RE: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin)
Pak Kartiko, Skala magnitude gempa itu skala LOGARITMIK. Jadi M w 8.8 kurang lebih 10 - 15 kali lebih besar energinya dibanding Mw8.3. Jadi bukan 10% ketidakpastiannya tapi jauh lebih besar. Sebagai info lanjutan, salah satu alasan kenapa kami (Tim 9) menetapkan bahwa maximum magnitude gempa di Selatan Jawa adalah Mw 8.0 (untuk input data Peta Zonasi Bahaya gempa 2010 tersebut) adalah karena dengan segitupun potensi bahaya getaran (PGA)/akselerasi gempa di Jakarta sudah 0.3 gal, sebelumnya (SNI 2002) hanya 0.15 gal, dan ini sudah menuai banyak protes dari kalangan praktisi (karena langsung menyangkut syarat kode bangunan = BIAYA). Oleh karena itu, sukar bagi kita untuk menetapkan M9 (meskipun mungkin) tanpa dasar ilmiah yang cukup karena data-nya masih sangat kurang. Yang Tim 9 sepakati bahwa peta zona bahaya gempa Indonesia ini harus direvisi terus secara berkala (~3-5 tahunan). Untuk merevisi tentu kita butuh data baru, dan data baru butuh penelitian, seperti yang dikemukakan rekan Andang Bachtiar. Salam, DHN From: kartiko samodro [mailto:kartiko.samo...@gmail.com] Sent: Monday, March 21, 2011 9:27 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin) Pak Irwan dan Pak Dhany Saya tertarik dengan implikasi dari perbedaan 8 Mw , 8.3 Mw dan 8.8 Mw di kasus Jepang (ketidakpastian ~10%), dan peta bahaya 7.7Mw yang menjadi 8Mw (ketidakpastian <10%) di selatan Jawa. Email pak ismail juga menyebut perkiraan tsunami 6.5 sementara yang terjadi 7 m, yang berarti <10 %. Kalau saya menggunakan asumsi ketidakpastian di ilmu kebumian sekitar 10-15% maka untuk kasus selatan jawa dengan base case 7.7 Mw maka range max bisa sampai 8.47 Mw kalau 10% dan 8.85 Mw kalau 15 %. Apa implikasi terbesar dalam pengambilan keputusan dan perencanaan bila kita menggunakan safety margin 10-15% dari base case bahaya kita ? kalau ternyata implikasi secara ekonomi dan perencanaan tidak terlalu besar , kita bisa saja menerapkan 10% - 15% safety margin tersebut dalam perencanaan wilayah atau pembangkit nuklir di Indonesia. 2011/3/21 Irwan Meilano Rekan2 milis ysh, Pak Danny nuhun untuk infonya. Tepat sekali bahwa fakta dari pengamatan GPS terbaru menunjukan dari mulai pantai sanriku di utara bergerak ke Miyagi, Ibaraki dan Fukushima di selatan terbukti terkunci (coupling). Tetapi dalam peta hazard jepang terbaru (versi 1 jan 2011) menyebutkan maksimum magnitunya hanya Mw8. Mungkin dengan asumsi bahwa area locking tersebut tersegmentasi menjadi segmen kecil yg bermagnitud Mw7,4-8,0 dan tidak terbayang akan pecah bersamaan. Kemudian dalam paper Minoura (2001) seperti yang dikutip pak Danny, memang bukti tsunami Jogan 869 dijelaskan dengan detail. Dan diperkaya oleh Satake pada pertemuan AGU (American Geophysical Union) 2007. Yang menarik adalah ke 2 paper tsb "hanya" menyebutkan bahwa maksimum magnitud nya adalah Mw8,3. Dan M8,3 ini pun tidak diakomodir dalam peta hazard gempa terbaru jepang. Setuju dgn Pak Danny kejadian ini membawa implikasi serius untuk Indonesia terutama P. Jawa. Kita pun dalam peta gempa terbaru mengasumsikan jawa tersegmentasi. Dengan kenyataaan kita tidak punya cukup data GPS untuk melihat bukti locking di Jawa :-( nuhun, irwan meilano 2011/3/21 Danny Hilman Natawidjaja : > Rekan-rekan Iagi-Netter Ysh, > > Meneruskan diskusi dari Bung Irwan, Pak Awang, dan rekan-rekan lain, ada > beberapa fakta dan pemikiran kunci dari kejadian gempa-tsunami di Jepang > tersebut, sbb: > FAKTA: > 1. Para ahli Jepang sudah salah memperkirakan ("underestimate") potensi > gempa-tsunami di zona subduksi segmen Miyagi ini. Prediksi gempa yang > diberlakukan (dalam peraturan) adalah tidak melebihi skala magnitude 8. > Alasannya: di bagian ini pergerakan penunjaman lempeng sebagian besar > diakomodasi secaca "aseismic" (tidak terkunci - "uncoupled") dan juga > dimensi luasnya tidak besar (karena ada segmentasi fisik). Alasan kenapa > segmen Miyagi ini "uncoupled" adalah karena subducted slabnya sangat tua > (~140 MY), sehingga dingin dan berat dan tidak mampu menekan kep. Jepang. > Catatan: namun menurut data GPS terbaru dalam bberapa tahun terakhir segmen > ini menjadi terkunci ("coupled"). > 2. Kontradiksi dengan anggapan (resmi) di atas Minoura et al (2001) sudah > memperingatkan bahwa segmen ini sangat berbahaya karena menurut peneltan > paleosesmologi-paleotsunami pernah terjadi gempa dahsyat yang membangkitkan > tsunami setinggi 8m di pantai pada tahun 869 AD, disebut sebagai Jogan > tsunami. Besar magnitude perkiraannya M8.3 - tentu ini sangat kasar karena > data geodesi dan seismiknya tidak ada (hanya berdasarkan rekonstruksi > endapan tsunami). Yang juga sangat menarik Minoura memperkirakan bahwa > recurrence interval dari "supercycle" gempa besar ini adalah ~1000 tahun! > > PEMIKIRAN: > 1. Anggapan subduksi lempeng tua dll - sifat aseismic zona subduksi perlu > ditinjau ulang. Kasus Gempa Aceh 2004 juga sama. Sebelumnya pa
[iagi-net-l] iagi workshop 2011 : Introduction to Formation Overpressure: Mechanism and Prediction
*REMINDER !! REGISTRATION WILL BE CLOSED 29th 2011* *Introduction to Formation Overpressure:* *Mechanism and Prediction* *IAGI WORKSHOPS 2011* *HILTON HOTEL BANDUNG* *19th-21st 2011 * *Instructor: DR. Agus M. Ramdhan * *Duration : 3 Days Workshop* *Workshop Level : Intermediate * * About The Workshop: * *Overpressure analysis may be a routine job for everyone working in the oil industry. The analysis in the industry may mainly be dedicated to ensure that the geological objective can be achieved safely by drilling. * *This workshop will discuss the basic of formation of overpressure, so that the overpressure analysis could be performed as accurately as possible.* *The workshop will comprise the introduction to subsurface pressure, data source to analyse subsurface pressure, overpressure generating mechanisms, overpressure prediction and estimation, and practical and geological application of overpressure. Overpressure cases in some Indonesia’s sedimentary basins will also be discussed at the end of the workshop. * *The workshop will be in an interactive format, i.e. the participants will actively be involved by doing lots of exercises* *You will learn: * Ø *Overpressure generating mechanism* Ø *Overpressure estimation* Ø *Practical and geological application of overpressure* * * *Who Should Attend:* *Geologist, geophysicists, exploration manager, drilling engineer, and other personnel who work in oil and gas industry.* *Workshop Instructor: * *DR. Agus M. Ramdhan is a lecturer at the Department of Geology, Institut Teknologi Bandung (ITB). He received a scholarship from Total E&P Indonesie (TEPI) to pursue his PhD study at Durham University, UK. Durham is well known as one of the biggest overpressure research centre in the world. He is an active member of IAGI (Indonesian Association of Geologist) and EAGE (European Association of Geoscientists and Engineers). * *He maintains his overpressure research by actively publishing his research in scientific journals (e.g. Petroleum Geoscience and AAPG Bulletin) as well as by presenting it in scientific meeting (e.g. AAPG workshop, EAGE workshop, IPA, and IAGI).Currently, he is an investigator in a multi-sponsor advanced overpressure research at Durham, and also one of main investigators at a multi-sponsor overpressure research at ITB * *Registration: Hilda (+62**‐**856**‐**907**‐**2007) / Eva (+62**‐**856**‐** 9554**‐**5232)*
[iagi-net-l] IAGI WORKSHOPS 2011 : GIS Application for Geoscientist
*BOOK NOW !! REGISTRATION WILL BE CLOSED 29th MARCH 2011* *GIS Application for Geoscientist* *IAGI WORKSHOPS 2011* *HILTON HOTEL BANDUNG, 19th-21st April 2011 * *** * *Instructor: DR. Albertus Deliar* *Duration : 3 Days Workshop* *Workshop Level : Intermediate* *About The Workshop:* *This workshop introduces the GIS concept to accomplish geoscience workflow in managing spatial* *data. In workshop exercises, you will develop fundamental GIS skill and applying them to solve* *geoscience needs such as thematic geological mapping, spatial analysis, coordinate and projection* *system and digital data processing.* *You will learn:* *Spatial data analysis and processing* *Coordinate and Projection system* *Mapping system* *Who Should Attend:* *Geologist, Geophysicist, Reservoir Engineer, Petroleum Engineer, Geomatic Engineer and other* *personnel who work and want to learn about GIS.* * * *Workshop Content :* *GIS concept* *Mapping system* *Coordinate and projection system* *Digital data input* *Spatial analysis concept* *Spatial decision support system* *Spatial data management and processing* *Spatial data infrastructure concept* *Spatial analysis* *Thematic map* *Layout and visualization* * * *Workshop Instructor:* *DR. Albertus Deliar is graduate of the Bandung Institute of Technology ( ITB ). He earned his Doctor and Magister of Geodetic and Geomatic degree from ITB. At present, besides teaching at his alma mater, he is also active as member of remote sensing and geographic information science group in ITB. * *Registration: Hilda (+62**‐**856**‐**907**‐**2007) / Eva (+62**‐**856**‐** 9554**‐**5232)*
[iagi-net-l] IAGI WORKSHOPS 2011 : Evaluating and Developing Coalbed Methane Resources
*REGISTER YOUR SELF TO DAY !! REGISTRATION WILL BE CLOSED MARCH 29th.* *Evaluating and Developing* *Coalbed Methane Resources* *IAGI WORKSHOPS 2011* *HILTON HOTEL BANDUNG, 19th-21 st April * *** * *About The Workshop:* *The 3 days workshop is design to help attendees to assess CBM exploration and development* *Instructor: Imam B. Sosrowidjojo PhD* *Duration : 3 Days Workshop* *Workshop Level : Intermediate* *3-opportunity. The workshop will learn the key defining characteristics of coalbed reservoir, acquiring and integrating data as major parameters in CBM evaluation.* *It also describes methods and challenges for exploring and developing the CBM recourses. Some of the materials presented are resulted from experience of what works and what doesn’t. The workshop includes interaction with the instructor through discussions and exercises. At the end of the workshop, attendees are expected to be able to define prospectively CBM resources* *You will learn:* *Fundamental compositional parameters of coalbed reservoir* *How to measure gas in coal and its implication* *How to evaluate CBM resources* *Who Should Attend:* *This workshop is meant for people who are interested in a better understanding for evaluating and* *developing CBM resources. Professionals who would benefit from this workshop include* *geoscientists and engineers and their managers* *Workshop Contents:* *Introduction* *Origins and types of coals* *CBM systems* *Coalbed reservoir properties* *Measurement of gas content* *Element of CBM deals* *Volumetric calculation* *Assessing Risks* *Pilot project philosophies* *Exercises* *Workshop Instructor:* *Imam B. Sosrowidjojo PhD. is a senior principal research scientist of both geochemistry and unconventional gas technologies for LEMIGAS. Imam has been appointed as Project Director of the first ever Coalbed Methane (CBM) Development in Indonesia (2003-2007). He has held various professional positions within LEMIGAS. * * * *He is a project director as well as pilot project designer of the first CBM field in Indonesia, the Rambutan field. Imam obtained his first degree in Chemical Engineering from the Diponegoro University, Central Java, Indonesia and a Ph.D. in Petroleum Geochemistry from the Curtin University of Technology, Western* *Australia. He has join Lemigas for the last 29 years continuously. He conducts research and consulting in petroleum exploration & production geochemistry and CBM and shale gas developments. In addition, he wrote numerous technical reports and several articles on petroleum geochemistry, petroleum system and CBM exploration in Indonesia.* ** *Registration: Hilda (+62**‐**856**‐**907**‐**2007) / Eva (+62**‐**856**‐** 9554**‐**5232)*
Re: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin)
Pak Irwan dan Pak Dhany Saya tertarik dengan implikasi dari perbedaan 8 Mw , 8.3 Mw dan 8.8 Mw di kasus Jepang (ketidakpastian ~10%), dan peta bahaya 7.7Mw yang menjadi 8Mw (ketidakpastian <10%) di selatan Jawa. Email pak ismail juga menyebut perkiraan tsunami 6.5 sementara yang terjadi 7 m, yang berarti <10 %. Kalau saya menggunakan asumsi ketidakpastian di ilmu kebumian sekitar 10-15% maka untuk kasus selatan jawa dengan base case 7.7 Mw maka range max bisa sampai 8.47 Mw kalau 10% dan 8.85 Mw kalau 15 %. Apa implikasi terbesar dalam pengambilan keputusan dan perencanaan bila kita menggunakan safety margin 10-15% dari base case bahaya kita ? kalau ternyata implikasi secara ekonomi dan perencanaan tidak terlalu besar , kita bisa saja menerapkan 10% - 15% safety margin tersebut dalam perencanaan wilayah atau pembangkit nuklir di Indonesia. 2011/3/21 Irwan Meilano > Rekan2 milis ysh, > > Pak Danny nuhun untuk infonya. > > Tepat sekali bahwa fakta dari pengamatan GPS terbaru menunjukan > dari mulai pantai sanriku di utara bergerak ke Miyagi, Ibaraki dan > Fukushima di selatan terbukti terkunci (coupling). > > Tetapi dalam peta hazard jepang terbaru (versi 1 jan 2011) menyebutkan > maksimum > magnitunya hanya Mw8. Mungkin dengan asumsi bahwa area locking tersebut > tersegmentasi menjadi segmen kecil yg bermagnitud Mw7,4-8,0 > dan tidak terbayang akan pecah bersamaan. > > Kemudian dalam paper Minoura (2001) seperti yang dikutip pak Danny, > memang bukti tsunami Jogan 869 dijelaskan dengan detail. Dan diperkaya > oleh Satake pada pertemuan AGU (American Geophysical Union) 2007. > Yang menarik adalah ke 2 paper tsb "hanya" menyebutkan bahwa > maksimum magnitud nya adalah Mw8,3. Dan M8,3 ini pun tidak > diakomodir dalam peta hazard gempa terbaru jepang. > > Setuju dgn Pak Danny kejadian ini membawa implikasi serius untuk > Indonesia terutama P. Jawa. Kita pun dalam peta gempa terbaru mengasumsikan > jawa tersegmentasi. Dengan kenyataaan kita tidak punya cukup data GPS > untuk melihat bukti locking di Jawa :-( > > nuhun, > irwan meilano > > > > 2011/3/21 Danny Hilman Natawidjaja : > > Rekan-rekan Iagi-Netter Ysh, > > > > Meneruskan diskusi dari Bung Irwan, Pak Awang, dan rekan-rekan lain, ada > > beberapa fakta dan pemikiran kunci dari kejadian gempa-tsunami di Jepang > > tersebut, sbb: > > FAKTA: > > 1. Para ahli Jepang sudah salah memperkirakan ("underestimate") potensi > > gempa-tsunami di zona subduksi segmen Miyagi ini. Prediksi gempa yang > > diberlakukan (dalam peraturan) adalah tidak melebihi skala magnitude 8. > > Alasannya: di bagian ini pergerakan penunjaman lempeng sebagian besar > > diakomodasi secaca "aseismic" (tidak terkunci - "uncoupled") dan juga > > dimensi luasnya tidak besar (karena ada segmentasi fisik). Alasan kenapa > > segmen Miyagi ini "uncoupled" adalah karena subducted slabnya sangat tua > > (~140 MY), sehingga dingin dan berat dan tidak mampu menekan kep. Jepang. > > Catatan: namun menurut data GPS terbaru dalam bberapa tahun terakhir > segmen > > ini menjadi terkunci ("coupled"). > > 2. Kontradiksi dengan anggapan (resmi) di atas Minoura et al (2001) sudah > > memperingatkan bahwa segmen ini sangat berbahaya karena menurut peneltan > > paleosesmologi-paleotsunami pernah terjadi gempa dahsyat yang > membangkitkan > > tsunami setinggi 8m di pantai pada tahun 869 AD, disebut sebagai Jogan > > tsunami. Besar magnitude perkiraannya M8.3 - tentu ini sangat kasar > karena > > data geodesi dan seismiknya tidak ada (hanya berdasarkan rekonstruksi > > endapan tsunami). Yang juga sangat menarik Minoura memperkirakan bahwa > > recurrence interval dari "supercycle" gempa besar ini adalah ~1000 tahun! > > > > PEMIKIRAN: > > 1. Anggapan subduksi lempeng tua dll - sifat aseismic zona subduksi perlu > > ditinjau ulang. Kasus Gempa Aceh 2004 juga sama. Sebelumnya para ahli > > men-cap segmen Aceh-Andaman ini tidak mampu mengeluarkan gempa >M8. > > Demikian juga dengan gempa Bengkulu 2007. Saya dkk-pun tidak menyangka > bisa > > ada gempa >M8 di sini karena dari jaringan GPS wilayah ini sebagian besar > > interface-nya "uncoupled/unlocked". Kelihatannya potensi maximum suatu > > sumber gempa hanya masalah "time window" saja. > > 2. Hasil studi Minoura bahwa perioda ulang gempa M>8 di Miyagi ini ~1000 > > tahunan sangat menarik. Ingat bahwa relative plate motion di situ > sekitar 8 > > cm/tahun sehingga untuk mengumpulkan regangan/strain sebesar 15m 9setara > > M8.9) hanya diperlukan waktu sekitar: 15m/8cm ~ 200 tahunan saja. > Artinya > > "coefficient of coupling" (prosentase kuncian) dari subduction > interface-nya > > paling banter hanya sekitar 20% saja (i.e. 80% aseismic atau steady > > slip/creeping). Jadi zona subduksi yang dominan aseismic tidak berarti > > tidak mampu memproduksi gempa raksasa -- hanya masalah waktu saja! > > > > Hubungan dengan INDONESIA: > > 1. Sebagian besar para ahli menganggap bahwa zona subduksi di wilayah > Selat > > Sunda dan Selatan Jawa adalah AS
Re: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin)
Pak Irwan, Pak Danny, ... dkk milis, Implikasi lebih luasnya dr analisis terbuka anda2 adalah: mulai perhatikan juga Jawa bagian selatan!! Jangan hanya konsentrasi di barat Sumatra saja.. Bgmn kabar stasiun2 gps kita di Jawa bagian selatan? Bgmn kabar riset2 paleotsunami dan paleoearthquake sepanjang pesisir Jawa selatan? Sejauh mana kita monitor, kita deskripsi, kita uraikan kondisi patahan2 besar di onshore Jawa selatan: yg kemungkinan juga terhubung menerus ke arah offshore dan bisa jadi faktor penguat utama gerakan pelepasan energi gempa yg terkunci? Sesar Cimandiri, kelompok sesar2 di kelurusan Pamanukan-Cilacap, di kelurusan Muria-Kebumen Karanganyar, Sesar Grindulu Pacitan, sesar tua yg membatasi tinggian Tulungagung-Mojokerto-JS1, Sesar Lumajang-Madura GREAT (Graduate Research on Earthquake and Tectonics) yg juga dimotori anda2 mustinya bisa bikin workshop ttg implikasi gempa jepang ini bagi kita semua dlm waktu dekat ini, Juga supaya para administratur dan politisi yg punya akses dan kuasa mengalokasikan dana dan prioritas program2 jadi lebih terjaga dan mau mengerti dg teriakan anda2 semua Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Irwan Meilano Date: Mon, 21 Mar 2011 08:34:50 To: Reply-To: Cc: Danny Hilman Natawidjaja; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin) Rekan2 milis ysh, Pak Danny nuhun untuk infonya. Tepat sekali bahwa fakta dari pengamatan GPS terbaru menunjukan dari mulai pantai sanriku di utara bergerak ke Miyagi, Ibaraki dan Fukushima di selatan terbukti terkunci (coupling). Tetapi dalam peta hazard jepang terbaru (versi 1 jan 2011) menyebutkan maksimum magnitunya hanya Mw8. Mungkin dengan asumsi bahwa area locking tersebut tersegmentasi menjadi segmen kecil yg bermagnitud Mw7,4-8,0 dan tidak terbayang akan pecah bersamaan. Kemudian dalam paper Minoura (2001) seperti yang dikutip pak Danny, memang bukti tsunami Jogan 869 dijelaskan dengan detail. Dan diperkaya oleh Satake pada pertemuan AGU (American Geophysical Union) 2007. Yang menarik adalah ke 2 paper tsb "hanya" menyebutkan bahwa maksimum magnitud nya adalah Mw8,3. Dan M8,3 ini pun tidak diakomodir dalam peta hazard gempa terbaru jepang. Setuju dgn Pak Danny kejadian ini membawa implikasi serius untuk Indonesia terutama P. Jawa. Kita pun dalam peta gempa terbaru mengasumsikan jawa tersegmentasi. Dengan kenyataaan kita tidak punya cukup data GPS untuk melihat bukti locking di Jawa :-( nuhun, irwan meilano 2011/3/21 Danny Hilman Natawidjaja : > Rekan-rekan Iagi-Netter Ysh, > > Meneruskan diskusi dari Bung Irwan, Pak Awang, dan rekan-rekan lain, ada > beberapa fakta dan pemikiran kunci dari kejadian gempa-tsunami di Jepang > tersebut, sbb: > FAKTA: > 1. Para ahli Jepang sudah salah memperkirakan ("underestimate") potensi > gempa-tsunami di zona subduksi segmen Miyagi ini. Prediksi gempa yang > diberlakukan (dalam peraturan) adalah tidak melebihi skala magnitude 8. > Alasannya: di bagian ini pergerakan penunjaman lempeng sebagian besar > diakomodasi secaca "aseismic" (tidak terkunci - "uncoupled") dan juga > dimensi luasnya tidak besar (karena ada segmentasi fisik). Alasan kenapa > segmen Miyagi ini "uncoupled" adalah karena subducted slabnya sangat tua > (~140 MY), sehingga dingin dan berat dan tidak mampu menekan kep. Jepang. > Catatan: namun menurut data GPS terbaru dalam bberapa tahun terakhir segmen > ini menjadi terkunci ("coupled"). > 2. Kontradiksi dengan anggapan (resmi) di atas Minoura et al (2001) sudah > memperingatkan bahwa segmen ini sangat berbahaya karena menurut peneltan > paleosesmologi-paleotsunami pernah terjadi gempa dahsyat yang membangkitkan > tsunami setinggi 8m di pantai pada tahun 869 AD, disebut sebagai Jogan > tsunami. Besar magnitude perkiraannya M8.3 - tentu ini sangat kasar karena > data geodesi dan seismiknya tidak ada (hanya berdasarkan rekonstruksi > endapan tsunami). Yang juga sangat menarik Minoura memperkirakan bahwa > recurrence interval dari "supercycle" gempa besar ini adalah ~1000 tahun! > > PEMIKIRAN: > 1. Anggapan subduksi lempeng tua dll - sifat aseismic zona subduksi perlu > ditinjau ulang. Kasus Gempa Aceh 2004 juga sama. Sebelumnya para ahli > men-cap segmen Aceh-Andaman ini tidak mampu mengeluarkan gempa >M8. > Demikian juga dengan gempa Bengkulu 2007. Saya dkk-pun tidak menyangka bisa > ada gempa >M8 di sini karena dari jaringan GPS wilayah ini sebagian besar > interface-nya "uncoupled/unlocked". Kelihatannya potensi maximum suatu > sumber gempa hanya masalah "time window" saja. > 2. Hasil studi Minoura bahwa perioda ulang gempa M>8 di Miyagi ini ~1000 > tahunan sangat menarik. Ingat bahwa relative plate motion di situ sekitar 8 > cm/tahun sehingga untuk mengumpulkan regangan/strain sebesar 15m 9setara > M8.9) hanya diperlukan waktu sekitar: 15m/8cm ~ 200 tahunan saja. Artinya > "coefficient of coupling" (prosentase kuncian) dari
Re: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin)
Rekan2 milis ysh, Pak Danny nuhun untuk infonya. Tepat sekali bahwa fakta dari pengamatan GPS terbaru menunjukan dari mulai pantai sanriku di utara bergerak ke Miyagi, Ibaraki dan Fukushima di selatan terbukti terkunci (coupling). Tetapi dalam peta hazard jepang terbaru (versi 1 jan 2011) menyebutkan maksimum magnitunya hanya Mw8. Mungkin dengan asumsi bahwa area locking tersebut tersegmentasi menjadi segmen kecil yg bermagnitud Mw7,4-8,0 dan tidak terbayang akan pecah bersamaan. Kemudian dalam paper Minoura (2001) seperti yang dikutip pak Danny, memang bukti tsunami Jogan 869 dijelaskan dengan detail. Dan diperkaya oleh Satake pada pertemuan AGU (American Geophysical Union) 2007. Yang menarik adalah ke 2 paper tsb "hanya" menyebutkan bahwa maksimum magnitud nya adalah Mw8,3. Dan M8,3 ini pun tidak diakomodir dalam peta hazard gempa terbaru jepang. Setuju dgn Pak Danny kejadian ini membawa implikasi serius untuk Indonesia terutama P. Jawa. Kita pun dalam peta gempa terbaru mengasumsikan jawa tersegmentasi. Dengan kenyataaan kita tidak punya cukup data GPS untuk melihat bukti locking di Jawa :-( nuhun, irwan meilano 2011/3/21 Danny Hilman Natawidjaja : > Rekan-rekan Iagi-Netter Ysh, > > Meneruskan diskusi dari Bung Irwan, Pak Awang, dan rekan-rekan lain, ada > beberapa fakta dan pemikiran kunci dari kejadian gempa-tsunami di Jepang > tersebut, sbb: > FAKTA: > 1. Para ahli Jepang sudah salah memperkirakan ("underestimate") potensi > gempa-tsunami di zona subduksi segmen Miyagi ini. Prediksi gempa yang > diberlakukan (dalam peraturan) adalah tidak melebihi skala magnitude 8. > Alasannya: di bagian ini pergerakan penunjaman lempeng sebagian besar > diakomodasi secaca "aseismic" (tidak terkunci - "uncoupled") dan juga > dimensi luasnya tidak besar (karena ada segmentasi fisik). Alasan kenapa > segmen Miyagi ini "uncoupled" adalah karena subducted slabnya sangat tua > (~140 MY), sehingga dingin dan berat dan tidak mampu menekan kep. Jepang. > Catatan: namun menurut data GPS terbaru dalam bberapa tahun terakhir segmen > ini menjadi terkunci ("coupled"). > 2. Kontradiksi dengan anggapan (resmi) di atas Minoura et al (2001) sudah > memperingatkan bahwa segmen ini sangat berbahaya karena menurut peneltan > paleosesmologi-paleotsunami pernah terjadi gempa dahsyat yang membangkitkan > tsunami setinggi 8m di pantai pada tahun 869 AD, disebut sebagai Jogan > tsunami. Besar magnitude perkiraannya M8.3 - tentu ini sangat kasar karena > data geodesi dan seismiknya tidak ada (hanya berdasarkan rekonstruksi > endapan tsunami). Yang juga sangat menarik Minoura memperkirakan bahwa > recurrence interval dari "supercycle" gempa besar ini adalah ~1000 tahun! > > PEMIKIRAN: > 1. Anggapan subduksi lempeng tua dll - sifat aseismic zona subduksi perlu > ditinjau ulang. Kasus Gempa Aceh 2004 juga sama. Sebelumnya para ahli > men-cap segmen Aceh-Andaman ini tidak mampu mengeluarkan gempa >M8. > Demikian juga dengan gempa Bengkulu 2007. Saya dkk-pun tidak menyangka bisa > ada gempa >M8 di sini karena dari jaringan GPS wilayah ini sebagian besar > interface-nya "uncoupled/unlocked". Kelihatannya potensi maximum suatu > sumber gempa hanya masalah "time window" saja. > 2. Hasil studi Minoura bahwa perioda ulang gempa M>8 di Miyagi ini ~1000 > tahunan sangat menarik. Ingat bahwa relative plate motion di situ sekitar 8 > cm/tahun sehingga untuk mengumpulkan regangan/strain sebesar 15m 9setara > M8.9) hanya diperlukan waktu sekitar: 15m/8cm ~ 200 tahunan saja. Artinya > "coefficient of coupling" (prosentase kuncian) dari subduction interface-nya > paling banter hanya sekitar 20% saja (i.e. 80% aseismic atau steady > slip/creeping). Jadi zona subduksi yang dominan aseismic tidak berarti > tidak mampu memproduksi gempa raksasa -- hanya masalah waktu saja! > > Hubungan dengan INDONESIA: > 1. Sebagian besar para ahli menganggap bahwa zona subduksi di wilayah Selat > Sunda dan Selatan Jawa adalah ASEISMIC. Alasan untuk Selat Sunda karena > wilayah ini didominasi oleh extensional tectonics (seperti halnya juga > segmen Aceh-Andaman!). Subduksi Selatan Jawa diangap aseismic dan tidak > mampu menghasilkan gempa di atas 8 karena Australian plate yang > disubduksikannya sangat tua (di atas 150MY) seperti halnya yang di Miyagi > (termasuk menurut Prof. Hiroo Kanamori - bekas guru saya di Caltech - tapi > kayanya dia sekarang sudah berpikir ulang). Nah anggapan ini tentu HARUS > DIKAJI ULANG, terutama karena segmen zona subduksi ini yang paling dekat > dengan JAKARTA (dan rencana PLTN di BaBel). > 2. Perihal maximum magnitude dari zona subduksi di Selatan Jawa menjadi > salah satu perdebatan seru diantara rekan-rekan Tim-9 ketika dalam proses > pembuatan Peta Zonasi Bahaya Gempa (PSHA) yang sudah dipublikasikan Juni > 2010 lalu. Dari historis dan data seismik (sejak 100 tahun terakhir) besar > gempa maksimum hanya M7.7 (e.g. Gempa-tsunami Jawa Timur 1994 dan > gempa-tsunami Pangandaran 2006). Data paleotsunami/paleoseismologi sep
RE: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin)
Rekan-rekan Iagi-Netter Ysh, Meneruskan diskusi dari Bung Irwan, Pak Awang, dan rekan-rekan lain, ada beberapa fakta dan pemikiran kunci dari kejadian gempa-tsunami di Jepang tersebut, sbb: FAKTA: 1. Para ahli Jepang sudah salah memperkirakan ("underestimate") potensi gempa-tsunami di zona subduksi segmen Miyagi ini. Prediksi gempa yang diberlakukan (dalam peraturan) adalah tidak melebihi skala magnitude 8. Alasannya: di bagian ini pergerakan penunjaman lempeng sebagian besar diakomodasi secaca "aseismic" (tidak terkunci - "uncoupled") dan juga dimensi luasnya tidak besar (karena ada segmentasi fisik). Alasan kenapa segmen Miyagi ini "uncoupled" adalah karena subducted slabnya sangat tua (~140 MY), sehingga dingin dan berat dan tidak mampu menekan kep. Jepang. Catatan: namun menurut data GPS terbaru dalam bberapa tahun terakhir segmen ini menjadi terkunci ("coupled"). 2. Kontradiksi dengan anggapan (resmi) di atas Minoura et al (2001) sudah memperingatkan bahwa segmen ini sangat berbahaya karena menurut peneltan paleosesmologi-paleotsunami pernah terjadi gempa dahsyat yang membangkitkan tsunami setinggi 8m di pantai pada tahun 869 AD, disebut sebagai Jogan tsunami. Besar magnitude perkiraannya M8.3 - tentu ini sangat kasar karena data geodesi dan seismiknya tidak ada (hanya berdasarkan rekonstruksi endapan tsunami). Yang juga sangat menarik Minoura memperkirakan bahwa recurrence interval dari "supercycle" gempa besar ini adalah ~1000 tahun! PEMIKIRAN: 1. Anggapan subduksi lempeng tua dll - sifat aseismic zona subduksi perlu ditinjau ulang. Kasus Gempa Aceh 2004 juga sama. Sebelumnya para ahli men-cap segmen Aceh-Andaman ini tidak mampu mengeluarkan gempa >M8. Demikian juga dengan gempa Bengkulu 2007. Saya dkk-pun tidak menyangka bisa ada gempa >M8 di sini karena dari jaringan GPS wilayah ini sebagian besar interface-nya "uncoupled/unlocked". Kelihatannya potensi maximum suatu sumber gempa hanya masalah "time window" saja. 2. Hasil studi Minoura bahwa perioda ulang gempa M>8 di Miyagi ini ~1000 tahunan sangat menarik. Ingat bahwa relative plate motion di situ sekitar 8 cm/tahun sehingga untuk mengumpulkan regangan/strain sebesar 15m 9setara M8.9) hanya diperlukan waktu sekitar: 15m/8cm ~ 200 tahunan saja. Artinya "coefficient of coupling" (prosentase kuncian) dari subduction interface-nya paling banter hanya sekitar 20% saja (i.e. 80% aseismic atau steady slip/creeping). Jadi zona subduksi yang dominan aseismic tidak berarti tidak mampu memproduksi gempa raksasa -- hanya masalah waktu saja! Hubungan dengan INDONESIA: 1. Sebagian besar para ahli menganggap bahwa zona subduksi di wilayah Selat Sunda dan Selatan Jawa adalah ASEISMIC. Alasan untuk Selat Sunda karena wilayah ini didominasi oleh extensional tectonics (seperti halnya juga segmen Aceh-Andaman!). Subduksi Selatan Jawa diangap aseismic dan tidak mampu menghasilkan gempa di atas 8 karena Australian plate yang disubduksikannya sangat tua (di atas 150MY) seperti halnya yang di Miyagi (termasuk menurut Prof. Hiroo Kanamori - bekas guru saya di Caltech - tapi kayanya dia sekarang sudah berpikir ulang). Nah anggapan ini tentu HARUS DIKAJI ULANG, terutama karena segmen zona subduksi ini yang paling dekat dengan JAKARTA (dan rencana PLTN di BaBel). 2. Perihal maximum magnitude dari zona subduksi di Selatan Jawa menjadi salah satu perdebatan seru diantara rekan-rekan Tim-9 ketika dalam proses pembuatan Peta Zonasi Bahaya Gempa (PSHA) yang sudah dipublikasikan Juni 2010 lalu. Dari historis dan data seismik (sejak 100 tahun terakhir) besar gempa maksimum hanya M7.7 (e.g. Gempa-tsunami Jawa Timur 1994 dan gempa-tsunami Pangandaran 2006). Data paleotsunami/paleoseismologi seperti Minoura 2001 kita tidak punya dan data GPS-pun tidak juga, maka akhirnya kami memutuskan untuk sementara ini memberikan Maximum Gempa M8.0 untuk selatan Jawa (ini yang diberlakukan di Peta Zonasi Gempa Indonesia yang terbaru/tahun 2010). Semoga dapat berguna untuk menjadi bahan pemikiran dan menindaklanjutinya. Wassalam, Danny Hilman N -Original Message- From: Irwan Meilano [mailto:irwan.meil...@gmail.com] Sent: Saturday, March 12, 2011 9:11 AM To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; IAGI Subject: [iagi-net-l] Gempa Jepang (Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin) Nama resmi dari gempa ini menurut pemerintah jepang yaitu Tohoku Chihou Taiheiyou Oki Jishin, dengan besarnya magnitud M8,8 (skala JMA jepang). Gempa ini terjadi pada bidang kontak antara lempeng pasifik dengan lempeng pada daratan Jepang dari mulai Miyagi di utara sampai Ibaraki di selatan. Bidang robekan gempa ini meliputi area yang dimulai dari Miyagi, Fukushima sampai Ibaraki, dengan panjang bidang gempa mencapai 400km dan besarnya slip maksimum mencapai 15m, dan menghasilkan tsunami lebih dari 10m di pantai timur Jepang. Daerah ini menjadi langganan gempa besar, yang disebut dengan gempa Miyagi. Gempa besar terakhir yaitu pada 12 Juni 1978, M7,4 dengan jumlah korban 28 orang. Gempa
Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Karena gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 merupakan gempa yang cukup besar juga dilihat dari magnitude-nya, apakah gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 tidak bisa dikategorikan sebagai gempa susulan dari gempa 9 Maret itu Pak Awang? Apakah karena gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 merupakan gempa terbesar dalam rangkaian tersebut sehingga dia disebut sebagai Mainshock? Padahal kalau dilihat posisi gempanya gempa2 susulan itu juga. Letaknya berbeda-beda satu sama lain termasuk berbeda dengan "mainshock"-nya ya Pak? Salam, Habash Sent via BlackBerry from Maxis -Original Message- From: Awang Satyana Date: Sun, 20 Mar 2011 23:45:16 To: Reply-To: Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu By definition, foreshock: a small tremor that commonly precedes a larger earthquake or main shock by an interval ranging from seconds to weeks and that originates at or near the focus of the larger earthquake (Bates & Jackson, 1987-Glossary of Geology). Definisi lain, foreshock: smaller quakes before major quake (Barnes-Svarney, 2007-When the Earth Moves). Para ahli bisa berdebat atas definisi-definisi ini untuk membuat batasan yang lebih jelas kapan gempa-gempa pendahulu bisa digolongkan sebagai foreshock atau bukan. Kalau gempa utara Simeulue 7,3 Mw pada 7 November 2002 dianggap sebagai foreshock gempa Aceh 9,1 Mw 26 Desember 2004, maka tak memenuhi definisi dari Bates dan Jackson (1987) sebab gempa pendahulunya terjadi dua tahun sebelum gempa utamanya. Yang sangat jelas sebagai foreshock adalah gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 sebagai pendahulu gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 karena: gempa hanya terjadi dua hari sebelum gempa utama, lokasi gempa berada di dekat episentrum gempa utama (hanya 40 km jaraknya), berada di segmen sesar yang sama, dan punya mekanisme penyesaran yang sama (thrust) dengan strike dan dip yang hampir sama. Tetapi, seperti kata Pak Irwan, siapa yang mengira bahwa gempa 7,2 Mw 9 Maret itu adalah sebuah foreshock, apalagi setelah gempa ini ada 34 kali gempa-gempa yang mengikutinya dengan magnitude yang lebih kecil. Siapa pun akan mengira bahwa gemp 7,2 Mw itu adalah gempa utama yang lalu diikuti 34x gempa susulan. Nyatanya, lalu terjadi gempa utamanya dua hari kemudian dengan magnitude 9,0 Mw. Maka kita baru paham bahwa 35 x gempa sebelumnya (gempa 7,2 Mw dan 34x gempa susulannya) adalah gempa-gempa pendahuluan. Enam hari sebelum gempa Aceh 26 Desember 2004, ada satu kali gempa dengan magnitude 4,4 Mb di ujung TL Pulau Nias terjadi pad 20 Desember 2004. Kelihatannya ini bukan foreshock gempa Aceh, selain terjadi pada segmen sesar yang berbeda, juga magnitudenya terlalu jauh dari mainshock-nya. Bedasarkan kasus-kasus yang jelas, foreshock utama biasanya berbeda sekitar 2 magnitude (lebih kecil) daripada mainshocknya. Kalau sebuah foreshock bisa dikenali dengan baik akan mendatangkan mainshock, tentu saja foreshock bisa dijadikan early warning - tetapi ini taruhan yang tidak main-main untuk seorang ahli gempa. Apa para ahli gempa berani memutuskan dan mengumumkan bahwa misalnya sebuah gempa yang baru terjadi adalah sebuah foreshock, dan mainshocknya akan datang dalam beberapa hari ke depan, sehingga diperlukan evakuasi segera dan masal? Kalau bisa dan berani, hebat.. Hal di atas pernah terjadi dalam sejarah. Pada tahun 1975 serangkaian gempa terjadi di Haicheng,Cina. Para ahli gempa memperhitungkan dan memprediksi bahwa gempa2 ini adalah serangkaian foreshocks. Gempa besarnya akan segera datang. Evaluasi ini diterima Pemerintah, dan diperintahkan bahwa penduduk Haicheng harus tidur di luar rumah beberapa malam. Benar saja, akhirnya sebuah gempa bermagnitude 7,3 datang melanda Haicheng beberapa hari kemudian, gempa tetap memakan korban, tetapi minimal, hanya 2000. Tetapi gempa besar tak selalu disertai foreshocks, atau para ahli sulit mengetahui bahwa sebuah gempa itu foreshock atau bukan. Sehingga kasus Haicheng jarang sekali terjadi. Setahun setelah gempa Haicheng, pada tahun 1976 kota Tangshan di Cina dilanda gempa yang lebih kuat, yang datang tanpa foreshock, dan menewaskan 240.000 orang -salah satu gempa terburuk dalam sejarah. salam, Awang --- Pada Ming, 20/3/11, Irwan Meilano menulis: > Dari: Irwan Meilano > Judul: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Tanggal: Minggu, 20 Maret, 2011, 8:48 PM > Anggota milis ysh, > > Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa > dinyatakan > sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang. > > Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai > foreshock > sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian. > Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut > merupakan > gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar, > sesudah gempa besarnya terjadi. > > Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan > berdasarkan > data gempa foreshock. > > Begitu
Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
By definition, foreshock: a small tremor that commonly precedes a larger earthquake or main shock by an interval ranging from seconds to weeks and that originates at or near the focus of the larger earthquake (Bates & Jackson, 1987-Glossary of Geology). Definisi lain, foreshock: smaller quakes before major quake (Barnes-Svarney, 2007-When the Earth Moves). Para ahli bisa berdebat atas definisi-definisi ini untuk membuat batasan yang lebih jelas kapan gempa-gempa pendahulu bisa digolongkan sebagai foreshock atau bukan. Kalau gempa utara Simeulue 7,3 Mw pada 7 November 2002 dianggap sebagai foreshock gempa Aceh 9,1 Mw 26 Desember 2004, maka tak memenuhi definisi dari Bates dan Jackson (1987) sebab gempa pendahulunya terjadi dua tahun sebelum gempa utamanya. Yang sangat jelas sebagai foreshock adalah gempa Jepang 7,2 Mw 9 Maret 2011 sebagai pendahulu gempa Tohoku 9,0 Mw 11 Maret 2011 karena: gempa hanya terjadi dua hari sebelum gempa utama, lokasi gempa berada di dekat episentrum gempa utama (hanya 40 km jaraknya), berada di segmen sesar yang sama, dan punya mekanisme penyesaran yang sama (thrust) dengan strike dan dip yang hampir sama. Tetapi, seperti kata Pak Irwan, siapa yang mengira bahwa gempa 7,2 Mw 9 Maret itu adalah sebuah foreshock, apalagi setelah gempa ini ada 34 kali gempa-gempa yang mengikutinya dengan magnitude yang lebih kecil. Siapa pun akan mengira bahwa gemp 7,2 Mw itu adalah gempa utama yang lalu diikuti 34x gempa susulan. Nyatanya, lalu terjadi gempa utamanya dua hari kemudian dengan magnitude 9,0 Mw. Maka kita baru paham bahwa 35 x gempa sebelumnya (gempa 7,2 Mw dan 34x gempa susulannya) adalah gempa-gempa pendahuluan. Enam hari sebelum gempa Aceh 26 Desember 2004, ada satu kali gempa dengan magnitude 4,4 Mb di ujung TL Pulau Nias terjadi pad 20 Desember 2004. Kelihatannya ini bukan foreshock gempa Aceh, selain terjadi pada segmen sesar yang berbeda, juga magnitudenya terlalu jauh dari mainshock-nya. Bedasarkan kasus-kasus yang jelas, foreshock utama biasanya berbeda sekitar 2 magnitude (lebih kecil) daripada mainshocknya. Kalau sebuah foreshock bisa dikenali dengan baik akan mendatangkan mainshock, tentu saja foreshock bisa dijadikan early warning - tetapi ini taruhan yang tidak main-main untuk seorang ahli gempa. Apa para ahli gempa berani memutuskan dan mengumumkan bahwa misalnya sebuah gempa yang baru terjadi adalah sebuah foreshock, dan mainshocknya akan datang dalam beberapa hari ke depan, sehingga diperlukan evakuasi segera dan masal? Kalau bisa dan berani, hebat.. Hal di atas pernah terjadi dalam sejarah. Pada tahun 1975 serangkaian gempa terjadi di Haicheng,Cina. Para ahli gempa memperhitungkan dan memprediksi bahwa gempa2 ini adalah serangkaian foreshocks. Gempa besarnya akan segera datang. Evaluasi ini diterima Pemerintah, dan diperintahkan bahwa penduduk Haicheng harus tidur di luar rumah beberapa malam. Benar saja, akhirnya sebuah gempa bermagnitude 7,3 datang melanda Haicheng beberapa hari kemudian, gempa tetap memakan korban, tetapi minimal, hanya 2000. Tetapi gempa besar tak selalu disertai foreshocks, atau para ahli sulit mengetahui bahwa sebuah gempa itu foreshock atau bukan. Sehingga kasus Haicheng jarang sekali terjadi. Setahun setelah gempa Haicheng, pada tahun 1976 kota Tangshan di Cina dilanda gempa yang lebih kuat, yang datang tanpa foreshock, dan menewaskan 240.000 orang -salah satu gempa terburuk dalam sejarah. salam, Awang --- Pada Ming, 20/3/11, Irwan Meilano menulis: > Dari: Irwan Meilano > Judul: Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Tanggal: Minggu, 20 Maret, 2011, 8:48 PM > Anggota milis ysh, > > Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa > dinyatakan > sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang. > > Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai > foreshock > sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian. > Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut > merupakan > gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar, > sesudah gempa besarnya terjadi. > > Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan > berdasarkan > data gempa foreshock. > > Begitu pula dengan gempa Aceh 2004, kini peneliti > meyakini > bahwa gempa Mw 7,3 di bagian utara pulau simeulue pada > tanggal > 7 Nov adalah foreshock dari gempa Aceh 2004. Yang menjadi > masalah > gempa simeulue itu terjadi tahun 2002 atau dua tahun > sebelum > mainshocknya. Sehingga saat itu sulit sekali melakukan > antisipasi > dengan dasar foreshock yaitu Mw7,3, tanggal 7 nov 2002. > > nuhun, > irwan meilano > > 2011/3/20 kartiko samodro : > > Pak Awang , > > > > tertarik dengan alinea berikut... > > bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw) > yang merupakan foreshock > > dari gempa 11 Maret. > > > > Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa > mengeluarkan early > > warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan > selanjutnya yang lebih > > besar
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] P. Jepang bergeser 2.4 meter Re: Gempa Jepang vs Gempa Aceh
Anggota milis ysh, Punten terlambat mengikuti diskusinya :-) > apa mungkin terbalik ya? maksudnya pergeseran sumbu bumi yang menyebabkan > eartquake dan pergeseran pulau Jepang? Gempabumi di Jepang minggu lalu - Menyebabkan pergeseran horizontal yang sangat luas (maksimum mencapai 5,2m) - Pergeseran sumbu bumi - mempendek rotasi bumi Pergeseran dan pemendekan rotasi bumi merupakan respon dari reposisi massa bumi dalam jumlah yang sangat besar, sebagai akibat koseismik deformasi yang cepat dengan skala yang luas. salam, irwan meilano 2011/3/13 Franciscus B Sinartio : > Di running text nya CNN, ada statement: gempa Jepang menyebabkan pulau > jepang bergeser 2.4 meter dan axis of the earth bergeser 10 cm. > > apa mungkin terbalik ya? maksudnya pergeseran sumbu bumi yang menyebabkan > eartquake dan pergeseran pulau Jepang? > > > fbs > > > > From: "praj...@yahoo.com" > To: forum HAGI > Sent: Sat, March 12, 2011 12:03:22 PM > Subject: [Forum-HAGI] Gempa Jepang vs Gempa Aceh > > Jika gempa jepang ini fracture mencapai 400 km, secara fisik tektonik > dibanding dengan gempa Aceh besar mana ya... > Salam, > > __ > The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list. > fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id > ---*** for administrative query please send your email to > itweb.supp...@hagi.or.id > > > > > -- Irwan Meilano, Dr.sc Lecturer Geodesy Research Group Faculty of Earth Science and Technology Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia irw...@gd.itb.ac.id irwan.meil...@gmail.com PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Anggota milis ysh, Mungkin yang membuat sulit yaitu sebuah gempa bisa dinyatakan sebagai foreshock, sesudah mainshock nya datang. Gempa Mw 7.2 tanggal 9 maret bisa dinyatakan sebagai foreshock sesudah gempa Mw9.0 datang dua hari kemudian. Jadi kita baru bisa memahami bahwa gempa tersebut merupakan gempa awalan dan berpotensi menghasilkan gempa besar, sesudah gempa besarnya terjadi. Sehingga sangat sulit melakukan antisipasi dengan berdasarkan data gempa foreshock. Begitu pula dengan gempa Aceh 2004, kini peneliti meyakini bahwa gempa Mw 7,3 di bagian utara pulau simeulue pada tanggal 7 Nov adalah foreshock dari gempa Aceh 2004. Yang menjadi masalah gempa simeulue itu terjadi tahun 2002 atau dua tahun sebelum mainshocknya. Sehingga saat itu sulit sekali melakukan antisipasi dengan dasar foreshock yaitu Mw7,3, tanggal 7 nov 2002. nuhun, irwan meilano 2011/3/20 kartiko samodro : > Pak Awang , > > tertarik dengan alinea berikut... > bahwa tanggal 9 Maret sudah terjadi gempa (7.2 Mw) yang merupakan foreshock > dari gempa 11 Maret. > > Apakah dengan data tanggal 9 Maret, kita sudah bisa mengeluarkan early > warning / perkiraan bahwa akan terjadi gempa susulan selanjutnya yang lebih > besar ? sehingga masyarakat bisa mengungsi dulu jauh dari pantai , kapal > kapal bisa menyingkir dulu kearah selatan atau barat dan pengamanan tambahan > untuk instalasi nuklir menghadapi kemacetan pendingin dsb > 2 hari tentu bukan waktu yang sia sia > > Dan apakah sebelum tsunami di aceh juga didahului oleh gempa foreshock > seperti di jepang ? > > -- > >> Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa >> besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum >> gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi >> episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar >> naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa >> susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat >> mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama >> (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian. >> > -- Irwan Meilano, Dr.sc Lecturer Geodesy Research Group Faculty of Earth Science and Technology Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia irw...@gd.itb.ac.id irwan.meil...@gmail.com PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] PLTN & Tsunami
Anggota milis, Belajar dari pengalaman gempa di jepang minggu lalu, untuk fasilitas strategis (mis pltn) kita haru sangat konservatif. Kondisi tektonik yang menjadi asumsi kita aman harus selalu di update dengan data pengamatan terbaru. Sebagai contoh, zona subduksi palung jepang di timur yang semula terbagi atas segmen yang kecil2 ternyata bisa robek dalam waktu bersamaan. Serta pantai barat jepang, yang dianggap back-arc murni ternyata terbukti memiliki jalur gempa yang kemungkinan batas dari north american plate (gempa 2007 di niigata). Begitu pula asumsi yang digunakan untuk membuat peta gempa terbaru di Indonesia mengasumsikan segmen maksimum Mw8,1 untuk subduksi di p jawa, mungkin harus kita revisi. Dan sama juga dengan Babel, apabila dipastikan akan menjadi alternatif tempat pltn. Perlu kajian lokal dan regional neo-tektonik yang detail. nuhun, irwan meilano 2011/3/20 Rovicky Dwi Putrohari : > Kalau yang dikhawatirkan tsunami yg dipicu gempa, tentusaja BaBel aman > dari gempa-dan stunami tipe itu. Kalau takut tsunami karena meteor ya > semua pantai pasti ga aman. > Dari risiko gempa saya rasa daerah itu "aman" dari ancaman gempa. Peta > rawan gempa yg terbaru juga menunjukkan rendahnya ancaman gempa di > BaBel. > Hanya saja BaBel jauh dari lokasi yg membutuhkan listrik. Mungkin mau > dijual ke Singapore ? > > Rdp > > On 20/03/2011, Ismail Zaini wrote: >> Dari bberapa informasi ternyata Gempa Jepang tidak secara langsung >> menyebabkan kerusakan pada PLTN Fukushima , yang menyebabkan kerusakan >> justru karena Tsunami , PLTN tsb yg sudah berusia 40 an Thn didisain dg >> kekuatan gempa 8,2 SR , pada waktu terjadi gempa kemarin ( 9 SR ) ternyata >> semua sistem berjalan dg normal , begitu ada gempa semua sistem shutdown ( >> shutdown otomatis ) dan padam dan reaksi nuklirnya berhenti. Karena ada >> proses pendinginan maka secara otomatris emergency cooling systemnya >> berjalan yg dioperasikan oleh Genset daruratnya , tiba tiba Tsunami datang >> dan merusak Genset darurat tsb shg mati , dan secara darurat/otomatis pula >> ada backup power dg battery , namun karena kekuatan battery 8 jam dan selama >> itu Genset daruratnya belum bisa beroperasi lagi , maka terjadilah peristiwa >> kerusakan tsb , Menurut informasi pada penempatan genset tsb didisain dg >> ketinggian tsunami 6,5 m namun tsunami yang datang kemarin 7 m shg mengguyur >> genset dan mematikan >> Rencananya Indonesia mau juga bangun PLTN ( entah kapan atau kapan kapan ) , >> berdasarkan hasil studi tapak yang pernah dilakukan lokasinya di Pantai >> utara Jawa tepatnya di Jepara ( semenanjung Muria ) , namun karena banyak >> yang pro dan kontra akhirnya gamang juga , kemudian ada wacana untuk >> memindahkan ke Bangka Belitung ( kabarnya saat ini akan dilakukan survai >> survai / studi tapak ) . >> Pertanyaan yg sering muncul : apakah kedua daerah tsb memang betul betul >> aman dari Tsunami tidak seperti di daerah PLTN Fukhusima tsb , apa yang >> menyebabkannya secara prinsip , monggo pencerahannya >> >> ISM >> >> >> > > -- > Sent from my mobile device > > *"Success is a mind set, not just an achievement"* > > > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > Ayo siapkan diri! > Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 > September 2011 > - > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted > on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall > IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or > indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of > use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any > information posted on IAGI mailing list. > - > > -- Irwan Meilano, Dr.sc Lecturer Geodesy Research Group Faculty of Earth Science and Technology Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia irw...@gd.itb.ac.id irw
Re: [iagi-net-l] PLTN & Tsunami
RDP: Hanya saja BaBel jauh dari lokasi yg membutuhkan listrik. Mungkin mau dijual ke Singapore ? fbs: waktunya untuk memindahkan industry yang memerlukan energy besar ke daerah yang bisa menyediakan energy besar dengan risiko lebih kecil. ini sudah menjadi wacana sejak tahun 1980 an tetapi action nya mana? fbs From: Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sun, March 20, 2011 9:22:31 AM Subject: Re: [iagi-net-l] PLTN & Tsunami Kalau yang dikhawatirkan tsunami yg dipicu gempa, tentusaja BaBel aman dari gempa-dan stunami tipe itu. Kalau takut tsunami karena meteor ya semua pantai pasti ga aman. Dari risiko gempa saya rasa daerah itu "aman" dari ancaman gempa. Peta rawan gempa yg terbaru juga menunjukkan rendahnya ancaman gempa di BaBel. Hanya saja BaBel jauh dari lokasi yg membutuhkan listrik. Mungkin mau dijual ke Singapore ? Rdp On 20/03/2011, Ismail Zaini wrote: > Dari bberapa informasi ternyata Gempa Jepang tidak secara langsung > menyebabkan kerusakan pada PLTN Fukushima , yang menyebabkan kerusakan > justru karena Tsunami , PLTN tsb yg sudah berusia 40 an Thn didisain dg > kekuatan gempa 8,2 SR , pada waktu terjadi gempa kemarin ( 9 SR ) ternyata > semua sistem berjalan dg normal , begitu ada gempa semua sistem shutdown ( > shutdown otomatis ) dan padam dan reaksi nuklirnya berhenti. Karena ada > proses pendinginan maka secara otomatris emergency cooling systemnya > berjalan yg dioperasikan oleh Genset daruratnya , tiba tiba Tsunami datang > dan merusak Genset darurat tsb shg mati , dan secara darurat/otomatis pula > ada backup power dg battery , namun karena kekuatan battery 8 jam dan selama > itu Genset daruratnya belum bisa beroperasi lagi , maka terjadilah peristiwa > kerusakan tsb , Menurut informasi pada penempatan genset tsb didisain dg > ketinggian tsunami 6,5 m namun tsunami yang datang kemarin 7 m shg mengguyur > genset dan mematikan > Rencananya Indonesia mau juga bangun PLTN ( entah kapan atau kapan kapan ) , > berdasarkan hasil studi tapak yang pernah dilakukan lokasinya di Pantai > utara Jawa tepatnya di Jepara ( semenanjung Muria ) , namun karena banyak > yang pro dan kontra akhirnya gamang juga , kemudian ada wacana untuk > memindahkan ke Bangka Belitung ( kabarnya saat ini akan dilakukan survai > survai / studi tapak ) . > Pertanyaan yg sering muncul : apakah kedua daerah tsb memang betul betul > aman dari Tsunami tidak seperti di daerah PLTN Fukhusima tsb , apa yang > menyebabkannya secara prinsip , monggo pencerahannya > > ISM > > > -- Sent from my mobile device *"Success is a mind set, not just an achievement"* PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] PLTN & Tsunami
Kalau yang dikhawatirkan tsunami yg dipicu gempa, tentusaja BaBel aman dari gempa-dan stunami tipe itu. Kalau takut tsunami karena meteor ya semua pantai pasti ga aman. Dari risiko gempa saya rasa daerah itu "aman" dari ancaman gempa. Peta rawan gempa yg terbaru juga menunjukkan rendahnya ancaman gempa di BaBel. Hanya saja BaBel jauh dari lokasi yg membutuhkan listrik. Mungkin mau dijual ke Singapore ? Rdp On 20/03/2011, Ismail Zaini wrote: > Dari bberapa informasi ternyata Gempa Jepang tidak secara langsung > menyebabkan kerusakan pada PLTN Fukushima , yang menyebabkan kerusakan > justru karena Tsunami , PLTN tsb yg sudah berusia 40 an Thn didisain dg > kekuatan gempa 8,2 SR , pada waktu terjadi gempa kemarin ( 9 SR ) ternyata > semua sistem berjalan dg normal , begitu ada gempa semua sistem shutdown ( > shutdown otomatis ) dan padam dan reaksi nuklirnya berhenti. Karena ada > proses pendinginan maka secara otomatris emergency cooling systemnya > berjalan yg dioperasikan oleh Genset daruratnya , tiba tiba Tsunami datang > dan merusak Genset darurat tsb shg mati , dan secara darurat/otomatis pula > ada backup power dg battery , namun karena kekuatan battery 8 jam dan selama > itu Genset daruratnya belum bisa beroperasi lagi , maka terjadilah peristiwa > kerusakan tsb , Menurut informasi pada penempatan genset tsb didisain dg > ketinggian tsunami 6,5 m namun tsunami yang datang kemarin 7 m shg mengguyur > genset dan mematikan > Rencananya Indonesia mau juga bangun PLTN ( entah kapan atau kapan kapan ) , > berdasarkan hasil studi tapak yang pernah dilakukan lokasinya di Pantai > utara Jawa tepatnya di Jepara ( semenanjung Muria ) , namun karena banyak > yang pro dan kontra akhirnya gamang juga , kemudian ada wacana untuk > memindahkan ke Bangka Belitung ( kabarnya saat ini akan dilakukan survai > survai / studi tapak ) . > Pertanyaan yg sering muncul : apakah kedua daerah tsb memang betul betul > aman dari Tsunami tidak seperti di daerah PLTN Fukhusima tsb , apa yang > menyebabkannya secara prinsip , monggo pencerahannya > > ISM > > > -- Sent from my mobile device *"Success is a mind set, not just an achievement"* PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -