Re: [iagi-net] Krakatau Steel vs Banded Iron Formation [Kiriman Andri SSM - ITB]

2015-12-13 Terurut Topik Ir. Andri Slamet Subandrio


- Original Message -


Terimakasih Abah. BIF di Indonesia ditemukan secara kebetulan sekitar 10 tahun 
yang lalu. Sebelum ditemukan beberapa lokasi seperti di Tanggamus Lampung telah 
ditambang oleh masyarakat secara tradisionil untuk bijih mangan. Salah satu 
endapan BIF di Kendawangan Kalbar bahkan sudah ditambang selama 3 tahun hingga 
tahun 2006. Tambang besi ini yang juga ditemukan secara kebetulan dan bukan 
oleh geologist, kehabisan cadangan! Ketika saya diundang kesana untuk cari 
cadangan baru, nampaklah singkapan singkapan akibat penggalian tambang yang 
memperlihatkan tekstur dan strukturnya mirip BIF. Eksplorasi BIF sesungguhnya 
belum dilakukan, sementara itu kelesuan dalam industri mineral sudah banyak 
membelenggu para investor untuk mencari peluang baru dalam sumber daya mineral. 

Salam 

Andri 



From: "Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com" 
 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, December 11, 2015 9:08:09 AM 
Subject: Re: [iagi-net] Krakatau Steel vs Banded Iron Formation [Kiriman Andri 
SSM - ITB] 

Pak Andri 

Apakah temuan BIF di lokasi2 tersebut sudah dianggap memiliki nilai ekonomis ? 
Saya masih ingat pada awal thn 1900- an , beberapa kawan melakukan survei utk 
mencari cadangan besi di Kalimantan (kerjasama dengan Rusia). 
Saya lupa siapa2 nya ,mungkin masih ada yang ingat ? 

si Abah 



On Friday, December 11, 2015 7:55 AM, "Biro Media dan IT - IAGI - 
ad...@iagi.or.id"  wrote: 


Krakatau Steel vs Banded Iron Formation 
(Andri SS Mubandrio - ITB) 
Siapa yg tdk tahu KS? Pabrik besi baja yang terdapat di Cilegon Banten ini 
telah beroperasi dan memasok kebutuhan baja untuk industri mesin, automotif dan 
konstruksi di Indonesia lebih dari setengah abad. 
Namun tahukah Anda dari mana bijih besi atau iron ore didatangkan? Adakah di 
suplai dari tambang besi di Nusantara? 
Ternyata walau Krakatau Steel telah berproduksi lebih dr 50 th, hampir 100% 
Fe-ore diimpor dari luar negri! Kita memang punya tambang pasir besi di 
Cilacap, namun dari kadar dan cadangan yg rendah tidak layak utk pabrik baja. 
Kadar Fe utk industri baja adlh antr 65-70% dalam bentuk lumps ore atau pelet. 
KS mengimpor dalam bentuk olahan setengah jadi yg dinamakan pig iron (yg ini 
tidak haram ) yg mengandung karbon 3,5-4,5%. 
Lantas mengapa KS hrs dibangun sementara material Bijih Besi (BB) harus 
diimpor? 
Inilah kebijakan ekonomi bagi semua negara yg mau maju dalam industri harus 
mempunyai pabrik besi! Baja adalah tulang punggung pembangunan! Harus diakui 
bahwa besi ada dalam kehidupan sehari hari kita, mulai dari konstruksi utama 
rumah, paku, sendok, alat dapur, alat pertukangan, tiang listrik, mobil, 
sepeda, hp, komputer tdk bisa lepas dari besi! Peralatan Besi sdh ada sejak 
dinasti Zhou 1122-256 BC. 
Mengapa impor? Karena memang endapan BB yg kadar dan cadangan yg layak utk baja 
tidak ada di bumi pertiwi ini! BB yg layak sebagian besar dipasok dari endapan 
BIF atau Banded Iron Formation. BIF merupakan endapan campuran antara 
sedimenter dan hidrotermal...mirip VMS, namun umurnya sangat tua yi. 2-1 M yl 
atau Arhean-Proterosoik!! Inilah yg menyebabkan peluang BIF kecil di Indonesia! 
70% BB dunia dipasok dari BIF spt yg tdpt Superior Lake Amrik, Hamersley di 
Perth Ausie, Mauritania Afrika, Minas Gerais Brazil, Goa India dsb. 
Mineralisasi BB jenis ini digolongkan juga sbg Archean Style Mineralization 
(ASM). Walau di Indonesia umur batuan umumnya Kenosoikum dg sedikit Meso dan 
Paleosoikum, 10 th yl saya dan Pak Kristian Tabri secara kebetulan menemukan BB 
yg tekstur dan strukturnya mirip BIF dan ASM di Tanggamus Lampung. 
Temuan ini merupakan kejutan bagi kami yg kemudian ditulis dipublikasikan 
pertama kali di Geoaplika 2006. Tulisan ini kemudian kami kemas dg lebih baik 
lalu dipublikasikan di proseding PIT bersama IAGI-IATMI-HAGI di BALI 2007. 
Sejak 8 th yl diposting di itb.acedemia.edu , publikasi BIF perdana di 
Indonesia ini, sudah ada seratusan pembaca dari berbagai negara di lima benua 
yg mengunduh situs ini. 
Info terkini dari tim scientist Royal Holloway yg dipimpin Prof Robert Hall, 
bahwa telah ditemukan jejak Arhean Indonesia melalui mineral zirkon. Setelah 
BIF diTanggamus di temukan, bbrp mineralisasi BB ala ASM ditemukan di 
Subullusalam Aceh, Kendawangan Kalbar dan Timor. Tektonik Indonesia mungkin 
saja dibangun dr puzzle mozaic yg terdiri dari kerak kontinen dan samudra, 
termasuk fragmen fragmen Arhean. 



---
Biro Media dan IT - IAGI 
ad...@iagi.or.id 

 

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact 
 
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: 
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta 
No. Rek: 123 0085005314 
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 
Bank BCA KCP. Manara Mulia 
No. Rekening: 255-1088580 
A/n: Shinta Damayanti 

Re: [iagi-net] Inderaja via Layangan atau Drone? [Andri SS Mubandi]

2015-12-01 Terurut Topik Ir. Andri Slamet Subandrio
Layang-layang yang stabil dan mengudara bisa memuat beban sistem kamera yang 
lebih besar dari drone. Dengan demikian bisa membawa kamera SLR yang bagus 
beserta sistim kendalinya. Selain itu layang layang mampu terbang dgn 
ketinggian lebih dari 1000m dan tentu saja lebih murah. Kelemahan layang layang 
adalah tergantung kekuatan dan arah hembusan angin. Drone punya bbrp kelebihan 
al. portable, dpt diterbangkan kapan saja, sebagian dari kelas 8 turbin dapat 
membawa beban kamera. Kelemahan drone durasi terbang sangat terbatas (10-15 
menit?), perlu dibantu pilot yang handal, mahal dan kini harus ada izin terbang 
dari asosiasi. 

Salam 

Andri Subandrio 

- Original Message -

From: "R.P.Koesoemadinata"  
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, December 2, 2015 12:33:26 PM 
Subject: Re: [iagi-net] Inderaja via Layangan atau Drone? [Andri SS Mubandi] 

Bagaimana keunggulannya dibandingkan dengan menggunakan 'drone'? 
RPK 



- Original Message - 
From: Biro Media dan IT - IAGI - ad...@iagi.or.id 
To: Iagi Net ; economicgeol...@yahoogroups.com ; f...@iagi.or.id 
Cc: andri...@gmail.com ; Gayuh Putranto 
Sent: Monday, November 30, 2015 9:32 AM 
Subject: [iagi-net] Inderaja via Layangan atau Drone? [Andri SS Mubandi] 



Assalamualaikum wrwb 

Dear IAGI-netters, berikut kiriman beberapa gambar dan narasi dari Andri SS 
Mubandi (ITB) tentang Inderaja dan Layangan 

 

Inderaja via Layangan 


Dengan teknologi satelit yang makin canggih, bisa diperoleh foto udara dg 
resolusi tinggi. Sebelumnya rupa bumi difoto dari balon udara dan pesawat 
udara. Namun utk pemotretan dg skala besar, selain balon udara bisa juga 
digunakan layang layang. Metode dikenal dg KAP atau Kite Aerial Photography. 
Sblm era foto digital, berbagai jenis kamera seperti SLR 35mm, medium hingga 
large format dinaikan bersama layangan dan dikendalikan menggunakan remote 
control dr bawah. Yang dihasilkan umumnya adalah foto foto lanskap. Percobaan 
perdana 20thn yl, numpak proyek mapping teman 
Pak Prihadi, menggunakan layangan parafoil dan filem SLR 35mm di selatan Yogya 
telah menghasilkan sebagian bentang karst di pantai Baron. Kini pada zaman 
digital dan gadget mungkin dipermudah dg menggunakan drone. 

Salam 
Dr. Andri Subandrio 




























-- 
---
Biro Media dan IT
Pengurus Pusat IAGI 

 

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact 
 
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: 
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta 
No. Rek: 123 0085005314 
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 
Bank BCA KCP. Manara Mulia 
No. Rekening: 255-1088580 
A/n: Shinta Damayanti 
 
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id 
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id 
 
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited 
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list. 
 




 

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact 
 
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: 
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta 
No. Rek: 123 0085005314 
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 
Bank BCA KCP. Manara Mulia 
No. Rekening: 255-1088580 
A/n: Shinta Damayanti 
 
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id 
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id 
 
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited 
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list. 
 





Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota 

Re: [iagi-net] Mineral Radioaktif Indonesia

2015-11-04 Terurut Topik Ir. Andri Slamet Subandrio
Terimakasih Pak Ketua IAGI dan MGEI atas info workshop ttg radioaktif yang 
sangat menarik ini. Mohon maaf, saya baru mengudara lagi. Sekedar info, awal 
awal penelitian saya, sekitar tahun 1990an banyak berkecimpung pada 
mineralisasi radioaktif, terutama U dan Th primer yang berkaitan dengan endapan 
hidrotermal. Sekitar awal tahun 1990an saya mendapatkan kesempatan berkerjasama 
dengan divisi eksplorasi BATAN dan mendapatkan lapangan di Sibolga Sumatra 
Utara. Penelitian ini saya perdalam dalam kerangka riset untuk S2 dan S3 dengan 
tema Evolusi Magmatik dan Mineralisasi U-Mo pada Kompleks Granitoid Sibolga. 
Publikasi perdana tentang mineralisasi pada granitoid ini ada pada prosiding 
IAGI tahun 1994, tahun 1997 di prosiding BPPT, 2007 di prosiding IAGI 26 dan 
terakhir 2010 di prosiding IAGI 39. Koleksi publikasi terkait yang terakhir 
adalah disertasi pada tahun 2012 dengan judul: Evolusi Magmatik Granitoid Type 
A dan Metalogenesis Bijih Molibdenum dan Uranium Kompleks Granitoid Sibolga - 
Sumatra Utara. Bila IAGI dan MGEI berminat untuk mengkoleksi tesis ini dalam 
bentuk PDF, kami mohon arahan jalur pengiriman via email karena besarnya M-byte 
file ini. Hari jumat siang besok saya akan membawakan seminar bada jumat (rutin 
diadakan di Prodi Teknik Geologi ITB setiap bada jumat mulai sekitar jam 13.00 
an) dengan tema granit dan mineralisasi kompleks granitoid Sibolga. Monggo bagi 
yang berkenan hadir, disediakan juga nasi kotak utk lunch. 

Terimakasih 

Salam 

Andri Subandrio 

Demikian 



From: "S. (Daru) Prihatmoko"  
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: "Mailist MGEI"  
Sent: Monday, November 2, 2015 10:30:50 PM 
Subject: [iagi-net] Mineral Radioaktif Indonesia 

Rekan-rekan IAGI netter…. 

Seperti telah diumumkan oleh Ketua MGEI (Arif Zardi) bbrp waktu lalu, IAGI-MGEI 
bersama BATAN akan mengadakan workshop tentang Pengelolaan Mineral Radioaktif 
pada 11 Nov 2015. Workshop ini dirancang untuk memperkenalkan pengelolaan dan 
pemanfaatan mineral radioaktif utamanya sebagai sumber energi (pro-kons –nya) 
serta potensi hazard-nya pada pengembangan PLTN. Bagaimana potensi sumber 
energi ini bagi rencana penyediaan listrik 35.000MW, juga akan dibahas di acara 
ini. Sebagai sumber energi alternatif mineral radioaktif perlu mendapatkan 
perhatian lebih termasuk pengelolaan PLTN yg terkait dengannya. 

Sebagai pemanasan sebelum workshop ada baiknya kita tengok serba-serbi mineral 
radioaktif ini. Bbrp tahun lalu (2011) saya pernah menuliskan di milist ini 
ulasan ttg uranium. Saya cari belum ketemu, tetapi untungnya ini pernah ditulis 
ulang di Dongeng Geologi-nya pak Rovicky di 
https://rovicky.wordpress.com/2011/07/20/bagaimana-uranium-terbentuk-dan-bersembunyi/#more-6984
 (suwun pakde RDP). 

Para narasumber dari BATAN/ BAPETEN dan Universitas (UGM) akan berbagi cerita 
mengenai di antaranya sumber mineral radioaktif ini. Sementara itu pak Andang 
Bachtiar (DEN/ KEN) akan menyoroti topik ini dari sisi pengelolaan energinya… 
Silang sengkarut regulasi pengelolaan mineral radioaktif ini mestinya juga akan 
dibahas (terkait UU No. 4/ 2009 ttg Minerba dan UU No. 10/ 1997 ttg 
Ketenaga-nukliran). Satu hal menarik yg perlu didiskusikan adalah kedekatan 
mineral radioaktif ini dengan REE, yg tentu akan menjadi perhatian para 
explorer REE. 

Salam, 
Daru 



 

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact 
 
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: 
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta 
No. Rek: 123 0085005314 
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 
Bank BCA KCP. Manara Mulia 
No. Rekening: 255-1088580 
A/n: Shinta Damayanti 
 
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id 
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id 
 
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited 
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list. 
 







Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti


[iagi-net] Legian Iron Ore Meeting

2014-11-09 Terurut Topik Ir. Andri Slamet Subandrio
Ibu, Bapak dan sahabat sekalian peneliti dan pemerhati industri minerba,

Sejak hari Rabu hingga Sabtu yang lalu 5-8 Nopember 2014 telah berlangsung 
"pertemuan tahunan antara produsen dan konsumen besi" di Legian Bali. Kebetulan 
saya diundang sebagai narasumber mewakili IAGI untuk presentasi mengenai 
"Geologi Endapan Bijih Besi di Indonesia". Pertemuan ini menjadi menarik karena 
fokus pada satu komoditi "besi", namun dibahas dari hulu hingga hilir. Hal ini 
bisa dilihat dari hadirin mulai dari petinggi Dirjen Minerba ESDM, Direktur 
Pemniaan dan Pengusahaan Mineral, Dirjen Pajak, Direktur Ekspor Produk 
Industri, Tekmira, Divisi Minerba BPPT, Bank Indonesia, Bank Mandiri, Dirjen 
dari Kementrian Agraria dan Pertanahan, IAGI-MGEI, Perhapi, IMA, IISIA, PT 
Karakatau Steel, PT SILO, PT Bank Sumitomo, Para Bupati dari 
Halmahera-Tasikmalaya-Lumajang-Cianjur-Lumajang serta para direksi atau pialang 
atau investor bijih besi dari berbagai daerah. Walaupun hanya "besi", diskusi 
menghangat, sehangat pantai Legian yang bermandikan mentari pagi. Hilirisasi 
ternyata masih panjang jalannya, selain itu cukup banyak aral melintang pada 
masalah kebijakan, tata guna lahan, rekayasa hingga perbankan. Perlu diketahui, 
walaupun Indonesia sudah punya pabrik baja besar sejak tahun 60 an, namun bahan 
bakunya 95% di import. Terungkap dalam diskusi 2 hari ini, bahwa pasar atau 
pialang mineral di tanah air hanya mengenal "pasirbesi" dan "batubesi". Yang 
paling mengemuka dalam diskusi ini adalah endapan pasirbesi yang kini jadi 
primadona di pantai selatan Jawa, Sulawesi Utara, dan Halmahera. Selain itu 
eksploitasi bijih besi dari laterit di Pulau Sebuku banyak menarik perhatian 
dalam diskusi. Dengan Kebijakan baru dari kemetrian ESDM tentang larangan 
eksport bahan mentah, terungkap sebagian investor menyikapi dengan berhimpun 
untuk membangun industri smelter yang paling tidak bisa menghasilkan "sponge 
iron". Namun tidak mudah juga karena terkendala infrastruktur bidang energi 
(listrik, batubara dan gas), belum tersedianya jalan dan pelabuhan yang layak 
juga jarak dengan pabrik baja dsb. Selain itu pabrik baja didalam negri 
mempunyai persayaratan khusus terhadap pasokan dan kadar besi yang sebagian 
tidak bisa dipenuhi oleh industri tambang pasirbesi. Dilema, ekspor tidak bisa, 
sementara pabrik dalam negri tidak bisa menerima! Terungkap juga bahwa pinjaman 
dari perbankan luar lebih mudah dan murah sukubunga nya di bandingkan dalam 
negri! Nah ini bisa mengancam juga nasionalisasi. Industri baja nasional 
terpaksa mengimport bijih besi dari negara-negara di Australia, Amerika, Afrika 
Barat dan India memang karena secara geologi memang memenuhi syarat beruapa 
cadangan yang besar hingga raksasa dan kadar yang tinggi (diatas 65% Fe). 
Secara geologi endapan besi dari negara-negara pengeksport ini memang 
berasosiasi dengan "Archean Style Mineralization" (ASM) yang berumur 1-2 Miliar 
tahun yang lalu. Endapan bijih besi tipe ASM ini disebut Banded Iron Formation 
(BIF) Bandingkan dengan Indonesia yang umur batuan umumnya paling tua 250 juta 
tahun. Endapan bijih besi BIF sekitar 8 tahun belakangan ini ditemukan di 
Sundaland seperti di Subullussalam Aceh, Tanggamus Lampung, Kendawangan dan 
Sanggau. Cukup kontroversial! Ada perisai "Archean" di Indonesia ? Namun yang 
penting adalah tantangan untuk memperkaya penelitian dan eksplorasi bijih besi 
serta industri baja di Indonesia. Iron is back bone for modern civilization!

Salam

Andri Subandrio

Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.