[iagi-net-l] Plio-Pleistocene Vertebrate Biostratigraphy of Java

2004-08-12 Terurut Topik Awang Satyana
Mumpung lagi ada acara TV dan diskusi tentang fosil fauna vertebrata, sebenarnya 
pembagian biostratigrafi fauna ini in problem.  Standard biostratigraphy fauna 
vertebrata Plio-Pleistosen Jawa antara punya von Koenigswald (1934, 1935) di satu kubu 
dan Vos et al. (1982) dan Sondaar (1984) di kubu lain mungkin perlu dilihat lagi, 
apalagi kini semakin banyak situs penenemuan fosil tersebut di Jawa Barat sebab skala 
biostrat yang ada itu (von Koenigswald, Vos et al., Sondaar) terutama dibangun dari 
situs fosil di sekitar Sangiran.
 
Kalau saya ikuti tulisan2 sampai akhir 1990an tentang vertebrata fauna Jawa berumur 
Plio-Pleistosen, nampak sekali bahwa ada yang memihak skala biostrat Koenigswald, ada 
juga yang Vos et al., atau Sondaar. Bisakah penemuan fosil yang semakin banyak dengan 
cakupan wilayah yang semakin meluas memutuskan skala mana yang benar ? Sebab, 
kelihatannya usaha radiometric dating atas ini pun tetap belum memutuskan dengan 
tegas. 
 
Tahun 1930, G.H.R. von Koenigswald datang ke Indonesia sebagai vertebrate 
paleontologist dengan tugas khusus membuat pembagian biostrat fauna Pliosen-Pleistosen 
Jawa berdasarkan fosil2 yang ditemukan dan fosil2 yang belum ditemukan. Empat tahun 
penelitian, maka pada tahun 1934 keluarlah skala biostratnya dengan nama zone fauna 
dan index fosilnya, dari tua ke muda zone fauna tsb. : Cisande, Cijulang, Kali Glagah, 
Jetis, Trinil, Ngandong, Sampung. Ini kira2 di sekitar Pliosen dan Plistosen. Kalau 
paleontologist menemukan fosil, maka akan disebut apa umurnya, Zone Trinil misalnya, 
demikianlah mereka berkomunikasi. Pembagian ini bertahan sekitar 40-50 tahun sampai 
ada yang mengritiknya.
 
Pembagian Koenigswald mulai diragukan, a.l. : (1) satu nama zone yaitu nama geografis 
sebenarnya terbentuk dari sekian banyak fosil yang ditemukan dari berbagai tempat yang 
posisi stratigrfisnya tidak diketahui dengan pasti dan apakah saling berkorelatif, (2) 
 fosil2 index zone fauna salah diidentifikasi, mis Koenigswald menyebut geraham Cervus 
(Axis) lydekkeri (rusa) untuk zone Ci Sande, setelah dire-interpretasi ternyata itu 
geraham tak lengkap milik Rhinoceros sondaicus (badak Jawa), dsb. 
 
Maka, re-interpretasi atas fosil2 index yang dulu dipakai Koenigswald untuk menysun 
biostrat-nya dimulai (Vos et al. 1982) atas koleksi fosil Koenigswald di Leiden Museum 
of Natural History dan P3G dan cek lapangan. Maka tahun 1984 keluarlah revised 
biostratigraphy itu (de Vos et al., 1982, de Vos, 1983, Sondaar, 1984) dengan 
zone-zone fauna sbb. : Satir (1.5 Ma), Cisaat (1.2 Ma), Trinil (1.0 Ma), Kedung Brubus 
(0.8 Ma), Ngandong, Punung (late Pliocene), Wajak (Holocene).
 
Fauna Kedung Brubus Vos dan Sondaar ekivalen dengan fauna Jetis Koenigswald. 
Implikasinya, maka Trinil Koenigswald dan Trinil Vos  Sondaar berbeda umur. Itu salah 
satu contoh kebingungan (atau kelirumologi he2..) dua skala tsb. Tambah 
membingungkan kalau di tulisan tak disebutkan ini pembagian menurut siapa. Dan, yaitu 
tadi, ada yang memihak yang klasik (Koenigswald), ada juga yang revised (coba deh 
buka2 paper/buku paleontologi kalau sempat). 
 
Nah, dengan semakin banyaknya daerah penemuan fosil vertebrata Plio-Pleistosen di 
Jawa, semoga segera bisa diputuskan mana yang mau dipakai. Saya pikir ini tantangan 
buat para vertebrate paleontologist. Ayo Pak/Bu... (maksudnya Pak Zaim dan teman2 
paleontologist di universitas2 dan lembaga2 penelitian)...
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas



-
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail is new and improved - Check it out!

Re: [iagi-net-l] Plio-Pleistocene Vertebrate Biostratigraphy of Java

2004-08-12 Terurut Topik Yahdi Zaim
Pak Awang Yth.,
Benar sekali yang Pak Awang uraikan tentang biostratigrafi vertebrata von K
(1934) vs. John de Vos dkk (1981  1982) dan Sondaar (1985 - kini beliau
sudah Almarhum, meninggal dua tahun yang lalu).
Pada tahun 1981, saya presentasi pada PIT IAGI di Bandung dengan judul
makalah saya : Revisi Stratigrafi dan Umur Formasi Pucangan di Daerah
Perning, Mojokerto, Jawa Timur.
Dalam makalah saya, saat itu saya sudah mengusulkan perubahan biostratigrafi
Von K (1934) dimodifikasi, dan saya mengusulkan bahwa garis batas antara
Fauna Jetis dengan Fauna Trinil yang lebih muda, tidak dapat ditarik dengan
batas yang tegas, tetapi putus-putus yang artinya ada kemenerusan unsur
fauna Jetis ke fauna Trinil. Hal ini berdasarkan penelitian lapangan di
Perning pada tahun 1980 dimana kami mendapatkan fosil Hippopotahus namadicus
yang merupakan salah satu penciri Fauna Jetis, didapatkan secara stratigrafi
dalam Pucangan Atas di mana terkumpul kelompok Fauna Trinil, sebaliknya, ada
Bufellus paleokarabau yang merupakan Fauna Trinil didapatkan secara
stratigrafi dalam Pucangan Bawah, dimana terkumpul Fauna Jetis. Kegamangan
saya atas biostratigrafi Von K (1934) tersebut ternyata pada tahun yang sama
(1981) diusahakan dirubah oleh John de Vos dkk dalam Modern Quaternary
Research in SE Asia, A.A. Balkema - Rotterdam, yang kemudian disempurnakan
oleh John de Vos dkk (1982) dan Sondaar (1985).
Yah, saya merasa juga sudah berusaha, tetapi yang didengar rupanya masih
juga hasil karya para Bule Walanda.., karena mereka memang studinya jauh
lebih sempurna, mengingat mereka mempelajari koleksi yang ribuan di Belanda
dan Jerman serta yang di P3G. Sedangkan saya, hanya berdasarkan data
stratigrafi,geologi dan beberapa temuan fosil vertebrata saja, karena
tentunya tidak mampu mempelajari yang di Belanda dan Jerman..

Wassalam,

Yahdi Zaim
Dept. eknik Geologi
FIKM - ITB


- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 12, 2004 1:49 PM
Subject: [iagi-net-l] Plio-Pleistocene Vertebrate Biostratigraphy of Java


 Mumpung lagi ada acara TV dan diskusi tentang fosil fauna vertebrata,
sebenarnya pembagian biostratigrafi fauna ini in problem.  Standard
biostratigraphy fauna vertebrata Plio-Pleistosen Jawa antara punya von
Koenigswald (1934, 1935) di satu kubu dan Vos et al. (1982) dan Sondaar
(1984) di kubu lain mungkin perlu dilihat lagi, apalagi kini semakin banyak
situs penenemuan fosil tersebut di Jawa Barat sebab skala biostrat yang ada
itu (von Koenigswald, Vos et al., Sondaar) terutama dibangun dari situs
fosil di sekitar Sangiran.

 Kalau saya ikuti tulisan2 sampai akhir 1990an tentang vertebrata fauna
Jawa berumur Plio-Pleistosen, nampak sekali bahwa ada yang memihak skala
biostrat Koenigswald, ada juga yang Vos et al., atau Sondaar. Bisakah
penemuan fosil yang semakin banyak dengan cakupan wilayah yang semakin
meluas memutuskan skala mana yang benar ? Sebab, kelihatannya usaha
radiometric dating atas ini pun tetap belum memutuskan dengan tegas.

 Tahun 1930, G.H.R. von Koenigswald datang ke Indonesia sebagai vertebrate
paleontologist dengan tugas khusus membuat pembagian biostrat fauna
Pliosen-Pleistosen Jawa berdasarkan fosil2 yang ditemukan dan fosil2 yang
belum ditemukan. Empat tahun penelitian, maka pada tahun 1934 keluarlah
skala biostratnya dengan nama zone fauna dan index fosilnya, dari tua ke
muda zone fauna tsb. : Cisande, Cijulang, Kali Glagah, Jetis, Trinil,
Ngandong, Sampung. Ini kira2 di sekitar Pliosen dan Plistosen. Kalau
paleontologist menemukan fosil, maka akan disebut apa umurnya, Zone Trinil
misalnya, demikianlah mereka berkomunikasi. Pembagian ini bertahan sekitar
40-50 tahun sampai ada yang mengritiknya.

 Pembagian Koenigswald mulai diragukan, a.l. : (1) satu nama zone yaitu
nama geografis sebenarnya terbentuk dari sekian banyak fosil yang ditemukan
dari berbagai tempat yang posisi stratigrfisnya tidak diketahui dengan pasti
dan apakah saling berkorelatif, (2)  fosil2 index zone fauna salah
diidentifikasi, mis Koenigswald menyebut geraham Cervus (Axis) lydekkeri
(rusa) untuk zone Ci Sande, setelah dire-interpretasi ternyata itu geraham
tak lengkap milik Rhinoceros sondaicus (badak Jawa), dsb.

 Maka, re-interpretasi atas fosil2 index yang dulu dipakai Koenigswald
untuk menysun biostrat-nya dimulai (Vos et al. 1982) atas koleksi fosil
Koenigswald di Leiden Museum of Natural History dan P3G dan cek lapangan.
Maka tahun 1984 keluarlah revised biostratigraphy itu (de Vos et al., 1982,
de Vos, 1983, Sondaar, 1984) dengan zone-zone fauna sbb. : Satir (1.5 Ma),
Cisaat (1.2 Ma), Trinil (1.0 Ma), Kedung Brubus (0.8 Ma), Ngandong, Punung
(late Pliocene), Wajak (Holocene).

 Fauna Kedung Brubus Vos dan Sondaar ekivalen dengan fauna Jetis
Koenigswald. Implikasinya, maka Trinil Koenigswald dan Trinil Vos  Sondaar
berbeda umur. Itu salah satu contoh kebingungan (atau kelirumologi he2..)
dua skala tsb. Tambah membingungkan

Re: [iagi-net-l] Plio-Pleistocene Vertebrate Biostratigraphy of Java

2004-08-12 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Zaim,
 
Tentu de Vos et al. dan Sondaar bisa seperti itu karena : (1) keseriusan, (2) dukungan 
dana, (3) dukungan organisasi profesi dan pemerintah, (4) publikasi yang luas. 
Kelihatannya kita di Indonesia untuk seperti itu ada beberapa faktor yang masih perlu 
dibenahi, tetapi saya yakin kita akan semakin baik. Semoga tongkat estafet keahlian 
dalam kepurbakalaan Indonesia bergulir terus dengan lancar dan penelitian, publikasi, 
serta sosialisasi-nya semakin menggairahkan, sehingga dunia semakin mengenal kepakaran 
ahli-ahli Indonesia. Saya mengerti, di kalangan kita pun (baca : geologist)tidak mudah 
menularkan kegemaran kepada ilmu kepurbakalaan, apalagi kepada masyarakat luas, tetapi 
di sinilah tantangannya...
 
Salam,
awang

Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Awang Yth.,
Benar sekali yang Pak Awang uraikan tentang biostratigrafi vertebrata von K
(1934) vs. John de Vos dkk (1981  1982) dan Sondaar (1985 - kini beliau
sudah Almarhum, meninggal dua tahun yang lalu).
Pada tahun 1981, saya presentasi pada PIT IAGI di Bandung dengan judul
makalah saya : Revisi Stratigrafi dan Umur Formasi Pucangan di Daerah
Perning, Mojokerto, Jawa Timur.
Dalam makalah saya, saat itu saya sudah mengusulkan perubahan biostratigrafi
Von K (1934) dimodifikasi, dan saya mengusulkan bahwa garis batas antara
Fauna Jetis dengan Fauna Trinil yang lebih muda, tidak dapat ditarik dengan
batas yang tegas, tetapi putus-putus yang artinya ada kemenerusan unsur
fauna Jetis ke fauna Trinil. Hal ini berdasarkan penelitian lapangan di
Perning pada tahun 1980 dimana kami mendapatkan fosil Hippopotahus namadicus
yang merupakan salah satu penciri Fauna Jetis, didapatkan secara stratigrafi
dalam Pucangan Atas di mana terkumpul kelompok Fauna Trinil, sebaliknya, ada
Bufellus paleokarabau yang merupakan Fauna Trinil didapatkan secara
stratigrafi dalam Pucangan Bawah, dimana terkumpul Fauna Jetis. Kegamangan
saya atas biostratigrafi Von K (1934) tersebut ternyata pada tahun yang sama
(1981) diusahakan dirubah oleh John de Vos dkk dalam Modern Quaternary
Research in SE Asia, A.A. Balkema - Rotterdam, yang kemudian disempurnakan
oleh John de Vos dkk (1982) dan Sondaar (1985).
Yah, saya merasa juga sudah berusaha, tetapi yang didengar rupanya masih
juga hasil karya para Bule Walanda.., karena mereka memang studinya jauh
lebih sempurna, mengingat mereka mempelajari koleksi yang ribuan di Belanda
dan Jerman serta yang di P3G. Sedangkan saya, hanya berdasarkan data
stratigrafi,geologi dan beberapa temuan fosil vertebrata saja, karena
tentunya tidak mampu mempelajari yang di Belanda dan Jerman..

Wassalam,

Yahdi Zaim
Dept. eknik Geologi
FIKM - ITB





-
Do you Yahoo!?
Express yourself with Y! Messenger! Free. Download now.