf Tempo di
Majalah Tempo edisi Senin depan," lanjut pria yang juga Wasekjen PKB
ini.

Tak hanya itu, setelah berdialog dengan Pimpinan Redaksi Majalah Tempo
Thoriq Hadad di kantor Tempo, pihaknya juga langsung mengecek komitmen
Majalah Tempo. Seperti diketahui, dalam pertemuan itu, Hermawi dan
sejumlah kalangan umat Katolik mengajukan tiga tuntutan, salah satunya
meminta pimpinan Majalah Tempo menarik kembali Majalah Tempo edisi
4-10 Februari 2008 yang memuat gambar Soeharto dan anak-anaknya.

Untuk mengecek itu, Hermawi menyebar 40 orang anggotanya ke beberapa
daerah di Jakarta. Tujuannya, mengamati kios-kios koran atau toko buku
yang biasanya menjual Majalah Tempo. Ia mengatakan, Tempo edisi itu
sudah tidak ada lagi di pasaran.

"Faktanya di Jakarta sudah tidak ada. Saya tidak tahu apakah habis
dibeli orang apakah sudah ditarik. Yang jelas, kami hanya menemukan di
dua kios di Cililitan. Saya belum memastikan tetapi yang penting bagi
kami sudah tidak ada lagi di pasaran. Kita kan nggak bermaksud
sweeping, ini hanya masalah moral" kata Hermawi lagi.

Hermawi mengaku sampai harus mengutus istrinya untuk mengecek apakah
memang Tempo memang sudah menarik kembali edisi Majalah Tempo
bermasalah tersebut. "Tadi istri saya berpura-pura ke kios-kios di
Serpong, katanya sudah tidak ada. Tapi, yang punya kios juga tidak
mampu menjelaskan apakah ditarik atau dibeli orang. Dan saya tidak
punya kompetensi untuk menanyakan ke Tempo, kita tidak sampai ke
situ," jelas Hermawi. (Persda Network/Hadi Santoso)


  

Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik Lisman Manurung
Kalau Tempo tidak mau minta maaf dan kemudian Yesus,
yang adalah Tuhan dalam keyakinan ummat Kristiani
justru memberi maaf kepada redaksi Tempo termasuk
kepada para loper majalah itu, lalu bagaimana?








--- "Budyanto Dj." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya Katolik dan merasa malu membaca judul berita
> "Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo". 
> 
> Kalo bisa diralat saja deh judulnya:
> "Hermawi Taslim Tunggu Janji Majalah Tempo"
> 
> atau paling maksimal:
> "PMKRI Tunggu Janji Majalah Tempo"
> 
> Jangan bilang Umat Katolik dong, bikin malu aja...
> :-(
> 
> salam,
> budyanto


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik sadjuga
Pak Wal Suparno dkk FPK yth,

Se7 se X.
Over reacting.

Mestinya yang memiliki Ikon (agama) berbangga karena ikonnya dipakai
meskipun agak minir. Hal ini menunjukkan bahwa ikon tersebut dikenal
banyak orang bahkan oleh yang tidak sepaham sekalipun (jika demikian).

Betapa gagalnya misi pemilik ikon jika ikon itu hanya dikenal dikalangan
sendiri.
Jangan2 yang menangkap pesan dari sampul tersebut hanya orang-orang over
reaktif saja sementara sebagian besar orang nggak nangkep apa yang menjadi
permasalahan.

Pers di negeri yang sebagian besar orangnya menghayati ajaran pemilik ikon
tersebut sering kali menggunakan  ikon, terminologi atau jargon
kepercayaan dengan nada canda atau plesetan. Orang dewasa akan memahami
pesan di balik penggunaan ikon tersebut bukan dari segi negatifnya.

Salam,

Sadjuga



> Salam,
> Kalau organisasi2 Katolik seperti PMKRI dsb marah maka mereka tidak
> ada bedanya dengan FPI,MMR dsb.
> Memang demikianlah kenyataannya. You are what yoo are.
> Wasalam,
> Wal Suparmo


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Sekali lagi, bravo buat Romo Blasius. Kalo mau dengar suara Katolik yang 
betulan, dengarkanlah suara Romo ini, bukan organisasi-organisasi gak jelas 
yang ke mana-mena kerjanya bawa-bawa nama agama. Ini adalah suara seorang ulama 
katolik, yang ngerti esensi agama katolik itu apa.
   
  manneke

Blasius Slamet Lasmunadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dear all, 
Sebagai orang katolik, saya sangat menyayangkan protes itu. Saya merasa 
prihatin, ada apa di balik protes itu. Pengampunan, kerelaan untuk dihina, 
kerelaan untuk dikritik, disindir, adalah bagian hidup orang beriman yang 
dewasa. Siapapun boleh berkomentar tentang "Last Supper". Lukisan itupun tidak 
satu satunya "simbol" kekatolikan, melainkan sebuah ilustrasi kisah perjamuan 
menjelang sengsara Tuhan. Bahkan parodi lukisan leonardo da Vinci itu banyak. 
Kalau lihat http://www.metacafe.com akan ditemukan banyak parodi tentang Yesus 
yang digambarkan dengan berbagai macam cara. 

Saya berpendapat, "apapun motif" pembuat cover itu, tidaklah perlu 
dipersoalkan. Saya malah tersenyum dan tersungging...tidak tersinggungcover 
itu inspiratif untuk mengembangkan dan memperdalam imankusoalnya bukan pada 
cover itu, tapi pada otak kita masing masing"cover" tidak per se (dengan 
sendirinya ) bisa dikatakan menghina atau menyanjung", tergantung "jalan 
pikiran" kita yang melihat. saya rasa justeru sebaiknya kita menjadi pribadi 
yang mampu SETTING UP OUR MIND IN A CONTEXTUAL SITUATION", seperti menginstall 
sebuah software, mesti harus tahu komputer ini berbasis program Windows, Linux 
atau Machintosh? Pembuatan "cover" majalah itu temasuk urusan otonomi dunia. 
Maka, "etika jurnalistik" itu semestinya dibebaskan dari persoalan penilaian 
agama. Agama itu punya otonominya sendiri. Perjumpaan antara agama dan dunia, 
bisa jadi ada gesekan, tapi tanyakan "siapa yang menggesek kedua dunia-otonomi?"

Bagi saya, cover itu menambah sebuah "ilustrasi kehidupan" yang pantas untuk 
"direfleksikan! Thanks for your inspirational cover in improving my faith. Maka 
saya berharap, tidak perlu lagi mempersoalkan "janji itu" terpenuhi atau tidak. 

salam hangat, 
bslametlasmunadipr.


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Super Tuesday Winners

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Ih, nggak sinis sich...malah jujur aja dari semua Presiden saya suka
figur Mc Cain, karena Yankee banget...kayak jagoan tembak John Wayne
yang ngomong sama letnan Kavaleri-nya "  "Don't apologize—it's a
sign of weakness."  Dalam film "She Wore a Yellow Ribbon", entahlah
apa Mc Cain ini bilang pada bangsanya seperti ini juga dalam kasus
Irak?

Secara pribadi memang saya mendukung Obama, karena kedekatan
emosional saya dengan dia, sama-sama warga Jakarta
hehehehehe.minimal Ali Sadikin akan diundang dalam pelantikan
Obama, bila Obama menang. Setidak-tidaknya ada warga Jakarta yang
pernah jadi Presiden USA.

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Christiono Hendrawan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wah bapak sinis sekali terhadap McCain,
>
> Menurut saya pribadi, jika wakil dari demokrat adalah hillary /
obama maka
> akan sulit menang dari wakil republik.


[Forum Pembaca KOMPAS] YOGA - Arkand

2008-02-08 Terurut Topik kresna dutha
Anda bisa kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
  Arkand orang Indonesia asli yang belajar yoga di TIBET dan saat in. Kata 
orang, arkand ketika sedang yoga bisa seperti yang kita dengar ceritanya yaitu 
terangkat dari lantai... Saya sendiri belum pernah lihat Arkand juga 
seorang spiritualis metafisika..
   
  Anda bisa melihat di webnya atau juga cari digoogle 
  Gitu dulu
   
  

"Nora Sri H." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dear miliser, 

Numpang tanya, adakah yang tau tempat latihan yoga di daerah Jakarta Timur?
Lebih baik lagi kalau ada yang tau di seputar Rawamangun.

Terima kasih banyak atas infonya.

Warm regards

Nora

[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: 160 Menit Cukup untuk Stop Lumpur Lapindo

2008-02-08 Terurut Topik wal.suparmo
Salam,
Saya pernah membaca tulisan seorang ahli geologi dari luar negeri
mengenai soal yang dinamakan Lapindo itu dimana  dikemukakan
terdapat 2 kemungkinan:
1) Setelah  kurang lebih 30 tahun lagi, se-konyong2 dapat berhenti
sendiri.
2)Setelah minimal  periode itu atau 50 tahun atau lebih,seluruh Jawa
Timur  bisa tenggelam.
Saya  cenderung untuk memilih kemungkinan yang terjelek dan heran
masih saja didiskusikan dengan cara apa mau dihentikan dan  bukannya
langsung dilakukan tindakan serius dan bukannya tambal sulam seperti
sekarang ini.
Wasalam,
Wal Suparmo

-- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, tjuk kasturi sukiadi
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bagaimana mungkin menutup semburan lumpur Lapindo dapat dilakukan
jika  pada ujungnya masih mengharapkan "perkenan pihak Lapindo
Brantas Inc?"  Kecuali kalau Lapindo Brantas Inc sudah memutuskan
untuk committed  suicide!? Suatu Hil yang mustahal! Salam Tjuk
Kasturi Sukiadi


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik Ramadhani
sekitar tahun 80-an saya pernah denger gosip kalau Mamiek itu anaknya Tutut,
bukan bu Tien. nah lho

2008/2/8 aries cathlea <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Mungkin maksud tulisan Tempo adalah Mamiek anak "bungsu" perempuan
> sedangkan Tommy anak "bungsu" laki2.


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Presiden Bersyukur Naikkan BBM 2005

2008-02-08 Terurut Topik Haniwar Syarif
kehormatan buat saya nih , Mas masih sudi nanggapi saya... smile


intinya .. angka harus  dilihat asumsinya  ..setuju kan...pasti setuju..


..saya nggak bilang angkanya ..boong..

yang saya tahu  asumsi ya beberapa kali diubah..

buat yang gaji gede seperti mas Andi ( pastilah nggak kurang drai 15 
juta per bulan ya). dampak kenaikan harga beras, terigu dan minyak 
goreng akan beda dengan yg penghasilannya cuma upah minimum atau lebih sedikit.

setuju juga kan..


proporsi pembelian minyak goreng  atau minyak tanahnya thd 
pendapatannya pasti beda.


Bayangkan . Mas Andi bisa beli minyak goreng 3 bulan sekali.. either 
belinya se jerigen tiap beli .. or  anda memang vegetarian atau anti 
makan goreng gorengan

Kalau rakyat kecil.. mah... maunya beli minyak tanah aja tiap hari ya 
seliter .. begitu juga beras seliter sehari..., begitu juga minyak goreng


belinya tiap hari...dikit dikit ..

Jadi mungkin  tergerus daya beli 6.5 persen buat mas Andi  o k 
lah..tapi tidak buat mereka  ,bahkan tidak buat saya..


Kalau buat saya.. yang jauh lebih miskin dari Mas Andi.. walau masih 
diatas UMR.. rasanya tergerus 6.5 % terlalu rendah lho.. Lha saya ini 
sekarang sudah matikan A C..dikamar pakai fan aja,  mat jarang ajan 
lagi di  Kentucky or Mc Donald yang dulu saya lakukan tiap minggu, 
hanya supaya bisa beli beras dan  lauknya..

betul kok  walau ya masih makan daging sih dirumah... ,  kalau jajan 
paling ya beli sate ayam , 20 tusuk , Rp,16.000 dimakan sekeluarga, 
habis makan di Kentucky berempat jatuhnya Rp.60.000 sih..

Bagus nya juga sih Mas orang B PS jangan lihat kelasnya Mas aja..

juga jangan kira hanya makanan yang naik..

lha rumah rakyat aja yang lagi dibangun  ber tower tower itu harganya 
Rp.150 juta utk type  37 m2.., cicilannya 1.5 juta per bulan..utk 15 
tahun rumah rakyat aja..semurah " itu..


coba deh naik ojek buat pengangkutan.. ya naik juga


atau mau beli mobil ya harganya naik juga..

sebelumnya minta maaf kalau saya terlalu underestimate gaji mas .. 
yang kata saya  cuma nggak kurang daro Rp.15 juta..

dan saya tentu percaya kalau pengeluaran mas untuk makanan kurang 
dari 30 persen..,  bahkan 10 persen juga nggak deh.. banyak untuk 
nyicil mobil dan nyicil rumah mewah..


sayangnya level rakyat kita belum sampai situ..

Salam

Haniwar








At 01:57 PM 08-02-08, you wrote:
>Minyak goreng itu tidak dibeli tiap hari, Pak Haniwar. Tiap minggu
>pun tidak. Saya cuma beli minyak goreng sekali 3 bulan; padahal kami
>masak setiap hari di rumah. Apalagi orang Indonesia yang minyaknya
>bisa dipakai 3-4 kali memasak. Beli gorengan juga tidak tiap hari;
>demikian juga beli tempe.
>
>Yang masuk faktor inflasi termasuk kontrakan rumah, sewa angkot,
>biaya berobat anak, dan lain-lain. Kontrakan naiknya berapa dibanding
>tahun lalu? Puskesmas naiknya berapa dibanding tahun lalu? Sewa
>angkot naik berapa? Berapa persen dikeluarkan untuk makanan? Untuk
>transport? (hint: rata-rata penduduk Indonesia mengeluarkan kurang
>dari 30% pendapatan untuk makan).
>
>Kalau mau menyikapi dengan cerdas, pertama kali mesti ngerti kenapa
>angkanya keluar begitu; baru dikritik. Tinggal klik situsnya BPS kok.
>Kalau komponen inflasi memang tidak masuk akal, ceritakan dimana
>tidak masuk akalnya. Tidak ujug-ujug bilang orang lain bohong.
>
>NOTE: SAYA TIDAK MEMBELA ATAUPUN MENDUKUNG SBY (tuh saya tulis besar-
>besar)
>
>Andi


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: BJ Habibie => Mendadak Ratu

2008-02-08 Terurut Topik HRD
Ooohh..sedemikian kompleksnya..

Dan bener2 raja Jawa Soeharto itu, menyatakan sesuatu maksud dg bahasa sasmito, 
scr implisit & seringkali bertolak belakang dg pernyataan yg eksplisit itu ciri 
khas raja2 Jawa..

Untung si Dayun satu2nya yg msh setia begitu Bugis-nya shg tdk tanggap ing 
sasmito, atawa pura-pura tdk tanggap aja karena mahfum posisinya bisa berada di 
ujung 2 tanduk (reformist vs islam/cendekia muslim) jika memaksakan diri 
memenuhi harapan sang "calon mantan" boss..

Untung lakon wayang kala itu adalah 'Wadya Bala Cendana Kukut', klo lakonnya 
Kangsa Adu Jago dsj, jangan harap si Dayun yg mendadak jadi Ratu Kembaran ini 
bisa wira-wiri melenggang di kelir pagelaran wayang kulit dengan hepi-nya..

Klo beberapa waktu lalu di teve ada acara 'mendadak dangdut' yg gempita & 
mendebarkan, hampir 10 thn yll ternyata ada kejadian sejarah 'mendadak ratu', 
bedanya yg ini panggungnya senyap, mencekam,  menegangkan & mengancam..

Re: BJ Habibie 
Posted by: "anton_djakarta" [EMAIL PROTECTED]   anton_djakarta 
Fri Feb 8, 2008 8:08 am (PST) 
Iya, tapi kuncinya di BJ Habibie kan?

Dulu Suharto berharap setidak-tidaknya Habibie tidak ikut rombongan 
Ginandjar cs untuk mbalelo Suharto, dengan kekuatan Habibie Suharto 
berharap bisa membangun kekuatan minimal dengan basis dukungan 
Islam. Ingat nggak datangnya kelompok Islam dimana Cak Nur dan Cak 
Nun ada di antara mereka?

Nah, itu strateginya Harto untuk membangun basis dukungan Islam dan 
diskenario-kan bahwa kaum reformis yang digalang mahasiswa adalah 
gerakan komunis susupan jadi dalam hal ini Harto ingin mengadu domba 
lagi bangsa Indonesia, ia gunakan kekuatan Islam untuk hantam 
gerakan reformis yang kelak bila kekuatan Harto tersusun maka kaum 
reformis dicap sebagai Komunis.

Tapi sayang rencananya itu gagal, karena Habibie menolak bergabung. 
Gerbong Habibie kan ICMI. Sementara Cak Nur juga menolak begitu juga 
Cak Nun. Disinilah awal kemarahan Harto pada Habibie, sampai 
kematiannya pun masih mendendam pada Habibie.

Eh, ndilalah barulah sesaat BJ Habibie naik, skenario politik Harto 
berjalan sempurna, kelompok pendukung BJ Habibie mengidentifikasikan 
dengan kelompok Islam, sementara penolak Habibie dicap menjadi orang 
kiri dan Barisan Sakit Hati macam Jenderal tua Kemal Idris.

Itu salah satu sejarahnya.

ANTON 


RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Megawati: Pemerintah Harus Dengarkan Suara Rakyat

2008-02-08 Terurut Topik Hendra Kusumah
Wah, kalau keberhasilan tidak lagi menjadi suatu ukuran, lantas apa yang
ingin kita capai? Saya juga heran dengan excuse atas "faktor-faktor yang
mempengaruhi". Jika itu yang digunakan, Mega mungkin bisa berdalih bahwa
pemerintahannya pada saat itu sangat tidak efektif karena tersandera
partai-partai pendukung, belum lagi bahwa ketika itu pemerintahan Mega masih
menjalankan GBHN yang mengamanatkan privatisasi BUMN. Tapi toh jika kita
gunakan ukuran persepsi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah
mengendalikan harga misalnya, Pemerintahan Mega jauh lebih berprestasi
dibanding Pemerintahan SBY.

 

Sebenarnya SBY punya kesempatan dan momentum yang luar biasa besar sejak ia
terpilih menjadi presiden. Ia dipilih oleh 61% rakyat dan harapan rakyat
ketika itu begitu besar terhadapnya. Tapi apa yang dilakukan SBY? Ia malah
sibuk menyandera diri-sendiri dengan partai-partai pendukungnya. Menerapkan
kebijakan menaikkan secara drastis hingga rata2 126% harga BBM yang
belakangan dianggap sebagai "bencana kebijakan", karena terbukti
meningkatkan jumlah orang miskin sampai 4 juta orang dan mungkin hingga
akhir masa jabatannya, pemerintahannya tak kan mampu mencapai target
menurunkan tingkat kemiskinan hingga 18,8 juta jiwa. Jika dengan fakta
tersebut masih saja ada orang excuse bahwa masa kepemimpinan SBY diwarnai
oleh begitu banyak bencana dan harga BBM dunia yang melambung tinggi, maka
jawabannya ada dua. Pertama, SBY harusnya sejak awal memperhitungkan secara
cermat bahwa harga BBM dunia hingga 20 tahun ke depan memiliki tren naik
(ingat ketika ia berjanji pada debat pilpres 2004 bahwa ia tak akan
menaikkan harga BBM). Kedua, SBY harusnya instrospeksi diri bahwa alam
mungkin tak berkenan dengan kehadirannya.

 

PS: oh ya... SBY dulu juga pendukung Mega lho.

 

From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Godlip Pasaribu
Sent: 08 Februari 2008 17:29
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Megawati: Pemerintah Harus Dengarkan
Suara Rakyat

 

Koreksi Pak Haniwar:
Saya tidak pernah benci Mega dan tidak pernah menghina
Mega. Dulu saya juga pendukung Mega, hanya saja
setelah dia berkuasa banyak hal yang mengecewakan
sehingga saya tidak memilihnya lagi. Saya dukung SBY
bukan tanpa reserve, ada syaratnya, yaitu selama dia
tidak ikut2an korupsi dan masih tulus untuk memajukan
negara ini. Soal berhasil atau tidak itu masalah lain
karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. 
Salam.


[Forum Pembaca KOMPAS] Re:Pertemuan Tempo dg Asian Agri & Peneliti dari Fikom UGM batal

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Kalo masih berani hadir, itu namanya tidak punya malu. Syukurlah mereka masih 
punya sedikit akal sehat dan tak jadi nongol. 
   
  manneke

Ridwan Nyak Baik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Rekans;
Koran Tempo edisi Rabu (6/2) menulis bahwa pertemuan dimaksud batal
karena Asian Agri tidak hadir.
Panitia pertemuan di Yogya katanya kecewa.


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Setuju Bung Andrinof Re: Ibu Kota RI Dipindah, Mari Dibahas..

2008-02-08 Terurut Topik Lisman Manurung
Di zaman sekarang ini gagasan-gagasan boleh-boleh saja
berkembang. Bahkan keputusan-keputusan penting dan
efektif terbukti bukan semata-mata karena ada dukungan
politik, tetapi juga oleh adanya kelompok-kelompok
serius yang mendalami satu masalah secara terarah.

Ide agar ibukota dipindahkan memang sudah seringkali
tercetus. Namun harus diakui bahwa studi serius
mengenai hal ini belum pernah dilakukan oleh lembaga
resmi. Ini pantas disayangkan. 

Yang kerap terjadi ialah petinggi yang langsung
mencak-mencak, larang ini dan itu, termasuk apa yang
dilakukan oleh pak Ketua Bappenas. Bagusnya sih di
dalam perspektif perencanaan, apa yang tidak mungkin
justru perlu dikaji secara mendalam. Untuk apa? Untuk
mengetahui apa saja sih yang tidak mungkin dilakukan
oleh sebuah bangsa besar bernama Indonesia. Jangan
lupa, memindahkan ibukota juga sudah dilakukan oleh
Australia, yang memindahkan aktifitas pemerintahan ke
Canberra dari Sydney. Juga, Kuala Lumpur yang sedikit
demi sedikit dibagi fungsi, dan sejumlah besar
aktifitas birokrasi dilakukan di luar ibukota.

Sebagai bangsa yang perlu semakin cerdas dan tentu
otomatis semakin kritis, perlulah kiranya studi serius
mengenai alternatif pemindahan ibukota dikaji secara
mendalam. Alternatif berarti banyak pilihan. Juga
berarti dapat dilakukan dengan selektif, dalam arti
memindahkan yang mana saja, dan yang tidak
dipindahkan. 

Jangankan memindahkan ibukota, menelusuri apakah ada
bintang yang dapat dihuni manusia kini dilakukan 
dengan biaya yang mahal oleh sejumlah negara. 

Sekadar mengkaji apakah layak memindahkan ibukota,
menurut hemat saya akan memberikan banyak manfaat.
Jika nantinya jawabannya adalah Tidak, maka sedikitnya
kita semakin paham bahwa ada banyak hal yang salah
kaprah di Jakarta ini. Apa saja misalnya?  Jawabnya
(1).menjejali bangunan terus-menerus, dan kemudian
berpotensi menurunkan permukaan tanah; (2). mengurangi
lebar sungai-sungai di Jakarta; (3). menimbun
situ-situ; (4). melupakan bahwa kota Jakarta adalah
kota yang terbatas daya tampungnya.


 

 


 


--- indah nuritasari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bung Andrinof dan rekan-rekan,
>
>   meskipun saya sedang tidak tinggal di Jakarta saat
> ini saya mendukung 100 % upaya diskusi dan dialog
> mengenai pemindahan ibu kota. Banyak media massa
> yang sudah mengusung topik ini dan mendukung ide
> pindah ini. Bahkan Kontan pernah menulis ini sebagai
> laporan utama, kira-kira 12 tahun lalu. Saya pikir
> ide ini perlu diangkat lagi dan very timely, akibat
> musibah banjir kemaren.
>
>   Saya mendukung bung Andrinof sebagai
> organisator/moderator acara ini, melihat kapasitas
> dan jam terbang Anda selama ini. 
>
>   Ayo, teman-teman, kita diskusikan masalah amat
> penting ini. Semoga saja hasil diskusi ini nantinya
> didengar para pengambil keputusan.
>
>   salam hangat,
>
>   Indah


[Forum Pembaca KOMPAS] JKT sdh CROWDED-- Ibu Kota RI Dipindah, Mari Dibahas..

2008-02-08 Terurut Topik Awang BinSaS
Menurut saya, sebaiknya IBUKOTA mmng dipindah saja.
Bukan lari dr masalah, tapi JKT mmg sdh sangat crowded.
Justru dgn pindahnya ibukota, maka sebagian masalah yg ada di JKt sendiri akan 
berkurang. Dan ibukota yg baru pun akan lebih segar.
Mengenai siap apa tidak siap, kalo kita bener2 niat, pastilah jadi SIAP...

SALAM
===


Andrinof Chaniago <[EMAIL PROTECTED]> wrote:   
Bapak & Ibu yang saya hormati;
 Saya selalu senang setiap ada orang yang mengankat
 kembali wacana memindahkan Ibu Kota. Sebaliknya, saya
 amat prihatin ketika Menteri/Ketua Bappenas membuat
 pernyataan agar wacana seperti itu dihentikan.
 
 Sejauh kajian yang terus saya lakukan sedikit demi
 sedikit mengenai ini, saya makin cenderung pada
 pemikiran bahwa Rencana Pemindahan Ibu Kota ini perlu
 dipikirkan. Tapi, mohon maaf, tentu ada kesulitan
 menyampaikan uraian argumentasi akademis mengenai
 perlunya pemindahan Ibu Kota itu di forum milis
 seperti ini.
 
 Pak Wal Suparmo, Bu Barina, Pak Michel, dan lainnya,
 memang benar adanya bahwa kita perlu mengukur
 biaya-manfaatnya dan bagaimana mempersiapkan sikap
 mental bangsa kita sebagai salah satu syarat untuk
 mendirikan Ibu Kota yang baru.  Tetapi, kalau boleh
 berharap, bayangan akan perlunya syarat-syarat
 tersebut janganlah membuat kita terburu-buru
 mementahkan wacana ini. Marilah kita kaji semua aspek
 yang kita perlukan. Juga, untuk tiap aspek yang kita
 anggap penting, kita pun perlu menggali
 sedalam-dalamnya informasi dan data yang diperlukan. 
 
 Soal mahalnya biaya dan beratnya proses pemindahan,
 misalnya, kita juga perlu membandingkan dengan
 kerugian-kerugian akibat tidak memungkinkannya
 membenahi atau meng-upgrade Jakarta secara
 fundamental. Akibat kemacetan saja, misalnya, kita
 kehilangan nilai ekonomis sebesar Rp 43 triliun per
 tahun. Belum lagi kerugian setiap terjadi banjir.
 Lalu, cobalah bayangkan tren ke depan dengan kemampuan
 meningkatkan kapasitas infrastruktur dan kelembagaan
 kota seperti selama ini. Apa yang akan terjadi di
 Jabodetabek dalam 25 tahun akan datang? Jangan-jangan
 15 tahun lagi saja kita sudah menuai lagi sebuah
 kerusuhan besar. Lalu, karena tidak mau memikirkan
 alternatif pemecahan dengan memindahkan Ibu Kota, kita
 memberi justifikasi bahwa Jakarta harus dipimpin
 secara militeristik dengan penekanan pada pendekatan
 keamanan. Apakah itu memberi solusi? ini juga perlu
 direnungkan.
 
 Kalau Bapak/Ibu anggota milis ini memang berminat,
 paling tidak ingin mendukung, agar pembicaraan tentang
 wacana ini agar lebih tuntas, pertama sekali menurut
 saya, kita memang perlu memperluas ruang dialog
 mengenai ini. Saya sendiri, dengan lembaga Center for
 Indonesian Regional and Urban Studies (CIRUS), sangat
 bersedia menjadi fasilitator dalam acara copy
 daratnya.
 
 Untuk sekedar info bagi yang memerlukan, ada tulisan
 saya yang memuat beberapa argumentasi awal tentang
 perlunya pemindahan Ibu Kota di
 www.andrinof.worldpress.com. Tetapi, sebetulnya, di
 sebuah milis lain yang beranggotakan kebanyakan
 peneliti dan akademisi, sekitar tiga atau empat tahun
 lalu wacana ini juga sudah pernah diangkat cukup
 serius dan memunculkan banyak informasi. Di situ
 terlihat ternyata tidak sedikit orang yang sudah
 memikirkan gagasan pemindahan Ibu Kota ini.
 
 Oleh karena itu, untuk kepentingan puluhan juta warga
 negara yang akan terkait dengan kondisi Ibu Kota di
 masa depan, marilah kita tuntaskan diskusi soal ini,
 walaupun Menteri Paskah Zusetta pernah menghimbau
 untuk menghentikan wacana ini.
 Salam hormat,
 
 Andrinof A Chaniago
 


[Forum Pembaca KOMPAS] Re:MAHATMA GANDHI... Pilihan Etis

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Halo Berthy,
   
  Saya sepakat dengan pendapat Anda yang ini. Pilihan etis menjadi penentu yang 
kritis ketika kita berhadapan dengan dilema yang sangat pelik, dan ketika 
persoalan moral sangat kental mewarnai persoalan. Saya pikir, kita beda 
pandangan dalam melihat apakah masalah permaafan buat Suharto ini termasuk 
dalam kategori "dilema yang pelik" itu. Anda melihat fakta-fakta dari satu 
sudut, dan saya melihat fakta yang sama dari sudut lain.
   
  Pertimbangan saya, kejahatan Suharto jauh lebih mencolok dibandingkan 
perbuatannya yang patut diberi penghargaan (maaf, sampai kini sulit saya 
melihat perbuatan mana yang patut kita hargai dari almarhum). Sementara, Anda 
tampaknya lebih menitikberatkan yang sebaliknya.
   
  Kalau begitu, mungkin Anda bisa telpon Dr. Yong Ohoitumur untuk memberitahu 
dia bahwa kuliah remedial filsafat dibatalkan karena kurang mahasiswa peminat.
   
  manneke

Barnabas Rahawarin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dear Manneke nan Budiman,

Let's pray for our ownself to be humble man. Ceritera
Rakyat yang rendah hati membuat ceritera "SIMALAKAMA"
supaya orang memahami "pilihan etis" diperlukan pada
saat harus memilih pilihan-pilihan yang tidak mudah.
Diskusi kita bermula dari reason saya untuk MEMILIH
TIDAK IKUTAN MENGHUKUM PAK HARTO, sebaliknya MEMBERI
RUANG PENGHARGAAN KEPADA ALMARHUM pak Harto.

So, Simalakama datang dari common sense rakyat bijak
yang tak perlu remedial kuliah filsafat etika. 

wassalam,

berthy b. rahawarin


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: minta tolong soal Pasar Tradisional

2008-02-08 Terurut Topik shen2403
FYI pak Haniwar...
Di Jogja ada supermarket baru yang buka kira2 bulan Nov 2007. Namanya
supermarket Super Indo. Kalo dari yang saya baca di perpres sih
melanggar ketentuan jarak dan waktu buka.
Lokasinya di jalan Sultan Agung (Di depan Bakmi Kadin Yogya) yang
berjarak tidak sampai 1 Kilometer dari pasar Sentul dan kira2 2,5 Km
sampai 4 Km dengan pasar yang lain.
Waktu bukanya juga di mulai Pukul 07.00 WIB.


Salam
Rudi



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Haniwar Syarif
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sejalan dgn telah terbitnya perpres 112 ttg penataan pasar dan 
> tokomodern, , saya mau minta tolong pada teman yg mengerti soal tata
ruang ,
> 
> 
> Sebagai latar belakang ,  saya kutip beberapa butir peraturan 
> Presiden no 112 thn 2007 :

> 
> pasal/ 4. ayat 1  a. Pendirian toko modern wajib memperhitungkan 
> keadaan sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, 
> Usaha kecil dan Usaha Menengah yg ada  di wilayah bersangkutan.
> 




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD Dipecat

2008-02-08 Terurut Topik Haniwar Syarif
ih M amang nih nggak ngerti aja..

yang gratis kan uang sekolah.. uang lain lain sih masih banyak lah..

salah stauny aya uangterima kaish .. ada uang  gedung ..entah apa lagi..

salam

Haniwar


At 10:02 PM 08-02-08, you wrote:
>Gimana nih.
>
>Katanya sekolah gratis sampai dengan kls 3 SMP ataukah hanya berlaku untuk
>Ibukota Rep. Indonesia karena dekat dengan tempat Eyang tingal.
>
>Wassalam


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Diusulkan, UU Larangan Merokok bagi Anak

2008-02-08 Terurut Topik Eric Soesilo
Dari cerita anda, tampaknya teman anda tidak terlalu peduli dengan kebutuhan 
akan udara segar untuk rekan2 kerjanya atau mungkin juga rekan2 kerjanya tidak 
pernah benar2 memperlihatkan ketidak sukaan jika teman anda merokok di dekat 
mereka. Hehehe memakai jilbab / aksesoris simbol keagamaan bukan tolak ukur 
keimanan seseorang. Bukankah dari beberapa waktu yang lalu memang sudah 
diterapkan peraturan tentang merokok di tempat umum pak dah sepengetahuan saya 
sih ditaati kok, apakah ada peraturan dilarang merokok di dalam ruangan di 
kantor bapak ? Saya setuju kalau rokok disebut sebagai salah satu candu, tapi 
kalau dilarang dikonsumsi di tempat umum, di tempat umum definisinya yang 
seperti apa ? Kalau dilarang merokok di ruangan public tertutup seperti dalam 
bangunan, yang seperti sekarang, ya sudah banyak larangan merokok kan, tapi 
kalo di luar bangunan, at least ada udara bebas, saya sih jadi bingung, 
sebenarnya lebih bahaya asap rokok / asap dari kendaraan bermotor sih, saya sih 
yakin asap kendaraan jauh lebih berbahaya daripada asap rokok.

Best Regards,

Eric Soesilo
[EMAIL PROTECTED]
0815-13-899-899

Sent from my E61i
With Indosat Blackberry

-Original Message-
From: Teguh <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Fri, 8 Feb 2008 17:55:05 
To:Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Diusulkan, UU Larangan Merokok bagi Anak


Candu ini sudah parah sekali, barusan saya mampir kantor seorang teman di
 Jakarta, para karyawan yang perokok tetap merokok dalam ruangan ber AC.
 Padahal satu ruangan dengan mereka ada ibu-ibu juga, dan beberapa berjilbab
 (harusnya lebih taat dan ngerti agama dong?), tapi mereka juga melakukan
 pembiaran.
 
 Mungkin karena sudah lama jadi rekan kerja, mereka jadi sungkan kalau harus
 melarang. Sedangkan yang perokok tidak sungkan untuk mengotori AC dan
 merusak kesehatan rekan-rekannya.
 
 Sepertinya "kecanduan" membuat para perokok lebih memilih rokok daripada
 menghargai rekan-rekannya sendiri.
 
 Btw, berapa banyak anggota FPK yang kecanduan rokok? Sebagai pecandu,
 bagaimana pendapat anda, setujukah jika rokok disebut candu dan dilarang
 dikonsumsi di tempat umum?
 
 Kalaupun benar-benar dilarang, mampukah para perokok mentaati peraturan itu?
 Sakaw rokok, anda yang pecandu tentu tahu rasanya kan?
 
 Menurut saya harusnya dilarang saja secara nasional. Boleh menghisap asal di
 tempat-tempat khusus, dan baunya jangan dibawa keluar :P
 
 

=
Pojok Milis Komunitas FPK:

1.Milis komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Kontak moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[Forum Pembaca KOMPAS] Tentara Australia kini dibenci di Timor Timur

2008-02-08 Terurut Topik Satrio Arismunandar
Aussies outstay their East Timor welcome
By Loro Horta 

DILI - Since the 2006 deployment of Australian peacekeeping troops to East 
Timor, the Australian Defense Force (ADF) has been confronted with a persistent 
anti-Australian sentiment from large sections of the population. How did a 
peacekeeping force that was once welcomed as a national liberator for East 
Timor from 24 years of brutal Indonesian occupation so quickly find itself 
unwelcome? 

Australia first helped to rescue East Timor in 1999, when it contributed nearly 
half of the 9,900 troops to the United Nations authorized International Force 
for East Timor, or INTERFET, which then neutralized the Indonesia-backed 
paramilitary gangs which raped and pillaged the island after it voted for 
independence from Jakarta in a national referendum. 

The current ADF contingent was deployed with East Timorese government 
permission in May 2006, as part of an Australian-led International 
Stabilization Force (ISF) tasked with containing another spasm of violence that 
erupted from a schism inside the Timor Leste Defense Force (FDTL). The ISF's 
main unit, the ANZAC Battle Group, currently consists of about 780 Australian 
and 170 New Zealand soldiers. 

That foreign presence has largely restored stability and was crucial to the 
successful holding of presidential elections in 2007, which were won by Jose 
Ramos Horta. Horta told voters on the campaign trail that he supported the 
continued presence of the Australian-led forces for at least five years, or 
until the FDTL, which was decimated by the 2006 violence, becomes unified along 
regional lines and is technically capable enough to take sole responsibility 
for national security. 

The FDTL now receives support from a host of donor countries, including 
Australia, China, Portugal and Brazil. Opposition candidates, however, had on 
the 2007 campaign trail called for the ISF to be withdrawn as soon as possible, 
arguing that the foreign armed presence undermined the new nation's hard-earned 
sovereignty. Those calls are now increasing in pitch as certain ADF personnel, 
particularly its young privates, act in ways that undermine the peacekeeping 
force's image. 

According to observers, many ADF personnel have shown an utter lack of respect 
for local customs and have on several occasions insulted some of the country's 
highest government officials. The first serious incident took place in October 
2006 when the ADF established various checkpoints around the FDTL's 
headquarters. 

Then, FDTL Commander Brigadier General Taur Matan Ruak was prevented at gun 
point from leaving his own headquarters, with the ADF insisting to search him 
before he was allowed to leave. He was eventually allowed to pass, but the 
humiliation at the hands of a teenaged Australian corporal did tremendous 
damage to the ADF's image among the FDTL's rank and file. 

Soon after the standoff with the FDTL's commander, Australian soldiers without 
cause stripped a Timorese police inspector out of his uniform in the middle of 
one of Dili's most public places, leaving the officer literally in his 
underwear. More gravely, they also stand accused on at least one occasion of 
interrupting the parliamentary process. 

In the sub-district of Letfo, where the defense and security commission of the 
national Parliament was meeting with authorities, an Australian officer who 
insisted on talking with the local police commander, barged into the meeting. 
When member of Parliament Davide Ximenes requested that the Australian officer 
leave the room and wait outside for the meeting to end, the Australian officer 
reportedly began to scream at the members. 

In the end, the situation was resolved when a Brazilian officer dragged the 
Australian officer out of the meeting room and a Chinese officer calmed the 
largely built and hot-tempered Ximenes. Following the incident, the head of the 
United Nations mission to East Timor, Indian diplomat Atul Kare, sent a letter 
of apology to the national Parliament, while no words of remorse ever came from 
the ADF or the Australian Embassy. 

Other minor issues have added to the ADF's image problem. In October 2006, the 
ADF drove four armored personnel carriers into the Cristo Rei beach coral reef, 
a protected marine with unique coral formations, to the outrage of even some 
Australian non-governmental organizations. Meanwhile, ADF personnel often drive 
their armored cars at high speed in heavily populated areas, throwing up dust 
in storefronts and at passerby, say locals. Their reckless behavior has even 
led to complaints from Australian diplomats based in Dili 

The clearest example of the ADF's sometimes reckless behavior was seen in early 
January. Horta's convoy, made up of more than 10 vehicles, was on its way back 
to the capital from the western region of the island when it was nearly overrun 
by two ADF vehicles which failed to stop at the roadside to make way for the 
presidential con

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Wiskey, Was Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik sawung
wiskey=wiranto :D.

2008/2/8 Subhan Toba <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>
>
>
>
>
> Wiskey tuh maksudnya apa mas Sawung ? Mohon pencerahan.
>
>  2008/2/8 sawung <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>  > Syafri kan waktu itu termasuk jendral yang bersebrangan dengan
>  > cendana. Dari info orang lapangan yang terlibat konflik tentara waktu
>  > itu yang berpihak di kubu Wiskey marinir dan paskhas. TNI AL bahkan
>  > sampai mengerahkan pesawat angkutan mereka sendiri untuk menggeser
>  > pasukan Marinir dari surabaya untuk membackup pasukan di Jakarta.
>  > Wiskey ini kalo tak ada marinir habis. Di kubu seberang didukung oleh
>  > kostrad, kopassus dan kodam. Kalo dikonfirm ke panglima yang terlibat
>  > pasti dibantah.
>  >
>  > regards


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik stephanus Mulyadi
Mod: Hermawi Taslim member FPK.

Salam,
AH
===

Kalau berita ini benar, 
saya mau tanya sama bung Hermawi Taslim ini:
dia itu mewakili umat Katolik atau organisasi/dirinya sendiri?

Salam
Mulyadi

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:   
http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.07.22530541&channel=1&mn=1&idx=1
 
 JAKARTA, KAMIS - Sejak digugat sejumlah perwakilan umat Katolik yang
 datang langsung untuk berdialog, Majalah Tempo menunjukkan itikad baik
 mereka untuk meminta maaf. Tempo mengatakan bahwa pemuatan cover
 Soeharto beserta anak-anaknya yang mirip dengan lukisan Yesus dan
 murid-muridnya jelang penyaliban, karya Leonardo da Vinci, tidak
 berniat untuk mencederai hubungan dengan masyarakat, khususnya dengan
 orang Katolik.
 
 "Mereka (Majalah Tempo) sudah menepati janji dengan meminta maaf dan
 menyatakan bahwa itu kealpaan. Baik itu di Kompas.com, dan di Koran
 Tempo edisi harian. Mereka juga sudah mengganti cover Majalah Tempo
 edisi Inggris. Kami juga sudah memaafkan. Tapi kami masih menunggu
 hingga Senin pekan depan," kata Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi
 PMKRI, Kamis (7/2).
 
 Hermawi mengatakan, pihaknya masih menunggu satu lagi janji Majalah
 Tempo. Yakni, permintaan maaf pada edisi Majalah berikutnya yang akan
 edar Senin (11/2) depan. Sambil menunggu terbitnya Majalah Tempo edisi
 terbaru, Hermawi mengatakan, Sabtu (9/2), pimpinan organisasi yang
 datang ke Tempo Selasa (5/2) lalu akan bertemu. Mereka akan membahas
 rencana antisipasi dengan membuat beberapa skenario menyambut apakah
 Tempo memenuhi komitmennya atau tidak.
 
 "Kalau Tempo memenuhi komitmennya, tentu kami akan berkililing daerah
 untuk menjelaskan  bahwa masalah ini sudah selesai, kita harus
 memaafkan. Dan mereka punya komitmen untuk tidak terulang lagi," ujar
 Hermawi.
 
 Tapi, lanjut Harmawi, jika tidak atau kalau permintaan maaf Majalah
 Tempo tidak dilakukan dengan bahasa yang terbuka, bahasa yang sulit
 dimengerti, pihaknya akan melakukan langkah-langkah lebih lanjut.
 
 Hermawi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dewan pers dan
 komisi penyiaran, juga sudah menyiapkan tim hukum. "Kami akan tempuh
 proses hukum. Tapi kan saya tidak mau mendahului, itu hanya
 pengandaian. Sekali lagi kami masih menunggu permintaan maaf Tempo di
 Majalah Tempo edisi Senin depan," lanjut pria yang juga Wasekjen PKB ini.
 
 Tak hanya itu, setelah berdialog dengan Pimpinan Redaksi Majalah Tempo
 Thoriq Hadad di kantor Tempo, pihaknya juga langsung mengecek komitmen
 Majalah Tempo. Seperti diketahui, dalam pertemuan itu, Hermawi dan
 sejumlah kalangan umat Katolik mengajukan tiga tuntutan, salah satunya
 meminta pimpinan Majalah Tempo menarik kembali Majalah Tempo edisi
 4-10 Februari 2008 yang memuat gambar Soeharto dan anak-anaknya.
 
 Untuk mengecek itu, Hermawi menyebar 40 orang anggotanya ke beberapa
 daerah di Jakarta. Tujuannya, mengamati kios-kios koran atau toko buku
 yang biasanya menjual Majalah Tempo. Ia mengatakan, Tempo edisi itu
 sudah tidak ada lagi di pasaran.
 
 "Faktanya di Jakarta sudah tidak ada. Saya tidak tahu apakah habis
 dibeli orang apakah sudah ditarik. Yang jelas, kami hanya menemukan di
 dua kios di Cililitan. Saya belum memastikan tetapi yang penting bagi
 kami sudah tidak ada lagi di pasaran. Kita kan nggak bermaksud
 sweeping, ini hanya masalah moral" kata Hermawi lagi.
 
 Hermawi mengaku sampai harus mengutus istrinya untuk mengecek apakah
 memang Tempo memang sudah menarik kembali edisi Majalah Tempo
 bermasalah tersebut. "Tadi istri saya berpura-pura ke kios-kios di
 Serpong, katanya sudah tidak ada. Tapi, yang punya kios juga tidak
 mampu menjelaskan apakah ditarik atau dibeli orang. Dan saya tidak
 punya kompetensi untuk menanyakan ke Tempo, kita tidak sampai ke
 situ," jelas Hermawi. (Persda Network/Hadi Santoso)
 
 
 
   

   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik wal.suparmo
Salam,
Kalau organisasi2 Katolik seperti PMKRI dsb marah maka mereka tidak
ada bedanya dengan FPI,MMR dsb.
Memang demikianlah kenyataannya. You are what yoo are.
Wasalam,
Wal Suparmo

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Repot ya. Kalo mirip atau sama, dibilang menghina. Kalo gak mirip
dan gak sama, dibilang gak "mengena". Maju kena mundur kena. Mau
beragama aja kok susah amat ya?
>
>   manneke


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Kalau menurut saya ndak usah minta maaf, bisa jadi preseden nggak 
baek di masa mendatang. pemikiran bebas dan kreatif kalah dengan 
prasangka-prasangka lembaga agama. Tempo yang berani dong, jangan 
sama FPI aja berani membela pemikiran yang bebas dan kreatif, serta 
menolak kekerasan atas nama agama. 

Untuk memperkuat apa yang kita pikirkan, maka kita jangan takut 
terhadap apapun, karena ketakutan adalah awal dari keterpenjaraan. 
Mas Harrymurti Bilang saja "Itu pandangan kami, bila anda merasa 
terganggu silahkan ke Pengadilan" beres kan.

Masalah sweeping kok diselimuti moral. Kemunafikan besar!

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.kompas.co.id/read.php?
cnt=.xml.2008.02.07.22530541&channel=1&mn=1&idx=1
> 
> JAKARTA, KAMIS - Sejak digugat sejumlah perwakilan umat Katolik 
yang
> datang langsung untuk berdialog, Majalah Tempo menunjukkan itikad 
baik
> mereka untuk meminta maaf. Tempo mengatakan bahwa pemuatan cover
> Soeharto beserta anak-anaknya yang mirip dengan lukisan Yesus dan
> murid-muridnya jelang penyaliban, karya Leonardo da Vinci, tidak
> berniat untuk mencederai hubungan dengan masyarakat, khususnya 
dengan
> orang Katolik.
> 
> "Mereka (Majalah Tempo) sudah menepati janji dengan meminta maaf 
dan
> menyatakan bahwa itu kealpaan. Baik itu di Kompas.com, dan di Koran
> Tempo edisi harian. Mereka juga sudah mengganti cover Majalah Tempo
> edisi Inggris. Kami juga sudah memaafkan. Tapi kami masih menunggu
> hingga Senin pekan depan," kata Hermawi Taslim, Ketua Forum 
Komunikasi
> PMKRI, Kamis (7/2).
> 
> Hermawi mengatakan, pihaknya masih menunggu satu lagi janji Majalah
> Tempo. Yakni, permintaan maaf pada edisi Majalah berikutnya yang 
akan
> edar Senin (11/2) depan. Sambil menunggu terbitnya Majalah Tempo 
edisi
> terbaru, Hermawi mengatakan, Sabtu (9/2), pimpinan organisasi yang
> datang ke Tempo Selasa (5/2) lalu akan bertemu. Mereka akan 
membahas
> rencana antisipasi dengan membuat beberapa skenario menyambut 
apakah
> Tempo memenuhi komitmennya atau tidak.
> 
> "Kalau Tempo memenuhi komitmennya, tentu kami akan berkililing 
daerah
> untuk menjelaskan  bahwa masalah ini sudah selesai, kita harus
> memaafkan. Dan mereka punya komitmen untuk tidak terulang lagi," 
ujar
> Hermawi.
> 
> Tapi, lanjut Harmawi, jika tidak atau kalau permintaan maaf Majalah
> Tempo tidak dilakukan dengan bahasa yang terbuka, bahasa yang sulit
> dimengerti, pihaknya akan melakukan langkah-langkah lebih lanjut.
> 
> Hermawi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dewan pers 
dan
> komisi penyiaran, juga sudah menyiapkan tim hukum. "Kami akan 
tempuh
> proses hukum. Tapi kan saya tidak mau mendahului, itu hanya
> pengandaian. Sekali lagi kami masih menunggu permintaan maaf Tempo 
di
> Majalah Tempo edisi Senin depan," lanjut pria yang juga Wasekjen 
PKB ini.
> 
> Tak hanya itu, setelah berdialog dengan Pimpinan Redaksi Majalah 
Tempo
> Thoriq Hadad di kantor Tempo, pihaknya juga langsung mengecek 
komitmen
> Majalah Tempo. Seperti diketahui, dalam pertemuan itu, Hermawi dan
> sejumlah kalangan umat Katolik mengajukan tiga tuntutan, salah 
satunya
> meminta pimpinan Majalah Tempo menarik kembali Majalah Tempo edisi
> 4-10 Februari 2008 yang memuat gambar Soeharto dan anak-anaknya.
> 
> Untuk mengecek itu, Hermawi menyebar 40 orang anggotanya ke 
beberapa
> daerah di Jakarta. Tujuannya, mengamati kios-kios koran atau toko 
buku
> yang biasanya menjual Majalah Tempo. Ia mengatakan, Tempo edisi itu
> sudah tidak ada lagi di pasaran.
> 
> "Faktanya di Jakarta sudah tidak ada. Saya tidak tahu apakah habis
> dibeli orang apakah sudah ditarik. Yang jelas, kami hanya 
menemukan di
> dua kios di Cililitan. Saya belum memastikan tetapi yang penting 
bagi
> kami sudah tidak ada lagi di pasaran. Kita kan nggak bermaksud
> sweeping, ini hanya masalah moral" kata Hermawi lagi.
> 
> Hermawi mengaku sampai harus mengutus istrinya untuk mengecek 
apakah
> memang Tempo memang sudah menarik kembali edisi Majalah Tempo
> bermasalah tersebut. "Tadi istri saya berpura-pura ke kios-kios di
> Serpong, katanya sudah tidak ada. Tapi, yang punya kios juga tidak
> mampu menjelaskan apakah ditarik atau dibeli orang. Dan saya tidak
> punya kompetensi untuk menanyakan ke Tempo, kita tidak sampai ke
> situ," jelas Hermawi. (Persda Network/Hadi Santoso)
>




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Protes Terhadap Cover Tempo tentang Soeharto-Bung Mula

2008-02-08 Terurut Topik Yuliati Soebeno
Bung Mula,

   
  Saya sangat amat setuju dengan pendapat anda. Saya rasa setiap umat, apapun 
agamanya, akan mempunyai visualisasi yang berbeda-beda tentang Nabi-Nabi yang 
kita percayai sebagai utusan Tuhan dalam membimbing umatnya.
  Seperti apa yang anda kemukakan bahwa bagi para Kristiani, dalam 
mem-visualisasi-kan Tuhan Yesus, dari satu negara kenegara lain-nya cukup 
berbeda-beda. 
  Seperti yang sudah lihat sendiri di Sri Lanka, dan juga di India, bagaimana 
masyarakat Kristiani disana mempunyai visualisasi yang berbeda tentang Tuhan 
Yesus. Bisa dilihat di Gereja-gereja disana.
  Demikian juga di Gereja-gereja Spanyol dan Portugal, berbeda dengan 
visualisasi yang ada di Sri Lanka dan India.
  Pendapat anda juga benar bahwa bagi umat Kristiani, visualisasi tentang Yesus 
sudah ada dari dulu dan tidak dilarang oleh Vatican. Begitu juga bagi para 
pengikut Protestan.
  Lain halnya dengan umat Islam, yang tidak menginginkan wajah Nabi Muhammad 
divisualisasikan sama sekali.
   
  Dalam hal cover Tempo, dimana tampang "Yesus" diganti dengan tampang Suharto, 
dan anda berpendapat bahwa hal tersebut tidak perlu diributkan, saya juga 
setuju sekali.
  Karena dengan membaca uraian dari beberapa pendeta yang juga dimuat dimilis 
FPK, yang dengan rapi dan teratur mengemukakan bahwa itu bukan hal yang harus 
diributkan, juga sangat menyejuk-kan hati siapa saja. Karena ajaran 
agamanya-lah yang penting dihargai dan dituruti, bukan mengenai gambar-gambar 
visualisasi-nya.
   
  Saya juga percaya bahwa bagi umat Islam yang mempunyai integritas tinggi, 
hanya hal-hal yang diajarakan dalam agama tersebutlah yang perlu dilakukan 
didunia, bukan hal-hal yang anarki.
  Namun apa dikata, di Indonesia ini masih ada yang menggunakan Islam sebagai 
alasan untuk melakukan hal-hal yang kurang sesuai dengan cara-cara hidup 
bermasyarakat yang teratur dan damai. Padahal Islam sendiri artinya adalah 
DAMAI.
  Karena masalah apapun, sebenarnya bisa diselesaikan secara damai, tidak harus 
dengan melakukan kekerasan dan merusak serta menyakiti.
   
  Saya mendambakan para Pemuka didalam agama Islam di Indonesia ini menulis dan 
menyatakan dengan tulus dan kasih, bahwa KEKERASAN adalah bukan hal yang 
diajarakan dalam Islam, dan menerangkan dengan benar bagaimana bermasyarakat 
yang saling mengasihi.
  Seperti halnya para Pemuka Kristiani segera menulis pendapatnya, setelah 
adanya gambaran wajah Suharto ditempelkan ke wajah Yesus, agar supaya pemeluk 
agama Kristen tidak berbuat yang kurang benar dengan memberikan penerangan yang 
sangat indah.
   
  Salam,
  Yuli
  

Mula Harahap <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Catatan:

Saya menerima sebuah surat lewat e-mail pribadi
sehubungan dengan tanggapan saya atas isyu "Protes
Terhadap Cover Tempo". Agar tidak menimbulkan
kontroversi yang berkepanjangan dan merembet
kemana-mana, maka izinkanlah saya memposting jawaban
saya terhadap surat tersebut di forum ini sebagai
termaktub di bawah ini.

Mula Harahap

Saya juga sangat memahami bahwa setiap agama memiliki
pandangannya sendiri tentang masalah visualisasi
tuhan, nabi atau orang suci. Karena itu juga, walau
pun saya bukan pemeluk agama Islam, tapi saya sangat
menghormati pandangan saudara-saudara saya yang
beragama Islam bahwa nabi-nabi sebaiknya tidak
divisualisasi.

Tapi dalam kasus agama Kristen, halnya agak berbeda.
Sejak dahulu para seniman telah mencoba berimajinasi
dan membuat visualisasi dari tuhan, nabi dan orang
suci. Dan fihak gereja juga tidak pernah melarangnya.
Bahkan hasil imajinasi para seniman itu acapkali
diadopsi oleh gereja.

Kadang-kadang visualisasi yang terlalu diumbar itu
sering menjadi kontraproduktif. Banyak orang Kristen
yang percaya bahwa laki-laki berambut gondrong,
brewokan dan bertampang Eropa seperti yang ada di
gambar-gambar itu memang benar Yesus, lalu imajinasi
keagamaannya hanya "berhenti" sampai di sana. Padahal
menurut hemat saya, Yesus itu lebih dari sekedar
sosok. Dia adalah gagasan. (Gagasan tentang damai,
sukacita, pengharapan, kasih, kelemah-lembutan dsb).
Dalam hal ini maka saya rasa pandangan Islam yang
melarang visualisasi nabi, orang suci atau tuhan
memang ada benarnya. Biarlah masing-masing orang
dengan akal-budinya berimajinasi mengembangkan gagasan
yang menjadi hakekat pengajaran para nabi dan orang
suci itu. (Hal yang paling baik ialah bila imajinasi
itu tidak sekedar berhenti pada sosok atau tampang
seseorang, tapi merambah pada "gambar" kasih,
sukacita, damai, pengharapan, kelemah-lembutan dsb).

Nah, kembali ke masalah tampang "Yesus" yang diganti
dengan tampang Suharto dalam lukisan "Perjamuan
Terakhir": Bagi saya (sebagai seorang Kristen) hal itu
tidak perlu membuat saya tersinggung. Yesus yang ada
di lukisan itu tokh hanya imajinasi-nya Leonardo da
Vinci.

Kalau kita mengamati karya lukis para seniman dari
berbagai belahan dunia, maka sebenarnya akan kelihatan
betapa beragamnya imajinasi orang tentang Yesus.
Seniman-seniman Afrika menggambarkan Yesus yang
berkulit gelap dan

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik Sulaeman_H .
Pemberian klarifikasi dan permintaan maaf Tempo atas timbulnya "perasaan
kurang sreg" yang diakibatkan ilustrasi gambar di sampul muka Tempo saya
anggap suatu tindakan yang bijak. Mungkin bagi anda yang bisa mengerti
hakekat persoalan dan mampu memaknainya secara mendalam berdasarkan daya
intelekutalitas anda akan menganggap tidak ada masalah yang penting dan oleh
sebab itu menganggap permohonan maaf adalah berlebihan dan baseless.
Sayangnya tingkat kedewasaan berfikir, bersikap dan daya interpretasi
masyarakat itu tingkatannya dan macamnya berbeda-beda.

Orang yang protes tidak dijamin dasarnya benar sebagimana orang setuju
tidak berarti sudah dijamin dasarnya benar. Dalam hal ini permintaan maaf
Tempo kepada yang memprotesnya (terlepas apa pihak yang protes itu benar
atau salah) bisa diibaratkan sebagai bentuk rasa tahu maklumi dan peduli
memahami perasaan orang lain  karena Tempo secara tidak disengaja membuat
suasana keagamaan banyak orang terganggu.

Hak jawab atau hak muat bantahan itu sebenarnya relevansinya dengan status
benar-salahnya persoalan yang diperdebatkan. Itu sayangnya hanya dianggap
penting oleh mereka yang memang masih fikirannya terbuka akan benar-salahnya
permasalahan, bukan mereka yang sudah meyakini penuh salah menurut keyakinan
atau fikirannya. Karena Tempo harus mengatasi berbagai fikiran pengeritik
dalam waktu yang bersamaan dan dengan pertimbangan supaya keberlangsungan
terbitan berikut tidak terganggu, maka tentu yang terbaik adalah meminta
maaf sambil mempersilahkan orang membuat hak bantahan.

Terakhir yang harus saya tekankan sekali lagi disini adalah bahwa jangan
sampai isu Tempo ini dibiarkan terus berlarutan karena justeru akan
melemahkan konsentrasi kita dalam upaya penanganan hukum kasus Suharto itu
sendiri. Jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan kasus cover Tempo untuk
memindahkan perhatian umum kepada kasus hukum Suharto.
SH


On 2/6/08, Goenawan Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


>
> KULITMUKA TEMPO
>
> Tentu tidak ada maksud majalah TEMPO untuk melukai hati orang
> Kristen, tetapi tidak berarti tidak ada yang salah dalam gambar itu.
> Menurut hemat saya, menggunakan tema "Perjamuan Terakhir" dalam
> karya Leonardo da Vinci jadi dasar tema kepergian Suharto
> sama sekali tidak tepat. Tema dan suasana "Perjamuan Terakhir"
> dalam lukisan itu adalah kesedihan, keprihatinan
> dan kerelaan di antara mereka yang tak punya apa-apa. Sedang justru
> itu yang tak ada
> di hari terakhir Suharto. Suharto tidak mati disalib. Juga saya
> ragu apakah kematiannya akan melahirkan keyakinan baru. Dan yang
> jelas, yang dibagi-bagikannya
> (dan dinikmati anak-anaknya) bukanlah potongan roti dan beberapa
> reguk anggur, melainkan kekayaan yang berlimpah-limpah, yang
> didapat karena kekuasaan politik.
>
> Saya senang bahwa ada protes tapi tak ada kekerasan. Saya senang
> bahwa dengan tulus pimpinan TEMPO minta maaf, dan Sekjen KWI
> memberikan maafnya.
> Itu tanda kita masih bersedia menjaga peradaban.
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: (TIDAK) Protes terhadap cover Tempo tentang Soeharto

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Terima kasih banyak atas bantuan klarifikasinya, Bung Berthy. Tepat sekali apa 
yang Anda katakan.
   
  manneke

Barnabas Rahawarin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Dear All,

Memang benar kata teman saya Frans Abi, TIDAK SEMUA
ORANG NASRANI tersinggung dengan "COVER TEMPO tentang
SOEHARTO". Mas Manneke mengajak menemukan "reason"
ketersinggungan. KEsIMpULAN: SAYA (TERMASUK YANG)
TIDAK PUNYA ALASAN UNTUK TERSINGGUNG. Ikut kata Gus
Dur: "Sebegitu saja kok repot!!!" Maaf, jangan
tersinggung lagi, kalau saya tidak ikutan tersinggung.

salam sejahtera,

berthy b rahawarin 


[Forum Pembaca KOMPAS] RE: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Ya inilah salah satu bentuk kreatifitas itu. Bikin parodi atas sesuatu yang 
sudah ada itu kreatif kok, dan bukan monopolinya majalah luar negeri. BUkankah 
kata orang, there's nothing new under the sun?
   
  manneke

Eric Soesilo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Ya tim kreatif tempo harusnya lebih kreatif dalam membuat design cover 
majalahnya. Kok rasanya jadi niru2 majalah di luar negeri saja, ya doyan 
membuat sindiran2 dengan gambar2 yang sudah ada sebelumnya. 

Best Regards,

Eric Soesilo
[EMAIL PROTECTED]
0815-13-899-899

Sent from my E61i
With Indosat Blackberry


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Ilustrasi Soeharto dan �The Last Supper�: Perlukah Tempo Minta Maaf?

2008-02-08 Terurut Topik elga sarapung
Ya, Michael - saya setuju dengan anda dan pemikiran
seperti ini yang muncul dalam millis. Saya membaca
gambar sampul itu sederhana saja : Memang kalau
dimaknai sama persis seperti apa yang menjadi simbol
Yesus dan murid-muridNya, ya-nggak sama dan konyol.
Tapi menurut saya untuk konteks kita di Indonesia,
gambar itu cocok. Artinya perjamuan akhir Yesus dan
murid-muridnya dimaknai secara kontras dalam konteks
kita sekarang. "Perjamuan" bersama bukan karena dan
untuk kemiskinan, lapindo, ketidakadilan, HAM tapi
untuk bagi-bagi harta, kekayaan, bagi-bagi porsi
politik, kekuasaan. Waktu saya lihat gambar itu, pikir
saya (dan kami sempat bicarakan di kantor)kalau
Yesus lihat, paling Dia tersipu-sipu saja dan
bilangehsebenarnya orangnya masih banyak,lho!

salam,
elga


--- Michael Putrawenas <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Ilustrasi Soeharto dan “The Last Supper”:
> Perlukah Tempo Minta Maaf?
> 
> 
> Sungguh santun dan besar hati seorang Toriq Hadad,
> pemimpin redaksi  
> Majalah Tempo ketika meminta maaf kepada umat
> Kristiani sehubungan  
> dengan penerbitan gambar sampul edisi no.
> 50/XXXVI/04 tanggal 10  
> Februari 2008. Pada sampul edisi yang memuat laporan
> khusus wafatnya  
> Soeharto tersebut diilustrasikan sang mantan
> Presiden duduk bersama  
> keluarganya mirip dengan lukisan “Il Cenacolo” atau
> “L'Ultima Cena”  
> alias  “The Last Supper” karya maestro Leonardo da
> Vinci.
> 
> Spontan datanglah sejumlah keberatan terutama dari
> umat Kristen  
> terhadap ilustrasi tersebut. Mereka merasa terusik
> atau bahkan  
> tersinggung ketika sesuatu yang dianggap sebagai
> simbol penting  
> keagamaannya di”pelintir” untuk merepresentasikan
> kekerabatan  
> keluarga paling berkuasa dan kontroversial di tanah
> air. Apalagi  
> ketika keluarga tersebut disinyalir melakukan
> korupsi besar-besaran  
> dan sang kepala keluarga dituduh melakukan
> pelanggaran HAM berat –  
> kualitas-kualitas yang bertolak belakang dengan
> kelakuan Yesus dan  
> para rasul serta ajaran Kristiani (dan agama manapun
> juga).
> 
> Sebenarnya di balik ini semua, kalau kita mau
> merenung sejenak, kita  
> perlu berbangga bahwa proses penyampaian pendapat di
> negeri ini sudah  
> jauh lebih baik. Bahwa kreativitas seorang perancang
> sampul bias  
> dimuat tanpa harus khawatir pencabutan izin
> penerbitan dan  
> pemberitaan tentang Soeharto bisa terbuka adalah
> langkah maju yang  
> pesat dibanding sepuluh tahun lalu. Terlebih lagi,
> bahwa masyarakat  
> dari berbagai golongan sudah bisa menyampaikan
> keberatan terhadap  
> sebuah publikasi dengan bebas juga adalah indikator
> yang membesarkan  
> hati – meskipun jelas masih banyak pekerjaan rumah
> untuk sungguh- 
> sungguh menjamin kebebasan semua golongan.
> 
> Tersinggung atau tidak adalah hak individu. Siapapun
> dengan  
> kepercayaannya, pengetahuannya, pengalamannya, dan
> alam pikirannya  
> masing-masing berhak memilih untuk tersinggung atau
> tidak terhadap  
> suatu peristiwa.
> 
> Jadi wajar saja jika organisasi seperti Perhimpunan
> Mahasiswa Katolik  
> Indonesia melayangkan keberatan, terutama dengan
> label “Katolik” yang  
> disandangnya. Syukurlah label intelektual
> “Mahasiswa” dibuktikan juga  
> dengan menyatakan keberatan melalui dialog dan bukan
> demonstrasi  
> anarkis sambil merusak gedung redaksi. Semoga label
> “Indonesia” yang  
> juga mereka usung tetap diperhatikan dengan
> memberikan fokus  
> pergerakan pada pembangunan Indonesia yang lebih
> luas dan nyata.
> 
> Apapun interpretasi orang terhadap sampul majalah
> Tempo itu, kita  
> bisa cukup yakin bahwa tidak ada intensi buruk
> dibalik kreativitas  
> desain tersebut apalagi maksud untuk menghina
> kepercayaan umat  
> Kristiani. Kita perlu memilah mana hal-hal substansi
> kepercayaan  
> serta iman dan mana hal-hal dekoratif simbolis dalam
> sebuah  
> kebudayaan agama.
> 
> Tempo tidak menyinggung upacara Perjamuan Terakhir
> Yesus. Tempo juga  
> tidak memanipulasi kisah di Injil Yohanes (13:21)
> yang diduga menjadi  
> inspirasi Leonardo dalam melukis “Il Cenacolo”.
> Redaksi majalah itu  
> juga tidak menyentuh apalagi mempersoalkan makna
> spiritual-religius  
> pemecahan roti dan pembasuhan kaki yang diimani
> terjadi pada  
> Perjamuan Terakhir.
> 
> Si perancang sampul hanya membuat parodi terhadap
> sebuah lukisan –  
> sebagaimana sering kita lihat lukisan Da Vinci yang
> lain, Monalisa,  
> sering diganti-ganti wajahnya dengan konyol.
> Pose-pose patung  
> Michelangelo seperti  “David” juga sering dijadikan
> bahan parodi.  
> Banyak hal-hal lain sekitar kita yang ditampilkan
> secara parodi untuk  
> menyampaikan sebuah pesan dan bukan untuk menghina.
> 
> Banyak pesan menarik yang justru bisa kita tarik
> dari ilustrasi Tempo  
> itu. Analogi yang digunakan bahkan sangat cocok
> untuk ukuran  
> tertentu. Misalnya, Perjamuan Terakhir alkisah
> adalah pertemuan fisik  
> terakhir antara Yesus dengan para rasul menjelang
> waftnya Sang  

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik Subhan Toba
Bang sohib lupa apa kemaren2 protes soal Empat Mata itu, disitu ente
mewakili siapa? Itu aja jelas2 ente sendiri yang keganggu, trus langsung
berkoar2 protes, nah ini umat agama (pasti lebih dari satu kan, bahasanya
aja umat) tersinggung, jelas lebih berhak protes dong.



2008/2/6 sohibmachmud <[EMAIL PROTECTED]>:

> Seyogyanya tempo memulai tradisi tidak harus meminta maaf setiap ada
> yg tidak setuju dgn pemuatan berita atau foto.
> mereka bisa protes dengan melayangkan surat keberatan yg nantinya
> dimuat sebagai hak jawab atau hak protes.
> tempo harus memulai tradisi utk tidak  melegalisir ormas yg mengaku
> mewakili agama, etnis atau ras.
> agama sebagai kepercayaan tidak dapat diwakilkan ke individu atau
> organisasi.
> demikian pula ras atau etnis tidak bisa diwakilkan ke segelintir
> orang kecuali dia membawa surat kuasa jutaan pemeluk agama atau ras
> atau etnik tsb.
> orang yg protes  hanya orang yg ingin mencari popularitas dgn
> memanfaatkan event yg menarik perhatian pers.
> seperti orang yg bezoek atau mendoakan suharto ketika di rumah
> sakit.  istilah tukul orang seperti ini adalah orang katro yg mau
> masuk tv.
> memaksa minta maaf bukanlah suatu indikasi kemajuan peradaban tetapi
> suatu kemunduran.
>
>
> sohib


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo

2008-02-08 Terurut Topik St. Herwinoto
Nah, pak Haniwar, inti alias pokok persoalan sebenarnya ada di kata2
yg bapak tulis yakni:

1. Bukan masalah agamanya, tapi cara pemahamannya.
Cara disini berarti adalah ulah manusianya kan pak? Setuju pak!

2. Pemahaman cetek pada agama, akan membuat kurangnya toleransi.
Saya rasa pada poin ini, bisa berlaku utk kasus apapun, bukan cuma
agama ya pak.

Salam,
Totot

  - Original Message - 
  From: Haniwar Syarif 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, February 08, 2008 11:40 AM
  Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo



  Saya sih muslim.. tapi boleh dong cerita dikit apa yg saya pikir atau 
  rasakan ketika membaca soal cover Tempo ini...

  Saya ingat dulu banyak pembakaran gereja... saya sedih sekali kenapa 
  ada yg ngaku ummat muslim berbuat begitu.. jadi minder sbg muslim..

  Saya jd merasa lucu ketika mereka marah marah ,, waktu ada mesjid 
  dibakar di Kupang... , lha sendirinyapernah bakar gereja.

  Saat itu saya nyeletuk di komunitas saya, komunitas 
  muslim, mestinya kita agak lega.., ternyata kita nggak jelek 
  sendirian... , mereka sama juga..

  . Kita bukan orang terburuk,, masih ada yg sama buruknya kok,,

  banyak juga teman yg senyumdan saya P D lg jadi muslim.. ini 
  pasti nothing wrong dgn agamaku..

  Kini perasan"lega" itu muncul lagi...

  eh nggak muslim aja yg marah krn ada karikatur nabi... ..aku senyum lagi..

  ini bukan masalah agamanya kok.. cuma masalah pemahaman sebagian 
  ummat .. nya smile .. lagi..

  bahwa lebih banyak muslim yang begitu... mungkin juga karena 
  pendidikan rata rata muslim masih lebih rendah..dismaping di 
  Indonesia memang lebih banyak yg ngakumuslim.

  jadi mungkin ini soal pendidikan kok..dan soalmateri dan cara dakwah

  Sama seperti saya nggak percaya penyerangan pd Ahmadiyah terutama 
  krn unsur fatwa MUI... lha yg nggak pakai fatwa juga bisa ancur 
  ancuran lihat aja TNI AD yg ngancurin rumah Polri., atau ribut antar 
  kampung...

  , saya juga percaya kalau misalnya ada sekte Kristen yg menggoyahkan 
  iman pokok, spt misalnya Yesus nggak wafat disalib ( ini percayaan 
  muslim lho), tentu ummat mainstream nya akan menyatakan dia bukan 
  Kristen dan bisa jadi marah juga. Seperti marahnya ummat Islam 
  karena ada orang ngaku Islam tapi bilang ada nabi lain setelah Muhammad..

  Seorang teman muslim saya bilang.. " makin dalam pemahaman Islammu , 
  maka kamu akan menjadi orang yg semakin toleran "

  jadi ... pemahaman cetek di agama apapun bisa .. bikin dirinya 
  kurang bertoleransi

  salam

  Haniwar


  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo

2008-02-08 Terurut Topik Christiono Hendrawan
Wah Pak zain masih belum menangkap tulisan mas totot ternyata,

Gambar Da vinci "last supper" itu bukan simbol agama pak! dan
juga tidak disucikan oleh umat Katolik.

2008/2/8 rzain <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Terima kasih mas Totot, tetapi seorang teman yang lain meskipun dia
> Islam mengatakan bahwa logika dan kepercayaan tidak bisa
> dipertemukan.
> Mungkin ketika gambar itu dibuat dan Da Vinci masih hidup kita dapat
> mendebat Paus pun bahwa dia cuma gambar biasa, tetapi setelah turun
> temurun disucikan oleh umat Katolik maka dia menjadi simbol agama
> yang tidak boleh sembarang digunakan meskipun secara logika tetap
> saja gambar biasa.
> Saya memahami pendapat ini dan dan memahami kemarahan teman-teman
> Katolik yang merasa tidak enak gambar itu ditiru oleh Tempo, teman2
> tersebut juga tidak bereaksi berlebihan.
>
> rzain
>
> --- In 
> Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com,
> "St. Herwinoto"
>
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Pak Zain, saya sebagai katolik juga tidak mengagungkan gambar
> > bang Leo (Leonardo Da Vinci marah gak ya saya panggil abang?)
> >
> > Mungkin, tapi ini sekali lagi mungkin, gambar The Last Supper itu
> > menjadi acuan simbolik bagi perjamuan terakhir Yesus bersama para
> > rasulnya, dan dimunculkan di banyak buku2 pengantar doa, bahkan
> > ada juga yg memasangnya di altar gereja sbg bentuk penghormatan.
> >
> > Tapi ini cuma pendapat pribadi saya yg tentunya belum tentu benar
> pak.
> >
> > Salam,
> > Totot
> >
> >
> > - Original Message -
> > From: manneke budiman
> > To: 
> > Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
> > Sent: Thursday, February 07, 2008 4:47 AM
> > Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo
> >
> >
> > rzain <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Kabarnya Ummat Katolik mengagungkan gambar Da Vinci yang
> > menggambarkan Nabi Yesus sedang bersantap, saya tidak faham
> dimana
> > letak keagungan gambar imaginasi ini shingga haram digunakan
> orang
> > lain meskipun dengan maksud baik.
> >
> > Saya tidak melihat suatu yang jelek pada gambar Soeharto dengan
> > keluarganya yang juga sedang bersantap meskipun meniru gambar Da
> > Vinci tersebut.
> >
> > Sangat bijak bila ada yang bisa menjelaskan terutama kawan
> penganut
> > Katolik.
> >
> > rzain
> >
> >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
>  
>



-- 
---
regards,

Christiono Hendrawan
HP : 08128307722
www.birumerah.com


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik Budyanto Dj.
Saya Katolik dan merasa malu membaca judul berita "Umat Katolik Tunggu Janji 
Majalah Tempo". 

Kalo bisa diralat saja deh judulnya:
"Hermawi Taslim Tunggu Janji Majalah Tempo"

atau paling maksimal:
"PMKRI Tunggu Janji Majalah Tempo"

Jangan bilang Umat Katolik dong, bikin malu aja... :-(

salam,
budyanto


On 8 Feb 2008 at 1:09, Agus Hamonangan wrote:

> http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.07.22530541&channel=1&mn=1&idx
> =1
> 
> JAKARTA, KAMIS - Sejak digugat sejumlah perwakilan umat Katolik yang
> datang langsung untuk berdialog, Majalah Tempo menunjukkan itikad baik
> mereka untuk meminta maaf. Tempo mengatakan bahwa pemuatan cover
> Soeharto beserta anak-anaknya yang mirip dengan lukisan Yesus dan
> murid-muridnya jelang penyaliban, karya Leonardo da Vinci, tidak
> berniat untuk mencederai hubungan dengan masyarakat, khususnya dengan
> orang Katolik.
> 
> "Mereka (Majalah Tempo) sudah menepati janji dengan meminta maaf dan
> menyatakan bahwa itu kealpaan. Baik itu di Kompas.com, dan di Koran
> Tempo edisi harian. Mereka juga sudah mengganti cover Majalah Tempo
> edisi Inggris. Kami juga sudah memaafkan. Tapi kami masih menunggu
> hingga Senin pekan depan," kata Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi
> PMKRI, Kamis (7/2).
> 
> Hermawi mengatakan, pihaknya masih menunggu satu lagi janji Majalah
> Tempo. Yakni, permintaan maaf pada edisi Majalah berikutnya yang akan
> edar Senin (11/2) depan. Sambil menunggu terbitnya Majalah Tempo edisi
> terbaru, Hermawi mengatakan, Sabtu (9/2), pimpinan organisasi yang
> datang ke Tempo Selasa (5/2) lalu akan bertemu. Mereka akan membahas
> rencana antisipasi dengan membuat beberapa skenario menyambut apakah
> Tempo memenuhi komitmennya atau tidak.
> 
> "Kalau Tempo memenuhi komitmennya, tentu kami akan berkililing daerah
> untuk menjelaskan  bahwa masalah ini sudah selesai, kita harus
> memaafkan. Dan mereka punya komitmen untuk tidak terulang lagi," ujar
> Hermawi.
> 
> Tapi, lanjut Harmawi, jika tidak atau kalau permintaan maaf Majalah
> Tempo tidak dilakukan dengan bahasa yang terbuka, bahasa yang sulit
> dimengerti, pihaknya akan melakukan langkah-langkah lebih lanjut.
> 
> Hermawi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dewan pers dan
> komisi penyiaran, juga sudah menyiapkan tim hukum. "Kami akan tempuh
> proses hukum. Tapi kan saya tidak mau mendahului, itu hanya
> pengandaian. Sekali lagi kami masih menunggu permintaan maaf Tempo di
> Majalah Tempo edisi Senin depan," lanjut pria yang juga Wasekjen PKB ini.
> 
> Tak hanya itu, setelah berdialog dengan Pimpinan Redaksi Majalah Tempo
> Thoriq Hadad di kantor Tempo, pihaknya juga langsung mengecek komitmen
> Majalah Tempo. Seperti diketahui, dalam pertemuan itu, Hermawi dan
> sejumlah kalangan umat Katolik mengajukan tiga tuntutan, salah satunya
> meminta pimpinan Majalah Tempo menarik kembali Majalah Tempo edisi
> 4-10 Februari 2008 yang memuat gambar Soeharto dan anak-anaknya.
> 
> Untuk mengecek itu, Hermawi menyebar 40 orang anggotanya ke beberapa
> daerah di Jakarta. Tujuannya, mengamati kios-kios koran atau toko buku
> yang biasanya menjual Majalah Tempo. Ia mengatakan, Tempo edisi itu
> sudah tidak ada lagi di pasaran.
> 
> "Faktanya di Jakarta sudah tidak ada. Saya tidak tahu apakah habis
> dibeli orang apakah sudah ditarik. Yang jelas, kami hanya menemukan di
> dua kios di Cililitan. Saya belum memastikan tetapi yang penting bagi
> kami sudah tidak ada lagi di pasaran. Kita kan nggak bermaksud
> sweeping, ini hanya masalah moral" kata Hermawi lagi.
> 
> Hermawi mengaku sampai harus mengutus istrinya untuk mengecek apakah
> memang Tempo memang sudah menarik kembali edisi Majalah Tempo
> bermasalah tersebut. "Tadi istri saya berpura-pura ke kios-kios di
> Serpong, katanya sudah tidak ada. Tapi, yang punya kios juga tidak
> mampu menjelaskan apakah ditarik atau dibeli orang. Dan saya tidak
> punya kompetensi untuk menanyakan ke Tempo, kita tidak sampai ke
> situ," jelas Hermawi. (Persda Network/Hadi Santoso)
> 
> 





Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Protes terhadap cover Tempo tentang Soeharto

2008-02-08 Terurut Topik barinawoehrmann
Tempo (sekali lagi) telah berhasil memilih tema yang bisa dicerna
setiap orang, mengundang polemik, provokatif dan dengan humor pula.
Timingnya pun tepat dipilih setelah wafatnya Suharto pelanggar HAM
terbesar di Indonesia.
Justru tema pilihan tersebut bersifat edukatif juga bagi setiap
golongan agama di Indonesia untuk bersikap bijaksana dan toleran
satu sama lainnya. Kalau ada perbedaan itu wajar, yang penting
adanya kesiapan untuk saling berdiskusi antar umat beragama (dan
juga dari aliran politik yang berbeda) tapi hindari kekerasan dan
pengrusakan. Ini sikap yang mendidik untuk masyarakat Indonesia.

Salam,

Barina.

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Eric Soesilo"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ya menurut saya sih sah2 saja sih. Hanya menghindari gesekan di
negara yang terdiri dari banyak elemen masyarakat dan belum
teredukasi dengan merata, saya rasa lebih bijak. Media punya
kebebasan dalam berkreasi tapi hendaknya bukan kebebasan yang
kebablasan kecuali kalau kita mau meniru persis seperti negara paman
sam / eropa.
> Cobalah melihat dari sudut pandang netral dalam menilai hal2 yang
sensitif seperti ini.
>
> Best Regards,
>
> Eric Soesilo
> [EMAIL PROTECTED]
> 0815-13-899-899
>
> Sent from my E61i
> With Indosat Blackberry


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo

2008-02-08 Terurut Topik Budyanto Dj.
Maaf Pak Zain, saya Katolik dan sepanjang pengetahuan saya gambar tersebut tidak
pernah disucikan
oleh umat Katolik, apalagi sampai turun temurun :-)

salam,
budyanto

On 8 Feb 2008 at 2:58, rzain wrote:
> Mungkin ketika gambar itu dibuat dan Da Vinci masih hidup kita dapat 
> mendebat Paus pun bahwa dia cuma gambar biasa, tetapi setelah turun 
> temurun disucikan oleh umat Katolik maka dia menjadi simbol agama 
> yang tidak boleh sembarang digunakan meskipun secara logika tetap 
> saja gambar biasa.



[Forum Pembaca KOMPAS] F-PKS DPR Ucapkan Selamat Imlek

2008-02-08 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, JUMAT-Perayaan imlek harus dijadikan momentum bagi komunitas
generasi muda etnis keturunan cina untuk mengokohkan kesadaran
integrasi nasional bersama elemen-elemen generasi muda Indonesia lainnya.

"Kemajuan bangsa Indonesia ke depan mesti bertumpu pada spirit kohesi
nasional generasi muda dari beragam unsur dengan satu cita-cita, yaitu
pengabdian total pada kemajuan rakyat dan bangsa," ujar Ketua Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera di DPR Mahfudz Siddiq di Jakarta, Jumat (8/2).

Saat ini, menurut Mahfudz, ada gejala alienasi sosial-kultural di
antara unsur-unsur generasi muda. Gejala itu terutama terjadi antara
etnis Melayu dan etnis Cina. Jika kondisi ini dibiarkan, dan tidak
didekatkan maka, berpotensi menjadi pemicu kecemburuan dan
pertentangan sosial. "Selamat merayakan Imlek, semoga kesatuan bangsa
ini tetap terjaga," ujarnya. (MAM)

http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.08.11045866&channel=1&mn=1&idx=1



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Wiskey, Was Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik Subhan Toba
Wiskey tuh maksudnya apa mas Sawung ? Mohon pencerahan.

2008/2/8 sawung <[EMAIL PROTECTED]>:

> Syafri kan waktu itu termasuk jendral yang bersebrangan dengan
> cendana. Dari info orang lapangan yang terlibat konflik tentara waktu
> itu yang berpihak di kubu Wiskey marinir dan paskhas. TNI AL bahkan
> sampai mengerahkan pesawat angkutan mereka sendiri untuk menggeser
> pasukan Marinir dari surabaya untuk membackup pasukan di Jakarta.
> Wiskey ini kalo tak ada marinir habis. Di kubu seberang didukung oleh
> kostrad, kopassus dan kodam. Kalo dikonfirm ke panglima yang terlibat
> pasti dibantah.
>
> regards


[Forum Pembaca KOMPAS] Dosen Indonesia Tidak Meneliti - Andaikata Cover Heboh Tempo diteliti...

2008-02-08 Terurut Topik kresna dutha
He... 
  kasus penelitian pemberitaan Tempo masih ramai...
   
  Siapakah di antara kita yang lulus sarjananya (S1 atau S2) dengan kekuatan 
sendiri ? berapa persen kelulusan S1/S2 mendapat katrolan nilai atau didapat 
juga dari hasil contekan ? Saya kira ini perlu untuk dilihat sebelum kita 
menggunakan asumsi-asumsi dan praduga tentang banyak hal untuk menjudge 
"kondisi dan situasi" yang tidak kita ketahui pasti Adakah pelacuran 
intelektual di situ?
   
  Ketidaksamaan pendapat atau sikap jangan selalu diartikan orang lain salah... 
 dan ketika orang lain berbeda pendapat harusnya kita mulai memahami bahwa kita 
mulai belajar sesuatu... dari orang lain Moh. Sobari di Kompas 13 Januari 
(kalau tidak salah) menulis panjang lebar tentang Penelitian dan Pokrol 
Bambu.
   
  Kasus penelitian UI dan UGM terkait dengan Tempo sebenarnya bisa dilihat 
lebih panjang dengan kasus Tempo saat ini yang baru saja ramai dibicarakan 
orang... Cover heboh Majalah Tempo tersebut (Perjamuan Terakhir) sebenarnya, 
menurut saya pribadi, tidak hanya menyinggung orang Kristen (sekalipun orang 
Kristen tidak mau menuntut) --- tetapi juga menyinggung keluarga Soeharto, 
menyinggung kroninya Soeharto dan bukan tidak mungkin musuh2 Tempo yang 
pernah disakiti hatinya akan bangkit dari kubur dan menggunakan momen ini untuk 
menghantam Tempo dan kroni2nya juga yang selama ini mencoba membuat statement 
di  banyak tempat yang menyatakan penelitian itu seperti pelacuran intelektual 
atau ilmuwan yang mau dibeli
   
  Nah karena dipicu kasus Cover Tempo yang heboh itu sebagai 
momen..tiba-tiba ada pihak ketiga yang meminta lembaga penelitian dari 
perguruan tinggi atau institusi independen lain (selain UI/UGM), untuk 
menganalisa apakah cover Tempo bulan Februari tendensius atau tidak, menghina 
umat Kristiani atau tidak, melukai keluarga Soeharto atau tidak  Apa yang 
akan dikatakan Anda ?
   
  Apakah lembaga peneliti itu kemudian akan dicap sebagai pelacur ilmu 
pengetahuan, pelacur intellektua atau juga menjual nama lembaga yang 
digunakan ? Lha kalau tiba-tiba lembaga yang sama UI dan UGM dimintai untuk 
meneliti kasus ini, apa yang akan dikomentari dari situasi ini ? He 
   
  Sepertinya kita harus mulai belajar untuk melihat kasus demi kasus lebih 
jelas, tentu dengan kacamata yang lebih baik  dan atau dengan mata yang sehat 
pula 
   
  Wassallam
  Kresna Dutha
   
   
   
   
   
   
   
  

Ridwan Nyak Baik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Memang, saat gonjang ganjing perpolemikan kasus riset tsb, PR UI telah
mengklarifikasi bahwa lembaga riset yang ngaku afiliasi dengan UI itu
salah (alias tidak ada hubungan strukural dengan UI). Namun publik belum
terinfokan lebih lanjut tindakan apa yang diambil oleh pimpinan UI
terhadap lembaga yang telah menjual nama dan reputasi UI untuk
kepentingan pribadi (dan bermasalah, lagi). Seyogianya, PR UI
menginfokan kepada publik, bahwa lembaga tersebut tidak ada hubungan
apapun dengan UI. Atas kelancangan menjual nama UI kami telah melakukan
peringatan dengan surat, atau pengaduan ke polisi, atau
tuntutan.dst. Kalau tidak, masih akan menyisakan fitnah baru bahwa
bantahan UI itu hanya sekedar untuk menetralisir isu, agar adem.
Sehingga ulah peneliti yang menggunakan atribut UI itu tidak
menyerat-nyeret keagungan citra dan reputasi UI.wallahu'alam
bissawab.
Tabik;
RNB



RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Megawati: Pemerintah Harus Dengarkan Suara Rakyat

2008-02-08 Terurut Topik Godlip Pasaribu
Koreksi Pak Haniwar:
Saya tidak pernah benci Mega dan tidak pernah menghina
Mega.  Dulu saya juga pendukung Mega, hanya saja
setelah dia berkuasa banyak hal yang mengecewakan
sehingga saya tidak memilihnya lagi. Saya dukung SBY
bukan tanpa reserve, ada syaratnya, yaitu selama dia
tidak ikut2an korupsi dan masih tulus untuk memajukan
negara ini.  Soal berhasil atau tidak itu masalah lain
karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. 
Salam.
 
--- Haniwar Syarif <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> ah bisa aja pakGodlip..
> 
> bukannya "hitam kata SBY hitam kata pak
> Godlip.".smile
> 
> 
> santai aja lho..
> 
> Hidup SBY !!  hidup Mega  !! , semoga para pendukung
> SBY yg benci 
> Mega..sadar..smile..lagi   Mega itu sayang dan tahu
> SBY hebat ..SBY 
> buktinya ditunjuk jd Menko
> 
> 
> kita, baik dijaman Mega maupun di Jaman SBY ..
> memang ada maju .. tapi 
> majunya keliwat sedikit...
> 
> we deserve more..
> 
> kalau kita sadar ini.. pintaku .. yang ngejagoin SBY
> dulu sambil menghina 
> Mega .. sadar dong..
> 
> Thn 2009 ?? pilih aja yg terbaik...
> 
> 
> 
> Salam
> 
> Haniwar


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Sabtu, SBY Canangkan Gerakan Membaca Koran

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Sebetulnya kalo niat pemerintah tulus dan serius, bahkan tak usah bagi-bagi 
koran gratis. Hapuskan saja atau turunkan pajak kertas yang selama ini bikin 
harga buku dan koran jadi mahal. Ini saja sudah dari dulu dituntut, tak juga 
kunjung dipenuhi. Sudahlah, kita jangan terlalu percaya sama cara-acara negara 
model "pencanangan" kaya gini. Kebanyakan simbolik doang, tak ada wujud 
konkritnya: pencanangan kesetiakawanan nasional, pencanangan disiplin nasional, 
pencanangan pengetatan ikat pinggang, wualah
   
  manneke

Yuliati Soebeno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Tabrani,

Saya setuju dengan bapak, jika pemerintah menyediakan koran-koran secara 
cuma-cuma, maka masyarakat akan lebih bergairah membaca berita yang tercantum 
dalam koran-koran tersebut.

Misalnya di Inggris, koran untuk berita-berita lokal itu gratis, dan dikirimkan 
kerumah-rumah penduduk yang membayar pajak di "local council" daerah tersebut.

Jadi kalau di Jakarta ya bisa dibuat koran lokal: Jakarta Pusat; Jakarta 
Selatan; Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Dan memberitahukan akan hal-hal yang 
sedang dikerjakan oleh para Walikota didaerah tersebut, ataupun pengumuman 
tentang kegiatan yang akan dikerjakan bagi masyarakat setempat. Jadi bisa 
dijadikan seperti kampanya lokal, gitu loch. Jangan janji-janji saja, tetapi 
buktikan kepada masyarakat apa yang sedang dilakukan oleh pemerintahan 
setempat. Denag begitu para Walikotapun akan saling bergairah dengan 
kebijakan-kebijakan yang akan dikerjakan, dan bisa saling berlomba antara 
Walikota-walikota itu sendiri.
Lalu bisa diberikan secara gratis bagi penduduk sekitar dimana mereka masuk 
area tersbeut. 
Maka para Walikota ini harus aktif dalam memberikan pelajaran kepada masyarakat 
ditempat dia bertugas. Gubernur harus mengecek apakah aktivitas dari para 
Walikota tersebut sudah dijalankan dengan benar.
Jangan hanya Presiden saja yang aktif dalam urusan baca membaca, saya rasa.

Tapi juga harus diajarkan kepada masyarakat luas untuk berbuat "recycle" bagi 
koran-koran yang sudah tidak dibaca lagi. Jadi kertas-kertas koran bekas bisa 
didaur ulang.
Maka para Walikota juga harus menyediakan tempat sampah yang besar khusus untuk 
koran-koran bekas saja, ditempat-tempat tertentu diwilayah kekuasaan-nya.

Saya rasa dengan kebijakan-kebiajakan diatas dijalankan, maka akan membuat dua 
kebijakan sekaligus, yaitu gemar membaca dan juga gemar menjaga kebersihan 
lingkungan. Dan para Walikotapun akan lebih "bersinar" karena kemajuan seperti 
apa yang dikerjakan bagi masyarakat sekitar, bisa dilihat oleh masyarakat itu 
sendiri.

Salam,
Yuli



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD Dipecat

2008-02-08 Terurut Topik luvely miaw
kok pake terima kasih sama kepala sekolah segala sih??..penting ya??
ada-ada aja akalnya pihak sekolah cari uang tambahan di luar gaji...



2008/2/8 Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>:

>
> http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.08.02471044&channel=2&mn=4&idx=4
>
> Pekanbaru, Kompas - Kakak beradik Tiara Azhara (9) dan Haikal Zelfi
> Padilla (7), pelajar kelas IV dan kelas II SDN 003 Marpoyan,
> Pekanbaru, sejak Selasa (5/2) tidak lagi bersekolah karena orangtuanya
> tidak mampu melunasi "uang terima kasih" untuk kepala sekolah sebesar
> Rp 750.000.
>
> "Saya sudah minta kelonggaran, tetapi kepala sekolah tetap minta saya
> menandatangani surat pengunduran diri," ujar Hildawati (34), ibu Tiara
> dan Haikal, yang ditemui di rumahnya, Kamis kemarin.
>
> Hildawati mengisahkan, suaminya, Panut (36), terkena pemutusan
> hubungan kerja dari sebuah perusahaan farmasi di Pekanbaru tahun 2006.
> Sejak saat itu penghasilan keluarganya tidak menentu. Sempat pindah ke
> Tanjungpinang, Kepulauan Riau, lalu ke Medan, akhirnya Agustus 2007
> Hilda kembali ke tanah kelahirannya di Pekanbaru.
>
> Ketika memasukkan anaknya ke SDN 003 Marpoyan, Hilda dimintai uang Rp
> 1.000.000 yang disebut-sebut untuk pembangunan WC sekolah. Namun,
> karena tidak memiliki uang, Hilda hanya memberi Rp 250.000 dengan
> janji akan melunasinya segera.
>
> Karena ekonomi keluarganya tak kunjung membaik, "utang" ke sekolah
> hingga enam bulan belum juga terbayar. Pada akhir Januari 2008, Kepala
> Sekolah SDN 003 kerap mendatangi kelas Tiara untuk menyampaikan pesan
> agar ibunya melunasi utang kepada sekolah.
>
> "Bapak kepala sekolah bilang, kalau ibu saya tak mampu membayar utang,
> cari saja sekolah lain. Empat kali bapak kepala sekolah masuk ke kelas
> saya," ujar Tiara yang kini mengalami trauma untuk bersekolah.
>
> Hilda mengaku sangat kecewa atas tindakan Kepala Sekolah SDN 003.
> "Ketika pindah ke Tanjungpinang dan Medan, tidak ada pungutan sama
> sekali. Justru di tanah kelahiran saya dan anak-anak saya, pungutan
> untuk bisa sekolah sangat mahal," ujarnya.
>
> Kepala Sekolah SDN 003 Marpoyan, Zulkifly, yang dihubungi secara
> terpisah membantah telah memecat Tiara dan Haikal. Menurut dia,
> Hildawatilah yang meminta agar anaknya berhenti dari sekolah itu.
> Zulkifly juga membantah uang Rp 1.000.000 dari Hilda bakal dipakai
> untuk perbaikan WC Sekolah. Uang itu disebutnya sebagai "uang lelah"
> buat guru atau sebagai "uang terima kasih". "Saya tidak memintanya.
> Kalau diberi, tentu kami terima," kata Zulkifly.
>
> Secara terpisah, Eddy Ahmad RM, anggota DPRD Riau, menyatakan prihatin
> atas kasus yang menimpa Tiara dan adiknya, Haikal. Apalagi Riau sedang
> menggalakkan pendidikan. Eddy meminta Dinas Pendidikan Riau dan
> Pekanbaru segera menuntaskan kasus yang dianggapnya memalukan Provinsi
> Riau itu. (SAH)
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Dosen Indonesia Tidak Meneliti, pak maneke

2008-02-08 Terurut Topik thseto
xixixix.

sekali lagi rupanya anda memang punya masalah dengan bahasa indonesia.

aku tulis:
"bukan karena keperluan pribadi semata"

kau artikan:
"sekarang kamu berkelit dengan bilang bahwa kamu tak punya kepentingan
pribadi, tapi cuma peduli pada rendahnya tingkat kesejahteraan
peneliti Indonesia."

anda tidak membaca/mengerti kata "semata" yang saya tuliskan itu?
capek deh..

hoho hoho.. denger2 sampeyan ini orang sastra ya kang? pantes
kata2nya sangat "halus" dan suka memelintir tulisan orang.

salam halus

seto


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Halo peneliti kacang garing,
>
>   He he he, saya emosi ya? Ini hasil risetmu kah? Coba kita simak
baik-baik argumenmu yang tak mutu ini: sekarang kamu berkelit dengan
bilang bahwa kamu tak punya kepentingan pribadi, tapi cuma peduli pada
rendahnya tingkat kesejahteraan peneliti Indonesia. Baru saja di
emailmu sebelumnya, kamu bilang bahwa peneliti kaya kamu ini bisa
punya laptop satu lemari. Kok mikir hal yang sederhana aja udah sangat
kontradiktif begini? Gimana mau menghasilkan riset yang berbobot, Tong?
>
>   Gue suka membesarkan diri sendiri? Buktiin deh, gak usah repot.
Bukankah elo ketika memperkenalkan diri di milis ini dulu yang pamer
kepada semua miliser, menantang mereka mengecek google untuk melihat
betapa besoar namamu di dunia internasional? Baru kenalan aja
udah pamer prestasi, seolah-olah orang lalu mau rame-rame cari namamu
di google gitu? Sekarang, elo buktiin di mana, kapan, dan dengan cara
apa gue pamer. Gampang kan? Oke, dickhead? Kita mau liat nih peneliti
kelas apa sebetulnya elo ini.
>
>   Sistem kum tidak salah. Yang salah adalah panitia penilai yang tak
tekun dan cermat memeriksa karya setiap peneliti yang mau naik
pangkat. Mereka terutama mesti awas terhadap oknum-oknum kaya kamu
ini, yang ngebet banget ngejar kum buat naik pangkat jadi profesor.
>
>   Dan, tau tidak, cara berpikirmu ini sebetulnya sangat arogan
karena kamu berangkat dari asumsi bahwa penelitan di jurnal nasional
PASTI lebih gak mutu daripada yang masuk jurnal internasional? Ini
kalo bukan namanya kesombongan lalu apa? Amal jariah? Kok ada peneliti
yang gak punya utek gini? Jangan sok karena elo pernah menerbitkan
tulisan di jurnal internasional lalu ngerasa diri loe lebih hebat dari
temen-temen loe yang menerbitkan di jurnal nasional. Snobbish!
>
>   Kayanya yang jantungan elo deh. Gua hidup tenang tuh, gak ribut
dan ngomel soal kum segala macam. Gaji elo dan gua itu udah jauh lebih
bagus daripada mayoritas abdi negara lain di negeri ini. Apalagi bisa
punya laptop satu lemari. Masih juga mau ngejar jabatan? Tak tahu malu!
>
>   Sekarang kita liat elo mau berkelit apa lagi. Ayo, keluarin semua
ilmu tipu-tipu penelitian loe yang konon tingkatnya internasional itu!
>
>   manneke


[Forum Pembaca KOMPAS] Setuju Bung Andrinof Re: Ibu Kota RI Dipindah, Mari Dibahas..

2008-02-08 Terurut Topik indah nuritasari
Bung Andrinof dan rekan-rekan,
   
  meskipun saya sedang tidak tinggal di Jakarta saat ini saya mendukung 100 % 
upaya diskusi dan dialog mengenai pemindahan ibu kota. Banyak media massa yang 
sudah mengusung topik ini dan mendukung ide pindah ini. Bahkan Kontan pernah 
menulis ini sebagai laporan utama, kira-kira 12 tahun lalu. Saya pikir ide ini 
perlu diangkat lagi dan very timely, akibat musibah banjir kemaren.
   
  Saya mendukung bung Andrinof sebagai organisator/moderator acara ini, melihat 
kapasitas dan jam terbang Anda selama ini. 
   
  Ayo, teman-teman, kita diskusikan masalah amat penting ini. Semoga saja hasil 
diskusi ini nantinya didengar para pengambil keputusan.
   
  salam hangat,
   
  Indah

Andrinof Chaniago <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Bapak & Ibu yang saya hormati;
Saya selalu senang setiap ada orang yang mengankat
kembali wacana memindahkan Ibu Kota. Sebaliknya, saya
amat prihatin ketika Menteri/Ketua Bappenas membuat
pernyataan agar wacana seperti itu dihentikan.

Sejauh kajian yang terus saya lakukan sedikit demi
sedikit mengenai ini, saya makin cenderung pada
pemikiran bahwa Rencana Pemindahan Ibu Kota ini perlu
dipikirkan. Tapi, mohon maaf, tentu ada kesulitan
menyampaikan uraian argumentasi akademis mengenai
perlunya pemindahan Ibu Kota itu di forum milis
seperti ini.

Pak Wal Suparmo, Bu Barina, Pak Michel, dan lainnya,
memang benar adanya bahwa kita perlu mengukur
biaya-manfaatnya dan bagaimana mempersiapkan sikap
mental bangsa kita sebagai salah satu syarat untuk
mendirikan Ibu Kota yang baru. Tetapi, kalau boleh
berharap, bayangan akan perlunya syarat-syarat
tersebut janganlah membuat kita terburu-buru
mementahkan wacana ini. Marilah kita kaji semua aspek
yang kita perlukan. Juga, untuk tiap aspek yang kita
anggap penting, kita pun perlu menggali
sedalam-dalamnya informasi dan data yang diperlukan. 

Soal mahalnya biaya dan beratnya proses pemindahan,
misalnya, kita juga perlu membandingkan dengan
kerugian-kerugian akibat tidak memungkinkannya
membenahi atau meng-upgrade Jakarta secara
fundamental. Akibat kemacetan saja, misalnya, kita
kehilangan nilai ekonomis sebesar Rp 43 triliun per
tahun. Belum lagi kerugian setiap terjadi banjir.
Lalu, cobalah bayangkan tren ke depan dengan kemampuan
meningkatkan kapasitas infrastruktur dan kelembagaan
kota seperti selama ini. Apa yang akan terjadi di
Jabodetabek dalam 25 tahun akan datang? Jangan-jangan
15 tahun lagi saja kita sudah menuai lagi sebuah
kerusuhan besar. Lalu, karena tidak mau memikirkan
alternatif pemecahan dengan memindahkan Ibu Kota, kita
memberi justifikasi bahwa Jakarta harus dipimpin
secara militeristik dengan penekanan pada pendekatan
keamanan. Apakah itu memberi solusi? ini juga perlu
direnungkan.

Kalau Bapak/Ibu anggota milis ini memang berminat,
paling tidak ingin mendukung, agar pembicaraan tentang
wacana ini agar lebih tuntas, pertama sekali menurut
saya, kita memang perlu memperluas ruang dialog
mengenai ini. Saya sendiri, dengan lembaga Center for
Indonesian Regional and Urban Studies (CIRUS), sangat
bersedia menjadi fasilitator dalam acara copy
daratnya.

Untuk sekedar info bagi yang memerlukan, ada tulisan
saya yang memuat beberapa argumentasi awal tentang
perlunya pemindahan Ibu Kota di
www.andrinof.worldpress.com. Tetapi, sebetulnya, di
sebuah milis lain yang beranggotakan kebanyakan
peneliti dan akademisi, sekitar tiga atau empat tahun
lalu wacana ini juga sudah pernah diangkat cukup
serius dan memunculkan banyak informasi. Di situ
terlihat ternyata tidak sedikit orang yang sudah
memikirkan gagasan pemindahan Ibu Kota ini.

Oleh karena itu, untuk kepentingan puluhan juta warga
negara yang akan terkait dengan kondisi Ibu Kota di
masa depan, marilah kita tuntaskan diskusi soal ini,
walaupun Menteri Paskah Zusetta pernah menghimbau
untuk menghentikan wacana ini.
Salam hormat,

Andrinof A Chaniago


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD Dipecat

2008-02-08 Terurut Topik Djoko Mulyanto
Mas Agus,
menurut saya peristiwa semacam ini (pemalakan siswa oleh sekolah) tidak
hanya terjadi di Riau tapi juga di banyak tempat di banyak daerah di
Indonesia. Mau berkeluh kesah ke siapa? Ke Kompas? Sebaiknya ya...Mungkin
Kompas bisa pasang informasi bahwa komplain mengenai pelayanan publik boleh
dikirim ke milist FPK tercinta ini. Kl dikirim ke koran Kompas semua, mana
mungkin koran Kompas menampungnya he he

2008/2/8 Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>:

>
> http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.08.02471044&channel=2&mn=4&idx=4
>
> Pekanbaru, Kompas - Kakak beradik Tiara Azhara (9) dan Haikal Zelfi
> Padilla (7), pelajar kelas IV dan kelas II SDN 003 Marpoyan,
> Pekanbaru, sejak Selasa (5/2) tidak lagi bersekolah karena orangtuanya
> tidak mampu melunasi "uang terima kasih" untuk kepala sekolah sebesar
> Rp 750.000.
>
> "Saya sudah minta kelonggaran, tetapi kepala sekolah tetap minta saya
> menandatangani surat pengunduran diri," ujar Hildawati (34), ibu Tiara
> dan Haikal, yang ditemui di rumahnya, Kamis kemarin.
>
> Hildawati mengisahkan, suaminya, Panut (36), terkena pemutusan
> hubungan kerja dari sebuah perusahaan farmasi di Pekanbaru tahun 2006.
> Sejak saat itu penghasilan keluarganya tidak menentu. Sempat pindah ke
> Tanjungpinang, Kepulauan Riau, lalu ke Medan, akhirnya Agustus 2007
> Hilda kembali ke tanah kelahirannya di Pekanbaru.
>
> Ketika memasukkan anaknya ke SDN 003 Marpoyan, Hilda dimintai uang Rp
> 1.000.000 yang disebut-sebut untuk pembangunan WC sekolah. Namun,
> karena tidak memiliki uang, Hilda hanya memberi Rp 250.000 dengan
> janji akan melunasinya segera.
>
> Karena ekonomi keluarganya tak kunjung membaik, "utang" ke sekolah
> hingga enam bulan belum juga terbayar. Pada akhir Januari 2008, Kepala
> Sekolah SDN 003 kerap mendatangi kelas Tiara untuk menyampaikan pesan
> agar ibunya melunasi utang kepada sekolah.
>
> "Bapak kepala sekolah bilang, kalau ibu saya tak mampu membayar utang,
> cari saja sekolah lain. Empat kali bapak kepala sekolah masuk ke kelas
> saya," ujar Tiara yang kini mengalami trauma untuk bersekolah.
>
> Hilda mengaku sangat kecewa atas tindakan Kepala Sekolah SDN 003.
> "Ketika pindah ke Tanjungpinang dan Medan, tidak ada pungutan sama
> sekali. Justru di tanah kelahiran saya dan anak-anak saya, pungutan
> untuk bisa sekolah sangat mahal," ujarnya.
>
> Kepala Sekolah SDN 003 Marpoyan, Zulkifly, yang dihubungi secara
> terpisah membantah telah memecat Tiara dan Haikal. Menurut dia,
> Hildawatilah yang meminta agar anaknya berhenti dari sekolah itu.
> Zulkifly juga membantah uang Rp 1.000.000 dari Hilda bakal dipakai
> untuk perbaikan WC Sekolah. Uang itu disebutnya sebagai "uang lelah"
> buat guru atau sebagai "uang terima kasih". "Saya tidak memintanya.
> Kalau diberi, tentu kami terima," kata Zulkifly.
>
> Secara terpisah, Eddy Ahmad RM, anggota DPRD Riau, menyatakan prihatin
> atas kasus yang menimpa Tiara dan adiknya, Haikal. Apalagi Riau sedang
> menggalakkan pendidikan. Eddy meminta Dinas Pendidikan Riau dan
> Pekanbaru segera menuntaskan kasus yang dianggapnya memalukan Provinsi
> Riau itu. (SAH)
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ngomongin Ngopi

2008-02-08 Terurut Topik Mamang
Ass.Wr.Wb.


Wah keren juga nih soal kopi bisa panjang lebar, mungkin dapat juga dibuat
novel yg tidak kalah dengan omsetnya Harry Poter.

Kalau saya mah sudah suka ngopi sejak dulu, sewaktu kecil suka mengambil
dari lemari dapur utk minum Nescafe, sesuatu yang dilarang oleh Ortu pasti
akan nikmat rasanya dan memang benar. Setelah dewasa, yah begitulah akhirnya
ngopi jalan terus dan memang merupakan life style untuk kita di German
maupun di Itali, cuma bedanya kalau di German ada pilihan apa yang mau asem2
yah pergilah ke Tschibo, minum sambil berdiri tapi kalo yg satu lagi entah
lupa namanya karena jarang ke tempat tersebut rasanya pun beda. Sedang kalau
di Itali memang expressonya sangat kuat sehingga disitulah saya minum kopi
dengan gula agar dapat merasanya setelah minum dengan setekuk dan tamboh
lagi minimal 2x, rasa kopinya masih nyangkut terus dan membangkit stamina
dipagi hari, tapi untuk yang lain I prefer pure Black Coffee w/o sugar ...
nkmat, apalagi kopi cap Kuda Terbang dari kampung halaman ku di
Rangkasbitung - Lebak.
Malah ada niat untuk berkompitisi dengan Kopi Kapal Api, tapi karena kopi
dari Rangkasbitung asalnya dari Lampung juga, saya pikir tak usahlah
bersaing dengan Raja Kopi yang sudah bercakar.
Sebenarnya kopi itu ada ramuannya. Kaya di Itali bayangin kalau kita masuk
ke kedai Kopi yang memilik alat blending, sudah ada ber-macam2 karung kopi dari
Manca Negara yang sedang di Blending dalam alat yang cukup gede, seperti
molen disini yang ada untuk mengaduk semen, wah baunya rek ...Sdap 

Sekian dulu masalah kopi khusus bagi penikmat yang dapat mengerti kalau yang
lain pasti tidak akan mengerti, kisah nyata ini.

Wassalam
Mamang





2008/2/5 Rinsan <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Halo semuanya,
>
> Ngomongin kopi memang tidak akan ada habis-habisnya. Kebiasaan minum kopi
> telah mendarah daging, setidaknya buat saya sendiri. Walau sadar ada
> cafein
> yang katanya bisa mengganggu kesehatan, bikin gigi kuning dan katanya lagi
> kopi yang sifatnya dehidratif, minum kopi telah tetap menjadi kebiasaan
> saya
> hingga sekarang dan masih sangat susah dihentikan. Walaupun memang sudah
> berkurang, dari yang dulunya 5-6 gelas perhari dan sekarang menjadi 2
> gelas
> sehari, tetetapi untuk menghentikannya sama sekali sudah tidak mungkin.
> Atau
> memang karena belum dicoba?
>
> Sewaktu masih di kampung di Sumatra Utara sana, setiap hari minum kopi
> Sidikalang. Warna kopinya item banget, kental, kopinya cenderung pahit,
> dan
> kalau mau manis harus menambah gula yang banyak. Dulu senangnya sih kopi
> sidikalang yang manis, makanya ibuku suka marah2 kalau gula cepat sekali
> habis.
>
> Setelah merantau ke Bandung, sekitar tahun 1989, kebiasaan itu terbawa.
> Tetapi kopi Sidikalang tidak ada di tanah Priangan ini. Akhirnya
> seketemunya
> saja, dan yang paling cocok adalah kopi kapal api. Pernah mencoba kopi
> aroma
> buatan Banceuy, ketepatan pemiliknya adalah dosen saya. Tetapi kopi aroma
> ini tidak cocok. Dan hingga kini, masih bertahan dengan kopi kapal api,
> yang
> katanya dicampur jagung itu. Saat pulang ke kampung halaman, mencoba kopi
> Sidikalang lagidan efeknya beda banget dengan kapal api. Jantungku
> berdebar-debar dan susah tidur. Maka kalau pulang kampung halaman lagi,
> walaupun ada kopi Sidikalang, tetap mencari kopi kapal api.
>
> Selama kurang lebih dua tahun, dari Desember 2005 hingga paruh kedua 2007,
> saya bekerja di Banda Aceh. Kopi di Aceh sangat mudah dijumpai. Dari
> selentingan kabar yang saya dengar, katanya kopi aceh itu nikmat. Kedai
> kopi
> di aceh sangat banyak. Tingkap hunian, kesannya hotel yah, kedai-kedai
> kopi
> ini sangat tinggi di pagi hari dan menjelang maghrib. Itu telah menjadi
> kebiasaan masyarakat Aceh dari dulu. Kebiasaan ini, terutama di pagi hari,
> telah lama menjadi perbincangan. Karena biasanya, minum kopi di pagi hari
> ini, terutama para pegawai negri akan berakhir hingga sembilan. Saya dan
> teman-teman biasanya nongkrongng di kedai kopi dari jam 8 malam sampai jam
> 12 sesudah jam kerja. Bukan mau mengikuti kebiasaan masyarakat seikitar
> yang
> senang meng'kedai', tetapi memang tidakf ada pilihan lain. Aku biasanya
> nongkrong di Rex dan sekitarannya, di Cek Yuke yang sudah pindah ke
> pinggir
> kali itu, di jl. Pocut Baren, saya lupa nama kedainya, tapi cukup terkenal
> karena setiap sore pasti ramai dan terkenal dengan sangernya, di Solong
> beberapa kali karena dekat kantor temen, dan di Ulee Kareeng itu. Tapi
> secara pribadi, aku bilang kopi terenak masih kapal api. Kopi di Aceh itu
> disaring berkali-kali hingga bening. Ampasnya tidak ada lagi. Sementara
> kopi, yah ampasnya harus ada yang tertinggal di dasar gelas. Yang paling
> tidak kuat dengan kopi Aceh adalah manisnya. Gulanya bisa sampai
> setengahnya. Kalau banyak teman2 yang pernah ke Aceh mengatakan kopi Aceh
> paling enak, mungkin untuk jenis kopi yang satu itu, yang katanya dicampur
> ganja terutama yang di Solong itu. Sampai teman Australia saya memesan
> satu
>

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Diusulkan, UU Larangan Merokok bagi Anak

2008-02-08 Terurut Topik Teguh
Candu ini sudah parah sekali, barusan saya mampir kantor seorang teman di
Jakarta, para karyawan yang perokok tetap merokok dalam ruangan ber AC.
Padahal satu ruangan dengan mereka ada ibu-ibu juga, dan beberapa berjilbab
(harusnya lebih taat dan ngerti agama dong?), tapi mereka juga melakukan
pembiaran.

Mungkin karena sudah lama jadi rekan kerja, mereka jadi sungkan kalau harus
melarang. Sedangkan yang perokok tidak sungkan untuk mengotori AC dan
merusak kesehatan rekan-rekannya.

Sepertinya "kecanduan" membuat para perokok lebih memilih rokok daripada
menghargai rekan-rekannya sendiri.

Btw, berapa banyak anggota FPK yang kecanduan rokok? Sebagai pecandu,
bagaimana pendapat anda, setujukah jika rokok disebut candu dan dilarang
dikonsumsi di tempat umum?

Kalaupun benar-benar dilarang, mampukah para perokok mentaati peraturan itu?
Sakaw rokok, anda yang pecandu tentu tahu rasanya kan?

Menurut saya harusnya dilarang saja secara nasional. Boleh menghisap asal di
tempat-tempat khusus, dan baunya jangan dibawa keluar :P


2008/2/8 Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>:

>
> http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.08.0247241&channel=2&mn=4&idx=4
>


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] RE: Dosen Indonesia Tidak Meneliti

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Tinggal kita tunggu saja media mau memberitakan tindak lanjut itu atau enggak. 
Biasanya, kalo ternyata beritanya tak seru, maka mereka memutuskan tak 
memberitakannya lagi. Lain halnya kalo terbukti lembaga itu milik UI, wah pasti 
panjang deh beritanya.
   
  manneke

Ridwan Nyak Baik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Memang, saat gonjang ganjing perpolemikan kasus riset tsb, PR UI telah
mengklarifikasi bahwa lembaga riset yang ngaku afiliasi dengan UI itu
salah (alias tidak ada hubungan strukural dengan UI). Namun publik belum
terinfokan lebih lanjut tindakan apa yang diambil oleh pimpinan UI
terhadap lembaga yang telah menjual nama dan reputasi UI untuk
kepentingan pribadi (dan bermasalah, lagi). Seyogianya, PR UI
menginfokan kepada publik, bahwa lembaga tersebut tidak ada hubungan
apapun dengan UI. Atas kelancangan menjual nama UI kami telah melakukan
peringatan dengan surat, atau pengaduan ke polisi, atau
tuntutan.dst. Kalau tidak, masih akan menyisakan fitnah baru bahwa
bantahan UI itu hanya sekedar untuk menetralisir isu, agar adem.
Sehingga ulah peneliti yang menggunakan atribut UI itu tidak
menyerat-nyeret keagungan citra dan reputasi UI.wallahu'alam
bissawab.
Tabik;
RNB



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: MAHATMA GANDHI... Pilihan Etis

2008-02-08 Terurut Topik Barnabas Rahawarin
Dear Manneke nan Budiman,

Let's pray for our ownself to be humble man. Ceritera
Rakyat yang rendah hati membuat ceritera "SIMALAKAMA"
supaya orang memahami "pilihan etis" diperlukan pada
saat harus memilih pilihan-pilihan yang tidak mudah.
Diskusi kita bermula dari reason saya untuk MEMILIH
TIDAK IKUTAN MENGHUKUM PAK HARTO, sebaliknya MEMBERI
RUANG PENGHARGAAN KEPADA ALMARHUM pak Harto.

So, Simalakama datang dari common sense rakyat bijak
yang tak perlu remedial kuliah filsafat etika. 

wassalam,

berthy b. rahawarin



--- manneke budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Anda capek karena Anda berbelit-belit sendiri, jadi
> jangan lempar kesalahan ke saya, seolah-olah saya
> tak mengerti apa arti PILIHAN ETIS. Kalau Anda
> berada di jalur jalan yang betul tapi terancam
> tertabrak mobil dari arah berlawanan, lalu Anda
> pilih banting setir ke luar badan jalan, ini tak ada
> sangkutannya sama ETIKA, Bung. kasih analogi aja
> nggak tepat gini kok? Ini sama sekali tak bisa
> dijadikan ilustrasi penjelas buat kasus korupsi,
> misalnya. Jadi, kalo Anda ada di jalan yang benar,
> lalu boss Anda korupsi, apa Anda harus ikut korupsi
> supaya selamat? Jadi, Bung analogi Anda itu tak
> tepat dipasang-pasangkan secara sembarangan dengan
> suatu kasus spesifik.
>
>   Saya gak usah repot-repot dikuliahi sama Dr. Yong
> Ohoitumurkok buat bisa ngerti. Kayanya justru Anda
> nih yang butuh kuliah remedial di bidang filsafat
> etika (sekaligus juga logika).
>
>   manneke


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Selamat Imlek

2008-02-08 Terurut Topik Lisman Manurung

Hi teman-teman yang merayakan Imlek.

Selamat dan turut bahagia. Puji Syukur keaneka-warnaan
semakin kita terima sebagai anugerah, dan karenanya
semakin meriah.

Kita akan bisa menjadi bangsa yang hebat ditengah
perubahan dunia, menjadi bangsa yang plural, unik,
bersahaja serta bertumbuh dari pergumulan nyata. Tidak
mudah menerima perbedaan, karena kodrati kita lebih
enjoy di kalangan sendiri. Tetapi perubahan dalam 5
tahun terakhir ini menandai tumbuhnya kedewasaan kita
sebagai bangsa. Let's enjoy keaneka-warnaan itu iya.

   





--- "A.Marsiana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya juga mengucapkan kepada segenap anggota FPK
> yagn merayakan tahun baru china: SELAMAT TAHUN BARU
> TIKUS, semoga kita disadarkan untuk tidak menjadi
> tikus-tikus dimana pun kita berada
> 
> "Sulaeman_H." <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
> Gong Xi Fa Cai dan selamat merayakan Tahun Baru
> kepada warga Indonesia
> keturunan Tionghoa dan khususnya anggota FPK.
> SH
> 



  

Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping


[Forum Pembaca KOMPAS] Pameran Koleksi BBJ

2008-02-08 Terurut Topik Ika Wartika
Bentara Budaya Jakarta
Mengundang dengan hormat
Bapak/Ibu/Saudara untuk menghadiri 
Acara Pembukaan Pameran

JEJAK-JEJAK 
P.K. OJONG
Pameran Koleksi Bentara Budaya

Hari:Kamis, 14 Februari 2008
Pk.19.30 WIB
Di Bentara Budaya Jakarta
Jl.Palmerah Selatan 17
Jakarta 10270

Pameran Untuk Umum:
15-28 Februari 2008, Pk.10.00-18.00 WIB

Bagi sebuah institusi media pers, wajib membantu para seniman dengan 
cara tidak hanya memberitakan pameran-pameran sang seniman, namun 
dengan cara membeli karyanya. Begitulah ucapan P.K. Ojong, salah satu 
tiang utama pendiri Harian Kompas. Ucapannya diwujudkan dengan 
mengoleksi lukisan-lukisan modern Indonesia, dari karya Popo Iskandar 
bertema bunga dalam vas,  dilanjutkan dengan karya puluhan maestro 
pelukis Bali dan berkembang dalam jumlah ratusan lainnya. Tak sekadar 
lukisan, P.K. Ojong  juga mengumpulkan karya-karya keramik beragam 
jenis. Keramik-keramik itulah, bersama benda lain yang dikumpulkan 
dengan tekun, rajin, sabar dan konsisten, dipamerkan dalam pameran 
ini. Keramik,martavan,mulai dari Dinasti Sung,Yuan, Ming dan Ching 
serta beberapa tempayan dari Thailand, tak ketinggalan meja kerja P.K. 
Ojong, akan digelar berjejer dengan lukisan-lukisan master para 
pelukis Bali yang dikumpulkannya sejak tahun 1970an, yang menjadi 
highlight koleksi Bentara Budaya. Termasuk di dalamnya lukisan-lukisan 
adikarya Anak Agung Gde Sobrat, I Gusti Ketut Kobot, Wayan Turun, Ida 
Bagus Made Poleng, Anak Agung Gde Maregeg, Made Deblog, dan para 
master lainnya.

Salam,

Ika W
Bentara Budaya Jakarta
Jl.Palmerah Selatan 17
Jakarta 10270
(021)5483008, ext.7910-13
(021)53699181
www.bentarabudaya.com
[EMAIL PROTECTED]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: 160 Menit Cukup untuk Stop Lumpur Lapindo

2008-02-08 Terurut Topik ksoelis
Ya memang relief well merupakan cara yg selama ini dipakai dan sudah
terbukti berhasil mematikan beberapa peristiwa underground blowout di
dunia perminyakan. Cara2 lain yg sudah ditempuh Lapindo sebelumnya
itu cuma amatiran yg belum pernah terbukti berhasil, cuma sekedar
asal kelihatan sdh berusaha (spt memasukkan bola2 beton). Sedang
relief well yg sudah pernah dilakukan sebenarnya secara tehnis bukan
tidak berhasil, tapi dihentikan karena tidak didanai. Jadi salah
besar bila dikatakan relief well juga gagal.
Sekarang dibiarkan saja dan pemerintah juga menutup mata.


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Pius Ginting
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Jakarta, 30 Januari 2008 07:38
> Pakar teknik pengeboran dari Institut Teknolgi Bandung (ITB), Rudi
> Rubiandini, mengatakan luapan lumpur akibat aktifitas pengeboran PT
> Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, bisa dihentikan secara
permanen
> dengan proses yang berdurasi 160 menit saja.
>
> Rudi, mantan ketua tim investigasi independen luapan lumpur
Sidoarjo,
> memaparkan usulan solusinya itu dalam forum diskusi pakar bersama
publik
> "Mengurai Lumpur Lapindo dan Solusinya", di Jakarta, Selasa (29/1).
>
> Ia menekankan bahwa inti penanganan luapan lumpur Lapindo - yang
> merupakan luapan dari bawah tanah (underground blow out) - adalah
> membuat `komunikasi dengan sumber` yang dikenal dengan relief well
atau
> sumur penyelamat. "Ada tiga skenario penanganan luapan lumpur,
semuanya
> membutuhkan relief well," kata Rudi.
>
> Cara pertama, dengan menginjeksikan lumpur berat ke sumber luapan
> lumpur, sehingga berat jenis lumpur membuat lumpur tidak lagi
menyembur
> ke permukaan Bumi.
>
> Skenario kedua, menyedot lumpur dari sumbernya untuk kemudian
> dimanfaatkan untuk produksi air panas, kalau tidak berhenti juga ada
> cara ketiga yakni meledakkan sumber lumpur sehingga reruntuhannya
akan
> menghentikan semburan lumpur.
>
> Menurut Rudi, teknologi dan sumber daya manusia di Indonesia sudah
> sangat siap menghentikan semburan lumpur Lapindo, cuma masalahnya
> sekarang adalah soal pendanaan dan sokongan politik.
>
> Pria yang mengajar di almamaternya ini mengakui proses penanganan
> semburan dengan injeksi lumpur berat hanya butuh waktu yang sangat
> sedikit, tapi memang persiapannya bisa berlangsung berbulan-bulan.
>
> Ibarat membuat sistem mengatasi kebakaran, ujar Rudi, dibutuhkan
waktu
> berbulan-bulan untuk mendatangkan mobil pemadam kebakaran dan alat-
alat
> lainnya, sementara kebakaran bisa dihentikan dalam tempo beberapa
menit
> atau jam saja.
>
> Rudi memperkirakan dengan dua relief well yang didukung oleh 10
pompa
> injeksi lumpur berat, dana yang dibutuhkan maksimal 50-70 juta dolar
> Amerika.
>
> Ditanya kapan usaha `membunuh` sumber luapan lumpur itu
dilaksanakan,
> Rudi menjawab, "Saya blank (sama sekali tidak tahu). Karena belum
jelas
> dananya, dan tidak ada dukungan politik."
>
> Hampir dua tahun semburan lumpur itu terjadi di Porong, dan publik
masih
> simpang-siur membahas soal penyebab munculnya luapan.
>
> Namun berdasarkan catatan harian pengeboran PT Lapindo diketahui
bahwa
> mata bor dibiarkan tidak dilindungi oleh pelindung (casing) hingga
1.350
> meter panjangnya.
>
> Ketika terjadi mata bor patah dan underground blow out, Lapindo
tidak
> melakukan injeksi lumpur berat dengan sempurna, sehingga lumpur
terus
> merembes ke permukaan tanah.
>
> Pada tanggal 3 Juni 2006, rig meninggalkan titik pengeboran yang
> menyebabkan underground blow out, dengan alasan khawatir tidak
mendapat
> ganti rugi akibat rig tidak diasuransikan.
>
> Menurut perkiraan Rudi, volume luapan lumpur mencapai 250.000 barel
per
> hari. [EL, Ant]


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Dalam alam pikiran Jawa, laki-laki itu dibedaken dengan perempuan, 
tidak seperti di barat yang menyatukan antara laki-laki dan 
perempuan dalam jumlah anak. Di Jawa anak laki-laki diurut dengan 
anak laki-laki sementara perempuan di urut dengan perempuan.

Sigit putera Sulung Cendana, Mbak Tutut Puteri Sulung Cendana
Tommy putera bungsa Cendana, Mamiek puteri bungsa Cendana

ANTON

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Bambang Riyanto 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Di TEMPO yang bikin heboh itu, diulas satu per satu bagaiman anak2 
Suharto terjun ke dunia bisnis-politik. Tapi ada satu hal yang 
membuat saya bingung. 
> Judul artikel tentang Mamik: "Si Bungsu .". Di ulasan tentang 
Tommy, di paragraf awal, disebutkan Tommy sebagai si bungsu. Yang 
benar yang mana ya? Kalau si bungsu ada dua, berarti ada dua rahim 
yang melahirkan mereka. Beda ibu?
> 
> Mohon pencerahan...
> 
> riyanto
> 
> 
> 
>   
_
___
> Looking for last minute shopping deals?  
> Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?
category=shopping
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[Forum Pembaca KOMPAS] Re: BJ Habibie

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Iya, tapi kuncinya di BJ Habibie kan?

Dulu Suharto berharap setidak-tidaknya Habibie tidak ikut rombongan
Ginandjar cs untuk mbalelo Suharto, dengan kekuatan Habibie Suharto
berharap bisa membangun kekuatan minimal dengan basis dukungan
Islam. Ingat nggak datangnya kelompok Islam dimana Cak Nur dan Cak
Nun ada di antara mereka?

Nah, itu strateginya Harto untuk membangun basis dukungan Islam dan
diskenario-kan bahwa kaum reformis yang digalang mahasiswa adalah
gerakan komunis susupan jadi dalam hal ini Harto ingin mengadu domba
lagi bangsa Indonesia, ia gunakan kekuatan Islam untuk hantam
gerakan reformis yang kelak bila kekuatan Harto tersusun maka kaum
reformis dicap sebagai Komunis.

Tapi sayang rencananya itu gagal, karena Habibie menolak bergabung.
Gerbong Habibie kan ICMI. Sementara Cak Nur juga menolak begitu juga
Cak Nun. Disinilah awal kemarahan Harto pada Habibie, sampai
kematiannya pun masih mendendam pada Habibie.

Eh, ndilalah barulah sesaat BJ Habibie naik, skenario politik Harto
berjalan sempurna, kelompok pendukung BJ Habibie mengidentifikasikan
dengan kelompok Islam, sementara penolak Habibie dicap menjadi orang
kiri dan Barisan Sakit Hati macam Jenderal tua Kemal Idris.

Itu salah satu sejarahnya.


ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "rzain" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Loh kenapa Habibie yang Judas, waktu itu 15 Menteri ogah diangkat
> lagi, Harmoko juga menghianat, Wiranto kelihatannya pro reformasi,
> tinggal Prabowo tetapi ada pasukan Kodam2 yang nurut Wiranto,
> Kostrad keder juga. Tinggal Habibie yang setia.
> Ketika Soeharto bilang mau mundur , Habibie tdk nangkap maksud
> sebenarnya dibalik keinginan mundur itu, dia cuma bilang :"
> Bagaimana saya Pak?", Soeharto menatap serius, sekali lagi Habibie
> tidak menangkap pikiran sang boss, maklum cuma separoh Jawa yang
> banyak Bugisnya. Pertemuan bubar tampa sepatah kata lagi dan sejak
> itu Soeharto ogah ngomong sama Habibie termasuk pada pelantikan
> Presiden baru keesokan harinya, anak2nya pun tidak sudi Habibie
> datang nengok di RSPP.
>
> Ada yang tahu  skenario apa dibalik rencana pengunduran diri dan
> kenapa Habibie "sangat dibenci" Soeharto?
>
> rzain


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Presiden Bersyukur Naikkan BBM 2005

2008-02-08 Terurut Topik si_andi
Minyak goreng itu tidak dibeli tiap hari, Pak Haniwar. Tiap minggu
pun tidak. Saya cuma beli minyak goreng sekali 3 bulan; padahal kami
masak setiap hari di rumah. Apalagi orang Indonesia yang minyaknya
bisa dipakai 3-4 kali memasak. Beli gorengan juga tidak tiap hari;
demikian juga beli tempe.

Yang masuk faktor inflasi termasuk kontrakan rumah, sewa angkot,
biaya berobat anak, dan lain-lain. Kontrakan naiknya berapa dibanding
tahun lalu? Puskesmas naiknya berapa dibanding tahun lalu? Sewa
angkot naik berapa? Berapa persen dikeluarkan untuk makanan? Untuk
transport? (hint: rata-rata penduduk Indonesia mengeluarkan kurang
dari 30% pendapatan untuk makan).

Kalau mau menyikapi dengan cerdas, pertama kali mesti ngerti kenapa
angkanya keluar begitu; baru dikritik. Tinggal klik situsnya BPS kok.
Kalau komponen inflasi memang tidak masuk akal, ceritakan dimana
tidak masuk akalnya. Tidak ujug-ujug bilang orang lain bohong.

NOTE: SAYA TIDAK MEMBELA ATAUPUN MENDUKUNG SBY (tuh saya tulis besar-
besar)

Andi

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Haniwar Syarif
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> iya betul , mesti cerdas baca  data statistik..
>
>
> termasuk membayangkan apa dampak inflasi yg katanya 6.5 % bagi
rakyat
> kebanyakan Indonesia, yg  duitnya banyak keluar utk minyak tanah,
> minyak goreng , beras dan tempe.
>
>
> Jangan coba bayangkan kan bhw dampak bg mereka yg merupakan
sebagian
> besar rakyat ini cuma 6.5 persen , bohong deh kalau daya beli mrk
> cuma tergerus 6.5 persen.
>
> jadi ya suka suka pemerintah dan BPS mengeluarkan dasar
> perhitungannya, dan pandai  pandai kita meng interpretasikannya.
>
> Salam
>
>
> Haniwar


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Budiman Soedjatmiko

2008-02-08 Terurut Topik HRD
Semoga Budiman Soedjatmiko tidak lupa ini, setelah menunggang empuk di pundak 
banteng..

"Jika kau menghamba pada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan!"
(Wiji Thukul, kader PRD, korban penculikan)



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Imlek Serba Merah, Kenapa Ya?

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Bagi orang Cina, warna merah adalah warna kehidupan
Sementara warna putih dan hitam adalah warna kematian.

Warna merah kalo dalam dunia dagang sangat eye catching jadi bisa 
menarik perhatian pembeli. Itu warna sudah ribuan tahun ada mewarnai 
kegairahan hidup orang Cina, jangan lantas diartikan menjadi Merah-
nya Mao ya? Jangan Harto Banget ah

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.kompas.co.id/read.php?
cnt=.xml.2008.02.07.11442747&channel=1&mn=10&idx=87
> 
> JAKARTA, KAMIS - Warna merah ada di mana-mana saat memasuki Tahun 
Baru
> Imlek. Lampion bundar berwarna merah, baju-baju khas Tionghoa juga
> merah. Kenapa ya? Apa makna di balik warna ini?
> 
> Peneliti dan Budayawan Tionghoa, David Kwa menjelaskan, warna merah
> bermakna kebahagiaan. Nah, memasuki tahun baru ini, diharapkan 
segala
> kesedihan dan 'kegelapan' akan sirna dan berganti dengan 
kebahagiaan.
> 
> "Merah itu warna bahagia, juga unsur dari 'yang'. Warna merah juga
> warna panas, warna matahari, api. Jadi, diharapkan pada tahun baru
> ini, ada suasana kebahagiaan dan suasana yang negatif pergi," 
ungkap
> David, Kamis (7/2).
> 
> Pakar pernikahan Tionghoa peranakan ini juga menjelaskan, selain
> merah, warna dominan lainnya adalah kuning dan emas. Tak jauh 
berbeda,
> kedua warna ini juga diharapkan membawa aura positif, karena 
merupakan
> lambang kemakmuran.
> 
> Makna tahun baru Imlek sendiri, kata David, mengalami perubahan
> dibandingkan masa kecilnya dulu. Makna besar tahun baru Imlek, 
adalah
> "family fair" atau perayaan keluarga. Seharusnya, menurut dia, 
Imlek
> dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga besar dan melakukan 
reuni
> dengan anggota keluarga yang lama tak bertemu.
> 
> Kata David Imlek adalah perekat antargenerasi, antara anak, 
orangtua
> dan leluhurnya. Tapi sepertinya sekarang bergeser, orang banyak 
yang
> merayakannya di vihara, main Barongsai, pasang lilin dan lain-lain.
> "Ya boleh-boleh saja, jadi kembangnya lah. Tapi makna utamanya 
tetap
> merayakannya bersama keluarga. Sekarang sudah jarang kelihatan yang
> seperti itu. Padahal itu yang harus ditekankan, bukan hura-
huranya,"
> kata David.
> 
> Perayaan meriah, lanjut David, baru dirayakan setelah Cap Go Meh, 
atau
> hari ke-15 pada bulan pertama tahun baru. Misalnya, mengadakan
> pertunjukan-pertunjukan yang bisa dinikmati bersama di ruang 
publik.
> 
> SAS
>




[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Sabtu, SBY Canangkan Gerakan Membaca Koran

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Saya dulu paling rajin baca Koran Suara Karya, Mat Karyo
Ada juga SKM gambar Merriam Bellina yang nggemesin.

Kemana yach sekarang Suara Karya, inget Suara Karya inget Bapak saya
pulang kantor pake Baju Korpri bawa koran itu. Btw saya nggak pernah
liat lagi baju Korpri?

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Haniwar Syarif
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> seingat saya waktu saya kecil masih sd di tahun 60 aja aku
sudahbaca
> korang.., korannya ada suluh indonesia dan merdeka dan Keng PO/Sin
Po
>
> eh jaman sekarang maish perlu seruan baca koran  .. di acungi
jempol lg
>
>
> kalau sy mau acungin jempol jika SBY bikin satu perpustakaan
tiap
> kelurahan.
> lalu di tiap tempat itu ada juga komputer buat berinternet
ria..dgn  murah.
> disitu boleh jug abaca koran.. dan lebih penting lagi perluas
wawasan...
>
> di jaman SD ku th 60 an didekat rumahku  ada perpustakaan milik P
dan K..,
> disitu akubisa baca Winetou gugur, Siti Nurbaya ,  Baron Von
Munchausen...
>
> di jaman sekolah menengahku di Kanisius, ada perpustakaan sekolah
yg cukup
> lengkap...
> ..
>
>
> Baca.. korna di jaman ini..?   mahal deemau maunya aja jadi
corong
> pengusaha koran...
>
> tanyain deh siseng isneg kpd agen koran  bereapa banyak sekarang
pelanggan
> yg memutuskan utk berhenti jd pelanggan..
>
>
>
> Salam
>
>
> Haniwar


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Sabtu, SBY Canangkan Gerakan Membaca Koran

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
SBY ini ketinggalan lima puluh tahun sama Bung Karno
Tahun 1960-an Bung Karno tidak saja menyeruken baca koran, 
tapi "baca-baca...baca itu buku-buku Karl Marx, buku-buku daripada 
sejarah Jefferson, lincoln dan sejarahnya revolusi dunia, baca buku-
buku para pemikir dunia"

Kualitas intelektual yang jauh banget antara SBY dan Sukarno.

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Agus Hamonangan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.kompas.co.id/read.php?
cnt=.xml.2008.02.06.16113827&channel=1&mn=1&idx=1
> 
> SEMARANG, RABU - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan
> mencanangkan gerakan membaca koran massal di kalangan pelajar dalam
> rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2008 yang dipusatkan 
di
> lapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang, Sabtu (9/2).
> 
> Ketua Panitia Pelaksana Daerah (Panpelda) HPN 2008, Sasongko Tedjo 
di
> Semarang, Rabu, mengatakan, jumlah peserta pencanangan gemar 
membaca
> itu sekitar 10 ribu orang dari kalangan pelajar SMP dan SMA di Kota
> Semarang.
> 
> "Presiden beserta pelajar akan membaca bersama-sama dari  koran
> terbitan Jawa Tengah. Pencanangan itu dilakukan setelah Presiden
> memberikan sambutan pada puncak HPN 2008 yang dipusatkan di gedung
> Gradhika Bakti Praja Provinsi Jateng," kata Sasongko Tedjo yang 
juga
> Ketua PWI Cabang Jawa Tengah.
> 
> Ia menambahkan, oplah koran sekarang terus mengalami penurunan 
karena
> budaya membaca, tetapi yang berkembang saat ini adalah budaya 
melihat.
> 
> "Tiras koran sekarang ini mengalami penurunan dari 4,5 juta 
eksemplar
> menjadi 3,5 juta eksemplar dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia
> tetapi Amerika Serikat juga mengalami hal itu," katanya.
> 
> Acara peringatan HPN 2008 ini berlangsung tanggal 7-10 Febuari 
2008,
> tetapi sudah dimulai jauh-jauh hari dengan gerakan wartawan menaman
> yang dipusatkan di Kabupaten Wonosobo, Jateng, hari Minggu (27/1).
> 
> Jumat (8/2) digelar acara Konvensi Media Massa di Hotel Patra
> Semarang. Pada acara ini akan bertindak sebagai pembicara adalah
> Chairul Tanjung (Yayasan Indonesia Forum), DR. Raden Pardede, Prof.
> Dr. Bambang Brojonegoro, Anggito Abimanyu, Dr. Rosihan Anwar, dan 
lain
> sebagainya dengan pembicara kunci Ketua MPR RI, Hidayat Nurwahid.
> 
> "Hasil dari Konvensi Media Massa tersebut akan diserahkan kepada
> Presiden SBY pada puncak HPN," katanya.
>




[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Selamat Imlek

2008-02-08 Terurut Topik ha19wir

Hati-hati juga pada  tahun ini bagi para Politikus lainnya yang 
merasa jujur atau belum menjadi Tikus, terutama yang mempunyai shio 
Kuda, karena tahun Tikus ini (tahunnya Mickey Mouse)  adalah tahun 
yang nasibnya paling  tidak bagus atau kurang beruntung  (ciong)  
bagi orang  shio Kuda.  

Untuk mencari penangkalnya atau safety  disarankan konsultasi 
terlebih  dahulu ke seorang Suhu atau mama Laurent ! 

G.H.
--
>In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Yuliati Soebeno 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>Saya juga mengucapkan: "Happy New Rat's Year". Gong Xi Fa Cai.
>Semoga ditahun tikus tanah ini, para Poli-TIKUS tidak semakin 
>menggerogoti PEMERINTAH-an di Indonesia.
>Dikabarkan Korupsi akan lebih heboh ditahun 2008 ini di Indonesia.
>Hati-hati Presiden SBY, jangan sampai terlalu banyak dikelilingi 
>para TIKUS tersebut. Soalnya bisa-bisa pakaian Bapak akan 
>menjadi "compang-camping", jika malam-malam para tikus mencoba 
>menggerogoti Bapak.
>
>Salam,
>Yuli





[Forum Pembaca KOMPAS] minta tolong soal Pasar Tradisional

2008-02-08 Terurut Topik Haniwar Syarif
Sejalan dgn telah terbitnya perpres 112 ttg penataan pasar dan 
tokomodern, , saya mau minta tolong pada teman yg mengerti soal tata ruang ,


Sebagai latar belakang ,  saya kutip beberapa butir peraturan 
Presiden no 112 thn 2007 :

pasal.3. ayat 2. c.  Batasan luas lantai hypermarket  yaitu diatas 5000 m2

pasal/ 4. ayat 1  a. Pendirian toko modern wajib memperhitungkan 
keadaan sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, 
Usaha kecil dan Usaha Menengah yg ada  di wilayah bersangkutan.

pasal 4 ayat 1.b memperhatikan jarak antara Hypermarket dgn pasar 
tradisional yg  telah ada sebelumnya


pasal 5 ayat 2. . Hypemarket dan pusat perbelanjaan :

a,Hanya boleh  berlokasi pada  atau pada  akses sistim 
jaringan  jalan arteri  atau kolektor dan,
b. tidak boleh  berada  pada kawasan  pelayanan lokal  atau 
lingkungan  di dalam kota/perkotaan.


pasal 3 ayat 6.  Jalan arteri adalah merupakan jalan umum  yang 
berfungsi  melayani  angkutan utama  dgn ciri perjalanan jarak jauh , 
kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk di batasi   secara 
berdaya guna

pasal 3 asyat 7.  Jalan kolektor adalah   merupakan jalur umum  yg 
berfungsi melayani  angkutan pengumpul dan pembagi dengan 
ciri  perjalanan jarak sedang , kecepatan rata rata sedang dan 
jumlah  jalan masuk di batasi.


Yang ingin saya mintakan bantuannya, manakah  hypermarket yang telah 
berdiri sebenarnya tidak memenuhi ketentuan baik lokasi jalannya ( 
pasal 5 ayat 2) maupun jarak dgn pasar tradisional ( pasal 4 ayat 1 b)

Kami ingin sekali dapat bantuan memetakan mana saja hypermarket yg 
salah letak, untuk kemudian , agar negeri ini taat hukum meminta 
waktu penyesuaian yg wajar , nggak terlalu lama dimana mereka di 
haruskan , menyesuaiakan lokasinya  dgn aturan dalam perpres., Dan 
mulai bulan Maret 2008  nggak boleh berdiri  lagi hypermarket baru yg 
langgar aturan walau dgn alasan izin sudah terbit sebelum terbitnya perprs ini.

  Kalau nggak begitu , ya nanti banyak yg bikin back date  ijinnya.

o ya sudah ada keluar pernyataan dari dirjen PDN deperdag, bhw yg 
ijinnya keluar sebelum terbit poerpres 112 ini  boleh berdiri terus , 
walau di bukanya setelah terbitnya perpres 112 , contoh nya ya Carre 
4 Buaran , dan bulan ini saja akan ada dua Carre 4 lg buka di Jakarta 
, belum hypermarket lain..


Pertanyaan besarnya.. apakah jln Raden Inten yg di Buaran itu 
termasuk jalan arteri atau kolektor.??, atau tegasnya tidak merupakan 
tempat terlarang bagi Hypermarket mengacu pada perpres 112 ini ??

Tentu pertanyaan yg sama untuk yg berlokasi di  tempat lain..


Mohon bantuan para sahabat.

Karena saya dan juga teman pedagang pasar kurnag mengerti soal 
istilah tata ruang ini.


Atas bantuan para sahabat yang mengerti  tata ruang, kami ucapkan terima kasih.

Salam

Haniwar







[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Sabtu, SBY Canangkan Gerakan Membaca Koran

2008-02-08 Terurut Topik A.Marsiana
Dicanangkan sih dicanangkan, 
  beli beras aja gak sanggup kok, suruh beli koran

Yuliati Soebeno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Tabrani,

Saya setuju dengan bapak, jika pemerintah menyediakan koran-koran secara 
cuma-cuma, maka masyarakat akan lebih bergairah membaca berita yang tercantum 
dalam koran-koran tersebut.

Misalnya di Inggris, koran untuk berita-berita lokal itu gratis, dan dikirimkan 
kerumah-rumah penduduk yang membayar pajak di "local council" daerah tersebut.

Jadi kalau di Jakarta ya bisa dibuat koran lokal: Jakarta Pusat; Jakarta 
Selatan; Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Dan memberitahukan akan hal-hal yang 
sedang dikerjakan oleh para Walikota didaerah tersebut, ataupun pengumuman 
tentang kegiatan yang akan dikerjakan bagi masyarakat setempat. Jadi bisa 
dijadikan seperti kampanya lokal, gitu loch. Jangan janji-janji saja, tetapi 
buktikan kepada masyarakat apa yang sedang dilakukan oleh pemerintahan 
setempat. Denag begitu para Walikotapun akan saling bergairah dengan 
kebijakan-kebijakan yang akan dikerjakan, dan bisa saling berlomba antara 
Walikota-walikota itu sendiri.
Lalu bisa diberikan secara gratis bagi penduduk sekitar dimana mereka masuk 
area tersbeut. 
Maka para Walikota ini harus aktif dalam memberikan pelajaran kepada masyarakat 
ditempat dia bertugas. Gubernur harus mengecek apakah aktivitas dari para 
Walikota tersebut sudah dijalankan dengan benar.
Jangan hanya Presiden saja yang aktif dalam urusan baca membaca, saya rasa.

Tapi juga harus diajarkan kepada masyarakat luas untuk berbuat "recycle" bagi 
koran-koran yang sudah tidak dibaca lagi. Jadi kertas-kertas koran bekas bisa 
didaur ulang.
Maka para Walikota juga harus menyediakan tempat sampah yang besar khusus untuk 
koran-koran bekas saja, ditempat-tempat tertentu diwilayah kekuasaan-nya.

Saya rasa dengan kebijakan-kebiajakan diatas dijalankan, maka akan membuat dua 
kebijakan sekaligus, yaitu gemar membaca dan juga gemar menjaga kebersihan 
lingkungan. Dan para Walikotapun akan lebih "bersinar" karena kemajuan seperti 
apa yang dikerjakan bagi masyarakat sekitar, bisa dilihat oleh masyarakat itu 
sendiri.

Salam,
Yuli



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD Dipecat

2008-02-08 Terurut Topik Mamang
Gimana nih.

Katanya sekolah gratis sampai dengan kls 3 SMP ataukah hanya berlaku untuk
Ibukota Rep. Indonesia karena dekat dengan tempat Eyang tingal.

Wassalam



> - Original Message 
> From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]
> >
> To: 
> Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
> Sent: Friday, 8 February, 2008 8:14:12 AM
> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD
> Dipecat
>
> http://www.kompas. co.id/kompasceta k/read.php? cnt=.kompascetak
> .xml.2008. 02.08.02471044& channel=2& mn=4&idx= 4
>
> Pekanbaru, Kompas - Kakak beradik Tiara Azhara (9) dan Haikal Zelfi
>
> Padilla (7), pelajar kelas IV dan kelas II SDN 003 Marpoyan,
>
> Pekanbaru, sejak Selasa (5/2) tidak lagi bersekolah karena orangtuanya
>
> tidak mampu melunasi "uang terima kasih" untuk kepala sekolah sebesar
>
> Rp 750.000.
>
> "Saya sudah minta kelonggaran, tetapi kepala sekolah tetap minta saya
>
> menandatangani surat pengunduran diri," ujar Hildawati (34), ibu Tiara
>
> dan Haikal, yang ditemui di rumahnya, Kamis kemarin.
>
> Hildawati mengisahkan, suaminya, Panut (36), terkena pemutusan
>
> hubungan kerja dari sebuah perusahaan farmasi di Pekanbaru tahun 2006.
>
> Sejak saat itu penghasilan keluarganya tidak menentu. Sempat pindah ke
>
> Tanjungpinang, Kepulauan Riau, lalu ke Medan, akhirnya Agustus 2007
>
> Hilda kembali ke tanah kelahirannya di Pekanbaru.
>
> Ketika memasukkan anaknya ke SDN 003 Marpoyan, Hilda dimintai uang Rp
>
> 1.000.000 yang disebut-sebut untuk pembangunan WC sekolah. Namun,
>
> karena tidak memiliki uang, Hilda hanya memberi Rp 250.000 dengan
>
> janji akan melunasinya segera.
>
> Karena ekonomi keluarganya tak kunjung membaik, "utang" ke sekolah
>
> hingga enam bulan belum juga terbayar. Pada akhir Januari 2008, Kepala
>
> Sekolah SDN 003 kerap mendatangi kelas Tiara untuk menyampaikan pesan
>
> agar ibunya melunasi utang kepada sekolah.
>
> "Bapak kepala sekolah bilang, kalau ibu saya tak mampu membayar utang,
>
> cari saja sekolah lain. Empat kali bapak kepala sekolah masuk ke kelas
>
> saya," ujar Tiara yang kini mengalami trauma untuk bersekolah.
>
> Hilda mengaku sangat kecewa atas tindakan Kepala Sekolah SDN 003.
>
> "Ketika pindah ke Tanjungpinang dan Medan, tidak ada pungutan sama
>
> sekali. Justru di tanah kelahiran saya dan anak-anak saya, pungutan
>
> untuk bisa sekolah sangat mahal," ujarnya.
>
> Kepala Sekolah SDN 003 Marpoyan, Zulkifly, yang dihubungi secara
>
> terpisah membantah telah memecat Tiara dan Haikal. Menurut dia,
>
> Hildawatilah yang meminta agar anaknya berhenti dari sekolah itu.
>
> Zulkifly juga membantah uang Rp 1.000.000 dari Hilda bakal dipakai
>
> untuk perbaikan WC Sekolah. Uang itu disebutnya sebagai "uang lelah"
>
> buat guru atau sebagai "uang terima kasih". "Saya tidak memintanya.
>
> Kalau diberi, tentu kami terima," kata Zulkifly.
>
> Secara terpisah, Eddy Ahmad RM, anggota DPRD Riau, menyatakan prihatin
>
> atas kasus yang menimpa Tiara dan adiknya, Haikal. Apalagi Riau sedang
>
> menggalakkan pendidikan. Eddy meminta Dinas Pendidikan Riau dan
>
> Pekanbaru segera menuntaskan kasus yang dianggapnya memalukan Provinsi
>
> Riau itu. (SAH)

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Gedung DPR Akan Disulap jadi Menara Petronas

2008-02-08 Terurut Topik anton_djakarta
Gini aja dech, demi harkat hidup orang banyak dan demi kepentingan
rakyat, gimana kalo Gedung MPR/DPR itu diserahken pada Trihatma
Haliman dari Podomoro Group untuk dijadikan  Senayan Parlementaria
Super Mall, nah uang sewa-nya digunaken untuk mbenahi drainase
Jakarta yang amburadul dan bayar uang wakil rakyat.

Sementara wakil rakyat bisa sidang dimana saja yang mereka suka,
bisa aja di Hotel Salak Heritage atau di Balai Rakyat Pasar Minggu.
Saya kira itu lebih bermanfaat.

Bagaimana menurut anda?

ANTON



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Bambang Soetedjo
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Anggota dewan kita banyak yang tidak perduli  dan nggak mau tau
nasib rakyat yang mereka wakili. Sebetulnya apa sih tugas mereka,
sepertinya selama ini hanya kepentingan mereka yang menonjol. Rakyat
tetap saja menderita. Bangunn bangn para anggota dewan.
Kerja lebih terfokus untuk kepentingan rakyat. Kalian kan sudah
lebih dari cukup dapat fasilitas yang berlebihan. Kalau kalian jawab
dengan tidak berarti kalian bohong.
>
>   Salam
>   BS


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Selamat Imlek

2008-02-08 Terurut Topik A.Marsiana
Saya juga mengucapkan kepada segenap anggota FPK yagn merayakan tahun baru 
china: SELAMAT TAHUN BARU TIKUS, semoga kita disadarkan untuk tidak menjadi 
tikus-tikus dimana pun kita berada

"Sulaeman_H." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Gong Xi Fa Cai dan selamat 
merayakan Tahun Baru kepada warga Indonesia
keturunan Tionghoa dan khususnya anggota FPK.
SH


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik sawung
Syafri kan waktu itu termasuk jendral yang bersebrangan dengan
cendana. Dari info orang lapangan yang terlibat konflik tentara waktu
itu yang berpihak di kubu Wiskey marinir dan paskhas. TNI AL bahkan
sampai mengerahkan pesawat angkutan mereka sendiri untuk menggeser
pasukan Marinir dari surabaya untuk membackup pasukan di Jakarta.
Wiskey ini kalo tak ada marinir habis. Di kubu seberang didukung oleh
kostrad, kopassus dan kodam. Kalo dikonfirm ke panglima yang terlibat
pasti dibantah.

regards

2008/2/8 deronda <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>
> Saya juga mau numpang tanya, mengapa di ulasan TEMPO (yang sensasional itu),
> menyebut Letjen Safrie Sjamsuddin hanya menunggu di luar Astana Giribangun
> dan tidak masuk ke dalam tempat pemakaman Pak Harto. Ada apa ya? Maksud
> saya, kan tidak ada salahnya tunggu di luar, kenapa harus diulas khusus. Ada
> yang bisa bantu saya? Terima kasih banyak... Soalnya banyak gosip beredar.
>
>  Salam damai,
>  Daniel


[Forum Pembaca KOMPAS] Pengumuman Beasiswa Nasional Liputan Investigasi Aceh 2008 - Hati2 terhadap AJI.....

2008-02-08 Terurut Topik kresna dutha
Ini sepertinya AJI digunakan oleh Swedia, yang sebenarnya tukang kompor di 
belakang isu politik internasional Aceh
   
  Swedia memainkan peranan penting dalam konstelasi politik di Aceh. Siapakah 
yang mendalangi dan melindungi pelarian orang Aceh di luar negeri ?
   
  Hati-hati musuh dalam selimut 
  AJI apakah anda tidak peka ? Ini seperti Devide et Impera jaman kolonial 
Belanda... sekalipun bungkusnya adalah beasiswa.

Sekretariat AJI <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  BEASISWA NASIONAL
LIPUTAN INVESTIGASI ACEH 2008

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerjasama dengan Swedish International 
Development Cooperation Agency (SIDA) mengundang jurnalis cetak dan online, 
televisi dan radio dari seluruh Indonesia mengikuti program Beasiswa Nasional 
Liputan Investigasi Aceh 2008. Kegiatan ini akan dipandu sejumlah wartawan 
senior dari dalam dan luar negeri, berasal dari media cetak, radio dan 
televisi. Peserta akan diberi pembekalan teori dan pemanduan pelaksanaan 
liputan di lapangan, dengan target hasil kerja investigasi jurnalistik yang 
siap dipublikasikan.

Pelaksanaan 

Workshop akan dilaksanakan di Jakarta pada 27 ¨C 31 Mei 2008. Setelah pelatihan 
teori, para peserta akan dikirim ke Aceh selama kurang lebih 1 (satu) bulan 
untuk melakukan liputan investigatif tentang korupsi.

Syarat pendaftaran:

¡ñ Peserta adalah jurnalis full time/freelance media cetak/online, televisi dan 
radio
¡ñ Pengalaman minimal 2 tahun;
¡ñ Biodata/CV;
¡ñ Surat referensi dari atasan/pemimpin redaksi bahwa hasil liputan ini akan 
dimuat atau disiarkan di media masing-masing;
¡ñ 2 (dua) contoh karya jurnalistik berupa non-straight news;
¡ñ Ide dan rencana liputan investigasi yang akan dikerjakan di Aceh (bentuk ToR 
tersedia)

Program ini hanya tersedia bagi 12 (dua belas) orang jurnalis. Seleksi 
dilakukan berdasarkan ide liputan, ketajaman angle, seperti yang tertulis dalam 
TOR liputan. 

Peserta lolos seleksi akan mendapat pelatihan di Jakarta selama sepekan, dan 
biaya liputan dari AJI meliputi transportasi udara Jakarta-Aceh pp, akomodasi, 
transportasi lokal, uang makan dan beasiswa.

Lamaran dikirimkan ke AJI Indonesia dengan perihal Beasiswa Investigasi, dengan 
memilih salah satu cara, melalui pos alamat Jl. Kembang Raya No.6 Kwitang, 
Senen ¨C Jakarta Pusat 10420, Telp. 021-3151214 Faks. 021-3151261 atau email 
[EMAIL PROTECTED], paling lambat tanggal 31 Maret 2008 (stempel pos). 

*Informasi lebih lanjut, hubungi: Judith [EMAIL PROTECTED] HP 0813-19100993


Format Term of Reference (TOR) Liputan

TOR sebaiknya ditulis dengan mengikuti sistematika berikut (maksimal 1500 kata):

Latar belakang
- Deskripsi ringkas atas kasus yang akan diliput.
- Data berupa petunjuk awal atas indikasi korupsi, atau temuan sementara (kalau 
ada). 
- Tuliskan dugaan atau hipotesis yang mau dibuktikan dari kasus itu
- Berikan alasan mengapa kasus itu layak diselidiki lebih jauh lewat kerja 
investigatif

Narasumber
Sebutkan narasumber kunci dalam rencana liputan itu dan informasi apa yang Anda 
harapkan akan didapat dari mereka.

Riset
Sebutkan riset (dokumen, audio, audio visual, online, dll) yang sudah dan yang 
akan Anda lakukan untuk memperkuat liputan ini. 















-
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Hillary Clinton mengandalkan kekuatan perempuan

2008-02-08 Terurut Topik manneke budiman
Ke Amerikanya belum lama kok Mbak. Sebelumnya, dia lama banget di 
Indonesia. Nanti kalau masa tugasnya di AS habis, dia juga akan balik ke 
Indonesia.
   
  manneke

Lisa Ventura <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Gadis itu cerdas ya.
Sayang dia di amerika. 
Coba di sini, kita undang u ngobrol di pmlng, untuk bisa inspiring kaum 
perempuan di GKI pamulang.

Cheers,
Ls
Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: "Gadis Arivia" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Thu, 7 Feb 2008 19:35:08 
To:Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Hillary Clinton mengandalkan kekuatan 
perempuan

Hi Martin,

Panggil saya gadis saja semua orang memanggil saya demikian. Tulisan saya
sebenarnya hanya ingin menganalisa mengapa Hillary tetap menang meskipun
media Amerika memprediksikan lain setelah dikerubut oleh Ted Kennedy,
Caroline Kennedy, Maria Shriver dan Oprah. Ternyata jawabannya karena
perempuan kelas menengah bawah begitu kuat mendukung Hillary. Terutama di
California pendukung kaum Hispanik dan Asia sangat setia terhadap Hillary.
Mungkin karena Hillary telah begitu nyata berjuang untuk mereka.

Saya juga pengagum Obama, tapi setelah mendengarkan berulang kali pidato dan
perdebatannya, saya merasa Amerika lebih baik di tangan orang yang
berpengalaman. Konsep ekonomi, kesehatan, imigrasi dan penyelesaian perang
Irak (4 isu yang paling berpengaruh) lebih mantap dan detail diuraikan oleh
Hillary ketimbang Obama (mungkin karena Obama masih baru di parlemen).
Apalagi soal ekonomi, ini menjadi persoalan terbesar bagi Amerika.

Soal persoalan pribadi Bill dan Hillary mengenai affair Bill, saya tidak
dapat ikut campur tentang keputusan Hillary. Itu keputusan Hillary yang
harus kita hormati. Saya akan beropini bila Bill melanggar hukum dengan
misalnya memperkosa Monica, tapi kalau tidak bukan hak saya untuk bersuara.
Setiap hubungan suami-isteri menurut saya mempunyai persoalan sendiri,
bagaimana mereka menyelesaikan persoalan mereka itu hak mereka asal tidak
melanggar hukum dan HAM. Pelik memang kehidupan perkawinan. Tapi yang
jelas Bill mati-matian memperlihatkan keinginan memperbaiki kesalahan dia.
Menurut saya pribadi, setiap orang melakukan kesalahan bagaimana kita
memperbaiki kesalahan tersebut itu yang paling penting dan apakah partner
kita menerima atau tidak. Bila partner kita tidak menerima maka kita pun
harus menghormati pilihannya.

Salam,
Gadis.



 

   
-
 All new Yahoo! Mail - 
-
Get a sneak peak at messages with a handy reading pane.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kulitmuka TEMPO

2008-02-08 Terurut Topik simson gintings

Ha ha ha kalau melihat persoalan itu dgn kaca mata normatif, 
maka akan banyak petuah yg keluar. Saya kira patut dihormati apa yg 
mereka rasa perlu dilakukan, protes atau apapun namanya, asal dengan 
cara-cara yang wajar, tidak ada yang berkebaratan.

Soal ketidaksetujuan akan suatu hal tentu ada kadarnya. Kalau memang 
seseorang merasa perlu mengajukan pendapatnya (keberatan), karena 
baginya itu masalah yg prinsipil, mengapa tidak, normal kalau mereka 
berbicara. Persoalan akan timbul bila bagi si A ini masalah 
prinsipil tapi bagi si B itu soal sepele. 

Kembali ke soal Kulitmuka Tempo, kita tidak tahu bagaimana persisnya 
suasana pertemuan itu. Yg jelas pihak Tempo pun tidak merasa 
diintimdasi. Tidak ada kekerasan (berarti pemukulan meja pun tidak 
terjadi) begiulah kesan yg kita tangkap dari penjelasan Pak GM.

Bisa juga, ini penafsiran saya, maksud organisasi Katolik itu datang 
bertadang ke kantor Tempo, mau meyakinkan diri mereka sendiri  bhw 
aksi protes ternyata bisa juga dilakukan dengan metode lain, "bicara 
enak dan perlu".

Yah, proses terkadang lebih penting dari pada hasil. Melalaui 
kesalahan lah orang menjadi benar, melalui dosa lah orang menjadi 
saleh... Selamat hari Jumat. 


sg



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, sohibmachmud 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "simson gintings" 
>  wrote:
> > Minta maaf dengan tulus, tidak ada larangan. Minta maaf karena 
> > tekanan, itu konyol. Apakah TEMPO minta maaf karena tada tekanan 
> yg  berarti tidak tulus?
> 
> ===
> 
> di milis ini jika ada satu email, tentu ada beberapa orang yg 
tidak 
> setuju, keberatan, protes.
> 
> dalam satu media massa, koran, tv  ada puluhan artikel.
> di indonesia ada ratusan, ribuan  media massa (tv, koran, majalah, 
> tabloid) jika ada yg tidak setuju, protes dgn satu pemberitaan 
media 
> massa.  maka akan ada ribuan, jutaaan  orang tiap hari yg 
> berbondong2 ke kantor media massa utk protes, dialog, menuntut 
minta 
> maaf, mensomasi dll. 
> ini bukan suatu ciri manusia yg berakal dan beradab. 
> 
> solusi nya kirim surat keberatan, protes, ralat ke media massa 
itu, 
> itu cara yg rasional. 
> memangnya yg berbondong2 itu nggak kerja, nggak kuliah, nggak cari 
> duit ? 
> ini juga salah satu indikasi pengangguran terselubung dan 
> produktivitas masyarakat yg rendah.
> yg masih punya banyak waktu utk hal2 yg tidak produktif.
> 
> sohib
>




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo

2008-02-08 Terurut Topik Haniwar Syarif

Saya sih muslim.. tapi boleh dong cerita dikit apa yg saya pikir atau 
rasakan  ketika membaca soal cover Tempo ini...

Saya ingat dulu banyak  pembakaran gereja... saya sedih sekali kenapa 
ada yg ngaku ummat muslim berbuat begitu.. jadi minder sbg muslim..

Saya jd merasa lucu ketika mereka marah  marah ,, waktu ada mesjid 
dibakar di Kupang... , lha sendirinyapernah bakar gereja.


Saat itu saya nyeletuk di komunitas  saya, komunitas 
muslim,   mestinya kita agak lega.., ternyata kita nggak jelek 
sendirian... , mereka sama juga..


. Kita bukan orang terburuk,, masih ada yg sama buruknya kok,,


banyak juga teman  yg senyumdan saya  P D lg jadi muslim.. ini 
pasti nothing wrong dgn agamaku..


Kini perasan"lega" itu muncul lagi...


  eh nggak muslim aja yg marah  krn ada  karikatur nabi... ..aku senyum lagi..

ini  bukan masalah agamanya kok.. cuma masalah pemahaman sebagian 
ummat .. nya  smile .. lagi..


bahwa lebih banyak  muslim yang begitu... mungkin juga karena 
pendidikan rata rata muslim masih lebih rendah..dismaping di 
Indonesia memang lebih banyak yg ngakumuslim.


jadi mungkin ini soal pendidikan kok..dan soalmateri dan cara dakwah


Sama seperti saya  nggak percaya penyerangan pd Ahmadiyah terutama 
krn unsur  fatwa MUI... lha yg nggak pakai fatwa juga bisa ancur 
ancuran lihat aja TNI AD yg ngancurin rumah Polri., atau ribut  antar 
kampung...



, saya juga percaya kalau misalnya ada sekte  Kristen yg menggoyahkan 
iman pokok, spt misalnya Yesus  nggak wafat disalib ( ini percayaan 
muslim lho), tentu ummat mainstream nya akan menyatakan dia bukan 
Kristen dan bisa jadi marah juga.  Seperti marahnya ummat Islam 
karena ada orang ngaku Islam tapi  bilang ada nabi lain setelah  Muhammad..



Seorang teman muslim saya bilang.. " makin dalam pemahaman Islammu , 
maka kamu akan menjadi orang yg semakin  toleran "

jadi ... pemahaman cetek di agama apapun  bisa .. bikin dirinya 
kurang bertoleransi



salam

Haniwar




At 09:01 AM 08-02-08, you wrote:
>Pak Zain, saya sebagai katolik juga tidak mengagungkan gambar
>bang Leo (Leonardo Da Vinci marah gak ya saya panggil abang?)
>
>Mungkin, tapi ini sekali lagi mungkin, gambar The Last Supper itu
>menjadi acuan simbolik bagi perjamuan terakhir Yesus bersama para
>rasulnya, dan dimunculkan di banyak buku2 pengantar doa, bahkan
>ada juga yg memasangnya di altar gereja sbg bentuk penghormatan.
>
>Tapi ini cuma pendapat pribadi saya yg tentunya belum tentu benar pak.
>
>Salam,
>Totot


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik aries cathlea
Mungkin maksud tulisan Tempo adalah Mamiek anak "bungsu" perempuan sedangkan 
Tommy anak "bungsu" laki2.

  - Original Message - 
  From: Bambang Riyanto 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, February 08, 2008 8:51 AM
  Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Anak bungsu Suharto


  Di TEMPO yang bikin heboh itu, diulas satu per satu bagaiman anak2 Suharto 
terjun ke dunia bisnis-politik. Tapi ada satu hal yang membuat saya bingung. 
  Judul artikel tentang Mamik: "Si Bungsu .". Di ulasan tentang Tommy, di 
paragraf awal, disebutkan Tommy sebagai si bungsu. Yang benar yang mana ya? 
Kalau si bungsu ada dua, berarti ada dua rahim yang melahirkan mereka. Beda ibu?

  Mohon pencerahan...

  riyanto

  __
  Looking for last minute shopping deals? 
  Find them fast with Yahoo! Search. 
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik Anik Wusari
Saya jadi ingat ada yang bertanya ke Pak Maneke, kenapa beliau bilang 
PMKRI,  norak.
Kayaknya ucapan Pak Maneke jadi terpaksa saya setujui, setelah membaca 
aksi "orang tersebut di bawah ini"...
Gimana tuh anggota PMKRI jangan-jangan kalian makin lama gerakannya 
makin sama kayak FPI...sampe menyebar anak buah kemana-mana buat 
"monitoring" (kalau gak mau dianggap sweeping).

--
Maria Anik Wusari
World Population Foundation
Jl. Pekayon I/36.
Pejaten Barat.Jakarta 12550
Ph:  (021) 781 7010/781 7949
Fax: (021) 781 6985
email: [EMAIL PROTECTED]

Agus Hamonangan wrote:
>
> http://www.kompas.co.id/read.php?cnt=.xml.2008.02.07.22530541&channel=1&mn=1&idx=1
>  
> 
>
> JAKARTA, KAMIS - Sejak digugat sejumlah perwakilan umat Katolik yang
> datang langsung untuk berdialog, Majalah Tempo menunjukkan itikad baik
> mereka untuk meminta maaf. Tempo mengatakan bahwa pemuatan cover
> Soeharto beserta anak-anaknya yang mirip dengan lukisan Yesus dan
> murid-muridnya jelang penyaliban, karya Leonardo da Vinci, tidak
> berniat untuk mencederai hubungan dengan masyarakat, khususnya dengan
> orang Katolik.
>
> "Mereka (Majalah Tempo) sudah menepati janji dengan meminta maaf dan
> menyatakan bahwa itu kealpaan. Baik itu di Kompas.com, dan di Koran
> Tempo edisi harian. Mereka juga sudah mengganti cover Majalah Tempo
> edisi Inggris. Kami juga sudah memaafkan. Tapi kami masih menunggu
> hingga Senin pekan depan," kata Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi
> PMKRI, Kamis (7/2).
>
> Hermawi mengatakan, pihaknya masih menunggu satu lagi janji Majalah
> Tempo. Yakni, permintaan maaf pada edisi Majalah berikutnya yang akan
> edar Senin (11/2) depan. Sambil menunggu terbitnya Majalah Tempo edisi
> terbaru, Hermawi mengatakan, Sabtu (9/2), pimpinan organisasi yang
> datang ke Tempo Selasa (5/2) lalu akan bertemu. Mereka akan membahas
> rencana antisipasi dengan membuat beberapa skenario menyambut apakah
> Tempo memenuhi komitmennya atau tidak.
>
> "Kalau Tempo memenuhi komitmennya, tentu kami akan berkililing daerah
> untuk menjelaskan bahwa masalah ini sudah selesai, kita harus
> memaafkan. Dan mereka punya komitmen untuk tidak terulang lagi," ujar
> Hermawi.
>
> Tapi, lanjut Harmawi, jika tidak atau kalau permintaan maaf Majalah
> Tempo tidak dilakukan dengan bahasa yang terbuka, bahasa yang sulit
> dimengerti, pihaknya akan melakukan langkah-langkah lebih lanjut.
>
> Hermawi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dewan pers dan
> komisi penyiaran, juga sudah menyiapkan tim hukum. "Kami akan tempuh
> proses hukum. Tapi kan saya tidak mau mendahului, itu hanya
> pengandaian. Sekali lagi kami masih menunggu permintaan maaf Tempo di
> Majalah Tempo edisi Senin depan," lanjut pria yang juga Wasekjen PKB ini.
>
> Tak hanya itu, setelah berdialog dengan Pimpinan Redaksi Majalah Tempo
> Thoriq Hadad di kantor Tempo, pihaknya juga langsung mengecek komitmen
> Majalah Tempo. Seperti diketahui, dalam pertemuan itu, Hermawi dan
> sejumlah kalangan umat Katolik mengajukan tiga tuntutan, salah satunya
> meminta pimpinan Majalah Tempo menarik kembali Majalah Tempo edisi
> 4-10 Februari 2008 yang memuat gambar Soeharto dan anak-anaknya.
>
> Untuk mengecek itu, Hermawi menyebar 40 orang anggotanya ke beberapa
> daerah di Jakarta. Tujuannya, mengamati kios-kios koran atau toko buku
> yang biasanya menjual Majalah Tempo. Ia mengatakan, Tempo edisi itu
> sudah tidak ada lagi di pasaran.
>
> "Faktanya di Jakarta sudah tidak ada. Saya tidak tahu apakah habis
> dibeli orang apakah sudah ditarik. Yang jelas, kami hanya menemukan di
> dua kios di Cililitan. Saya belum memastikan tetapi yang penting bagi
> kami sudah tidak ada lagi di pasaran. Kita kan nggak bermaksud
> sweeping, ini hanya masalah moral" kata Hermawi lagi.
>
> Hermawi mengaku sampai harus mengutus istrinya untuk mengecek apakah
> memang Tempo memang sudah menarik kembali edisi Majalah Tempo
> bermasalah tersebut. "Tadi istri saya berpura-pura ke kios-kios di
> Serpong, katanya sudah tidak ada. Tapi, yang punya kios juga tidak
> mampu menjelaskan apakah ditarik atau dibeli orang. Dan saya tidak
> punya kompetensi untuk menanyakan ke Tempo, kita tidak sampai ke
> situ," jelas Hermawi. (Persda Network/Hadi Santoso)


[Forum Pembaca KOMPAS] Nasib Tempo ditanganNya

2008-02-08 Terurut Topik Budi Dharma
Ada hal menarik soal kontroversi gambar “last supper” yang meniru gaya lukisan 
Leonardo Da Vinci. Bila dalam novel da vinci code, gambar tersebut dijadikan 
bahan teka-teki, mungkin majalah Tempo juga sebenarnya tengah membuat 
“sayembara” behind the scene misteri klan Soeharto ini, dimanakah harta mantan 
penguasa orba itu disimpan ? 
   
  Saya pikir umat Kristiani cukup dewasa menyikapi hal ini, sebatas hanya minta 
penjelasan. Bukannya berbuat rusuh dan anarki seperti yang pernah dilakukan FPI 
saat menyerang kantor majalah Playboy Indonesia ( omong2 masih terbit nggak 
yach ? ). Tokh, mungkin sebagian dari kita meyakini, jika gambar sampul depan 
Tempo tidak berkenan dihatiNya, Tuhan dengan caranya sendiri akan 
membangkrutkan Tempo tanpa perlu campur tangan manusia yang seolah2 sok 
membela. Pembalasan adalah milikNya. Bagi umat Nasrani adalah teladan Yesus 
yang diikuti ketika Ia berucap : “Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa 
yang mereka perbuat”.
   
  Satu komentar yang menarik baru saja saya baca, bahwa begitu piciknya bila 
Yesus dihina hanya lewat gambar begitu. Ketika kita membiarkan orang asing 
terlantar, saudara2 kita yang sengsara tengah terbuang, atau orang2 kumuh yang 
hina kita singkirkan atas nama pembangunan, disanalah sebenarnya kita tengah 
meludahiNya. Tidak menjaga dan menghargai karyaNya. Dan kita hanya muncul di 
tengah kemunafikan banyak pejabat yang menganggap dengan hasil korupsiinya 
ingin “mencuci dosa” dengan cara menyumbang sejumlah uang lalu empati itu bisa 
muncul.
   
  Dari sisi ilmu pemasaran, ini hanya gimmick saja. Butuh kontroversi supaya 
dilirik orang banyak, sedangkan masalah isi artikel belum tentu menggigit. 
Kira2 miriplah dengan media televisi yang lewat program beritanya berlagak 
“suci” dan main kritik, namun program2 pembodohan yang hilir mudik lewat layar 
kaca tetap saja tayang. 
   
  Btw, jadi penasaran nich bagaimana seandainya kalau Tempo “bernyali” untuk 
memuat gambar wajah Muhammad dalam tataran wacana poligami ? Mumpung bentar 
lagi mau palentin :)
   

   
-
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Anak bungsu Suharto

2008-02-08 Terurut Topik deronda
Saya juga mau numpang tanya, mengapa di ulasan TEMPO (yang sensasional itu), 
menyebut Letjen Safrie Sjamsuddin hanya menunggu di luar Astana Giribangun dan 
tidak masuk ke dalam tempat pemakaman Pak Harto. Ada apa ya? Maksud saya, kan 
tidak ada salahnya tunggu di luar, kenapa harus diulas khusus. Ada yang bisa 
bantu saya? Terima kasih banyak... Soalnya banyak gosip beredar.

Salam damai,
Daniel


  - Original Message - 
  From: Bambang Riyanto 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, February 08, 2008 9:51 AM
  Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Anak bungsu Suharto


  Di TEMPO yang bikin heboh itu, diulas satu per satu bagaiman anak2 Suharto 
terjun ke dunia bisnis-politik. Tapi ada satu hal yang membuat saya bingung. 
  Judul artikel tentang Mamik: "Si Bungsu .". Di ulasan tentang Tommy, di 
paragraf awal, disebutkan Tommy sebagai si bungsu. Yang benar yang mana ya? 
Kalau si bungsu ada dua, berarti ada dua rahim yang melahirkan mereka. Beda ibu?

  Mohon pencerahan...

  riyanto

  __
  Looking for last minute shopping deals? 
  Find them fast with Yahoo! Search. 
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Protes terhadap cover Tempo tentang Soeharto

2008-02-08 Terurut Topik bels79
Betul Pak, Iman tak jatuh krn sebuah gambar.
Sedang protes wajar saja, karena makna dari gambar tsb.
Dan mungkin yg paling penting disini tidak menimbulkan tindakan2
perusakan/ancaman.

semoga damai ada di Indonesia




--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "St.
Herwinoto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Manneke, saya berterima kasih atas pengertian bapak.
> Acung jempol pak!
>
> Saya pribadi sebenernya sih jg heran knp kok sampe terjadi
> protes spt ini, padahal iman gak akan bisa goyah cuma krn
> sampul majalah to? hehehehe...
>
> Ya, semoga saja semuanya berjalan baik dan tidak menghasilkan
> polemik baru ya pak.
>
> Salam hangat dr Jkt,
> Totot


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo

2008-02-08 Terurut Topik rzain
Terima kasih mas Totot, tetapi seorang teman yang lain meskipun dia 
Islam mengatakan bahwa logika dan kepercayaan tidak bisa 
dipertemukan.
Mungkin ketika gambar itu dibuat dan Da Vinci masih hidup kita dapat 
mendebat Paus pun bahwa dia cuma gambar biasa, tetapi setelah turun 
temurun disucikan oleh umat Katolik maka dia menjadi simbol agama 
yang tidak boleh sembarang digunakan meskipun secara logika tetap 
saja gambar biasa.
Saya memahami pendapat ini dan dan memahami kemarahan teman-teman 
Katolik yang merasa tidak enak gambar itu ditiru oleh Tempo, teman2 
tersebut juga tidak bereaksi berlebihan.

rzain


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "St. Herwinoto" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Zain, saya sebagai katolik juga tidak mengagungkan gambar
> bang Leo (Leonardo Da Vinci marah gak ya saya panggil abang?)
> 
> Mungkin, tapi ini sekali lagi mungkin, gambar The Last Supper itu
> menjadi acuan simbolik bagi perjamuan terakhir Yesus bersama para
> rasulnya, dan dimunculkan di banyak buku2 pengantar doa, bahkan
> ada juga yg memasangnya di altar gereja sbg bentuk penghormatan.
> 
> Tapi ini cuma pendapat pribadi saya yg tentunya belum tentu benar 
pak.
> 
> Salam,
> Totot
> 
> 
>   - Original Message - 
>   From: manneke budiman 
>   To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
>   Sent: Thursday, February 07, 2008 4:47 AM
>   Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: cover majalah tempo
> 
> 
>   rzain <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Kabarnya Ummat Katolik mengagungkan gambar Da Vinci yang 
>   menggambarkan Nabi Yesus sedang bersantap, saya tidak faham 
dimana 
>   letak keagungan gambar imaginasi ini shingga haram digunakan 
orang 
>   lain meskipun dengan maksud baik.
> 
>   Saya tidak melihat suatu yang jelek pada gambar Soeharto dengan 
>   keluarganya yang juga sedang bersantap meskipun meniru gambar Da 
>   Vinci tersebut.
> 
>   Sangat bijak bila ada yang bisa menjelaskan terutama kawan 
penganut 
>   Katolik.
> 
>   rzain
> 
> 
>
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD Dipecat

2008-02-08 Terurut Topik protect glasgow
DH,

miris membacanya...

PG

- Original Message 
From: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Friday, 8 February, 2008 8:14:12 AM
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Tak Bayar "Uang Terima Kasih", Siswa SD Dipecat













http://www.kompas. co.id/kompasceta k/read.php? cnt=.kompascetak 
.xml.2008. 02.08.02471044& channel=2& mn=4&idx= 4



Pekanbaru, Kompas - Kakak beradik Tiara Azhara (9) dan Haikal Zelfi

Padilla (7), pelajar kelas IV dan kelas II SDN 003 Marpoyan,

Pekanbaru, sejak Selasa (5/2) tidak lagi bersekolah karena orangtuanya

tidak mampu melunasi ”uang terima kasih” untuk kepala sekolah sebesar

Rp 750.000.



”Saya sudah minta kelonggaran, tetapi kepala sekolah tetap minta saya

menandatangani surat pengunduran diri,” ujar Hildawati (34), ibu Tiara

dan Haikal, yang ditemui di rumahnya, Kamis kemarin.



Hildawati mengisahkan, suaminya, Panut (36), terkena pemutusan

hubungan kerja dari sebuah perusahaan farmasi di Pekanbaru tahun 2006.

Sejak saat itu penghasilan keluarganya tidak menentu. Sempat pindah ke

Tanjungpinang, Kepulauan Riau, lalu ke Medan, akhirnya Agustus 2007

Hilda kembali ke tanah kelahirannya di Pekanbaru.



Ketika memasukkan anaknya ke SDN 003 Marpoyan, Hilda dimintai uang Rp

1.000.000 yang disebut-sebut untuk pembangunan WC sekolah. Namun,

karena tidak memiliki uang, Hilda hanya memberi Rp 250.000 dengan

janji akan melunasinya segera.



Karena ekonomi keluarganya tak kunjung membaik, ”utang” ke sekolah

hingga enam bulan belum juga terbayar. Pada akhir Januari 2008, Kepala

Sekolah SDN 003 kerap mendatangi kelas Tiara untuk menyampaikan pesan

agar ibunya melunasi utang kepada sekolah.



”Bapak kepala sekolah bilang, kalau ibu saya tak mampu membayar utang,

cari saja sekolah lain. Empat kali bapak kepala sekolah masuk ke kelas

saya,” ujar Tiara yang kini mengalami trauma untuk bersekolah.



Hilda mengaku sangat kecewa atas tindakan Kepala Sekolah SDN 003.

”Ketika pindah ke Tanjungpinang dan Medan, tidak ada pungutan sama

sekali. Justru di tanah kelahiran saya dan anak-anak saya, pungutan

untuk bisa sekolah sangat mahal,” ujarnya.



Kepala Sekolah SDN 003 Marpoyan, Zulkifly, yang dihubungi secara

terpisah membantah telah memecat Tiara dan Haikal. Menurut dia,

Hildawatilah yang meminta agar anaknya berhenti dari sekolah itu.

Zulkifly juga membantah uang Rp 1.000.000 dari Hilda bakal dipakai

untuk perbaikan WC Sekolah. Uang itu disebutnya sebagai ”uang lelah”

buat guru atau sebagai ”uang terima kasih”. ”Saya tidak memintanya.

Kalau diberi, tentu kami terima,” kata Zulkifly.



Secara terpisah, Eddy Ahmad RM, anggota DPRD Riau, menyatakan prihatin

atas kasus yang menimpa Tiara dan adiknya, Haikal. Apalagi Riau sedang

menggalakkan pendidikan. Eddy meminta Dinas Pendidikan Riau dan

Pekanbaru segera menuntaskan kasus yang dianggapnya memalukan Provinsi

Riau itu. (SAH)



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Umat Katolik Tunggu Janji Majalah Tempo

2008-02-08 Terurut Topik Blasius Slamet Lasmunadi
Dear all, 
Sebagai orang katolik, saya sangat menyayangkan protes itu. Saya merasa 
prihatin, ada apa di balik protes itu. Pengampunan, kerelaan untuk dihina, 
kerelaan untuk dikritik, disindir, adalah bagian hidup orang beriman yang 
dewasa. Siapapun boleh berkomentar tentang "Last Supper". Lukisan itupun tidak 
satu satunya "simbol" kekatolikan, melainkan sebuah ilustrasi kisah perjamuan 
menjelang sengsara Tuhan. Bahkan parodi lukisan leonardo da Vinci itu banyak. 
Kalau lihat http://www.metacafe.com akan ditemukan banyak parodi tentang Yesus 
yang digambarkan dengan berbagai macam cara. 

Saya berpendapat, "apapun motif" pembuat cover itu, tidaklah perlu 
dipersoalkan. Saya malah tersenyum dan tersungging...tidak tersinggungcover 
itu inspiratif untuk mengembangkan dan memperdalam imankusoalnya bukan pada 
cover itu, tapi pada otak kita masing masing"cover" tidak per se (dengan 
sendirinya ) bisa dikatakan menghina atau menyanjung", tergantung "jalan 
pikiran" kita yang melihat. saya rasa justeru sebaiknya kita menjadi pribadi 
yang mampu SETTING UP OUR MIND IN A CONTEXTUAL SITUATION", seperti menginstall 
sebuah software, mesti harus tahu komputer ini berbasis program Windows, Linux 
atau Machintosh? Pembuatan "cover" majalah itu temasuk urusan otonomi dunia. 
Maka, "etika jurnalistik" itu semestinya dibebaskan dari persoalan penilaian 
agama. Agama itu punya otonominya sendiri. Perjumpaan antara agama dan dunia, 
bisa jadi ada gesekan, tapi tanyakan "siapa yang menggesek kedua dunia-otonomi?"

Bagi saya, cover itu menambah sebuah "ilustrasi kehidupan" yang pantas untuk 
"direfleksikan! Thanks for your inspirational cover in improving my faith. Maka 
saya berharap, tidak perlu lagi mempersoalkan "janji itu" terpenuhi  atau 
tidak. 

salam hangat, 
bslametlasmunadipr.

 




  

Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Pertemuan Tempo dg Asian Agri & Peneliti dari Fikom UGM batal

2008-02-08 Terurut Topik Ridwan Nyak Baik
Rekans;
Koran Tempo edisi Rabu (6/2) menulis bahwa pertemuan dimaksud batal
karena Asian Agri tidak hadir.
Panitia pertemuan di Yogya katanya kecewa.
 
-Original Message-
From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ridwan Nyak
Baik
Sent: Wednesday, February 06, 2008 12:06 PM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com; mediacare Moderator
Cc: mediacare
Subject: RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Dosen Indonesia Tidak Meneliti
 
Rekans all;
Bung Raja kalau dapet proyek penelitian pesanan seperti kawan-kawan di
fisipol (maaf) UGM & UI dalam kasus asian agri mau juga khan
BTW, saya dengar (eh baca di Koran Tempo) kemarin akan ada pertemuan
(kekeluargaan ???) antara tempo dengan para peneliti tersebut, berikut
wakil dari asian agri. Jika para rekans dapat bocoran hasilnya apa,
tolong donk kita-kita dioleh-olehin juga infonya. Setidaknya kita bisa
faham bin mahfum gerangan apa format hasil dari pertemuan kekeluargaan
ituhe2.
Tabik;
RNB



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Protes terhadap cover Tempo tentang Soeharto

2008-02-08 Terurut Topik Yuliati Soebeno
Pak Fransiskus,
   
  Wah sayang sekali kalau bapak hanya menyatakan opini akan "cover Tempo" nya 
saja. Soalnya ISI (berita-berita) dari Tempo edisi tersebut cukup bagus. Dan 
saya selalu membaca TEMPO setiap minggu. Karena kantor kami berlangganan edisi 
berbahsa Indonesia dan juga edisi bahasa Inggris. Jadi kami selalu bergantian 
membacanya.
   
  Salam,
  Yuli

fransiskus pascaries heryoso <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Selamat kepada TEMPO yang telah berhasil menjadikan para ormas 
Katolik sebagai MARKETING GRATISAN. Yah, jelas. Pasti akan ada banyak 
orang (yang senang atau sebaliknya, marah) yang bakal beli edisi itu. 
Buat ormas2 itu, saya usulkan untuk minta duit ke TEMPO sebagai 
kompensasi, karena telah membantu tim MARKETING TEMPO.

Saya katakan ini, karena saya TIDAK YAKIN majalah sekelas Tempo LALAI 
dalam memperhitungkan dampak lanjutan dari tampilnya cover seperti 
itu. Justru ini sudah sangat, sangat, sangat diperhitungkan...

Saya juga heran, kenapa sih ormas2 itu justru ngurusi hal2 kayak 
gitu. Meminjam istilah Gus Dur (kalau tidak salah), Tuhan tidak perlu 
dibela!!! Lebih baik, ormas2 itu mikir bagaimana persoalan bangsa 
ini !!! Tetapi, saya apresiasi aksi mereka yang tidak disertai 
kekerasan seperti... hmm, kita semua tahu lah (siapa yang suka pake 
okol, timbang akal). 

Note:
Saya tidak akan baca TEMPO edisi itu, karena tidak mau terprovokasi 
TEMPO... hehehe.