RE: [iagi-net-l] Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis Geologi
damang kumaha sebaliknya minohehehe nyebutna teu make doktor euy... Iyah naik krl aja bisa kecopetan apalagi naik kereta dari jakarta ke medan...--- [EMAIL PROTECTED] wrote: komplain aja sama Udin Lubis (GEA 80) yang sekarang sedang ngutak-ngutik rel KA BDG-JKT. Aa Kumaha damang euy... Ben Sapiie Wah kalau saya mah tidak terbayangkan naik ka jakarta medan...mungkin sampai di medan sudah bugil kali...hehehehe hilman sobir --- Parlaungan (RTI) [EMAIL PROTECTED] wrote: Aku masih mengimpikan untuk dapat naik KA dari Jakarta ke Medan, kapan nyambungnya ya. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, June 21, 2004 7:33 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis Geologi maaf, hanya mau komentar soal jalur ka di jawa. tampaknya tidak betul kalau seronok cuma jkt-bdg. jalur jkt ke kota2 lainnya, smg, solo, ygy, sby, juga sangat seronok. lihat saja bagaimana para calon penumpang masih sering kesulitan utk mendapatkan karcis, tidak hanya pas lebaran saja. yg pekerja pjka, sangat banyak jkt-solo. tanya saja teman2 di pertamina/kwarnas atau yg kerja di banyak bank di jkt, yg jum'at malam meninggalkan gambir pakai beberapa argo maupun senja, dan minggu malam meninggalkan solo/ygy utk senin pagi sudah siap lagi di ibukota. ini hanyalah utk meluruskan fakta saja lho. salam, syaiful *anggota roker bogor (roker, rombongan kereta, istilah utk konsumen krl jabotabek) OK Taufik [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] amail.com cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis 06/19/04 09:17 Geologi AM Please respond to iagi-net kenapa musti jalur kereta api untuk menghubungkan titik-tk komunitas, kenapa pula Jalur ka bisa meningkatakan perekonomian?. Apa mereka tak belajar dari, jalur ka di Indonesia barat yg mati karena tak ekonomis, di sumbar misalnya bukittinggi, sawahlunto. di sumut jlr ka itu hanya sampai R.prapat ke riau putus, di sumsel hanya hanya m.enim s/d tg.karang lampung yg hidup, itupun karena ngangkut coal dari PTBA, klo cadangannya habis mati juga seperti kasus Sawahlunto. Di jawa, hanya jkt-bdg yg seronok, karena pekerja PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad), kalau jalur Jl Tol sadang ke padalarang selesai bisa-bisa mereka juga mengalami penurunan, bayangkan JKT-BDG jl tol terus hanya 1.5 jam, kalau mereka mengantisipasi mau buka 2 jalur, masih 50-50 kemungkinan mereka untung. Pembukaan jalur baru KA untuk membuka daerah yg terisolir bukan cara yg popular saat ini, jalan raya mungkin lebih flexible. Jalur KA mungkin bermanfaat untuk angkutan massal di urban metropolitan, di singapura, di tokyo dan jakarta dengan monelnya. Agak aneh juga kalau pemda sulawesi, kalimantan ngotot buka jalur ka, dengan kerapatan penduduk yg begitu jarang, denyut ekonomi yg lebih banyak menggunakan sungai, laut..kenapa itu yg tak di optimalkan untuk kalimantan ini, atau jln raya untuk sulawesi. -- - Original Message - DATE: Fri, 18 Jun 2004 14:00:56 From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Cc: Kamis, 17 Juni 2004 - 11:02 WIB Pengembangan Wilayah Sulawesi Berbasis Geologi Secara geologis, Pulau Sulawesi sangat menarik karena merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng samudera Hindia-Australia, lempeng Samudera Pasifik dan Benua Eurasia. Pertemuan ketiga lempeng ini selain menghasilkan berbagai jenis sumber daya mineral dan energi juga rawan terhadap bencana geologi dan karena itu perlu dikelola dengan baik dan berdasar prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Demikian antara lain sambutan Menteri Energi dan SDM yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal DESDM, Luluk Sumiarso, pada Seminar Pengembangan Wilayah Pulau Sulawesi Berbasis Geologi di Makassar, hari ini. Wilayah Sulawesi memiliki potensi mineral dan energi yang cukup berlimpah antara lain migas, panasbumi, nikel, emas, tembaga, pasir besi, dan kromit yang dapat dijadikan sebagai modal dasar bagi wilayah Sulawesi untuk mempercepat laju pembangunannya. Menteri Purnomo selanjutnya mengemukakan pentingnya dilakukan terobosan dalam percepatan pembangunan wilayah Sulawesi. Sehubungan dengan hal ini, Menteri Purnomo menyambut baik gagasan pembangunan jalur kereta api lintas propinsi di Sulawesi karena akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Menurut === message truncated === Find local movie times and
RE: [iagi-net-l] Obrolan Serius Santai Sore IAGI (OSSS-IAGI)
Pak Syaiful, saya daftar ya... Thanks salam, Nhy -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, June 21, 2004 11:17 AM To: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Obrolan Serius Santai Sore IAGI (OSSS-IAGI) Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bekerja-sama dengan RovickySyaiful Entertainment bermaksud menyelenggarakan: Obrolan Serius Santai Sore IAGI Bekerja di LN (Malaysia dan Brunei): Peluang dan Tantangan untuk GGE (Geologi-Geofisika-Engineer) di EP Minyak-Gas Bumi KAPAN? Hari Kamis sore, tanggal 1 Juli 2004, jam 17:00-19:00 wib DIMANA? Restoran Thai Tamnak, Jl. Menteng Jakarta Pusat SIAPA YANG DIUNDANG? Para ahli geologi, ahli geofisika, dan 'engineer' yang lancar berbahasa Indonesia (dibatasi maksimum 30 orang) PENDAFTARANNYA? Silakan kirim imil ke [EMAIL PROTECTED], atau kirim sms ke 0812-9372808. Sebutkan nama lengkap, keahlian/profesi, dan nomor kontak (imil, hp, telpon kantor/rumah). ADA BIAYANYA? ATAU GRATIS? Ada dong. Hanya Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dan tidak disediakan kuitansi. Pembayaran sebelum obrolan dimulai. Apabila sudah terdaftar dan ternyata tidak hadir, akan ditagih tanpa malu-malu. NGOBROL-NGOBROL SAJA? DUDUK-DUDUK SAJA? Benar. Obrolan alias diskusi yang dilakukan dengan santai, tetapi isinya serius tanpa memusingkan kepala kita. Nara-sumber akan memberikan presentasi pendahuluan selama sekitar 30 menit. Waktu yang tersisa adalah untuk membedah isi presentasi, bersama-sama antara para undangan dan nara-sumber. Silakan simak info ringkas tentang isi topik dan biodata nara-sumber berikut ini: SARI PRESENTASI Malaysia saat ini mempunyai produksi minyak sekitar 700 ribu bph. Tahun depan direncanakan akan ditingkatkan menjadi 800 ribu bph. Pertumbuhan ekonomi malaysia lebih bagus dari Indonesia setelah mengalami krisi tahun 1997. Saat ini nilai RM 'dipatok' terhadap USD, sehingga fluktuasi regional relatif tidak mempengaruhinya. Petronas saat ini juga mempunyai beberapa konsesi di negara lain (Afrika) yg sedang dimulai (dalam tahap eksplorasi, new ventures). Pertumbuhan (ekspansi) Petronas ini sangat membutuhkan jumlah tenaga kerja GGE (Geologi-Geofisika-Engineer) yang saat ini tidak mungkin dipenuhi dari dalam negeri Malaysia. Dibandingkan kondisi ekonomi Indonesia yg sedang mengalami kesulitan pengadaan peluang kerja, maka negara Malaysia menjadi sangat menarik bagi para pencari kerja termasuk Indonesia. Brunei merupakan negara yang sangat makmur. Jumlah penduduknya kurang dari 400 ribu, sedangkan penduduk aslinya diperkirakan hanya 250-300 ribu saja. Dengan demikian relatif banyak pendatang di Brunei. Jumlah penduduk yang sedikit ini menjadikan Brunei jauh lebih aman dari negara-negara di sekitarnya. Namun di sisi lain, jumlah penduduk yang sedikit ini juga menjadikan negara ini kekurangan tenaga kerja dan terkesan sepi. Saat ini juga banyak tenaga kerja dari negara-negara sekitar Asia Tenggara hingga India dan Cina yang berdatangan ke Malaysia. Hal ini menimbulkan persaingan yang tidak mudah bagi tenaga-tenaga GGE Indonesia untuk masuk ke negara-negara Asia Tenggara. Dalam forum diskusi ini akan dijelaskan bagaimana peluang serta tantangan untuk bekerja di Malaysia dan Brunei terutama untuk GGE Indonesia. TENTANG NARA-SUMBER: Rovicky Dwi Putrohari Rovicky menyelesaikan pendidikan sarjana geologi di Universitas Gadjah Mada tahun 1987. Sejak itu bergabung dengan Hudbay Oil-Lasmo Oil-Kondur Petroleum. Tahun 2001 memutuskan untuk menjadi 'freelancer geologist' setelah meninggalkan jabatan terakhir sebagai 'manager geology' di Kondur Petroleum dan bekerja di Brunei Shell Petroleum, Total EP Balikpapan, dan hingga saat ini bekerja untuk Murphy Oil Corporation di Kuala Lumpur Malaysia. Pada saat bekerja di Kondur tahun 1999, Rovicky berhasil menyelesaikan studi di Jurusan Geofisika - Universitas Indonesia dan memperoleh gelar 'master of science'. Pekerjaan yang dilaluinya berawal sebagai 'wellsite geologist' di lapangan, 'exploration-development stage', hingga pekerjaan 'managerial geology', dengan status yang beragam, baik sebagai pegawai tetap, kontrak, maupun bekerja dengan 'daily rate'. Pengalaman yang sangat bervariasi di dunia eksplorasi-produksi perminyakan ini, menjadikan Rovicky mengenal banyak liku bekerja di perminyakan terutama 'geoscience' (geologi/geofisika). RovickySyaiful Entertainment *Presentation is An Entertainment CONFIDENTIALITY AND DISCLAIMER NOTICE: This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient, please notify the sender
[iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
SUARA PEMBARUAN DAILY Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Wahyu Mandoko TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk penelitian dan pengetahuan alam. Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula. 300 Km Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor geologi lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di dunia itu akan musnah. Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi banjir yang cukup besar. Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan yang semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang secara tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi. Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di berbagai daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia. Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan degradasi ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan manusia. Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia, kata Jan saat membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di Karangsambung belum lama ini. WAHYU MANDOKO Last modified: 4/6/04 ___ Sent by ePrompter, the premier email notification software. Free download at http://www.ePrompter.com. _ MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/virus - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Sedikit nimbrung Apa bedanya seorang geologist yang melakukan penelitian Kemudian dia menghasilkan suatu adikarya yang dapat dikembangkan Kemudian karyanya tersebut diolah menjadikannya suatu nilai yang tinggi Hingga ditambang disana-sini ? Daerah Papua di daerah puncak Soekarno (konon katanya) dulu hutan alam nan rimbun, sekarang tampak gundul dipangkas, pada dasarnya ulah siapa yang menemukan tembaga dan emas ? Mau ditambang merusak lingkungan, tidak ditambang kok ya bisa mendatangkan pendapatan, bingung euy ? Batu bara, minyak dan sebagainya mengalami hal yang sama juga Cuma bedanya di Karangsambung tempat penelitian, yang relative dekat dan sangat komplek bebatuannya. Namun masyarakat perlu pendapatan ? Ada sumber penghasilan di lingkungan mereka, Tapi mereka hanya bengong melihat uang diam terus di sungai Yang jelas mereka tidak mengerti sumber uang tersebut kenapa didiamkan saja ? Apa untungnya juga bagi mereka dengan adanya Pusat Penelitian disekitar mereka Tetapi tidak memberi kontribusi ke mereka ? Prihatin sih prihatin Regard's Bondan - alumni karangsambung juga -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 22 Juni 2004 19:33 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan SUARA PEMBARUAN DAILY Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Wahyu Mandoko TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk penelitian dan pengetahuan alam. Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula. 300 Km Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor geologi lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di dunia itu akan musnah. Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi banjir yang cukup besar. Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan yang semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang secara tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi. Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di berbagai daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia. Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan degradasi ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan manusia. Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia, kata Jan saat membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di Karangsambung belum lama
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya batu-batuan itu.. Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah kalau menyuruh mereka membandingkan nilai geologi batuan dengan nilai batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap di hotel ini... Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan FT. Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo dengan minum kelapa muda... salam, - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33 Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan SUARA PEMBARUAN DAILY Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Wahyu Mandoko TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk penelitian dan pengetahuan alam. Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula. 300 Km Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor geologi lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. Bebatuan itu sangat
[iagi-net-l] REMINDER IPA TALK TOMORROW!
PROFESSIONAL DIVISION LUNCHTIME TALK Date:Thursday, June 24,'04 Time:11:45 Hrs. Venue: Sasono Mulyo 2, Lobby Level Le MERIDIEN Jakarta Jl. Sudirman Kav. 18-20 Jakarta 10220 Subject:" Stratigraphic traps in the Tertiary Rift Basins of Indonesia: Case Studies and Future Potential" Speaker: Chris Atkinson, Michael Renolds1 and Oskar Hutapea2 ABSTRACT Since the early 1990s stratigraphic traps have become increasingly important in Indonesia with a number of major oil and gas fields being found in the so called mature over drilled Tertiary rift basins of Western Indonesia. In fact, it is true to say, that over the last decade all the major discoveries ( 100 mmboe) in Western Indonesia have all been of a stratigraphic nature. A number of major companies walked away from long-term concessions with no further structural trap potential, leaving behind major oil and gas fields to be discovered by smaller independents who had both the creativity to identify the stratigraphic traps and also the ability to sell the concept to an enlightened management. The key to finding stratigraphic traps in the Tertiary rift basins of Western Indonesia is really quite simple; define a working petroleum system. The similarities of the geology in Western Indonesian Tertiary rifts, and indeed the Malay Basin right up into Onshore Thailand, is remarkable. Every rift has a similar history beginning with a syn-rift phase, which primarily provides source rocks of various types as well as reservoir sandstones. This is followed by a thermal sag phase (early post-rift) where better quality reservoir sandstones and sometimes reef carbonates are found. The ensuing transgressive phase (late post rift) guarantees a marine shale regional seal. This seal is most impressive at the Minas Field in Central Sumatra where 6 billion barrels of oil are trapped at only 600 metres depth with no surface oil seeps. The various late Tertiary orogenic phases trigger migration of hydrocarbons generally up the flanks of the rifts as well as creating structures at shallower levels. Sometimes this structural activity is so intense that the regional seal is breached causing hydrocarbons to migrate into these shallower structures where major accumulations have been found. However, where the seal is NOT breached the hydrocarbons MUST still be trapped below it on the flanks of the rift. The giant Intan-Widuri (Maxus 1990) and Kaji Semoga (Exspan 1993) fields are perfect examples. In Western Indonesia there is no doubt that the easy oil has already been found in large 4-way dip closures or classic Sunda Fold inversion structures. However, we believe that there is still a huge potential for finding large reserves in stratigraphic traps in basins with the right characteristics. In this context, examples will be shown from the Asahan Offshore and Biliton PSCs where rift basins exhibiting these characteristics clearly exist but which remain at the present day largely unexplored. BIOGRAPHY Chris Atkinson is a founding partner in Serica Energy Corporation which currently has assets in Indonesia (Asahan Offshore PSC, Biliton PSC, Lematang PSC), the UK North Sea and Spain. Chris has over 20 years of varied experience in the international oil and gas industry of which 4 were spent in the early 1990s in Indonesia where he was an active member of the both the IPA and the IPA Professional Division. Chris obtained his BSc (First Class) and PhD in Geology from the University of Wales, UK and joined Shell International at their KSEPL Rijswijk Research Laboratory in 1982. He moved on from Shell to ARCO in 1985 and spent a further 15 years with ARCO in the USA, China, New Zealand, Indonesia and the UK. He helda variety of Senior Management positions with ARCO and at the time of the BP takeover in 2000 was the Exploration Vice President for Europe and North Africa. Chris is a current fellow of the Geological Society of London, and holds memberships in the American Association of Petroleum Geologists, the Petroleum Exploration Society of Great Britain, the South East Asian Petroleum Exploration Society and the Indonesian Petroleum Association. FUTURE TALKS Suggestions and volunteers for talks are always welcome. Topics should be relevant to exploration and production in Indonesia and/or be of interest to a wide range of disciplines. Please contact the Luncheon Talks Chairman, Scott W. McFall, at BP, phone 7854-8185, e-mail:[EMAIL PROTECTED] COST : Rp. 125.000,00 (IPA Prof. Div. Member) or Rp. 145.000,00 (Non IPA Prof. Div. Member) excluding drinks, payable at the entrance of the Sasono Mulyo 2 Room; payment in cash is preferred. · Reservations and cancellations will be accepted until 15:30 hours on Wednesday, June 23, 2004. Phones: 572.4284-4286; fax: 572.4259; e-mail: [EMAIL
Re: [iagi-net-l] Indonesia Brain Gain ... ?
Pak Koesoema, Sebenarnya brain globalization sudah ada sejak 1970 sewaktu bbrp Guru saya (fisika, kimia, matematika dan biologi) pada berangkat ke Malaysia. Kami (waktu itu) kagum karena di sana beliau akan mengajar dan katanya mendapat rumah plus mobil (kendaraan beliau waktu itu hanya sepeda dan vespa tua). Belum lama ini, menurut Pak Bupati Bantul DIY, tahun 1964 (beliau masih di SR) beberapa gurunya berpamitan sambil menangis karena akan mengajar di Malaysia. Semua murid terharu: betapa mulianya bangsa ini sampai menjadi guru di negeri seberang. Sekarang setelah menjadi Bupati beliau juga terharu karena banyak warganya yang minta paspor untuk menjadi batur di negeri tetangga. Pak Bupati ini bersemangat untuk memajukan daerahnya, sampai bersedia ngelapi sepatu investor (kalau ada peraturannya) yang mau masuk ke daerahnya. Rupanya ada bbrp investor asing masuk, dan kantornya ditempatkan di gedung SD yang kosong karena muridnya terlalu sedikit dan digabung ke sekolah lain. Jadi, kita patut bersyukur, dan selamat untuk mas Rovicky, mas Teguh dkk. Wassalam, Sugeng - Original Message - From: R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, June 21, 2004 4:51 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia Brain Gain ... ? Itu namanya bukan brain drain, tetapi brain globalization. Patut disyukuri, daripada maid drain. Nantinya tenaga otak di Indonesia akan diisi oleh dari negara lain, dengan gaji yang setara di Malaysia, dan akhirnya, gaji tenaga otak di Indonesia akan terpaksa menyesuikan. Jadi tidak perlu mengeluh soal gaji rendah di Indonesia. Market forces akan bekerja. RPK - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
[iagi-net-l] Reminder for Analogue Sandbox Modeling Workshop
Rekan-rekan semua, maaf menumpang jalur umum. Kami dari Laboratorium Geologi Dinamik Institut Teknologi Bandung bermaksud menyelenggarakan Analogue Sandbox Modeling Workshop. Berikut kami lampirkan reminder mengenai kegiatan workshop tersebut: = Bandung, 23 June 2004 Subject: Reminder for Analogue Sandbox Modeling Workshop Dear All, The Sandbox Modeling Laboratory as part of Geodynamic Laboratory in the Department of Geology ITB will hold Analogue Sandbox Modeling Workshop. Who should attend? This workshop is suitable for all level of people in geosciences community including researcher, teacher and student. This workshop is very useful particularly for explorationist such as geologist, geophysicist and petroleum engineers who interest in understanding basin deformation. The workshop will cover basic knowledge in structural geology and sandbox modeling with opportunity in designing you own experiment. Venue: Geodynamic Laboratory, Department of Geology Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung Time: Thursday - Friday, July 15 - 16, 2004 Fee: Professional - US$ 350 Teacher/Faculty - Rp. 300.000 Student - Rp 150.000 Acc: 236.780 289 827.901 Agus Handoyo/Geodin GL ITB Bank BNI KC ITB - Bandung * Transportation and accommodation of the participant are not included in the workshop fee Facility: Module, Kit, Lunch, Coffee Break, Certificate For registration and/or further information: Mailto: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] or fax: +62-22-2500976 Regards, Agus H. Harsolumakso
Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
saya ndak percaya dengan ide membuat monumen atau tembok2 tsb. hanya dalam hitungan minggu atau bulan pasti sudah akan rusak, lagipula income yg didapat oleh masyarakat sekitar cuma sekali itu saja saat pembangunan dan ndak besar. Dan saya amat yakin sekali yg membuat rusak tersebut adalah orang2 yg punya modal, punya modal berarti punya ide, klop sudah. Lagi2 orang kota yg bisa dipersalahkan, dan jangan salah mungkin kita punya kontribusi merusak alam denga menjadi konsumen bahan2 alam tsb untuk renovasi rumah atau sekedar mempercantik taman depan rumah kita. Masyarakat sekitar paling jadi pekerjanya dengan menjadi buruh angkut. Jadi siapa yg patut dipersalahkan dalam hal ini? mungkin ujung2nya pemerintah yg ndak tegas dengan peraturan tambang galian C nya? atau payung hukumnya ndak jelas jadi ndak berani menindak? atau peraturan yg ada bisa dikadali dengan uang suap? Atau pemda yg butuh APBD dari restribusi tambang galian tsb? saya pikir ndak bisa hanya sekedar diobrolin di milist saja sementara dalam satu hari dua truk atau bahkan lebih ngangkutin batu di KRS. Harus ada yg duduk satu meja sepeti LIPI, IAGI, PEMDA, Perguruan tinggi terkait, Ahli2 yg bergelar prof dan Doktor merenungkan kembali untung rugi daerah KRS, dibuat aturannya yg menguntungkan semua pihak termasuk masyarakat sekitar dan kontribusi APBD pemda dan ada yg bisa ngawasi jalannya aturan tersebut. Akan lebih bagus lagi melibatkan lembaga Kementrian terkait shg ada concern dari pemerintah. Bisa saja dibuat wilayah KSDA (konservasi sumber daya alam) atau Cagar Alam yg bisa menguntungkan semua pihak, termasuk salah satu ide dari Cak Noor. eehh mungkin kita punya kontribusi merusak, contonya jika setiap mahasiswa yg kesana membawa oleh2 batu yg bagus buat dipajang dikamar biarpun cuma secuil tapi dikali beberapa orang?.hayooo ada yg pernah nggaaak.. salam, PR At 10:04 AM 06/23/2004 +0800, you wrote: Bagaimana kalo setiap singkapan yang ada kita jadikan semacam monumen2 kecil yaitu setiap singkapan dibatasi dengan tembok2 kecil, dimana pembangunannya melibatkan masyarakat sekitar otomatis masyarakat akan memiliki daerah tersebut dan ada sedikit income bagi mereka. Regards, Hermawan R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] 23/06/2004 09:19 AM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat lagi adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan. Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, our lost tetapi your (our)gain, dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya. Wassalam RPKoesoemadinata - Original Message - From: nsyarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya batu-batuan itu.. Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah kalau menyuruh mereka membandingkan nilai geologi batuan dengan nilai batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan lebih baik, bukan sekedar kiloan saja.. Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap di hotel ini... Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim