Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena Pro Asing!
Seperti sudah ditulis sebelumnya mengenai ormas Islam. Saya yakin juga mereka bertindak untuk kemaslahatan orang banyak dan merasa harga minyak tidak rasional. Contohnya kita sering mepertanyakan berapa sih ongkos produksi 1 barrel minyak hingga ke SPBU? Katakanlah Cost recovery :US $ 34/bbl lalu ditambah pengilangan dan distribusi hingga SPBU plus keuntungan SPBU : US$ 16/bbl (walaupun nilai ini mungkin masih bisa diperkecil) jadi totalnya US$50/bbls= Rp 50/159= Rp 3145/liter. Jadi kalau pun harga 1 liter = Rp 3500 sudah cukup dan sisanya bisa dipakai untuk biaya explorasi yang nantinya bisa di cost recovery lagi. Jadi kalau kemarin BP Migas sebagai wakil pemerintah mengklaim liftingnya 850.000bbls/hari dan minyak semua diproduksi di Indonesia maka orang umum dan kebanyakan akan berpikir bahwa yang 85bbls itu harga jual BBMnya mustinya Rp 3500 saja dan kalaupun kurang dan musti impor, baru dipakai harga impor atau internasional. Hal ini yang mungkin dilihat orang banyak seperti yang diamanatkan UUD 1945 pasal 33 bahwa segala hal seperti, air, tanah, hasil Bumi Indonesia dikuasai oleh Negara untuk Kesejahteraan Masyarakat. . Kalau melihat hal diatas,memang kelihatan bahwa policy pemerintah tidak pro rakyat banyak. Kalau pemerintah susah dijatuhkan maka wakilnya dalam hal ini BP Migas yang dibubarkan Salam Ismed NPA 2814 On 11/19/12, Yanto R. Sumantri wrote: > Namanya juga LIBERAL Mas , jadi kumaha Aing (aink) kata orang Bandung mah .. > > si Abah > > > > From: mohammad syaiful > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, November 19, 2012 8:30 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena Pro > Asing! > > > Belum tentu, om Nyoto. Kalo saya sih, ya utamakan kualitas (ekonomis). > Secara manual menggunakan dua mobil berbeda, perbedaan antara Pertamax dan > Super (keduanya sama2 oktan 92, 'kan?). > Mobil A: Pertamax cuma 9-11 km/liter sedangkan Super (Shell) bisa 12-13 > km/liter. > Mobil B: Pertamax 8-10 km/liter sedangkan Super 10-11 km/liter. > Keduanya digunakan di sekitaran tol jagorawi n kemacetan jabodetabek. > > Salam, > Syaiful > > > 2012/11/19 nyoto - ke-el > > Kenapa koq org lebih memilih londo ketimbang punya dewe mas ? apa kalau > londo mesti lebih bagus ya ...? >> >> >>wass, >>nyoto >> >> >> >> >> >>2012/11/19 Ok Taufik >> >>SPBU Petronas pada tutup karena tak adanya supply dari Petronas sendiri, >> tapi kalau membandingkan SPBU Shell vs pertamina, orang lebih bisa >> menerima SPBU Shell. >>> >>> >>> >>>2012/11/19 nyoto - ke-el >>> >>>Pak Salim, Setahu saya SPBU Petronas di Jakarta juga pada tutup sejak 1- 2 bulan terakhir ... mungkin semua tutup ... cmiiw. wass, nyoto 2012/11/19 Bandono Salim Petronas di dago (mBandung) tutup, sedikit yang beli; kalah sama pertamina. Sekarang jadi tempat parkir travel, cuci mobil. Entah di tempat lain >Salam. >Powered by Telkomsel BlackBerry® > > >From: "Yudie Iskandar" >Date: Sun, 18 Nov 2012 22:55:14 + >To: >ReplyTo: >Subject: Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena > Pro Asing! > >Beliau beliau yg di organisasi keagamaan itu kan orang awam di dunia > migas, mrk juga tidak berbisnis migas. Nalarku mengatakan ada kekuatan > yg memberi info yg menyesatkan.. >Siapa ya yang diuntungkan dengan kejadian ini? > >“_^ > > >From: noor syarifuddin >Date: Sun, 18 Nov 2012 14:46:52 -0800 (PST) >To: ; >ReplyTo: >Subject: Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena > Pro Asing! > > >Mbak Nuning, baca doa sebelum mulai biar jadi halal...:-) >Ini memang makin aneh ya, mosok masuknya (SPBU) Petronas dianggap hsl > kerja bpmigas juga... >Sayang IAGI tdk bisa menjadi pembawa obor penerang di tengah carut marut > ini... > > >Salam, > > > > > From: nugraha...@yahoo.com ; >To: ; >Subject: Re: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena > Pro Asing! >Sent: Sun, Nov 18, 2012 3:18:04 PM > > > > >Aku pusing juga Kantorku dibilang gak halal ! > > >Salam, >Nuning > > > >Powered by Telkomsel BlackBerry® > > >From: kartiko samodro >Date: Sun, 18 Nov 2012 20:18:29 +0700 >To: >ReplyTo: >Subject: [iagi-net-l] Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar karena Pro > Asing! > > >No commentlah...pusing >http://finance.detik.com/read/2012/11/18/141909/2093612/1034/Ketua-MUI:-BP-Migas-Memang-Harus-Bubar-karena-Pro-Asing! > >>> >>> >>>-- >>>Sent from my Computer® >>> >>> >> > > > -- > Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist > Mobi
Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu Lusi ?
Tentu menarik sekali kalau hal ini bisa terjadi dan dimana seluruh raw data selama pemboran bisa dibuka. Tetapi sekedar mengingatkan seperti yang pernah disinggung oleh beberapa orang untuk sampai pada kesimpulan adanya kesalahan pemboran atau tidak, semestinya dilakukan oleh orang atau tim yang mempunyai background drilling engineering dan bisa saja dibantu oleh geologist yang mempunyai background operation untuk mereview data tersebut. Salam 2011/6/1 Muharram Jaya Panguriseng > Wah wah … tambah berbobot nih diskusinya terutama setelah penjelasan > ilmiah Pak Danny Hilman ala Naek L. Tobing tentang “horny dan orgasme-nya” > si cantik LUSI he he he J > > Tidak boleh dilewatkan nih, ini bisa dijadikan langkah awal untuk > menuntaskan persoalan teknis MV Sidoarjo ini. > > > > Kalau boleh mengusulkan kepada IAGI dan HAGI yang akan ber-Joint Convention > di Makassar pada 26-29 September 2011 nanti, apakah memungkinkan jika > disediakan sesi khusus (½ hari diluar parallel session) “debat ilmiah” > mengenai penyebab semburan lumpur Sidoarjo? Aturan bisa dibuat; tidak boleh > bicara politik atau kepentingan ekonomi pribadi dan kelompok, tidak boleh > asumsi diatas asumsi, hanya interpretasi terhadap data teknis berdasarkan > ruang dan waktu untuk mengungkap fakta (walaupun sulit mengklaim > interpretasi sebagai fakta) yang dikedepankan. Untuk menuju kesana, data > pemboran BJP-1 dan data seismic disekitarnya perlu disharing oleh > teman-teman LAPINDO, BPMIGAS dan Ditjen MIGAS kepada yang berminat setelah > terlebih dahulu menandatangani Confidentially Agreement. Apapun hasil debat > ilmiah ini nanti kemudian menjadi rekomendasi resmi IAGI dan HAGI kepada > Rakyat dan Pemerintah. Rekomendasi dihasilkan ala sidang MK, tetap > meninggalkan ruang bagi adanya *dissenting opinion* bagi yang berpendapat > lain. Rekomendasi resmi dibukukan sebagai warisan ter-fosilkan (meminjam > istilah Pak Rovicky) bagi anak cucu. Itu akan lebih berarti ketimbang uang > kecil pengisi kencleng Peduli Korban. > > > > Salam, > > MJP > > > > *From:* mohammadsyai...@gmail.com [mailto:mohammadsyai...@gmail.com] > *Sent:* Wednesday, June 01, 2011 7:44 AM > > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ? > > > > Jadi ada 3 kemungkinan penyebab lusi: > 1) Gempa Yogya > 2) Pemboran Bpj-1 > 3) Tektonik > > Menarik juga jika lebih banyak pilihan. > > Salam, > Syaiful > > Mohammad Syaiful > * handphone: +62-812-9372808 > * business: msyai...@etti.co.id > -- > > *From: *asikin_suken...@yahoo.com > > *Date: *Wed, 1 Jun 2011 00:21:10 + > > *To: * > > *ReplyTo: * > > *Subject: *Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ? > > > > Pak Hilman, selamat atas penjelasannya yg menarik. Arahnya sebenarnya sama > dg yg saya sampaikan di simposium di Surabaya. Hanya karena waktunya terlalu > pendek (20 mnt), biasanya kalau kuliah tektonik minimal 45 mnt. Kesimpulan > saya yg tidak sempat ditayangkan adalah : Lusi bukan karena pemboran dan > bukan karena gempa jogya, tetapi gejala tektonik yang menimpa P.Jawa > khususnya Jawa Timur yang dpt memicu gempa Jogya karena ada sesar Opak yg > re-activated, meningkatkan aktivitas Merapi dan di Jawa Timur mempengaruhi > cekungan Porong yg mempunyai kondisi yg khas (anomali negatif tinggi dg > endapan yg tebal dan disana-sini sudah memperlihatkan gejala diapirsm). > Kemudian pengendapan yg relatip cepat sehingga menambah beban unt memicu > keluarnya diapir. Ditambah lagi cekungan ini dibatasi oleh sesar-2 aktip yg > dpt aktip kembali karena ada gerak tektonik yg dpt memicu keluarnya diapir. > Didaerah itu sudah banyak gunung-2 lumpur yg sudah mati atau mulai mati. > Jadi itulah pk Hilman. Kalau bp sebagai ahli gempa menampilkan data-2 yg > lengkap sehingga kebih jelas lagi. > Jadi kesimpulan saya bukan karena pemboran dan bukan juga karena gempa, dg > segala kekurangannya. > Karena saya diminta ngomong, ya keahlian saya hanya sebatas tektonik > (menerapkan konseo tektonik lempeng di P.Jawa > > Salam hangat SA > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > -- > > *From: *"Danny Hilman Natawidjaja" > > *Date: *Tue, 31 May 2011 22:51:34 +0700 > > *To: * > > *ReplyTo: * > > *Subject: *RE: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ? > > > > Halo Kang Sunu, Masih melototin geliatnya Si Lusi toh J > > Tadinya ingin baca- baca dulu makalah-makalah mereka sebelum > mendiskusikannya. Tapi okay lah kalau sekedar tinjauan umum. Sebelumnya, > saya kira perlu kita consider bahwa kalaupun LUSI itu tidak ada kaitannya > dengan gempa Bantul tidak berarti bahwa kejadian ini bukan bencana alam. > Menurut hemat saya, apabila sudah jelas bahwa tidak ada kesalahan dalam > prosedur pemboran maka LUSI itu secara hukum bisa dianggap sebagai bencana > alam (apapun penyebabnya) meskipun kejadian mud volcano ini barangkali
Re: [iagi-net-l] Hotline tsunami jepang
Mas Udrekh..selama anda disana ..mungkin bisa dicari tahu apakan barang2 atau makanan itu nantinya digantikan atau dibayar lagi oleh pemerintah atau asuransi...seperti anda bilang mereka punya SOP.kalau iya barang itu digantikan,mungkin SOP itu bisa diterapkan di daerah bencana lain terutama di Indonesia.dimana pemerintah atau satkorlak mempunyai tempat atau toko2 pangan yang barangnya bisa langsung dipakai sesaat setelah bencana sambil menunggu bantuan yang ada. Salam 2011/3/12 Udrekh > Amiiin... Iya, urusan keperdulian kita sih rasanya nggak kalah. Cuman, > mereka kok sepertinya lebih punya SOP. > > Btw, saya sendri nggak banyak paham dengan gempa. Rasa2nya, informasi gempa > yang terjadi di Indonesia, jarang mendengar after shocknya sering dan > lumayan besar. Di sini, jadi was-was terus, meningat goyangannya rutin > terjadi , tetap besar, dan hampir mencapai 1 hari. > > 2011/3/12 Rovicky Dwi Putrohari > > Hal yang sama sebenernya juga terjadi di Jogja sewaktu Gunung Merapi >> Meletus akhir tahun lalu. >> Bagi yang suka kuliner tentunya tahu Rumah Makan Moro Lejar. Ketika Merapi >> meletus, Rumah makan itu seketika berubah menjadi POSKO Bencana yang >> dikelola IOF (Indonesian Offroad Federation). Walaupun akhirnya terpaksa >> berpindah setelah radius bahaya berkembang menjadi 20 Km. Tetapi ketika >> radius diturunkan, Rumah Makan Morolejar ini berganti kembali menjadi POSKO >> Bencana. Saya tahu ini karena bersama IOF saya naik keatas diantar Staff >> bahkan bersama Pak Kapolda. >> >> > -- > Udrekh > Marine Geoscientist > Nusantara Earth Observation Network > The Agency for The Assessment and Application Of Technology (BPPT) > BPPT 1th Building 20th floor > M.H. Thamrin no. 8 > Jakarta 10340 > Indonesia > Phone : 62-21-3168909 >
Re: Fwd: Fw: [iagi-net-l] Lumpur Lapindo Tidak Dapat Ditutup, Kata Geolog Internasional
Kalau mau lihat data yang benar tentunya kembali ke raw data yang dari rig atau Mudlogging. Menanggapi tantangan pak Bambang Istadi dan masih adanya silang pendapat tentang kevalidan data ,saya rasa tidak ada salahnya kepengurusan IAGI yang baru ini membentuk 1 tim untuk mereview raw data. Tim ini tentunya terdiri dari anggota dengan disiplin geologi dan drilling yang bersedia bekerja sukarela dan tentunya membawa mandat dari IAGI, karena kalau datang secara perseorangan untuk mencek data tentunya agak merepotkan dan susah. Salam Ismed Mahmud On 10/25/08, Benyamin Sapiie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Analisa detail juga diberikan dalam papernya Davies et al, 2006 dan 2007. > Paper ini sangat runut dan detail dalam memperlihatkan data yang ada. Yang > saya bingung data yang benar yang mana, karena kelihatannya wellnya tidak > sama. Demikian juga pernyataan dari Pak Rudi Rubiandini. Jika ingin > menyelesaikan masalah ini secara scientifik tentu saja tidak boleh ada > unsur politik dan hukum harus bisa mendapat sumber yang sama dan benar. > > Salam, > > Ben Sapiie > > > > > Assww., > > Pak Bambang Istadi, pertama saya ucapkan terimakasih atas tawarannya utk > bisa "melihat" data2 pak Bambang, tapi sayang sekali selama ini (sejak > beberapa bulan terakhir) saya masih belum punya kesempatan utk menerima > tawaran pak Bambang. Karena selama ini & sampai Q1 tahun depan, saya harus > memonitor very closely pemboran sumur2 explorasi di Sarawak & Sabah > offshore, sampai lebaranpun kemarin nggak bisa cuti pulang kampung. > Tapi dalam hati kecil saya sebagai salah seorang anggota IAGI, koq masih > terlalu sulit untuk bisa menerima hipotesa & kesimpulan pak Bambang > (walaupun "sudah didiskusikan secara Internasional"), bahwa munculnya > LUSI TIDAK ada HUBUNGANnya dengan sumur BJP-1. > Orang awam perminyakan saja, apalagi yg mengerti dengan dunia perminyakan, > akan merasa SULIT utk mempercayai argumentasi & kesimpulan anda. > > Yg jelas munculnya LUSI itu justru pertama kali terjadi disekitar sumur > BJP-1 saat sedang mengalami masalah (KARENA TIDAK ADANYA CASING PADA > INTERVAL KEDALAMAN YG SANGAT POANJANG), dan munculnya hanya beberapa meter > (50 m) dari lokasi sumur BJP-1. Kalau misalnya terjadinya LUSI > diakibatkan > oleh gempa Yogya yg berjarak ratusan km (250 km?), secara logika sangat > sulit diterima alias "SUMEER" kesimpulan tsb, kalau memang karena gempa, > seharusnya LUSI akan terjadi paling tidak disepanjang jalur dari pusat > gempa > Yogya sampai ke lokasi LUSI, dan itu bisa terjadi mulai dari daerah Yogya > sendiri kemudian kearah timur laut, mislanya Sragen, Madiun, juga > Bojonegoro > (yg didaerah ini juga banyak potensi lumpur panas dari Formasi Kalibeng ? > (yaitu formasi lumpur yg bertekanan lebih tinggi dibanding formasi2 diatas > & > dibawahnya, cmiiw). Malah daerah Purwodadi dimana ada mud volcano (dari > formasi yg sama dengan asalnya LUSI, cmiiw), yg letaknya lebih dekat > dengan > pusat gempa Yogya, saat itu tidak terjadi "PERUBAHAN" tingkah laku lumpur > yg > keluar dari dalam perut bumi yg sudah terjadi sejak ratusan tahun yll. > > Sekali lagi dengan data2 tsb diatas rasanya sangat sulit sekali utntuk > mempercayai argumentasi & kesimpulan pak Bambang Istadi. > > Dibawah ini saya forwardkan juga email dari pak "3R" dari Bandung dengan > data2 yg akurat yg menurut saya data2 & keterangannya "MEMENTAHKAN" data2 > & > argumentasi serta kesimpulan pak Bambang Istadi. > > Dengan itu saya berkesimpulan bahwa mungkin pak Bambang perlu mengkaji & > memikirkan kembali data2 & kesimpulan pak Bambang tsb, terima kasih atas > perhatiannya. > > > Wass, > nyoto > > > > 3R to R.P.Koesoemadi., nataniel.mangi., me, Andang > show details 8:17 AM (18 minutes ago) Reply > > Pa Koesoema, pa Nyoto, pa Natan, dan pa andang > Kronologi yang saya simpulkan : > 1. tgl 27 mei jam 5 pagi terjadi gempa yogya, sedangkan di BJP-1 terjadi > beberapa partial loss dan kemudaian total loss siang hari sekitar jam 13. > kemudian injeksi LCM dan dapat ditanggulangi. Jadi menurut hemat saya, > bila > Gempa sebagai penyebab, sore hari tgl 27 mei sudah tertanggulangi dan > tidak > ada lagi hubungannya. > 2. tgl 27 malam sampai 28 pagi melakukan pencabuatn pipa dan berhenti di > 4241 feet karena stuck, saat operasi berusaha melepas pipa tgl 28 pagi > terjadi kick. > 3. Operasi penanggulangan dilakukan dengan menginjeksi lumpur 14,7 ppg, > semburan mulai mengecil, namun belum tuntas tanggal 29 pagi sekitar jam 5 > penduduk melaporkan ada semburan di sekitar sumur BJP-1. > Mungkin ini bisa membantu. > > salam, > 3R > > > > --
Re: [iagi-net-l] Lumpur Lapindo Tidak Dapat Ditutup, Kata Geolog Internasional
Pak Bambang, > Saya tidak pernah bilang sumurnya sehat. Yang saya katakan setelah semburan > telah menjadi sangat besar sekali, operasi re-entry dilakukan dengan > snubbing unit. Saat perbaikan lokasi dilakukan, disekitar wellhead dan dari > sumur tidak mengeluarkan apa2 tidak ada gas, uap panas atau lumpur. Jika > blowout telah terjadi diharapkan paling tidak ada flow behind casing dan > mengeluarkan gas sekitar sumur atau yang terburuk wellheadnya collapse. Waktu re-entry dengan snubbing unit itu sampai kedalaman berapa? Sepertinya agak susah menentukan adanya underground blowout dengan cara ini kecuali disini dilakukan 'relief well' yang menembus 'open hole' atau sekitar 'open hole' Loss pertama terjadi 7 menit stelah gempa pagi hari. Ada beberapa aftershock > 2 yang besar lalu sumur mengalami complete loss circulation. Pompa lcm dan > stabil 7 jam sebelum cabut. Ada kick saat POOH, diflare tidak bisa, ternyata > air. Gain sangat besar tapi sumur mati dalam 40 menit. Pressure di bled off > dan BOP dibuka. Stuck tidak bisa dicabut tapi bisa sirkulasi. Semua ada di > real time chart "black box" yang copynya dipegang Lapindo atau yang jadi > barang bukti di polisi. Silahkan lihat dan periksa sendiri supaya yakin. > Jangan percaya begitu saja apa yang saya katakan, apalagi yang ada di media. Di sini dijelaskan sumur mati dalam 40 menit.Pressure di bled off, kalau ada > pressure kenapa tidak di shut-in lagi sampai 0 psi atau sumur betul2 mati > baru BOP dibuka ,memang kalau pressure di bled off dia akan membaca 0 psi > tetapi bukan berarti sumur itu mati atau tidak ada flow kecuali ketika > shut-in kembali tidak ada pressure atau 0 psi. -Original Message- > From: Nataniel Mangiwa <[EMAIL PROTECTED]> > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Fri Oct 24 01:23:44 2008 > Subject: Re: [iagi-net-l] Lumpur Lapindo Tidak Dapat Ditutup, Kata Geolog > Internasional > > Dengan anggapan bahwa semua data sudah di scrutinize, maka kira-kira apa > hubungannya antara 'timing' terjadinya kick (sewaktu cabut BHA) dengan saat > terjadinya semburan awal di sekitar daerah pemboran (bukan di BJP-1)? Mana > yang lebih dulu terjadi: > - Ada kasus kick dulu, lalu ada semburan di tempat lain? > - Ada semburan di tempat lain, lalu setelah itu ada kick? > Atau malah mungkin terjadinya bersamaan? Atau malah berbeda hari? > > Dan juga..kira-kira apakah ada hubungan antara kick dengan semburan > tersebut > (seandainya 2 hal tersebut terjadi dalam selang waktu yang relatif > berdekatan)? Atau memang sama sekali tidak ada..atau malah mungkin hanya > sekedar coincidence..kebetulan ada kasus kick di BJP-1, dan kebetulan juga > ada semburan di sekitar sumur BJP-1? > > Quote: "Semua fakta menunjukkan sumur BJP I masih sehat dan tidak > terkoneksi > dengan semburan," jelasnya. > > 2008/10/23 Bambang P. Istadi <[EMAIL PROTECTED]> > > > He he, pak Nyoto, undangan untuk scrutinize data2 dan fakta2 sumur > > Banjarpanji saya dulu msh terbuka lho. Silahkan,.. Tentukan sendiri > apakah > > telah terjadi kick yang tidak terkendali, apakah casing shoe pecah, > terjadi > > underground blowout dan ada hydraulic fracturing karena ada sustained > high > > propagation pressure yg memecah titik terlemah disumur dan menerus sampai > > permukaan. Silahkan datang pak,.. > > > > Undangan yg sama juga saya sampaikan ke Davies, Swarbrick, Manga > danTingay, > > serta para peneliti lainnya. Kami sempat diskusi panjang lebar 4 orang > yang > > saya sebut diatas, saling terbuka dan konstruktif dengan mereka, dan > masih > > akan berlanjut. Kita semua cari kebenaran, bukan saling menyalahkan, > semua > > data direview dan di cross check dengan fakta dilapangan. Ini pertama > kali > > kita duduk bersama. > > > > Temperatur yang dimaksud adalah temp diatas fish satu setengah bulan > > setelah terjadi semburan pada saat melakukan re-entry operation, 140 degF > > sedangkan lumpur lebih dari 200 degF > > > > Masalah fish yang jatuh adalah prediksi seseorang yg mengatakan semburan > > berasal dari lubang, dengan rate lebih dari 300 ribu bbl/hari diawal > bahkan > > mencapai sejuta barel/hari, maka lubang akan membesar dan fish seberat > > puluhan ton akan jatuh kedasar sumur. Ternyata tidak jatuh. > > > > Soal SOBM, meski telah terjadi semburan, tidak ada losses didalam lubang > > dan komposisi kimia semburan beda dengan SOBM. > > > > Salam. > > Bambang > > > > > > -- > > Sent from my BlackBerry Wireless Handheld, > > Hosted by Petrodata System > > > > -Original Message- > > From: nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]> > > To: iagi-net@iagi.or.id > > Sent: Thu Oct 23 20:44:22 2008 > > Subject: Re: [iagi-net-l] Lumpur Lapindo Tidak Dapat Ditutup, Kata Geolog > > Internasional > > > > Semua concern-nya pak Natan itu memang masuk akal sekali, justru semua > data > > yg disampaikan pak Bambang Istadi dari EMP itu yg patut diragukan, > soalnya > > nggak masuk akal, sepertinya memang ada kecenderungan mau "ngakali" orang > > saja den
Re: [iagi-net-l] Re: Adu Argumentasi: "Bencana Alam" vs "Dampak Operasi Pengeboran"
Mas Doddy dan rekans Mungkin itu yang dimaksud dari 0.5ppg adalah perbedaan Kick Tolerance yang biasanya dibandingkan dengan berat lumpur (MW) yang lagi dipakai. Mengenai satuan Kick Tolerance dalam 'drilling practice' umumnya dipakai ppg atau SG .Satuan ini bisa juga dikonversi ke barrel dengan memasukkan berat jenis dan tingginya dari 'influx' itu sendiri. Tentang data2 drilling: Setelah melihat sendiri data2 tsb, data2 > yang dipakai Pak Rudi SESUAI dengan fakta yang ada. Justru data2 yang > dipakai / dilaporlkan oleh Lapindo lah yang perlu dipertanyakan. Misalnya: > data casing pressure maximum yang 1054psi, cuma dilaporkan 450psi. Juga > tekanan rekah yang dilaporkan = 16.4ppg EMW, sementara di drilling report > nya PT. Medici (kontraktor pengeborannya) tekanan rekah dilaporkan cuma > 15.7ppg EMW (atau MASP = 277psi). Lalu yang mana yang benar? ini agak aneh kelihatannya ,kenapa ya data ini tidak bisa diklarifikasi secepatnya dari 'raw data' di Rig ?apa kah sudah hilang? atau tak tercatat dengan bagus? nampaknya kalau datanya beda tentu saja terdapat perbedaan interpretasi. Melihat ada dua kubu yang berbeda,apa tidak sebaiknya BP Migas memfasilitasi pertemuan seterusnya dengan memakai pihak ketiga yang independent seperti Akamigas atau lembaga yang mengeluarkan sertifikat 'well control' untuk mereview data dan perhitungan yang ada On 3/7/08, Doddy Suryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > * Casing design dibuat dengan menggunakan Landmark software dengan > > > kick tolerance = 0.5ppg --> jadi tetap aman dengan 6000ft open hole > section > > > tanpa memasang casing 9-5/8". Padahal program asli mengatakan bahwa > casing > > > 9-5/8" harus di pasang di kedalaman 8500ft. > > > ___ > > > > Saya agak kurang paham mengenai ini. Sependek pengetahuan saya, kick > tolerance diberikan dalam bentuk barrel bukan ppg. > > Kalo kick intensity baru memakai ppg. Jadi manakah yang benar? > > > > > > -Original Message- > From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, 06 March, 2008 1:37 PM > To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; serba-kl > Subject: [iagi-net-l] Re: Adu Argumentasi: "Bencana Alam" vs "Dampak > Operasi Pengeboran" > > > > Wah menarik Mas Harry kunci (dispute) yang anda ungkapkan ada dibawah > sini : > > --- > > Tentang data2 drilling: Setelah melihat sendiri data2 tsb, data2 > > yang dipakai Pak Rudi SESUAI dengan fakta yang ada. Justru data2 yang > > dipakai / dilaporlkan oleh Lapindo lah yang perlu dipertanyakan. > Misalnya: > > data casing pressure maximum yang 1054psi, cuma dilaporkan 450psi. Juga > > tekanan rekah yang dilaporkan = 16.4ppg EMW, sementara di drilling > report > > nya PT. Medici (kontraktor pengeborannya) tekanan rekah dilaporkan cuma > > 15.7ppg EMW (atau MASP = 277psi). Lalu yang mana yang benar? > > --- > > Dispute diatas mestinya bisa dicari solusinya Yaitu mencari data > > dasar atau data oengukurannya. Wah ini jadi barangbukti di peradilan. > > Dan seperti dugaan saya, yang lebih tahu semestinya rekan-rekan > > driling engineer, bukan geosceintist > > > > Aku barusaja memasukkan tulisan Pak Bambang Istadi yang "beruntung" > > mendapat pengalaman sangat langka. Dan dengan tegas memperjuangkan > > profesionalismenya. "Bambang Istadi: Profesionalisme Kasus LUSI - > > Lumpur Sidoarjo" > > http://rovicky.wordpress.com/2008/03/05/bambang-istadi-lusi/ > > Pengalaman yang perlu dipakai buat siapa saja dalam menghadapi kasus > > multi dimensi. > > > > Salam > > RDP > > "Mas Harry aku minta ijin untuk masuk di Blog ya" > > > > > >
Re: [iagi-net-l] Fwd: [Geologi UGM] Menguak "Colorado Connection", Jaringan Tokoh Migas di Indonesia (1)
Saya pikir terlampau naif dan sederhana jika nama2 di atas tersebut dihubungkan dengan berhentinya LUSI. karena setahu saya beliau2 tsb umumnya hanya pengamat dan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan dalam urusan LUISI. On 8/14/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kita tunggu kontrubinya sampai LUSI berhenti > Pakar harus mengakar. > > TJ > > > > > > Hot News!!! > EXTENDED ABSTRACT OR FULL PAPER SUBMISSION: > 228 papers have been accepted to be presented; > send the extended-abstract or full paper > by 16 August 2007 to [EMAIL PROTECTED] > Joint Convention Bali 2007 > The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and > Exhibition, > Bali Convention Center, 13-16 November 2007 > > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > >
Re: [iagi-net-l] SEMANGAT CINTA BANGSA DI LOS ANGELES !
Pak Miko dan rekans Sekedar sharingkebetulan sekarang saya sedang mengais rejeki di India dan saya sering menonton filem produk Holywood di beberapa bioskop di Mumbai sini. Yang menarik sebelum filem diputar,diperdengarkanlah lagu kebangsaan India dan saya perhatikan seluruh penonton baik tua muda,orang tua dan anak langsung berdiri atau berhenti di tangga atau dekat pintu masuk dan berdiri dengan khidmat mendengarkan atau menyanyikan lagu kebangsaan itu sampai habis.(tentu saja jangan membayangkan penonton akan nyanyi berputar-putar seperti filemnya he.he..he) Pada waktu itu kelihatan benar rasa percaya diri mereka. Jadi saya sependapat itu bahwa lagu Indonesia Raya musti sering diperdengarkan untuk menebalkan rasa kebangsaan dan percaya diri itu.karenasaya yakin rasa percaya diri itu mampu memotivasikan orang untuk bekerja jujur,cerdas dll. Dan saya yakin juga Geolog Indonesia rasa kebangsaan dan percaya dirinya besar. Salam On 7/22/07, miko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: *Rekan-rekan IAGI yang budiman,* Bulan lalu , Jum'at 23 Juni 2007 , mang Okim dan neng Ai sempat mengunjungi sebuah club Rotary di Los Angeles, Amerika. Kebetulan sekali pada hari itu club ini melaksanakan *Board Change Over* yang dihadiri oleh sekitar 150 dari total 425 anggotanya. *Participation fee* untuk acara tersebut US$ 30 perorang. Hampir seluruh anggota dan tamu yang hadir memakai jas lengkap dengan *name tag* yang indah dan menyolok. Rotary Club Los Angeles yang didirikan tahun 1909 mengklaim dirinya sebagai penyumbang dana terbesar dibandingkan dengan 32.000 Rotary Club lainnya di seluruh dunia . Tak kurang dari *US$ 500.000,-* dikeluarkan oleh club ini setiap tahun untuk program-program kemanusiaan . Hampir setiap kegiatan di masyarakat didukung oleh club besar ini antara lain dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan program-program lainnya, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Tak heran kalau club ini membanggakan dirinya dengan *statement *: *In every arena, members of the Rotary Club of Los Angeles are making a difference !* ** Seseorang yang ingin menjadi anggota Rotary Club Los Angeles harus melalui seorang anggota club tersebut ( sistem *sponsorship* ). Setiap calon harus siap membayar uang pangkal US$ 600 dan iyuran US$ 550 / tahun ( di Indonesia sekitar US$ 120 / tahun ). Selain dari itu , sponsor dimintakan juga untuk memberikan nama 2 anggota club yang mendukung pencalonan anggota yang diusulkan. *Semangat cinta bangsa* ** Hal yang sangat menarik dari club ini adalah acara pembukaannya. Usai meminta seorang anggota untuk memimpin do'a ( yang sering diselingi dengan tertawa karena do'anya menyangkut hal-hal yang lucu ), hadirin yang masih dalam keadaan berdiri dan menghadap ke bendera Amerika diminta untuk mengucapkan janji setia atau *Pledge of Allegiance* yang liriknya sbb* * : ** *I pledge allegiance * *to the Flag of the United States of America * *and to the Republic for which it stands,* *one nation under God, * *indivisable,* *with liberty and justice for all !* ** Usai berjanji setia, dengan badan tetap menghadap ke bendera Amerika dan tangan kanan mendekap dada, seluruh hadirin menyanyikan lagu kebangsaan Amerika yang dipimpin oleh seorang anggota wanita yang suaranya sangat merdu menawan. Kemudian acara dilanjutkan dengan *guest speaker* dan lelang beberapa lukisan yang menghasilkan dana beberapa ribu dolar. *Rekan-rekan IAGI yang budiman,* ** Alangkah indah dan membanggakan seandainya apa yang dilakukan oleh rekan-rekan di Amerika ini diterapkan di club-club di Indonesia ( tidak hanya di club Rotary ! ). Seperti yang telah pernah mang Okim posting bulan Maret 2006 tahun lalu ketika mang Okim dan neng Ai sempat hadir di pertemuan Rotary Club Hornell ( 52 anggota ), Rotary Club Brighton ( 46 anggota ) dan Rotary Club Rochester ( 326 anggota ), ketiganya terletak di wilayah New York State, hal yang sama dilakukan juga di ketiga club ini. Hanya bedanya, mereka tidak menyanyikan lagu kebangsaan melainkan lebih memilih lagu *God Bless America* yang liriknya sebagai berikut : *GOD BLESS AMERICA ( by Irving Berlin )* ** *While the storm clouds gather, .far across the sea* *Let us swear allegiance, . to a land that's free* *Let us all be grateful, . for a land so fair* *As we raise our voices, in a solemn prayer* ** *GOD BLESS AMERICA , .. Land that I love* *Stand beside her, . and guide her* *Thru the night, .with a light from above* *From the mountains, to the prairies* *To the oceans, . white with foam* ** *GOD BLESS AMERICA , . My home sweet home* ** Kini tinggal terserah ke masing-masing kita / asosiasi untuk mencontoh hal-hal baik yang dilakukan oleh masyarakat di negeri adikuasa Amerika tersebut. Di tengah-tengah semakin menipisnya rasa kebangsaan dan menebalnya ancaman desintegrasi bangsa, kiranya perlu dipertimbangkan oleh rekan-rekan untuk *berani mencoba* menyanyikan lagu nasional dalam setiap pertemuan atau dalam acara-
Re: [iagi-net-l] HP/HT drilling di deltaic system
Biasanya HPHT drilling dirancang tergantung berapa 'pressure' yang diharapkan dibawah sana. Kalau 'pressure' yang diharapkan lebih dari 1.8sg EMW dan pada kedalaman lebih dari 4400m maka biasanya digunakan 'HPHT drilling practise" dan costnya biasanya +/- double dari well yang konvensional pada kedalaman yang sama. On 2/26/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Rekan-rekan, Saya ingin tanya apakah ada yang punya pengalaman dengan High Pressure / High Temperature drilling di Kalimantan Timur? boleh tanya maximum depth yang pernah di bor di sana, maximum pressure yang pernah diukur, dan kalau ada berapa drilling cost untuk sumur-sumur baru. Salam, Herman Darman
Re: [iagi-net-l] ADB di Metro TV jam 6--->diskusi lebih lanjut
Kalau 'cementing job' setelah 'run casing' itu jelek,biasanya hasil LOT yang didapat tidak merefleksikan fracture gradient dari lithology sekitarnya,karena titik lemahnya itu sendiri di 'casing shoe'. Memang betul nilai LOT tidak bisa dijadikan pembatas maximum ECD yang dapat dipergunakan karena secara teori ,keseimbangan tekanan di bawah sana telah terganggu dengan 'leak' itu sendiri,sehingga perlu dicari keseimbangan baru yang kalau kita di sini menyebutkan sebagai 'stabilized LOT' yang harganya lebih kecil dari LOT itu sendiri dan ini dijadikan sebagai batas maximum ECD yang bisa dipakai. angka stabilized LOT itu bisa didapat ketika melakukan LOT job. On 6/21/06, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya pernah kursus tentang pressure juga soal breakout (stress analysis by hole shape indicator). Disitu dibilang bahwa LOT kadang tidak berarti apa-apa (?) LOT itu lebih menunjukkan max Lithostatic Stress that rocks can handle (break out pressure). LOT tidak menunjukkan PorePressure (Formation Pressure). Jadi kalau menggunakan nilai LOT sebagai pembatas maksimum MW, bukan berarti ada jaminan tidak loss dibawah nilai LOT. RDP On 6/21/06, Ismed Mahmud <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalau tidak salah minimum principal stress dapat dihitung dari data LOT > (Leak off Test). > jadi untuk prognosis pre-drilling ambil saja data LOT sumur sekitarnya. > Dalam 100 feet bisa saja terjadi variasi PP,jadi disitulah gunanya casing > untuk di set. > Dimensi breakout dan induced fracture sebetulnya bisa diketahui dengan > meng-simulasi pressure terhadap sample core yang ada,tentunya ini dilakukan > di Lab. > > > Kalau prognosis pre-drilling magnitude kuantitatif minimum principal > > > stresses biasanya ditentukan gimana? pemodelan? > > > > > > bisa tidak terjadi variasi MW>FP dan MW > > lubang-bor yang pendek (katakan 100 feet-an) yang bisa bikin macem2 > > > fenomena wellbore failure (eg breakout dan induced fracture > > selang-seling > > > dalam section tsb?)..ECD naon? Dimensi breakout dan induced fracture > > bisa > > > sampai berapa sich vertically dan laterally away from well-bore? > > > > > > maap banyak nanya dan thx untuk sharenya, > > > shb > > > -- > > > > > >Leo Anis <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Ingin sedikit koreksi, setau saya jika MW>>FP tidak akan selalu > > terjadi > > >losses, krn. jika drilling overbalance (yg. biasanya selalu dilakukan > > >selain drilling underbalance dimana MWutk. menghindari fenomena kick. > > >Losses akan terjadi terutama di fractured > > >formation/permeable form. jika MW atau ECD lebih besar dr. minimum > > >principal stresses (atau frac. openin/closing pressure) > > > > > >Salam > > >Leo Anis > > >At 09:31 PM 6/20/2006, you wrote: > > > >Sorri salah ketik dikit dan nambah. > > > >Loss Mud itu hanyalah MW>> FP, tetapi bukan berarti FP < HP > > > >MW = Mud Weight > > > >FO = Formation Pressure > > > >HP = hydrostatic pressure. > > > > > > > >Yang saya duga terjadi adalah, Ketika masuk di Kujung terjadi loss, > > > >mungkin bukan hilang masuk ke Kujung. Mungkin masuk ke formasi > > > >diatasnya. Ketika loss selalu komplikasi dengan gain karena kolom > > > >lumpur akan berkurang dan yg "nendang" berikutnya justru dari Kujung. > > > > > > > >Kalau melihat air yg keluar, sepertinya air dari Kujung yang bercampur > > > >dengan shale/clas diatasnya yang membentuk lumpur (mud) volkano. > > > > > > > >rdp > > > > > > > >On 6/20/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote: > > > >>On 6/20/06, Andang Bachtiar wrote: > > > >> > OVERPRESSURE). Nah, begitu masuk ke Kujung (presumably) terjadilah > > Loss > > > >> > Circulation. Jadi, Kujungnya sendiri "mungkin" tidak overpressure. > > > >> > Selebihnya: persepsi Fauzan sudah sama dengan maksud saya. > > > >> > > > > >> > Salam > > > >> > > > > >> > ADB > > > >> > > > >>Sepertinya Pak Andang harus melihat berapa pressure di Kujung > > > >>baru berbicara apakah Kujung OP atau tidak. > > > >>Loss Mud itu hanyalah MW>> FM tetapi bukan berarti FP >> HP > > > >>(hydrostatic pressure.) > > > >>Terminology OP itu dibandingkan dengan HP bukan dengan MW. > > > >> > > > >>Kalau Pak Andang menengok
Re: [iagi-net-l] ADB di Metro TV jam 6--->diskusi lebih lanjut
Kalau tidak salah minimum principal stress dapat dihitung dari data LOT (Leak off Test). jadi untuk prognosis pre-drilling ambil saja data LOT sumur sekitarnya. Dalam 100 feet bisa saja terjadi variasi PP,jadi disitulah gunanya casing untuk di set. Dimensi breakout dan induced fracture sebetulnya bisa diketahui dengan meng-simulasi pressure terhadap sample core yang ada,tentunya ini dilakukan di Lab. Kalau prognosis pre-drilling magnitude kuantitatif minimum principal > stresses biasanya ditentukan gimana? pemodelan? > > bisa tidak terjadi variasi MW>FP dan MW lubang-bor yang pendek (katakan 100 feet-an) yang bisa bikin macem2 > fenomena wellbore failure (eg breakout dan induced fracture selang-seling > dalam section tsb?)..ECD naon? Dimensi breakout dan induced fracture bisa > sampai berapa sich vertically dan laterally away from well-bore? > > maap banyak nanya dan thx untuk sharenya, > shb > -- > >Leo Anis <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ingin sedikit koreksi, setau saya jika MW>>FP tidak akan selalu terjadi >losses, krn. jika drilling overbalance (yg. biasanya selalu dilakukan >selain drilling underbalance dimana MWutk. menghindari fenomena kick. >Losses akan terjadi terutama di fractured >formation/permeable form. jika MW atau ECD lebih besar dr. minimum >principal stresses (atau frac. openin/closing pressure) > >Salam >Leo Anis >At 09:31 PM 6/20/2006, you wrote: > >Sorri salah ketik dikit dan nambah. > >Loss Mud itu hanyalah MW>> FP, tetapi bukan berarti FP < HP > >MW = Mud Weight > >FO = Formation Pressure > >HP = hydrostatic pressure. > > > >Yang saya duga terjadi adalah, Ketika masuk di Kujung terjadi loss, > >mungkin bukan hilang masuk ke Kujung. Mungkin masuk ke formasi > >diatasnya. Ketika loss selalu komplikasi dengan gain karena kolom > >lumpur akan berkurang dan yg "nendang" berikutnya justru dari Kujung. > > > >Kalau melihat air yg keluar, sepertinya air dari Kujung yang bercampur > >dengan shale/clas diatasnya yang membentuk lumpur (mud) volkano. > > > >rdp > > > >On 6/20/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote: > >>On 6/20/06, Andang Bachtiar wrote: > >> > OVERPRESSURE). Nah, begitu masuk ke Kujung (presumably) terjadilah Loss > >> > Circulation. Jadi, Kujungnya sendiri "mungkin" tidak overpressure. > >> > Selebihnya: persepsi Fauzan sudah sama dengan maksud saya. > >> > > >> > Salam > >> > > >> > ADB > >> > >>Sepertinya Pak Andang harus melihat berapa pressure di Kujung > >>baru berbicara apakah Kujung OP atau tidak. > >>Loss Mud itu hanyalah MW>> FM tetapi bukan berarti FP >> HP > >>(hydrostatic pressure.) > >>Terminology OP itu dibandingkan dengan HP bukan dengan MW. > >> > >>Kalau Pak Andang menengok sumur Porong-1. maka pengukuran pressure > >>dengan RFT di Kujung sudah menunjukkan Formation pressure 15.7 ppg ... > >>ini jelas overpressure Pak ADB. > >>Di sumur BD-1/2 anda akan lihat wellhead flowing pressure mencapai > >>6000pst utk test dikedalaman sekitar 1 feet. Nah karena kita tahu > >>yg keluar Oil and Gas, tentunya bisa dikira-kira berapa formation > >>presurenya. Dan disini juga Kujung sudah OP. > >> > >>Tetapi kalau benar di BP-1 Fm Kujung tidak OP malah ada hal yg aneh, > >>karena Kujung di Porong-1 dan BP-1 masih satu reef buildup. > >>. > >>Kesimpulan Kujung tidak OP ini mungkin karena salahsatu pendapat di > >>Lapindo karena dengan asumsi gas yang ada di Wunut berasal dari > >>bocoran Porong-1. Namun pengukuran pressure ini menurutku menunjukkan > >>Kujung masih OP. Kemungkinann lain adalah dahulunya Kujung Pernah > >>"bocor" dengan melihat bukti adanya Paleo Colapse yg digambarkan oleh > >>Arse di artikelnya di AAPG. Namun kemudian tertutup lagi dan kembali > >>OP. Saya sendiri belum tahu apakah benar bisa buka-tuptup seperti ini. > >> > >>salam > >> > >>rdp > > > > > >-- > >How to win the game without breaking the rule --> make the new one ! > > > >- > >- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru > >- Call For Papers until 26 May 2006 > >- Submit to: [EMAIL PROTECTED] > >- > >To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > >To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > >Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > >Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > >Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > >No. Rek: 123 0085005314 > >Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > >Bank BCA KCP. Manara Mulia > >No. Rekening: 255-1088580 > >A/n: Shinta Damayanti > >IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > >IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > >- > > >- >- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru >- Call For Papers until 26 May 2006 >- Submit to: [EMAIL PROTECTED] >---
Re: [iagi-net-l] Mengebor karbonat
sepanjang pengetahuan saya ,dinding sumur pada well yang menembus 'basement' reservoir rata-rata 'smooth',walaupun menggunakan wbm, tentu saja ini mungkin sekarang belum bisa diterapkan di Mahakam On 6/19/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote: bukan banyak maunya ... dia pragmatis ngambil kejadian sehari hari ... taroklah kasus mahakam ...kan karbonate cuma penggangu saja ...reservoir tetap sand yang diapit sama shale shale eh itu pertanyaan kemaren kok nggak ada yang jwab ya ... memang ada gitu wbm yang dinding sumurnya smooth ? |-+> | | "Arief Budiman" | | | <[EMAIL PROTECTED]| | | .com>| | || | | 19/06/2006 04:45 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+> >--| | | | To: | | cc: | | Subject: RE: [iagi-net-l] Mengebor karbonat | >--| Banyak maunya nih pak Kumis, Prinsipnya ya itunglah technical & economical feasibilitynya Swelling clay atau collaps clay itu kan umumnya di depth yg dangkal jadi yg dibawah karbonat gak masalah kan? sikat aja pake wbm, asal mud propertinya dijaga (terutama kalau hi temp) agar lobang tidak rusak, shg logging hasilnya ok.
Re: [iagi-net-l] Mengebor karbonat
Sekedar pengin tahu saja Itu mud kalau diganti-ganti dari OBM ke WBM,apa nantinya tidak ada problem 'swelling clay'? On 6/19/06, Arief Budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Riza yg baik, Boleh aja kok mud digonta-ganti obm-wbm vv. Memasuki karbonat dan akan bermain dg loss circ, sebaiknya pake wbm saja karena lebih murah dan obm di loss circ carbonate gak punya advantage lebih dari wbm. A R I E F B U D I M A N Pertamina - Eksplorasi Sumatra Phone: (021) 350 2150 ext.1782 Mobile : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, June 19, 2006 10:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Mengebor karbonat Dari kemaren kok nggak ada yang jawab sih ... Arief deh yang jawab ... boleh nggak sih mud digonta ganti gitu ...dari oil base mud kemudian digelontor pake air laut . |-+> | | "Arief Budiman" | | | <[EMAIL PROTECTED]| | | .com>| | || | | 19/06/2006 09:17 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+> >--| | | | To: | | cc: | | Subject: RE: [iagi-net-l] Mengebor karbonat | >--| Amir, Teknis memasuki karbonat tergantung karekter karbonat itu dan lithology batuan sebelumnya. Biasanya yg bikin loss circulation itu reef formation. Karakter reef juga macem2, ada yg baru di-cucuk dikit udah loss, ada yg sampe 10m tidak bergeming. Kalau baru di-cucuk dikit udah loss emang ngerepotin. Kalau ini yg ada maka deteksi terbaik dari ROP, tapi hati2 juga biasanya di loss zone ROP juga lumayan cepet. Lithology di atas reef juga macem2, ada yg diawali dg sisipan limestone (bisa mencapai ketebalan 5m-an) di dalam high press shale. Kalau ini yg ada maka repot kalau begitu ketemu lst, langsung turunkan MW, bisa2 kita malah dapet kick di bawah lst tsb. Kalau sebelum masuk loss zone carbonate diawali dg formasi sisipan lst dai dalam high press shale dan (syukur2) lossnya kira2 5-10m di bawah top reef, maka set casing 5m-an di bawah top reef, setelah yakin kita di dalam reef (gak akan ketemu lagi high press shale). Mengatasi loss circ? Prosedur biasa, tergantung seberapa besar lossnya - bisa dng ngurangi pump rates (pump press berkurang, ecd berkurang) - bisa dg LCM kedua langkah di atas dilakukan sambil reduce MW (kalau perlu air sungai/laut yg digelontorkan ke dalam lobang) A R I E F B U D I M A N Pertamina - Eksplorasi Sumatra Phone: (021) 350 2150 ext.1782 Mobile : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63 -Original Message- From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 16, 2006 11:20 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Mengebor karbonat Apa yang dilakukan dengan loss circulation nya? Pump LCM saja continue drilling? Apa musti menurunkan MW? thanks, On 6/16/06, Syaiful Jazan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Dikit masukan, > > Dari pengalaman saya yang pernah dirigsite,setelah memotong carbonat 5 ft saya minta drillernya untuk cirkulasi dulu sampai lack timenya dan check gas detectornya dulu baru lanjutin ngebornya,biasanya perubahan dari shale layer ke carbonat umumnya ada loss circullasi dan gas. > > Ini memang akan ada keberatan dari pihak rig. > > Semua itu dari beberapa lapangan pengeboran di S.Sumatra dan Jawa tengah. > > > Terima kasih. > > SJN > > -Original Message- > From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, June 16, 2006 10:13 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Mengebor karbonat > > > Kalau ada yang punya banyak pengalaman mengebor di karbonat, > mungkin bisa share pengalaman. > > Apa yang musti diperhatikan dalam pengeboran di karbonat? > > Bagaimana strategi setting casingnya? Apakah set casing sebelum masuk karbonat, > kemudian . turunkan MW dan ganti dengan water base mud? > > Apakah (selalu) menggunakan water base mud? > > Bagaimana picking pressure point di karbonat? > > > Sebelumnya , terima kasih atas ilmunya.. > > > Salam... > > > -- > *** > Amir Al Amin > Operation/ Wellsi
Re: [iagi-net-l] 'Semburan' Lumpur dan gas didekat jaln tol SBY
Kalau membaca ' Press-Release' dan keluarnya lumpur,nampaknya telah terjadi 'undeground blow-out" Dan setuju sekali bahwa penanganannya pasti sulit dan agak lama. On 6/13/06, Aziz Rifai <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau nggak salah, keluarnya Lumpur itu tidak dari sumur Pak, Tapi dari rekahan disekitar sumur.. Regards, Aziz Rifai -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, June 13, 2006 7:07 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] 'Semburan' Lumpur dan gas didekat jaln tol SBY kalau memang cuma satu sumur yang mengeluarkan lumpur ... apa tidak ada teknik untuk mematikan well yang blow out misalnya disemprot beton atau semen...? yang penting lubangnya tertutup dan lumpur tidak menyembur keluar. Masalah sebab kan bisa dicari setelahnya sambil jalan. Yang saya tidak mengerti , kalau drilling di onshore apa tidak pakai BOPnya...? Apa BOPnya sudah terbang duluan terkena tekanan dari lubang...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+> | | "liamsi" | | | <[EMAIL PROTECTED]| | | id> | | || | | 12/06/2006 08:10 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+> >--- --| | | | To: | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] 'Semburan' Lumpur dan gas didekat jaln tol SBY | >--- --| Rupanya masyarakat ( yang maunya pingin cepat dapat jawaban) masih harus menunggu lagi untuk memperoleh informasi ttg hal ini . Di TV tadi Pihak Lapindo di DPRD Jatim belum bisa memastikan penyebab semburan tsb, begitu pula di DPR pihak BP Migas juga belum bisa mejelaskan hal ini.( memang harus dikaji lebih detail lagi ) . Nah kalau masalah ini berlarut terus tanpa ada satu lembaga atau siapaun yang memberikan penjelasan ttg masalah ini , minimal secara garis besar ttg kondisi geologi daerah tsb shg dapat menimbulkan terjadinya peristiwa tsb , maka ada kemungkin potensi untuk dijadikan komoditas politik, dll ( yg mungkin bisa dipolitisir) spt dalam diskusi yg lalu ( demo demo misalnya ) bisa terjadi. Ada baikinya juga bagi yang paham daerah ini /kondisi geologi daerah ini dg berbagai kemunkinan yang bisa terjadi dg adnya semburan semburan tsb tanpa harus menyebutkan dg pasti penyebabnya misalnya , untuk memberikan pencerahan /gambaran ttg hal ini di media ( Mungkin dg mengirimkan tulisannya dimedia paling tidak atas nama pribadi... ) sekedar memberikan gambaran kondisi geologi daerah ini dg segala kemungkinannya di masyarakat biar tdk gampang terprovokasi ( Pakai istilahnya Pak RDP "Jangan enunggu" ) Ism Subject: RE: [iagi-net-l] 'semburan' lumpur dan gas didekat jaln tol SBY > > > > Ferdi > > Kalau dilapangan lapangan Kruka dan sekitarnya , shale diapir adalah > dari batuan yang muda (pliocene kalau tidak salah ingat). > > Si- Abah > > __ > > Pak Awang > > > > Apa gamping Kujung ini merupakan seal dari lapisan overpressure di > > bawahnya...? > > terus apakah lumpur ini menyembur hanya di satu tempat / di well atau juga > > di tempat - tempat yang lain? > > Apakah ada wells lain yang menembus formasi yang sama di tempat lain yang > > mengalami hal yang sama...? > > Apakah formasi overpressure shale itu tidak terdeteksi di seismic ...? > > > > Kalau memang gamping itu merupakan seal dari lapisan overpressure di > > bawahnya dan gamping itu fracture karena faults ya repot juga. > > apa injeksi wells bisa membantu...? > > bagaimana kalau dipaksa masukkin casing langsung sampai menutup ke zona > > fracturenya dan baru di dipompa semen ? > > > > Regards > > > > Kartiko-Samodro > > Telp : 3852 > > > > > > > > |-+> > > | | "Awang Harun | > > | | Satyana" | > > | | <[EMAIL PROTECTED]| > > | | om> | > > | || > > | | 07/06/2006 11:26 | > > | | AM | > > | | Please respond to| > > | | iagi-net | > > | || > > |-+> > > >--- --| > > | > > | > > |
Re: [iagi-net-l] Balloning effect -- Rock Physics ? ---> Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Orang drilling kadang-kadang suka memandang wellbore yang ukuran 6 inch seluas basin yang dipelajari Geologist. Jadi kalau ada faktor elasitas yang membentuk sinklin atau antiklin tentunya mereka berpikir hal sama akan hal itu dan tentunya pasti mereka mempunyai data untuk mendukung itu. Sedangkan panjang Core yang lebih ,apakah itu bukan karena faktor elasitas dari pipa? Kebetulan kita baru-baru ini mencoba mempelajari faktor charge-discharge dalam skala kecil untuk sumur yang menggunakan MW tinggi untuk kepentingan MW strategy pada HPHT well. Pengalaman dari sumur terakhir,pada saat sumur itu memggunakan MW:1.95sg,kita mengamati adanya 10 menit 'pump-off'' gas menunjukkan angka berkisar 2-3% above background Gas (X%).tentunya secara'quick-look' bisa diinterpetrasikan kita dalam keadaan sedikit 'underbalance ' atau 'near balance'.Lalu kita melakukan 20 menit 'pump-off' gas dan datanya menunjukkan angka berkisar 4-4.5% above background Gas (1.8X%). Dari data diatas kita menyimpulkan adanya discharge dari formasi ketika stop pompa dan bukan dalam keadaan 'underbalance' atau near balance. tambahan informasi MW:1.95sg dipergunakan terus sampai TD. On 5/7/06, Romdoni <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas amir, sedikit pemikiran. Mas amir wrote: "Kenyataanya kita tidak pernah mengebor dengan ECD melebihi LOT. Jadi, bisakah terbentuk fracture karena tekanan yang kurang dari hasil leak of test?" LOT dilakukan setelah mengebor formasi beberapa meter dibawah shoe. Dengan menganggap pembacaan dan pengambilan nilai LOT sudah akurat. Mungkin saja sebenarnya ECD kita sudah sedikit melebihi fracture pressure pada suatu bagian formasi. Karena nilai LOT yang kita jadikan acuan sebenarnya tidak valid untuk mengukur titik terlemah suatu formasi. Kenyataan di lapangan, Drilling side selalu request ke WSG dan selalu mengharapkan bahwa formasi yang di drill itu adalah shale keras shg mendapatkan hasil LOT yang "setinggi-tingginya". Padahal menurut saya (mohon koreksinya), titik terlemahnya adalah terdapat pada "sand" pertama di bawah shoe. Sehingga hasil LOT tsb tidak sepenuhnya merefleksikan bagian terlemah dari suatu phase. LOT yang dilakukan pada shale di bawah shoe, tentu nilainya akan "lebih tinggi" dibandingkan apabila LOT dilakukan setelah mengebor sand pertama dibawah shoe. Jadi pada kasus LOT yang dilakukan pada Shale, ada kemungkinan terbentuk fracture pada formasi walaupun selama drilling ECD < LOT. Karena nilai LOT nya "melebihi" dari yang seharusnya. -Original Message- From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, May 06, 2006 11:07 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Balloning effect -- Rock Physics ? ---> Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi Kalau elastisitas batuan sedimen tidak ada, bagaimana mungkin terbentuk sinklin/ antiklin? Contoh lain, kalau kita coring, seringkali hasil pengukuran panjang core di surface menjadi lebih panjang dari batuan yang di potong. Kalau shale yang retak saat leak of test (LOT) , yang paling mudah retak adalah yang paling dekat dengan shoe. Semakin dalam batuan, semakin tinggi Overburden dan Fracture Pressurenya . Kenyataanya kita tidak pernah mengebor dengan ECD melebihi LOT. Jadi, bisakah terbentuk fracture karena tekanan yang kurang dari hasil leak of test? Apalagi di kedalaman yang lebih besar dari shoe. Terus kemana larinya lumpur pengeboran? Ke batupasir, karena ECD > formation pressure. Ini masuk akal. Dan mudah menjelaskan. Tetapi mengapa terjadi jika terdapat gain dalam kondisi hydrostatik? Jika gain-nya terus menerus, disebut well flowing. Kondisi formation pressure > MW. Gainnya akan semakin besar, Grafiknya berbentuk setengah parabola, semain lama semakin cepat rate-nya. Jika Gainnya sementara (!) saja, sehabis itu stabil/ statik. Kondisi formation pressure MW, yang terjadi well flowing. Saya belum ketemu paper yang menjelaskan secara geologi. Tetapi jika ada yang berminat (silakan japri), ada paper aplikasi PWD pada balloning. On 5/6/06, M. Fakhrur Razi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Terima kasih atas referensinya pak, tapi menurut saya alangkah lebih baik > jika kita sebagai geologist bisa memberikan penjelasan yg sesuai domain > kita, karena saya yakin pendekatan yg dipakai drilling engineer lebih ke > arah mechanical. > kata ballooning sendiri sebenarnya muncul karena dugaan adanya shale yang > 'kembang-kempis' (dugaan dari drilling eng), tapi secara geologi bisakah ini > terjadi? mungkin bisa pada kondisi yang sangat ideal, dimana shale interval > sangat tebal, tidak ada permeability, tidak ada rekahan, nilai fracture > gradient yang sangat tinggi. namun ternyata ballooning malah sering terjadi > di lingkungan dimana PP dan FG berdekatan, (tentunya data ini didapat dari > plotting data pressure formasi dan data LOT). Misal kita punya LOT 19.0ppg > (artinya shale di dekat casing point mengalami keretakan setelah diberi > tekanan 19 ppg), kemud
Re: [iagi-net-l] Balloning effect -- Rock Physics ? ---> Challeng ing! Drilling dengan mudweight tinggi
Penyebab dugaan 'balloning effect' lebih disebabkan oleh 'charge-discharge' daripada elastisitas hanya didasarkan pengalaman mengikuti beberapa kejadian di well yang menggunakan MW tinggi. Kalau tidak salah,di North Sumatera Basin sebelum masuk Arun Limestone , MW tinggi digunakan untuk menetralisir Baong Shale (overpressure) tetapi kita tak mendengar kejadian 'balloning effect' sedangkan untuk proses charge-discharge diinterpretasikan dari terjadinya 'balloning effect' di sumur yang mempunyai lithology heterogen (shale-Silt-Sand) dan dari plotting Pump-off gas (yang mempunyai significant above background gas) terhadap waktu di sumur yang mempunyai MW sekitar 2.0 sg. On 5/4/06, Arief Budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Disini kita gak bicara tentang rogosity mas. Borehole dalam kasus ini bersifat seperti balon (kembang kempis) Jadi penambahan volum bukan karena rugosity tapi karena pengembangan lobang. A R I E F B U D I M A N Pertamina - Eksplorasi Sumatra Phone: (021) 350 2150 ext.1782 Mobile : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63 "Iman Argakoesoemah" <[EMAIL PROTECTED] To: energi.com> cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Balloning effect -- Rock Physics ? ---> Challenging! 04/05/2006 02:27 PM Drilling dengan mudweight tinggi Please respond to iagi-net Apakah maksudnya lubang bor menggelembung itu terjadi karena adanya borehole rugosity yang severe ? -Original Message- From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, May 04, 2006 1:21 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Balloning effect -- Rock Physics ? ---> Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi kalau shale kan memang 'tidak' mempunyai porosity. Bagaimana bisa keluar masuk lumpurnya? Yang masuk akal lubang bornya yang menggelembung, kemudian kembali lagi ke ukuran semula. On 5/4/06, OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > apakah mc tak terbentuh di shale sehingga plastisitasnya saja sudah > cukup significan mengakibatkan balloning effect, plastisitasnya shale > tersebut menyangkut keluar masuknya lumpur juga tidak? > > On 5/4/06, Amir Al Amin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ini menjadi menarik jadi ada dua teori, kemana dan dari mana > > lumpur yang sempat hilang tadi : > > > > 1. Keluar masuk reservoir (sandtone atau limestone). > > 2. Menggelembung lubang bor, karena plastisnya dinding lubang bor, > > yang dominan shale. > > > > Di limestone/ fracture zone, kadang terjadi loss significant sebentar, kemudian > > kembali lagi. Tapi saya pikir ini tidak dalam konteks balloning. > > > > Kalau di sandstone, begitu mudcake terbentuk, apa mungkin filtrate > > keluar masuk formasi dengan jumlah yang significant? > > > > Saya masih percaya penyebabnya yang kedua, bayangkan saja pipa > > pengeboran saja, bersifat plastis. Kalau nggak, mana mungkin kita > > membuat lubang yang berbelok-belok. > > Juga balloning terjadi di daerah dominan shale seperti di Mahakam atau > > Gulf of Mexico. Dua daerah ini mempunyai kondisi yang mirip. > > > > Soal MW, juga mempengaruhi, karenan balloning tidak terjadi jika MWnya > > rendah. Massa lumpur belum cukup untuk 'menngelembungkan' lubang bor. > > Berapa batasan MW saya kurang tahu, sepertinya saya belum mengalami > > balloning dengan MW <1.50sg. > > > > > > > > > > On 5/4/06, OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Kalau Pak Ismet sudah turun gunung jadi clearlah buat saya balloning > > > effect ini, karena selama ini masih tanda tanya mana yg lebih dominan > > > yg muncul, pengaruh elastisitas batuan (Shale kata amir) atau > > > charge-discharge dari formasi itu sendiri, kebanyakan orang drilling > > > memang tak menganggap Balloning sebagai parameter untuk menaikkan MW, > > > mereka hanya melakukan circulasi saja sampai beberapa cicle. > > > > > > On 5/4/06, Amir Al Amin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Betul Pak Ismed, > > > > > > > > Sebaiknya langsung tutup BOP kalau ada gain saat pump off, > > > > kemudian dilihat SIDP (shut in drill pipe pressure) nya. > > > > > > > > Jika 0 psi,mungkin tidak perlu buru-buru menaikan MW atau > > > > pump killing mud. Mungkin itu balloning effect. > > > > > > > > Tapi jika >0psi, baru MW dinaikan. > > > > > > > > Ini logika saja, karena saya juga tidak pernah sekolah well > > > &
Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
Sekedar sharing pengalaman buat Sofi bahwa PWD atau APWD itu biasanya lebih banyak datanya digunakan oleh orang Drilling. PWD biasanya bisa mengukur tekanan didalam annulus dan pipa. tentunya dari data itu bisa dikembangkan untuk menghitung segala aspek yang berhubungan hidrolik. Sedangkan untuk mengukur tekanan formasi ,alatnya berbeda,untuk Baker namanya Testrak sedangkan service company lain mereka juga mempunyai alat yang lebih kurang sama. > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > > - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Balloning effect -- Rock Physics ? ---> Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi
'Balloning effect' ini sepertinya merupakan kesimpulan orang drilling terhadap fenomena loss and gain during drilling khususnya untuk HPHT (High pressure and temperature) well dari pengalaman penyebab 'balloning effect' ini diperkirakan akibat elastisitas batuan atau 'charge and discharge' during drilling. tetapi dari beberapa contoh yang terjadi ,kelihatannya faktor elastisitas menjadi low probability. Didalam 'drilling practice' biasanya faktor 'balloning effect' tidak menjadi standard untuk well control. Jadi kalau kita mendapat 'gain' atau 'kick',yak langsung close BOP dan tidak boleh menunggu atau berfikir bahwa 'gain' ini dari balloning effect. Dari hal diatas,kelihatannya terlampau banyak parameter yang musti diketahui untuk mempelajari elastisitas batuan dari 'balloning effect'. Tekanan yang menyebabkan ini bisa bervariasi dari 1.4 sg ke 2.1 sg EMW dan kedalaman diatas 4000m On 5/3/06, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Apakah balloning effect ini bisa dipelajari utk kebutuhan elestisitas batuan?. Sepertinya ini merupakan fase elastis batuan akibat tekanan. Tentunya harus dibedakan dengan fracturing. Berapa tekanan yg menyebabkan terjadinya balloning effect ini ? Sepertinya dapat dipakai juga untuk geophysical study. Apakah bisa diketahui batuan (kedalaman) yg mengalami balloning effect ini ? rdp On 5/3/06, Amir Al Amin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Arief yang Budiman, > > Sependek pengetahuan saya dari pergaulan dengan orang drilling :-), > balloning efek, atau juga disebut juga well breathing : > > suatu kejadian berkurangnya lumpur pengeboran (loss) dari sistem > sirkulasi secara perlahan-lahansaat pengeboran, tetapi saat flow check > (pump di matikan), terjadi penambahan mud (gain). > > Menurut paper, hal ini terjadi jika mengebor di daerah yang dominan shale. > Karena sifat shale yang plastis, seperti balon. Yang bisa kembang > terus mengempis lagi. > > Untuk mengetahui ini baloning efek atau bukan, paling baik dengan > menggunakan PWD (pressure while drilling). Dengan mengamati annulus pressure > readingnya. Jika balloning efek maka pressurenya berubah dari ECD > (equivalent circulating density) menurun menjadi pressure hydrostatik > (=MW). Jika menjadi > lebih tinggi dari MW berarti memang mudweightnya kurang (gain yang sebenarnya). > Menurut pengalaman dengan PWD ini cuma bisa didapat sesaat setelah pump ON. > Maka akan terkirim, data pressure ke atas. Jadi datanya putus-putus. > (nggak tahu sekarang). Tetapi data yang lebih rapat bisa didapatkan > dari memory nanti (sudah terlambat dong :-) ). > Jika tidak ada PWD maka flow checknya musti lama, makanya di HPHT well > flow check 10 menit nggak cukup. Harus 0.5 jam, atau dilihat rate > gainnya, semakin menurun nggak. > > Jadi kalau gain, jangan buru-buru panik, tutup BOP, pump kill mud. :-) > Tetapi diamati gainnya berapa ratenya, apakah menurun trendnya. > Tentu hal ini berlaku didaerah-daerah yang punya potensi balloning > efek. Jangan coba-coba di daerah lain. > > Tetapi di Mahakam, tool PWD ini lebih sering rusaknya kalau dipakai di > HPHT wells. > > Begitu saja, cerita balloning efek, sebenarnya domain drilling engineering. > > Salam, > > > > > > > On 5/3/06, Arief Budiman < [EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Rada lupa nih mohon pencerahannya pak kumis, > > Kalau gak salah Balloning itu kan pembesaran lobang bor karena MW tinggi yg > > berakibat mud level drop, (seolah2) terjadi mud losses > > > > Mohon dikonfirmasi > > > > > > > > A R I E F B U D I M A N > > Pertamina - Eksplorasi Sumatra > > Phone: (021) 350 2150 ext.1782 > > Mobile : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63 > > > > > > -Original Message- > > From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Wednesday, May 03, 2006 11:49 AM > > To: iagi-net@iagi.or.id > > Subject: Re: [iagi-net-l] Challenging! Drilling dengan mudweight tinggi > > > > Salah dua kelemahan XPT , nggak bisa untuk high temp (>150degC). > > Saya pernah combine dengan PEX nggak masalah, tapi lucunya > > company man nya takut, karena pressure test berjam-jam > > sambil bawa2 nuclear source. > > > > Akhirnya cabut ke surface dulu untuk unload source. > > ha..ha..ha..terus apa gunanya ditandem..? > > > > betul margin antara LOT dan formation pressurenya tipis. > > MW ketinggian loss, kerendahan kick. > > > > masalah baloning, juga rumit, salah interpretasi > > bisa berbahaya. tapi biar orang drilling saja yang pusing... :-) > > kadang2 berhari-hari sirkulasi,baru berani cabut.. > > padahal masih gain, walaupun ratenya kecil.. > > > > > > > > > > > > On 5/3/06, M Fakhrur Razi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Betul seperti pak Amir bilang, Vico sudah pernah drilling pake mudweight > > > > 19 ppg, bentuknya juga sama, cuma kalo mau menaikkan MW secara manual, > > > rustabout yang stay di hopper pada meringis aja hahaha > > > dan tentunya juga hati-hati karena bakalan sering ketemu loss circulation, > > > akibat balooning affect karena drilling deket-deket dengan frac gradient. > > >