RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-05 Terurut Topik nesa...@yahoo.com [GELORA45]
Koq bisa gak ada?

Dimana2 nigga itu nigger dipakai baik Bahasa lisan maupun tulisan diamerika. 
Banyak dari orang kulit hitam memanggil temennya yang kulit hitam: nigga dan 
nigger utk bercanda, slang atau kalau sudah marah sekali.

 

Nigro itu Esperanto yg artinya hitam. Saya salah karena banyak orang italia 
punya nama nigro sbg last/family name. tapi memang bukan bhs italia.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Sunday, February 5, 2017 3:11 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; nesa...@yahoo.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

 

  

Anda ini lucu sekali,  mutar-mutar luar biasa dalam american english tidak ada 
itu nigga, mungkin itu ucapan orang Nigeria yang bilang “nigga”. Hitam dalam 
bahasa italia bukan “nigro” tetapi “nero”.

 

From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 

Sent: Sunday, February 5, 2017 6:23 PM

To: 'Sunny' <mailto:am...@tele2.se>  ; GELORA45@yahoogroups.com 
<mailto:GELORA45@yahoogroupscom>  

Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

 

  

Di amerika itu istilah: negro, nigger, nigga, berwarna/colored itu adalah 
derogatory/menghina.

Terus diperhalus sbg black, lalu African American. Perubahan ini sejalan dengan 
sejarah bangsa karena ada yang tersinggung dengan istilah itu karena 
konotasinya menghina.

Perbedaannya besar. Asalnya/arti kata nigger itu panggilan penghinaan. Itu 
bersumber dari perbudakan jaman dulu. Negro itu dari kata Spanish yg berarti 
hitam, begitu juga nigro dalam bhs italia. Bukan asal katanya yang dipersoalkan 
melainkan pengertian yg dibawanya. Ya diindonesia negro tidak punya makna 
menghina tetapi di amerika lain. Begitu juga kalau orang Indonesia mengucapkan 
kata negro kpd orang amerika yang berkulit hitam akan menjadi masalah lain. 
Jadi diluar amerika, ya istilah2 itu menjadi biasa karena itu kembali ke Bahasa 
saja dan tidak mengandung penghinaan.

Istilah negro sendiri sebelum perang sipil amerika tidak terlalu “menghina”, 
tetapi berubah setelah perang sipil menjadi sangat negative/offensive. 
Dikalangan orang hitam juga ada yang tidak mempersoalkannya karena ada black 
cultural group yg dapat menerimanya. 

Persis kasusnya seperti istilah cina di Indonesia. Bagi yg merasa ada konotasi 
penghinaan akan marah. Bagi yg tidak ya biasa2 saja. Ini hanya masalah empati 
saja. tetapi bisa saja kalau terlalu mengganggu, negara turun tangan. Di 
amerika, Obama melarang penggunaan istilah negro dan oriental dalam federal. 
Bisa saja masalah empati ini menjadi masalah hukum/legal kalau ada political 
will. Ini tergantung negaranya melihat kasus penghinaan ini sebaiknya bagaimana 
diwadai.

Nesare

From: Sunny [mailto:am...@tele2.se] 
Sent: Sunday, February 5, 2017 11:21 AM
To: nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com> ; GELORA45@yahoogroups.com 
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com> 
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis.

From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 

Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM

To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  

Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja.

Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti 
menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada 
masalah. Silahkan mau diterima atau tidak.

Yang punya emphati biasanya akan menerima.

Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah 
mengalami.

Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll.

Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll.

Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya.

Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek 
emphati, etika dan mungkin moral.

Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak 
ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati.

Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg 
unik Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima 
istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali!

Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk 
atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia 
dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur 
penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada 
orang tionghoa

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-05 Terurut Topik 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]
Anda ini lucu sekali,  mutar-mutar luar biasa dalam american english tidak ada 
itu nigga, mungkin itu ucapan orang Nigeria yang bilang “nigga”. Hitam dalam 
bahasa italia bukan “nigro” tetapi “nero”.

From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, February 5, 2017 6:23 PM
To: 'Sunny' ; GELORA45@yahoogroups.com 
Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Di amerika itu istilah: negro, nigger, nigga, berwarna/colored itu adalah 
derogatory/menghina.

Terus diperhalus sbg black, lalu African American. Perubahan ini sejalan dengan 
sejarah bangsa karena ada yang tersinggung dengan istilah itu karena 
konotasinya menghina.


Perbedaannya besar. Asalnya/arti kata nigger itu panggilan penghinaan. Itu 
bersumber dari perbudakan jaman dulu. Negro itu dari kata Spanish yg berarti 
hitam, begitu juga nigro dalam bhs italia. Bukan asal katanya yang dipersoalkan 
melainkan pengertian yg dibawanya. Ya diindonesia negro tidak punya makna 
menghina tetapi di amerika lain. Begitu juga kalau orang Indonesia mengucapkan 
kata negro kpd orang amerika yang berkulit hitam akan menjadi masalah lain. 
Jadi diluar amerika, ya istilah2 itu menjadi biasa karena itu kembali ke Bahasa 
saja dan tidak mengandung penghinaan.


Istilah negro sendiri sebelum perang sipil amerika tidak terlalu “menghina”, 
tetapi berubah setelah perang sipil menjadi sangat negative/offensive. 
Dikalangan orang hitam juga ada yang tidak mempersoalkannya karena ada black 
cultural group yg dapat menerimanya. 


Persis kasusnya seperti istilah cina di Indonesia. Bagi yg merasa ada konotasi 
penghinaan akan marah. Bagi yg tidak ya biasa2 saja. Ini hanya masalah empati 
saja. tetapi bisa saja kalau terlalu mengganggu, negara turun tangan. Di 
amerika, Obama melarang penggunaan istilah negro dan oriental dalam federal. 
Bisa saja masalah empati ini menjadi masalah hukum/legal kalau ada political 
will. Ini tergantung negaranya melihat kasus penghinaan ini sebaiknya bagaimana 
diwadai.


Nesare



From: Sunny [mailto:am...@tele2.se] 
Sent: Sunday, February 5, 2017 11:21 AM
To: nesa...@yahoo.com; GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem


Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis.


From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 

Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM

To: GELORA45@yahoogroups.com 

Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem


  

Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja.

Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti 
menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada 
masalah. Silahkan mau diterima atau tidak.

Yang punya emphati biasanya akan menerima.

Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah 
mengalami.

Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll.

Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll.

Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya.

Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek 
emphati, etika dan mungkin moral.

Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak 
ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati.

Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg 
unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima 
istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali!

Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk 
atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia 
dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur 
penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada 
orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil 
kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. 
Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit 
sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya 
political power seperti jaman dulu ada baperki.

Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu

Nesare

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa 




yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani 




diri dengan perasaan pedih-pedih sedap.










RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-05 Terurut Topik nesa...@yahoo.com [GELORA45]
Di amerika itu istilah: negro, nigger, nigga, berwarna/colored itu adalah 
derogatory/menghina.

Terus diperhalus sbg black, lalu African American. Perubahan ini sejalan dengan 
sejarah bangsa karena ada yang tersinggung dengan istilah itu karena 
konotasinya menghina.

 

Perbedaannya besar. Asalnya/arti kata nigger itu panggilan penghinaan. Itu 
bersumber dari perbudakan jaman dulu. Negro itu dari kata Spanish yg berarti 
hitam, begitu juga nigro dalam bhs italia. Bukan asal katanya yang dipersoalkan 
melainkan pengertian yg dibawanya. Ya diindonesia negro tidak punya makna 
menghina tetapi di amerika lain. Begitu juga kalau orang Indonesia mengucapkan 
kata negro kpd orang amerika yang berkulit hitam akan menjadi masalah lain. 
Jadi diluar amerika, ya istilah2 itu menjadi biasa karena itu kembali ke Bahasa 
saja dan tidak mengandung penghinaan.

 

Istilah negro sendiri sebelum perang sipil amerika tidak terlalu “menghina”, 
tetapi berubah setelah perang sipil menjadi sangat negative/offensive. 
Dikalangan orang hitam juga ada yang tidak mempersoalkannya karena ada black 
cultural group yg dapat menerimanya. 

 

Persis kasusnya seperti istilah cina di Indonesia. Bagi yg merasa ada konotasi 
penghinaan akan marah. Bagi yg tidak ya biasa2 saja. Ini hanya masalah empati 
saja. tetapi bisa saja kalau terlalu mengganggu, negara turun tangan. Di 
amerika, Obama melarang penggunaan istilah negro dan oriental dalam federal. 
Bisa saja masalah empati ini menjadi masalah hukum/legal kalau ada political 
will. Ini tergantung negaranya melihat kasus penghinaan ini sebaiknya bagaimana 
diwadai.

 

Nesare

 

 

From: Sunny [mailto:am...@tele2.se] 
Sent: Sunday, February 5, 2017 11:21 AM
To: nesa...@yahoo.com; GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

 

Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis.

 

From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 

Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM

To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  

Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

 

  

Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja.

Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti 
menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada 
masalah. Silahkan mau diterima atau tidak.

Yang punya emphati biasanya akan menerima.

Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah 
mengalami.

Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll.

Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll.

Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya.

Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek 
emphati, etika dan mungkin moral.

Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak 
ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati.

Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg 
unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima 
istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali!

Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk 
atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia 
dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur 
penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada 
orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil 
kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. 
Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit 
sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya 
political power seperti jaman dulu ada baperki.

Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu

Nesare

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> 
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa 




yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani 




diri dengan perasaan pedih-pedih sedap.









Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh 




dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman 




menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya 




malah laris sebagai komedian.






https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI






--- SADAR@... wrote:


Kereta Cepat Indonesia–Ch

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-05 Terurut Topik 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]
Bukan negro tetapi nigger. Negro itu artinya hitam dalam spanyol dan portugis.

From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 
Sent: Friday, February 3, 2017 3:12 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com 
Subject: RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja.

Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti 
menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada 
masalah. Silahkan mau diterima atau tidak.

Yang punya emphati biasanya akan menerima.

Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah 
mengalami.


Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll.

Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll.


Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya.

Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek 
emphati, etika dan mungkin moral.


Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak 
ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati.


Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg 
unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima 
istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali!


Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk 
atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia 
dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur 
penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada 
orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil 
kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. 
Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit 
sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya 
political power seperti jaman dulu ada baperki.


Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu


Nesare



From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem


  

Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa 



yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani 



diri dengan perasaan pedih-pedih sedap.







Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh 



dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman 



menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya 



malah laris sebagai komedian.





https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI




 

--- SADAR@... wrote:


Kereta Cepat Indonesia–China  BUKAN CINA!
https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China


From: ajeg







Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan.

Tinggal klik ini --> KCIC


--- SADAR@... wrote:


Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain.


Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun 
dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa 
menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan 
sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa 
ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak 
tahu aturan, ..!

Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya?


Salam,

ChanCT


From: ajeg

Bagaimana dengan KCIC?


--- jonathangoeij@... wrote:


Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國





--- SADAR@... wrote :



SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 

RE: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-03 Terurut Topik nesa...@yahoo.com [GELORA45]
Masalah mau terima cina atau tionghoa itu masalah emphati saja.

Di USA istilah negro itu sangat menyakitkan. Indian American saja diganti 
menjadi native American. Istilah2 ini memperhalus saja. memperhalus karena ada 
masalah. Silahkan mau diterima atau tidak.

Yang punya emphati biasanya akan menerima.

Yang tidak punya emphatic tidak akan pusing karena memang tidak pernah 
mengalami.

 

Sebutan babu itu lambat laun diganti menjadi pembantu, tuna karya dll.

Istilah pelacur diganti jadi tuna susila dll.

 

Silahkan menggunakan istilah apa saja, tidak ada hukumnya.

Konsekwensi kalau ada yang marah dan nonjok, ditanggung sendiri. ini aspek 
emphati, etika dan mungkin moral.

 

Jadi jangan sewotlah kalau ada yang tidak mau dipanggil cina. Seperti juga gak 
ada yg bisa menuntut kalau ada yg panggilan cina walaupun marah dan sakit hati.

 

Masalah name calling ini koq bisa disimpulkan sebagai masalah generasi? Ini yg 
unik. Koq bisa orang tionghoa jaman dulu lebih rentan dan tidak mau menerima 
istilah cina dibandingkan dengan generasi muda Indonesia? Ini ngaco sekali!

 

Orang kulit hitam di usa sekarang ini kalau dipanggil negro wah bisa ngamuk 
atau mungkin pembunuhan. Ente ini belajar dimana ya? Orang tionghoa Indonesia 
dari dulu sampai sekarang memperjuangkan istilah tionghoa itu karena ada unsur 
penghinaan. Ente tidak mengalami dan kurang ada emphati saja. lalu karena ada 
orang tionghoa yg tidak pusing dengan name calling ini, bikin ente ambil 
kesimpulan orang tionghoa jaman dulu yg mempunyai “perasaan pedih pedih sedap”. 
Ini yg sudah diperjuangkan oleh baperki dari dulu. Sampai sekarang pun sedikit 
sekali orang tionghoa yg berani melawan. Kenapa? Karena mereka ini tidak punya 
political power seperti jaman dulu ada baperki.

 

Jelas sekali ente gak pernah dipanggil: hi negro, cina lu

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, February 2, 2017 10:51 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

 

  

Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa 



yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani 



diri dengan perasaan pedih-pedih sedap.







Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh 



dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman 



menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya 



malah laris sebagai komedian.





https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI



 



--- SADAR@... wrote:

 


Kereta Cepat Indonesia–China  BUKAN CINA!


https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China

 

From: ajeg







Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan.

Tinggal klik ini --> KCIC 
<http://www.kompasiana.com/rambangbasari/kereta-cepat-indonesia-cina-kcic-secara-matematis-tidak-menguntungkan_56b5c86f8f7e614907466144>
 

 

--- SADAR@... wrote:

 

Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain.

 

Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun 
dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa 
menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan 
sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa 
ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak 
tahu aturan, ..!

Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya?

 

Salam,

ChanCT

 

From: ajeg

Bagaimana dengan KCIC 
<http://www.kompasiana.com/rambangbasari/kereta-cepat-indonesia-cina-kcic-secara-matematis-tidak-menguntungkan_56b5c86f8f7e614907466144>
 ?

 

--- jonathangoeij@... wrote:

 

Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國





--- SADAR@... wrote :



SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-02 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Saya jadi percaya banyak dari generasi tua Cina / Tionghoa 
yang pengin lepas dari jeratan masa lalu tapi senang mengasihani 
diri dengan perasaan pedih-pedih sedap.

Kelihatannya ada jarak budaya (dan nyali) yang cukup jauh 
dengan angkatan muda Cina sekarang. Mereka tampak nyaman 
menghadapi dunia sebagai orang Cina. Beberapa di antaranya 
malah laris sebagai komedian.
https://www.youtube.com/embed/jwdFfimDmKI

  
|   |

 --- SADAR@... wrote:    
Kereta Cepat Indonesia–China  BUKAN CINA!
https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China
From: ajeg

Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan.Tinggal klik ini 
--> KCIC

--- SADAR@... wrote:

Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB 
maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT 
bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg 
digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT 
selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti 
dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, 
tidak tahu aturan, ...!Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? Salam,ChanCT 
From: ajegBagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote:
Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.
--- SADAR@... wrote :

SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 
Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 
itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! 
Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras 
penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera 
No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY 
menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 
Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan 
dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, 
sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, 
baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! 
Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja 
menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga 
mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan 
sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada 
kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar 
biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan 
ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! 
Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah 
anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, 
... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan 
mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan 
CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih 
enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam 
pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan 
Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai 
sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang 
ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras 
mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA 
itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam 
menggunakan sebutan CINA itu, ... 

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
Anda bisa lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia disini: 
http://kbbi.co.id/arti-kata/Cina apakah bung Chan mau mengajukan protes ke KBBI 
utk menghapus kata "cina" dari perbendaharaan katanya?
Kemelut kata cina dan tionghoa bukan dari pemerintahan China, tetapi justru 
dari dalam negeri sendiri, terutama dari perseteruan LPKB dan Baperki. Hal ini 
justru menunjukkan kenyataan diantara keturunan Tionghoa di Indonesia ada yg 
memilih kata tionghoa ada yg cina. Saya rasa biarlah generasi yg sekarang ini 
yg memilih mau pakai kata apa, mau dua2nya juga nggak ada masalah.
Bung Chan, anda sebaiknya belajar dari sejarah dan tidak perlu mengulangin 
keributan para orang tua itu yg tidak perlu sudah bukan jamannya lagi. Yg jelek 
adalah kalau hal itu dilandasin oleh pemaksaan.

 

On Wednesday, February 1, 2017 7:45 PM, Chan CT <sa...@netvigator.com> 
wrote:
 

 Oouuuh, rupanya mengarah ke KCIC itu Kereta Cepat Indonesia, ... yang masih 
TETAP GUNAKAN CHINA! Penafsiran saya begini, CHINA di Indonesia itu menjadi 
TIONGKOK, bukan dan tidak mesti menjadi CINA! Tiongkok nampaknya masih 
mempertahankan sikap dimasa ORBA dahulu, boleh gunakan CHINA dan tidak gunakan 
CINA, sekalipun kalian mengatakan itulah bhs. Indonesia! Yaa, terserah sama 
pihak Tiongkok saja, mereka kalau lebih suka menggunakan CHINA atau Tiongkok, 
tapi tidak dengan CINA sekalipun kalian bilang itulah bhs. Indonesia dari 
CHINA! Memangnya kenapa kalau mereka hendak di gunakan CHINA atau Tiongkok, 
...? Salah dan itu berarti melecehkan Indonesia? Bukan sebaliknya kalau kita 
yang memaksakan sebutan CINA pada mereka itu yang tidak tahu aturan bahkan 
biadab? Coba saja sekarang kalau anda sudah menyatakan tidak suka dipanggil 
Bagong, lalu saya tetap saja panggil anda Bagong? Apa nggak jadi berantem, ... 
dan saya dibilang dableg dan kurang ajar??? Salam,ChanCT   From: Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Thursday, February 2, 2017 12:10 AMTo: 
Yahoogroups Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar 
Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem   Bung Chan, 
saya sepenuhnya setuju statement anda ini "menggunakan sebutan nama satu 
NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai 
kehendak nya yang dianggap paling disukai" tetapi saya tidak pernah mendapat 
referensi resmi pernyataan anda ini "Tapi yang PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA 
menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA." Dalam konteks Kereta Cepat 
Indonesia Cina (KCIC) justru yg dipakai malah kata Cina. Dalam konteks 
internasional ternyata yang dipilih nama China yg terbukti dengan nama resmi 
The People's Republic of China di PBB. Sedang kata China kalau diterjemahkan 
kebahasa Indonesia tentu Cina, sedang kata Tionghoa tentu terjemahan dari kata 
Zhonghoa lafal hokkian dari nama Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國. Dilihat 
disini sebenarnya kedua kata itu okey saja dan boleh dipakai. Baik kata Cina 
ataupun Tionghoa menurut saya kata2 yang netral saja. Dalam konteks politik 
tempo hari waktu perdebatan pemilihan kata cina dan tionghoa saya berdiri 
dipihak kata tionghoa menuntut pencabutan SE yg memaksa pemakaian kata Cina dan 
menghapus Tionghoa itu. Tetapi setelah itu saya rasa sebaiknya dikembalikan 
lagi pada masyarakat secara bebas mau pakai kata apa bagi dirinya. Mengutip 
kembali kata2 anda "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang dianggap 
paling disukai" adalah suatu kenyataan ada yg memilih sebutan tionghoa dan ada 
yg memilih cina. Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina seharusnya kalau 
anda keuhkeuh seharusnya anda protes kenapa kok dipakai kata Cina, hal ini 
pernah saya tanyakan pada anda tempo hari tapi tidak pernah dijawab. ---In 
GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :

Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB 
maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT 
bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg 
digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT 
selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti 
dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, 
tidak tahu aturan, ...!  Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? 
Salam,ChanCT  From: ajeg ajegilelu@... [GELORA45]Sent: Wednesday, February 1, 
2017 5:11 PMTo: GELORA45@yahoogroups.comSubject: Re: [GELORA45] Museum 
peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di 
"Kota Cina Kecil" Lasem Bagaimana dengan KCIC? --- j

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
Oouuuh, rupanya mengarah ke KCIC itu Kereta Cepat Indonesia, ... yang masih 
TETAP GUNAKAN CHINA!

Penafsiran saya begini, CHINA di Indonesia itu menjadi TIONGKOK, bukan dan 
tidak mesti menjadi CINA! Tiongkok nampaknya masih mempertahankan sikap dimasa 
ORBA dahulu, boleh gunakan CHINA dan tidak gunakan CINA, sekalipun kalian 
mengatakan itulah bhs. Indonesia!

Yaa, terserah sama pihak Tiongkok saja, mereka kalau lebih suka menggunakan 
CHINA atau Tiongkok, tapi tidak dengan CINA sekalipun kalian bilang itulah bhs. 
Indonesia dari CHINA! Memangnya kenapa kalau mereka hendak di gunakan CHINA 
atau Tiongkok, ...? Salah dan itu berarti melecehkan Indonesia? Bukan 
sebaliknya kalau kita yang memaksakan sebutan CINA pada mereka itu yang tidak 
tahu aturan bahkan biadab?

Coba saja sekarang kalau anda sudah menyatakan tidak suka dipanggil Bagong, 
lalu saya tetap saja panggil anda Bagong? Apa nggak jadi berantem, ... dan saya 
dibilang dableg dan kurang ajar???

Salam,
ChanCT



From: Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Thursday, February 2, 2017 12:10 AM
To: Yahoogroups 
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Bung Chan, saya sepenuhnya setuju statement anda ini "menggunakan sebutan nama 
satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, 
sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" tetapi saya tidak pernah 
mendapat referensi resmi pernyataan anda ini "Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA." Dalam konteks 
Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) justru yg dipakai malah kata Cina.

Dalam konteks internasional ternyata yang dipilih nama China yg terbukti dengan 
nama resmi The People's Republic of China di PBB. Sedang kata China kalau 
diterjemahkan kebahasa Indonesia tentu Cina, sedang kata Tionghoa tentu 
terjemahan dari kata Zhonghoa lafal hokkian dari nama Zhonghoa Renmin Gongheguo 
中華人民共和國. Dilihat disini sebenarnya kedua kata itu okey saja dan boleh dipakai. 
Baik kata Cina ataupun Tionghoa menurut saya kata2 yang netral saja.

Dalam konteks politik tempo hari waktu perdebatan pemilihan kata cina dan 
tionghoa saya berdiri dipihak kata tionghoa menuntut pencabutan SE yg memaksa 
pemakaian kata Cina dan menghapus Tionghoa itu. Tetapi setelah itu saya rasa 
sebaiknya dikembalikan lagi pada masyarakat secara bebas mau pakai kata apa 
bagi dirinya.

Mengutip kembali kata2 anda "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai" adalah suatu kenyataan ada yg memilih sebutan tionghoa 
dan ada yg memilih cina.

Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina seharusnya kalau anda keuhkeuh 
seharusnya anda protes kenapa kok dipakai kata Cina, hal ini pernah saya 
tanyakan pada anda tempo hari tapi tidak pernah dijawab.

---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :


Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain.

Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun 
dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa 
menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan 
sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa 
ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak 
tahu aturan, ...!


Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya?

Salam,
ChanCT


From: ajeg ajegilelu@... [GELORA45]
Sent: Wednesday, February 1, 2017 5:11 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

Bagaimana dengan KCIC?

--- jonathangoeij@... wrote:


Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.


--- SADAR@... wrote :


SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk mengg

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
Kereta Cepat Indonesia–China  BUKAN CINA!
https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China





From: ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Wednesday, February 1, 2017 11:03 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com 
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem




Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan.


Tinggal klik ini --> KCIC



--- SADAR@... wrote:


  
Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain.

Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun 
dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa 
menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan 
sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa 
ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak 
tahu aturan, ...!


Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya?

Salam,
ChanCT

From: ajeg
Bagaimana dengan KCIC?

--- jonathangoeij@... wrote:


Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.


--- SADAR@... wrote :


SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 
Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 
itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! 
Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras 
penggunaan CINA itu!

Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. 
SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang 
akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, 
menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula 
menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina 
Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 
2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan 
lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa 
sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok!

Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja 
menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga 
mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan 
sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada 
kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar 
biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan 
ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! 
Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah 
anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, 
...

Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka 
masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk 
menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! 
Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak 
gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan 
dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu 
namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum 
bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan 
sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan 
Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang 
lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan 
CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi digandoli Surat Edaran 
Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang memang bertujuan 
menghina Tiongkok dan melecehka

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
Bung Chan, saya sepenuhnya setuju statement anda ini "menggunakan sebutan nama 
satu NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, 
sesuai kehendak nya yang dianggap paling disukai" tetapi saya tidak pernah 
mendapat referensi resmi pernyataan anda ini "Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA." Dalam konteks 
Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) justru yg dipakai malah kata Cina.
Dalam konteks internasional ternyata yang dipilih nama China yg terbukti dengan 
nama resmi The People's Republic of China di PBB. Sedang kata China kalau 
diterjemahkan kebahasa Indonesia tentu Cina, sedang kata Tionghoa tentu 
terjemahan dari kata Zhonghoa lafal hokkian dari nama Zhonghoa Renmin Gongheguo 
中華人民共和國. Dilihat disini sebenarnya kedua kata itu okey saja dan boleh dipakai. 
Baik kata Cina ataupun Tionghoa menurut saya kata2 yang netral saja.
Dalam konteks politik tempo hari waktu perdebatan pemilihan kata cina dan 
tionghoa saya berdiri dipihak kata tionghoa menuntut pencabutan SE yg memaksa 
pemakaian kata Cina dan menghapus Tionghoa itu. Tetapi setelah itu saya rasa 
sebaiknya dikembalikan lagi pada masyarakat secara bebas mau pakai kata apa 
bagi dirinya.
Mengutip kembali kata2 anda "menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai" adalah suatu kenyataan ada yg memilih sebutan tionghoa 
dan ada yg memilih cina.
Dalam konteks Kereta Cepat Indonesia Cina seharusnya kalau anda keuhkeuh 
seharusnya anda protes kenapa kok dipakai kata Cina, hal ini pernah saya 
tanyakan pada anda tempo hari tapi tidak pernah dijawab.
---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :

Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB 
maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT 
bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg 
digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT 
selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti 
dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, 
tidak tahu aturan, ...!  Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya? 
Salam,ChanCT  From: ajeg ajegilelu@... [GELORA45]Sent: Wednesday, February 1, 
2017 5:11 PMTo: GELORA45@yahoogroups.comSubject: Re: [GELORA45] Museum 
peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di 
"Kota Cina Kecil" Lasem Bagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote:
Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.
--- SADAR@... wrote :

SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 
Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 
itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! 
Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras 
penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera 
No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY 
menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 
Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan 
dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, 
sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, 
baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! 
Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja 
menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga 
mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan 
say

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Oh, itu pertanyaan mengenai hal yang sama pada nama perusahaan.
Tinggal klik ini --> KCIC


   --- SADAR@... wrote:
    Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu 
NEGARA/BANGSA sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai 
kehendak nya yang dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti 
dengan sebutan yang yang lain. Jadi, mengenai sebutan negara The People’s 
Republic of China di PBB maupun dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya 
terserah saja pada RRT bisa menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam 
bhs. Inggris yg digunakan sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang 
PASTI, RRT selama ini TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat 
CINA seperti dimasa ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto 
yang BIADAB, tidak tahu aturan, ...!  Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, 
ya? Salam,ChanCT From: ajegBagaimana dengan KCIC? --- jonathangoeij@... wrote:
Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.
--- SADAR@... wrote :

SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 
Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 
itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! 
Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras 
penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera 
No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY 
menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 
Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan 
dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, 
sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, 
baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! 
Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja 
menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga 
mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan 
sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada 
kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar 
biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan 
ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! 
Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah 
anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, 
... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan 
mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan 
CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih 
enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam 
pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan 
Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai 
sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang 
ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras 
mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA 
itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam 
menggunakan sebutan CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi 
digandoli Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang 
memang bertujuan menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. 
Sebagaimana permintaan mang Radi, saya lampirkan pidato lengkap Presiden 
Soekarno dihadapan Pembukaan Kongreske-8 BAPERKI tahun 1963, untuk mengikuti 
kembali bagaimana sikap Bung Karno terhadap Tionghoa Indonesia! Salam,ChanCT  
From: Dharmawan IsaakSent: Tuesday, January 31, 2017 5:10 AM Saja kira, kalau 
saja bertanja kepada saudara2 bangsa Indonesia SUKU BANGSA 

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
Bung Goei, bukankah menurut saya, menggunakan sebutan nama satu NEGARA/BANGSA 
sepenuhnya adalah HAK NEGARA/BANGSA yang bersangkutan, sesuai kehendak nya yang 
dianggap paling disukai. Termasuk HAK merubah dan mengganti dengan sebutan yang 
yang lain.

Jadi, mengenai sebutan negara The People’s Republic of China di PBB maupun 
dinegara-negara didunia lainnya, itu sepenuhnya terserah saja pada RRT bisa 
menerima atau tidak. Begitulah sebutan CHINA dalam bhs. Inggris yg digunakan 
sejak 1911, dibentuknya Republic of China. Tapi yang PASTI, RRT selama ini 
TIDAK BISA menyetujui negaranya disebut Republik Rakyat CINA seperti dimasa 
ORBA Suharto berkuasa! Itu hanya menunjukkan sikap Suharto yang BIADAB, tidak 
tahu aturan, ...!


Yang bung Ajeg maksudkan KCIC itu apa, ya?

Salam,
ChanCT


From: ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Wednesday, February 1, 2017 5:11 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com 
Subject: Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama 
Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

  

Bagaimana dengan KCIC?

--- jonathangoeij@... wrote:


Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.


--- SADAR@... wrote :


SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 
Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 
itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! 
Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras 
penggunaan CINA itu!

Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. 
SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY menjelang 
akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 Maret 2014, 
menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan dengan tegas pula 
menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan untuk menghina 
Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, sejak 12 Maret 
2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, baik pembicaraan 
lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa 
sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok!

Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja 
menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga 
mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan 
sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada 
kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar 
biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan 
ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! 
Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah 
anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, 
...

Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan mereka 
masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan untuk 
menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan CINA! 
Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih enak 
gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam pembicaraan 
dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan Tiongkok/TIonghoa! Itu 
namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai sekarang saya belum 
bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang ngotot bertahan gunakan 
sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras mempersoalkan sebutan 
Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA itu! Bagi saya yang 
lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam menggunakan sebutan 
CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi digandoli Surat Edaran 
Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang memang bertujuan 
menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu.

Sebagaimana permintaan mang Radi, saya lampirkan pidato lengkap Presiden 
Soekarno dihadapan Pembukaan Kongreske-8 BAPERKI tahun 1963, untuk mengikuti 
kembali bagaimana sikap Bung Karno terhadap Tionghoa Indonesia!

Sal

Re: [GELORA45] Museum peranakan Tionghoa di tengah Pasar Lama Tangerang ; Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem

2017-02-01 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
Bagaimana dengan KCIC?
--- jonathangoeij@... wrote:
Bung Chan apakah bisa menjelaskan pemakaian kata China pada nama negara The 
People's Republic of China, kenapa nama China yang dipakai dan bukannya 
Tionghoa atau Zhonghoa bukankah nama aslinya Zhonghoa Renmin Gongheguo 中華人民共和國.
--- SADAR@... wrote :

SETUUJ, ... mang Radi! Sebenarnya saja sebutan NEGARA/BANGSA sepenuhnya 
adalah HAK bangsa itu sendiri hendaknya, sukanya disebut apa dan merubahnya 
sebutan yang dirasakan lebih pantas dan nyaman bangsa itu sendiri! Kita yang 
bersahabat dengan bangsa tsb. tentu WAJIB mengikuti dan nurut saja. Hanya saja 
selama lebih 32 tahun jenderal Soeharto berkuasa, dan bertujuan merusak 
hubungan persahabatan “MESRAH” dengan rakyat TIongkok yang dijalin oleh 
Presiden Soekarno itu, dengan biadab memaksakan gunakan sebutan CINA yang 
berkonotasi melecehkan dan penghinaan itu untuk menggantikan penggunaan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa, ... yaitu dengan resmi keluarkan Surat Edaran Presidium 
Kabinet Ampera Nomor SE.06/Pres.Kab/6/1967. Dengan demikian, sejak 28 Juni 1967 
itulah RI secara resmi merubah sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA! 
Sekalipun pihak RRT berulangkali secara resmi pun menentang dan mengecam keras 
penggunaan CINA itu! Namun ingat, setelah Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera 
No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967 dengan RESMI DICABUT oleh SBY 
menjelang akhir jabatannya dengan Surat Keputusan Presiden no.12, tanggal 12 
Maret 2014, menetapkan kembali menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, dan 
dengan tegas pula menghentikan penggunaan sebutan “CINA” yang semula digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. Saya yakin, 
sejak 12 Maret 2014 itu, Pemerintah RI dalam hubungan resmi dengan Tiongkok, 
baik pembicaraan lisan maupun tertulis SUDAH menggunakan kembali sebutan 
Tiongkok/Tionghoa sebagaimana kehendak bangsa Tionghoa dan Negara Tiongkok! 
Sementara ini dalam pergaulan masyarakat dan sementara media masih saja 
menggunakan sebutan CHINA bahkan CINA! Dan selama ini pihak pemerintah RI juga 
mendiamkan, membiarkan saja, ... Aneh, tapi itulah kenyataan yang terjadi! Dan 
sayapun yakin, diantara mereka yang tetap gunakan sebutan China/Cina, tentu ada 
kelompok rasialis yg justru makin anti-pati pada TIONGKOK timbul KEBENCIAN luar 
biasa pada kemajuan RRT 30 tahun terakhir ini! Sengaja bertahan dengan 
ngototnya menggunakan sebutan CINA untuk menghina Tiongkok yang makin JAYA! 
Dikira dengan sebutan CINA yang meenghina itu RRT bisa tumbang, ...! Biarlah 
anjing-anjing GILA itu menggonggong sepuasnya, selama tidak menggigit. Hehehee, 
... Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari, saya mengambil sikap membiarkan 
mereka masih saja menggunakan sebutan China dan Cina selama tidak digunakan 
untuk menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa, ... TERBIASA sudah gunakan 
CINA! Begitu kalau ditegur! Ada lagi anak muda yang saya tanya merasa lebih 
enak gunakan Cina dan sesuai dengan bhs. Indonesia, katanya! Tapi, dalam 
pembicaraan dengan saya, setelah ditegur mereka juga merubah dengan 
Tiongkok/TIonghoa! Itu namanya orang-orang yang bisa dinamakan BERADAB! Sampai 
sekarang saya belum bertemu dengan orang yang BIADAB, atau wong EDAN yang 
ngotot bertahan gunakan sebutan CINA. Tapi, saya kira juga tidak perlu berkeras 
mempersoalkan sebutan Cina, apalagi harus baku-hantam hanya karena sebutan CINA 
itu! Bagi saya yang lebih PENTING bagaimana SIKAP mereka sesungguhnya dalam 
menggunakan sebutan CINA itu, ... karena kenyataan CINA sudah tidak lagi 
digandoli Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 yang 
memang bertujuan menghina Tiongkok dan melecehkan Tionghoa di Indonesia itu. 
Sebagaimana permintaan mang Radi, saya lampirkan pidato lengkap Presiden 
Soekarno dihadapan Pembukaan Kongreske-8 BAPERKI tahun 1963, untuk mengikuti 
kembali bagaimana sikap Bung Karno terhadap Tionghoa Indonesia! Salam,ChanCT  
From: Dharmawan IsaakSent: Tuesday, January 31, 2017 5:10 AM Saja kira, kalau 
saja bertanja kepada saudara2 bangsa Indonesia SUKU BANGSA TIONGHOA;Apakah 
mereka setudju dengan adjaran Bung Karno,pasti sebagian besar dari mereka akan 
mendjawab setudju, bahkan banjak diantara mereka akan mengaku sukarnois.
Tapi anehnja suku Tionghoa, masih banjak jang suka menggunakan kata 
"Tjina/Cina" di tempat  Tionghoa atau Tiongkok.Menurut saja toleransi dan 
persatuan tidak bisa ditjapai dengan penjerahan, persatuan dan toleransi harus 
dihasiklkan oleh perdjuangan. Jang saja maksud perdjuangan, tidak berarti 
mendjadi radikal atau melakukan tindakan kekerasan seperti dilakukan 
gerombolan2 intoleransi.
Dalam hubugan ini saja menghimbau pimpinan GELORA 45, supajamempublikasi pidato 
Bung Karno di kongres Baperki. Bung Chan pasti tau pidato mana jang saja 
maksudkan. 21 Maret 2010 pukul 17:07 Orang awam minta tolong kepada semua 
orang2 yang pandai, sampai sekarang saya merasa jadi seorang konservatif, 
pembuktiannya sangat sederhana, saya tidak bisa