saya ndak percaya dengan ide membuat monumen atau tembok2 tsb. hanya dalam hitungan minggu atau bulan pasti sudah akan rusak, lagipula income yg didapat oleh masyarakat sekitar cuma sekali itu saja saat pembangunan dan ndak besar.
Dan saya amat yakin sekali yg membuat rusak tersebut adalah orang2 yg punya modal, punya modal berarti punya ide, klop sudah. Lagi2 orang kota yg bisa dipersalahkan, dan jangan salah mungkin kita punya kontribusi "merusak alam" denga menjadi konsumen bahan2 alam tsb untuk renovasi rumah atau sekedar mempercantik taman depan rumah kita.
Masyarakat sekitar paling jadi pekerjanya dengan menjadi buruh angkut.
Jadi siapa yg patut dipersalahkan dalam hal ini? mungkin ujung2nya pemerintah yg ndak tegas dengan peraturan tambang galian C nya? atau payung hukumnya ndak jelas jadi ndak berani menindak? atau peraturan yg ada bisa dikadali dengan uang suap? Atau pemda yg butuh APBD dari restribusi tambang galian tsb?


saya pikir ndak bisa hanya sekedar diobrolin di milist saja sementara dalam satu hari dua truk atau bahkan lebih ngangkutin batu di KRS. Harus ada yg duduk satu meja sepeti LIPI, IAGI, PEMDA, Perguruan tinggi terkait, Ahli2 yg bergelar prof dan Doktor merenungkan kembali untung rugi daerah KRS, dibuat aturannya yg menguntungkan semua pihak termasuk masyarakat sekitar dan kontribusi APBD pemda dan ada yg bisa ngawasi jalannya aturan tersebut. Akan lebih bagus lagi melibatkan lembaga Kementrian terkait shg ada concern dari pemerintah.

Bisa saja dibuat wilayah KSDA (konservasi sumber daya alam) atau Cagar Alam yg bisa menguntungkan semua pihak, termasuk salah satu ide dari Cak Noor.

eehh mungkin kita punya kontribusi merusak, contonya jika setiap mahasiswa yg kesana membawa oleh2 batu yg bagus buat dipajang dikamar biarpun cuma secuil tapi dikali beberapa orang?????.....hayooo ada yg pernah nggaaakkkkk......

salam,
PR

At 10:04 AM 06/23/2004 +0800, you wrote:
Bagaimana kalo setiap singkapan yang ada kita jadikan semacam monumen2
kecil yaitu setiap singkapan dibatasi dengan  tembok2 kecil, dimana
pembangunannya melibatkan masyarakat sekitar otomatis masyarakat akan
memiliki daerah tersebut dan ada sedikit income bagi mereka.

Regards,
Hermawan






"R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]> 23/06/2004 09:19 AM Please respond to iagi-net


To: <[EMAIL PROTECTED]>
cc:
Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan



Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat lagi adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan. Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, "our lost" tetapi "your (our)gain", dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya. Wassalam RPKoesoemadinata ----- Original Message ----- From: "nsyarifuddin" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan


> Mungkin kita perlu instropeksi juga....seberapa besar sih manfaat lab KR > Sambung buat masyarakat sekitar selama ini......kalau kecil atau mungkin > nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang > pentingnya batu-batuan itu...... > Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb > tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan......jadi susah > kalau menyuruh mereka "membandingkan" nilai geologi batuan dengan nilai > batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..........atau tiwul > > Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan > lab tsb di masa mendatang....misalnya borongan catering kita serahkan ke > koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis > murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan > camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb. > Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu > mulia di sana.....jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan > lebih baik, bukan sekedar kiloan saja...... > > Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita > menginap di hotel yang terletak di tempat yang sangat terpencil (warung > rokok terdekat saja 5 km jauhnya).....populasi di kampung itu tidak lebih > dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel) > Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap > di hotel ini....... > Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja > didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan > geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung : > > - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15 > rombongan menginap antara 3-6 hari di situ) > - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel.... > > Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel > itu tutup-tup........saking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia > dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan > FT..... > > Jadi kenapa tidak di Kr Sambung......kebayang khan makan siang di Waturondo > dengan minum kelapa muda........... > > > salam, > > > > > ----- Original Message ----- > From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33 > Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > > > > SUARA PEMBARUAN DAILY > > Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan > > Wahyu Mandoko > > TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten > > Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai > > ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan > > masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar > > Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. > > NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, > Jawa > > Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan > > berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan > > yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. > > "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah > > karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang > > berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan > > Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. > > Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil > sampai > > besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan > > yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu > > sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari > > dalam dan luar negeri. > > Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang > > bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. > > Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar > > untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk > > mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta > > kota-kota besar lainnya. > > Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan > > ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling > > dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa > saja. > > Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk > > penelitian dan pengetahuan alam. > > "Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya > > bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam > semesta > > ini, sampai bencana alam dan gempa bumi" kata Munasri pula. > > 300 Km > > Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada > > yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan > bumi. > > "Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung," kata doktor geologi > > lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. > > Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap > > hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di > dunia > > itu akan musnah. > > Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan > > mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi > > banjir yang cukup besar. > > Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan > > tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan > yang > > semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang > secara > > tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi. > > Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan > > Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di > berbagai > > daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia. > > Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan > degradasi > > ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan > > manusia. > > "Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia," kata Jan saat > > membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di > > Karangsambung belum lama ini. > > WAHYU MANDOKO > > Last modified: 4/6/04 > > > > ___________________________________________________________ > > Sent by ePrompter, the premier email notification software. > > Free download at http://www.ePrompter.com. > > > > _________________________________________________________________ > > MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* > > http://join.msn.com/?page=features/virus > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > > > Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan > Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau > [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > > --------------------------------------------------------------------- > > > > > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > --------------------------------------------------------------------- >



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------


---------------------------------------------------------------------

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke