Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-24 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
'Revolusi mental' & 'Trisakti' itu cuma jargon kampanye. 
Begitu ditanya, 'Revolusi Mental' seperti apa (karena Marx 
dan Aidit juga pernah memakai istilah ini) semua langsung 
buang badan. Sekarang Jokowinya malah pengin terus gebuki 
PKI.

Lebih kurang begitulah hasil revolusi mental ala Jokowi.

--- jetaimemucho1@... wrote:
 Sudah tiga tahun berkuasa, mana sih hasil 'Revolusi Mentalnya'??? Kepingin 
tahu juga saya. Dulu kan para pendukungnya getol banget tuh dengan Rev. 
Mental!! Lagi-lagi teori yang sudah dianggap kedaluwarsa oleh para mantan kom. 
toh menunjukkan kebenaran: mana bisa revolusi mental kalau tidak ada revolusi 
di materinya Yang korupsi tetap korupsi, yang mental busuk ya tetap busuk!!!

On Friday, November 24, 2017 1:52 PM, ajeg wrote:

Barangkali cuma pendukung Jokowi yang bisa jawab.Termasuk, kenapa pemerintah 
terkesan membiarkan penyingkiran 
terhadap tokoh-tokoh pendidikan. Prof. Arief Rachman ini misalnya 
pernah membuat marah para pendukung ketika beliau mengritik 
'Revolusi Mental'. 

Jadi, orang juga bertanya-tanya, ada apa dengan para pendukung 
yang begitu radikal "pokoknya Jokowi".

--- ilmesengero@... wrote:
Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari 
radikalisme".   Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh 
organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur 
agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter 
kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah  yang bermain lempar batu sembunyi 
tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? 
Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk 
kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa 
hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan?  Mengapa didiami kasus 
pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di 
Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di 
Jawa dsbnya?



Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-24 Terurut Topik Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
Sudah tiga tahun berkuasa, mana sih hasil 'Revolusi Mentalnya'??? Kepingin tahu 
juga saya. Dulu kan para pendukungnya getol banget tuh dengan Rev. Mental!! 
Lagi-lagi teori yang sudah dianggap kedaluwarsa oleh para mantan kom. toh 
menunjukkan kebenaran: mana bisa revolusi mental kalau tidak ada revolusi di 
materinya Yang korupsi tetap korupsi, yang mental busuk ya tetap busuk!!! 

On Friday, November 24, 2017 1:52 PM, "ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]" 
 wrote:
 

     Barangkali cuma pendukung Jokowi yang bisa jawab.Termasuk, kenapa 
pemerintah terkesan membiarkan penyingkiran 
terhadap tokoh-tokoh pendidikan. Prof. Arief Rachman ini misalnya 
pernah membuat marah para pendukung ketika beliau mengritik 
'Revolusi Mental'. 

Jadi, orang juga bertanya-tanya, ada apa dengan para pendukung 
yang begitu radikal "pokoknya Jokowi".

--- ilmesengero@... wrote:
Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari 
radikalisme".   Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh 
organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur 
agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter 
kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah  yang bermain lempar batu sembunyi 
tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? 
Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk 
kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa 
hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan?  Mengapa didiami kasus 
pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di 
Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di 
Jawa dsbnya?


  #yiv7099336909 #yiv7099336909 -- #yiv7099336909ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv7099336909 
#yiv7099336909ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv7099336909 
#yiv7099336909ygrp-mkp #yiv7099336909hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp #yiv7099336909ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp .yiv7099336909ad 
{padding:0 0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp .yiv7099336909ad p 
{margin:0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp .yiv7099336909ad a 
{color:#ff;text-decoration:none;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-sponsor 
#yiv7099336909ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv7099336909 
#yiv7099336909ygrp-sponsor #yiv7099336909ygrp-lc #yiv7099336909hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv7099336909 
#yiv7099336909ygrp-sponsor #yiv7099336909ygrp-lc .yiv7099336909ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv7099336909 
#yiv7099336909activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv7099336909
 #yiv7099336909activity span {font-weight:700;}#yiv7099336909 
#yiv7099336909activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span 
.yiv7099336909underline {text-decoration:underline;}#yiv7099336909 
.yiv7099336909attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv7099336909 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv7099336909 
.yiv7099336909bold a {text-decoration:none;}#yiv7099336909 dd.yiv7099336909last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv7099336909 dd.yiv7099336909last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv7099336909 
dd.yiv7099336909last p span.yiv7099336909yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909attach-table 
{width:400px;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909file-title a, #yiv7099336909 
div.yiv7099336909file-title a:active, #yiv7099336909 
div.yiv7099336909file-title a:hover, #yiv7099336909 div.yiv7099336909file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909photo-title a, 
#yiv7099336909 div.yiv7099336909photo-title a:active, #yiv7099336909 
div.yiv7099336909photo-title a:hover, #yiv7099336909 
div.yiv7099336909photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv7099336909 
div#yiv7099336909ygrp-mlmsg #yiv7099336909ygrp-msg p a 
span.yiv7099336909yshortcuts 

Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-24 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Barangkali cuma pendukung Jokowi yang bisa jawab.Termasuk, kenapa pemerintah 
terkesan membiarkan penyingkiran 
terhadap tokoh-tokoh pendidikan. Prof. Arief Rachman ini misalnya 
pernah membuat marah para pendukung ketika beliau mengritik 
'Revolusi Mental'. 

Jadi, orang juga bertanya-tanya, ada apa dengan para pendukung 
yang begitu radikal "pokoknya Jokowi".

--- ilmesengero@... wrote:
Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari 
radikalisme".   Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh 
organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur 
agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter 
kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah  yang bermain lempar batu sembunyi 
tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? 
Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk 
kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa 
hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan?  Mengapa didiami kasus 
pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di 
Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di 
Jawa dsbnya?




Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-24 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari
radikalisme".   Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh
organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur
agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan
karakter kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah  yang bermain lempar batu
sembunyi tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan
pemerintahan? Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran
belanja untuk kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari
kementrian agraria? Mengapa hingga kini surat tiga menteri tidak
dibatalkan?  Mengapa didiami kasus pengiriman Laskar Jihad dan
sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di Sulawesi Tengah dan Maluku
begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di Jawa dsbnya?


Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-23 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Cilakanya, Jokowi lebih suka membiarkan radikalisme tumbuh 
supaya bisa digebuk, laksana polantas nakal yang sembunyi 
di balik pohon menunggu orang melanggar rambu. Sudah terlalu 
lama pendidikan tidak dijadikan prioritas dalam membangun bangsa. 
Tidak menjalankan amanat UUD'45. Bahkan di era pemerintahan 
Joko Widodo banyak tokoh dan pakar pendidikan yang berjuang 
mencerdaskan kehidupan bangsa malah dibiarkan kena 'gebuk' juga, 
sebagaimana dialami Arief Rachman, Conny Semiawan dll.
Arief Rachman Diberhentikan dari LabschoolArief yang juga guru besar di 
Universitas Negeri Jakarta itu tak mengetahui 
alasan pemberhentiannya. 

Labschool Tanpa Arief Rahman, Apa Bisa?Orde Baru beserta pemimpinnya kini sudah 
tiada. Prof. Arief Rachman, 
di sisi lain, masih tetap eksis di Labschool UNJ. Disinilah nasib kedua 
musuh lama ini berpisah jalan. Namun perhatikanlah kata pepatah: Siapa 
yang tidak belajar dari sejarah akan mengulangi kesalahan yang sama.
--- j.gedearka@... wrote:

https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme
  
Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
   Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB   Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan 
Profesor Arief Rachman mengatakan pendidikan karakter harus terus diberikan 
kepada pelajar dan mahasiswa untuk membentengi mereka dari ancaman paham 
kekerasan atau radikalisme dan ideologi asing yang ingin merusak generasi 
bangsa.
 
 "Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan 
tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, 
serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta, 
Kamis.
 
 Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan ideologi 
Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar.
 
 Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam membekali 
generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini. 
 
 "Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, bisa ke 
Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa supaya 
anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat 
mana yang tidak perlu," katanya.
 
 Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media 
digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun 
pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan 
bernegara.
 
 "Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal yang 
negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru Besar 
Universitas Negeri Jakarta itu.
 
 Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga 
sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang bisa 
membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi.
 
 Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk 
dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar.
 
 "Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar 
mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali 
untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di 
media digital," katanya.  
Pewarta: Sigit Pinardi
 Editor: Kunto Wibisono
 COPYRIGHT © ANTARA 2017
  

Fw: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-23 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]


From: Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] 
Sent: Friday, November 24, 2017 7:14 AM

  



https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme


Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB 

Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman mengatakan 
pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan mahasiswa untuk 
membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau radikalisme dan ideologi 
asing yang ingin merusak generasi bangsa.

"Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan 
tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, 
serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta, 
Kamis.

Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan ideologi 
Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar.

Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam membekali 
generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini. 

"Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, bisa ke 
Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa supaya 
anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat 
mana yang tidak perlu," katanya.

Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media 
digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun 
pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan 
bernegara.

"Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal yang 
negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru Besar 
Universitas Negeri Jakarta itu.

Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga 
sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang bisa 
membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi.

Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk 
dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar.

"Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar 
mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali 
untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di 
media digital," katanya. 

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2017









Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-23 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Ya, tidak hanya pendidikan karakter saja. Juga harus dilakukan dalam
praktek,
Ada sekolah2 yang mengatur 2 orang murid dari tiap kelas, harus menyapu
membersihkan kelas
habis pelajaran.
Anak2 sekolah di Jepang bergiliran membersihkan toilet.
Sekali kami pernah di stasion Beijing, dibantu anak2 sekolah, yang dikirim
sekolahnya, untuk
bantu angkat bagasi penumpang2 yang lanjut usia.

2017-11-24 0:14 GMT+01:00 Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
>
> https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-
> pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme
> Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
>
> Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB
> Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman mengatakan
> pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan mahasiswa
> untuk membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau radikalisme dan
> ideologi asing yang ingin merusak generasi bangsa.
>
> "Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan
> tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk,
> serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta,
> Kamis.
>
> Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan
> ideologi Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar.
>
> Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam
> membekali generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini.
>
> "Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional,
> bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa
> supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang
> bermanfaat mana yang tidak perlu," katanya.
>
> Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media
> digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun
> pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan
> bernegara.
>
> "Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal
> yang negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru
> Besar Universitas Negeri Jakarta itu.
>
> Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga
> sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang
> bisa membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi.
>
> Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk
> dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar.
>
> "Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar
> mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali
> untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di
> media digital," katanya.
>
> Pewarta: Sigit Pinardi
> Editor: Kunto Wibisono
> COPYRIGHT © ANTARA 2017
>
>
>
>
>
> 
>


[GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

2017-11-23 Terurut Topik Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme


 Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme

Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB

Dokumentasi Sejumlah siswa SDN membentangkan bendera sepanjang 20 meter 
saat menggelar pawai bendera di Kabupaten Pamekasan, Jatim, Senin 
(11/11/2013). Pawai bendera dalam rangka memeriahkan Hari Pahlawan itu, 
dimaksudkan untuk menanamkan pendidikan karakter dan menumbuhkan rasa 
nasionalisme kepada masyarakat sejak usia dini. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)


   Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara
   internasional, bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada
   pendidikan karakter bangsa supaya anak-anak bisa menyaring mana baik
   dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat mana yang tidak perlu

Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman 
mengatakan pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan 
mahasiswa untuk membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau 
radikalisme dan ideologi asing yang ingin merusak generasi bangsa.


"Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan 
tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang 
buruk, serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief 
di Jakarta, Kamis.


Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan 
ideologi Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar.


Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam 
membekali generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini.


"Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, 
bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter 
bangsa supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, 
mana yang bermanfaat mana yang tidak perlu," katanya.


Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian 
media digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat 
maupun pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip 
berbangsa dan bernegara.


"Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal 
yang negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata 
Guru Besar Universitas Negeri Jakarta itu.


Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga 
sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang 
bisa membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi.


Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk 
dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar.


"Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar 
mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, 
kecuali untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa 
(dipelajari) di media digital," katanya.


Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2017