RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Yustinus Suyatno Yuwono
Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava
flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.

Salam,

Yatno

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

 

Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang,
surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike
yang tidak muncul dipermukaan.
Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya.
Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan
gn gede. 
Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga
xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
Salam. 





Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND -- Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak Karya dinyatakan terbuka u/publik!!

2012-08-01 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Rekan rekan sekalian


Saya sangat sependapat bahwa petroleum fund akan dapat dipakai sebagai biaya 
untuk melakukan pematangan data pada daerah frontier.

Akan tetapi dalam situasi saat ini dimana , korupsi merajalela disetiap level 
birokasi ,rasanya sangat sulit untuk menitipkan dana sebesar itu tanpa ada 
kemungkinan dikorupsi.

Apakah akan ada institusi yang cukup tebal imannya , sehingga dana itu benar 
benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan ?
Maaf kalau pendapat saya ini menyinggung beberapa fihak.

Walahuallam.

si Abah


 From: Bambang P. Istadi basi ambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Tuesday, July 31, 2012 4:56 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND -- Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!
 
Rekan2 sekalian, berikut adalah tulisan pak Eddy Purwanto, mantan Deputi 
Keuangan dan Deputi Operasi BPMIGAS dengan judul So What's the Fuss about 
Petroleum Fund yang kami muat di newsletter SPE Java Section.

Energy security is a key government priority, or is it?

Indonesia faces many threats.  Two serious ones are collapse of a main pillar 
of the state budget, namely oil and gas revenue, and loss of energy security.

Our nation relies heavily on revenue from oil and gas.  Yet oil production, 
needed to sustain economic growth and to maintain energy security, in declining 
and continues to fall below target.   On the other hand, Government spending is 
rising.  This is alarming!  If this trend continues, we may fall over the brink 
and become a failed State!

Indonesia's remaining proven oil reserves as of 2012 are 3.9 billion barrels.  
Its reserves replacement ratio in the last five years has been below 1, so 
newly discovered reserves are not able to offset oil production.  So we can 
expect oil production to continue to decline.

Exploration does not resonate because Indonesia's investment climate is 
considered less attractive that its competitors.  This is why we lack quality 
geophysical and meaningful geological data, especially in Eastern Indonesia and 
frontier regions, where the future of Indonesian oil and gas might lie.

Efforts are needed to avoid the threat and to reverse the declining oil 
production trend.  We need exploration success stories.  Our government needs 
to find a better way to lure investment to explore our unexplored basins, which 
are high risk due to limited data.  The government needs to improve the fiscal 
conditions and to better facilitate oil and gas investors in the form of the 
provision of complete data to promote exploration.

So how to mitigate this situation?

First, change our paradigm.

The 1945 Constitution mandates that benefit from extraction of natural 
resources is to be used for the greater good of the people. People as 
referred by the founders of the republic includes not only the present 
generation but also future generations.  All have the right to natural 
resources, especially non-renewable natural resources . Each generation bears 
the responsibility to extend the benefits of natural wealth so that the next 
generation can also enjoy its rights.

Since the New Order, the Government and Parliament has spent oil and gas 
revenue through the State Budget Act.  This is unconstitutional, because it 
erodes the nation's wealth of non-renewable natural resources, especially oil 
and gas.  Oil and gas proceeds should not be categorized as revenue in the 
Nation's state budget, because these resources are permanently reduced.

It is hard for the Government.  If oil and gas revenues were not treated as 
income, the deficit would swell and suffocate Indonesia.  Look at 2012.  Even 
with expected State oil and gas revenue of Rp 156 trillion, the budget deficit 
is still huge.  This has forced the Government to seek an additional Rp 124 
trillion of funds through foreign loans, privatization, debt issuance and 
others.  If oil and gas revenue were taken out from the state budget, the 
deficit would swell to Rp 280 trillion!

Never-the-less, we need to ensure resource sustainability to benefit our 
children and grandchildren.  We need to consider oil and gas income to be a 
transfer of physical resources to money resources.  A portion of oil and gas 
income should go into a Petroleum Fund.  The Petroleum Fund, would be managed 
by an independent agency and supervised by the Board of Trustees whose members 
may consist of the Minister of Finance, ESDM Minister and Head of BP Migas.  It 
would be used to finance an Oil and Gas Investment Center (PIM).

The PIM would have the task to manage and grow oil and gas revenue through safe 
investment portfolios so that real-value is always maintained and continues to 
grow as a national oil and gas endowment fund.  The PIM would manage data 
collection, conduct regional surveys of general geology and geophysics, seismic 
surveys and processing, as well as wild cat drilling particularly in the 
frontier 

RE: [iagi-net-l] Kebijakan Wamen yang Baru

2012-08-01 Terurut Topik Yustinus Suyatno Yuwono
Pak Ong yang baik,
Trimakasih atas analisis nya yang tajam. Saya faham sekali apa yg dimaksud,
yang saya prihatinkan adalah para pengambil keputusan di atas, setiap
kebijakan seharusnya diikuti oleh pendukung yang lain, misalnya dengan
menaikkan harga beli PLN thd uap geothermal, jangan langsung diadu dengan
harga HC, ini namanya ekonomi super liberal yang saya yakin belum cocok
dengan kondisi rakyat kita. Kita perlu negarawan handal, bukan politikus
jagoan yang jago menipu dan memanipulasi rakyat. OK kalo memang wacana nya
ekonomi liberal murni, ambangkan saja harga BBM sesuai pasar global, berani
enggak pemerintah kalo dampaknya gejolak social bahkan mungkin chaos?
Kenapa memungkinkan untuk manaikkan harga uap geothermal? Karena
kelebihan-nya yang tidak dipunyai HC, yaitu: renewable, green environment
(mengurangi emisi karbon), lebih ramah lingkungan (tidak pernah ada kasus
lumpur Lapindo, tumpahan minyak dari kapal tanker, dsb). Uangnya dari mana
untuk menambahkan harga pembelian uap geothermal, ya harus disubsidi
pemerintah dong, mau enak kok gk mau bayar? Jangan semua dibebankan ke PLN
ataupun para investor. Dengan demikian geothermal akan kompetitif dan saya
yakin akan berkembang pesat. Dampak positif nya akan besar sekali. Kuncinya:
subsidi pemerintah itu tadi.
Salam hormat, sehat2 to Pak Ong? Puji Tuhan.
Yatno

-Original Message-
From: Ong Han Ling [mailto:hl...@geoservices.co.id] 
Sent: Tuesday, July 31, 2012 7:36 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kebijakan Wamen yang Baru

Rekan dosen Pak Yatno,

Keluhan Anda: Pengalaman saya, esplorasi di geothermal tendernya murah
sekali, bayangkan, wellsite geologistnya standard harganya (fee) gak ada 1/3
fee utk wellsite geologist di HC, padahal kerja fisiknya jauh lebih berat.

Saya akan coba terangkan kenapa harga tender Anda cuma 1/3 fee untuk migas.

Kalau Anda eksplorasi atau produksi minyak di Indonesia, Anda bisa jual
minyak tsb. dengan harga internasional, $100/bbl kemana saja didunia ataupun
dijual ke Pemerintah. Kalau dijual ke Pemerintah, Anda juga akan dapat
$100/bbl. Lalu Pemerintah jual ke PLN dengan harga $35/bbl. Beda
$65/bbl.adalah subsidi yang diberikan Pemerintah kepada PLN. Umpama Anda
sekarang menemukan lapangan Geothermal. Uap Geothermal tidak bisa dijual
keluar negeri. Satu-satunya langganan adalah PLN yang mempunyai monopoli.
PLN tentu saja cari harga paling murah. PLN bisa beli solar atau BBM dari
Pemerintah yang disubsidi dengan harga $35/bbl. Jadi harga uap geothermal
yang secara energi equivalent $100/boe, hanya mau dibeli oleh PLN dengan
harga paling tinggi $35/bbl. Artinya perusahaan Geothermal hanya dibayar $35
atau kira-kira 1/3 untuk energi yang setara (energy equivalent dalam BTU
umpama) dengan $100/bbl. Jadi untuk wellsite Anda akan dibayar hanya 1/3-nya
dibandingkan kalau Anda menanggulangi HC.

Bandingkan dengan umpama dengan Korea atau Jepang yang impor crude dengan
harga $100/bbl. Pemerintah mengenakan pajak 100%, dan dijual ke masyarakat
menjadi $200/bbl. Segala macam alternative energy, termasuk geothermal, jika
harganya bisa mengalahkan $200/boe, akan dikembangkan. Bahkan kalau bisa
renewable dan green seperti Geothermal, Pemerintah Jepang dan Korea, akan
menambah 10%, hingga harganya menjadi $220/bbl. Menemukan energi dengan
harga $220/boe pun tidak mudah dan mereka harus berjunkil balik.   

Jadi perusahaan Geothermal Indonesia sebenarnya adalah perusahaan super
yang harus melawan harga subsidi $35/boe, dimana perusahaan Jepang/Korea-pun
tidak bisa. Satu-satunya jalan adalah mencari geothermal yang super, yaitu
yang dekat dengan jaringan listrik, dekat dengan pemukiman, bersih sekali
(tidak ada endapan carbonat atau silikat, ataupun gas H2S, Hg, dll.), dry
steam, pembuangan air gampang, dsb. Dan juga tenaga murah. 

Indonesia untuk menarik investor mempunyai kecenderungan untuk membanggakan
diri tentang besarnya cadangan Geothermal. Brosur yang diterbitkan ESDM
menyebutkan bahwa 40% geothermal dunia ada di Indonesia dan baru terambil
5%. Memang pada waktu awal-awal promosi Geothermal kita bisa mengatakan
demikian, bahwa Geothermal di Indonesia adalah under-developed. Ini supaya
menarik banyak investors. Namun sekarang, setelah 30 tahun sejak Geothermal
Kamojang ditemukan, banyak investor bertanya balik. Kalau  berlimpah, kenapa
Geothermal yang dipromosikan dengan gencar oleh Pemerintah sebagai renewable
dan green, tidak bisa berkembang dan baru 5% yang terambil? Apakah policy
kita keliru? 

Semua alternatif energy di Indonesia, termasuk angin, waves, matahari, tide,
biofuels, geothermal, dsb. sukar berkembang. Mereka harus bertanding dengan
energy murah BBM yang disubsidi. Dirjen Alternative Energy ESDM yang baru
didirikan dua tahun yang lalu harus betul-betul berinovasi mengingat subsidi
BBM di Indonesia terbesar diantara negara-negara Australasia. Dalam ceramah
saya tentang cara menaggulangi subsidi didepan IAGI, saya jadikan
Alternative energy sebagai prioritas terakir, yaitu nomer 11. 

Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Bandono Salim
Iya sih, aku pernah lihat juga, di cianjur selatan ada katanya tempat siliwangi 
hilang, ada sekelompok kolomnar berbentuk seperti kipas, dulu aku potret pake 
pilem, sekarang sudah ketlisut, trus ada susunan seperti meja dan bangku dari 
kekarkolom juga.

 Kata yang percaya itu tempat perundingan tetua tanah sunda jaman dulu, dan mmm 
dilajutkan sampai kini, dlm bentuk gaib
. 
Memang bentukan alam dpt ditafsirkan macam2 deh, bagaimana yang melihat saja.

Kalau yang dari welded tuff aku blm lihat, dapat sharing? Makasih.

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yustinus Suyatno Yuwono yuw...@gc.itb.ac.id
Date: Wed, 1 Aug 2012 13:06:46 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava
flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.

Salam,

Yatno

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

 

Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang,
surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike
yang tidak muncul dipermukaan.
Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya.
Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan
gn gede. 
Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga
xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
Salam. 






Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Prianggito Sulistiono
Pak Ban, dulu di proyek saya di Halmahera banyak dijumpai kekar kolom pada 
welded tuff (ignimbrite). Akan saya coba carikan fotonya

salam
Gito

Sent from my iPhone


On 01/08/2012, at 17:05, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:

 Iya sih, aku pernah lihat juga, di cianjur selatan ada katanya tempat 
 siliwangi hilang, ada sekelompok kolomnar berbentuk seperti kipas, dulu aku 
 potret pake pilem, sekarang sudah ketlisut, trus ada susunan seperti meja dan 
 bangku dari kekarkolom juga.
 
 Kata yang percaya itu tempat perundingan tetua tanah sunda jaman dulu, dan 
 mmm dilajutkan sampai kini, dlm bentuk gaib
 . 
 Memang bentukan alam dpt ditafsirkan macam2 deh, bagaimana yang melihat saja.
 
 Kalau yang dari welded tuff aku blm lihat, dapat sharing? Makasih.
 
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 From: Yustinus Suyatno Yuwono yuw...@gc.itb.ac.id
 Date: Wed, 1 Aug 2012 13:06:46 +0700
 To: iagi-net@iagi.or.id
 ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
 
 Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava 
 flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.
 Salam,
 Yatno
  
 From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
 Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
 To: Iagi
 Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
  
 Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang, 
 surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
 Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike 
 yang tidak muncul dipermukaan.
 Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya. 
 Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
 Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan 
 gn gede. 
 Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga 
 xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
 Salam. 
 


Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND -- Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak Karya dinyatakan terbuka u/publik!!

2012-08-01 Terurut Topik Bandono Salim
Abah, semoga rekan2 IAGI banyak yang kuat iman, dan mau bekerja sungguh2 untuk 
negara.
Maka coba bentuk organisasi usaha dari IAGI, promosikan ke pengelola keuangan. 
Setau saya ada kok perusahaan bentukan alumni geologi angkatan 76 yang sekarang 
bersih. Setelah bersih kerjaan makin banyak.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
Date: Tue, 31 Jul 2012 23:34:57 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND -- Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!
Rekan rekan sekalian


Saya sangat sependapat bahwa petroleum fund akan dapat dipakai sebagai biaya 
untuk melakukan pematangan data pada daerah frontier.

Akan tetapi dalam situasi saat ini dimana , korupsi merajalela disetiap level 
birokasi ,rasanya sangat sulit untuk menitipkan dana sebesar itu tanpa ada 
kemungkinan dikorupsi.

Apakah akan ada institusi yang cukup tebal imannya , sehingga dana itu benar 
benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan ?
Maaf kalau pendapat saya ini menyinggung beberapa fihak.

Walahuallam.

si Abah


 From: Bambang P. Istadi basi ambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Tuesday, July 31, 2012 4:56 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND -- Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!
 
Rekan2 sekalian, berikut adalah tulisan pak Eddy Purwanto, mantan Deputi 
Keuangan dan Deputi Operasi BPMIGAS dengan judul So What's the Fuss about 
Petroleum Fund yang kami muat di newsletter SPE Java Section.

Energy security is a key government priority, or is it?

Indonesia faces many threats.  Two serious ones are collapse of a main pillar 
of the state budget, namely oil and gas revenue, and loss of energy security.

Our nation relies heavily on revenue from oil and gas.  Yet oil production, 
needed to sustain economic growth and to maintain energy security, in declining 
and continues to fall below target.   On the other hand, Government spending is 
rising.  This is alarming!  If this trend continues, we may fall over the brink 
and become a failed State!

Indonesia's remaining proven oil reserves as of 2012 are 3.9 billion barrels.  
Its reserves replacement ratio in the last five years has been below 1, so 
newly discovered reserves are not able to offset oil production.  So we can 
expect oil production to continue to decline.

Exploration does not resonate because Indonesia's investment climate is 
considered less attractive that its competitors.  This is why we lack quality 
geophysical and meaningful geological data, especially in Eastern Indonesia and 
frontier regions, where the future of Indonesian oil and gas might lie.

Efforts are needed to avoid the threat and to reverse the declining oil 
production trend.  We need exploration success stories.  Our government needs 
to find a better way to lure investment to explore our unexplored basins, which 
are high risk due to limited data.  The government needs to improve the fiscal 
conditions and to better facilitate oil and gas investors in the form of the 
provision of complete data to promote exploration.

So how to mitigate this situation?

First, change our paradigm.

The 1945 Constitution mandates that benefit from extraction of natural 
resources is to be used for the greater good of the people. People as 
referred by the founders of the republic includes not only the present 
generation but also future generations.  All have the right to natural 
resources, especially non-renewable natural resources . Each generation bears 
the responsibility to extend the benefits of natural wealth so that the next 
generation can also enjoy its rights.

Since the New Order, the Government and Parliament has spent oil and gas 
revenue through the State Budget Act.  This is unconstitutional, because it 
erodes the nation's wealth of non-renewable natural resources, especially oil 
and gas.  Oil and gas proceeds should not be categorized as revenue in the 
Nation's state budget, because these resources are permanently reduced.

It is hard for the Government.  If oil and gas revenues were not treated as 
income, the deficit would swell and suffocate Indonesia.  Look at 2012.  Even 
with expected State oil and gas revenue of Rp 156 trillion, the budget deficit 
is still huge.  This has forced the Government to seek an additional Rp 124 
trillion of funds through foreign loans, privatization, debt issuance and 
others.  If oil and gas revenue were taken out from the state budget, the 
deficit would swell to Rp 280 trillion!

Never-the-less, we need to ensure resource sustainability to benefit our 
children and grandchildren.  We need to consider oil and gas income to be a 
transfer of physical resources to money resources.  A portion of oil and gas 
income should go into a Petroleum Fund.  The Petroleum Fund, would be managed 
by an 

Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Bandono Salim
Wah makasih lho. Semoga membuka mata setengah tuaku.
Indahnya berbagi ilmu.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Prianggito Sulistiono git_m...@yahoo.com
Date: Wed, 1 Aug 2012 17:16:20 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
Pak Ban, dulu di proyek saya di Halmahera banyak dijumpai kekar kolom pada 
welded tuff (ignimbrite). Akan saya coba carikan fotonya

salam
Gito

Sent from my iPhone


On 01/08/2012, at 17:05, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:

 Iya sih, aku pernah lihat juga, di cianjur selatan ada katanya tempat 
 siliwangi hilang, ada sekelompok kolomnar berbentuk seperti kipas, dulu aku 
 potret pake pilem, sekarang sudah ketlisut, trus ada susunan seperti meja dan 
 bangku dari kekarkolom juga.
 
 Kata yang percaya itu tempat perundingan tetua tanah sunda jaman dulu, dan 
 mmm dilajutkan sampai kini, dlm bentuk gaib
 . 
 Memang bentukan alam dpt ditafsirkan macam2 deh, bagaimana yang melihat saja.
 
 Kalau yang dari welded tuff aku blm lihat, dapat sharing? Makasih.
 
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 From: Yustinus Suyatno Yuwono yuw...@gc.itb.ac.id
 Date: Wed, 1 Aug 2012 13:06:46 +0700
 To: iagi-net@iagi.or.id
 ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
 
 Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava 
 flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.
 Salam,
 Yatno
  
 From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
 Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
 To: Iagi
 Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
  
 Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang, 
 surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
 Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike 
 yang tidak muncul dipermukaan.
 Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya. 
 Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
 Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan 
 gn gede. 
 Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga 
 xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
 Salam. 
 



Re: [iagi-net-l] Seismic Untuk Volcanic, Carbonate dan Basement Fracture Reservoir

2012-08-01 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Pak Bandono,

Lebih tepatnya penggunaan prinsip-prinsip geoteknik dan seismik untuk
mengetahui sebaran kekar diantara lubang bor, yang saya kerjakan sekarang
adalah untuk meprediksi rekahan pada reservoir hydrocarbon.
Untuk mengembangkan lapangan-lapangan fracture reservoir sepertinya kita
tidak bisa lepas dari prisip2 geologi teknik karena terdapatnya hubungan
antara sifat mekanika dengan mineralogy batuan reservoir, proses diagenesa,
gaya tektonik, rekahan yang terbentuk dan pengaruhnya terhadap response
seismik.

Salam
Anggoro Dradjat



On Wed, Aug 1, 2012 at 8:27 AM, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:

 Untuk geoteknik bisa juga yA?
 Karena sering juga kita perlukan untuk mengetahui sebaran kekar diantara
 lubang bor.
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Anggoro Dradjat adradjat@gmail.com
 Date: Wed, 1 Aug 2012 08:23:51
 To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Seismic Untuk Volcanic, Carbonate dan Basement
 Fracture Reservoir
 Dear All,

 Buat teman-teman yang sedang mengerjakan lapangan fracture reservoir,
 mungkin metoda seismik seperti yang kami lakukan ini bisa berguna.


 http://www.searchanddiscovery.com/documents/2012/20157dradjat/ndx_dradjat.pdf



 Salam
 Anggoro Dradjat


 
 PP-IAGI 2011-2014:
 Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
 Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

 
 Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
 Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir
 pengiriman abstrak 28 Februari 2012.

 
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
 email to: o...@iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
 shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
 direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
 from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
 use of any information posted on IAGI mailing list.
 -




Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik Sarwanto Sutan Alamsyah
Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa
yang bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian
besar geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan
menggunakan uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita
mengabdi untuk bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan
kehidupan yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto

2012/7/30 andang bachtiar andangbacht...@yahoo.com

 Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan geologist -
 termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
 mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
 mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya pada cadangan yg sudah ada
 bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2) hanya pada rekayasa
 pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2 baru dg konsep2
 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia (itupun telat
 mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di indonesia
 sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru indonesia
 yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2 baru
 oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
 meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
 perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana
 untuk riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi
 pihak asing selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada
 kekinian dan bukan pada masa depan.


 Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg katanya pewaris
 tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen, Lasut, Katili dan senior2
 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk ria dengan mengerjakan
 proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh mereka-reka dimana
 ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama dengan konsep yg
 itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, spesialis,
 eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik
 Indonesia baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada
 kemana para ahli mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala
 metalogeni yang sudah berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?


 Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik sekaligus peneliti
 kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau pengorbanan para
 mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan temuan2 riset2
 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas, mineral dan
 batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa syukurillah.
 Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak bergema! Yang
 kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri dengan
 kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
 memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi
 rutinitas pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset
 breakthrough konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2
 baru migas, mineral, batubara Indonesia.


 Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita salah kalau itu semua
 terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal sadarilah: kita semua
 punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya komitmen: seperti
 anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan hanya krisis
 energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!

 Salam
 ADB - Arema
 IAGI-0800



Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik Prakosa Rachwibowo
bahkan, krisis tujuan hidup .urip mung nggo golek upo or golek upo nggo 
biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye 
carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone?

wass, sugeng shaum.
siwo'72




 From: Sarwanto Sutan Alamsyah sarwan...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa yang 
bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian besar 
geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan menggunakan 
uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita mengabdi untuk 
bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan kehidupan 
yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto


2012/7/30 andang bachtiar andangbacht...@yahoo.com

Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan
geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya
pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2)
hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2
baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia
(itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di
indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru
indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2
baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk
riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing
selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan pada
masa depan.


Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg
katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen,
Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk
ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh
mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama
dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, 
spesialis,
eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia
baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para ahli
mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah
berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?


Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik
sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau
pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan
temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas,
mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa
syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak
bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri
dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas
pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset breakthrough
konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas,
mineral, batubara Indonesia.

Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita
salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal
sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya
komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan
hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!

Salam
ADB - Arema
IAGI-0800
 

Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik sri mulyaningsih
diajari agomo o ayune istri mung kanggo suami

 
Salam


Sri Mulyaningsih



 From: Prakosa Rachwibowo siwo_g...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, August 2, 2012 7:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

bahkan, krisis tujuan hidup .urip mung nggo golek upo or golek upo nggo 
biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye 
carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone?

wass, sugeng shaum.
siwo'72




 From: Sarwanto Sutan Alamsyah sarwan...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa yang 
bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian besar 
geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan menggunakan 
uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita mengabdi untuk 
bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan kehidupan 
yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto


2012/7/30 andang bachtiar andangbacht...@yahoo.com

Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan
geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya
pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2)
hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2
baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia
(itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di
indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru
indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2
baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk
riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing
selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan pada
masa depan.


Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg
katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen,
Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk
ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh
mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama
dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, 
spesialis,
eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia
baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para ahli
mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah
berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?


Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik
sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau
pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan
temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas,
mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa
syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak
bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri
dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas
pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset breakthrough
konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas,
mineral, batubara Indonesia.

Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita
salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal
sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya
komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan
hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!

Salam
ADB - Arema
IAGI-0800
 

Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik Prakosa Rachwibowo
kasinggihan mbakyu Sri, leres...setuju, wassalaam.

siwo72




 From: sri mulyaningsih sri_mulyaning...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, 2 August 2012 10:04 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

diajari agomo o ayune istri mung kanggo suami

 
Salam


Sri Mulyaningsih



 From: Prakosa Rachwibowo siwo_g...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, August 2, 2012 7:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

bahkan, krisis tujuan hidup .urip mung nggo golek upo or golek upo nggo 
biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye 
carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone?

wass, sugeng shaum.
siwo'72




 From: Sarwanto Sutan Alamsyah sarwan...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa yang 
bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian besar 
geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan menggunakan 
uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita mengabdi untuk 
bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan kehidupan 
yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto


2012/7/30 andang bachtiar andangbacht...@yahoo.com

Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan
geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya
pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2)
hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2
baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia
(itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di
indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru
indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2
baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk
riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing
selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan pada
masa depan.


Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg
katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen,
Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk
ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh
mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama
dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, 
spesialis,
eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia
baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para ahli
mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah
berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?


Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik
sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau
pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan
temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas,
mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa
syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak
bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri
dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas
pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset breakthrough
konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas,
mineral, batubara Indonesia.

Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita
salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal
sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya
komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan
hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!

Salam
ADB - Arema
IAGI-0800