Re: [GELORA45] 3 Tipe Sekolah Swasta Islam Ini Rentan Disusupi Radikalisme

2018-05-18 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
Bukankah kementrian Agama melaksanan pendidikan tersendiri (pesantren),
jadi apakah   sebelumnya kementrian agama dan MUI tidak mengetahui adanya
susupan yang disebut radikal.dan baru sekarang?  Seperti diketahui dalam
APBN lalu kementrian agama mempunyai anggaran dua kali lebih besar dari
kementrian agraria. Kementrian agama diberikan biaya untuk mencetak 5.000
doktor ilmu surgawi. Sudah berapa lama susupan radikal itu berlangsung???

2018-05-17 21:26 GMT+02:00 Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com
[GELORA45] :

>
>
> Jumlah pelajar SMA sekitar 5 juta murid, bila survey itu benar artinya
> sekitar 15 ribu orang pelajar SMA berpotensi jadi teroris. Dan angka ini
> baru dari pelajar SMA saja.
>
> ---
>
> Survei toleransi pelajar Indonesia yang dilakukan oleh Setara Institute
> pada 2016 menyimpulkan bahwa 35,7% siswa memiliki paham intoleran yang baru
> dalam tataran pemikiran, 2,4% persen sudah menunjukkan sikap intoleran
> dalam tindakan dan perkataan, serta *0,3% berpotensi menjadi teroris*.
>
> Survei ini dilakukan atas 760 responden yang sedang menempuh pendidikan
> SMA negeri di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.
> ...
> 3 Tipe Sekolah Swasta Islam Ini Rentan Disusupi Radikalisme
> 
>
> 3 Tipe Sekolah Swasta Islam Ini Rentan Disusupi Radikalisme
>
> Sebuah penelitian dilakukan di 20 sekolah swasta Islam di Jawa Tengah
> untuk melihat upaya mereka dalam merespons...
>
> 
>
>
> 18 Mei, 2018 - 00:03
>
>
>
> Ilustrasi
>
> *TEROR yang melanda negeri ini seminggu terakhir, isunya melebar ke
> mana-mana. Mulai dari revisi UU Antiterorisme, wacana kegagalan pemerintah
> dalam upaya deradikalisasi, hingga sistem pendidikan yang tak mendukung
> menjadi bahasan hangat.*
>
> *Khusus dunia pendidikan, Menteri Ristek dan Dikti bahkan telah memecat
> dekan dan tiga dosen
> 
>  di
> sebuah universitas terkenal di Indonesia karena dianggap mengajarkan
> radikalisme. Jenjang sekolah dasar dan menengah juga menjadi sorotan.*
>
> *Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan Agus Mutohar
> , kandidat PhD di
> Fakultas Pendidikan, Monash University, Australia, tentang tipe sekolah
> swasta Islam yang rentan disusupi paham radikalisme.*
>
> **
>
> RENTETAN aksi terorisme kembali terjadi di Indonesia seminggu terakhir
> ini. Mulai dari aksi terorisme di rumah penahanan narapidana teroris di
> Markas Komando Brigade Mobil Depok Jawa Barat, serangan bom di tiga gereja
> di Surabaya, Jawa Timur Minggu lalu, dan teror bom lainnya di Markas
> Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.
>
> Puluhan korban tewas dan luka-luka.
>
> Menyikapi rentetan tindakan teror tersebut, Presiden Joko Widodo
> 
>  menegaskan
> bahwa pemerintah akan membasmi terorisme sampai ke akar-akarnya.
>
> Upaya serius Presiden Jokowi tersebut patut diapresiasi. Namun,
> permasalahan terorisme sangat kompleks karena tidak ada faktor tunggal yang
> bisa menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan teror.
> Pentingnya sekolah untuk mencegah radikalisme
>
> Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah
> merebaknya terorisme di Indonesia adalah menggunakan lembaga pendidikan
> untuk menyemai tumbuh kembangnya sikap toleransi sehingga dapat
> menghentikan masuknya pemikiran-pemikiran radikal.
>
> Tapi yang terjadi malah sebaliknya, sekolah-sekolah di Indonesia menjadi
> lahan tumbuh suburnya paham ekstremisme.
>
> Survei terkini yang dirilis oleh beberapa lembaga seperti Wahid Institute,
> Pusat Pengkajian Islam Masyarakat (PPIM), dan Setara Institute
> mengindikasikan terjadinya penyebaran ajaran intoleransi dan paham
> radikalisme di lembaga pendidikan di Indonesia.
>
> Survei toleransi pelajar Indonesia yang dilakukan oleh Setara Institute
> pada 2016 menyimpulkan bahwa 35,7% siswa memiliki paham intoleran yang baru
> dalam tataran pemikiran, 2,4% persen sudah menunjukkan sikap intoleran
> dalam tindakan dan perkataan, serta 0,3% berpotensi menjadi teroris.
>
> Survei ini dilakukan atas 760 responden yang sedang menempuh pendidikan
> SMA negeri di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.
>
> Survei dari Wahid Institute dan PPIM juga menunjukkan kecenderungan serupa
> yang mengkhawatirkan.
> Karakter sekolah yang rentan
>
> Pada 2017, saya terlibat dalam penelitian di 20 sekolah swasta Islam di
> Jawa Tengah untuk melihat upaya mereka dalam merespons paham radikal.
> Penelitian ini melibatkan akademisi dari Monash University, Australia,
> Universitas Islam Negeri Walisongo di Semarang dan Universitas Gadjah Mada
> di 

[GELORA45] 3 Tipe Sekolah Swasta Islam Ini Rentan Disusupi Radikalisme

2018-05-17 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
Jumlah pelajar SMA sekitar 5 juta murid, bila survey itu benar artinya sekitar 
15 ribu orang pelajar SMA berpotensi jadi teroris. Dan angka ini baru dari 
pelajar SMA saja.
---
Survei toleransi pelajar Indonesia yang dilakukan oleh Setara Institute pada 
2016 menyimpulkan bahwa 35,7% siswa memiliki paham intoleran yang baru dalam 
tataran pemikiran, 2,4% persen sudah menunjukkan sikap intoleran dalam tindakan 
dan perkataan, serta 0,3% berpotensi menjadi teroris.

Survei ini dilakukan atas 760 responden yang sedang menempuh pendidikan SMA 
negeri di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.

3 Tipe Sekolah Swasta Islam Ini Rentan Disusupi Radikalisme


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
3 Tipe Sekolah Swasta Islam Ini Rentan Disusupi Radikalisme

Sebuah penelitian dilakukan di 20 sekolah swasta Islam di Jawa Tengah untuk 
melihat upaya mereka dalam merespons...
 |

 |

 |



18 Mei, 2018 - 00:03


Ilustrasi

TEROR yang melanda negeri ini seminggu terakhir, isunya melebar ke mana-mana. 
Mulai dari revisi UU Antiterorisme, wacana kegagalan pemerintah dalam upaya 
deradikalisasi, hingga sistem pendidikan yang tak mendukung menjadi bahasan 
hangat.

Khusus dunia pendidikan, Menteri Ristek dan Dikti bahkan telah memecat dekan 
dan tiga dosen di sebuah universitas terkenal di Indonesia karena dianggap 
mengajarkan radikalisme. Jenjang sekolah dasar dan menengah juga menjadi 
sorotan.

Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan Agus Mutohar, kandidat PhD di 
Fakultas Pendidikan, Monash University, Australia, tentang tipe sekolah swasta 
Islam yang rentan disusupi paham radikalisme.

**

RENTETAN aksi terorisme kembali terjadi di Indonesia seminggu terakhir ini. 
Mulai dari aksi terorisme di rumah penahanan narapidana teroris di Markas 
Komando Brigade Mobil Depok Jawa Barat, serangan bom di tiga gereja di 
Surabaya, Jawa Timur Minggu lalu, dan teror bom lainnya di Markas Kepolisian 
Resor Kota Besar Surabaya.

Puluhan korban tewas dan luka-luka.

Menyikapi rentetan tindakan teror tersebut, Presiden Joko Widodo menegaskan 
bahwa pemerintah akan membasmi terorisme sampai ke akar-akarnya.

Upaya serius Presiden Jokowi tersebut patut diapresiasi. Namun, permasalahan 
terorisme sangat kompleks karena tidak ada faktor tunggal yang bisa menjelaskan 
mengapa seseorang melakukan tindakan teror.

Pentingnya sekolah untuk mencegah radikalisme

Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah 
merebaknya terorisme di Indonesia adalah menggunakan lembaga pendidikan untuk 
menyemai tumbuh kembangnya sikap toleransi sehingga dapat menghentikan masuknya 
pemikiran-pemikiran radikal.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya, sekolah-sekolah di Indonesia menjadi lahan 
tumbuh suburnya paham ekstremisme.


Survei terkini yang dirilis oleh beberapa lembaga seperti Wahid Institute, 
Pusat Pengkajian Islam Masyarakat (PPIM), dan Setara Institute mengindikasikan 
terjadinya penyebaran ajaran intoleransi dan paham radikalisme di lembaga 
pendidikan di Indonesia.


Survei toleransi pelajar Indonesia yang dilakukan oleh Setara Institute pada 
2016 menyimpulkan bahwa 35,7% siswa memiliki paham intoleran yang baru dalam 
tataran pemikiran, 2,4% persen sudah menunjukkan sikap intoleran dalam tindakan 
dan perkataan, serta 0,3% berpotensi menjadi teroris.

Survei ini dilakukan atas 760 responden yang sedang menempuh pendidikan SMA 
negeri di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.

Survei dari Wahid Institute dan PPIM juga menunjukkan kecenderungan serupa yang 
mengkhawatirkan.

Karakter sekolah yang rentan

Pada 2017, saya terlibat dalam penelitian di 20 sekolah swasta Islam di Jawa 
Tengah untuk melihat upaya mereka dalam merespons paham radikal. Penelitian ini 
melibatkan akademisi dari Monash University, Australia, Universitas Islam 
Negeri Walisongo di Semarang dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta dengan 
dukungan dari Australia-Indonesia Centre.

Salah satu capaian dalam riset yang kami lakukan adalah kami berhasil 
mengidentifikasi tiga tipe sekolah yang rentan terhadap paham-paham radikal. 
Karena alasan prinsip penelitian dan kesepakatan dengan sekolah yang kami 
teliti, kami tidak akan merilis nama-nama sekolah yang kami teliti.

Tiga tipe sekolah yang rentan terhadap paham radikal dalam penelitian kami 
adalah:

1. Sekolah tertutup (closed schools)

Alih-alih menerima perubahan, ciri-ciri sekolah tertutup adalah mengajarkan 
sikap yang sempit dan cenderung menutupi ide-ide dan perkembangan dari luar.

Salah seorang kepala sekolah yang kami temui menjelaskan pentingnya menggunakan 
peradaban Islam (tsaqofah Islamiyah) sebagai benteng untuk melawan globalisasi 
Barat.

Selain membenturkan peradaban Islam dan Barat, sekolah yang mempunyai tipologi 
tertutup ini menekankan pentingnya praktik ajaran Islam versi mereka dan 
menolak versi Islam yang kebanyakan dianut oleh Muslim di Indonesia.

2. Sekolah terpisah (separated schools)

Kedua, sekolah yang berisiko menumbuhkan ajaran radikal adalah tipe sekolah 
terpisah.