Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
'Revolusi mental' & 'Trisakti' itu cuma jargon kampanye. Begitu ditanya, 'Revolusi Mental' seperti apa (karena Marx dan Aidit juga pernah memakai istilah ini) semua langsung buang badan. Sekarang Jokowinya malah pengin terus gebuki PKI. Lebih kurang begitulah hasil revolusi mental ala Jokowi. --- jetaimemucho1@... wrote: Sudah tiga tahun berkuasa, mana sih hasil 'Revolusi Mentalnya'??? Kepingin tahu juga saya. Dulu kan para pendukungnya getol banget tuh dengan Rev. Mental!! Lagi-lagi teori yang sudah dianggap kedaluwarsa oleh para mantan kom. toh menunjukkan kebenaran: mana bisa revolusi mental kalau tidak ada revolusi di materinya Yang korupsi tetap korupsi, yang mental busuk ya tetap busuk!!! On Friday, November 24, 2017 1:52 PM, ajeg wrote: Barangkali cuma pendukung Jokowi yang bisa jawab.Termasuk, kenapa pemerintah terkesan membiarkan penyingkiran terhadap tokoh-tokoh pendidikan. Prof. Arief Rachman ini misalnya pernah membuat marah para pendukung ketika beliau mengritik 'Revolusi Mental'. Jadi, orang juga bertanya-tanya, ada apa dengan para pendukung yang begitu radikal "pokoknya Jokowi". --- ilmesengero@... wrote: Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme". Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah yang bermain lempar batu sembunyi tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan? Mengapa didiami kasus pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di Jawa dsbnya?
Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
Sudah tiga tahun berkuasa, mana sih hasil 'Revolusi Mentalnya'??? Kepingin tahu juga saya. Dulu kan para pendukungnya getol banget tuh dengan Rev. Mental!! Lagi-lagi teori yang sudah dianggap kedaluwarsa oleh para mantan kom. toh menunjukkan kebenaran: mana bisa revolusi mental kalau tidak ada revolusi di materinya Yang korupsi tetap korupsi, yang mental busuk ya tetap busuk!!! On Friday, November 24, 2017 1:52 PM, "ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]"wrote: Barangkali cuma pendukung Jokowi yang bisa jawab.Termasuk, kenapa pemerintah terkesan membiarkan penyingkiran terhadap tokoh-tokoh pendidikan. Prof. Arief Rachman ini misalnya pernah membuat marah para pendukung ketika beliau mengritik 'Revolusi Mental'. Jadi, orang juga bertanya-tanya, ada apa dengan para pendukung yang begitu radikal "pokoknya Jokowi". --- ilmesengero@... wrote: Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme". Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah yang bermain lempar batu sembunyi tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan? Mengapa didiami kasus pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di Jawa dsbnya? #yiv7099336909 #yiv7099336909 -- #yiv7099336909ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp #yiv7099336909hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp #yiv7099336909ads {margin-bottom:10px;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp .yiv7099336909ad {padding:0 0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp .yiv7099336909ad p {margin:0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-mkp .yiv7099336909ad a {color:#ff;text-decoration:none;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-sponsor #yiv7099336909ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-sponsor #yiv7099336909ygrp-lc #yiv7099336909hd {margin:10px 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv7099336909 #yiv7099336909ygrp-sponsor #yiv7099336909ygrp-lc .yiv7099336909ad {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909actions {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span {font-weight:700;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span:first-child {text-transform:uppercase;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span a {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span span {color:#ff7900;}#yiv7099336909 #yiv7099336909activity span .yiv7099336909underline {text-decoration:underline;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 0;width:400px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach div a {text-decoration:none;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach img {border:none;padding-right:5px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach label {display:block;margin-bottom:5px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909attach label a {text-decoration:none;}#yiv7099336909 blockquote {margin:0 0 0 4px;}#yiv7099336909 .yiv7099336909bold {font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv7099336909 .yiv7099336909bold a {text-decoration:none;}#yiv7099336909 dd.yiv7099336909last p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv7099336909 dd.yiv7099336909last p span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv7099336909 dd.yiv7099336909last p span.yiv7099336909yshortcuts {margin-right:0;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909attach-table div div a {text-decoration:none;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909attach-table {width:400px;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909file-title a, #yiv7099336909 div.yiv7099336909file-title a:active, #yiv7099336909 div.yiv7099336909file-title a:hover, #yiv7099336909 div.yiv7099336909file-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv7099336909 div.yiv7099336909photo-title a, #yiv7099336909 div.yiv7099336909photo-title a:active, #yiv7099336909 div.yiv7099336909photo-title a:hover, #yiv7099336909 div.yiv7099336909photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv7099336909 div#yiv7099336909ygrp-mlmsg #yiv7099336909ygrp-msg p a span.yiv7099336909yshortcuts
Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
Barangkali cuma pendukung Jokowi yang bisa jawab.Termasuk, kenapa pemerintah terkesan membiarkan penyingkiran terhadap tokoh-tokoh pendidikan. Prof. Arief Rachman ini misalnya pernah membuat marah para pendukung ketika beliau mengritik 'Revolusi Mental'. Jadi, orang juga bertanya-tanya, ada apa dengan para pendukung yang begitu radikal "pokoknya Jokowi". --- ilmesengero@... wrote: Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme". Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah yang bermain lempar batu sembunyi tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan? Mengapa didiami kasus pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di Jawa dsbnya?
Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
Tidak lengkap pernyataan "pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme". Bukankah selama ini radikalisme agama yang didukung oleh organisasi agama yang mengacaukan masyarakat, jadi harus ditekankan unsur agama. Apakah mungkin bisa radikalisme agama dicegah dengan pendidikan karakter kalau tokoh-tokoh agama dan pemerintah yang bermain lempar batu sembunyi tangan masih terus menduduki posisi utama dalam masayarakat dan pemerintahan? Apakah mungkin bisa dicegah radikalisme agama jika angaran belanja untuk kementrian agama diperbesar dua atau tiga kali dari kementrian agraria? Mengapa hingga kini surat tiga menteri tidak dibatalkan? Mengapa didiami kasus pengiriman Laskar Jihad dan sobat-sobatny untuk membasmi kaum Nasrani di Sulawesi Tengah dan Maluku begitupun gangguan terhadap kaum agama minoritas di Jawa dsbnya?
Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
Cilakanya, Jokowi lebih suka membiarkan radikalisme tumbuh supaya bisa digebuk, laksana polantas nakal yang sembunyi di balik pohon menunggu orang melanggar rambu. Sudah terlalu lama pendidikan tidak dijadikan prioritas dalam membangun bangsa. Tidak menjalankan amanat UUD'45. Bahkan di era pemerintahan Joko Widodo banyak tokoh dan pakar pendidikan yang berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa malah dibiarkan kena 'gebuk' juga, sebagaimana dialami Arief Rachman, Conny Semiawan dll. Arief Rachman Diberhentikan dari LabschoolArief yang juga guru besar di Universitas Negeri Jakarta itu tak mengetahui alasan pemberhentiannya. Labschool Tanpa Arief Rahman, Apa Bisa?Orde Baru beserta pemimpinnya kini sudah tiada. Prof. Arief Rachman, di sisi lain, masih tetap eksis di Labschool UNJ. Disinilah nasib kedua musuh lama ini berpisah jalan. Namun perhatikanlah kata pepatah: Siapa yang tidak belajar dari sejarah akan mengulangi kesalahan yang sama. --- j.gedearka@... wrote: https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman mengatakan pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan mahasiswa untuk membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau radikalisme dan ideologi asing yang ingin merusak generasi bangsa. "Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta, Kamis. Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan ideologi Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar. Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam membekali generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini. "Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat mana yang tidak perlu," katanya. Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan bernegara. "Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal yang negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta itu. Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang bisa membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi. Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar. "Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di media digital," katanya. Pewarta: Sigit Pinardi Editor: Kunto Wibisono COPYRIGHT © ANTARA 2017
Fw: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
From: Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] Sent: Friday, November 24, 2017 7:14 AM https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman mengatakan pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan mahasiswa untuk membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau radikalisme dan ideologi asing yang ingin merusak generasi bangsa. "Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta, Kamis. Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan ideologi Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar. Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam membekali generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini. "Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat mana yang tidak perlu," katanya. Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan bernegara. "Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal yang negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta itu. Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang bisa membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi. Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar. "Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di media digital," katanya. Pewarta: Sigit Pinardi Editor: Kunto Wibisono COPYRIGHT © ANTARA 2017
Re: [GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
Ya, tidak hanya pendidikan karakter saja. Juga harus dilakukan dalam praktek, Ada sekolah2 yang mengatur 2 orang murid dari tiap kelas, harus menyapu membersihkan kelas habis pelajaran. Anak2 sekolah di Jepang bergiliran membersihkan toilet. Sekali kami pernah di stasion Beijing, dibantu anak2 sekolah, yang dikirim sekolahnya, untuk bantu angkat bagasi penumpang2 yang lanjut usia. 2017-11-24 0:14 GMT+01:00 Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com>: > > > > https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar- > pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme > Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme > > Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB > Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman mengatakan > pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan mahasiswa > untuk membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau radikalisme dan > ideologi asing yang ingin merusak generasi bangsa. > > "Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan > tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, > serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta, > Kamis. > > Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan > ideologi Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar. > > Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam > membekali generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini. > > "Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, > bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa > supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang > bermanfaat mana yang tidak perlu," katanya. > > Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media > digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun > pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan > bernegara. > > "Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal > yang negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru > Besar Universitas Negeri Jakarta itu. > > Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga > sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang > bisa membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi. > > Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk > dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar. > > "Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar > mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali > untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di > media digital," katanya. > > Pewarta: Sigit Pinardi > Editor: Kunto Wibisono > COPYRIGHT © ANTARA 2017 > > > > > > >
[GELORA45] Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme
https://www.antaranews.com/berita/666780/pakar-pendidikan-karakter-bentengi-pelajar-dari-radikalisme Pakar: pendidikan karakter bentengi pelajar dari radikalisme Kamis, 23 November 2017 19:58 WIB Dokumentasi Sejumlah siswa SDN membentangkan bendera sepanjang 20 meter saat menggelar pawai bendera di Kabupaten Pamekasan, Jatim, Senin (11/11/2013). Pawai bendera dalam rangka memeriahkan Hari Pahlawan itu, dimaksudkan untuk menanamkan pendidikan karakter dan menumbuhkan rasa nasionalisme kepada masyarakat sejak usia dini. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri) Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat mana yang tidak perlu Jakarta (ANTARA News) - Pakar pendidikan Profesor Arief Rachman mengatakan pendidikan karakter harus terus diberikan kepada pelajar dan mahasiswa untuk membentengi mereka dari ancaman paham kekerasan atau radikalisme dan ideologi asing yang ingin merusak generasi bangsa. "Para generasi penerus bangsa harus memperoleh materi bidang pendidikan tersebut supaya mereka mampu menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang bermanfaat maupun tidak dibutuhkan," kata Arief di Jakarta, Kamis. Menurut Arief, pendidikan karakter bangsa itu bisa berupa penguatan ideologi Pancasila serta pemahaman nilai-nilai agama yang benar. Ia mengatakan penguatan karakter bangsa ini bisa menjadi kunci dalam membekali generasi muda, terutama di era digitalisasi sekarang ini. "Melalui media digital kan kita bisa berhubungan secara internasional, bisa ke Eropa, bisa ke Amerika. Jadi, harus ada pendidikan karakter bangsa supaya anak-anak bisa menyaring mana baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat mana yang tidak perlu," katanya. Dalam pandangannya, anak-anak usia sekolah harus memahami pemakaian media digital secara sehat. Dengan demikian, informasi yang didapat maupun pemanfaatannya harus selalu berlandaskan prinsip-prinsip berbangsa dan bernegara. "Jangan sampai kita membiarkan media digital itu dipakai untuk hal-hal yang negatif. Itu yang ingin saya tekankan dan saya sampaikan," kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta itu. Ia mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa dihindarkan sehingga sekolah-sekolah harus memperkenalkan media digital karena tidak ada yang bisa membuat anak-anak steril dari kemajuan teknologi komunikasi. Justru, kata Arief, teknologi komunikasi harus disapa oleh sekolah untuk dipakai secara positif oleh anak-anak untuk proses belajar mengajar. "Saya pikir tidak apa-apa media digital itu dipakai untuk proses belajar mengajar. Semua mata pelajaran bisa diakses melalui media digital, kecuali untuk praktik laboratorium, tapi rumus-rumus kimia itu bisa (dipelajari) di media digital," katanya. Pewarta: Sigit Pinardi Editor: Kunto Wibisono COPYRIGHT © ANTARA 2017