Re: [GELORA45] La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

2018-12-20 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
 Tentu saja bisa. Bisa dibilang begini, bisa 
dibilang begitu. Bebas. 
Dulu mencla sekarang mencle ya rapopo. 
Wong ngomong fitnah saja sekarang boleh kok, 
nggak jadi ditabok. 

--- jonathangoeij@ wrote:
Para bunglon dan benalu itu
Apakah kita bisa bilang beliau menemukan habitat baru atau kembali kehabitatnya
--- ajegilelu@... wrote :
Divide et impera itu nyata sejak Jokowi turun dari "Esemka" (proyek mobil 
imajinatif) yang dia tunggangi untuk ke balaikota DKI. Hasilnya, terciptalah 
kumpulan penyesap tebu, habis manis sepah dibuang.. 
Nggak sabar lihat Jokowi dilantik lalu dikerumuni para sahabat tercintanya. 

--- jonathangoeij@ wrote:


La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

MINGGU, 16 DESEMBER 2018 , 10:12:00 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF


Presiden Joko Widodo dan La Nyalla Mahmud Mattalitti/Net
BILA kita cermati strategi politik Jokowi dalam menghadapi lawan, ada satu 
benang merah yang konsisten..Akuisisi lawan politik, setelah itu gunakan mereka 
untuk serangan balik.. Biarkan kubu musuh bertengkar sendiri. Ketika mereka 
sudah lemah, tinggal ditundukkan.

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu. "Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar. Bikin 
mereka bertengkar sendiri. Haluslah agar kau tidak terlihat.. Misteriuslah agar 
kau tak teraba. Maka, kau akan menguasai nasib lawanmu."

Sayangnya tidak semua prinsip itu berhasil diterapkan dengan baik. Kelemahan 
identifikasi, kesalahan pemilihan figur yang akan dijadikan proxy, serta 
lemahnya leadership Jokowi, membuat semuanya menjadi berantakan. 

Semua senjata yang digunakan Jokowi tumpul, dan malah berbalik menyerang. 
Senjata rekrutan terbaru yang kini tengah digunakan adalah La Nyalla Matalitti.

Mari kita inventarisir siapa saja lawan politik yang berhasil direkrut Jokowi?

Yang paling awal direkrut Jokowi adalah Ali Mochtar Ngabalin. Mantan politisi 
PBB yang kemudian menyeberang ke Partai Golkar ini hanya dalam waktu sekejap 
menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi. Imbalan nya cukup sederhana. 
Dijadikan sebagai seorang staf di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dan komisaris 
Angkasa Pura I.

Setiap hari Ali, mantan tim sukses Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 ini tampil 
menyerang di televisi dan media massa. Namun lama-lama senjata makan tuan. Ali 
justru menjadi titik lemah Jokowi. Gayanya yang konfrontatif tidak disukai 
publik, menimbulkan antipati. Ali secara perlahan mulai ditarik. Kemunculannya 
di publik mulai dibatasi.

Rekrutan berikutnya adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang 
Zainul Majdi. Tom P Power seorang peneliti dari Australian National University 
menyebut TGB ditundukkan melalui kasus divestasi Newmont.

Artikel penelitian Power berjudul Jokowi’s authoritarian turn and Indonesia’s 
democratic decline, saat ini format pdf-nya menyebar luas di medsos.

Pada awal rekrutmen, TGB juga menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Jokowi. 
Latar belakangnya sebagai tokoh agama, gubernur yang sukses, dan bahkan pernah 
dijagokan sebagai salah satu kandidat capres oleh Alumni 212, cukup meyakinkan. 
Namun seiring waktu, TGB juga tak lagi efektif untuk menyerang Prabowo. TGB 
bahkan tidak masuk dalam timses Jokowi.

Akuisisi politik terbesar Jokowi adalah Ma’ruf Amin. Ketua Majelis Ulama 
Indonesia dan Rais Aam PBNU itu dipilih sebagai cawapres Jokowi.. Ma’ruf juga 
tokoh sentral GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok 
sebagai penista agama.

Diharapkan pemilihan Ma’ruf sebagai cawapres selain membuat solid dukungan NU, 
juga memecah soliditas pendukung Aksi 212. Gerakan Islam perkotaan itu saat ini 
menjadi musuh yang paling ditakuti dan tidak bisa ditundukkan Jokowi.

Namun seiring waktu ternyata Ma’ruf malah ditinggalkan umat. Reuni 212 berjalan 
sukses. Jutaan kaum muslim dan umat beragama lain tetap hadir menyemut di 
Monas. Mereka tidak menghiraukan keberatan Ma’ruf. "Untuk apa. Urusannya sudah 
selesai," kata Ma’ruf.

Di internal timses keberadaan Ma’ruf mulai dipersoalkan. Dia menjadi titik 
lemah dan tidak memberi kontribusi positif terhadap elektabilitas Jokowi. Yang 
terjadi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf malah turun. Dalam bahasa timses stagnan.

Ketua timses Erick Thohir dan Luhut Panjaitan mulai mempersoalkan sakitnya 
Ma’ruf yang berkepanjangan. Hampir sebulan terakhir Ma’ruf absen kampanye, 
karena kakinya 'terkilir.'

Da’i kondang Yusuf Mansur (YM) juga menjadi target akuisisi politik Jokowi. YM 
diketahui terbelit kasus investasi. Salah satu kasusnya akhirnya dihentikan 
oleh Polda Jatim. Berbeda rekrutan lainnya, YM terkesan malu-malu dan mencoba 
menutup-nutupinya. Dia misalnya pernah bertemu dengan cawapres Sandiaga Uno.

Meskipun tidak secara terbuka menyatakan dukungan, nasib YM juga sama. Dia 
mulai ditinggalkan umat. Banyak yang uninstall Paytren, metode pembayaran 
online yang sedang dikembangkannya.

Kubu yang berada dalam lingkaran Pemimpin Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib 
Rizieq 

Bls: Re: [GELORA45] La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

2018-12-20 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]



--- jonathangoeij@... wrote:
Para bunglon dan benalu itu
Apakah kita bisa bilang beliau menemukan habitat baru atau kembali kehabitatnya
--- ajegilelu@... wrote :
Divide et impera itu nyata sejak Jokowi turun dari "Esemka" (proyek mobil 
imajinatif) yang dia tunggangi untuk ke balaikota DKI. Hasilnya, terciptalah 
kumpulan penyesap tebu, habis manis sepah dibuang.. 
Nggak sabar lihat Jokowi dilantik lalu dikerumuni para sahabat tercintanya.


para sahabat tercintanya.
--- jonathangoeij@... wrote:

La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?


| 
| 
| 
| 
 | 
 |

 |

 |
| 
| 
 | 
La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

Rakyat Merdeka Online

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu.
 |

 |

 |



MINGGU, 16 DESEMBER 2018 , 10:12:00 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF


Presiden Joko Widodo dan La Nyalla Mahmud Mattalitti/Net
BILA kita cermati strategi politik Jokowi dalam menghadapi lawan, ada satu 
benang merah yang konsisten.Akuisisi lawan politik, setelah itu gunakan mereka 
untuk serangan balik. Biarkan kubu musuh bertengkar sendiri. Ketika mereka 
sudah lemah, tinggal ditundukkan.

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu. "Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar. Bikin 
mereka bertengkar sendiri. Haluslah agar kau tidak terlihat.. Misteriuslah agar 
kau tak teraba. Maka, kau akan menguasai nasib lawanmu."

Sayangnya tidak semua prinsip itu berhasil diterapkan dengan baik. Kelemahan 
identifikasi, kesalahan pemilihan figur yang akan dijadikan proxy, serta 
lemahnya leadership Jokowi, membuat semuanya menjadi berantakan. 

Semua senjata yang digunakan Jokowi tumpul, dan malah berbalik menyerang. 
Senjata rekrutan terbaru yang kini tengah digunakan adalah La Nyalla Matalitti.

Mari kita inventarisir siapa saja lawan politik yang berhasil direkrut Jokowi?

Yang paling awal direkrut Jokowi adalah Ali Mochtar Ngabalin. Mantan politisi 
PBB yang kemudian menyeberang ke Partai Golkar ini hanya dalam waktu sekejap 
menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi. Imbalan nya cukup sederhana. 
Dijadikan sebagai seorang staf di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dan komisaris 
Angkasa Pura I.

Setiap hari Ali, mantan tim sukses Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 ini tampil 
menyerang di televisi dan media massa. Namun lama-lama senjata makan tuan. Ali 
justru menjadi titik lemah Jokowi. Gayanya yang konfrontatif tidak disukai 
publik, menimbulkan antipati. Ali secara perlahan mulai ditarik. Kemunculannya 
di publik mulai dibatasi.

Rekrutan berikutnya adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang 
Zainul Majdi. Tom P Power seorang peneliti dari Australian National University 
menyebut TGB ditundukkan melalui kasus divestasi Newmont.

Artikel penelitian Power berjudul Jokowi’s authoritarian turn and Indonesia’s 
democratic decline, saat ini format pdf-nya menyebar luas di medsos.

Pada awal rekrutmen, TGB juga menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Jokowi. 
Latar belakangnya sebagai tokoh agama, gubernur yang sukses, dan bahkan pernah 
dijagokan sebagai salah satu kandidat capres oleh Alumni 212, cukup meyakinkan. 
Namun seiring waktu, TGB juga tak lagi efektif untuk menyerang Prabowo. TGB 
bahkan tidak masuk dalam timses Jokowi.

Akuisisi politik terbesar Jokowi adalah Ma’ruf Amin. Ketua Majelis Ulama 
Indonesia dan Rais Aam PBNU itu dipilih sebagai cawapres Jokowi. Ma’ruf juga 
tokoh sentral GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok 
sebagai penista agama.

Diharapkan pemilihan Ma’ruf sebagai cawapres selain membuat solid dukungan NU, 
juga memecah soliditas pendukung Aksi 212. Gerakan Islam perkotaan itu saat ini 
menjadi musuh yang paling ditakuti dan tidak bisa ditundukkan Jokowi.

Namun seiring waktu ternyata Ma’ruf malah ditinggalkan umat. Reuni 212 berjalan 
sukses. Jutaan kaum muslim dan umat beragama lain tetap hadir menyemut di 
Monas. Mereka tidak menghiraukan keberatan Ma’ruf. "Untuk apa. Urusannya sudah 
selesai," kata Ma’ruf.

Di internal timses keberadaan Ma’ruf mulai dipersoalkan. Dia menjadi titik 
lemah dan tidak memberi kontribusi positif terhadap elektabilitas Jokowi. Yang 
terjadi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf malah turun. Dalam bahasa timses stagnan.

Ketua timses Erick Thohir dan Luhut Panjaitan mulai mempersoalkan sakitnya 
Ma’ruf yang berkepanjangan. Hampir sebulan terakhir Ma’ruf absen kampanye, 
karena kakinya 'terkilir.'

Da’i kondang Yusuf Mansur (YM) juga menjadi target akuisisi politik Jokowi. YM 
diketahui terbelit kasus investasi. Salah satu kasusnya akhirnya dihentikan 
oleh Polda Jatim. Berbeda rekrutan lainnya, YM terkesan malu-malu dan mencoba 
menutup-nutupinya. Dia misalnya pernah bertemu dengan cawapres Sandiaga Uno.

Meskipun tidak secara terbuka menyatakan dukungan, nasib YM juga sama. Dia 
mulai ditinggalkan umat. Banyak yang uninstall Paytren, metode pembayaran 
online yang sedang dikembangkannya.

Kubu yang berada dalam 

Re: [GELORA45] La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

2018-12-20 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
Para bunglon dan benalu ituApakah kita bisa bilang beliau menemukan habitat 
baru atau kembali kehabitatnya?

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Divide et impera itu nyata sejak Jokowi turun 
dari "Esemka" (proyek mobil imajinatif) yang dia 
tunggangi untuk ke balaikota DKI. Hasilnya, 
terciptalah kumpulan penyesap tebu, habis manis 
sepah dibuang. 

Nggak sabar lihat Jokowi dilantik lalu dikerumuni 
para sahabat tercintanya.
--- jonathangoeij@... wrote:

La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?


| 
| 
| 
| 
 | 
 |

 |

 |
| 
| 
 | 
La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

Rakyat Merdeka Online

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu.
 |

 |

 |



MINGGU, 16 DESEMBER 2018 , 10:12:00 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF


Presiden Joko Widodo dan La Nyalla Mahmud Mattalitti/Net
BILA kita cermati strategi politik Jokowi dalam menghadapi lawan, ada satu 
benang merah yang konsisten.Akuisisi lawan politik, setelah itu gunakan mereka 
untuk serangan balik. Biarkan kubu musuh bertengkar sendiri. Ketika mereka 
sudah lemah, tinggal ditundukkan.

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu. "Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar. Bikin 
mereka bertengkar sendiri. Haluslah agar kau tidak terlihat.. Misteriuslah agar 
kau tak teraba. Maka, kau akan menguasai nasib lawanmu."

Sayangnya tidak semua prinsip itu berhasil diterapkan dengan baik. Kelemahan 
identifikasi, kesalahan pemilihan figur yang akan dijadikan proxy, serta 
lemahnya leadership Jokowi, membuat semuanya menjadi berantakan. 

Semua senjata yang digunakan Jokowi tumpul, dan malah berbalik menyerang. 
Senjata rekrutan terbaru yang kini tengah digunakan adalah La Nyalla Matalitti.

Mari kita inventarisir siapa saja lawan politik yang berhasil direkrut Jokowi?

Yang paling awal direkrut Jokowi adalah Ali Mochtar Ngabalin. Mantan politisi 
PBB yang kemudian menyeberang ke Partai Golkar ini hanya dalam waktu sekejap 
menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi. Imbalan nya cukup sederhana. 
Dijadikan sebagai seorang staf di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dan komisaris 
Angkasa Pura I.

Setiap hari Ali, mantan tim sukses Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 ini tampil 
menyerang di televisi dan media massa. Namun lama-lama senjata makan tuan. Ali 
justru menjadi titik lemah Jokowi. Gayanya yang konfrontatif tidak disukai 
publik, menimbulkan antipati. Ali secara perlahan mulai ditarik. Kemunculannya 
di publik mulai dibatasi.

Rekrutan berikutnya adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang 
Zainul Majdi. Tom P Power seorang peneliti dari Australian National University 
menyebut TGB ditundukkan melalui kasus divestasi Newmont.

Artikel penelitian Power berjudul Jokowi’s authoritarian turn and Indonesia’s 
democratic decline, saat ini format pdf-nya menyebar luas di medsos.

Pada awal rekrutmen, TGB juga menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Jokowi. 
Latar belakangnya sebagai tokoh agama, gubernur yang sukses, dan bahkan pernah 
dijagokan sebagai salah satu kandidat capres oleh Alumni 212, cukup meyakinkan. 
Namun seiring waktu, TGB juga tak lagi efektif untuk menyerang Prabowo. TGB 
bahkan tidak masuk dalam timses Jokowi.

Akuisisi politik terbesar Jokowi adalah Ma’ruf Amin. Ketua Majelis Ulama 
Indonesia dan Rais Aam PBNU itu dipilih sebagai cawapres Jokowi. Ma’ruf juga 
tokoh sentral GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok 
sebagai penista agama.

Diharapkan pemilihan Ma’ruf sebagai cawapres selain membuat solid dukungan NU, 
juga memecah soliditas pendukung Aksi 212. Gerakan Islam perkotaan itu saat ini 
menjadi musuh yang paling ditakuti dan tidak bisa ditundukkan Jokowi.

Namun seiring waktu ternyata Ma’ruf malah ditinggalkan umat. Reuni 212 berjalan 
sukses. Jutaan kaum muslim dan umat beragama lain tetap hadir menyemut di 
Monas. Mereka tidak menghiraukan keberatan Ma’ruf. "Untuk apa. Urusannya sudah 
selesai," kata Ma’ruf.

Di internal timses keberadaan Ma’ruf mulai dipersoalkan. Dia menjadi titik 
lemah dan tidak memberi kontribusi positif terhadap elektabilitas Jokowi. Yang 
terjadi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf malah turun. Dalam bahasa timses stagnan.

Ketua timses Erick Thohir dan Luhut Panjaitan mulai mempersoalkan sakitnya 
Ma’ruf yang berkepanjangan. Hampir sebulan terakhir Ma’ruf absen kampanye, 
karena kakinya 'terkilir.'

Da’i kondang Yusuf Mansur (YM) juga menjadi target akuisisi politik Jokowi. YM 
diketahui terbelit kasus investasi. Salah satu kasusnya akhirnya dihentikan 
oleh Polda Jatim. Berbeda rekrutan lainnya, YM terkesan malu-malu dan mencoba 
menutup-nutupinya. Dia misalnya pernah bertemu dengan cawapres Sandiaga Uno.

Meskipun tidak secara terbuka menyatakan dukungan, nasib YM juga sama. Dia 
mulai ditinggalkan umat. Banyak yang uninstall Paytren, metode pembayaran 
online yang sedang dikembangkannya.

Kubu yang berada dalam lingkaran Pemimpin Besar Front Pembela Islam 

Re: [GELORA45] La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

2018-12-20 Terurut Topik ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
 Divide et impera itu nyata sejak Jokowi turun 
dari "Esemka" (proyek mobil imajinatif) yang dia 
tunggangi untuk ke balaikota DKI. Hasilnya, 
terciptalah kumpulan penyesap tebu, habis manis 
sepah dibuang. 

Nggak sabar lihat Jokowi dilantik lalu dikerumuni 
para sahabat tercintanya.
  --- jonathangoeij@... wrote:

La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?


| 
| 
| 
| 
 | 
 |

 |

 |
| 
| 
 | 
La Nyalla, Politik Belah Bambu Jokowi?

Rakyat Merdeka Online

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu.
 |

 |

 |



MINGGU, 16 DESEMBER 2018 , 10:12:00 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF


Presiden Joko Widodo dan La Nyalla Mahmud Mattalitti/Net
BILA kita cermati strategi politik Jokowi dalam menghadapi lawan, ada satu 
benang merah yang konsisten.Akuisisi lawan politik, setelah itu gunakan mereka 
untuk serangan balik. Biarkan kubu musuh bertengkar sendiri. Ketika mereka 
sudah lemah, tinggal ditundukkan.

Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru 
strategi perang Sun Tzu. "Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar. Bikin 
mereka bertengkar sendiri. Haluslah agar kau tidak terlihat.. Misteriuslah agar 
kau tak teraba. Maka, kau akan menguasai nasib lawanmu."

Sayangnya tidak semua prinsip itu berhasil diterapkan dengan baik. Kelemahan 
identifikasi, kesalahan pemilihan figur yang akan dijadikan proxy, serta 
lemahnya leadership Jokowi, membuat semuanya menjadi berantakan. 

Semua senjata yang digunakan Jokowi tumpul, dan malah berbalik menyerang. 
Senjata rekrutan terbaru yang kini tengah digunakan adalah La Nyalla Matalitti.

Mari kita inventarisir siapa saja lawan politik yang berhasil direkrut Jokowi?

Yang paling awal direkrut Jokowi adalah Ali Mochtar Ngabalin. Mantan politisi 
PBB yang kemudian menyeberang ke Partai Golkar ini hanya dalam waktu sekejap 
menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi. Imbalan nya cukup sederhana. 
Dijadikan sebagai seorang staf di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dan komisaris 
Angkasa Pura I.

Setiap hari Ali, mantan tim sukses Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 ini tampil 
menyerang di televisi dan media massa. Namun lama-lama senjata makan tuan. Ali 
justru menjadi titik lemah Jokowi. Gayanya yang konfrontatif tidak disukai 
publik, menimbulkan antipati. Ali secara perlahan mulai ditarik. Kemunculannya 
di publik mulai dibatasi.

Rekrutan berikutnya adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang 
Zainul Majdi. Tom P Power seorang peneliti dari Australian National University 
menyebut TGB ditundukkan melalui kasus divestasi Newmont.

Artikel penelitian Power berjudul Jokowi’s authoritarian turn and Indonesia’s 
democratic decline, saat ini format pdf-nya menyebar luas di medsos.

Pada awal rekrutmen, TGB juga menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Jokowi. 
Latar belakangnya sebagai tokoh agama, gubernur yang sukses, dan bahkan pernah 
dijagokan sebagai salah satu kandidat capres oleh Alumni 212, cukup meyakinkan. 
Namun seiring waktu, TGB juga tak lagi efektif untuk menyerang Prabowo. TGB 
bahkan tidak masuk dalam timses Jokowi.

Akuisisi politik terbesar Jokowi adalah Ma’ruf Amin. Ketua Majelis Ulama 
Indonesia dan Rais Aam PBNU itu dipilih sebagai cawapres Jokowi. Ma’ruf juga 
tokoh sentral GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok 
sebagai penista agama.

Diharapkan pemilihan Ma’ruf sebagai cawapres selain membuat solid dukungan NU, 
juga memecah soliditas pendukung Aksi 212. Gerakan Islam perkotaan itu saat ini 
menjadi musuh yang paling ditakuti dan tidak bisa ditundukkan Jokowi.

Namun seiring waktu ternyata Ma’ruf malah ditinggalkan umat. Reuni 212 berjalan 
sukses. Jutaan kaum muslim dan umat beragama lain tetap hadir menyemut di 
Monas. Mereka tidak menghiraukan keberatan Ma’ruf. "Untuk apa. Urusannya sudah 
selesai," kata Ma’ruf.

Di internal timses keberadaan Ma’ruf mulai dipersoalkan. Dia menjadi titik 
lemah dan tidak memberi kontribusi positif terhadap elektabilitas Jokowi. Yang 
terjadi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf malah turun. Dalam bahasa timses stagnan.

Ketua timses Erick Thohir dan Luhut Panjaitan mulai mempersoalkan sakitnya 
Ma’ruf yang berkepanjangan. Hampir sebulan terakhir Ma’ruf absen kampanye, 
karena kakinya 'terkilir.'

Da’i kondang Yusuf Mansur (YM) juga menjadi target akuisisi politik Jokowi. YM 
diketahui terbelit kasus investasi. Salah satu kasusnya akhirnya dihentikan 
oleh Polda Jatim. Berbeda rekrutan lainnya, YM terkesan malu-malu dan mencoba 
menutup-nutupinya. Dia misalnya pernah bertemu dengan cawapres Sandiaga Uno.

Meskipun tidak secara terbuka menyatakan dukungan, nasib YM juga sama. Dia 
mulai ditinggalkan umat. Banyak yang uninstall Paytren, metode pembayaran 
online yang sedang dikembangkannya.

Kubu yang berada dalam lingkaran Pemimpin Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib 
Rizieq Shihab (HRS) juga menjadi sasaran akuisisi. Adalah Kapitra Ampera salah 
satu pengacara HRS yang 'direkrut' melalui akusisi