RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Koq bisa gak ada? Dimana2 nigga itu nigger dipakai baik Bahasa lisan maupun tulisan diamerika. Banyak dari orang kulit hitam memanggil temennya yang kulit hitam: nigga dan nigger utk bercanda, slang atau kalau sudah marah sekali. Nigro itu Esperanto yg artinya hitam. Saya salah karena banyak orang italia punya nama nigro sbg last/family name. tapi memang bukan bhs italia. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Sunday, February 5, 2017 3:11 PM To: GELORA45@yahoogroups.com; nesa...@yahoo.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Anda ini lucu sekali, mutar-mutar luar biasa dalam american english tidak ada itu nigga, mungkin itu ucapan orang Nigeria yang bilang “nigga”. Hitam dalam bahasa italia bukan “nigro” tetapi “nero”. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Sunday, February 5, 2017 6:23 PM To: 'Sunny' <mailto:am...@tele2.se> ; GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroupscom> Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Di amerika itu istilah: negro, nigger, nigga, berwarna/colored itu adalah derogatory/menghina. Terus diperhalus sbg black, lalu African American. Perubahan ini sejalan dengan sejarah bangsa karena ada yang tersinggung dengan istilah itu karena konotasinya menghina. Perbedaannya besar. Asalnya/arti kata nigger itu panggilan penghinaan. Itu bersumber dari perbudakan jaman dulu. Negro itu dari kata Spanish yg berarti hitam, begitu juga nigro dalam bhs italia. Bukan asal katanya yang dipersoalkan melainkan pengertian yg dibawanya. Ya diindonesia negro tidak punya makna menghina tetapi di amerika lain. Begitu juga kalau orang Indonesia mengucapkan kata negro kpd orang amerika yang berkulit hitam akan menjadi masalah lain. Jadi diluar amerika, ya istilah2 itu menjadi biasa karena itu kembali ke Bahasa saja dan tidak mengandung penghinaan. Istilah negro sendiri sebelum perang sipil amerika tidak terlalu “menghina”, tetapi berubah setelah perang sipil menjadi sangat negative/offensive. Dikalangan orang hitam juga ada yang tidak mempersoalkannya karena ada black cultural group yg dapat menerimanya. Persis kasusnya seperti istilah cina di Indonesia. Bagi yg merasa ada konotasi penghinaan akan marah. Bagi yg tidak ya biasa2 saja. Ini hanya masalah empati saja. tetapi bisa saja kalau terlalu mengganggu, negara turun tangan. Di amerika, Obama melarang penggunaan istilah negro dan oriental dalam federal. Bisa saja masalah empati ini menjadi masalah hukum/legal kalau ada political will. Ini tergantung negaranya melihat kasus penghinaan ini sebaiknya bagaimana diwadai. Nesare From: Sunny [mailto:am...@tele2.se] Sent: Sunday, February 5, 2017 11:21 AM To: nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com> ; GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja. Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada masalah. Silahkan mau diterima atau tidak. Yang punya emphati biasanya akan menerima. Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah mengalami. Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll. Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll. Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya. Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek emphati, etika dan mungkin moral. Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati. Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg unik Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali! Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada orang tionghoa
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Anda ini lucu sekali, mutar-mutar luar biasa dalam american english tidak ada itu nigga, mungkin itu ucapan orang Nigeria yang bilang “nigga”. Hitam dalam bahasa italia bukan “nigro” tetapi “nero”. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Sunday, February 5, 2017 6:23 PM To: 'Sunny' ; GELORA45@yahoogroups.com Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Di amerika itu istilah: negro, nigger, nigga, berwarna/colored itu adalah derogatory/menghina. Terus diperhalus sbg black, lalu African American. Perubahan ini sejalan dengan sejarah bangsa karena ada yang tersinggung dengan istilah itu karena konotasinya menghina. Perbedaannya besar. Asalnya/arti kata nigger itu panggilan penghinaan. Itu bersumber dari perbudakan jaman dulu. Negro itu dari kata Spanish yg berarti hitam, begitu juga nigro dalam bhs italia. Bukan asal katanya yang dipersoalkan melainkan pengertian yg dibawanya. Ya diindonesia negro tidak punya makna menghina tetapi di amerika lain. Begitu juga kalau orang Indonesia mengucapkan kata negro kpd orang amerika yang berkulit hitam akan menjadi masalah lain. Jadi diluar amerika, ya istilah2 itu menjadi biasa karena itu kembali ke Bahasa saja dan tidak mengandung penghinaan. Istilah negro sendiri sebelum perang sipil amerika tidak terlalu “menghina”, tetapi berubah setelah perang sipil menjadi sangat negative/offensive. Dikalangan orang hitam juga ada yang tidak mempersoalkannya karena ada black cultural group yg dapat menerimanya. Persis kasusnya seperti istilah cina di Indonesia. Bagi yg merasa ada konotasi penghinaan akan marah. Bagi yg tidak ya biasa2 saja. Ini hanya masalah empati saja. tetapi bisa saja kalau terlalu mengganggu, negara turun tangan. Di amerika, Obama melarang penggunaan istilah negro dan oriental dalam federal. Bisa saja masalah empati ini menjadi masalah hukum/legal kalau ada political will. Ini tergantung negaranya melihat kasus penghinaan ini sebaiknya bagaimana diwadai. Nesare From: Sunny [mailto:am...@tele2.se] Sent: Sunday, February 5, 2017 11:21 AM To: nesa...@yahoo.com; GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja. Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada masalah. Silahkan mau diterima atau tidak. Yang punya emphati biasanya akan menerima. Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah mengalami. Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll. Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll. Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya. Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek emphati, etika dan mungkin moral. Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati. Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali! Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya political power seperti jaman dulu ada baperki. Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani diri dengan perasaan pedih-pedih sedap.
RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Di amerika itu istilah: negro, nigger, nigga, berwarna/colored itu adalah derogatory/menghina. Terus diperhalus sbg black, lalu African American. Perubahan ini sejalan dengan sejarah bangsa karena ada yang tersinggung dengan istilah itu karena konotasinya menghina. Perbedaannya besar. Asalnya/arti kata nigger itu panggilan penghinaan. Itu bersumber dari perbudakan jaman dulu. Negro itu dari kata Spanish yg berarti hitam, begitu juga nigro dalam bhs italia. Bukan asal katanya yang dipersoalkan melainkan pengertian yg dibawanya. Ya diindonesia negro tidak punya makna menghina tetapi di amerika lain. Begitu juga kalau orang Indonesia mengucapkan kata negro kpd orang amerika yang berkulit hitam akan menjadi masalah lain. Jadi diluar amerika, ya istilah2 itu menjadi biasa karena itu kembali ke Bahasa saja dan tidak mengandung penghinaan. Istilah negro sendiri sebelum perang sipil amerika tidak terlalu “menghina”, tetapi berubah setelah perang sipil menjadi sangat negative/offensive. Dikalangan orang hitam juga ada yang tidak mempersoalkannya karena ada black cultural group yg dapat menerimanya. Persis kasusnya seperti istilah cina di Indonesia. Bagi yg merasa ada konotasi penghinaan akan marah. Bagi yg tidak ya biasa2 saja. Ini hanya masalah empati saja. tetapi bisa saja kalau terlalu mengganggu, negara turun tangan. Di amerika, Obama melarang penggunaan istilah negro dan oriental dalam federal. Bisa saja masalah empati ini menjadi masalah hukum/legal kalau ada political will. Ini tergantung negaranya melihat kasus penghinaan ini sebaiknya bagaimana diwadai. Nesare From: Sunny [mailto:am...@tele2.se] Sent: Sunday, February 5, 2017 11:21 AM To: nesa...@yahoo.com; GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja. Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada masalah. Silahkan mau diterima atau tidak. Yang punya emphati biasanya akan menerima. Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah mengalami. Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll. Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll. Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya. Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek emphati, etika dan mungkin moral. Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati. Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali! Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya political power seperti jaman dulu ada baperki. Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani diri dengan perasaan pedih-pedih sedap. Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya malah laris sebagai komedian. https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI --- SADAR@... wrote: Kereta Cepat Indonesia–Ch
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja. Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada masalah. Silahkan mau diterima atau tidak. Yang punya emphati biasanya akan menerima. Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah mengalami. Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll. Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll. Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya. Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek emphati, etika dan mungkin moral. Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati. Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali! Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya political power seperti jaman dulu ada baperki. Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani diri dengan perasaan pedih-pedih sedap. Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya malah laris sebagai komedian. https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI --- SADAR@... wrote: Kereta Cepat Indonesia–China BUKAN CINA! https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China From: ajeg Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan. Tinggal klik ini --> KCIC --- SADAR@... wrote: Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ..! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam, ChanCT From: ajeg Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國 --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium
RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja. Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada masalah. Silahkan mau diterima atau tidak. Yang punya emphati biasanya akan menerima. Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah mengalami. Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll. Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll. Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya. Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek emphati, etika dan mungkin moral. Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati. Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali! Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya political power seperti jaman dulu ada baperki. Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani diri dengan perasaan pedih-pedih sedap. Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya malah laris sebagai komedian. https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI --- SADAR@... wrote: Kereta Cepat Indonesia–China BUKAN CINA! https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China From: ajeg Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan. Tinggal klik ini --> KCIC <http://www.kompasiana.com/rambangbasari/kereta-cepat-indonesia-cina-kcic-secara-matematis-tidak-menguntungkan_56b5c86f8f7e614907466144> --- SADAR@... wrote: Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ..! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam, ChanCT From: ajeg Bagaimana dengan KCIC <http://www.kompasiana.com/rambangbasari/kereta-cepat-indonesia-cina-kcic-secara-matematis-tidak-menguntungkan_56b5c86f8f7e614907466144> ? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國 --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani diri dengan perasaan pedih-pedih sedap. Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya malah laris sebagai komedian. https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI | | --- SADAR@... wrote: Kereta Cepat Indonesia–China BUKAN CINA! https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China From: ajeg Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan.Tinggal klik ini --> KCIC --- SADAR@... wrote: Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...!Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam,ChanCT From: ajegBagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, ... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan CINA itu, ...
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Anda bisa lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia disini: http://kbbi.co.id/arti-kata/Cina apakah bung Chan mau mengajukan protes ke KBBI utk menghapus kata "cina" dari perbendaharaan katanya? Kemelut kata cina dan tionghoa bukan dari pemerintahan China, tetapi justru dari dalam negeri sendiri, terutama dari perseteruan LPKB dan Baperki. Hal ini justru menunjukkan kenyataan diantara keturunan Tionghoa di Indonesia ada yg memilih kata tionghoa ada yg cina. Saya rasa biarlah generasi yg sekarang ini yg memilih mau pakai kata apa, mau dua2nya juga nggak ada masalah. Bung Chan, anda sebaiknya belajar dari sejarah dan tidak perlu mengulangin keributan para orang tua itu yg tidak perlu sudah bukan jamannya lagi. Yg jelek adalah kalau hal itu dilandasin oleh pemaksaan. On Wednesday, February 1, 2017 7:45 PM, Chan CT <sa...@netvigator.com> wrote: Oouuuh, rupanya mengarah ke KCIC itu Kereta Cepat Indonesia, ... yang masih TETAP GUNAKAN CHINA! Penafsiran saya begini, CHINA di Indonesia itu menjadi TIONGKOK, bukan dan tidak mesti menjadi CINA! Tiongkok nampaknya masih mempertahankan sikap dimasa ORBA dahulu, boleh gunakan CHINA dan tidak gunakan CINA, sekalipun kalian mengatakan itulah bhs. Indonesia! Yaa, terserah sama pihak Tiongkok saja, mereka kalau lebih suka menggunakan CHINA atau Tiongkok, tapi tidak dengan CINA sekalipun kalian bilang itulah bhs. Indonesia dari CHINA! Memangnya kenapa kalau mereka hendak di gunakan CHINA atau Tiongkok, ...? Salah dan itu berarti melecehkan Indonesia? Bukan sebaliknya kalau kita yang memaksakan sebutan CINA pada mereka itu yang tidak tahu aturan bahkan biadab? Coba saja sekarang kalau anda sudah menyatakan tidak suka dipanggil Bagong, lalu saya tetap saja panggil anda Bagong? Apa nggak jadi berantem, ... dan saya dibilang dableg dan kurang ajar??? Salam,ChanCT From: Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Thursday, February 2, 2017 12:10 AMTo: Yahoogroups Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bung Chan, saya sepenuhnya setuju statement anda ini "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" tetapi saya tidak pernah mendapat referensi resmi pernyataan anda ini "Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA." Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) justru yg dipakai malah kata Cina. Dalam konteks internasional ternyata yang dipilih nama China yg terbukti dengan nama resmi The People's Republic of China di PBB. Sedang kata China kalau diterjemahkan kebahasa Indonesia tentu Cina, sedang kata Tionghoa tentu terjemahan dari kata Zhonghoa lafal hokkian dari nama Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. Dilihat disini sebenarnya kedua kata itu okey saja dan boleh dipakai. Baik kata Cina ataupun Tionghoa menurut saya kata2 yang netral saja. Dalam konteks politik tempo hari waktu perdebatan pemilihan kata cina dan tionghoa saya berdiri dipihak kata tionghoa menuntut pencabutan SE yg memaksa pemakaian kata Cina dan menghapus Tionghoa itu. Tetapi setelah itu saya rasa sebaiknya dikembalikan lagi pada masyarakat secara bebas mau pakai kata apa bagi dirinya. Mengutip kembali kata2 anda "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" adalah suatu kenyataan ada yg memilih sebutan tionghoa dan ada yg memilih cina. Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina seharusnya kalau anda keuhkeuh seharusnya anda protes kenapa kok dipakai kata Cina, hal ini pernah saya tanyakan pada anda tempo hari tapi tidak pernah dijawab. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote : Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam,ChanCT From: ajeg ajegilelu@... [GELORA45]Sent: Wednesday, February 1, 2017 5:11 PMTo: GELORA45@yahoogroups.comSubject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bagaimana dengan KCIC? --- j
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Oouuuh, rupanya mengarah ke KCIC itu Kereta Cepat Indonesia, ... yang masih TETAP GUNAKAN CHINA! Penafsiran saya begini, CHINA di Indonesia itu menjadi TIONGKOK, bukan dan tidak mesti menjadi CINA! Tiongkok nampaknya masih mempertahankan sikap dimasa ORBA dahulu, boleh gunakan CHINA dan tidak gunakan CINA, sekalipun kalian mengatakan itulah bhs. Indonesia! Yaa, terserah sama pihak Tiongkok saja, mereka kalau lebih suka menggunakan CHINA atau Tiongkok, tapi tidak dengan CINA sekalipun kalian bilang itulah bhs. Indonesia dari CHINA! Memangnya kenapa kalau mereka hendak di gunakan CHINA atau Tiongkok, ...? Salah dan itu berarti melecehkan Indonesia? Bukan sebaliknya kalau kita yang memaksakan sebutan CINA pada mereka itu yang tidak tahu aturan bahkan biadab? Coba saja sekarang kalau anda sudah menyatakan tidak suka dipanggil Bagong, lalu saya tetap saja panggil anda Bagong? Apa nggak jadi berantem, ... dan saya dibilang dableg dan kurang ajar??? Salam, ChanCT From: Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Thursday, February 2, 2017 12:10 AM To: Yahoogroups Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bung Chan, saya sepenuhnya setuju statement anda ini "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" tetapi saya tidak pernah mendapat referensi resmi pernyataan anda ini "Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA." Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) justru yg dipakai malah kata Cina. Dalam konteks internasional ternyata yang dipilih nama China yg terbukti dengan nama resmi The People's Republic of China di PBB. Sedang kata China kalau diterjemahkan kebahasa Indonesia tentu Cina, sedang kata Tionghoa tentu terjemahan dari kata Zhonghoa lafal hokkian dari nama Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. Dilihat disini sebenarnya kedua kata itu okey saja dan boleh dipakai. Baik kata Cina ataupun Tionghoa menurut saya kata2 yang netral saja. Dalam konteks politik tempo hari waktu perdebatan pemilihan kata cina dan tionghoa saya berdiri dipihak kata tionghoa menuntut pencabutan SE yg memaksa pemakaian kata Cina dan menghapus Tionghoa itu. Tetapi setelah itu saya rasa sebaiknya dikembalikan lagi pada masyarakat secara bebas mau pakai kata apa bagi dirinya. Mengutip kembali kata2 anda "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" adalah suatu kenyataan ada yg memilih sebutan tionghoa dan ada yg memilih cina. Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina seharusnya kalau anda keuhkeuh seharusnya anda protes kenapa kok dipakai kata Cina, hal ini pernah saya tanyakan pada anda tempo hari tapi tidak pernah dijawab. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote : Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam, ChanCT From: ajeg ajegilelu@... [GELORA45] Sent: Wednesday, February 1, 2017 5:11 PM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk mengg
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Kereta Cepat Indonesia–China BUKAN CINA! https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China From: ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Wednesday, February 1, 2017 11:03 PM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan. Tinggal klik ini --> KCIC --- SADAR@... wrote: Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam, ChanCT From: ajeg Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, ... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi digandoli Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang memang bertujuan menghina Tiongkok dan melecehka
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Bung Chan, saya sepenuhnya setuju statement anda ini "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" tetapi saya tidak pernah mendapat referensi resmi pernyataan anda ini "Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA." Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) justru yg dipakai malah kata Cina. Dalam konteks internasional ternyata yang dipilih nama China yg terbukti dengan nama resmi The People's Republic of China di PBB. Sedang kata China kalau diterjemahkan kebahasa Indonesia tentu Cina, sedang kata Tionghoa tentu terjemahan dari kata Zhonghoa lafal hokkian dari nama Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. Dilihat disini sebenarnya kedua kata itu okey saja dan boleh dipakai. Baik kata Cina ataupun Tionghoa menurut saya kata2 yang netral saja. Dalam konteks politik tempo hari waktu perdebatan pemilihan kata cina dan tionghoa saya berdiri dipihak kata tionghoa menuntut pencabutan SE yg memaksa pemakaian kata Cina dan menghapus Tionghoa itu. Tetapi setelah itu saya rasa sebaiknya dikembalikan lagi pada masyarakat secara bebas mau pakai kata apa bagi dirinya. Mengutip kembali kata2 anda "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" adalah suatu kenyataan ada yg memilih sebutan tionghoa dan ada yg memilih cina. Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina seharusnya kalau anda keuhkeuh seharusnya anda protes kenapa kok dipakai kata Cina, hal ini pernah saya tanyakan pada anda tempo hari tapi tidak pernah dijawab. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote : Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam,ChanCT From: ajeg ajegilelu@... [GELORA45]Sent: Wednesday, February 1, 2017 5:11 PMTo: GELORA45@yahoogroups.comSubject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan say
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan. Tinggal klik ini --> KCIC --- SADAR@... wrote: Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam,ChanCT From: ajegBagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, ... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi digandoli Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang memang bertujuan menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Sebagaimana permintaan mang Radi, saya lampirkan pidato lengkap Presiden Soekarno dihadapan Pembukaan Kongreske-8 BAPERKI tahun 1963, untuk mengikuti kembali bagaimana sikap Bung Karno terhadap Tionghoa Indonesia! Salam,ChanCT From: Dharmawan IsaakSent: Tuesday, January 31, 2017 5:10 AM Saja kira, kalau saja bertanja kepada saudara2 bangsa Indonesia SUKU BANGSA
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...! Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam, ChanCT From: ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Wednesday, February 1, 2017 5:11 PM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, ... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi digandoli Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang memang bertujuan menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Sebagaimana permintaan mang Radi, saya lampirkan pidato lengkap Presiden Soekarno dihadapan Pembukaan Kongreske-8 BAPERKI tahun 1963, untuk mengikuti kembali bagaimana sikap Bung Karno terhadap Tionghoa Indonesia! Sal
Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem
Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote: Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. --- SADAR@... wrote : SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, ... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi digandoli Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang memang bertujuan menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Sebagaimana permintaan mang Radi, saya lampirkan pidato lengkap Presiden Soekarno dihadapan Pembukaan Kongreske-8 BAPERKI tahun 1963, untuk mengikuti kembali bagaimana sikap Bung Karno terhadap Tionghoa Indonesia! Salam,ChanCT From: Dharmawan IsaakSent: Tuesday, January 31, 2017 5:10 AM Saja kira, kalau saja bertanja kepada saudara2 bangsa Indonesia SUKU BANGSA TIONGHOA;Apakah mereka setudju dengan adjaran Bung Karno,pasti sebagian besar dari mereka akan mendjawab setudju, bahkan banjak diantara mereka akan mengaku sukarnois. Tapi anehnja suku Tionghoa, masih banjak jang suka menggunakan kata "Tjina/Cina" di tempat Tionghoa atau Tiongkok.Menurut saja toleransi dan persatuan tidak bisa ditjapai dengan penjerahan, persatuan dan toleransi harus dihasiklkan oleh perdjuangan. Jang saja maksud perdjuangan, tidak berarti mendjadi radikal atau melakukan tindakan kekerasan seperti dilakukan gerombolan2 intoleransi. Dalam hubugan ini saja menghimbau pimpinan GELORA 45, supajamempublikasi pidato Bung Karno di kongres Baperki. Bung Chan pasti tau pidato mana jang saja maksudkan. 21 Maret 2010 pukul 17:07 Orang awam minta tolong kepada semua orang2 yang pandai, sampai sekarang saya merasa jadi seorang konservatif, pembuktiannya sangat sederhana, saya tidak bisa