RE: [iagi-net-l] Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis Geologi

2004-06-22 Terurut Topik hilman sobir
damang kumaha sebaliknya minohehehe nyebutna
teu make doktor euy...
Iyah naik krl aja bisa kecopetan apalagi naik kereta
dari jakarta ke medan...--- [EMAIL PROTECTED]
wrote:   komplain aja sama Udin Lubis (GEA 80)
yang
 sekarang sedang
 ngutak-ngutik rel KA BDG-JKT.
 
 Aa Kumaha damang euy...
 
 Ben Sapiie
 
 
  Wah kalau saya mah tidak terbayangkan naik ka
 jakarta
  medan...mungkin sampai di medan sudah bugil
  kali...hehehehe
 
  hilman sobir
  --- Parlaungan (RTI) [EMAIL PROTECTED]
  wrote:  Aku masih mengimpikan untuk dapat naik KA
  dari
  Jakarta ke Medan, kapan
  nyambungnya ya.
 
  -Original Message-
  From: [EMAIL PROTECTED]
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Monday, June 21, 2004 7:33 AM
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: Re: [iagi-net-l] Pengembangan Wilayah
  Sulawesi Berbasis Geologi
 
 
  maaf, hanya mau komentar soal jalur ka di jawa.
  tampaknya tidak betul kalau seronok cuma jkt-bdg.
  jalur jkt ke kota2
  lainnya, smg, solo, ygy, sby, juga sangat
 seronok.
  lihat saja bagaimana
  para calon penumpang masih sering kesulitan utk
  mendapatkan karcis,
  tidak
  hanya pas lebaran saja. yg pekerja pjka, sangat
  banyak jkt-solo. tanya
  saja
  teman2 di pertamina/kwarnas atau yg kerja di
 banyak
  bank di jkt, yg
  jum'at
  malam meninggalkan gambir pakai beberapa argo
 maupun
  senja, dan minggu
  malam meninggalkan solo/ygy utk senin pagi sudah
  siap lagi di ibukota.
 
  ini hanyalah utk meluruskan fakta saja lho.
 
  salam,
  syaiful
  *anggota roker bogor (roker, rombongan kereta,
  istilah utk konsumen krl
  jabotabek)
 
 
 
 
 
  OK Taufik
 
  [EMAIL PROTECTED]   To:
  [EMAIL PROTECTED]
 
  amail.com cc:
 

 Subject:
 Re: [iagi-net-l]
  Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis
  06/19/04 09:17 
 Geologi
 
  AM
 
  Please respond
 
  to iagi-net
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  kenapa musti jalur kereta api untuk menghubungkan
  titik-tk komunitas,
  kenapa pula Jalur ka  bisa meningkatakan
  perekonomian?. Apa mereka tak
  belajar dari, jalur ka di Indonesia barat yg mati
  karena tak ekonomis,
  di
  sumbar misalnya bukittinggi, sawahlunto. di sumut
  jlr ka itu hanya
  sampai
  R.prapat ke riau putus, di sumsel hanya hanya
 m.enim
  s/d tg.karang
  lampung
  yg hidup, itupun karena ngangkut coal dari PTBA,
 klo
  cadangannya habis
  mati
  juga seperti kasus Sawahlunto. Di jawa, hanya
  jkt-bdg yg seronok, karena
  pekerja PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad), kalau
  jalur Jl Tol sadang ke
  padalarang selesai bisa-bisa mereka juga
 mengalami
  penurunan, bayangkan
  JKT-BDG jl tol terus hanya 1.5 jam, kalau mereka
  mengantisipasi mau buka
  2
  jalur, masih 50-50 kemungkinan mereka untung.
 
  Pembukaan jalur baru KA untuk membuka daerah yg
  terisolir bukan cara yg
  popular saat ini, jalan raya mungkin lebih
 flexible.
  Jalur KA mungkin
  bermanfaat untuk angkutan massal di urban
  metropolitan, di singapura, di
  tokyo dan jakarta dengan monelnya.
  Agak aneh juga kalau pemda sulawesi, kalimantan
  ngotot buka jalur ka,
  dengan kerapatan penduduk yg begitu jarang,
 denyut
  ekonomi yg lebih
  banyak
  menggunakan sungai, laut..kenapa itu yg tak di
  optimalkan untuk
  kalimantan
  ini, atau jln raya untuk sulawesi.
  --
 
  - Original Message -
 
  DATE: Fri, 18 Jun 2004 14:00:56
  From: Rovicky Dwi Putrohari
  [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Cc:
 
  Kamis, 17 Juni 2004 - 11:02 WIB
  Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis Geologi
  
  Secara geologis, Pulau Sulawesi sangat menarik
  karena merupakan tempat
  pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng
 samudera
  Hindia-Australia,
  lempeng Samudera Pasifik dan Benua Eurasia.
  Pertemuan ketiga lempeng
  ini
  selain menghasilkan berbagai jenis sumber daya
  mineral dan energi juga
  rawan
  terhadap bencana geologi dan karena itu perlu
  dikelola dengan baik dan
  berdasar prinsip-prinsip pembangunan
 berkelanjutan.
  Demikian antara lain sambutan Menteri Energi dan
  SDM yang dibacakan
  oleh
  Sekretaris Jenderal DESDM, Luluk Sumiarso, pada
  Seminar Pengembangan
  Wilayah
  Pulau Sulawesi Berbasis Geologi di Makassar,
 hari
  ini.
  
  Wilayah Sulawesi memiliki potensi mineral dan
  energi yang cukup
  berlimpah
  antara lain migas, panasbumi, nikel, emas,
 tembaga,
  pasir besi, dan
  kromit
 
  yang dapat dijadikan sebagai modal dasar bagi
  wilayah Sulawesi untuk
  mempercepat laju pembangunannya. Menteri Purnomo
  selanjutnya
  mengemukakan
  pentingnya dilakukan terobosan dalam percepatan
  pembangunan wilayah
  Sulawesi. Sehubungan dengan hal ini, Menteri
  Purnomo menyambut baik
  gagasan
  pembangunan jalur kereta api lintas propinsi di
  Sulawesi karena akan
  dapat
 
  meningkatkan perekonomian masyarakat. Menurut
 
=== message truncated === 

Find local movie times and 

RE: [iagi-net-l] Obrolan Serius Santai Sore IAGI (OSSS-IAGI)

2004-06-22 Terurut Topik Nurhayati
Pak Syaiful, saya daftar ya...
Thanks

salam,
Nhy

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 21, 2004 11:17 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Obrolan Serius Santai Sore IAGI (OSSS-IAGI)


Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bekerja-sama dengan RovickySyaiful
Entertainment bermaksud menyelenggarakan:

Obrolan Serius Santai Sore IAGI
Bekerja di LN (Malaysia dan Brunei): Peluang dan Tantangan untuk GGE
(Geologi-Geofisika-Engineer) di EP Minyak-Gas Bumi

KAPAN?
Hari Kamis sore, tanggal 1 Juli 2004, jam 17:00-19:00 wib

DIMANA?
Restoran Thai Tamnak, Jl. Menteng Jakarta Pusat

SIAPA YANG DIUNDANG?
Para ahli geologi, ahli geofisika, dan 'engineer' yang lancar berbahasa
Indonesia
(dibatasi maksimum 30 orang)

PENDAFTARANNYA?
Silakan kirim imil ke [EMAIL PROTECTED],
atau kirim sms ke 0812-9372808.
Sebutkan nama lengkap, keahlian/profesi, dan nomor kontak (imil, hp, telpon
kantor/rumah).

ADA BIAYANYA? ATAU GRATIS?
Ada dong. Hanya Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dan tidak disediakan
kuitansi. Pembayaran sebelum obrolan dimulai.
Apabila sudah terdaftar dan ternyata tidak hadir, akan ditagih tanpa
malu-malu.

NGOBROL-NGOBROL SAJA? DUDUK-DUDUK SAJA?
Benar. Obrolan alias diskusi yang dilakukan dengan santai, tetapi isinya
serius tanpa memusingkan kepala kita.
Nara-sumber akan memberikan presentasi pendahuluan selama sekitar 30 menit.
Waktu yang tersisa adalah untuk membedah isi presentasi, bersama-sama
antara para undangan dan nara-sumber.

Silakan simak info ringkas tentang isi topik dan biodata nara-sumber
berikut ini:



SARI PRESENTASI
Malaysia saat ini mempunyai produksi minyak sekitar 700 ribu bph. Tahun
depan direncanakan akan ditingkatkan menjadi 800 ribu bph. Pertumbuhan
ekonomi malaysia lebih bagus dari Indonesia setelah mengalami krisi tahun
1997. Saat ini nilai RM 'dipatok' terhadap USD, sehingga fluktuasi regional
relatif tidak mempengaruhinya. Petronas saat ini juga mempunyai beberapa
konsesi di negara lain (Afrika)  yg sedang dimulai (dalam tahap eksplorasi,
new ventures). Pertumbuhan (ekspansi) Petronas ini sangat membutuhkan
jumlah tenaga kerja GGE (Geologi-Geofisika-Engineer) yang saat ini tidak
mungkin dipenuhi dari dalam negeri Malaysia. Dibandingkan kondisi ekonomi
Indonesia yg sedang mengalami kesulitan pengadaan peluang kerja, maka
negara Malaysia menjadi sangat menarik bagi para pencari kerja termasuk
Indonesia.

Brunei merupakan negara yang sangat makmur. Jumlah penduduknya kurang dari
400 ribu, sedangkan penduduk aslinya diperkirakan hanya 250-300 ribu saja.
Dengan demikian relatif banyak pendatang di Brunei. Jumlah penduduk yang
sedikit ini menjadikan Brunei jauh lebih aman dari negara-negara di
sekitarnya. Namun di sisi lain, jumlah penduduk yang sedikit ini juga
menjadikan negara ini kekurangan tenaga kerja dan terkesan sepi.

Saat ini juga banyak tenaga kerja dari negara-negara sekitar Asia Tenggara
hingga India dan Cina yang berdatangan ke Malaysia. Hal ini menimbulkan
persaingan yang tidak mudah bagi tenaga-tenaga GGE Indonesia untuk masuk ke
negara-negara Asia Tenggara.

Dalam forum diskusi ini akan dijelaskan bagaimana peluang serta tantangan
untuk bekerja di Malaysia dan Brunei terutama untuk GGE Indonesia.

TENTANG NARA-SUMBER: Rovicky Dwi Putrohari
Rovicky menyelesaikan pendidikan sarjana geologi di Universitas Gadjah Mada
tahun 1987. Sejak itu bergabung dengan Hudbay Oil-Lasmo Oil-Kondur
Petroleum. Tahun 2001 memutuskan untuk menjadi 'freelancer geologist'
setelah meninggalkan jabatan terakhir sebagai 'manager geology' di Kondur
Petroleum dan bekerja di Brunei Shell Petroleum, Total EP Balikpapan, dan
hingga saat ini bekerja untuk Murphy Oil Corporation di Kuala Lumpur
Malaysia.  Pada saat bekerja di Kondur tahun 1999, Rovicky berhasil
menyelesaikan studi di Jurusan Geofisika - Universitas Indonesia dan
memperoleh gelar 'master of science'. Pekerjaan yang dilaluinya berawal
sebagai 'wellsite geologist' di lapangan, 'exploration-development stage',
hingga pekerjaan 'managerial geology', dengan status yang beragam, baik
sebagai pegawai tetap, kontrak, maupun bekerja dengan 'daily rate'.
Pengalaman yang sangat bervariasi di dunia eksplorasi-produksi perminyakan
ini, menjadikan Rovicky mengenal banyak liku bekerja di perminyakan
terutama 'geoscience' (geologi/geofisika).

RovickySyaiful Entertainment
*Presentation is An Entertainment





CONFIDENTIALITY AND DISCLAIMER NOTICE:
This message and any attached files may contain information that is
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the
intended recipient. If you are not the intended recipient, please notify
the sender 

[iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
SUARA PEMBARUAN DAILY
Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Wahyu Mandoko
TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten 
Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai 
ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan 
masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar 
Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air.
NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa 
Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan 
berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan 
yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak.
Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah 
karena ditambang secara  liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang 
berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan 
Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri.
Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai 
besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan 
yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu 
sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari 
dalam dan luar negeri.
Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang 
bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah.
Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar 
untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk 
mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta 
kota-kota besar lainnya.
Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan 
ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling 
dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. 
Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk 
penelitian dan pengetahuan alam.
Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya 
bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta 
ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula.
300 Km
Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada 
yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. 
Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor geologi 
lulusan universitas di Tokyo Jepang itu.
Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap 
hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di dunia 
itu akan musnah.
Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan 
mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi 
banjir yang cukup besar.
Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan 
tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan yang 
semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang secara 
tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi.
Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan 
Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di berbagai 
daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia.
Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan degradasi 
ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan 
manusia.
Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia, kata Jan saat 
membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di 
Karangsambung belum lama ini.
WAHYU MANDOKO
Last modified: 4/6/04

___
Sent by ePrompter, the premier email notification software.
Free download at http://www.ePrompter.com.
_
MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* 
http://join.msn.com/?page=features/virus

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


RE: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik Bondan Brillianto
Sedikit nimbrung
Apa bedanya seorang geologist yang melakukan penelitian
Kemudian dia menghasilkan suatu adikarya yang dapat dikembangkan 
Kemudian karyanya tersebut diolah menjadikannya suatu nilai yang tinggi
Hingga ditambang disana-sini ?

Daerah Papua di daerah puncak Soekarno (konon katanya) dulu hutan alam
nan rimbun, sekarang tampak gundul dipangkas, pada dasarnya ulah siapa
yang menemukan tembaga dan emas ?
Mau ditambang merusak lingkungan, tidak ditambang kok ya bisa
mendatangkan pendapatan, bingung euy ?

Batu bara, minyak dan sebagainya mengalami hal yang sama juga
Cuma bedanya di Karangsambung tempat penelitian, yang relative dekat dan
sangat komplek bebatuannya. Namun masyarakat perlu pendapatan ?
Ada sumber penghasilan di lingkungan mereka, 
Tapi mereka hanya bengong melihat uang diam terus di sungai
Yang jelas mereka tidak mengerti sumber uang tersebut kenapa didiamkan
saja ?
Apa untungnya juga bagi mereka dengan adanya Pusat Penelitian disekitar
mereka
Tetapi tidak memberi kontribusi ke mereka ?

Prihatin sih prihatin  


Regard's 
 
  
Bondan - alumni karangsambung juga

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 22 Juni 2004 19:33
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung
Memprihatinkan

SUARA PEMBARUAN DAILY
Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Wahyu Mandoko
TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten 
Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai 
ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan 
masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar 
Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air.
NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen,
Jawa 
Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan 
berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan.
Kawasan 
yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak.
Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam
punah 
karena ditambang secara  liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang 
berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan

Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri.
Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil
sampai 
besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan
bebatuan 
yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu
itu 
sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari 
dalam dan luar negeri.
Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan
yang 
bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah.
Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar 
untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk 
mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta 
kota-kota besar lainnya.
Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan

ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling 
dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa
saja. 
Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting
untuk 
penelitian dan pengetahuan alam.
Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis
terjadinya 
bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam
semesta 
ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula.
300 Km
Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu
ada 
yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan
bumi. 
Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor
geologi 
lulusan universitas di Tokyo Jepang itu.
Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap 
hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di
dunia 
itu akan musnah.
Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi,
akan 
mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi 
banjir yang cukup besar.
Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan

tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan
yang 
semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang
secara 
tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi.
Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir
Jan 
Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di
berbagai 
daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia.
Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan
degradasi 
ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan
keserakahan 
manusia.
Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia, kata Jan saat 
membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di 
Karangsambung belum lama 

Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik nsyarifuddin
Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR
Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin
nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya batu-batuan itu..
Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb
tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah
kalau menyuruh mereka membandingkan nilai geologi batuan dengan nilai
batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul

Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan
lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke
koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis
murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan
camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb.
Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu
mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan
lebih baik, bukan sekedar kiloan saja..

Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita
menginap di hotel yang terletak di  tempat yang sangat terpencil (warung
rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih
dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel)
Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap
di hotel ini...
Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja
didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan
geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung :

- rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15
rombongan menginap antara 3-6 hari di situ)
- dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel

Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel
itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia
dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan
FT.

Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo
dengan minum kelapa muda...


salam,




- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33
Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan


 SUARA PEMBARUAN DAILY
 Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
 Wahyu Mandoko
 TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
 Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai
 ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan
 masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar
 Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air.
 NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen,
Jawa
 Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan
 berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan
 yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak.
 Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah
 karena ditambang secara  liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang
 berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan
 Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri.
 Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil
sampai
 besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan
 yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu
 sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari
 dalam dan luar negeri.
 Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang
 bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah.
 Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar
 untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk
 mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta
 kota-kota besar lainnya.
 Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan
 ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling
 dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa
saja.
 Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk
 penelitian dan pengetahuan alam.
 Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya
 bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam
semesta
 ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula.
 300 Km
 Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada
 yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan
bumi.
 Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor geologi
 lulusan universitas di Tokyo Jepang itu.
 Bebatuan itu sangat 

[iagi-net-l] REMINDER IPA TALK TOMORROW!

2004-06-22 Terurut Topik Titi Tabusalla








  
  

  

  
  PROFESSIONAL 
  DIVISION
  LUNCHTIME 
  TALK
  

  

Date:Thursday, June 
24,'04

Time:11:45 Hrs.
 
Venue: 
Sasono Mulyo 2, Lobby 
Level 
Le 
MERIDIEN Jakarta
Jl. 
Sudirman Kav. 18-20 
Jakarta 
10220


Subject:" 
Stratigraphic traps
in 
the Tertiary Rift Basins of
Indonesia: 
Case Studies and
Future 
Potential"

Speaker: Chris Atkinson, Michael
Renolds1 and Oskar 
Hutapea2 
 
ABSTRACT


Since the early 1990’s stratigraphic traps have 
become increasingly important in Indonesia with a number of major oil and gas 
fields being found in the so called “mature” “over drilled” Tertiary rift basins 
of Western Indonesia. In fact, it 
is true to say, that over the last decade all the major discoveries ( 100 
mmboe) in Western Indonesia have all been of a stratigraphic nature. A number of major companies walked away 
from long-term concessions with no further structural trap potential, leaving 
behind major oil and gas fields to be discovered by smaller independents who had 
both the creativity to identify the stratigraphic traps and also the ability to 
“sell” the concept to an enlightened management.

The key to finding stratigraphic traps in the 
Tertiary rift basins of Western Indonesia is really quite simple; define a 
working petroleum system. The 
similarities of the geology in Western Indonesian Tertiary rifts, and indeed the 
Malay Basin right up into Onshore Thailand, is remarkable. Every rift has a similar history 
beginning with a syn-rift phase, which primarily provides source rocks of 
various types as well as reservoir sandstones. This is followed by a thermal sag phase 
(“early post-rift”) where better quality reservoir sandstones and sometimes reef 
carbonates are found. The ensuing 
transgressive phase (“late post rift”) guarantees a marine shale regional 
seal. This seal is most impressive 
at the Minas Field in Central Sumatra where 6 billion barrels of oil are trapped 
at only 600 metres depth with no surface oil seeps. The various late Tertiary “orogenic” 
phases trigger migration of hydrocarbons generally up the flanks of the rifts as 
well as creating structures at shallower levels. Sometimes this structural activity is so 
intense that the regional seal is breached causing hydrocarbons to migrate into 
these shallower structures where major accumulations have been found. However, where the seal is NOT breached 
the hydrocarbons MUST still be trapped below it on the flanks of the rift. The giant Intan-Widuri (Maxus 1990) and 
Kaji Semoga (Exspan 1993) fields are perfect examples. 

In 
Western Indonesia there is no doubt that the “easy oil” has already been found 
in large 4-way dip closures or classic Sunda Fold inversion structures. However, we believe that there is still 
a huge potential for finding large reserves in stratigraphic traps in basins 
with the right characteristics. In 
this context, examples will be shown from the Asahan Offshore and Biliton PSC’s 
where rift basins exhibiting these characteristics clearly exist but which 
remain at the present day largely unexplored.



BIOGRAPHY

Chris 
Atkinson is a founding partner in Serica Energy Corporation which currently has 
assets in Indonesia (Asahan Offshore PSC, Biliton PSC, Lematang PSC), the UK 
North Sea and Spain. Chris 
has over 20 years of varied experience in the international oil and gas industry 
of which 4 were spent in the early 1990’s in Indonesia where he was an active 
member of the both the IPA and the IPA Professional Division. 

Chris 
obtained his BSc (First Class) and PhD in Geology from the University of Wales, 
UK and joined Shell International at their KSEPL Rijswijk Research Laboratory in 
1982. He moved on from Shell to ARCO in 1985 and spent a further 15 years 
with ARCO in the USA, China, New Zealand, Indonesia and the UK. He helda variety of Senior 
Management positions with ARCO and at the time of the BP takeover in 2000 was 
the Exploration Vice President for Europe and North 
Africa.
Chris 
is a current fellow of the Geological Society of London, and holds memberships 
in the American Association of Petroleum Geologists, the Petroleum Exploration 
Society of Great Britain, the South East Asian Petroleum Exploration Society and 
the Indonesian Petroleum Association.







FUTURE 
TALKS


Suggestions and volunteers for talks are always 
welcome. Topics should be relevant to exploration and production in Indonesia 
and/or be of interest to a wide range of disciplines. 
Please 
contact the Luncheon Talks Chairman, Scott W. McFall, at BP, phone 7854-8185, 

e-mail:[EMAIL PROTECTED] 



COST : 
Rp. 125.000,00 (IPA Prof. Div. Member) or Rp. 145.000,00 (Non IPA Prof. Div. 
Member) excluding drinks, payable at the entrance of the Sasono Mulyo 2 
Room; payment in cash is preferred. 

· 
Reservations 
and cancellations will be accepted until 15:30 hours on Wednesday, June 23, 
2004. Phones: 572.4284-4286; fax: 572.4259; e-mail: [EMAIL 

Re: [iagi-net-l] Indonesia Brain Gain ... ?

2004-06-22 Terurut Topik sugeng.hartono
Pak Koesoema,
Sebenarnya brain globalization sudah ada sejak 1970 sewaktu bbrp Guru saya
(fisika, kimia, matematika dan biologi) pada berangkat ke Malaysia. Kami
(waktu itu) kagum karena di sana beliau akan mengajar dan katanya mendapat
rumah plus mobil (kendaraan beliau waktu itu hanya sepeda dan vespa tua).
Belum lama ini, menurut Pak Bupati Bantul DIY, tahun 1964 (beliau masih di
SR) beberapa gurunya berpamitan  sambil menangis karena akan mengajar di
Malaysia. Semua murid terharu: betapa mulianya bangsa ini sampai menjadi
guru di negeri seberang. Sekarang setelah menjadi Bupati beliau juga terharu
karena banyak warganya yang minta paspor untuk menjadi batur di negeri
tetangga.
Pak Bupati ini bersemangat untuk memajukan daerahnya, sampai bersedia
ngelapi sepatu investor (kalau ada peraturannya) yang mau masuk ke
daerahnya. Rupanya ada bbrp investor asing masuk, dan kantornya ditempatkan
di gedung SD yang kosong karena muridnya terlalu sedikit dan digabung ke
sekolah lain.
Jadi, kita patut bersyukur, dan selamat untuk mas Rovicky, mas Teguh dkk.
Wassalam,

Sugeng

- Original Message -
From: R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 21, 2004 4:51 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Brain Gain ... ?


 Itu namanya bukan brain drain, tetapi brain globalization.
 Patut disyukuri, daripada maid drain.
 Nantinya tenaga otak di Indonesia akan diisi oleh dari negara lain, dengan
 gaji yang setara di Malaysia, dan akhirnya, gaji tenaga otak di Indonesia
 akan terpaksa menyesuikan. Jadi tidak perlu mengeluh soal gaji rendah di
 Indonesia. Market forces akan bekerja.
 RPK
 - Original Message -
 From: [EMAIL PROTECTED]

 -
 To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

 Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -


-

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

-



[iagi-net-l] Reminder for Analogue Sandbox Modeling Workshop

2004-06-22 Terurut Topik Agush Harsolumakso
Rekan-rekan semua, maaf menumpang jalur umum. 



Kami dari Laboratorium Geologi Dinamik Institut Teknologi Bandung bermaksud 
menyelenggarakan Analogue Sandbox Modeling Workshop. Berikut kami lampirkan reminder 
mengenai kegiatan workshop tersebut:



=



Bandung, 23 June 2004

 

Subject: Reminder for Analogue Sandbox Modeling Workshop

 

 

Dear All, 

 

The Sandbox Modeling Laboratory as part of Geodynamic Laboratory in the Department of 
Geology ITB will hold Analogue Sandbox Modeling Workshop.

 

Who should attend?

This workshop is suitable for all level of people in geosciences community including 
researcher, teacher and student. This workshop is very useful particularly for 
explorationist such as geologist, geophysicist and petroleum engineers who interest in 
understanding basin deformation. The workshop will cover basic knowledge in structural 
geology and sandbox modeling with opportunity in designing you own experiment. 

 

Venue:

Geodynamic Laboratory, Department of Geology

Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha 10 Bandung

 

Time:

Thursday - Friday, July 15 - 16, 2004

 

Fee:

Professional - US$ 350

Teacher/Faculty - Rp. 300.000

Student - Rp 150.000

Acc: 236.780 289 827.901

Agus Handoyo/Geodin GL ITB

Bank BNI KC ITB - Bandung

* Transportation and accommodation of the participant are not included in the workshop 
fee

 

 

Facility:

Module, Kit, Lunch, Coffee Break, Certificate

 

For registration and/or further information:

Mailto: [EMAIL PROTECTED]

  [EMAIL PROTECTED]

or fax: +62-22-2500976

 

 

Regards,

 

 

 

Agus H. Harsolumakso

Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik Prasiddha Hestu Narendra
saya ndak percaya dengan ide membuat monumen atau tembok2 tsb. hanya dalam 
hitungan minggu atau bulan pasti sudah akan rusak, lagipula income yg 
didapat oleh masyarakat sekitar cuma sekali itu saja saat pembangunan dan 
ndak besar.
Dan saya amat yakin sekali yg membuat rusak tersebut adalah orang2 yg punya 
modal, punya modal berarti punya ide, klop sudah. Lagi2 orang kota yg bisa 
dipersalahkan, dan jangan salah mungkin kita punya kontribusi merusak 
alam denga menjadi konsumen bahan2 alam tsb untuk renovasi rumah atau 
sekedar mempercantik taman depan rumah kita.
Masyarakat sekitar paling jadi pekerjanya dengan menjadi buruh angkut.
Jadi siapa yg patut dipersalahkan dalam hal ini? mungkin ujung2nya 
pemerintah yg ndak tegas dengan peraturan tambang galian C nya? atau payung 
hukumnya ndak jelas jadi ndak berani menindak? atau peraturan yg ada bisa 
dikadali dengan uang suap? Atau pemda yg butuh APBD dari restribusi tambang 
galian tsb?

saya pikir ndak bisa hanya sekedar diobrolin di milist saja sementara dalam 
satu hari dua truk atau bahkan lebih ngangkutin batu di KRS. Harus ada yg 
duduk satu meja sepeti LIPI, IAGI, PEMDA, Perguruan tinggi terkait, Ahli2 
yg bergelar prof dan Doktor merenungkan kembali untung rugi daerah KRS, 
dibuat aturannya yg menguntungkan semua pihak termasuk masyarakat sekitar 
dan kontribusi APBD pemda dan ada yg bisa ngawasi jalannya aturan tersebut. 
Akan lebih bagus lagi melibatkan lembaga Kementrian terkait shg ada concern 
dari pemerintah.

Bisa saja dibuat wilayah KSDA (konservasi sumber daya alam) atau Cagar Alam 
yg bisa menguntungkan semua pihak, termasuk salah satu ide dari Cak Noor.

eehh mungkin kita punya kontribusi merusak, contonya jika setiap mahasiswa 
yg kesana membawa oleh2 batu yg bagus buat dipajang dikamar biarpun cuma 
secuil tapi dikali beberapa orang?.hayooo ada yg pernah 
nggaaak..

salam,
PR
At 10:04 AM 06/23/2004 +0800, you wrote:
Bagaimana kalo setiap singkapan yang ada kita jadikan semacam monumen2
kecil yaitu setiap singkapan dibatasi dengan  tembok2 kecil, dimana
pembangunannya melibatkan masyarakat sekitar otomatis masyarakat akan
memiliki daerah tersebut dan ada sedikit income bagi mereka.
Regards,
Hermawan


R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]
23/06/2004 09:19 AM
Please respond to iagi-net
To: [EMAIL PROTECTED]
cc:
Subject:Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam 
Karangsambung Memprihatinkan

Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat
lagi
adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang
tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan.
Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, our lost tetapi
your
(our)gain, dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya.
Wassalam
RPKoesoemadinata
- Original Message -
From: nsyarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung
Memprihatinkan
 Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR
 Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin
 nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang
 pentingnya batu-batuan itu..
 Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah
tsb
 tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi
susah
 kalau menyuruh mereka membandingkan nilai geologi batuan dengan nilai
 batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau
tiwul

 Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam
pemanfaatan
 lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke
 koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya
bisnis
 murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan
 camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb.
 Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha
batu
 mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo
dengan
 lebih baik, bukan sekedar kiloan saja..

 Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita
 menginap di hotel yang terletak di  tempat yang sangat terpencil (warung
 rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak
lebih
 dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel)
 Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi
menginap
 di hotel ini...
 Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu
sengaja
 didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan
 geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung :

 - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari
10-15
 rombongan menginap antara 3-6 hari di situ)
 - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel

 Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim