[iagi-net-l] Semburan Gas PT Kalila di Riau Tak Bisa Dihentikan --> Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Smoga yang ini tidak bikin uneg-uneg yang bikin perut negh !

RDP
===
Selasa, 16/03/2010 15:04 WIB
Semburan Gas PT Kalila di Riau Tak Bisa Dihentikan
 *Chaidir Anwar Tanjung* - detikNews

*Pekanbaru* - Semburan gas dari sumur minyak PT Kalila di Riau sudah dua
hari tidak bisa dihentikan. PT Kalila pun sudah mengamankan lokasi tersebut
untuk menghindari adanya percikan api.

Semburan gas tak terkontrol ini terjadi di sumur gas, Pegan I, Kecamatan
Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau. Semburan yang sempat disertai ledakan ini
terjadi pada hari Minggu (14/03/2010).

Hingga saat ini semburan gas dari ujung pipa mengarah ke atas itu masih
tetap berlangsung.

"Dari ujung pipa itu, gas menyebur ke atas sekitar ketinggian 30 meter,"
kata Area and Operation Manager PT Kalila, Agustinus dalam perbincangan
dengan detikcom, Selasa (16/03/2010).

Akibat semburan gas ini, para pekerja di lapangan sempat diungsikan
sementara. Para pekerja kini diamankan di lokasi radius 250 meter dari
semburan gas tersebut.

"Lokasi perlu kita amankan agar tidak ada percikan api di sana. Sebab, bila
ada saja percikan api dari puntung rokok saja, lokasi itu bisa terbakar,”
kata Agustinus.

* (cha/gus)*


RE: [iagi-net-l] Perilaku EI

2010-03-16 Terurut Topik Teguh Nugraha
Pak Trisakti,
Sepengetahuan saya, EI digunakan untuk memimikan suatu parameter elastik 
tertentu, beberapa orang mencoba memimikan dangan Gamma Ray log, dengan memilih 
sudut tertentu yang tepat. Jadi Satu parameter elastic hanya dimimikan oleh 
satu sudut tertentu.
Sebagai contoh AI dimimikan oleh EI dengan sudut nol. Parameter elastik yang 
lain dimimikan dengan sudut yang lain pula tergantung karakteristik batuan pada 
daerah tersebut.
Sudut EI hanya terbatas dari 0-90 derajat saja tetapi dengan EEI (Extended 
Elastic Impedance) sudutnya bisa dimainkan dari -90 s/d 90 derajat.

Semoga membantu.
Salam,
-teguh-

-Original Message-
From: Trisakti Kurniawan [mailto:sakti_...@yahoo.com] 
Sent: 2010-03-15 13:12
To: HAGI-net; IAGI-net
Subject: [iagi-net-l] Perilaku EI

Bapak2 dan Ibu2,
 
Saat melakukan analisa crossplot antara sand dengan shale pada domain SI (shear 
impedance), kedua litologi tersebut bisa terpisah..begitu juga pada domain 
AI-nya. Namun saat saya coba bermain dengan sudut (EI)..semakin jauh saya 
"mainkan"..di far offset bahkan ultra far kenapa keduanya semakin overlap? Apa 
arti fisis dari hal ini ya?
 
Mohon pencerahannya.
 
Terima kasih.
Trisakti


  


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Perilaku EI

2010-03-16 Terurut Topik Trisakti Kurniawan
Pak Bagus,
 
Apakah yang bapak maksud dengan sudut diatas 25 derajat itu sebagai sudut 
kritis?
Sekedar memastikan saja dari referensi yang ada, apakah memang secara jelas 
dinyatakan nilai tersebut sebagai batasnya?
 
Kebetulan persamaan yang saya gunakan adalah Connoly dan kemudian saya tes 
dengan Whitcomb (2002). Keduanya memang turunan dari persamaan Knott-Zoepritz 
dan menunjukkan perilaku yang serupa.
 
Jadi menurut Bapak, untuk kasus ini kemungkinan permasalahannya pada 
keterbatasan persamaan tersebut? Namun kenapa pada kasus yang lain, saya tidak 
menemuinya ya? Apakah hal ini didominasi pada kondisi yang ada atau memang 
keterbatasan dari solusi persamaan yang ada?
 
Terima kasih.
Salam,
Trisakti


--- On Tue, 3/16/10, Bagus Endar B. Nurhandoko  
wrote:


From: Bagus Endar B. Nurhandoko 
Subject: Re: [iagi-net-l] Perilaku EI
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tuesday, March 16, 2010, 8:18 AM


Pak Trisakti,

Mengapa terjadi overlapping di daerah offset jauh ??
AVO dibangun dari persamaan MATRIX Knott-Zoeppriz..Persamaan ini dikenal 
sebagai persamaan dengan kadar Non_Lenearitas tinggi, terutama terjadi manakala 
Offset (> 25 deg)
Untuk menghindari chaotic krn non-linearitas yang tinggi dari Knott-Zoeppritz 
ini, beberapa author melakukan pendekatan linear untuk pemecahan AVO ini, i.e: 
Bortfield(1961), Shuey(1985), Hilterman, Aki Richard(1980),dll
Sementara ini  sepengetahuan kami hampir seluruh program komersial untuk 
inversi nilai2 Elastic Parameter (SI, Lambda, Rho, Mu dsbnya), masih 
menggunakan kaidah2 linearitas dengan mendasarkan persamaan linear (biasanya 
yang dipakai Aki-Richard(1980)), daripada memecahkan persoalann inversi dari 
matriks persamaan Knott-Zoeppritz yang memiliki kadar non-linearitas tinggi.

Jadi pak, saran kami sebaiknya tetap bermain di level <25-30 deg untuk 
mengekstrak nilai2 elasticnya, karena kalau di offset jauh kemungkinan besar 
akan salah nilai ekstraksi elasticnya, kecuali kalau program yang dipergunakan 
sudah mempergunakan solusi dari inversi matriks Knott-Zoeppritz.

salam,
Bagus Endar

WISFIR-Lab.
Rock-Fluid Imaging Lab.



- Original Message - From: "Trisakti Kurniawan" 
To: "HAGI-net" ; "IAGI-net" 
Sent: Monday, March 15, 2010 1:11 PM
Subject: [iagi-net-l] Perilaku EI


Bapak2 dan Ibu2,

Saat melakukan analisa crossplot antara sand dengan shale pada domain SI (shear 
impedance), kedua litologi tersebut bisa terpisah..begitu juga pada domain 
AI-nya. Namun saat saya coba bermain dengan sudut (EI)..semakin jauh saya 
"mainkan"..di far offset bahkan ultra far kenapa keduanya semakin overlap? Apa 
arti fisis dari hal ini ya?

Mohon pencerahannya.

Terima kasih.
Trisakti





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-




  

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Santoso, Hendro
Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya
kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung
atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger,
sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

-HendroHS

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi
kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana
di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
(bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin'
tersebut,
kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama
(jika
dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja
(kalau
saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft
tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat
dari
kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale.
Maka
terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well
BJP-1
(menembus 14ft unidentified lithology).

Salam,
Natan

On 3/9/10, Bambang P. Istadi  wrote:
>
> Pak Natan, pak RDP,...
>
> Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
> didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan
sebagai
> exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..
>
> Flow dimension :
> Well depth = 9297 ft
> Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4")
> Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)
>
> Fluid properties :
> Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
> Formation Volume Factor = 1 (water)
>
> Rock property :
> Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang
dianggap
> sebagai "high producer well" yang bisa memproduksikan 7000 barrel
fluida
> per hari dari karbonat)
>
> System pressures :
> Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
> Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
> loss)
>
> Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
> Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
> Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
> dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja
komposisi
> air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari
formasi
> karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
> hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari,
sama
> dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1
mau
> melewati/mendorong/menarik "fish" disumur yang dianggap berproduksi 1
> juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
> sangat besar.
>
> Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
> periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS
dan
> MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
> diskusinya,..
>
> Wass.
>
> Bambang
>
>
>
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
>
>
> 2010/3/9 Nataniel Mangiwa :
> > Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval
> mulai
> > dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293,
9294,
> 9295,
> > 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imaji

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik yudi purnama
2010/3/16 Nataniel Mangiwa :
> Dear IAGI netters..
>
> Setelah saya membaca paper yang Pak Bambang P. Istadi sarankan (paper
> dikirimkan langsung & japri oleh Pak Sawolo), ada beberapa hal yang cukup
> menarik untuk dikritisi.
>
> 1. Dalam kedua paper tersebut sama sekali tidak ada 1 ft pun lay
> out/cropping dari Masterlog sumur tersebut. Menurut saya ini sangat2 patut
> untuk dikritisi. Karena Masterlog adalah dasar dan hasil dari pemboran suatu
> sumur. Kalaupun memang dilarang oleh aturan, mungkin bisa dimintakan ijin
> minimal untuk 'hanya' menampilkan 50ft atau sejelek-jeleknya 20ft interval
> sebelum TD. Lebih baik lagi jika ada lay out Masterlog di daerah2 yang
> penting, yaitu sekitar casing shoe, lalu stuck interval, dan  yang paling
> penting tentu saja di interval dekat2 TD.
>
> 2. LOT result, menurut saya yang paling reliable adalah dari DDR. Karena
> coman pasti sangat concern dengan hal ini, dan kemungkinannya sangat kecil
> akan terjadi kesalahan reporting dari nilai LOT ini di DDR. Seumur saya
> melihat DDR, belum pernah saya dapati ada kesalahan reporting dari LOT value
> di DDR. Jadi seharusnya, ditampilkan juga scan dari DDR yang menstate nilai
> LOT.
>
> 3. Stuck yang terjadi disimpulkan sebagai Differentialy Stuck. Menurut saya
> juga ini patut dikritisi, apakah memang ada perbedaan  pressure yang sangat
> besar  antara  wellbore dengan formasi tempat stuck (Subnormal
> Pressure/depleted?).  Apa memang ada  zona  Subnormal di well dengan rank
> Wild Cat.
>
> 4. Sanggahan2 dari penulis paper tersebut hampir semuanya berdasarkan pada
> kaidah umum yang berlaku di lingkungan pengeboran 'Drilling Practice', dan
> hampir semuanya memang reasonable dan sudah sangat familiar digunakan di
> lingkungan pengeboran. Tetapi terjadi dualisme pendapat dari penulis. Saat
> mereka menganalisa Loss dan Kick yang terjadi, kenapa mereka tidak mengikuti
> kaidah umum Drilling Practice juga. Seharusnya Loss dan Kick sangat mudah
> dijelaskan dalam standart drilling operation, tetapi mengapa tidak mengikuti
> kaidah umum, malah mencoba memperlihatkan sesuatu yang korelatif dengan
> Gempa.
>
> Ilmu baru atau teori baru jelas tidak salah, tetapi..apakah teori2 yang
> sudah ada tidak mampu menjawab tentang terjadinya Loss dan Kick tersebut,
> sehingga harus melahirkan pola pemikiran baru bahwa Loss tersebut 'seperti'
> ada korelasinya dengan Gempa.
>
> 5. Harus juga diajukan ke dunia drilling internasional tentang perubahan
> definisi dari Loss dan Kick, karena yang selama ini saya pahami adalah kedua
> definisi tersebut adalah pure berhubungan dengan wellbore, tidak ada
> hubungannya dengan Gempa dlsb.
>
> 6. Dikatakan juga bahwa Kick yang terjadi adalah saline water kick yang
> memiliki density 8.9ppg. Lalu dengan jelas juga dikatakan bahwa swabbing
> tidak terjadi di BJP-1. Pertanyaan yang muncul adalah, lalu Kick jenis
> apakah yang muncul? Dan disebabkan oleh apa? Karena per definisi, kick hanya
> disebabkan oleh kedua hal tersebut.
>
> 7. Dalam paper tersebut juga ada ketidak'fair'an dalam hal  penegasan data.
> Data yang sangat kritikal yaitu data tentang 14ft lithology terakhir sebelum
> TD, tidak pernah disebutkan dengan TEGAS bahwa ada miss data di interval
> tersebut. Justru kata2 yang tertulis adalah: "The speculation that the well
> penetrated any carbonate formation is not supported by cuttings or
> calcimetry increases" (page 8 Authors reply to discussion).
>
> 8. Lapindo selalu mengatakan bahwa tidak ada kesalahan pemboran dalam
> operasi well ini. Padahal menurut apa yang saya pahami selama ini, semua
> kasus Stuck itu 100% disebabkan oleh wellbore dan manusia, dan Stuck ini
> termasuk kesalahan dan itu bisa dihindari. Apakah definisi stuck yang di
> well BJP-1 sama dengan hal tersebut ataukah Stuck karena
> Gempa/Mudvolcano/Reaktivasi Sesar? Yang artinya bahwa stuck di well ini
> tidak dapat diklasifikasikan sebagai faktor kesalahan/kelalaian.
>
> 9. Sejak pertama kali teori Lusi karena bencana alam mencuat, yang selalu
> saya tidak mampu menggambarkan adalah bagaimana penggambaran Sesar
> Watukosek, shear2nya dan kemenerusannya terhadap BJP-1 (atau lebih
> spesifiknya depth sekitar TD). Dalam paper tersebut juga ditampilkan diagram
> dalam Fig 14A (page 17 Authors reply to discussion). Tetapi tetap menurut
> saya itu tidak bisa menjawab konteks hubungan antara BJP-1 dengan Watukosek
> fault. Opini penulis paper adalah:
>  - Ada reaktivasi sesar
>  - Ada korelasi waktu antara Gempa dengan Loss
> Selanjutnya saya tafsirkan bahwa:
>  - Penulis meyakini bahwa Loss karena reaktivasi sesar.
>  - Jika benar demikian, maka harus ada zona/shear dari Fault yang
> menghubungkan antara sesar dengan well. Artinya harus ada komunikasi dari
> sesar dengan well, baik langsung di bidang utamanya atau mungkin dari
> shearnya saja.
>  - Jika memang ada komunikasi, berarti itu sudah terbentuk suatu sistem yang
> berhubungan (channelling) antara well dengan sesar.
>  - Selanjutnya adalah, mengapa penulis paper

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut,
kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika
dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja (kalau
saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft
tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat dari
kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale. Maka
terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well BJP-1
(menembus 14ft unidentified lithology).

Salam,
Natan

On 3/9/10, Bambang P. Istadi  wrote:
>
> Pak Natan, pak RDP,...
>
> Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
> didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai
> exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..
>
> Flow dimension :
> Well depth = 9297 ft
> Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4")
> Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)
>
> Fluid properties :
> Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
> Formation Volume Factor = 1 (water)
>
> Rock property :
> Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap
> sebagai "high producer well" yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida
> per hari dari karbonat)
>
> System pressures :
> Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
> Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
> loss)
>
> Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
> Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
> Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
> dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi
> air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari formasi
> karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
> hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama
> dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau
> melewati/mendorong/menarik "fish" disumur yang dianggap berproduksi 1
> juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
> sangat besar.
>
> Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
> periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan
> MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
> diskusinya,..
>
> Wass.
>
> Bambang
>
>
>
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
>
>
> 2010/3/9 Nataniel Mangiwa :
> > Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval
> mulai
> > dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294,
> 9295,
> > 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain
> ngeributin itu
> > Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua
> keyakinan
> > tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau
> sudah
> > 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi?
> Menurut
> > saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak
> ada
> > cutting/logging.
>
> Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu
> cutting palsu !
> Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss
> pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke
> formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya
> pasti sudah ga akurat lagi sumbernya.
> Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut
> drilling engineer, se

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Dear IAGI netters..

Setelah saya membaca paper yang Pak Bambang P. Istadi sarankan (paper
dikirimkan langsung & japri oleh Pak Sawolo), ada beberapa hal yang cukup
menarik untuk dikritisi.

1. Dalam kedua paper tersebut sama sekali tidak ada 1 ft pun lay
out/cropping dari Masterlog sumur tersebut. Menurut saya ini sangat2 patut
untuk dikritisi. Karena Masterlog adalah dasar dan hasil dari pemboran suatu
sumur. Kalaupun memang dilarang oleh aturan, mungkin bisa dimintakan ijin
minimal untuk 'hanya' menampilkan 50ft atau sejelek-jeleknya 20ft interval
sebelum TD. Lebih baik lagi jika ada lay out Masterlog di daerah2 yang
penting, yaitu sekitar casing shoe, lalu stuck interval, dan  yang paling
penting tentu saja di interval dekat2 TD.

2. LOT result, menurut saya yang paling reliable adalah dari DDR. Karena
coman pasti sangat concern dengan hal ini, dan kemungkinannya sangat kecil
akan terjadi kesalahan reporting dari nilai LOT ini di DDR. Seumur saya
melihat DDR, belum pernah saya dapati ada kesalahan reporting dari LOT value
di DDR. Jadi seharusnya, ditampilkan juga scan dari DDR yang menstate nilai
LOT.

3. Stuck yang terjadi disimpulkan sebagai Differentialy Stuck. Menurut saya
juga ini patut dikritisi, apakah memang ada perbedaan  pressure yang sangat
besar  antara  wellbore dengan formasi tempat stuck (Subnormal
Pressure/depleted?).  Apa memang ada  zona  Subnormal di well dengan rank
Wild Cat.

4. Sanggahan2 dari penulis paper tersebut hampir semuanya berdasarkan pada
kaidah umum yang berlaku di lingkungan pengeboran 'Drilling Practice', dan
hampir semuanya memang reasonable dan sudah sangat familiar digunakan di
lingkungan pengeboran. Tetapi terjadi dualisme pendapat dari penulis. Saat
mereka menganalisa Loss dan Kick yang terjadi, kenapa mereka tidak mengikuti
kaidah umum Drilling Practice juga. Seharusnya Loss dan Kick sangat mudah
dijelaskan dalam standart drilling operation, tetapi mengapa tidak mengikuti
kaidah umum, malah mencoba memperlihatkan sesuatu yang korelatif dengan
Gempa.

Ilmu baru atau teori baru jelas tidak salah, tetapi..apakah teori2 yang
sudah ada tidak mampu menjawab tentang terjadinya Loss dan Kick tersebut,
sehingga harus melahirkan pola pemikiran baru bahwa Loss tersebut 'seperti'
ada korelasinya dengan Gempa.

5. Harus juga diajukan ke dunia drilling internasional tentang perubahan
definisi dari Loss dan Kick, karena yang selama ini saya pahami adalah kedua
definisi tersebut adalah pure berhubungan dengan wellbore, tidak ada
hubungannya dengan Gempa dlsb.

6. Dikatakan juga bahwa Kick yang terjadi adalah saline water kick yang
memiliki density 8.9ppg. Lalu dengan jelas juga dikatakan bahwa swabbing
tidak terjadi di BJP-1. Pertanyaan yang muncul adalah, lalu Kick jenis
apakah yang muncul? Dan disebabkan oleh apa? Karena per definisi, kick hanya
disebabkan oleh kedua hal tersebut.

7. Dalam paper tersebut juga ada ketidak'fair'an dalam hal  penegasan data.
Data yang sangat kritikal yaitu data tentang 14ft lithology terakhir sebelum
TD, tidak pernah disebutkan dengan TEGAS bahwa ada miss data di interval
tersebut. Justru kata2 yang tertulis adalah: "The speculation that the well
penetrated any carbonate formation is not supported by cuttings or
calcimetry increases" (page 8 Authors reply to discussion).

8. Lapindo selalu mengatakan bahwa tidak ada kesalahan pemboran dalam
operasi well ini. Padahal menurut apa yang saya pahami selama ini, semua
kasus Stuck itu 100% disebabkan oleh wellbore dan manusia, dan Stuck ini
termasuk kesalahan dan itu bisa dihindari. Apakah definisi stuck yang di
well BJP-1 sama dengan hal tersebut ataukah Stuck karena
Gempa/Mudvolcano/Reaktivasi Sesar? Yang artinya bahwa stuck di well ini
tidak dapat diklasifikasikan sebagai faktor kesalahan/kelalaian.

9. Sejak pertama kali teori Lusi karena bencana alam mencuat, yang selalu
saya tidak mampu menggambarkan adalah bagaimana penggambaran Sesar
Watukosek, shear2nya dan kemenerusannya terhadap BJP-1 (atau lebih
spesifiknya depth sekitar TD). Dalam paper tersebut juga ditampilkan diagram
dalam Fig 14A (page 17 Authors reply to discussion). Tetapi tetap menurut
saya itu tidak bisa menjawab konteks hubungan antara BJP-1 dengan Watukosek
fault. Opini penulis paper adalah:
  - Ada reaktivasi sesar
  - Ada korelasi waktu antara Gempa dengan Loss
Selanjutnya saya tafsirkan bahwa:
 - Penulis meyakini bahwa Loss karena reaktivasi sesar.
 - Jika benar demikian, maka harus ada zona/shear dari Fault yang
menghubungkan antara sesar dengan well. Artinya harus ada komunikasi dari
sesar dengan well, baik langsung di bidang utamanya atau mungkin dari
shearnya saja.
 - Jika memang ada komunikasi, berarti itu sudah terbentuk suatu sistem yang
berhubungan (channelling) antara well dengan sesar.
 - Selanjutnya adalah, mengapa penulis paper tsb yakin bahwa well BJP-1
closed system. Sepertinya ada dualisme pandangan, saat mengkorelasikan Loss
dengan Gempa well bukan closed system, karena bisa terganggu oleh sistem
dari luar. Te