RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Ikut nimbrung Abah, pak Ong, Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir tahun lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan dinikmati oleh pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka menganut service contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak menarik bagi investor, tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture dengan Pemex, dan investor bisa membukukan cadangan dll. Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya bisa dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2 kali lipat. Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan 1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor, meningkat jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai puncak. Saat ini penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan ekplorasi menurun. Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992 (lapangan Banyu Urip Cepu). Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain selain PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD ring-fencing atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa dampaknya terhadap eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi enggan melakukan eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost recovery. Kalaupun bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara penemuan dengan komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah. Beberapa contoh jangka waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna D-Alpha bahkan sudah sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian, perusahaan hanya akan memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha explorasi. Soal lain adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat. Perusahaan tentunya tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir kontrak karena tidak ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui. Artinya tidak akan ada investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak berakhir. Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing, jangka waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat. Apalagi dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok explorasi, banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll. Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan pada tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor untuk masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang menjadi cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek LNG tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan Indonesia dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas. Konon saat itu “everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang untuk mengambil keputusan2 penting secara cepat. Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada pionir industry migas dimasa lalu bisa dijadikan refleksi kita untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan masalah2 yang dihadapi IDD, Masela, Tangguh 3 bisa cepat terselesaikan, sehingga Indonesia tidak perlu impor LNG,.. Wallahu a’lam bi shawab. Selamat berakhir pekan. Salam, Bambang From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yrs_nki - yrs_...@yahoo.com Sent: Thursday, December 04, 2014 12:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah berfikir secara holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih dianut ? Sent from Samsung Mobile Original message From: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com Date:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00) To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Informasi yg sangat komprehensif pak Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya memberikan gvt
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
PIYE JL ! Pada 5 Des 2014 13.12, lia...@indo.net.id menulis: Belum lama ini diberitakan di Media guna memenuhi permintaaan listrik Pemerintah akan membangun Pembangkit baru dalam lima tahun kedepan sebesar 35.000 MW atau rata rata 7000 MW pertahun. Pertanyaannya dari mana Sumber energy Primernya ? Kalau memakai Air ( PLTA ) maka akan membutuhkan Bendungan sekelas PLTA Cirata sebanyak 35 buah ( PLTA saat ini kira kira kapasitasnya 1000 MW ) atau 44 Bendungan sekelas Saguling , Saguling saat ini kapasitasnya 790 MW. Mungkinkah dalam waktu 5 Tahun bisa bangun bendungan tsb. Kalau pakai gas akan mebutuhkan kira kira lebih dari 6000 MMSCFD , disisi lain Produksi Gas Nasional saat ini sdh dialokasikan semua untuk memenuhi komitmen ekpor maupun domestik , mungkinkah dalam waktu 5 tahun dapat meningkatkan produksi gas sebesar itu . Kalau dibangkitkan dg panas bumi akan memerlukan pengeboran sumur sumur produksi baru lebih dari 5000 Sumur produksi dalam 5 tahun . yang agak realistik dg Batubara , akan dibutuhkan lebih dari 40 Juta Ton , disisi lain produksi batubara 300 juta ton pertahun. atau dg BBM. Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dg pertumbuhan energi , biasanya pertumbuhan energi satu setenga kali pertumbuhan ekonminya , Jadi Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi kalau tidak ada ketersediaan anargi yg cukup. Persoalan Energi Khususnya Sumber Energi akan semakin komplek kalau tidak diurai dari sekarang dan di rencanakan secara realistik pasokanya.lagi lagi masalah Perizinan , penggunaan kawasan hutan ( pinjam pakai ) dan harga merupakan masalah klasik yg belum dapat dituntaskan belum lagi masalah euforia otonomi daerah , cilakanya lagi ditambah dg per mafia mafiaan ISM Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman (diversity) daerah di Indonesia. Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya. RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo strivea...@gmail.com: Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah. Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas? 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar
[iagi-net] Re: Course Excursion - Surface Exploration for Geothermal Resources
Selamat utk SM IAGI UNG yg telah sukses menjalankan program kursus dan ekskursi ini. Kita tunggu acara/ program berikutnya. Salam, Daru Sent from my mobile device On Dec 5, 2014, at 20:03, SM-IAGI UNG smiagi...@gmail.com wrote: Asalamualaikum Wr. Wb. Kepada seluruh pengurus pusat dan anggota IAGI dan FGMI yang kami hormati, Pada tanggal 1 dan 2 Desember 2014, SM-IAGI UNG mengadakan kegiatan Course Excursion dengan tema “Surface Exploration for Geothermal Resources”. Topik Geothermal sendiri menjadi topik wajib tahunan untuk setiap SM seluruh Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang energi alternatif dan ramah lingkungan ini, dari mana energy ini berasal?, seberapa besar pontensi geothermal di Indonesia? dan untuk mengetahui gambaran singkat tentang explorasi geothermal. Dalam kesempatan ini kami menghadirkan 2 pemateri yaitu, Bapak M. Yustin Kamah – Senior Advisor New Energy and Green Technology PT. Pertamina Geothermal Energy, dan Dr. Eng. Hendra Riogilang, M.T – Ketua Pengurus Daerah IAGI SULUT-Gorontalo. Course, 1 Desember 2014 Pada pukul 09.00 wita, acara dimulai dengan kalam ilahi dan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta. Dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia oleh Tober Mardain, serta sambutan sekaligus membuka acara secara resmi oleh Prof Dr. Sarson Pomalato, M.Pd (PR 1 UNG). Beliau menghaturkan bahwa topik yang diangkat dalam kegiatan ini sangat pas dengan kondisi harga BBM yang terus meningkat. Besar harapan, dengan dibekali ilmu pengetahuan kelak nanti ada mahasiswa Teknik Geologi UNG yang bekerja di sektor Geothermal, menjadi pemegang tongkat estapet dari senior-seniornya dalam memajukan industri Geothermal Indonesia. Sambutan dan Pembukaan Kegiatan oleh PR 1 UNG - Prof. Dr. Sarson Pomalato, M.Pd.JPG Selanjutnya adalah pelantikan pengurus SM-IAGI UNG 2014-2015 oleh Dr. Eng. Hendra Riogilang, M.T dengan secara simbolis memberikan plakat kepada Ketua Umum – Tober Mardain. Pukul 10.00 wita – Pemaparan pertama oleh Bapak M. Yustin Kamah (PT. Pertamina Geothermal Energy) dengan judul GGGR FOR GEOTHERMAL RESOURCES. Hal-hal yang dibahas adalah Geothermal Over View as A Basic Knowledges, Pengelolaan Energy Geothemal Di Indonesia, Konsep Dasar Geothermal, Geothermal Exploration Stages (Geologi Eksplorasi, Geokomia Eksplorasi, Geofisika Eksplorasi, Wells Drilling Prognosis, Borehole GGGR, Reservoir – Development, Produksi), dan Geothermal Energy Benefits. Beliau mengatakan bahwa, Lengan Utara Sulawesi diapit oleh dua tunjaman (yaitu; tunjaman lempeng Philipine dari sebelah utara dan lempeng laut Molucca di sebelah timur) hal tersebut mangakibatkan adanya jajaran gunungapi dari mulai Kotamobagu sampai Kep. Sangihe, - juga yang mengakibatkan adanya patahan-patahan sebagai kontrol dari titik-titik panas bumi yang tersebar di Lengan Utara Sulawesi. Tercatat ada 7 titik panas bumi yang 2 diantaranya berada di wilayah Gorontalo (Pentadio dan Suwawa – sumber daya 75 MW spekulatif dan cadangan 110 MW terduga). 1 titik berada di Bolaang Mongondow (Kotamobagu – sedang dieksplorasi, cadangan 185 MW terduga). Dan 2 titik berstatus produksi adalah Lahendong – Tompaso, dengan cadangan 250 MW terbukti. Sesi ini berlangsung ± 90 menit dan 30 menit tanya jawab. Kemudian dilanjutkan dengan ISOMA. Pukul 13.30 wita – Pemaparan kedua oleh Dr. Eng. Hendra Riogilang, M.T dengan judul THE PROMISING RESOURCE POTENTIAL OF GEOTHERMAL FIELD IN INDONESIA. Hal-hal yang dibahas adalah; Geothermal Energy, Geothermal Resources, Plate Tectonic Structures And Active Volcanic Arcs In Indonesia, Potential Of Geothermal Field In North Sulawesi, Hydrothermal System With Close Volcanic-Magmatic Associations, Types Of Geothermal Power Plans, Kotamobagu Geothermal Field. Sesi ini berlangsung ± 90 menit dan 15 menit tanya jawab. Excursion, 2 Desember 2014 Pukul 08.00 wita - Seluruh peserta berkumpul di kampus Universitas Negeri Gorontalo. Kami berangkat ke lokasi panas bumi di Desa Pancuran, Kec. Suwawa Selatan, Bone Bolango, dengan menggunakan 1 unit bus dan 1 unit mobil kecil. Dalam waktu tempuh ± 40 menit kami sampai di lokasi tersebut. IMG_0965.JPG Hujan gerimis pada pagi itu tidak menurunkan niat kami untuk menerima pamaparan dari Pak Hendra. Beliau menjelaskan tentang data-data umum apa saja yang perlu di rekam saat observasi manifestasi permukaan geothermal, seperti; data lokasi, pengukuran pH air, pengukuran suhu permukaan air menggunakan termometer batang dan temometer infrared, cara pengambilan sampel air, data mineral alterasi panas bumi, penjelasan tentang fumarole/solfatar, hot spring, mud pool, steaming ground, dll. Menurut penjelasan beliau, lokasi mata air panas yang kita kunjungi ini tergolong Low Enthalpy, pemanfaatannya secara direct use, seperti;