Ida Arimurti Bukan Kepalanya, Tetapi yang Ada di Dalamnya!

2007-05-03 Terurut Topik bayugautama
Bukan Kepalanya, Tetapi yang Di Dalamnya

Ada satu lagi penggalan kisah lucu di masa sekolah dulu yang hingga
saat ini tidak pernah –dan saya yakin tidak akan pernah- bisa
terlupakan. Kali ini soal rambut, ya rambut di kepala saya yang susah
diatur. 

Sejak lahir saya dianugerahi dua `user-user' –atau apalah namanya-
oleh Allah SWT, sementara anak lainnya rata-rata hanya punya satu di
kepalanya. Orang tua dulu bilang, kalau anak memiliki dua user-user
berarti anak itu nakal, susah diatur dan bakalan jadi anak yang keras
kepala. Saya sendiri tidak pernah ambil pusing dengan anggapan
tersebut, karena memang seratus persen tidak percaya!

Soal susah diatur dan kaitannya dengan dua user-user itu, justru bukan
diri ini yang susah diatur, melainkan rambut di kepala saya. Ya, tidak
hanya saya yang dibuat sibuk dengan rambut ini, bahkan ibu saya pun
harus ikut mengurusi rambut ini setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah. 

Babak ini dimulai seiring dengan pertumbuhan seorang anak lelaki
menjadi remaja yang baru tumbuh. Saat duduk di kelas 6 Sekolah Dasar
(SD), remaja baru ini mulai mengenal lawan jenis dan menaruh
ketertarikannya kepada salah seorang temannya di kelas. Terang saja,
ia merasa harus tampil rapih dan menarik agar sang tautan hati
melihatnya sebagai lelaki yang sedap dipandang mata. Masalahnya,
lantaran dua user-user itulah ada bagian dari rambut yang berdiri
terus, orang betawi nyebutnya "njegrik", dan saya, si remaja baru itu,
selalu merasa tidak nyaman dengan rambut njegrik itu karena merusak
penampilan. 

Setiap pagi –selalu- remaja baru ini dibuat senewen, menggerutu dan
dibuat ngambek akibat rambut njegrik. Disisir ke depan salah, ke kanan
salah, ke kiri apalagi, ke belakang? Oh no… semakin tidak beraturan.
"Sini ibu sisirin…" tangan lembut ibu mengambil alih. Namun tetap saja
si njegrik itu tidak mau tiarap. Akhirnya ibu punya akal, diambilnya
cream rambut dan mengoleskan khusus di bagian yang berdiri saja.
Hasilnya, surprise! Mereka tiarap… saya pun melenggang ringan ke sekolah. 

Namun sebelum tiba di sekolah, adik saya tertawa melihat rambut saya.
"Njegrik lagi tuuhh…" tertawanya makin geli, membuat saya merasa tidak
berharga. Akhirnya hari itu ke sekolah dengan perasaan yang tidak
nyaman, bahkan saya merasa malu bertemu dengan teman-teman, tidak mau
mendekat dan bicara, terlebih kepada si inceran mata. 

Esok paginya, saya bilang ke ibu kalau idenya mengoleskan cream rambut
tidak menyelesaikan masalah. Ibu pun menawarkan saya untuk mengenakan
topi, tapi saya tolak mentah-mentah, karena bagi saya rambut merupakan
daya tarik yang justru tidak boleh ditutupi. Entah berapa lama sudah
saya merasakan ketidaknyamanan itu, entah sudah berapa cara dilakukan
untuk membuat rambut-rambut njegrik itu tertidur. Sampai pernah satu
kali saya memutuskan untuk memotong habis bagian yang njegrik itu,
hasilnya malah lebih parah! Teman-teman meledek saya pitakan… 

Hingga suatu hari, dalam keputusasaan di satu pagi. Tangan lembut ibu
membelai rambut saya, "bukan soal rambut di kepala ini nak, yang
penting yang ada di dalam kepalanya". Aah, sungguh kalimat yang
menyejukkan. Saya pun berangkat ke sekolah dengan langkah seringan
awan. Bahkan jika rambut ini berdiri semuanya pun saya tak lagi
peduli. Terima kasih ibu, ibu tahu betul yang saya butuhkan
sesungguhnya. Isi di dalam kepala ini, jauh lebih penting untuk saya
urusi. 

***

Don't judge the book from the cover. Kalimat yang cukup pas untuk
menggambarkan kisah di atas. Betapa sering kita mengurusi tampilan
luar, namun kerap terlupa memperbaiki pikiran dan hati ini. Kadang tak
pernah absen kita membetulkan semua yang berantakan di luar, tetapi
lupa menata yang di dalam. Kita sering mementingkan kemasan, tapi
mengabaikan isinya. Sementara di satu sisi, dalam menilai orang lain
pun, kerap mata ini hanya mampu melihat tampilan luar, tanpa mampu
menembus hingga ke kedalaman isinya. (Gaw) 





Ida Arimurti Namanya Sudah di Genggaman Allah

2007-05-03 Terurut Topik bayugautama
Hariyana Hermain, nama ini sudah tercatat dengan indah sebagai salah
satu yang akan segera mengunjungi rumah Allah. Yana, demikian
panggilan wanita ini, sungguh tidak menyangka dirinya mendapat
kesempatan luar biasa, menunaikan umroh memenuhi panggilan Allah.
Kisah Yana tentu menambah daftar panjang kisah-kisah ajaib dan
mengagumkan tentang orang-orang yang pergi ke tanah suci.

Yana dipercaya oleh sahabat-sahabatnya di kelompok pengajiannya untuk
menjadi bendara kelompoknya. Pengajian yang dilakukan setiap pekan itu
beranggotakan sebelas orang dengan satu pembina. Selama beberapa lama
pengajian berlangsung, terkumpullah uang sejumlah 1,7 juta rupiah.
Atas usulan salah seorang temannya, uang itu pun ditabung di salah
satu bank syariah nasional. Bahkan temannya yang bekerja di bank
tersebut juga yang membantu Yana mengurusi pembukaan rekening,
termasuk mengisi formulirnya.

Maha Suci dan Kuasa Allah yang mengatur setiap jengkal perjalanan
manusia, setelah beberapa lama uang itu ditanam di bank, teman Yana
yang bekerja di bank tersebut memberikan kabar gembira, "Yana, nama
kamu terpilih sebagai salah satu yang mendapat hadiah umroh…"

Yana senang bukan main, tak lupa ia mengucap syukur atas kehendak
Allah. Namun ia menggantungkan rasa senangnya itu sejenak, karena ia
sadar bahwa uang yang ditabungnya bukan miliknya sendiri, melainkan
milik jamaah pengajiannya. Maka dalam kesempatan pengajian berikutnya,
Yana mengantarkan berita ini ke forum. Sang pembina pun tak lupa
mengucapkan syukur, meski kemudian semuanya sepakat bahwa hadiah itu
belum sepenuhnya hak Yana. Sebelumnya, Yana pun sempat bertanya kepada
pihak bank apakah hadiah tersebut bisa dialihkan, ternyata bisa.

Ada sebelas anggota dalam kelompok pengajiannya, dan dari sebelas itu,
tujuh orang sudah pernah pergi ke tanah suci dan merelakan jatah umroh
itu untuk empat yang belum pernah. Akhirnya, diundilah empat nama,
termasuk nama Hariyana. Siapa pun nama yang keluar setelah dikocok,
maka dialah yang akan berangkat umroh. Sungguh Allah Maha Kuasa, Maha
Menentukan apa pun yang akan berlaku di muka bumi ini, ketika empat
nama itu dikocok, keluarlah satu nama; Hariyana Hermain.

Semua yang hadir bertakbir seraya mengucap syukur, semakin yakin bahwa
Allah sudah menggariskan semuanya. Nama Yana memang sudah berada di
genggaman-Nya, Allah memang sudah menentukan memanggil Yana untuk
menjumpai Allah di tanah suci.

Selamat jalan Yana, semoga keberkahan mengiringi keberangkatanmu ke
tanah suci. Kami berharap tak berapa lama lagi bisa menyusul Yana ke
tanah suci… (Gaw)

***

Catatan ini didedikasikan untuk saudariku Hariyana Hermain, Finance
Manager ACT – Aksi Cepat Tanggap, yang akan berangkat ke tanah suci,
Ahad, 6 Mei 2007.



Ida Arimurti Something Stupid

2007-05-03 Terurut Topik bayugautama
Adakah sesekali meluangkan waktu untuk sebentar saja merenung tentang
apa-apa yang telah berlalu? Tentang segala yang pernah terjadi di masa
lalu, khususnya berkenaan dengan diri kita sendiri? Jika ya, tentu
semua kita akan tersenyum tatkala lintasan-lintasan peristiwa manis
dan kesuksesan terputar dalam benak. Atau sedih dan sedikit menitikkan
air mata saat teringat kembali kenangan-kenangan yang menyesakkan
dada, tentang seseorang yang telah lama meninggalkan kita, atau apa
pun yang teramat sulit bagi kita melupakannya sebab begitu dalam
menghunjam di hati. Sangat pahit bahkan, pedih pula untuk mengingatnya
kembali.

Namun, kadang kita pun terbahak, senyum-senyum sendirian ketika
berbagai peristiwa bodoh di masa lalu melintas lagi. Saya ingat betul,
hari pertama masuk SLTP. Seragam putih biru yang saya dapat ukurannya
terlalu besar, namun saya memaksakan diri untuk tetap mengenakannya.
Mungkin saking bangganya saya bisa berseragam biru putih setelah
selama enam tahun berseragam merah putih. Celakanya, saya tak memiliki
gesper –ikat pinggang- sehingga di pagi hari sebelum berangkat
kebingungan mencari sesuatu yang bisa dipakai agar celana biru saya
tidak kedodoran.

Singkat cerita, sampailah saya di sekolah dan langsung mengikuti upara
bendera. Upacara bendera pertama saya di sekolah baru, dengan seragam
biru putih yang juga baru. Lantaran postur tubuh saya yang kecil,
sudah lazim ditempatkan di barisan paling depan saat berbaris. Namun
saya menolak, bukan karena saya merasa ada yang lebih kecil dibanding
saya, melainkan karena kemeja putih saya tidak dimasukkan ke dalam
celana. Akhirnya, saya berdiri di baris kedua, di depan saya seorang
anak yang tubuhnya kira-kira sekecil saya.

Entah mimpi apa malam sebelumnya, kepala sekolah melihat anak di baris
kedua di belakang anak lainnya yang tidak memasukkan kemeja putihnya
ke dalam celana biru. Dipanggillah anak itu ke depan, persis di dekat
tiang bendera. Sementara upacara belum dimulai, anak kecil siswa kelas
1F itu melangkah takut dan diminta menghadap ke arah ratusan siswa
lainnya yang mulai terjemur terik pagi. Kepala sekolah meminta anak
itu memasukkan kemeja putihnya ke dalam celana, "upacara tidak akan
dimulai jika kamu belum rapih," kalimat itu masih bisa terdengar
hingga detik ini. Sebab, anak bertubuh kecil itu adalah saya!

Malu, takut ditertawai dan langit serasa tengah runtuh hendak menindih
tubuh kecil yang berdiri di dekat tiang bendera itu. Ratusan pasang
mata tengah menatap, ratusan kepala seolah memasung kaki kecil di
tengah lapangan upacara, ketika saya mengangkat kemeja putih dan
hendak memasukkannya ke celana biru, dan… ratusan tawa pun
menggelegar, memecah langit, membuat si kecil itu menunduk malu tak
tertahankan.

Saya, hari Senin pagi itu, berangkat ke sekolah mengenakan seutas tali
rapiah sebagai ikat pinggang. Saya tidak punya ikat pinggang, namun
saya juga tidak mau kedodoran. Maka tali rapiah pun menjadi pilihan.
Saya merasa bodoh saat itu, merasa tidak berharga dan sangat malu,
menyesal menggunakan tali rapiah sebagai ikat pinggang. Tidak,
teman-teman dan guru yang menertawai saya di Senin pagi itu tak
bersalah. Mereka berhak menertawai kebodohan saya yang menggunakan
tali rapiah itu.

***

Ah, rasanya ingin tertawa terbahak-bahak jika mengingat kembali
berbagai kebodohan di masa lalu. Ya, mungkin saya dan kita semua boleh
tersenyum bahkan tertawa sekeras-kerasnya, karena kebodohan-kebodohan
yang kita lakukan di masa lalu itu boleh jadi karena kita melakukannya
karena kita tidak tahu, tidak mengerti atau belum pernah melakukannya
sebelumnya.

Bagaimana dengan kebodohan-kebodohan yang kita perbuat sesudah kita
banyak tahu, sudah mengerti dan bahkan sebenarnya berkali-kali pernah
melakukannya. Jika seorang anak kecil memasukkan telepon selular milik
Ayahnya ke dalam secangkir kopi, tentu saja itu bukan kebodohan.
Tetapi jika itu dilakukan oleh orang dewasa, bolehlah disebut
something stupid, satu kebodohan yang tidak perlu. Kalau melihat
anak-anak melakukan kekeliruan, siapa pun akan tertawa dan merasa itu
sesuatu yang lucu. Namun jika sebuah kekeliruan dilakukan oleh seorang
berpengalaman misalnya, apakah boleh disebut kebodohan?

Ada orang bijak mengatakan, jika melewati sebuah lorong dan kita
terjerembab ke dalam lubang itu wajar jika itu kali pertama kita
melewati lorong tersebut. Namun jika keesokan harinya melewati lorong
yang sama dan kembali terjerembab, itu lah kebodohan. Sebaiknya kita
senantiasa belajar dan mengambil hikmah dari pengalaman masa lalu,
agar kesalahan-kesalahan –dan kalau boleh disebut; kebodohan- di masa
lalu tidak terulang kembali.

Saya yakin, setelah membaca tulisan ini, Anda akan senyum-senyum
sendiri atau sedikit tertawa karena tiba-tiba saja melintas something
stupid di masa lalu. (Gaw)

***

School of Life, Chapter V: Something Stupid

Ceritakan peristiwa-peristiwa masa lalu Anda yang kerap membuat kita
merasa "stupid" dalam forum life sharing di School of Life (SOL).

Minggu, 20 Mei 2007
Pukul 09.

Ida Arimurti SOL Chapter 4: Pengantin baru Vs Penganti Lama

2007-02-26 Terurut Topik bayugautama
Assalaamu'alaikum warrahmatullahi wabarokaatuhu,

Apakabar SOL Members? Mohon maaf sebelumnya kita telah melewatkan
bulan Februari tanpa forum SOL. Mungkin sudah tahu penyebabnya, ya
banjir dimana-mana membuat kebanyakan kita sangat sibuk. Tetapi, di
bulan Maret 2007 ini SOL akan kembali digelar dengan tema yang hmm...
insya Allah menarik.

Pengantin baru, sudah pasti tidak ada yang tak menarik berbicara
tentang hal tersebut. Soal indahnya hari-hari setelah akad nikah,
hebohnya malam pertama, riuh rendahnya perasaan dua sejoli, sampai
soal penemuan hal-hal baru pada diri pasangan yang semasa sebelum
nikah tidak terungkap.

Bagaimana dengan pengantin lama? alias pasangan yang sudah
bertahun-tahun, belasan dan bahkan puluhan tahun menikah. Masih adakah
kemesraan diantara pengantin lama ini? bagaimana tetap menjaga ritme
kasih sayang dengan disibukkan urusan dapur, urusan anak-anak dan
lainnya? Atau jangan-jangan... sudah tidak ada lagi kehangatan seperti
dulu saat mereka menjadi pengantin baru.

Pastikan Anda menjadi bagian dari peserta School of life Chapter 4;
Pengantin baru Vs Pengantin lama. Anda yang belum menikah pun, layak
untuk menyimak dan terlibat dalam serunya sekolah kehidupan ini. Be
there...

School of Life, Chapter 4: Pengantin Baru Vs Pengantin Lama
MP Book Point, Jl. Puri Mutiara Raya No. 72, Jakarta Selatan
Ahad, 18 Maret 2007, Pukul 09.00 s/d 13.00 WIB
Bersama: Bayu Gawtama dan Bobby Herwibowo

Informasi dan reservasi:
Andhika Purbo Swasono
021-68545401, 08561115545
[EMAIL PROTECTED]
http://schooloflife.multiply.com 

keterangan:
infak sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah), transfer ke
rekening bank mandiri 126 000 4272786 (confirm infak ke Andhika by SMS
atau email; [EMAIL PROTECTED]). 






Ida Arimurti Re: Dongeng anak-anak muslim

2006-11-16 Terurut Topik bayugautama
di sekolah mana pak? mungkin bisa saya bantu?

Wassalaam
Gaw


--- In idakrisnashow@yahoogroups.com, daniel hasjiem <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jeng Ida & all milis member,
>   Ada yang bisa bantu gak, informasi mengenai pendongeng cerita
anak-anak muslim.
>   Saya pernah lihat di pameran, tapi gak tau namanya. 
>   Lagi butuh nih untuk acara anak ku disekolahnya.
>   Ada yang bisa bantu untuk no.contact dan namanya, kirim di
milist aja.
>   Thanks ya.
>   Daniel.H
>
>
>
> 
>  
> -
> Sponsored Link
> 
> $420,000 Mortgage for $1,399/month -   Think You Pay Too Much For
Your Mortgage? Find Out!
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>






[Ida-Krisna Show] Indah dan Lintang Masih Terluka

2006-01-03 Terurut Topik bayugautama
Indah dan Lintang Masih Terluka

Ini masih mengenai kasus dua bocah balita yang dibakar ayahnya. 
Indah dan Lintang, tentu Anda masih ingat mereka. Beberapa hari 
belakangan, kasus mereka diulas terus menerus di acara-acara 
kriminal televisi, tak terkecuali juga di media cetak. Sayangnya, 
media massa lebih menggembar-gemborkan perkara kriminalnya, kondisi 
dua bocah lugu ini nyaris tak pernah diceritakan.

Indah dan Lintang, dua bocah balita tak berdosa, saat ini masih 
tergolek tak berdaya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Indah 
mengalami luka bakar hampir 90%. Hanya perut dan pangkal paha bagian 
kirinya yang masih utuh. Selebihnya, tubuh bocah tiga tahun ini 
mengalami luka bakar serius. Mata sebelah kirinya terancam buta 
karena kondisinya saat ini sudah tertutup rapat.

Cericau perih yang ia lontarkan dari mulut mungilnya tak kuasa 
menahan air mata siapa pun yang mendengar. Anak sekecil ia, tentu 
tak terlalu mengerti apa yang menimpa dirinya, dan pertikaian antara 
kedua orang tuanya. Apalagi bila Anda melihat gelembung-gelembung 
cairan di sekujur punggung dan dadanya karena luka bakar, tentu tak 
kuasa kita membayangkan perihnya. Lintang, yang berusia 11 bulan 
memang tak separah kakanya, tetapi, untuk anak seusia itu, percikan 
api kecil saja sudah membuat mereka takut.

ACT, melalui program Mobile Social Rescue nya telah berusaha 
meringankan biaya pengobatan kedua kakak beradik ini. Kami telah 
melakukan advokasi dengan membantu proses pembuatan kartu Gakin 
(keluarga Miskin) dan pemberian biaya awal perawatan. Namun, Selasa 
sore, keluarga Lintang menelpon kami dan memberitahukan bahwa surat-
surat untuk keringanan biaya mereka ditolak pihak RSCM. Saat itu 
juga, mereka berniat memboyong pulang dua anak ini.

Alhamdulillah, karena ada pihak yang masih peduli, mereka bisa 
meneruskan perawatan Indah dan Lintang di rumah sakit. Namun, biaya 
ini hanya cukup untuk beberapa hari saja. Untuk luka yang cukup 
parah, diperlukan operasi bedah yang biayanya tinggi, tak sebanding 
dengan pendapatan seorang istri penganggguran seperti Yeni, Ibunda 
Indah dan Lintang.


Anda yang membaca kisah ini, tentulah ikut merasakan penderitaan si 
kecil Indah dan Lintang. Wujudkan simpati dan empati Anda dengan 
menyalurkan bantuan melalui :

(atas nama Yayasan Aksi Cepat Tanggap)
BCA 676 0 30 31 33
Mandiri 128 000 4555 808
BSM 004 011 
Muamalat304 0022 915
Cantumkan nama dan nomor telepon Anda, serta peruntukkan donasi 
(untuk Indah dan Lintang)

Informasi   : Maya Dwilestari
  021-7414482







 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[Ida-Krisna Show] kalo gitu saya gak perlu kirim artikel lagi! Re: HIL..HIK..HIK..IDA KRISNA SHOW

2005-12-28 Terurut Topik bayugautama
Hmm, speechless deh, bukan karena selama ini saya cukup menikmati 
gaya mbak Ida membacakan tulisan2 saya, seperti yang saya dengar 
tadi pagi, "Cinta Putih" (nampaknya itu artikel terakhir saya yang 
dibacakan di IKS ya?), tapi karena saya memang sudah merasa begitu 
dekat dengan IKS, mbak Ida yang zuper ramah dan mas Krisna yang 
renyah... he he

Kalo emang IKS bubaran, berarti saya gak perlu lagi kirim artikel ke 
IKS ya? 

mbak id dan mas kris, thx buat semua celoteh paginya ya, semoga ada 
acara yang lebih menarik untuk Anda berdua, sehingga kami para 
penikmat setia acara IKS masih bisa menemukan mbak dan mas di lain 
acara dan (mungkin) tempat. 

Eh, saya juga aneh, ada apa dengan Delta?

Gaw

--- In idakrisnashow@yahoogroups.com, "Ida arimurti" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> SAHABAT-SAHABATKU TERCINTA DIMILIS,
>  
> Dengan sedih dan berat hati,kita sampaikan bahwa IDA KRISNA SHOW 
tidak
> lagi mengudara
> atau siaran pada pagi hari di 99,1 Delta FM karena perubahan 
format baru
> pada siaran Delta.
> Banyak kenangan bersama anda semua yg tidak pernah saya lupakan.






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Listen to Internet Radio! Access to your favorite Artists!
Click to listen to LAUNCHcast now!
http://us.click.yahoo.com/_mKGzA/GARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[Ida-Krisna Show] Qurban untuk Korban Bencana

2005-12-20 Terurut Topik bayugautama
Qurban untuk Korban Bencana

Coba diingat-ingat Hari Raya Idul Adha tahun lalu, siapa saja yang 
menerima pembagian daging qurban? Fakir miskin, bagus. Anak yatim, 
tepat. Amilin, bolehlah. Tetapi, ada fenomena yang cukup merata di 
beberapa kota dan daerah, acara bakar sate bersama di malam setelah 
hari pemotongan hewan kurban. 

Tidak ada yang salah dengan acara bersama itu, toh boleh jadi daging 
itu mereka dapatkan karena mereka memang berhak. Atau mereka yang 
pesta sate kambing itu adalah para pekurban yang boleh mendapatkan 
sedikit bagian dari yang dikurbankannya. Belum lagi di berbagai 
daerah banyak terjadi pembagian daging kurban yang tidak merata, dan 
tidak tepat sasaran. Orang-orang yang semestinya tak berhak 
mendapatkan bagian daging kurban, justru berasyik ria dengan daging 
yang bukan haknya. 

ACT-Aksi Cepat Tanggap meluncurkan program Qurban untuk Korban 
bencana (QKB). Dari namanya, jelas bahwa program ini ditujukan bagi 
para pekurban yang ingin agar daging kurbannya lebih tepat sasaran, 
dan langsung diterima oleh orang-orang yang dianggap lebih layak 
mendapatkannya. Yakni, para pengungsi dan korban bencana alam yang 
hingga kini masih tersebar di beberapa daerah, seperti Aceh, NTT, 
Banten, NTB, Maluku dan Sumatera Barat. 

Qurban untuk Korban Bencana (QKB) diluncurkan atas dasar kepedulian 
terhadap para pengungsi dan korban bencana yang banyak menderita 
kerugian harta dan jiwa saat terjadi bencana. Masyarakat pengungsi 
banyak kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Akibatnya, 
mereka pun kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sehat, 
bergizi dan halal. 

ACT-Aksi Cepat Tanggap melalui program Qurban untuk Korban Bencana 
(QKB) ini memandang moment Idul Adha merupakan saat yang tepat untuk 
membantu korban bencana. Berkurban di daerah bencana, setidaknya 
dapat meringankan beban hidup para korban bencana, daging kurbannya 
bisa langsung didistribusikan kepada korban bencana. 

Program ini mulai berlaku sejak tanggal 5 Desember 2005 hingga 10 
Januari 2005. Adapun daerah sebaran QKB-ACT ini antara lain; Pulau 
Simeuleu dan Kabupaten Pidie (Nanggroe Aceh Darussalam), NTT, 
Kabupaten Lebak (Banten), Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah), NTB, Pulau 
Buru (Maluku), Solok dan Pasaman (Sumatera Barat). 

Harga hewan kurban melalui program Qurban untuk Korban Bencana (QKB) 
ini ditentukan sebagai berikut:

Kambing (25-30kg)   Rp. 725.000,-
Sapi (250-300kg)Rp. 5.750.000,-

Partisipasi Qurban untuk Korban Bencana (QKB) bisa langsung melalui 
rekening:

BCA 676 030 31 33
Bank Mandiri128 000 4555 808
Syariah Mandiri 004 011 
Bank Muamalat   304 0022 915

Layanan Qurban untuk Korban Bencana (QKB)
ACT-Aksi Cepat Tanggap
Komplek Perkantoran Ciputat Permai Blok B-8
Jl. Ir. H. Juanda No. 50 Ciputat 15419
Telp. +62 21 7414482, Fax. +62 21 7420664
Website: www.aksicepattanggap.com

Contact Info: Maya Dwi Lestari, 0856 115 4124







 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Over 1 billion served! The most music videos on the web.
Click to Watch now!
http://us.click.yahoo.com/xmKGzA/IARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[Ida-Krisna Show] ruminah

2005-12-18 Terurut Topik bayugautama
9 Bulan Terbaring di Rumah, Ruminah Nyaris Tak Tertolong Karena Paru-
Parunya Penuh Cairan



Sabtu, 3 Desember 2005, saat Tim ACT-Aksi Cepat Tanggap Rescue sedang 
bergotong royong memperbaiki rumah H. Lucky, Tim mendapatkan laporan 
bahwa salah seorang tetangga H. Lucky , Ruminah (39 tahun) sedang 
sakit parah dan dalam kondisi kritis. Mendapat laporan tersebut, 
koordinator ACT Rescue, Eko Yudho, didampingi dua anggota tim segera 
mendatangi kediaman Ibu Ruminah. 
Sejak sembilan bulan lalu, Ruminah menderita sakit pada paru-parunya 
dan selama itu pula penyakitnya tak pernah mendapat perawatan serius. 
Lantaran keluarganya tergolong tak mampu, pengobatan hanya dilakukan 
di Puskesmas atau mantri kesehatan. Untuk jenis penyakit yang 
diderita Ruminah, penanganan di Puskesmas tentu saja tak memadai. 
Karenanya, kondisi Ruminah tak kunjung membaik. Untuk membawa Ruminah 
ke rumah sakit, Madi Usup (50 tahun), sang suami, khawatir tidak 
mampu membayar biaya pengobatan dan perawatan selama di rumah sakit. 
Terbayang di benak Madi, biaya yang sangat mahal untuk proses 
pengobatan isterinya. 
Namun, melihat kondisi Ruminah yang makin kritis, setelah 
bermusyawarah dengan seluruh keluarga, mereka bermufakat untuk 
membawa Ruminah ke rumah sakit dengan konsekwensi akan menjual apapun 
yang dimiliki untuk biaya pengobatan. "Kemarin, kami telah membawa ke 
Rumah Sakit Fatmawati dan Rumah Sakit Bakti Yudha, namun ditolak pak, 
karena penyakitnya yang sangat parah, dan kami bawa pulang kembali. 
Kini kami semua sudah pasrah kepada Allah SWT," tutur Madi Usup 
kepada Eko.  
Kedatangan Tim ACT Rescue ini disambut haru oleh anggota keluarga dan 
kerabat. Airmata harapan kembali menggenang di sudut mata setiap 
anggota keluarga. Dikelilingi anggota keluarga dan kerabat, Ruminah 
tampak tergolek tak berdaya di atas selembar tikar. Di sisinya, 
terdapat beberapa botol infuse kosong yang sudah tidak terpakai lagi. 
Sungguh pemandangan yang memilukan dan mengiris hati. Eko pun segera 
menghubungi dr. Arifianto untuk berkonsultasi cara penanganan 
Ruminah. Atas saran dr Arifianto, Tim ACT segera membawa Ruminah ke 
LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) Ciputat untuk tindakan emergency. 
Saat dibawa, Ruminah sudah dalam keadaan tak sadar. Sampai di LKC, 
Ruminah segera ditangani oleh dr Rina. Dari hasil pemeriksaan, 
ternyata paru-paru Ruminah penuh cairan infuse, dan jika tidak segera 
ditangani maka jiwanya tidak tertolong. Karena keterbatasan peralatan 
dan melihat kondisi Ruminah yang makin kritis, maka dr Rina segera 
merujuk ke RSCM Jakarta. Menggunakan ambulance LKC, Ruminah pun 
segera dilarikan ke RSCM didampingi oleh paramedis dari LKC dan Tim 
ACT Rescue.  
Sesampainya di RSCM, Ruminah langsung masuk ruang UGD. Ambulance dan 
paramedis LKC kembali ke Ciputat, sementara Tim ACT Rescue tetap 
mendampingi. Proses penanganan selanjutnya dilakukan oleh Anwar 
anggota Tim ACT Rescue. Karena Ruminah tidak memiliki ASKES dan Kartu 
Gakin, pihak rumah sakit meminta jaminan pembayaran. Maka Tim ACT 
Rescue-lah yang menjamin biaya selama kondisi emergency ini. Selesai 
dari UGD, Ruminah dibawa ke ruang ICU untuk penanganan selanjutnya. 
Seiring dengan proses penanganan Ruminah, anggota Tim ACT Rescue 
lainnya memberi pengarahan dan minta bantuan kepada Ketua RT setempat 
untuk secepatnya memproses Surat Keterangan tidak mampu dan Kartu 
GAKIN untuk Ruminah. Namun ternyata, untuk pengurusan surat-surat 
tersebut, tak semudah yang dibayangkan. Mohon doa dan bantuan, agar 
Ruminah bisa terbantu. 
Data Ruminah : 
Nama : Ruminah
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 15 Juni 1966 
Suami   : Madi Usup
Tempat Tanggla Lahir : Bogor, 10 Oktober 1955 
Pekerjaan   : Buruh
Jumlah Anak  : 3 orang
Alamat   : Kp. Perigi, Desa Bedahan RT 04/06 Sawangan Depok.
Bantuan bisa disalurkan melalui rekening:
BCA 676 0 30 31 33
Bank Mandiri 128 000 4555 808
BSM 004 011 
Muamalat 304 0022 915
(atas nama Yayasan Aksi Cepat Tanggap)

Info: 08561154124 (Maya)

Bayu Gawtama
Communication Team
Aksi Cepat Tanggap (ACT)
0217414482
0852 190 68581






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Over 1 billion served! The most music videos on the web.
Click to Watch now!
http://us.click.yahoo.com/xmKGzA/IARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is 

[Ida-Krisna Show] Menangislah untuk Yahukimo

2005-12-16 Terurut Topik bayugautama
Menangislah untuk Yahukimo 

Tatapan matanya begitu tajam, sepasang anak dan ibu itu terus 
membuntuti saya lewat tatapannya. Semakin menjauh saya semakin 
memicing matanya, seolah tak ingin melepaskan saya yang semakin jauh. 
Beberapa kali saya menengok ke belakang, masih saja dua pasang mata 
itu menatap, semakin tajam terasa bahkan. Tapi, jauh di dalam 
ketajaman matanya itu teramat jelas sejarah panjang tanah tempat 
tinggalnya yang teramat jauh dari peradaban. Sebuah kampung yang 
berada di lembah, dengan pegunungan di sekelilingnya. Hanya sebuah 
pesawat kecil yang mampu menjangkau tempat tinggalnya. 

Yahukimo, baru-baru ini namanya terdengar. Sebagian orang masih 
terpeleset lidahnya karena terbiasa menyebut Yohokama, salah satu 
kota di Jepang. Tapi Yahukimo bukan di Jepang, ia berada di 
Indonesia, tepatnya di Papua. Lebih tepat lagi, berada di daerah 
Jawawijaya. Kabupaten Yahukimo adalah pemekaran dari Kabupaten 
Jayawijaya. Selain Yahukimo, dua kabupaten lainnya adalah Tolikara 
dan Pegunungan Bintang. Namun, di banding tiga kabupaten lainnya, 
Yahukimo lah yang bernasib paling buruk. Dan baru-baru ini, orang 
Indonesia di berbagai kota baru sadar, ada satu daerah di Papua yang 
bernama Yahukimo. 

Yahukimo mendadak terkenal bukan karena di tanah itu terdapat 
kandungan emas, seperti halnya Timika. Bukan juga karena di daerah 
itu tempat kelahiran seorang artis ternama ibukota. Tak ada tambang 
emas di Yahukimo, pun tak ada artis yang dilahirkan di salah satu 
dari 34 Distrik yang ada di Kabupaten Yahukimo. Justru, kabar yang 
membuat Yahukimo begitu terkenal baru-baru ini adalah sebuah kabar 
memilukan, puluhan orang diduga mati kelaparan. 

Miris mendengarnya. Tentu saja. Karena Yahukimo bukan di Ethiopia, 
bukan pula di negara lain yang menjadi langganan bencana kelaparan. 
Tapi Yahukimo masih berbendera Indonesia dan berbahasa yang sama 
dengan orang Jakarta. Suku-suku di Papua memang berbeda bahasa, namun 
justru yang menyatukan mereka adalah bahasa Indonesia. Bahasa negara 
yang menjadi tumpuan mereka, agar nasib mereka setidaknya tak jauh 
berbeda dengan orang-orang di Jakarta. 

Saya dan Eko Yudho, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang langsung 
dikirim begitu kabar pilu itu menyeruak, tak kuasa menahan tangis 
tatkala melihat langsung kondisi masyarakat Distrik Holuwon, salah 
satu distrik di Kabupaten Yahukimo. Siburuh, begitu sebutan mereka 
untuk umbi-umbian yang menjadi makanan utama masyarakat Yahukimo. Tak 
ada lagi siburuh untuk dimakan, adalah hujan lebat yang terus menerus 
mengguyur tanah mereka sejak Mei 2005, menyebabkan warga gagal panen. 
Siburuh yang mereka tanam, tumbuh tanpa isi dan lembek. Akibatnya, 
tak satu pun yang bisa dimakan. Alternatif makanan mereka saat ini 
adalah buah merah, yang bagi sebagian orang Jakarta dijadikan obat 
yang lumayan mahal harganya. 

Menurut catatan Kepala Pos Distrik Holuwon, Bernard Yahole, 25 orang 
sudah meninggal akibat kelaparan di Distriknya. Distrik Holuwon 
dihuni oleh 8975 penduduk yang tersebar di 15 Kampung. Mereka yang 
meninggal terdiri dari anak-anak dan orang dewasa. Meski Bernard 
secara tegas bahwa 25 warganya memang meninggal akibat kelaparan. 
Mungkin tidak serta merta seluruhnya meninggal akibat kelaparan, bisa 
jadi sebagian mereka meninggal karena sakit. Bernard pun menjelaskan, 
bahwa di distriknya bukan hanya bencana kelaparan yang tengah 
terjadi, ditambah wabah penyakit. Selain Malaria yang sudah menjadi 
endemi di Papua, diare, penyakit pernafasan dan juga penyakit yang 
disebabkan oleh bakteri amoeba pun menyerang warga Holuwon. Sangat 
mungkin, mereka yang awalnya kelaparan, sangat mudah terserang 
penyakit lantaran daya tahan tubuh mereka melemah. Kemudian, ajal pun 
siap menjemput. 

Tragis memang. Puluhan orang harus mati kelaparan. Mereka meninggal 
sebagai warga negara Indonesia. Sementara para pejabat Kabupaten 
Yahukimo, justru lebih banyak berada di kota, bahkan lebih sering ke 
Jakarta. Wajarlah, bila orang yang kelaparan hingga mati di 
wilayahnya tak pernah terdeteksi. Dan terperanjatlah mereka setelah 
tahu ada warganya yang mati. Mati kelaparan. 

Menangiskah kita untuk Yahukimo? Atau berita kelaparan Yahukimo 
sekadar menjadi berita hangat peneman teh panas di pagi hari kita, 
tanpa ada tangan terhulur untuk mereka. Ah, jangan-jangan kita begitu 
mudah berujar, "Itu sudah menjadi tugas pemerintah".

Saya benar-benar masih terus terbayang wajah sepasang anak dan ibu 
itu. Tatapan matanya tajam, tapi kosong. Sekosong perut mereka 
pastinya. 

Bayu Gawtama





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I w

[Ida-Krisna Show] Musibah Kelaparan di Hari Ketahanan Pangan Nasional

2005-12-09 Terurut Topik bayugautama
Musibah Kelaparan di Hari Ketahanan Pangan Nasional, 2 Relawan ACT 
Terbang ke Papua

Ironis. Sekaligus mengejutkan. Negeri gemah ripah loh jinawi seperti 
Indonesia harus mengalami musibah kelaparan, bahkan telah memakan 
korban jiwa hingga 55 orang. Papua, pulau terjauh dari pusat 
pemerintahan Indonesia menggemparkan dengan berita terbarunya. 55 
orang meninggal dan 112 orang sakit berat di Kabupaten Yahokimo, 
Papua, akibat kelaparan. 

Bahkan, berita yang dilansir di beberapa media hari ini, bencana 
kelaparan terjadi di tujuh distrik dan 10 pos pemerintahan di 
Kabupaten Yahokimo, Papua, sejak 11 November 2005. Sekitar 55.000 
penduduk di tujuh distrik itu kehabisan makanan umbi-umbian karena 
terlambat menanam. Daerah pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya ini 
hanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang. 

Kejadian ini sungguh sebuah ironi di negeri ini, bukan hanya karena 
Indonesia terkenal sebagai negeri subur dengan sumber daya alam yang 
berlimpah, tetapi karena musibah ini terjadi bertepatan dengan Hari 
Ketahanan Pangan Nasional. 

Adanya bencana ini, dua relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Bayu 
Gawtama dan Eko Yudho, Minggu pagi (11/12) direncanakan terbang ke 
Yahokima guna memberikan bantuan makanan dan obat-obatan. "kami 
berharap, ini menjadi perhatian serius pemerintah. Musibah yang 
sampai luput dari perhatian pemerintah ini harus segera ditangani. 
Dan kami berusaha membantu semampunya, tentu dengan bantuan dari 
berbagai elemen masyarakat, " ujar Ahyuddin, Direktur ACT. 

Seperti biasanya, aksi ACT akan sangat memanfaatkan sumber daya lokal 
yang ada, baik relawan maupun dalam pengadaan bahan bantuan. ACT 
hanya membawa sejumlah uang untuk kemudian membelanjakan bahan 
makanan dan obat-obatan di Papua sebagai bagian dari upaya 
pemberdayaan masyarakat lokal. 

Diharapkan, keberangkatan relawan ACT ke Papua ini juga mendapatkan 
sokongan dari seluruh elemen masyarakat di Indonesia, kalau perlu 
dunia internasional. Agar lebih banyak bantuan yang tersampaikan 
untuk saudara-saudara kita di Papua. (Bayu Gawtama)

Bantuan bisa disalurkan melalui
Rekening kemanusiaan ACT: 

BCA 676 0 30 31 33
Mandiri 128 000 4555 808
BSM 004 011 
Muamalat304 0022 915

Informasi   : Maya 
  021-7414482
Maya Dwi L
Communication Team
Aksi Cepat Tanggap (ACT)
0856 115 4124






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Over 1 billion served! The most music videos on the web.
Click to Watch now!
http://us.click.yahoo.com/xmKGzA/IARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[Ida-Krisna Show] H. Zacky, Potret Keluarga Miskin di Pinggiran Jakarta

2005-12-06 Terurut Topik bayugautama
Tidak kuasa kami menahan haru menyaksikan kondisi Sebuah rumah yang 
hampir roboh, dindingnya yang terbuat dari bata putih sudah 
berangsur condong, atapnya dari asbes bekas sudah porak poranda 
akibat terpaan angin ribut disertai hujan, yang melanda desa Bedahan 
Sawangan depok pada hari Rabu 30 November 2005. Rumah dengan 
bangunan seluas 50 meter persegi dibangun di atas tanah seluas 50 
meter persegi itu dihuni oleh H. Zacky Tamam Muslim (57 tahun) 
bersama sang istri, Hindun (44 tahun) dan enam orang anaknya. Dalam 
rumah itu juga terdapat dua mantu serta dua cucunya. Berarti rumah 
yang nyaris roboh tersebut dihuni 3 keluarga dengan 12 jiwa. Mereka 
hidup tanpa listrik dan tidur beralaskan tikar, seluruh anggota 
keluarga lebih banyak berpuasa meski diluar bulan Ramadhan. 

H. Zakcy yang sebelumnya bernama Lucky Lucas Polhaupessy adalah 
seorang mualaf yang mengucapkan syahadat pada tahun 1995. Gelar Haji 
yang dimilikinya adalah hadiah dari Departemen Agama yang 
memberangkatkannya ke Tanah Suci pada tahun 1997. Keinginannya yang 
kuat untuk menimba ilmu dan wawasan keislaman salah satunya 
dilakukan dengan melakukan perjalanan Jihad Muhibah pada tahun 1999 
yaitu melakukan berjalan kaki ke seluruh wilayah Indonesia. 

Profesi H. Zacky adalah guru privat Bahasa Inggris dan pengrajin 
maket miniatur menara dari bahan bambu. Setelah krisis moneter tahun 
1998, usaha kerajinan tangan mulai suram apalagi setahun yang lalu 
sang istri menderita sakit stroke memerlukan biaya yang besar, 
sehingga modal usahanya terpakai untuk membiayai pengobatan 
istrinya. Demikian pula kegiatan mengajar sebagai guru privat juga 
sudah mulai berkurang karena biaya transportasi yang mahal akibat 
kenaikan BBM. Kini mobilitasnya jauh menurun, kalaupun mengajar, 
sang guru privat ini harus berjalan kaki dari Sawangan ke tempat ia 
mengajar, antara lain di Jakarta dan di Bogor. Untuk kembali 
menggerakkan roda ekonomi keluarga, H. Zacky sangat membutuhkan 
modal usaha. Sebenarnya usaha kerajinan membuat miniatur menara ini 
banyak pesanan dari beberapa pihak. Saat ini ada permintaan 
pembiatan miniature rumah adat dan menara yang belum terselesaikan 
akibat tidak adanya dana. 

Hindun, sang istri, pernah menjadi kepala dapur Pesantren Al-Awwabin 
yang berada di depan rumahnya. Namun setahun yang lalu ia tak lagi 
bekerja di pesantren tersebut karena penyakit stroke yang 
dideritanya. Kini Hindun lebih banyak di rumah dan tidak bisa 
melakukan kegiatan untuk menopang ekonomi keluarganya. Hingga hari 
ini, Hindun masih perlu perawatan intensif untuk penyakitnya itu. 
Namun, ketiadaan biaya membuatnya lebih banyak pasrah menerima 
nasib. 

Meski terhimpit ekonominya, namun untuk pendidikan anaknya, H. Zacky 
sangat memberi perhatian dan berharap kelak anaknya yang masih 
sekolah dapat membahagiakan orang tuanya di kemudian hari. Upaya ini 
terlihat dari anak ke tiganya yang masih duduk di bangku SMA kelas 
2, mendapatkan beasiswa karena prestasinya dan keahliannya melukis. 
Tidak selayaknya anak usia SMA yang lain, anak gadis H. Zacky ini 
juga harus berjuang untuk meringankan orang tuannya. Ia berangkat 
dan pergi ke sekolah dengan berjalan kaki yang jaraknya lebih dari 5 
kilometer. Setelah jam pelajaran sekolah usai, ia tidak langsung 
pulang, tetapi membantu membersihkan dan merapikan musholla yang 
berada di lingkungan sekolah. Oleh pengurus mushollah, ia diberi 
uang jajan dan untuk membeli peralatan sekolah. 

1 Desember 2005, di bawah terik matahari dengan berjalan kaki dari 
rumahnya, H. Zacky menuju kantor ACT yang berjarak lebih dari 25 Km. 
Lelaki itu berharap ada pihak yang dapat meringankan beban hidupnya. 
Di kantor ACT, ia diterima oleh staf komunikasi untuk selanjutnya 
berkas diteruskan ke ACT Rescue di bawah Divisi Program. Dari 
penuturan H. Zacky dan kesimpulan diskusi Divisi Program, berselang 
satu hari, Tim ACT Rescue meluncur menuju kediaman H. Zacky untuk 
melakukan verifikasi dan validasi data. Setelah melihat langsung 
kondisi rumah dan keluarganya, tak kuasa kami menahan air mata. Tak 
layak kami menyebut rumah itu sebagai tempat tinggal. Atapnya 
tinggal seperempat bagian, dindingnya nyaris roboh, lantaran pernah 
ditabrak mobil. Apabila hujan turun, semua anggota keluarga harus 
mengungsi sebab kamar dan ruang tamu banjir. Mengingat kondisi rumah 
yang sudah sangat tidak layak huni, yang sewaktu-waktu rumah 
tersebut roboh dan dapat mengakibatkan jatuhnya korban. Kadang saat 
hujan deras, mereka lebih memilih berbasah kuyup kedinginan karena 
khawatir rumah mereka roboh. 

Tim ACT Rescue segera merencanakan untuk melakukan tindakan 
emergency secepatnya. Yaitu membangun kembali bagian atap rumah dan 
memasang slope untuk memperkuat rangka penyangga atap. 

3 Desember 2005, sepuluh anggota Tim ACT Rescue beraksi bergotong 
royong membangun atap rumah H. Zacky. Sebagian dana yang diterima 
ACT dari para donatur, kami pergunakan untuk membangun rumah 
tersebut. Saat ini, kami masih menerima beberapa 

[Ida-Krisna Show] Menolong, Pekerjaan Paling Nikmat

2005-11-30 Terurut Topik bayugautama
Seringkali saya melihat seorang pemuda dengan sabar menyeberangkan
seorang tunanetra, tangannya erat menuntun agar terhindar dari
kecelakaan. Di lain tempat, pemuda lainnya memanfaatkan dua tangan
kuatnya untuk membantu seorang ibu menjinjing barang belanjaan. Bukan,
ia bukan kuli angkut di pasar yang biasa menjual tenaganya. Tapi ini
benar-benar seorang pemuda yang dengan ikhlas membantu tanpa pamrih.
Sementara itu, seorang gadis terlihat sopan mengobati luka seorang
pengendara motor yang terjatuh. Dari dalam mobilnya, ia mengambil
kotak obat, kemudian memberikan pertolongan pertama.

Cukupkah bagi saya hanya sebagai penonton dari aksi yang dilakukan
orang-orang itu? Tentu tidak. Dari hari ke hari semakin banyak
episode-episode kebaikan yang tak henti berlalu lalang di depan mata
ini, semakin terdorong diri ini untuk mengetahui motif apa yang
membuat mereka mau dan rela melakukan itu semua. Nampaknya agak nakal
saya ketika harus bertanya tentang 'motif' mereka, seolah saya
meragukan niat ikhlas mereka dan menggantinya dengan motif kacangan,
seperti imbalan materi, pamer kesalihan atau tebar pesona.

Tapi, tetap saja saya tergelitik untuk terus bertanya, dan maafkan
kalau saya memang terlalu lancang untuk menanyakannya. Bukan berarti
selama ini saya tak pernah menolong orang lain. Sebab katanya, orang
Indonesia itu sangat ramah dan saling tolong menolong. Tapi entah
kenapa, saya lagi-lagi harus bertanya tentang motif kebaikan yang
dilakukan orang lain. Aksi tanya menanya itu berhenti ketika seorang
sahabat yang menjadi 'korban' pertanyaan saya menjawabnya dengan
kalimat tegas, "berhentilah bertanya, lakukan saja".

Kemudian saya pun tak lagi melulu menjadi penonton. Setiap kali ada
kesempatan untuk menolong tak terbuang sia-sia. Saya upayakan tak
terlewatkan dengan kalimat andalan, "maaf" atau berkilah sambil
berharap orang lain akan membantunya. Saya percaya betul, bahwa
kesempatan berbuat baik itu kadang tak datang dua kali. Sekali
terlewati, sudah itu tak ada lagi. Sekali kita buang kesempatan baik
itu, esok tak bertemu lagi. Tinggallah kita berharap Allah mau
memberikan kesempatan kedua agar kita bisa berbuat baik.

***

Seorang bapak berusia senja memeluk saya erat seolah tak ingin saya
pergi dari hadapannya. "datanglah ke sini kapan pun, rumah kami selalu
terbuka untuk anda," ujarnya terbata-bata. Isterinya tak henti
menahan-nahan saya agar tetap tinggal, kalau perlu ia mempersilahkan
memilih satu dari beberapa cucunya yang mulai tumbuh dewasa untuk
dipersunting. Aih.

Di lain tempat, seorang ibu tak henti berucap terima kasih hanya
karena lima ribu rupiah yang saya berikan kepadanya. Ia mengaku
kehabisan ongkos untuk kembali ke rumah, sambil menangis ia meminta
uang untuk bisa sampai pulang.

Nampaknya saya tak perlu lagi bertanya kenapa begitu banyak orang mau
menolong sesama. Pertanyaan itu tak lagi menggelitik rasa penasaran
saya, dan telah terhenti. Tak perlu pula ada yang menjawab kenapa
orang tak bosan berbuat kebaikan untuk orang lainnya. Karena saya
telah menemukan sendiri jawaban itu. Ternyata, menolong itu nikmat.
Bahkan bisa dibilang pekerjaan paling nikmat yang pernah saya tahu,
saya kerjakan, dan coba saya jadikan kebiasaan dalam hidup.

Menolong tak selalu berupa materi, tak melulu berbentuk harta. Bisa
jadi hanya sebuah doa yang tulus jika memang raga tak mampu, harta pun
tak ada. Jika waktu tak ada, namun ada sedikit rezeki, bisalah kita
membantu. Sungguh, berbuat kebaikan terhadap sesama, tak saja nikmat,
tapi juga sebuah investasi dunia akhirat. Percayalah.

(satu tahun sudah tsunami Aceh dan Nias, tapi saudara-saudara kita itu
masih banyak yang tinggal di tenda-tenda tanpa jelas nasibnya. Jangan
lupakan Aceh)

Bayu Gawtama
Communication Team
Aksi Cepat Tanggap (ACT)
021-7414482
0852 190 68581
www.gawtama.blogspot.com






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[Ida-Krisna Show] [ACT] Tiga Belas Tahun Tergolek di Tempat Tidur, Nur Azizah yang Terlupakan

2005-11-22 Terurut Topik bayugautama
Seolah tak percaya, saat melihat kondisi Nur Azizah, seorang gadis 
berusia 13 tahun tergolek lemas tak berdaya di tempat tidur. Gadis 
bertubuh kurus dengan berat badan yang tidak sampai 20 kg itu 
menderita kelumpuhan sejak usia 6 bulan setelah mendapatkan 
imunisasi. Sapri, 40 tahun, ayah Nur Azizah, hanya bisa pasrah dengan 
kondisi anaknya. Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai buruh 
bangunan dengan penghasilan yang tak menentu itu mengaku tak memiliki 
cukup uang untuk biaya berobat Nur Azizah. "Untuk kebutuhan pokok 
sehari-hari pun, penghasilan saya belum bisa dibilang cukup. Dari 
mana uang untuk biaya rumah sakit?" tanyanya penuh harap.

Di tepi keputusasaannya, Kholis, 37 tahun, sang ibunda masih 
menyimpan secercah harapan kelak anaknya akan membaik kondisinya. 
Namun dengan kondisi ekonomi keluarga yang sangat terbatas, Kholis 
hanya bisa pasrah dan berdoa untuk kesembuhan buah hatinya itu. 

Nur Azizah, puteri kedua dari tiga bersaudara, yang tinggal di 
Kampung Pugur, Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten 
Tangerang itu, hanya bisa menggerakkan wajahnya untuk berinteraksi 
dengan orang di sekitarnya. Anak-anak seusianya, umumnya sudah duduk 
di bangku kelas satu SLTP. Tidak demikian dengan Nur Azizah, gadis 
malang itu harus terus menerus tergolek di tempat tidur selama 13. 
Praktis, seluruh aktivitas hidupnya, seperti mandi, makan, minum, 
sangat bergantung kepada ibunya. 

Sebenarnya, kondisi Nur Azizah pernah diketahui oleh aparat desa 
bahkan para pejabat di Kecamatan Pagedangan. Bahkan pada saat 
pemerintah setempat tengah giat menangani kasus polio, Kholis dan 
anaknya diminta datang ke Kecamatan untuk mendapatkan penanganan 
lebih lanjut. Kedatangan Kholis yang membawa anaknya itu disaksikan 
juga oleh aparat MUSPIKA (Musyawarah Pimpinan Kecamatan). Terbersit 
kegembiraan di wajah Kholis membayangkan anaknya dapat segera sembuh. 
Apalagi ketika ia mendapatkan kartu Gakin (keluarga miskin) dan 
rekomendasi dari kecamatan untuk berobat gratis ke RSUD Tangerang.  
 
Berbekal kartu Gakin dan surat keterangan dari Kepala Desa, Kholis 
memapah anaknya dan menumpang angkutan umum menuju RSUD Tangerang. 
Wanita yang sehari-harinya hanya menjaga dan melayani Nur Azizah itu 
berpikir seluruh biaya pengobatan anaknya akan benar-benar gratis. 
Akan tetapi, setelah diperiksa oleh dokter RSUD, Kholis diminta 
membawa Nur Azizah untuk dilakukan scanning pada bagian kepalanya di 
rumah sakit lain. Ditambah, ia pun harus menebus beberapa resep obat 
di apotik. Tak sepeser pun uang di kantongnya untuk biaya scanning 
dan resep obat. Maka sejak itu, Kholis tak lagi membawa Nur Azizah ke 
rumah sakit. 

7 Oktober 2005, Absor, relawan ACT dari Kecamatan Pagedangan, 
melaporkan kepada ACT perihal kondisi Nurul Azizah. Dari laporan 
tersebut, Sabtu, 8 Oktober 2005, Eko Yudho, Koordinator ACT Rescue 
didampingi Absor, segera meluncur menuju rumah keluarga Nur Azizah. 
Binar mata Kholis tak mampu menyembunyikan kesedihannya saat 
menuturkan kisah perjalanan anak kedua yang dicintainya itu kepada 
Tim ACT. Tak berapa lama, Kholis pun tak mampu lagi membendung 
tangisnya. Kehadiran Tim ACT baginya, seperti doa yang terijabah. 
Sebab, usai sholat Maghrib sehari sebelumnya, Kholis berdo'a untuk 
kesembuhan Nur Azizah, juga agar dirinya diberi kesabaran dalam 
menjalani ujian dalam kehidupan ini.

Untuk membangun kembali rasa optimisme ibunda Nur Azizah, Tim ACT 
memberikan semangat dan motivasi agar tidak berputus asa dalam 
mengupayakan kesembuhan anaknya. Disamping memberikan bantuan biaya 
transportasi untuk berobat ke rumah sakit, Tim ACT juga secara 
paralel melakukan advokasi agar hak Nur Azizah sebagai anggota 
masyarakat yang tidak mampu mendapatkan pengobatan secara gratis dari 
pemerintah. 

Seolah terbayang harapan cerah membentang di depan, Kholis kembali 
bersemangat untuk membawa Nur Azizah berobat. Ternyata pada saat akan 
ke rumah sakit, masa berlaku kartu Gakin sudah habis. Kholis pun 
segera mengurus kembali di Kantor Desa Lengkong Kulon. Namun, 
pengurusan kartu Gakin tersebut seperti dipersulit oleh salah seorang 
staf Kepala Desa. Kholis menangis di kantor Kepala Desa, mengiba agar 
dibuatkan surat keterangan untuk memperoleh kartu Gakin. 
Alhamdulillah, setelah sempat bersitegang dengan staf Kepala Desa 
itu, akhirnya Kholis mendapatkan kartu Gakin tersebut. 
 
Namun, lagi-lagi Kholis harus tetap mengeluarkan sejumlah uang untuk 
menebus beberapa resep obat di apotik, karena obat dimaksud tidak 
tersedia di rumah sakit. Bisa dibayangkan, sambil berpuasa ibu Kholis 
memapah anaknya menuju rumah sakit dengan menumpang angkutan umum. 
Untuk sampai ke rumah sakit, ibu dan anak itu harus berganti 
kendaraan dua kali. 

Sabtu, 29 Oktober 2005, empat hari sebelum lebaran, kembali Tim ACT 
mendatangi rumah Nur Azizah untuk memantau perkembangan kesehatannya. 
Puji Syukur bagi Allah, kondisi Nur Azizah  tampak membaik, ia 
menyambut kami dengan senyuman dan lambaian tangan. Padahal 

[Ida-Krisna Show] Madrasah Cinta

2005-11-21 Terurut Topik bayugautama
Madrasah Cinta

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah 
pasti jawabannya adalah kehamilan. Seberapa jauh pun jalan yang harus 
ditempuh, seberat apa pun langkah yang mesti diayun, seberapa lama 
pun waktu yang kan dijalani, tak kenal menyerah demi mendapatkan satu 
kepastian dari seorang bidan; "positif". 

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali 
benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak 
berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si 
kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya; menangiskah ia? Tertawakah 
ia? Sedih atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya 
tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, 
ketika mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu 
bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna sekejap mendengar 
tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang 
terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. 

Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak-
anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan 
bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, 
kecuali anak-anak. Si kecil baru saja berucap "Ma…" segera ia 
mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada didaftar 
telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara 
haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari 
pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah 
awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus 
menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak 
terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di 
tengah jalan. 

"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di 
pasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang 
kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam 
tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, 
setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. 
Tak jarang, ia urung membeli baju untuknya dan berganti mengambil 
baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. 
Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, 
demi anak. 

Disaat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, 
periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Uang sekolah 
anak, 2. Beli susu anak, … nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang 
lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi 
prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan 
susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa 
pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar. 

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak 
pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan 
menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi 
puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. 
Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan 
menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya 
menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, 
mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu 
yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen 
didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus 
menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura 
si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata 
barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya 
menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia terus pun 
mendongeng. 

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan 
anak-anak yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling 
ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta 
merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar saat baru saja 
memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang 
dalam dekapannya itu sudah menjadi orang dewasa yang bisa membeli 
makan siangnya sendiri di kampus. 

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan 
terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama 
pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu 
menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera 
air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah 
hatinya ke kursi pelaminan. ia menangis melihat anaknya tersenyum 
bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati 
yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi 
hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam 
harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?" 

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara 
tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan 
berakhir

[Ida-Krisna Show] Beratkah Berucap "Terima Kasih"?

2005-11-17 Terurut Topik bayugautama
Sudahkah kalimat "terima kasih" selalu terhadiahkan kepada setiap 
orang yang pernah membantu Anda? Jika ya, maka Anda tak perlu 
khawatir, karena saya tidak sedang berbicara tentang Anda. Tapi 
tentang orang-orang di sekitar kita, dan mungkin saja termasuk saya. 

Nyaris setiap hari, setiap jam dalam hidup kita selalu dibantu oleh 
pihak lain, disadari atau tidak. Sejak awal bangun pagi, sudah ada 
pembantu yang memasak air panas untuk menyeduh kopi, bahkan kopi 
sudah tersedia sebelum kita beranjak dari tempat tidur. Berangkat ke 
kantor dengan pakaian yang tidak kusut, tentu ada yang menyetrikanya. 
Sepatu pun sudah disemir mengkilap, bukan bim salabim kan? Sampai 
sarapan sudah siap tersaji di meja makan sebelum kita meminta. Bukan 
soal siapa yang menyiapkannya, bisa jadi sang isteri lihai nan sigap 
yang melakukan itu semua, atau pembantu kita yang super hebat. Tapi 
terpenting dari soal siapa adalah, berterima kasihkah kita untuk 
setiap pelayanan memuaskan itu? 

Keluar dari rumah, entah dengan sopir pribadi yang telah mencuci 
bersih mobil dan menyiapkan kendaraan agar tak ngadat di jalan, 
sehingga kita tak terlambat tiba di kantor. Atau bagi orang yang 
harus menggunakan jasa angkutan umum untuk dari dan ke kantor, 
pernahkah kalimat "terima kasih" juga terucap kepada kondektur atau 
sopir angkutan umum yang kita tumpangi? 

Tiba di kantor, tak perlu bertanya siapa yang sudah datang lebih pagi 
membersihkan meja kerja yang kemarin sore kita tinggalkan dalam 
keadaan kotor dan berantakan. Air putih atau teh hangat sudah 
tersedia di meja kerja, bahkan menjelang siang pun kita masih 
berteriak, "jang, kopi susu donk," kepada office boy yang setia 
melayani. Apakah si Ujang pelayanan setia kita di kantor itu selalu 
mendapatkan hadiah "terima kasih" untuk air putih dan kopi susu yang 
ia sajikan? Walau pun ia tahu, menuntut ucapan "terima kasih" 
bukanlah haknya. 

Rasanya, nyaris seluruh hidup kita dari pagi sampai pagi kembali 
selalu dibantu orang lain. Bahkan di rumah pun, saat lelah menyengat 
sepulang kerja, serta merta sang isteri dibantu si kecil membukakan 
sepatu dan kaus kaki, kita pun berpikir, itu sudah kewajiban mereka; 
Melayani kita yang bekerja seharian. Andai isteri mendengar kalimat 
itu, mungkin ia akan berujar, "Kamu pikir saya di rumah hanya tidur-
tiduran saja?"

Saya pun tergelitik untuk menghitung berapa banding berapa antara 
pelayanan yang saya dapatkan dengan ucapan terima kasih yang 
terlontar. Saya sering lupa berterima kasih kepada isteri yang setiap 
malam menemani saya tidur, atau berterima kasih kepada Si Euceu yang 
setiap pukul 05.30 sudah datang untuk membantu isteri saya mencuci 
pakaian. Saya sering lupa berterima kasih kepada petugas pom bensin 
yang sering mengisi full tangki motor saya. "Itu memang pekerjaannya, 
dan kewajiban saya sudah selesai hanya dengan memberikan sejumlah 
uang sesuai jumlah bensin terisi," mungkin begitu pikir nakal saya. 
Mana rasa terima kasih saya? 

Kita sering kali berpikir, bahwa orang-orang yang memberikan bantuan 
dan pelayanan sehari-hari itu memang sudah selayaknya dan kewajiban 
mereka berbuat demikian. Isteri dan anak-anak, misalnya. Wajib 
memberikan service penuh karena kita merasa sudah lelah seharian 
bekerja, "Toh gaji sebulan saya bekerja singgah di dompet isteri," 
begitu alasan kita. Pembantu rumah tangga yang seringkali tak kenal 
lelah bekerja dari pagi hingga kembali pagi, dinilai "wajib" 
mengerjakan semua pekerjaannya karena kita merasa sudah membayarnya. 
Padahal, nilai bayarannya seringkali tak layak dan jauh dari beratnya 
pekerjaan yang diemban. Bukankah pembantu hanya membantu? Lalu kenapa 
semua pekerjaan rumah ia yang mengerjakannya? Tak pantaskah ia 
memperoleh ucapan terima kasih dari kita? 

Ujang sang office boy kantor yang tak pernah menolak permintaan kita, 
percayalah, "terima kasih" yang kita ucapkan saat ia mengantarkan 
segelas air putih atau teh hangat akan membuatnya senang setiap kali 
kita memintanya kembali. Boleh jadi, ucapan terima kasih itu akan 
sedikit menghiburnya dari kemurungan setiap kali menerima upah 
bulanannya yang tak seberapa dari gaji kita. Bahkan ada sopir 
angkutan umum yang termangu sesaat hanya karena mendengar ucapan 
terima kasih saat penumpang memberikan ongkos. Bisa jadi, ia baru 
saja menemukan manusia langka. Atau jangan-jangan, itu 
kalimat "terima kasih" pertama yang ia dapatkan sepanjang tahun 
berprofesi sebagai sopir angkot. 

Sudahlah tak pernah berterima kasih, kadang kita menambahi sikap kita 
dengan banyak menuntut. Merasa sudah membayar gaji pembantu, kemudian 
kita berhak membentak-bentak wanita berbayaran kecil itu hanya karena 
masih ada sedikit noda di kemeja. Kita juga marah-marah kepada office 
boy yang lambat mengantarkan minuman, atau kepada sopir angkot yang 
secara tak sengaja melewatkan beberapa meter saja dari tempat 
berhenti kita semestinya. Lalu, kita memberikan ongkos dengan hati 
kesal dan wajah kecewa. 

Tak pernah merasa puas dengan 

[Ida-Krisna Show] [ACT] Korban Kebakaran Ancol Butuh Kayu dan Triplek untuk Bangun Rumah Kembali

2005-11-17 Terurut Topik bayugautama
Ratusan korban kebakaran Kampung Muka, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara 
masih bertahan di tenda-tenda sementara sambil menunggu bantuan dari 
pemerintah setempat. "Selama ini, bantuan yang datang lebih banyak 
berupa nasi bungkus. Pernah satu hari melimpah, sampai banyak nasi 
yang terbuang," aku Muksin, 42 tahun, salah seorang korban kebakaran. 

Muksin beserta isterinya, Rosita, 45 tahun, yang tinggal bersama 
empat anaknya dan mantunya dalam satu rumah hanya bisa bersabar atas 
musibah yang menimpa dirinya dan warga Kampung Muka lainnya yang 
keseluruhannya berjumlah 290 kepala keluarga, atau tidak kurang dari 
1.000 jiwa. Meskipun ia dan sejumlah warga lainnya tak pernah bisa 
mengerti kenapa wilayah tempat tinggal mereka sering terjadi 
kebakaran. Tercatat, dalam lima tahun terakhir, empat kali kebakaran 
melanda warga Kampung Muka. Kebakaran terakhir, terjadi hari Sabtu 
dini hari, sekitar pukul 03.00, 5 November 2005. Hanya dua hari 
setelah hari raya Idul Fitri 1426 H. 

Tanuri, 54 tahun, pada saat kejadian tidak berada di rumahnya. Satu 
hari sebelum kejadian, ia pergi ke salah satu keluarganya dan 
berencana menginap. Namun entah kenapa, ia merasa harus pulang ke 
rumahnya di Kampung Muka. Sabtu, pukul 02.00 ia pun berangkat menuju 
rumahnya. Namun ketika sampai di rumah menjelang selepas fajar, ia 
hanya mendapatkan rumah beserta seluruh isinya ludes dilalap 
api. "Tidak satu pun harta terselamatkan, bahkan seluruh pakaian saya 
hangus tak tersisa," ujar lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai 
kuli panggul di pasar itu. 

Saat ini, seluruh warga yang menjadi korban kebakaran berharap 
pemerintah setempat, dalam hal ini Camat dan Walikota Jakarta Utara 
mau membantu mereka untuk kembali mendapatkan tempat tinggal. "Hanya 
itu harapan saya, kembali memiliki rumah agar ada tempat bernaung 
yang lebih layak," ujar Rosita. 

Rosita yang bekerja sebagai tukang cuci dengan upah 150ribu perbulan, 
dan suaminya yang menjadi buruh kasar, merasa tak mungkin 
mengandalkan penghasilannya sehari-hari untuk membangun kembali 
rumahnya yang kini telah rata dengan tanah. "Buat makan saja sudah 
alhamdulillah pak," tambah Rosita. 

Menurut Muksin, bantuan yang diharapkan warga Kampung Muka saat ini 
berupa kayu-kayu dan triplek agar mereka bisa membangun rumah 
seadanya. "Agar kami tak tinggal di tenda-tenda yang sudah mulai 
bocor ini," harapnya. Hampir seluruh warga korban tinggal di tenda-
tenda yang terbuat dari terpal. Sebagian tenda sudah terlihat sobek 
dan bolong, di saat musim hujan seperti sekarang, tentu kondisi ini 
semakin menyedihkan bagi mereka. Satu tenda berukuran 1,5 x 3 meter, 
dan dihuni rata-rata 7 sampai 8 orang. "Tenda kami dihuni 4 keluarga 
pak, lihatlah ke dalam sana," ajak Rosita sambil memperlihatkan 
tendanya. 

Kamis, 17 November 2005, Lembaga Peayan Masyarakat (LPM) Dompet 
Dhuafa dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendatangi lokasi kebakaran 
Kampung Muka dengan membawa sejumlah bantuan. Bantuan yang diberikan 
antara lain, sembako berupa beras, sarden, air, kopi, garam, mie, 
kecap dan minyak. Selain itu, tim relawan LPM dan ACT juga membawa 
alat-alat sekolah berupa buku tulis, alat tulis, dan seragam 
sekolah. "Kami juga membawa makanan, susu dan bubur untuk balita," 
terang Hendra Setia, dari LPM. 

Banyak korban kebakaran yang pada saat kejadian masih berada di 
kampung untuk berlebaran. Tidak sedikit yang kaget dan tak mampu 
berbuat apa-apa, sekembalinya dari kampung halaman dan menemukan 
rumah mereka telah rata dengan tanah. Menurut keterangan sebagian 
warga, kebakaran terjadi karena ulah seorang preman bernama Husen, 
yang juga merupakan salah satu warga kampung tersebut. Kamis malam 1 
Syawal, Husen yang dikenal sering membuat ulah di Kampung Muka, 
mendatangi rumah Joni untuk meminta `jatah' THR. Tak terima karena 
Joni hanya memberi Rp. 5000 dari Rp. 100.000 yang diminta, Husen 
mengancam akan menghabisi rumah Joni dan warga lainnya yang tak 
memberi THR untuknya. Mulanya, warga mengira ancaman itu hanya 
gertakan orang mabuk saja. Sabtu dini hari, warga berteriak dan panik 
lantaran rumah Joni terbakar dan dengan cepat menyambar rumah lainnya 
yang berhimpitan. "Total lebih dari 300 rumah terbakar, karena banyak 
rumah yang pada saat kejadian dalam keadaan kosong," jelas Tanuri. 

Dua hari setelah kejadian, warga yang masih marah sekaligus sedih 
akan musibah kebakaran yang menimpa kampungnya, kalap dan menghabisi 
Husen yang tiba-tiba `pulang kandang'. Husen pun tewas dihajar massa 
karena dianggap sebagai aktor utama kebakaran di Kampung Muka. 

Kawasan Kebon Sayur, Kampung Muka, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara 
termasuk salah satu kawasan kumuh padat penduduk yang bersebelahan 
dengan Mal WTC Mangga Dua. Letaknya persis di belakang pusat 
perbelanjaan mewah tersebut, persis di sisi persinggahan terakhir 
kereta dari Stasiun Kota. (Bayu Gawtama)






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Fair play? Video games influencing politics. Clic

[Ida-Krisna Show] Pak Haji: Paling Ditakuti Anak Kecil

2005-11-10 Terurut Topik bayugautama
Di salah satu kampung yang pernah saya kunjungi, saya mengajukan 
pertanyaan kepada sekelompok anak-anak kecil yang berhasil saya 
kumpulkan. "Siapa yang paling kalian takuti di kampung ini?" Serempak 
suara-suara kecil itu nyaring berbunyi satu nada, "Pak Haji….". 
Berkerenyit dahi ini mendengar jawaban polos dan spontan dari anak-
anak itu. Entah ada apa gerangan dengan "Pak Haji"? Saya tahu yang 
dimaksud mereka adalah benar-benar "Pak Haji", salah satu orang yang 
paling tua sekaligus dituakan di kampung tersebut. 

Saya tak ingin menyalahkan anak-anak itu dengan jawaban mereka, tidak 
pula serta merta membela "Pak Haji" yang menjadi momok menakutkan 
bagi anak-anak itu. Beberapa saat setelah satu persatu mulut mungil 
di hadapan saya bertutur tentang Pak Haji, barulah saya mengerti 
mengapa "Pak Haji" begitu ditakuti. 

Suatu hari, sesaat setelah adzan maghrib berkumandang, anak-anak 
bergerombol ke Masjid untuk ikut sholat berjamaah. Dasar anak-anak, 
tak tahu yang semestinya mereka kerjakan sambil menunggu jamaah 
lainnya datang, mereka justru saling ngobrol, membuat kegaduhan. 
Beberapa lainnya malah berlarian di pelataran masjid. Sontak, Pak 
Haji membentak dan mengusir anak-anak itu. "Keluar! … kalau mau main 
jangan di masjid…" Kontan saja, bentakkan itu menciutkan nyali anak-
anak, dan berhamburan lah mereka keluar masjid. Belum sempat mereka 
mendengarkan kalimat lanjutan Pak Haji, "Kalau mau ikut sholat, diam 
dan duduk tenang…" Dan yang pasti, belum sempat juga mereka ikut 
sholat berjamaah. 

Kisah lainnya masih dialami anak-anak itu di hari lain. Waktunya agak 
maju sedikit, yakni sekitar lima belas menit sebelum adzan maghrib 
menggema. Anak-anak itu tak menghiraukan jeritan ibu mereka agar 
menghentikan permainan dan segera bersiap ke masjid. Mereka terus 
asyik bermain kelereng. Tiba-tiba, byuurrr … seember air menyiram 
tanah lapang tempat mereka bermain. Menghempaskan kelereng, debu pun 
berterbangan. Satu-dua anak basah kuyup. Siapa yang mengguyur mereka? 
Ternyata, Pak Haji…

Jika salah satu anak-anak itu adalah saya, mungkin saya akan jengkel 
kepada Pak Haji. Terlebih bila saat itu saya sedang kalah bermain. 
Tentu saja saya semakin tak simpati dengan Pak Haji itu, jangan harap 
saya mau mencium tangannya lagi secara ikhlas. Kesal, sebal dan 
benci, mungkin yang saat itu saya dan teman-teman rasakan. Maklum, 
anak kecil, belum bisa mencerna maksud dan tujuan dari "guyuran" air 
dari Pak Haji. 

Sejak aksi pengguyuran itu, sosok Pak Haji semakin menakutkan bagi 
anak-anak itu. Jangankan bertemu langsung, mendengar bunyi terompah 
atau "dehem"nya pun, mereka sudah lari terbirit-birit. 

Lalu, mereka membandingkan Pak Haji dengan salah seorang warga 
kampung di situ. Seorang lelaki paruh baya yang bukan tokoh 
masyarakat, dan tidak dituakan di kampung itu. Tapi disukai anak-
anak. 

Ketika anak-anak kecil itu mendatangi masjid, lelaki itu berdiri di 
pintu masjid, menyalami dan mencium keningnya satu persatu. Lembut ia 
berujar singkat, "Duuh, anak pintar… langsung duduk, dan jangan 
bercanda ya". Bedakan dengan bentakan yang biasa diterima anak-anak 
itu sebelumnya. 

Atau ketika anak-anak itu tak kenal waktu, terus bermain hingga waktu 
maghrib menjelang. Lelaki yang anaknya ikut bermain kelereng itu 
justru melibatkan diri dalam permainan anak-anak itu. "Boleh bapak 
ikut main?" Tentu saja, anak-anak justru senang kalau ada orang 
dewasa yang melibatkan diri dalam permainan mereka. Walau pun 
terkadang dengan syarat tertentu. "nyentilnya pakai kelingking ya 
pak…" 

Selang lima menit bermain, "Wah, waktu maghrib hampir tiba nih. Yuk 
kita bubar dan bersegera ke masjid. Bapak tunggu di masjid ya," ajak 
lelaki itu santun. Tak ada yang menolak, pun membantah. Serentak 
mereka "bubar grak" menuju rumah masing-masing, mandi, berganti 
pakaian, kemudian beranjak ke masjid. 

***

Ini cuma cerita dari satu kampung, dan seorang "Pak Haji". Tentu saya 
tidak bermaksud mendeskriditkan seseorang dengan titel "haji". Toh, 
masih banyak kampung lain di negeri ini dengan jutaan "Pak Haji" yang 
tidak ditakuti anak-anak. Masih banyak "Pak Haji" yang dicintai anak-
anak, dan jamaahnya. Yang tangan wanginya selalu menjadi rebutan 
untuk diciumi bolak-balik sebagai bentuk penghormatan dan kecintaaan 
terhadapnya. 

Serulah mereka ke jalan Allah dengan cara yang baik dan penuh hikmah…

Bayu Gawtama
http://gawtama.multiply.com





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna

[Ida-Krisna Show] Peduli Tak Kenal Waktu

2005-11-09 Terurut Topik bayugautama
Peduli Tak Kenal Waktu

Siapa yang menyangka, di tengah malam saat mata terpejam, tubuh rebah 
setelah seharian berpeluh keringat, tiba-tiba selaut air 
menghempaskan seluruh bangunan dan isinya. Anak dan isteri hilang, 
sanak keluarga lainnya tak terdengar kabar hingga berhari-hari. Hewan 
ternak raib ditelan ombak, begitu juga harta dan barang berharga 
hasil jerih payah bertahun-tahun. Semua sirna dalam hitungan detik, 
sekejap tanpa sisa. Di lain tempat, air meluap beriringan dengan 
getaran bumi yang melululantakkan seisi alam menerjang di pagi hari, 
saat mata belum lagi jernih, saat tubuh masih menggeliat, ketika 
sebagian masih bermalas-malas di tempat tidur. 

Kalaulah boleh memilih, kenapa bencana tidak datang di siang hari, 
saat semua penghuni lebih siap dan sigap. Atau di hari libur, saat 
Ayah tak sedang di kantor, ibu tak sibuk berbelanja di pasar, anak-
anak libur sekolah, sehingga semua keluarga berada di rumah bersama-
sama bahu membahu menyelamatkan diri dari amukan badai. Mungkin, 
kalau Allah berkehendak, seluruh keluarga tak terpisah. Walau pun 
pilihannya, selamat bersama-sama atau bila mati pun pula bersama. 
Atau setidaknya, ada lebih banyak anggota keluarga yang bisa 
diselamatkan. 

Tapi, bencana memang selalu datang tanpa memberi kabar…

Tak ada yang mampu menduga ketika bencana tiba disaat para petani 
hendak memanen hasil keringatnya berbulan-bulan. Buah ranum ratusan 
kilo yang siap dipetik, sirna seketika tersapu badai. Sayur mayur 
yang baru dipanen dan siap diangkut ke kota, habis dihempas angin 
topan. Padi menguning yang siap dituai, musnah dihantam bencana, 
hewan ternak dan ratusan kilo ikan di tambak hanyut dan tenggelam. 

Andai boleh meminta, kenapa badai tak datang disaat kebun petani tak 
sedang berbuah, ketika sayur mayur baru saja dikirim ke kota. Atau 
ketika padi baru selesai habis dipanen, dan hewan ternak juga ikan-
ikan telah habis terjual. Karena dengan begitu, kalau pun harus 
merugi karena rumah dan kampung hancur berantakan oleh badai, 
kesedihan tak bertambah dengan hilangnya hewan ternak, buah-buah siap 
dipanen, juga sayur mayur. Mungkin, sebagian pembayaran belum 
dilunasi orang-orang di kota, sehingga para korban bencana itu masih 
punya harapan hidup dengan uang hasil penjualan pertanian mereka. 

Tetapi, lagi-lagi kita tak pernah tahu kapan musibah akan menimpa…

Tak satu pun kita mengira, menjelang hari raya, atau saat pesta ulang 
tahun, mungkin juga menjelang pesta pernikahan, angin topan, puting 
beliung, tsunami, gempa bumi, banjir bandang datang tanpa permisi. 
Hancurlah semua yang ada, baju baru, gaun pengantin, kue ulang tahun, 
makanan untuk pesta, bahkan keluarga dan calon pengantin pun 
terberangus oleh badai. 

Jika pun boleh berharap, badai dan bencana itu datanglah di hari-hari 
ketika kita tak sedang berbahagia. Mungkin bolehlah di hari ketika 
kita tengah putus asa, atau saat tak sedang bersemangat hidup dan 
mati menjadi pilihan yang lebih baik. Jika boleh tawar menawar dengan 
Sang Pencipta Bencana, tundalah bencana itu hingga lewat hari raya, 
setelah pesta pernikahan sehingga ada kesempatan bagi kedua mempelai 
mereguk indahnya berumah tangga, atau setelah kita membuka kado ulang 
tahun dari teman dan kerabat. 

Tapi, kita semua tahu, rencana Allah tak bisa ditawar dan hanya Dia 
yang tahu. Jika sudah tiba waktunya, tak mungkin ditunda walau 
sedetik. 

Seperti halnya bencana, rezeki juga sering datang tak kenal waktu. Ia 
bisa kita terima di jalanan, di kantor, di masjid, di warung makan, 
dan di mana saja. Rezeki bisa tiba-tiba menghampiri kita disaat susah 
maupun senang, disaat berlebih atau ketika tak sepeser pun mengisi 
kantong kita. Bedanya dengan bencana, tak ada yang mau tawar menawar 
soal rezeki, agar dikurangi barang sedikit saja. Tak ada pula manusia 
di muka bumi ini yang meminta ditunda datangnya rezeki. Karena doa 
kita pun berbunyi, "dekatkan jika masih jauh, turunkan jika masih di 
atas, keluarkan dari dalam bumi jika masih di perut bumi, percepat 
jika memang bisa dipercepat, … dan, perbesarlah jika memang 
seharusnya kecil…" 

Sama dengan musibah dan bencana, rezeki itu urusan Allah, dan hanya 
Dia yang tahu kapan rezeki itu datang. Ia pun, datang sering tak 
kenal waktu. 

Kali ini, bencana tak menyentuh kita, keluarga, rumah, juga harta 
kekayaan kita. Allah masih berkenan kita menikmati indahnya hidup, 
tanpa air mata kehilangan anggota keluarga, atau kehabisan harta 
kekayaan akibat bencana. Hingga hari ini, bencana terus melanda 
saudara-saudara kita dan ia sering datang tak kenal waktu. 

Maka, teruslah peduli dan berbagi kepada mereka yang tertimpa 
bencana. Bencana datang tak kenal waktu, semestinya kepedulian kita 
tak pun tak kenal waktu. Tak terbatas hanya pada bulan suci ramadhan, 
atau saat kita dalam keadaan lapang. Ingat, sewaktu-waktu sangat 
mungkin bencana itu menimpa kita. Dan biarkan orang lain yang 
bergilir membantu kita nanti. 

Bayu Gawtama
http://gawtama.blogspot.com





-

[Ida-Krisna Show] Gundah Berakhir Syukur

2005-11-06 Terurut Topik bayugautama
Gundah Berakhir Syukur

Saya akan bercerita lagi tentang seorang Ayah. Plus dengan gundahnya.
Tujuh belas tahun yang lalu,usianya masih empat puluh tujuh tahun, dan
ia masih berstatus pegawai negeri. Ia bukan atasan, tapi juga bukan
bawahan. Punya atasan, pun ada pegawai yang posisinya berada di
bawahnya. Di usia itulah, ia terus menerus merasa gundah. Gundah akan
segala bentuk `permainan' yang dilakukan atasannya, gundah akan
keresahan yang dialami pegawa-pegawai di bawahnya, dan teramat gundah
akan masa depannya yang tak kunjung berubah. 

Di usianya yang hampir memasuki masa pensiun, ia masih tinggal di
rumah kontrakan dua kamar yang belum layak disebut rumah. Tak punya
kendaraan bermotor, tak punya handphone andai saja seorang anaknya tak
menghadiahinya suatu kali saat ia berulang tahun. Ia masih selalu
turun naik angkot menuju kantornya, berangkat pagi kembali menjelang
malam. Di saat yang sama, rekan-rekan seprofesi dan setingkatnya
sesama pegawai negeri sipil, sudah punya rumah mewah yang berdiri di
atas tanah seluas seribu meter. Sebuah mobil Toyota keluaran terbaru
sering mejeng di rumahnya,  itu belum termasuk dua sepeda motor yang
dipakai anaknya ke sekolah. Satu lagi yang tak kalah hebatnya,
beberapa temannya pun sampai ada yang dua-tiga kali berangkat haji.
"Mungkin dia habis dapat warisan," baik sangkanya. 

Seorang kenalannya, yang ia sebut-sebut tingkatan kepegawaiannya satu
level di bawahnya, bahkan sudah bertahun-tahun memiliki rumah besar,
lengkap dengan perabot mewah dan kendaraan bermotor. Melihat
`kesuksesan' teman-temannya, ia semakin gundah. Usianya bertambah satu
tahun, bertambah pula kegundahannya. Akankah ia mewarisi kemiskinan
kepada anak-anaknya kelak? 

Bukan tak ada kesempatan baginya untuk meraih `kesuksesan' layaknya
teman-teman seprofesinya. Bukan tak mungkin ia pun, bahkan, bisa
memiliki rumah lebih mewah, kendaraan lebih mahal dari teman-temannya.
"Kesempatan itu terus terjadi di depan mata," ujarnya. Setiap waktu ia
harus berhadapan dengan perintah atasannya untuk me-mark-up anggaran.
Setiap saat itulah ia terus merasa gundah, karena sang boss pun
berujar enteng, "ambil sebagian buat kamu," Dan godaan itu tak satu
dua kali saja. Ia bersikeras untuk tidak melakukan perintah atasannya,
tapi ia juga tak tega melihat jeritan anak buahnya yang berharap ia
mau menuruti perintah sang boss. Maklum, kalau anggaran di-mark-up,
semua dapat jatah, bahkan sampai ke bawah. 

Usia terus bertambah, memasuki angka lima puluh. Gundahnya semakin
menjadi. Seorang pegawai negeri, bukan atasan, juga bukan bawahan,
masih tinggal di rumah kontrakan selama bertahun-tahun. Tak terbeli
kendaraan, meski sekadar roda dua. Saya pernah sering mendapatinya
mengenakan pakaian yang itu-itu saja selama beberapa hari.  kadang ia
terlambat ke kantor menunggu tangan lihai sang isteri menjahit celana
panjangnya yang sedikit koyak. Pernah juga saya dengar, ia meminta
sang isteri meminjam sejumlah uang ke tetangga agar bisa berangkat ke
kantor. Pantang baginya untuk terlambat, apalagi absen dengan alasan
yang yang tidak jelas. 

Satu, dua tahun berikutnya. Gundahnya menghilang seketika menjelang
memasuki masa pensiun. Ia justru bersyukur tak terlibat praktik dan
`permainan' yang selama bertahun-tahun berlangsung di depan matanya.
Ia memang melihat semua itu, namun ia hanya mampu menutup mata agar
tak tergoda barang sedikit pun mencicipinya. Hingga kini, saat ia
menghabiskan sisa-sisa hidupnya di rumah kontrakannya yang selama
puluhan tahun ia tempati, ia boleh berbangga tak menyentuh uang yang
bukan haknya. 

"Saya masih senang ikut pengajian, akan ditaruh di mana wajah ini
seandainya saya ambil `kesempatan' itu dahulu, saat seorang ustadz
bicara soal haramnya korupsi. Pasti akan panas telinga saya mendengar
ayat-ayat yang dilafazkan ustadz tentang harta yang bersih. Akankah
sanggup saya tersenyum dengan harta-harta yang orang lain tahu, bahwa
tak mungkin pegawai seperti saya mampu memilikinya jika tidak dengan
cara yang tidak halal?" Bibirnya bergetar mengucapkan kalimat ini. 

Kegundahan yang puluhan tahun ia jaga dan tetap terjaga sebagai gundah
yang lebih sering terselesaikan dengan airmata di atas sajadah setiap
malamnya itu, kini membuahkan ketenangan hidup. Ia tetap bersyukur,
meski hingga hari ini masih tinggal di rumah kontrakannya. Ia merasa
tenang, "Bahkan mati nanti pun saya tak cemas, karena tidak banyak
harta yang harus saya pertanggungjawabkan di hadapan Allah". 

Giliran saya yang bersyukur, karena saya teramat mengenal dan dekat
dengan sosok Ayah ini. Semoga saya bisa menjadi seperti yang
diharapkannya, jujur dan bersih meski harus terus menerus menggenggam
gundah. 

Bayu Gawtama
http://gawtama.multiply.com





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--

[Ida-Krisna Show] Lebaran bagi Penghuni Lapas Anak Tangerang

2005-11-05 Terurut Topik bayugautama
Sabtu pagi, 3 Syawal 1426 H, alias hari ketiga lebaran, puluhan
relawan Kelompok Kerja Sosial (KKS) Melati menyambangi Lembaga
Pemasyarakatan Anak Negara atau biasa dikenal dengan Lapas Anak di
Tangerang. Sebelumnya, sudah diberitahukan kepada para relawan untuk
berkenan membawa makanan kecil atau kue lebaran untuk para penghuni
Lapas. Bagi para relawan Melati, kunjungan ini tak sekadar menjadi
kunjungan kesekian kalinya, tetapi juga menjadi kunjungan yang paling
mengharukan. Setidaknya itu yang saya rasakan.

Hadi dan Bayu, dua anak SMP yang ikut serta dalam rombongan relawan
KKS Melati, kali pertama mengikuti kegiatan sosial, membayangkan
suasana 'penjara' anak-anak itu teramat menyeramkan. Awalnya, mereka
mengira akan bertemu wajah-wajah sangar dan sikap brutal para
penghuni. Ternyata, setelah lima belas menit di dalam dan berbincang
langsung dengan mereka, keduanya bisa tersenyum. "Tak seperti bayangan
saya, ternyata mereka ramah dan bersahabat," ujar Hadi.

Ya, bukan hanya karena hari itu masih dalam suasana lebaran hingga
mereka begitu ramah. Bahkan pada kunjungan kami sebelumnya pun, mereka
memang ramah dan sangat bersahabat. Sikap yang mereka tunjukkan,
seolah menghilangkan kesan brutal fisik sebagian mereka yang terlihat
'berbeda' dari anak-anak biasa. Tatto, dan codet di wajah, menjadi
hiasan seragam anak-anak penghuni Lapas yang rat-rata berusia di bawah
18 tahun.

Bagaimana lebaran mereka di Lapas? sebahagia kita kah? Silahkan
menilainya dari beberapa yang mampu saya rekam.

Gobel Gonzales, begitu teman-temannya memanggil, menganggap, lebaran
kali ini tak begitu menyedihkan, walau tak satu pun orang tua dan
keluarga lainnya yang mengunjunginya di hari raya ini. "Ini lebaran
ketiga saya tanpa mereka, jadi sekarang sudah biasa. Yang sedih justru
di lebaran tiga tahun yang lalu, itu lebaran pertama saya tanpa
kunjungan mereka".

Gobel pantas bersedih, dia dan lebih 300 temannya harus bermalam
takbiran di dalam lingkungan Lapas. Tak ada baju baru kiriman, tak ada
kue lebaran, dan yang pasti, tak ada tangan yang sangat ia rindui
untuk dikecup. "Saya kangen ibu, saya ingin ibu tahu betapa
menyesalnya saya".

"Tapi saya cukup senang berada di tempat ini. Kalau di luar, belum
tentu saya berpuasa, belum tentu saya rajin tarawih, belum tentu saja
rajin sholat wajib. Jadi, lebaran tahun ini, terasa sekali bahwa ini
bulan kemenangan bagi saya, karena saya mampu berpuasa full, tarawih
dan baca quran setiap hari pun tak tinggal," tambah Gobel tak
bermaksud menyindir orang-orang di luar Lapas.

Agus, saya kira dia yang terlihat paling senang hari itu. "Besok saya
sudah bebas." Tapi tetap saja lebaran kali ini terasa menyedihkan
baginya. "Waktu malam takbiran saya menangis, saya teringat malam
takbiran bersama orang tua dan adik-adik," ujar anak remaja yang masuk
ke Lapas lantaran kasus narkoba itu. Sementara remaja berpeci di
sebelahnya tak sebahagia Agus. "Bahkan lebaran tahun depan pun saya
masih di sini," sedihnya.

Taufik, remaja berkulit putih bersih dan jauh dari tampang seram itu
mengaku bersemangat di hari raya ini. "Hari bebas saya masih empat
bulan lagi, tapi saya berpikir, tak akan pernah lagi berlebaran di
tempat ini tahun depan. Cukup dua lebaran saja". Ia tertangkap basah
membawa sejumlah ganja dan obat terlarang lainnya di bilangan Senen,
Jakarta Pusat. "Saya tidak mau kejeblos ke lubang yang sama dua kali,"
sambil menyebut beberapa teman se Lapas yang berulang kali ke luar
masuk karena kasus yang sama.

Semakin lama berbincang dengan remaja-remaja itu membuat saya semakin
haru. Dan, nyatanya, air mata ini tak mampu terbendung saat menangkap
sosok anak paling kecil di antara ratusan yang ada. Rizki namanya,
usianya baru 9 tahun, asal Serang, Banten. 9 tahun? saya membayangkan
betapa anak seusia itu masih senang bermanja bersama ibunya, masih
ingin banyak bermain. "Ibu nggak datang, mungkin ibu malu punya anak
seperti saya," akunya sedih. Entah siapa sebenarnya yang harus
menanggung malu, Rizki atau orang tuanya lantaran pencabulan terhadap
anak tetangga yang dilakukan bocah 9 tahun itu. Bukankah anak seusia
itu seharusnya masih dalam pengawasan ketat orang tuanya?

Kue lebaran yang kami bawa, juga berbagi kebahagiaan lebaran yang kami
lakukan hari itu, mungkin tak banyak membersitkan senyum di hati
mereka. Tapi, kami yakinkan kepada mereka satu hal, bahwa mereka layak
mendapatkan sahabat. Dan kami lah sahabat mereka.

Bayu Gawtama
dedicated to KKS Melati





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa unt

[Ida-Krisna Show] Orang Miskin Dilarang Lebaran?

2005-10-27 Terurut Topik bayugautama
Sampai detik ini saya masih ingat kasus seorang ibu yang digelandang 
petugas keamanan sebuah Mal di Jakarta, karena kedapatan mencuri 
beberapa pasang pakaian anak dan menyembunyikannya di balik 
pakaiannya. Ketika ditanya motif pencurian yang dilakukannya, sambil 
menangis minta ampun, si ibu berkata, "Anak saya menangis setiap hari 
minta baju lebaran, orang miskin seperti saya, punya uang dari mana 
untuk membelinya?". 

Itu kasus tiga atau empat tahun yang lalu, di hari-hari terakhir 
Ramadhan. Bahwa kemudian di sebuah harian nasional, kasus serupa 
diberitakan kembali setahun kemudian, lagi-lagi terjadi di beberapa 
hari terakhir Ramadhan, menjelang lebaran. 

Tahun ini, saya belum mendengar atau membaca berita yang sama, dan 
semoga saja tidak ada kasus demikian. Walau pun saya harus bersiap 
kemungkinan mendapati berita serupa, bahkan mungkin tidak satu kasus. 
Bisa dua, empat, atau tak terbilang kasus serupa di berbagai tempat. 
Kasus empat tahun lalu, dan setahun kemudian saja, saya duga itu 
hanya sebuah contoh. Artinya, ada banyak kasus serupa dengan motif 
yang tidak berbeda terjadi di banyak tempat, di banyak Mal, di banyak 
kota di Indonesia. Mungkin, kebetulan kasus lainnya itu tidak 
tertangkap media. Atau justru banyak pencuri-pencuri dadakan itu -
terpaksa mencuri karena anak mereka minta baju lebaran- tidak 
tertangkap. 

Lebaran memang sebuah fenomena. Bagi orang-orang mampu, lebaran 
layaknya pameran status sosial. Rumah mereka kembali seperti baru 
menjelang lebaran, seluruh anggota keluarga mengenakan pakaian serba 
baru dan mahal, hidangan di meja makan pun beraneka ragam dan bentuk. 
Tak cukup satu lauk, bisa disebutkan hingga empat macam lauk siap 
disantap. Belum lagi makanan kecil, kue lebaran, dan jenis es segar 
menemani kehangatan silaturahim hari raya. Dan yang tak pernah 
ketinggalan, anak-anak kecil mereka berlomba mengumpulkan uang "salam 
tempel" atau "hadiah lebaran". Tak jarang mereka menghitung bersama, 
untuk menunjukkan jumlah yang mereka dapat lebih banyak dari anak 
lainnya. 

Bagaimana dengan orang-orang di luar mereka? kelas menengah, masihlah 
boleh berbahagia. Meski tak semahal dan sebanyak  pakaian orang-orang 
kelas atas, mereka masih bisa berbaju baru, bersepatu baru. Kue-kue 
masih tersedia di ruang tamu, begitu juga ketupat lebaran dan rendang 
daging. "Setahun sekali," ujar mereka beralasan. 

Termasuk soal "angpaw" lebaran, meski sedikit, tetap saja mampu 
membuat anak-anak itu tersenyum. Setidaknya mereka bisa membeli 
mainan yang sudah lama diidamkan, tidak perlu merengek dan 
menggelendoti kantong orang tua mereka. Dengan uang yang tak seberapa 
itu, seolah mampu membeli semua keinginan mereka yang selama ini 
sekadar mimpi. 

Bagaimana nasib orang-orang miskin? Anak yatim?. Ada yang terpaksa 
mencuri dan mengambil resiko berlebaran di balik jeruji demi 
keceriaan anak mereka di hari raya. Bagi mereka yang tetap sederhana 
dan menerima kenyataan, cukuplah nasi dan air putih tetap tersedia. 
Kalau pun boleh berharap, seikat ketupat kiriman dari tetangga akan 
menghiasi dapur mereka. Setidaknya, ada nuansa lebaran di rumah 
mereka dengan hadirnya tiga-empat belah ketupat di dapur. 

Kue lebaran? Nanti dulu. Justru mereka yang akan mendatangi rumah-
rumah orang mampu. Gayung bersambut karena biasanya orang-orang kaya 
akan menggelar "open house" untuk para tetangganya. Di saat seperti 
inilah, orang-orang miskin akan merasa lebaran juga diperuntukkan 
bagi mereka. Untuk anak-anak, selain mencicipi, dan sedikit memenuhi 
kantong-kantong mereka dengan aneka kue lebaran, bolehlah berharap 
ada jatah "angpaw" dari tuan rumah. Jadilah mereka rajin mencium 
tangan para dermawan hari raya itu, "ya, setahun sekali". 

Ah, lebaran memang fenomenal. Berbagai lapisan masyarkat merayainya 
dengan caranya masing-masing. Ya si kaya, juga si miskin. Jadi, kata 
siapa orang miskin dilarang lebaran? Mereka tak terima THR, tak 
berbaju baru, tak punya kue lebaran, tak ada ketupat, tapi mereka 
punya harapan bertemu orang-orang yang akan membagi keceriaan hari 
raya. Semoga, harapan itu mampu terjawab di hari raya ini. 

Bayu Gawtama
http://gawtama.blogspot.com






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group

[Ida-Krisna Show] Lebih Nikmat dengan Berbagi

2005-10-17 Terurut Topik bayugautama
Lebih Nikmat dengan Berbagi

Ia membiarkan putrinya tidur di pangkuannya, matanya menerawang 
memperhatikan mobil-mobil truk maupun pick up yang membawa sayur-
sayuran. Pukul 01.15 dini hari itu, Mbok Dariah, berkutat dengan hawa 
dingin terminal yang setiap dini hari berubah menjadi pasar kaget. 
Sebentar ia berlari meninggalkan putrinya yang terlelap untuk 
mengejar tumpukan sayur di truk atau mobil pick up, seketika, karung 
besar berisi sayur atau cabai sudah berada di pinggangnya. Setiap 
hari ia lakukan itu dengan membawa serta putri bungsunya yang masih 
berusia empat tahun. Sang putri, tentu tak pernah mengerti mengapa 
ibunya rela melakoni pekerjaan itu, memerangi kantuk, berselimut 
udara malam yang dingin, kemudian berkeringat saat dan sesudah 
memanggul karung. Padahal, upah yang didapat dari memanggul karung 
itu tak seberapa. 

Tidak hanya di hari-hari biasa, bahkan di bulan Ramadhan pun ia tetap 
menjalani pekerjaan kasarnya itu. "Justru kalau bulan puasa, lebih 
banyak dapat duitnya," ujarnya singkat. Ya, Ramadhan memang membawa 
berkah pula bagi seorang Dariah. Jumlah permintaan belanja masyarakat 
lebih tinggi, sehingga pasar malam lebih ramai. Tidak hanya dua tiga 
karung yang bisa terangkut olehnya, bahkan di bulan ini bisa mencapai 
enam karung. "Lumayan, bisa buat buka puasa," pungung tangannya 
membasuh peluh di keningnya. 

Bagaimana dengan sahur? "Nggak mikirin sahur deh, dapatnya juga nggak 
seberapa. Makan satu lontong saja sudah syukur," akunya polos. 
Sedikit uang yang didapatnya dini hari itu membuatnya berpikir 
berulang kali untuk membeli sebungkus nasi sahurnya. Hingga akhirnya, 
lebih sering ia memutuskan untuk tidak makan sahur. Sedangkan untuk 
tiga anak lainnya di rumah, ia sudah membagi dua nasi dan lauk 
makanan berbuka untuk makan sahur. 

Di lain tempat, Bang Wawan, tukang becak yang biasa mangkal di depan 
gang rumah ibu saya malah lebih sering tidak makan sahur. Menurutnya, 
kalau dalam sehari banyak nariknya ia bisa makan sahur bersama lima 
teman lainnya di satu pangkalan. "kalau sepi, kadang makan, kadang 
sebungkus berdua, tapi lebih sering nggak makan". Ia mengaku sudah 
biasa tak makan sahur, meski pun ia harus tetap berpuasa saat 
menjalankan pekerjaannya sebagai tukang becak. Lelah, sudah pasti, 
tak bertenaga saat mengayuh becak, masuk akal, karena ia tak makan 
sahur. 

Itulah sebabnya, saat saya berkunjung ke rumah ibu, meski tak setiap 
sore, sering ada makanan berbuka dan beberapa bungkus nasi untuk 
tukang becak di pangkalan depan gang itu. Hampir semua warga disitu 
bergantian memberi makanan berbuka atau makan sahur untuk Bang Wawan 
dan teman-temannya. Lalu bagaiman dengan tukang becak di pangkalan 
lainnya? Apakah mereka juga makan sahur? Mungkinkah warga sekitarnya 
cukup peduli dengan orang-orang seperti Bang Wawan? 

Seorang kawan bercerita, airmatanya tak henti meleleh sampai 
menjelang dzuhur setiap kali teringat wajah-wajah polos di panti 
yatim. Dini hari tadi, ketika waktu sahur ia dan beberapa teman 
kantornya menyambangi dua panti yatim di Jakarta dengan membawa nasi 
bungkus untuk makan sahur anak-anak yatim. Pengakuan pengelola panti 
lah yang membuatnya terus menangis, "Setiap malam saya tidak bisa 
tidur, mikirin apa yang bisa dimakan untuk sahur mereka". Menatap 
polos mata-mata penuh harap milik anak-anak itu, hatinya makin 
terenyuh. Bagaimana mungkin selama ini ia bisa nikmat menyantap makan 
sahur dan berbukanya, sementara dini hari itu ia tahu ada banyak anak-
anak yang tak punya apapun untuk dimakan. 

Melihat kembali meja makan kita yang penuh sesak makanan berbuka, 
yang terkadang tak habis hingga makan sahur tiba. Sementara kita 
sudah menyiapkan makanan yang lain untuk sahur. Jadilah tempat sampah 
persinggahan makanan sisa berbuka. Mungkin, terlalu banyak makanan 
yang terjejal di mulut ini, menyesaki setiap rongga dalam perut kita. 
Padahal, pasti lebih nikmat jika kita membaginya. 

Saat kita berpuasa, mereka juga berpuasa
Ketika tiba waktu berbuka, banyak diantara mereka yang tetap berpuasa
Waktu makan sahur, mereka menatap meja makan dan piring kosong
Tanpa berbagi, nikmatkan santapan kita?

Bayu Gawtama





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ida

[Ida-Krisna Show] Sepertinya, Ini Hari Terakhir Saya

2005-10-15 Terurut Topik bayugautama
Sepertinya, Ini Hari Terakhir Saya

Tetapi saya masih terus menikmati keterlenaan dan menunda-nunda amal 
baik. Semestinya diri ini berpacu dengan waktu yang semakin dekat, 
agar lebih banyak lagi kebaikan yang terbuat. Bukankah saya teramat 
tahu, manusia yang berhak tersenyum di akhirat kelak ialah yang 
paling banyak timbangan amal kebaikannya? Lalu kenapa diri ini masih 
banyak berdiam diri, meski terbentang luas hamparan ladang amal di 
depan saya. Anak-anak yatim masih terlantar, masjid-masjid lebih 
sering menyendiri, dan fakir miskin terus bertambah. 

Semakin hari, semakin saya merasa bahwa waktu yang diberikan Allah 
buat diri ini semakin berkurang. Masanya semakin dekat bagi saya, 
dan saya kira tidak berapa lama lagi utusan Allah akan berkunjung. 
Tetapi saya masih merasa tenang, tidak sedikit pun ada ketakutan 
menghadapinya. Padahal saya teramat sadar, jikalah malaikat melihat 
tas bekal takwa yang saya punya, teramat malulah diri. Sangat jauh 
dari cukup perbekalan yang sudah saya persiapkan untuk menuju 
kampung akhirat. Sebuah perjalanan yang teramat jauh dan memerlukan 
bekal sebanyak-banyaknya, namun saya tak pernah berusaha memenuhi 
tas bekal itu. Akankah saya menghadap-Nya dengan berbagai kekurangan 
ini? 

Pakaian yang saya kenakan saat ini begitu compang-camping, tak 
terhitung lubang dan koyak yang belum sempat tertambal. Tak malukah 
saya bertemu dengan Allah yang Maha Agung dengan pakaian yang penuh 
noda? Tak terbilang dosa yang saya perbuat selama hidup, tak mampu 
terhitung kesalahan yang disengaja maupun yang tak tersengaja, belum 
banyak kebaikan yang saya perbuat untuk menambal keburukan yang 
semakin pekat memenuhi wajah ini. Padahal, hanya dengan memperbanyak 
kebaikan lah noda-noda hitam itu bisa terhapus, segala koyak dan 
lubang di pakaian diri kembali terjahit. Hari ini, mungkin hari 
terakhir saya, tapi teramat banyak koyak yang belum tertambal. 

Malam nanti, bisa jadi terakhir kalinya saya menikmati indahnya 
rembulan, dan bintang-bintang di sekitarnya, sambil merasai 
kesejukan angin malam. Saya tahu, bisa jadi, disaat saya tengah 
menikmati malam inilah malaikat Izrail datang dan mengajak serta 
diri ini menghadap Sang Khalik. Semestinya saya lebih sering 
menghiasi malam-malam saya dengan bersujud, membasahi bibir ini 
dengan lebih sering menyebut nama-Nya. Sudah sering saya dengar, 
bahwa Allah senang kepada hamba yang menyebut-nyebut nama-Nya. 

Nyatanya, saya belum benar-benar siap jika hari ini Dia menghendaki 
saya bertemu-Nya. Tak banyak kebaikan yang membuat saya merasa 
percaya diri menghadap-Nya saat ini. Belum bersih benar wajah ini 
dari noda kehitaman akibat sekian banyak kesalahan yang belum sempat 
saya menghapusnya dengan amal shalih, teramat tak pantas untuk 
bersua dengan wajah agung milik-Nya. Meski sudah berusaha menambal 
setiap koyak di pakaian, namun masih saja tangan ini berbuat alpa 
dan kekeliruan sehingga menyebabkan koyak yang lebih banyak lagi. 
Padahal, pakaian terbaik lah yang harus saya kenakan saat bertemu-
Nya nanti. Dan terpenting dari itu semua, nampaknya Allah masih 
belum bisa tersenyum dengan ibadah-ibadah saya yang seadanya, 
seperlunya, sekadarnya dan sesempatnya. 

Tuhan, semoga hari ini bukan hari terakhir saya. Belum cukup bekal 
takwa yang saya persiapkan menuju-Mu, tak satupun amal unggulan yang 
bakal saya persembahkan di hadapan-Mu. Tapi, jika memang ini hari 
terakhir bagi saya, maka ampunilah diri ini. Jika ampunan-Mu tak 
saya dapati, malanglah diri ini sungguh. 

Bayu Gawtama





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Tired of hearing the same songs over and over?
Listen to Internet Radio! Skip songs. Click to listen to LAUNCHcast!
http://us.click.yahoo.com/.mKGzA/HARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[Ida-Krisna Show] Kejujuran Belum Mati

2005-10-12 Terurut Topik bayugautama
Kejujuran Belum Mati

Belum lama saya mengenalnya, baru beberapa hari yang lalu saat saya 
mengantar seorang teman untuk mengganti kacamatanya. Pak Burhan, 
usianya sudah kepala empat, ia mengaku sudah dua puluh lima tahun 
menjalani profesi sebagai penjual kaca mata, "Optik berjalan," 
istilahnya. Tetapi pertemuan yang hanya satu hari dan tidak 
disengaja itu seolah membuat saya merasa baru saja bertemu teman 
lama yang teramat saya rindui. Secara fisik, saya memang baru 
bertemu kali itu. Dan memang bukan sosoknya yang saya rindui, 
melainkan apa yang baru saja diutarakannya tentang sekelumit 
pengalamannya mencari nafkah sebagai penjual kaca mata. 

Bermula dari teman saya yang memaksa saya untuk ikut bersamanya 
memesan kacamata. Saya harus ikut, katanya. Sementara ia tak 
menjelaskan maksud `paksaannya' itu, kecuali satu kalimat, "kamu 
akan mendapat satu pelajaran lagi". Tak perlu berpikir lama, saya 
pun mengiyakan ajakannya. Jika berkenaan dengan soal pembelajaran, 
tak ada kata penolakan untuk urusan satu ini. 

Enam ratus ribu, biaya yang harus dikeluarkan teman saya untuk satu 
kacamata barunya. Baginya, angka sebesar itu tidak masalah, karena 
ia akan mendapat penggantian dari kantornya. "Pak Burhan, kita kan 
sudah langganan. Tolong dibuatkan kwitansinya satu juta ya pak, 
nanti saya kasih seratus ribu buat bapak," tak menyangka, kalimat 
itu yang keluar dari mulut teman saya saat ia menyodorkan enam ratus 
ribu untuk pembayaran kacamatanya. 

Dahinya berkerut, matanya mengerenyit memandang tajam ke arah teman 
saya. Ia seperti tengah bertanya-tanya, benarkah permintaan barusan 
keluar dari langganannya yang satu ini? "Apa saya tidak salah dengar 
pak? Bukankah bapak sudah tahu sikap saya untuk hal ini?" orang di 
sebelah saya yang baru saja memesan kacamata hanya menyeringai, 
kemudian terkekeh kecil. Kemudian ia bangkit dan memeluk Pak 
Burhan, "Ternyata, Pak Burhan sekarang tidak berubah dengan Pak 
Burhan dua tahun lalu, saat pertama kali saya memesan kacamata lewat 
bapak," ujar teman saya yang ternyata hanya menguji Pak Burhan. 

Dua puluh lima tahun ia menjalani profesinya sebagai optik berjalan, 
tidak bisa dibilang cukup penghasilan yang bisa diperolehnya. Untuk 
pesanan satu kacamata, tak jarang ia hanya mendapat keuntungan dua 
puluh lima ribu rupiah, walau pun sesekali ia merasakan keuntungan 
empat kali lebih besar dari itu. "Yah, nggak sebulan sekali pak," 
ujarnya singkat. Dalam seminggu paling banyak dua pesanan kacamata 
yang diterimanya, bahkan kadang tak satupun ia mendapat pesanan 
dalam satu pekan. 

Namun, keadaan yang semakin menghimpitnya itu ternyata tak pernah ia 
jadikan alasan untuk menerima tawaran untuk membuat kwitansi diluar 
kewajaran. "Banyak pak yang minta saya bikin kwitansi semacam itu, 
selalu saya tolak. Duitnya nggak seberapa, tapi dosanya itu…" 
menjawab pertanyaan saya, berapa banyak langganannya yang meminta 
jumlah pembayarannya dilebihkan dalam kwitansi. 

"Bapak tidak takut langganannya akan beralih ke yang lain?" tanya 
saya disambutnya dengan seringai tawanya yang sedikit 
tertahan. "Yang saya tahu pak, tangan kanan itu tempatnya tetap di 
kanan, nggak pernah pindah ke kiri." Ia memperjelas kalimatnya, 
bahwa kebenaran nggak akan pernah ditinggalkan, dan menurutnya, 
justru semakin banyak pemesan kacamata yang datang kepadanya. 
Padahal ia tidak pernah mengenal sebelumnya. "Itu di luar langganan, 
kalau yang sudah langganan sih pasti datang kesini, seperti teman 
bapak ini," tawanya mulai lepas. 

Pak Burhan, dibalik perawakannya yang kecil, kurus dan berkulit 
hitam itu tersimpan hati yang jernih, yang didalamnya terukir indah 
kejujuran yang senantiasa terawat indah. Dan teman saya benar, saya 
baru saja mendapati sebuah kenyataan, bahwa kejujuran ternyata belum 
benar-benar mati. 

Bayu Gawtama
www.gawtama.blogspot.com
www.gawtama.multiply.com





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[Ida-Krisna Show] Jika Ramadhan Tak Pernah Ada

2005-10-10 Terurut Topik bayugautama
Jika Ramadhan Tak Pernah Ada

Masjid terlihat penuh sejak hari pertama bulan Ramadhan, di malam 
hari saat salat tarawih, bahkan di waktu subuh. Di waktu-waktu salat 
lainnya, seperti dzuhur dan ashar, masjid pun disemuti orang-orang 
yang singgah untuk salat kemudian melepaskan penat dan lelah usai 
bekerja. Sebagian tampak serius mendengarkan ceramah selepas dzuhur. 
Adakah suasana seperti itu bisa kita temui di bulan lain selain 
Ramadhan? Jika Allah tak menciptakan bulan Ramadhan untuk kehidupan 
kita, mungkinkah masjid kita dipenuhi jamaah setiap malam dan waktu 
subuh? 

Di banyak tempat, hampir setiap saat bisa kita saksikan orang-orang, 
muda dan tua, khusyuk memegang mushaf Alquran. Seolah menjadi bacaan 
wajib yang tak boleh tertinggal untuk menghiasi hari dengan lantuan 
ayat suci, tak peduli dimana mereka berada. Di dalam bis, gerbong 
kereta, dalam kelas, kampus, di kantor, bahkan dalam kendaraan 
pribadi pun diperdengarkan suara yang semakin mendekatkan kita kepada 
Allah. Andai hari-hari terakhir yang kita saksikan saat ini bukan 
hari-hari Ramadhan, adakah orang-orang yang menjadikan Alquran bacaan 
wajibnya setiap hari, bahkan setiap usai salat lima waktu sebanyak 
saat ini? 

Orang-orang berlomba memperbanyak sedekah, infak dan zakat seolah 
esok hari kita akan mati, sehingga merasa punya cukup bekal untuk 
berhadapan dengan Allah. Jika Allah tak menjanjikan ganjaran berlipat 
ganda untuk setiap amal shalih, infaq dan sedekah yang dilakukan di 
bulan Ramadhan, mungkinkah sama semangat kita untuk beramal shalih? 
Sebesar saat Ramadhan kan sedekah yang kita beri? 

Di waktu-waktu menjelang maghrib, para tetangga saling hantar 
penganan berbuka. Masjid-masjid membuka pintu lebar-lebar, kemudian 
mengundang fakir miskin dan orang-orang dalam perjalanan untuk 
berbuka puasa bersama, menikmati penganan seadanya. Begitu adzan 
berkumandang, keceriaan fakir miskin begitu jelas terlihat meski 
hanya segelas teh manis dan tiga buah kurma di tangan mereka. Jika 
tak pernah ada yang menjelaskan bahwasanya pahala memberi makanan 
berbuka bagi orang berpuasa sama dengan pahala berpuasa itu sendiri, 
akankah tetap tersedia makanan berbuka di berbagai masjid? Adakah 
saling hantar makanan oleh orang-orang bertetangga? 

Sejuk, nyaman dan aman. Inilah suasana yang tercipta dan kita rasakan 
selama bulan Ramadhan. Semua orang di hadapan kita begitu mempesona, 
dan yang kita jumpai pun tampak baik, sabar, serta menahan amarah 
mereka. "Jangan marah, kan sedang berpuasa" itu nasihat yang sering 
kita dengar saat amarah memuncak, redalah hati. Senyum persaudaraan 
senantiasa kita dapatkan di mana pun kita berada. Akankah hari-hari 
penuh kesejukan seperti ini yang tetap bisa kita rasakan seandainya 
Ramadhan tak pernah ada? 

Kepedulian terhadap sesama begitu tinggi di bulan ini, mungkin 
pengaruh perut lapar kita yang ikut merasakan betapa banyak orang-
orang yang tetap "berpuasa" meski bukan di bulan Ramadhan. Saling 
berbagi, memberi dan empati amat ringan tercipta dari tangan dan hati 
kita. Tetap pedulikah kita di bulan selain Ramadhan? Masih adakah 
yang akan terus kita bagi kepada orang lain, meski tak lagi di bulan 
Ramadhan? 


Jika Ramadhan tak pernah ada, masihkah kita jumpai kebaikan, 
kepedulian, dan kesejukan dalam kehidupan sehari-hari? Akankah semua 
kenikmatan itu hanya seperti buah kurma, yang muncul khusus di bulan 
Ramadhan saja. Kemudian hilang entah kemana sehari setelah hari raya, 
sehari setelah kita saling bermaafan, sehari setelah kita merayakan 
hari kemenangan. 

Beruntunglah kita, karena Allah menghadirkan Ramadhan untuk hamba-
Nya. Akan sangat beruntunglah kita, jika kita mampu menghadirkan 
nuansa Ramadhan di lain bulan selain Ramadhan. Semoga. 

Bayu Gawtama






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[Ida-Krisna Show] Nurul Hanifah, Potret Buram Anak Bangsa

2005-10-10 Terurut Topik bayugautama
Nurul Hanifah, Potret Buram Anak Bangsa

Tercekat leher ini, nyaris tak ada kata-kata yang bisa terucap saat 
melihat kondisi Nurul Hanifah, balita berusia 1,3 tahun yang 
menderita kekurangan gizi dan kelainan pada saluran pencernaan. 
Dayani (40 tahun), Ayah Nurul yang bekerja sebagai buruh tidak tetap 
dengan penghasilan yang jauh dari cukup, tak memiliki uang yang cukup 
untuk membawa anaknya ke dokter, bahkan untuk sekadar ke Puskesmas. 
Sedangkan sang Ibu, Watina (40 tahun), hanya pasrah melihat kondisi 
anaknya yang semakin hari semakin terlihat menderita. 

Penderitaan Nurul Hanifah yang tinggal di Jl. Tipar Raya, Gg. Jaya 
Sakti, Jakarta Utara, langsung terlihat dari fisiknya yang sangat 
memprihatinkan. Wajahnya pucat dengan mata yang menerawang, dan 
dengan berat badan yang tidak lebih dari 3500 gram di usia 1,3 tahun, 
Nurul terlihat amat menderita, tidak ceria dan tampak menahan sakit 
di bagian perutnya. Mungkin akibat penyakit di saluran pencernaannya 
yang tidak pernah tertangani oleh dokter. 

Sebenarnya, kondisi Nurul yang memprihatinkan itu sudah diketahui 
oleh Lurah Sukapura, Jakarta Utara. Watina, ibunda Nurul, membawa 
serta gadis kecilnya itu saat turut serta dalam aksi demonstrasi di 
Depot Plumpang beberapa waktu lalu. Pak Lurah, tutur Watina, sempat 
melihat dan menanyakan kondisi Nurul, namun tidak ada tindakan apa 
pun setelah itu selain meminta sang ibu segera membawanya ke 
puskesmas. Namun apa daya, bagi Dayani maupun Watina, ke Puskesmas 
juga bukan tempat gratisan. Artinya, mereka harus tetap mengeluarkan 
uang, yang meski kecil tetap sulit bagi orang seperti Dayani yang 
bekerja sebagai buruh tidak tetap dengan penghasilan yang juga tidak 
tetap. 

Ibu Evi, seorang kader Posyandu Desa Sukapura, Kecamatan Cilincing, 
Jakarta Utara yang melihat kondisi Nurul merasa prihatin. Ia 
mengetahui ada lembaga kemanusiaan yang dianggapnya bisa membantu, ia 
pun menghubungi ACT (Aksi Cepat Tanggap). Seorang relawan ACT yang 
menerima telepon pengaduan Ibu Evi tentang kondisi seorang balita di 
Cilincing yang mengalami gizi buruk, segera meneruskan laporan 
tersebut ke staf ACT yang lain. 

5 Oktober 2005, hari pertama bulan Ramadhan, dua relawan ACT 
mendatangi rumah Ibu Evi untuk diantar ke rumah Nurul Hanifah. 
Menurut Ibu Evi, ia melihat kondisi Nurul yang mengenaskan itu pada 
saat aksi demonstrasi kenaikan BBM di Depot Plumpang. Nahas bagi 
Dayani dan Watina, mereka tidak memiliki kartu GaKin (Keluarga 
Miskin) lantaran tidak punya KTP dan Kartu Keluarga DKI Jakarta. Anak 
mereka pun tak bisa dibantu untuk ditangani rumah sakit. "Pak Lurah 
merekomendasikan untuk segera mengurus KTP dan KK," ujar Bu Evi. 

Tim ACT pun bereaksi cepat, tak bisa menunggu proses pembuatan KTP 
dan KK yang biasanya memakan waktu hingga dua pekan. Tindakan 
emergency terhadap Nurul mesti dilakukan, mengingat kondisi balita 
itu yang menderita gizi buruk sangat parah dengan ditandai semakin 
menurunnya berat badan yang sangat tidak sebanding dengan usianya. 

Malam itu, sekitar pukul 20.00, di dalam rumah yang kumuh dan 
sanitasi yang buruk, kondisi Nurul terlihat lemah. Tim ACT membawa 
Nurul dan ibunya ke dokter spesialis anak terdekat, didampingi ibu 
Evi. Dr. Andrian yang menanangi Nurul mengaku tidak banyak yang bisa 
dilakukannya mengingat kondisi Nurul yang sangat parah. Ia pun 
merekomendasikan agar Nurul segera dibawa ke rumah sakit untuk 
perawatan intensif. 

Sebelumnya, untuk memperbaiki kualitas ASI sang ibu, Tim ACT 
memberikan makanan bergizi dan juga susu khusus untukmenambah jumlah 
dan kualitas ASI. Selain itu, susu tambahan untuk Nurul juga 
diberikan. Tim ACT juga menitipkan uang seadanya kepada keluarga 
Nurul untuk tambahan biaya ke rumah sakit. 

Malam semakin larut saat Tim ACT meninggalkan rumah kumuh itu, Dayani 
dan isterinya sangat berterima kasih atas kedatangan dan bantuan yang 
diberikan Tim ACT. Menurut mereka, jangankan memikirkan kesehatan, 
untuk makan sehari-hari pun keluarga mereka sering mendapat bantuan 
dari tetangga, yang sebenarnya kondisinya juga tidak jauh berbeda. 
Saat Tim ACT pergi, sekelumit harap masih bisa kami tangkap, andai 
masih ada yang mau membantu anak mereka, agar sesehat dan seceria 
anak-anak lainnya.

Bayu Gawtama (Laporan dari Eko Yudho, ACT)
Aksi Cepat Tanggap (ACT)
021-741 4482
0812 848 1466 (Imam)






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Over 1 billion served! The most music videos on the web.
Click to Watch now!
http://us.click.yahoo.com/xmKGzA/IARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
==

[Ida-Krisna Show] Sedihnya Tukang Serabi

2005-10-09 Terurut Topik bayugautama
Sedihnya Tukang Serabi

Di sudut persimpangan jalan itu ia menjejerkan tiga tungku kecilnya. 
Satu tungku lainnya terbuat dari batu yang disusun hingga menyerupai 
tungku. Bara api dari kayu bakar yang memerah menyesakki bagian 
bawah tungku, kemudian satu persatu wajan kecil yang terbuat dari 
tanah liat di atas tungku itu dituangkan adonan kue serabi. Beberapa 
orang terlihat menunggu kue serabi itu masak, menikmati kue serabi 
dalam keadaan masih hangat pasti menjadi sebab mereka rela menunggu 
kue diangkat dari wajan. 

Ibu Ikah, 32 tahun, penjual kue serabi itu selalu terlihat berjualan 
di sudut simpang jalan. Ia menjajakan serabi di simpang jalan itu 
hanya di dua pekan terakhir saja, semenjak tanah kosong di sisi 
kanan persimpangan jalan itu tengah ramai oleh "pasar malam". 
Rombongan kemedi putar dan aneka mainan rakyat lainnya yang ikut 
ambil bagian menambah semarak pasar rakyat yang dibuka setiap malam 
itu. Sudah tentu itu membuat para pedagang seperti Bu Ikah tersenyum 
senang lantaran jajakannya laris manis. 

Tapi malam itu, satu malam sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, Bu 
Ikah nampak sedih. Setumpuk kue serabi yang sudah dimasaknya belum 
terjual, dan bara api pun dipadamkannya sesaat sambil menunggu 
pembeli. "Berapa harga satu kuenya bu," sapaan saya membuyarkan 
lamunannya, entah apa yang sedang dilamunkannya, tapi sangat jelas 
wajahnya memancarkan kesedihan. 

Rupanya, malam itu tak banyak uang yang diperoleh ibu tiga anak 
itu. "Baru cukup untuk kembali modal saja pak," lirihnya. Pesanan 
sepuluh kue serabi dari saya membuatnya sedikit tersenyum, kecil 
terdengar suaranya berucap syukur. Tapi tetap saja belum 
menghilangkan gurat muram di wajahnya. Lukisan di wajahnya itu yang 
memaksa saya untuk lebih lama lagi di tempat itu, namun bukan untuk 
menambah pembelian jumlah kue. "Sudah berapa kue terjual malam ini 
bu?" tanya saya mengagetkannya. Nampaknya ia tak menyangka mendapat 
pertanyaan itu. 

Tak ada angka terbilang untuk pertanyaan itu, pun ketika pertanyaan 
tentang keuntungan yang diperolehnya malam ini. Kemudian ia 
tersenyum, dengan mata menerawang ia seperti sedang membaca 
langit. "Sejak hari pertama jualan di sini, saya dapat untung 
banyak. Tapi tiga hari terakhir ini, hanya uang kembali modal yang 
terbawa pulang. Ada sih sedikit lebihnya, tapi…" ia menghentikan 
kalimatnya dan tertunduk sesaat. Sadar saya menatap wajahnya, Bu 
Ikah buru-buru membenahi wajahnya dan memaksakan sebuah senyum. 

"Kenapa bu? Kok sedih," saya bisa melihat dengan jelas ia sangat 
bersedih dan menduga kesedihan itu dikarenakan sedikitnya keuntungan 
yang diperolehnya tiga malam terakhir. Ternyata saya salah. "Bukan 
itu pak, biar cuma jualan kue serabi saya merasa sebagai orang 
berpenghasilan. Saya nggak mau dianggap orang lemah, dan karenanya 
saya selalu menyisihkan sedikit dari keuntungan berjualan kue untuk 
zakat atau sedekah ke orang yang lemah…" 

Nyaris tak ada kata lagi yang mampu terucap oleh saya mendengar 
alasan kesedihannya. Jika tak ia lanjutkan kalimatnya pun, saya 
mengerti maksudnya, jika tak ada keuntungan yang diperolehnya malam 
itu, bagaimana ia bisa berinfak? Kalimat terakhirnya begitu menohok 
makna kedermawanan yang selama ini saya pahami. Bu Ikah membuktikan, 
bukan hanya orang kaya yang mampu menyandang status dermawan.  

"Entah berapa yang bisa saya sedekahkan dari sedikit keuntungan saya 
malam ini?" kalimat Bu Ikah itu terus membayangi sepanjang malam 
saya, hingga detik ini.  

Bayu Gawtama






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[Ida-Krisna Show] ACT: Ramadhan Bulan Kemanusiaan

2005-10-05 Terurut Topik bayugautama
Tangis anak-anak korban bencana, sedih yang dirasakan ribuan wanita 
yang menjanda karena sang suami terenggut bencana, dan kisah pilu 
dari barak-barak pengungsian, kerap menghiasi layar kaca TV kita. 
Saat kita menikmati sarapan, antrian pengungsi menunggu jatah makan 
yang kita saksikan di layar TV. Ketika kita bersenda gurau di ruang 
keluarga bersama isteri dan anak-anak, tetes air mata anak-anak 
korban bencana menjadi tontonan bersama. 

Akankah tayangan-tayangan memilukan itu sekadar menjadi tontonan 
semata? Tangis dan pilu mereka mungkin tak terdengar sampai ke ruang 
keluarga kita, tapi bukan berarti kita tak ikut merasakan kesedihan 
mereka. Hanya karena jeritan mereka tak sampai ke telinga kita, bukan 
alasan tak tergerak hati ini untuk membantu. 

Anak-anak korban bencana itu masih menangis hingga detik ini, janda-
janda yang ditinggal mati suaminya, mereka masih terus bertanya 
tentang hari depan mereka, para pengungsi di tenda-tenda pengungsian 
itu terus berdoa, agar orang-orang yang masih beruntung seperti kita 
mau menengok nasib mereka. 

Ramadhan akan berlangsung khidmat, sekaligus mengharukan bagi kita. 
Tetapi mungkin Ramadhan akan terasa pilu bagi mereka, karena tak ada 
lagi ayah, ibu, keluarga yang menemani saat sahur, tak ada lagi 
makanan lezat untuk berbuka. Tak inginkah kita berbagi dengan mereka? 
Sungguh, Allah itu adil, menyisakan sebagian orang-orang yang 
beruntung tak tersentuh bencana seperti kita. Tentu Allah punya 
maksud, agar kita lebih peduli dan berbagi kepada mereka, para korban 
bencana. 

Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar berbagai program dalam rangka 
menyemarakkan bulan suci ramadhan 1426 H dengan tema "Berbagi Rasa 
Bersama Korban Bencana". Sejumlah acara menarik sudah disusun dan 
kesemuanya tidak sekadar bertujuan meningkatkan semangat ibadah di 
bulan suci, tetapi juga untuk menggugah kepedulian terhadap sesama. 
Ramadhan, semestinya meningkatkan solidaritas sosial kepada sesama, 
khususnya korban bencana. Di antara program yang kami susun juga 
dalam rangka berbagi kebahagiaan bersama korban bencana. 

Sasaran program yang disusun ACT adalah, anak-anak yatim korban 
bencana, para wanita yang menjadi janda akibat bencana, para 
pengungsi korban bencana, relawan kemanusiaan di lokasi bencana, 
pelajar dan mahasiswa dari keluarga korban bencana.  

Adapun program-program tersebut antara lain:
-   Berbuka puasa bersama dan paket bagi 100.000 pengungsi korban 
bencana
-   Paket khusus dan berbuka puasa bersama bagi 1000 WAKALA 
(Wanita Kepala Keluarga – Janda korban bencana)
-   Paket lebaran bagi 5000 anak-anak korban bencana, khususnya 
yatim
-   Paket apresiasi khusus untuk relawan kemanusiaan di daerah 
bencana
-   Program-program recovery bencana (Wakala, MSP, CCP, dan KPK)
-   Ramadhan Hotel to Hotel (road show, talkshow, dan ceramah 
serta pembagian paket bantuan)
-   Lebaran pertamaku tanpa Ayah (Sejuta tanda cinta untuk anak 
yatim korban bencana)

Tertarik untuk terlibat mensukseskan acara-acara di atas, silahkan 
menghubungi kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT): 

Perkantoran Ciputat Indah Permai 
Jl. Ir. H. Juanda No. 50
Blok B-8 Ciputat 15419
Telp. +6221 7414482
Fax. +6221 7420664





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[Ida-Krisna Show] Test Kebahagiaan

2005-10-05 Terurut Topik bayugautama
TEST KEBAHAGIAAN

„Ï  Lingkari Ya atau Tidak untuk semua pertanyaan di bawah ini. 

1.  Lebih dari 700 juta orang di dunia kini dinilai PBB dalam 
kondisi kelaparan. Apakah Anda memiliki banyak makanan untuk dimakan? 
[Ya/Tidak]

2.  Lebih dari 500 juta orang di dunia (lebih dari jumlah 
penduduk Indonesia) tidak memiliki rumah tetap untuk ditinggali. Anda 
punya rumah tetap untuk ditinggali? [Ya/Tidak]

3.  Hanya 1 dari 7000 orang di dunia yang memiliki televise untuk 
ditonton. Apakah Anda punya televise untuk menghiburmu? [Ya/Tidak]

4.  Lebih dari 800 juta orang di dunia hanya memiliki satu 
pakaian untuk dipakai. Lebih banyak dari itu tidak memiliki sepatu, 
tidak punya mantel, dan pakaian dalam. Apakah Anda punya cukup banyak 
pakaian untuk dipakai? [Ya/Tidak]

5.  Lebih dari 700 juta orang di dunia meninggal setiap hari 
karena tak ada dokter atau pengobatan. Jika Anda sakit, apakah ada 
dokter atau obat-obatan yang membantu Anda sembuh? [Ya/Tidak]

6.  Hanya 1 dari 8000 orang di dunia punya lemari es dan kompor 
gas di rumah. Apakah ada lemari es dan kompor gas (atau salah 
satunya) di rumah Anda? [Ya/Tidak]

7.  Lebih dari 450 juta orang di dunia tidak memiliki radio, 
tape, atau CD Player. Apakah Anda memiliki semua benda tersebut atau 
salah satunya? [Ya/Tidak]

8.  Hanya 1 dari 750 anak di dunia memiliki kesempatan untuk 
belajar membaca dan menulis. Apakah Anda memiliki kesempatan untuk 
belajar membaca dan menulis? [Ya/Tidak]

9.  Hanya 1 dari 760 juta orang di dunia yang punya air panas dan 
dingin serta kamar mandi pribadi di dalam rumah. Apakah Anda juga 
memilikinya? [Ya/Tidak]

10. Lebih dari 960 juta orang di dunia tidak pernah pergi ke 
restoran/rumah makan. Apakah Anda termasuk diantara 960 juta orang 
tersebut? [Ya/Tidak]

Adakah alasan untuk tidak berbagi?

Bayu Gawtama




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[Ida-Krisna Show] Opini: 100ribu dapat apa?

2005-10-03 Terurut Topik bayugautama
Sarkah, 37 tahun, tergopoh-gopoh menggendong anak balitanya sambil 
menuntun anaknya yang lain memasuki kantor Pos untuk mengambil dana 
kompensasi kenaikan BBM (KKB). "Kirain nggak antri, mana anak nangis 
ginih…" keluhnya begitu melihat antrian panjang "orang miskin" yang 
hendak mengambil uang sejumlah tiga ratus ribu rupiah sebagai 
kompensasi kenaikan BBM selama tiga bulan. 

Ya, Sarkah, ibu dua anak itu memang tak sendirian. Hari itu, 
setidaknya puluhan orang yang dikategorikan miskin dan berhak 
mendapatkan dana KKB sibuk mengantri di berbagai loket tempat 
penukaran kartu dana KKB. Selain Sarkah, yang anaknya tak berhenti 
menangis meski tiga lembar mata uang seratus ribuan sudah 
digenggamnya, ada wanita jompo yang butuh waktu tidak kurang dari 
setengah jam berjalan kaki sejak ia turun dari angkot untuk mencapai 
loket antrian. Ada yang rela beradu mulut karena merasa didahului 
antriannya. Di tempat lain, saling pukul pun terjadi dalam antrian 
para penerima dana KKB itu. 

Luar biasa. Ini pemandangan yang baru di negara Indonesia. Satu lagi 
parade kemiskinan terpampang jelas di mata kita. Wapres Jusuf Kalla 
yang menyempatkan diri melakukan inspeksi mendadak di daerah Jakarta 
Utara, seharusnya tak sekadar melihat proses kelancaran distribusi 
dan pembagian dana KKB itu. Semestinya, ia lebih melihat dari yang 
tak banyak dipandang kebanyakan pada hari itu. Antrian itu semestinya 
membuatnya mengurut dada, bahwa pada kenyataannya, jumlah orang 
miskin di negara ini jauh lebih banyak dari data yang diberikan 
pejabat lokal. Adakah pejabat negeri ini melihatnya? 

Konon, di negara kita ini, setiap masalah yang dihadapi rakyat 
terbiasa diselesaikan oleh rakyat sendiri. Seberat apa pun beban yang 
menimpanya, rakyat sendiri yang menanggungnya. Salah seorang teman 
dari NGO asal AS, sempat terheran-heran melihat daya tahan masyarakat 
Aceh yang tertimpa bencana tsunami Desember 2004. "Gila, mereka bisa 
tahan hidup meski pemerintah teramat lamban memberikan bantuan. Kalau 
di AS, mereka sudah berteriak agar Pemerintah bertindak cepat." 
Komentar singkat saya, "Mereka sudah terlalu lelah berteriak, entah 
yang diteriaki mendengar atau tidak." 

Kenaikan BBM, selogis apa pun maksud dan tujuan pemerintah, yang itu 
bisa dimengerti oleh orang-orang berpendidikan dan berpenghasilan 
tinggi, tetap merupakan bencana bagi orang miskin. Belum usai negeri 
ini dilanda berbagai bencana, baik bencana alam maupun bencana 
sosial, tambah satu lagi bencana kenaikan BBM. Setidaknya ini diambil 
dari sudut pandang mereka, para penerima dana KKB. 

100 ribu rupiah sebulan dapat apa? Pertanyaan itu bukan saja milik 
Sarkah. Senyum dan air muka cerianya saat menggenggam tiga lembar 
ratusan ribu, diyakini hanya akan berlangsung sesaat. Bisa jadi uang 
itu akan habis dalam beberapa jam saja, entah untuk bayar hutang, 
beli beras yang harganya tak ingin kalah bersaing dengan harga BBM, 
beli susu anaknya yang selama ini tak pernah terbeli, atau beli baju 
baru, bukankah sebentar lagi lebaran? 

Dengan segenap keyakinan, uang sejumlah itu akan habis dalam waktu 
yang tidak berapa lama. Padahal seharusnya itu untuk satu bulan. 
Seperti kebanyakan orang berduit, uang seratus ribu akan habis untuk 
mentraktir makan siang teman-teman di RM. Sederhana, seratus ribu 
juga biasa dihabiskan untuk duduk-duduk di Food Centre sambil 
menikmati lima paket Combo 1 KFC, uang senilai itu juga habis dalam 
sekejap untuk memesan dua porsi besar Pizza. Tak lebih dua puluh tiga 
liter yang bisa didapat dari uang itu untuk mengisi tangki mobil, 
bisa juga dihabiskan dalam waktu kurang dari dua jam oleh anak-anak 
di arena Time Zone. Seringan kapas uang seratus ribu kita gelontorkan 
untuk membeli tiga atau empat tiket twentyone. Hampir lupa, seratus 
ribu juga biasa kita belikan pulsa handphone, yang terkadang sudah 
harus diisi ulang kembali tiga-empat hari kemudian. 

Bagaimana dengan Sarkah? Sarkah tak pernah makan di food centre, tak 
punya handphone yang harus diisi pulsanya, tak tahu rasanya Pizza, 
tak punya kendaraan, anak-anaknya pun tak pernah main di Time Zone, 
dan jangankan untuk mentraktir teman-temannya, untuk makan ia dan 
keluarganya sehari-hari pun masih gali lobang tutup lobang. Sarkah 
memang senang hari itu mendapatkan tiga ratus ribu, barangkali itu 
uang terbesar yang pernah digenggamnya selama ini. Tapi akankah 
Sarkah tetap tersenyum tatkala menyadari kebutuhannya takkan pernah 
tercukupi dengan uang seratus ribu perbulan? 

Kemarin sore, saya melewati sebuah sebuah restoran cepat saji di 
Tangerang. Ternyata, kenaikan BBM memang tidak berdampak besar bagi 
masyarakat kita. Kecuali Sarkah, dan teman-temannya para penerima 
dana KKB. Ups, jangan-jangan yang saya lihat sedang makan itu justru 
mereka yang baru saja menerima uang tiga ratus ribu? 

Bayu Gawtama





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music o

[Ida-Krisna Show] Program Ramadhan: Lebaran Pertamaku Tanpa Ayah

2005-10-03 Terurut Topik bayugautama
Ada jarak tak terukur usai bencana itu
Tak tahu lagi dimana ayah berada kini
Kering sudah air mata ini
Setiap kali wajah teduhnya membayang

Lebaran kali ini, 
Tak lagi ada tangan yang kan kukecup
Pun kaki tempat bersimpuh
Padahal, belum sempat diri meminta ridhanya

Di hari raya ini,
Tak ada baju baru untukku,
Disaat anak-anak lain bergembira dengan baju barunya
Tak satu pun yang memberi hadiah
Atas keberhasilanku berpuasa sebulan penuh

Hanya segumpal rindu yang membuatku bertahan
Memupuk sebentuk cinta yang tetap terjaga
Mengais harap lebaran bersamanya lagi 

*** 

Tahun lalu, langkah kami menyatu dalam irama keriangan menuju alun-
alun. Lantunan takbir membelah fajar dan Sholat Id terasa sempurna 
bersamanya. Ada punggung tangan hangat untuk dikecup, ada hati lapang 
yang ikhlas menerima sebentuk sesal atas kenakalan masa lalu, 
kemudian sentuhan lembut penuh kasih membasuh air mata yang membasahi 
pipi ini. Ia pun memapah tubuh kecil ini untuk berdiri dan 
mendaratkan kecupan lembutnya di kening. Deras terasa aliran cintanya 
kala itu. 

Lebaran tahun lalu, dengan segenap peluhnya ia mencoba membuat saya 
tersenyum di hari raya. Pakaian baru yang dibawanya di malam terakhir 
bulan Ramadhan, membuat saya lupa bertanya dari mana ia 
mendapatkannya. Tapi saya tahu, itulah yang akan selalu dilakukannya 
demi saya, anaknya. Pengorbanan yang takkan pernah sanggup dibayar 
dengan apapun. 

Tahun demi tahun, perjalanan cinta itu berlangsung. Hingga bencana 
itu datang meluluhlantakkan semuanya, termasuk jalinan cinta yang 
sudah terajut begitu erat. Ayah, entah dimana dirinya sekarang. Saya 
tak pernah lagi melihatnya setelah bencana dahsyat yang memisahkan 
kami. 

Lebaran ini, pertama kalinya saya menggelar sajadah tanpa sajadah 
Ayah di sisi. Tidak ada tuntunan takbir yang menggetarkan. Saya tak 
rindu pakaian baru darinya, tak rindu hadiah uang atas keberhasilan 
puasa saya darinya. Hanya senyum dan kehadirannya yang saya rindui, 
juga punggung tangannya untuk dikecup. 

Tahun ini, lebaran pertama saya tanpa Ayah. Ingin hati bertanya, 
adakah Ayah juga sholat Id di sana? Siapa yang menggelar sajadah di 
sisi Ayah? Adakah bibir mungil yang mencium tangan Ayah di sana? 

--- 
Sebuah tanya dari negeri bencana, entah yang siapa yang kan 
menjawabnya...

Bayu Gawtama
Communication Specialist
Aksi Cepat Tanggap (ACT)
021-741 4482
0852 190 68581

Rekening Dana Kemanusiaan ACT: 
BCA676 0 30 31 33
Mandiri 128 000 4555 808
Bank Syariah Mandiri 004 0011 
Muamalat 304 0022 915





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Check out Music Videos, Internet Radio, Artist Photos, Music News!
LAUNCH Music on Yahoo!
http://us.click.yahoo.com/wmKGzA/JARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[Ida-Krisna Show] Potret Keluarga

2005-08-10 Terurut Topik bayugautama
Setiap kali berkunjung ke rumah teman, sahabat, kerabat maupun famili,
ada sesuatu yang senantiasa menarik untuk saya perhatikan. Hampir
setiap rumah, entah pemiliknya orang berada maupun sederhana terpajang
sebuah potret keluarga di dinding ruang tamu. Biasanya perlu waktu
untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga agar tak ada yang tak
tertinggal dalam foto keluarga itu, kalau bukan Ayahnya yang lebih
mementingkan pekerjaan, mungkin anaknya yang sibuk kegiatan sekolah.
Anak lainnya, bisa jadi jarang pulang karena bekerja di luar kota.
Begitu ada kesempatan berkumpul semua, mereka kira itulah kesempatan
langka yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Pakaian pun disiapkan yang terbaik, kalau pun tidak sempat membuat
seragam keluarga maka diupayakan mencari yang warna dan motifnya
serasi. Crekk.. kilatan lampu blitz kamera menangkap senyum seluruh
anggota keluarga yang seolah dikomando untuk memberikan yang termanis,
tanpa cemberut, tanpa masam. Kalau pun ada yang kurang berkenan,
adegan dan pengambilan gambar pun wajid diulang sampai betul-betul
mendapatkan hasil yang terbaik. Maklum, potret keluarga itu akan
dipajang di dinding ruang tamu. Agar siapa pun yang bertamu akan
melihat dan mempersepsikan dan menjadikan mereka sebagai contoh
keluarga yang baik, serasi, kompak, hangat, penuh komunikasi dan yang
tak kalah pentingnya; bahagia. Itu semua tergambar dari potret keluarga.

Berbilang tahun sudah potret itu terpajang di dinding ruang tamu,
tidak ada yang berubah kecuali sedikit berdebu, atau posisinya agak
miring jika pemiliknya malas meluruskannya kembali. Tapi yang pasti
gambar dalam bingkai itu tidak satu pun yang berubah, senyumnya yang
kompak, posisi berdirinya yang diatur sehangat dan sedekat mungkin,
keserasian warna dan motif pakaian, ditambah wajah manis dan tampan
yang terpoles make up. Semua menggambarkan keutuhan sebuah keluarga
bahagia.

Jikalah potret yang bahkan hingga puluhan tahun itu sudah berubah,
apakah dalam kenyataannya keluarga itu juga tak ada yang berubah?
Mungkin tidak demikian. Boleh jadi kepala keluarga dalam bingkai itu
sudah pergi ke alam lain, dan potret yang dibuat puluhan tahun silam
itu pun menjadi kenangan akan dirinya. Kalau lah masih lengkap seluruh
keluarga, tapi satu persatu anak-anak yang ada dalam potret itu kini
menetap di tempat lain bersama keluarga mereka masing-masing dan telah
pula membuat satu potret keluarga mereka sendiri. Tentu dengan proses
yang tak jauh berbeda saat dulu ia bersama Ayah, ibu, kakak dan
adiknya mencari waktu dan berpakaian serasi untuk membuat potret keluarga.

Sampai di sini tidaklah masalah. Justru yang kadang menjadi
pertanyaan, mungkinkah kebahagiaan, kekompakan, kehangatan serta
keserasian dalam potret keluarga itu kini hanya berstatus: Dahulu
memang demikian? Karena kedua orang tua yang terlihat bahagia dengan
anak-anak bunga cinta mereka itu kini sudah bercerai dan kemudian
membentuk keluarga lagi. Atau Si sulung yang pergi menghilang tanpa
kabar setelah pertengkarannya dengan Ayah belasan tahun silam.
Sementara adik perempuannya lebih banyak menghabiskan waktu malamnya
bersama teman-temannya di kafe atau club, ia kecewa menyaksikan ibunya
yang kian hari semakin sibuk dengan urusan bisnis dan arisan kelas
atasnya. Tak ada lagi kasih sayang dan cinta yang pernah ia dapatkan
dari seorang ibu yang pernah diidolakannya belasan tahun lalu, saat
semuanya masih terasa begitu hangat.

Bagaimana nasib potret keluarga di dinding ruang tamu? Ia tak pernah
lagi dilirik oleh satu pun anggota keluarga dan tetap dibiarkan
berdebu bersama senyum dan kehangatan dalam bingkai yang kini hanya
tinggal kenangan. Si bungsu sering menatap dengan mata kosongnya
setiap pulang sekolah. Getar hatinya pun bergumam, "Dulu saya pernah
punya keluarga yang bahagia".

Akankah kebahagiaan hanya akan menjadi masa lalu bagi keluarga kita?
Mungkinkah potret keluarga yang mencerminkan kehangatan itu dibuat
hanya untuk menjadi kenangan di hari kelak? Apakah senyum indah yang
terangkai dalam bingkai itu belasan atau puluhan tahun yang akan
datang tak lagi terwujud dalam kehidupan sehari-hari keluarga itu?

Saya telah membuat potret keluarga, dan semuanya terlihat sangat
bahagia. Meski tak terpajang menghiasi dinding ruang tamu, namun lekat
terpatri di dinding hati ini. Semoga tetap utuh dan bahagia hingga
takdir yang menghendaki satu persatu harus pergi. Setidaknya itu doa
yang tak pernah alpa saya pinta. Saya yakin Allah mendengar pinta itu.

Bayu Gawtama
http://gawtama.multiply.com





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h9ifj8p/M=362335.6886444.7839734.2575449/D=groups/S=1705034722:TM/Y=YAHOO/EXP=1123743788/A=2894362/R=0/SIG=138c78jl6/*http://www.networkforgood.org/topics/arts_culture/?source=YAHOO&cmpgn=GRP&RTP=http://groups.yahoo.com/";>What
 would our lives be like without music, dance, and theater?Donate or volunteer 
in the arts today at Network for Good.
-

[Ida-Krisna Show] Kisah Sedih Pencuci Piring

2005-08-07 Terurut Topik bayugautama
Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa
jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski
lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun.
Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini.
Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban
terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya
membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan.
Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah,
ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. "Aih, pasti
segagah kakeknya," impinya. 

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura
kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak
hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan
kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan
ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa
berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua
mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak
direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak
ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu
lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus,
inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop
yang tertutup rapat. 

Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta
itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang
sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang
sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar
kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka
meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang
baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa
menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami
dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi
milik pria lain. 

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya
mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang
pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus
sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh
ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak
cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti. 

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih
di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak
mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari
keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang
dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan
terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta.
Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di
ruang pesta. 

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh
berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya
karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari
sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena
tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan
pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin
lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir. 

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang
teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis
disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan
tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk
kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah
sering harus menahan lapar hingga terlelap. 

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya
menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati
nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa
masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk
anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai
pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak
yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan
dalam pesta itu. 

Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak
cukup kalimat "Mohon Doa Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera
di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar "Terima
Kasih untuk Tidak Mubazir". Mungkinkah? 

Bayu Gawtama
http://gawtama.multiply.com





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12husns51/M=362335.6886444.7839734.2575449/D=groups/S=1705034722:TM/Y=YAHOO/EXP=1123488007/A=2894362/R=0/SIG=138c78jl6/*http://www.networkforgood.org/topics/arts_culture/?source=YAHOO&cmpgn=GRP&RTP=http://groups.yahoo.com/";>What
 would our lives be like without music, dance, and theater?Donate or volunteer 
in the arts today at Network for Good.
---