RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-05 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Ikut nimbrung Abah, pak Ong,

Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti 
melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang 
sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan 
downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi 
tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam 
negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu 
melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir tahun 
lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan dinikmati oleh 
pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka menganut service 
contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak menarik bagi investor, 
tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture dengan Pemex, dan investor 
bisa membukukan cadangan dll.

Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan 
peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya bisa 
dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2 kali 
lipat.

Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan 
1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor, meningkat 
jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai puncak. Saat ini 
penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan ekplorasi menurun. 
Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992 (lapangan Banyu Urip Cepu).

Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah 
sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain selain 
PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD ring-fencing 
atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa dampaknya terhadap 
eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi enggan melakukan 
eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost recovery. Kalaupun 
bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara penemuan dengan 
komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah. Beberapa contoh jangka 
waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna D-Alpha bahkan sudah 
sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian, perusahaan hanya akan 
memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha explorasi. Soal lain 
adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat. Perusahaan tentunya 
tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir kontrak karena tidak 
ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui. Artinya tidak akan ada 
investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak berakhir.

Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat 
kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing, jangka 
waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat. Apalagi 
dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok explorasi, 
banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll.

Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan pada 
tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik 
bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor untuk 
masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang menjadi 
cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek LNG 
tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan Indonesia 
dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas. Konon saat itu 
“everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang untuk mengambil 
keputusan2 penting secara cepat.

Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada pionir 
industry migas dimasa lalu bisa dijadikan refleksi kita untuk meningkatkan 
kegiatan eksplorasi dan masalah2 yang dihadapi IDD, Masela, Tangguh 3 bisa 
cepat terselesaikan, sehingga Indonesia tidak perlu impor LNG,.. Wallahu a’lam 
bi shawab.

Selamat berakhir pekan.

Salam,
Bambang


From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yrs_nki - 
yrs_...@yahoo.com
Sent: Thursday, December 04, 2014 12:48 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah  berfikir secara 
holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih 
dianut ?


Sent from Samsung Mobile

 Original message 
From: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com
Date:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00)
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

Informasi yg sangat komprehensif pak
Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak 
yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang 
dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya 
memberikan gvt 

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-05 Terurut Topik Gatot M Soedradjat
PIYE JL !
Pada 5 Des 2014 13.12, lia...@indo.net.id menulis:

 Belum lama ini diberitakan  di Media guna memenuhi permintaaan
 listrik Pemerintah akan membangun Pembangkit baru dalam lima
 tahun kedepan sebesar 35.000 MW atau rata rata 7000 MW
 pertahun.
 Pertanyaannya dari mana Sumber energy Primernya ?

 Kalau memakai Air ( PLTA ) maka akan membutuhkan Bendungan
 sekelas PLTA Cirata sebanyak 35 buah ( PLTA saat ini kira kira
 kapasitasnya 1000 MW ) atau 44 Bendungan sekelas Saguling ,
 Saguling saat ini kapasitasnya 790 MW. Mungkinkah dalam waktu 5
 Tahun bisa bangun  bendungan tsb.
 Kalau pakai gas akan mebutuhkan kira kira lebih dari 6000
 MMSCFD , disisi lain Produksi Gas Nasional saat ini sdh
 dialokasikan semua untuk memenuhi komitmen ekpor maupun
 domestik , mungkinkah dalam waktu 5 tahun dapat meningkatkan
 produksi gas sebesar itu .
 Kalau dibangkitkan dg panas bumi  akan memerlukan pengeboran
 sumur sumur produksi baru lebih dari 5000 Sumur produksi dalam
 5 tahun .

 yang agak realistik dg Batubara , akan dibutuhkan lebih dari 40
 Juta Ton , disisi lain produksi batubara  300 juta ton
 pertahun. atau dg BBM.
 Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dg pertumbuhan energi ,
 biasanya pertumbuhan energi satu setenga kali pertumbuhan
 ekonminya , Jadi Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi kalau tidak
 ada ketersediaan anargi yg cukup. Persoalan Energi Khususnya
 Sumber Energi akan semakin komplek kalau tidak diurai dari
 sekarang dan di rencanakan secara realistik pasokanya.lagi lagi
 masalah Perizinan , penggunaan kawasan hutan ( pinjam pakai )
 dan harga merupakan masalah klasik yg belum dapat dituntaskan
 belum lagi masalah euforia otonomi daerah , cilakanya lagi
 ditambah dg per mafia mafiaan

 ISM






  Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan.
  Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap
  saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan
  sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan
  ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis
  ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman
  (diversity) daerah di Indonesia.
  Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya
  dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak
  geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara
  dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih
  baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan
  energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal
  (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang
  kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara
  verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum
  pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah
  pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian
  diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya.
 
  RDP
 
  --
  Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang
  positip.
 
  2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo
  strivea...@gmail.com:
 
  Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang
  tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah.
  Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas
  dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain
  kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada
  semacam pendulum nusantara untuk gas?
 
  2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id:
 
  Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat
  kecil
  padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
  sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas
  Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit
  litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik
  dan hanya menyumbang kira
  kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh
  dibawahnya
  batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik
  saja
  masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non
  listrik
  di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
  menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
  didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si
  PLN
  ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik)
  yg
  tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
  Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
  mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas
  kalau
  harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik
  ngikuti
  harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif
  dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok
  Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP ,
  sehingga kalau  harga
  energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
  komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi
  primernya,
  kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
  bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem
  ini
  sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme
  subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga
  keekonoimian
  pasar 

[iagi-net] Re: Course Excursion - Surface Exploration for Geothermal Resources

2014-12-05 Terurut Topik S. (Daru) Prihatmoko
Selamat utk SM IAGI UNG yg telah sukses menjalankan program kursus dan ekskursi 
ini. Kita tunggu acara/ program berikutnya.

Salam,
Daru
Sent from my mobile device

 On Dec 5, 2014, at 20:03, SM-IAGI UNG smiagi...@gmail.com wrote:
 
 ​Asalamualaikum Wr. Wb.
 Kepada seluruh pengurus pusat dan anggota IAGI dan FGMI yang kami hormati,
 
 Pada tanggal 1 dan 2 Desember 2014, SM-IAGI UNG mengadakan kegiatan Course  
 Excursion dengan tema “Surface Exploration for Geothermal Resources”. Topik 
 Geothermal sendiri menjadi topik wajib tahunan untuk setiap SM seluruh 
 Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memperdalam pengetahuan 
 mahasiswa tentang energi alternatif dan ramah lingkungan ini, dari mana 
 energy ini berasal?, seberapa besar pontensi geothermal di Indonesia? dan 
 untuk mengetahui gambaran singkat tentang explorasi geothermal.
 
 
 
 Dalam kesempatan ini kami menghadirkan 2 pemateri yaitu, Bapak M. Yustin 
 Kamah – Senior Advisor New Energy and Green Technology PT. Pertamina 
 Geothermal Energy, dan Dr. Eng. Hendra Riogilang, M.T – Ketua Pengurus Daerah 
 IAGI SULUT-Gorontalo.
 
 Course, 1 Desember 2014
 
 Pada pukul 09.00 wita, acara dimulai dengan kalam ilahi dan menyanyikan lagu 
 Indonesia Raya oleh seluruh peserta. Dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia 
 oleh Tober Mardain, serta sambutan sekaligus membuka acara secara resmi oleh 
 Prof Dr. Sarson Pomalato, M.Pd (PR 1 UNG). Beliau menghaturkan bahwa topik 
 yang diangkat dalam kegiatan ini sangat pas dengan kondisi harga BBM yang 
 terus meningkat. Besar harapan, dengan dibekali ilmu pengetahuan kelak nanti 
 ada mahasiswa Teknik Geologi UNG yang bekerja di sektor Geothermal, menjadi 
 pemegang tongkat estapet dari senior-seniornya dalam memajukan industri 
 Geothermal Indonesia.
 
 
 
 Sambutan dan Pembukaan Kegiatan oleh PR 1 UNG - Prof. Dr. Sarson Pomalato, 
 M.Pd.JPG
 ​
 Selanjutnya adalah pelantikan pengurus SM-IAGI UNG 2014-2015 oleh Dr. Eng. 
 Hendra Riogilang, M.T dengan secara simbolis memberikan plakat kepada Ketua 
 Umum – Tober Mardain.
 
 
 
 Pukul 10.00 wita – Pemaparan pertama oleh Bapak M. Yustin Kamah (PT. 
 Pertamina Geothermal Energy) dengan judul GGGR FOR GEOTHERMAL RESOURCES. 
 Hal-hal yang dibahas adalah Geothermal Over View as A Basic Knowledges, 
 Pengelolaan Energy Geothemal Di Indonesia, Konsep Dasar  Geothermal, 
 Geothermal Exploration Stages (Geologi Eksplorasi, Geokomia Eksplorasi, 
 Geofisika Eksplorasi, Wells Drilling Prognosis, Borehole GGGR, Reservoir – 
 Development, Produksi), dan Geothermal Energy Benefits.
 
 
 
 Beliau mengatakan bahwa, Lengan Utara Sulawesi diapit oleh dua tunjaman 
 (yaitu; tunjaman lempeng Philipine dari sebelah utara dan lempeng laut 
 Molucca di sebelah timur) hal tersebut mangakibatkan adanya jajaran gunungapi 
 dari mulai Kotamobagu sampai Kep. Sangihe, - juga yang mengakibatkan adanya 
 patahan-patahan sebagai kontrol dari titik-titik panas bumi yang tersebar di 
 Lengan Utara Sulawesi.
 
 
 
 Tercatat ada 7 titik panas bumi yang 2 diantaranya berada di wilayah 
 Gorontalo (Pentadio dan Suwawa – sumber daya 75 MW spekulatif dan cadangan 
 110 MW terduga). 1 titik berada di Bolaang Mongondow (Kotamobagu – sedang 
 dieksplorasi, cadangan 185 MW terduga). Dan 2 titik berstatus produksi adalah 
 Lahendong – Tompaso, dengan cadangan 250 MW terbukti.
 
 
 
 Sesi ini berlangsung ± 90 menit dan 30 menit tanya jawab. Kemudian 
 dilanjutkan dengan ISOMA.
 
 
 
 Pukul 13.30 wita – Pemaparan kedua oleh Dr. Eng. Hendra Riogilang, M.T dengan 
 judul THE PROMISING RESOURCE POTENTIAL OF GEOTHERMAL FIELD IN INDONESIA. 
 Hal-hal yang dibahas adalah; Geothermal Energy, Geothermal Resources, Plate 
 Tectonic Structures And Active Volcanic Arcs In Indonesia, Potential Of 
 Geothermal Field In North Sulawesi, Hydrothermal System With Close 
 Volcanic-Magmatic Associations, Types Of Geothermal Power Plans, Kotamobagu 
 Geothermal Field.
 
 
 
 Sesi ini berlangsung ± 90 menit dan 15 menit tanya jawab.
 
 
 
 Excursion, 2 Desember 2014
 
 
 
 Pukul 08.00 wita - Seluruh peserta berkumpul di kampus Universitas Negeri 
 Gorontalo. Kami berangkat ke lokasi panas bumi di Desa Pancuran, Kec. Suwawa 
 Selatan, Bone Bolango, dengan menggunakan 1 unit bus dan 1 unit mobil kecil. 
 Dalam waktu tempuh ± 40 menit kami sampai di lokasi tersebut.
 
 
 
 IMG_0965.JPG
 ​
 Hujan gerimis pada pagi itu tidak menurunkan niat kami untuk menerima 
 pamaparan dari Pak Hendra. Beliau menjelaskan tentang data-data umum apa saja 
 yang perlu di rekam saat observasi manifestasi permukaan geothermal, seperti; 
 data lokasi, pengukuran pH air, pengukuran suhu permukaan air menggunakan 
 termometer batang dan temometer infrared, cara pengambilan sampel air, data 
 mineral alterasi panas bumi, penjelasan tentang fumarole/solfatar, hot 
 spring, mud pool, steaming ground, dll.
 
 
 
 Menurut penjelasan beliau, lokasi mata air panas yang kita kunjungi ini 
 tergolong Low Enthalpy, pemanfaatannya secara direct use, seperti;