Re: [ FUPM-EJIP ] Kiat 19 : Mendengar Reflektif
Assalamu’alaikum, Pak Ghody… Artikel 25 Kiatnya baru kiat ke 19. Kami tunggu lho… Jazakallahu khoir.. Abu Syauqi _ From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Sri Maryati Sent: Thursday, August 16, 2007 12:55 PM To: Forum Ukhuwah Pekerja Muslim di Kawasan EJIP Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [ FUPM-EJIP ] Kiat 19 : Mendengar Reflektif - Original Message - From: ^_^ ghodiy ^_^ mailto:[EMAIL PROTECTED] To: 'Forum mailto:fupm-ejip@usahamulia.net Ukhuwah Pekerja Muslim di Kawasan EJIP' Sent: Thursday, August 16, 2007 10:43 AM Subject: [ FUPM-EJIP ] Kiat 19 : Mendengar Reflektif 25 Kiat Mempengaruhi Akal dan Jiwa Anak Kiat 19 : Mendengar Reflektif ORANG tua harus menjaga anak-anaknya dari kegagalan, rasa keterpurukan, dan konflik dengan anggota lingkungan tempat dia hidup. Tentu saja kita tidak dapat menempatkan mereka dalam perlindungan kita secara terus menerus. Yang dapat kita lakukan padanya hanyalah memberinya pemahaman, dan merespon perasaannya yang sedang tidak baik serta pengalamannya yang mengganggunya. Dan kita harus memotivasi mereka untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara yang disebut mendengar reflektif {reflektive listening). Mendengar reflektif adalah menyimak secara responsif dan aktif dalam rangka memahami apa yang dikatakan anak dan agar dia mampu mengingat kembali perasaannya serta mampu menjelaskan situasi-situasi yang memuculkan perasaan itu. Itu dimaksudkan agar kita dapat membantunya mengungkapkan perasaan dan segala problem yang dihadapinya. Dari situ kita dapat menghilangkan ketegangan dan sikap reaktif. Komunikasi macam ini dengan anak akan membuat hubungan baik dan mengokohkan jalinan serta membuat dia mandiri dan tabah. Kita dapat menggunakan cara mendengar reflektif ini pada anak dari mulai umur tiga tahun, dengan syarat kita menggunakan bahasa yang mudah dan sederhana. Ada lima hal penting yang harus diperhatikan saat Anda menyelami perasaannya, yakni: a. Hendaknya Anda menghargai perasaannya dan tunjukkan bahwa Anda memahami perasaan itu Itu dapat tercapai dengan cara mendengar secara tenang, penuh perhatian, dan tampillah bukan sebagai sosok yang akan menghakimi. Tentu saia ada kemungkinan Anda tidak dapat menerima semua perilaku dan perbuatannya. Tapi kesankan bahwa Anda dapat memahami perasaannya. Dia akan mengungkapkan kepada Anda tingkat kemarahannya kepada saudaranya. Tapi dalam waktu bersamaan Anda tidak mengizinkannya untuk melampiaskan kemarahannya kepada saudaranya itu dengan melakukan keculasan dan pemukulan. b. Tampakkan bahwa Anda benar-benar menyimak apa yang dikatakan Dengan semata-mata mendengarkan, Anda telah memberikan padanya penghargaan. Karena Anda telah memperkenankan dia untuk mengungkapkan perasa¬annya dan membagi kekesalan dan kemarahan yang berkecamuk dalam dadanya. Dan isyarat-isyarat yang Anda lakukan juga bisa berarti sebagai partispasi Anda, bahkan seringkali isyarat-isyarat itu mewakili omongan. Misalnya mengangguk-anggukkan kepala sebagai bukti bahwa Anda setuju, menerima, dan berempati terhadap ucapannya. c. Ulangi apa yang dia ucapkan dan ekspresikan bahwa Anda sedang memikirkan perasaannya Sangat baik jika Anda merangkum atau menyusun ulang inti sari yang dia katakan tentang perasaannya itu. Tidaklah cukup -sementara kita tengah bicara tentang empati- hanya mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan anak. Sebaiknya kita mengulangi perkataan dan ungkapan perasaannya untuk memberikan bukti bahwa kita merespon dan memahami perasaannya. Itulah yang disebut mendengarkan reflektif seperti yang sudah kita jelaskan. Mengulangi apa ucapan anak bukan berarti mengulangi kata-katanya secara persis melainkan menyusun ulang inti omongannya. Misalnya Anda mengatakan kepada puteri Anda yang berumur tiga tahun yang tengah kecewa, Oh, kamu pasti kecewa dan sedih ya, karena kamu tidak dapat ikut ibu ke pasar. Suatu saat mungkin anak Anda mengungkapkan perasaan yang amat mengganggu dan mengancamnya. Misalnya ia mengatakan, Tidak ada seorang pun di kelasku yang menyukaiku. Dalam keadaan seperti ini kendalikan diri Anda dan janganlah Anda terbawa emosi dalam mensikapi informasi yang mungkin membuat Anda tersinggung. Jadilah orang tua yang membantu, memberikan motivasi dan mendorong anaknya untuk semakin berterus terang dalam mengemukakan apa yang bergejolak di dalam hatinya betapapun itu menyakitkan Anda. Anak memerlukan bantuan dan pertolongan Anda. Dan melalui bermain peran sebagai cermin, Anda merefleksikan apa yang ada dalam hatinya. Dengan cara itu Anda berinteraksi dengan perasaannya. Itu akan membantunya memilih solusi dan langkah-langkah yang paling baik guna mengatasi kesulitan dan problem yang dia hadapi. Tentu ada fenomena umum dalam cara berfikir dan perilaku anak. Yaitu bahwa mereka sering berlebihan dalam mengungkapkan perasaan mereka dan menggambarkan situasi yang
[ FUPM-EJIP ] Kiat 19 : Mendengar Reflektif
25 Kiat Mempengaruhi Akal dan Jiwa Anak Kiat 19 : Mendengar Reflektif ORANG tua harus menjaga anak-anaknya dari kegagalan, rasa keterpurukan, dan konflik dengan anggota lingkungan tempat dia hidup. Tentu saja kita tidak dapat menempatkan mereka dalam perlindungan kita secara terus menerus. Yang dapat kita lakukan padanya hanyalah memberinya pemahaman, dan merespon perasaannya yang sedang tidak baik serta pengalamannya yang mengganggunya. Dan kita harus memotivasi mereka untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara yang disebut mendengar reflektif {reflektive listening). Mendengar reflektif adalah menyimak secara responsif dan aktif dalam rangka memahami apa yang dikatakan anak dan agar dia mampu mengingat kembali perasaannya serta mampu menjelaskan situasi-situasi yang memuculkan perasaan itu. Itu dimaksudkan agar kita dapat membantunya mengungkapkan perasaan dan segala problem yang dihadapinya. Dari situ kita dapat menghilangkan ketegangan dan sikap reaktif. Komunikasi macam ini dengan anak akan membuat hubungan baik dan mengokohkan jalinan serta membuat dia mandiri dan tabah. Kita dapat menggunakan cara mendengar reflektif ini pada anak dari mulai umur tiga tahun, dengan syarat kita menggunakan bahasa yang mudah dan sederhana. Ada lima hal penting yang harus diperhatikan saat Anda menyelami perasaannya, yakni: a. Hendaknya Anda menghargai perasaannya dan tunjukkan bahwa Anda memahami perasaan itu Itu dapat tercapai dengan cara mendengar secara tenang, penuh perhatian, dan tampillah bukan sebagai sosok yang akan menghakimi. Tentu saia ada kemungkinan Anda tidak dapat menerima semua perilaku dan perbuatannya. Tapi kesankan bahwa Anda dapat memahami perasaannya. Dia akan mengungkapkan kepada Anda tingkat kemarahannya kepada saudaranya. Tapi dalam waktu bersamaan Anda tidak mengizinkannya untuk melampiaskan kemarahannya kepada saudaranya itu dengan melakukan keculasan dan pemukulan. b. Tampakkan bahwa Anda benar-benar menyimak apa yang dikatakan Dengan semata-mata mendengarkan, Anda telah memberikan padanya penghargaan. Karena Anda telah memperkenankan dia untuk mengungkapkan perasa¬annya dan membagi kekesalan dan kemarahan yang berkecamuk dalam dadanya. Dan isyarat-isyarat yang Anda lakukan juga bisa berarti sebagai partispasi Anda, bahkan seringkali isyarat-isyarat itu mewakili omongan. Misalnya mengangguk-anggukkan kepala sebagai bukti bahwa Anda setuju, menerima, dan berempati terhadap ucapannya. c. Ulangi apa yang dia ucapkan dan ekspresikan bahwa Anda sedang memikirkan perasaannya Sangat baik jika Anda merangkum atau menyusun ulang inti sari yang dia katakan tentang perasaannya itu. Tidaklah cukup -sementara kita tengah bicara tentang empati- hanya mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan anak. Sebaiknya kita mengulangi perkataan dan ungkapan perasaannya untuk memberikan bukti bahwa kita merespon dan memahami perasaannya. Itulah yang disebut mendengarkan reflektif seperti yang sudah kita jelaskan. Mengulangi apa ucapan anak bukan berarti mengulangi kata-katanya secara persis melainkan menyusun ulang inti omongannya. Misalnya Anda mengatakan kepada puteri Anda yang berumur tiga tahun yang tengah kecewa, Oh, kamu pasti kecewa dan sedih ya, karena kamu tidak dapat ikut ibu ke pasar. Suatu saat mungkin anak Anda mengungkapkan perasaan yang amat mengganggu dan mengancamnya. Misalnya ia mengatakan, Tidak ada seorang pun di kelasku yang menyukaiku. Dalam keadaan seperti ini kendalikan diri Anda dan janganlah Anda terbawa emosi dalam mensikapi informasi yang mungkin membuat Anda tersinggung. Jadilah orang tua yang membantu, memberikan motivasi dan mendorong anaknya untuk semakin berterus terang dalam mengemukakan apa yang bergejolak di dalam hatinya betapapun itu menyakitkan Anda. Anak memerlukan bantuan dan pertolongan Anda. Dan melalui bermain peran sebagai cermin, Anda merefleksikan apa yang ada dalam hatinya. Dengan cara itu Anda berinteraksi dengan perasaannya. Itu akan membantunya memilih solusi dan langkah-langkah yang paling baik guna mengatasi kesulitan dan problem yang dia hadapi. Tentu ada fenomena umum dalam cara berfikir dan perilaku anak. Yaitu bahwa mereka sering berlebihan dalam mengungkapkan perasaan mereka dan menggambarkan situasi yang melatarbelakanginya. Karenanya orangtua harus membantunya dalam menggambarkan perasaan dan situasi yang melatarbelakanginya agar sesuai dengan realitas. Artinya orangtua harus mengurangi sikap berlebihan dan memproporsionalkan perasaan dengan situasi yang sebenarnya. Apa pun kondisinya, dengan cara menyimak dan menyusun ulang fikiran si anak serta membuatnya menjelaskan perasaannya dengan situasi yang melatarbelakanginya, kita akan tahu kalau dia over acting tanpa harus mengatakannya kepadanya secara langsung. Cara ini bisa digunakan dengan anak dalam segala usia. Karena cara ini memenuhi dua syarat : Pertama, konsentrasi, menyimak dan