[indo-marxist] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: Karya puisi Djafar IBU BURUH TANI AKU ANAK INDONESIA

2005-08-16 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma











Catatan laluta:

Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan R.I ke 60 thn, Refleksi diri seorang kawanpenyair Djafar menyatakan dalam ekspresi IBU BURUH TANI dan AKU ANAK INDONESIA. Untuk itu saya kirimkanDUA buahPUISINYA...

La Luta Continua!

IBU BURUH TANI

Mengapa kau diam menunduk
ibu
kerut kerut wajahmu
oh, air mata 
menetes 
memenuhi pipi cekungmu
ibu
kau peluk dan cium
anak sayang 
dipangkuan
ibu
kau sedih dan berduka 
akan hari depan
putra puterimu
sendiri dirimu
ibu.


Betapa banyak petaka
dinegeri ini
alam yang dirundung bencana
tak henti henti
dari korban korban tsunami
hingga korban dahsyat gempa bumi
dan setan setan menari nari
menggunakan musibah memperkaya diri.


Ibu, dengan susah payah
kau garap
tanah orang kaya
untuk makan sehari saja
makan nasi kadang kadang sekali
dengan lauk rebusan genjer dan bunga turi
bila sakit hanya menunggu mati.


Ibu, inikah keadilan yang kau damba
Setelah enampuluh tahun merdeka?


Djafar. 
Norsborg, 15 Agustus 2005





 AKU ANAK INDONESIA


Apabila sapi dan lembu tutup malam
pulang kekandang
aku terlentang 
digubuk tiris
badanku kurus dan gepeng
kurang makan dan energi
kelaparan setiap hari.

Sekolah
itu adalah sesuatu yang mewah
baju seragam yang mahal
buku buku yg bikin orang pintar
adalah impian 
waktu aku dilanda lapar.

Bapak ibu!
sekarang sudah larut malam
kapan kau pulang
bawakan aku sejumput makanan ?


Djafar
 Norsborg 22 Juli 2005.__Do You Yahoo!?Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com 





Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
**Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
 [EMAIL PROTECTED] (langganan)
 [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist






  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "indo-marxist" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[indo-marxist] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: statemen Aliansi Perjuangan Rakyat menuju aksi 16 agustus 2005

2005-08-16 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma













Catatan laluta:

Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan R.I ke 60 thn, saya kirimkanstatemen Aliansi Perjuangan Rakyat menuju aksi 16 agustus 2005 di Jakarta.

La Luta Continua!


Date: Sun, 14 Aug 2005 18:31:11 +0700 (ICT)From: aliansi perjuangan rakyat [EMAIL PROTECTED]Subject: statemen menuju aksi 16 agustus 2005


Dirgahayu 60 Tahun Republik Indonesia
Bangun Front Persatuan Perjuangan untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan

Salam demokrasi,
60 Tahun sudah Republik Indonesia Merdeka! Merdeka dari Penjajahan fisik, dengan cita-cita menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
Ternyata Rakyat Indonesia semakin jauh dari cita-cita masyarakat adil dan sejahtera. Belenggu penjajahan bentuk baru, penjajahan yang membelenggu rakyat Indonesia dan memaksa rakyat untuk semakin miskin, penjajahan tersebut dikenal dengan nama neoliberalisme.
Rejim berganti rejim sampai ke pemerintahan SBY-Kalla saat ini, belum sekalipun tegas dan berani mengambil jalan keluar dari kemiskinan rakyat dengan lepas dari penjahan bentuk baru/neoliberalisme..
 Bentuk-bentuk kebijakan neoliberalisme;
- Subsidi untuk rakyat dihapus (Subsidi Pendidikan, Kesehatan, BBM, Listrik, Air, dll) 
- Privatisasi BUMN (Indosat, dll)
- Komersialisasi pendidikan dan kesehatan (UU Sisdiknas dan RUU Kesehatan) 
- Liberalisasi perdagangan (WTO)
- Liberalisasi energi dan sumber daya alam dll (UU Migas 22/2001, UU Privatisasi Air, Perpres 36/2005, dll)
Semuanya sebagai upaya penjeratan dalam bentuk UTANG ke IMF, World Bank, ADB, CGI dan negara-negara imperialis G8. 
Dampak yang dihadapi rakyat akan semakin nyata; kehilangan lapangan kerja/PHK, tidak bisa sekolah/putus sekolah, angka penyakit dan kematian naik karena susah akses kesehatan murah, harga-harga naik (BMM, Listrik, Air, Bahan Pokok dll) , Industri Nasional hancur, kekerasan dan pelanggaran HAM (konflik horizontal dan kekerasan aparat negera) dll. 
Akankah hal tersebut dibiarkan? Tentu Tidak!
Momentum Sidang Tahunan MPR pada tanggal 16 Agustus yang berdekatan pada hari kemerdekaan Republik Indonesia dan merupakan momentum Presiden Republik Indonesia akan menyampaikan pidato kenegaraan di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat, akan menjadi panggung politik penting bagi gerakan demokrasi untuk memberikan solusi alternative kepada rakyat, yakni Pemerintahan Persatuan Rakyat; Pemerintahan Kedaulatan dan Kerakyatan.
Maka Aliansi Perjuangan Rakyat menyatakan bahwa:
- Pemerintahan SBY-Kalla Gagal Sejahterakan Rakyat!
Aliansi Perjuangan Rakyat menyerukan:
- Seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu mendesakkan tuntutan kesejahteraan dan berdaulat
- Seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan aksi massa pada tanggal 16 Agustus 2005 ke gedung DPR/MPR di Jakarta, ke instansi-instansi pemerintahan daerah di daerah masing-masing.
- Seluruh rakyat Indonesia membangun posko-posko kesejahteraan untuk menjadi pusat penanganan secara dini masalah kesejahteraan serta pusat wadah aksi, pendidikan politik, diskusi politik dan terbitan politik.
- Seluruh elemen gerakan rakyat (buruh, tani, nelayan, kaum miskin kota, perempuan, mahasiswa), LSM, ormas-ormas, partai politik progresif, ulama/agamawan, intelektual, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh gerakan/LSM dll. untuk bersatu membangun Front Persatuan Perjuangan.

Ayo Bersatu! Bangun Pemerintahan Persatuan Rakyat!
Pemerintahan Kedaulatan dan Kerakyatan!

Aliansi Perjuangan Rakyat
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi – LMND, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia – PMII, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia – GMKI, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia – PMKRI, Himpunan Mahasiswa Islam – HMI, Perhimpunan Mahasiswa Buddha Indonesia – Hikma Budhi, Gerakan Mahasiswa Nasional kemerdekaan – GMNK, Aliansi Mahasiswa Papua – AMP, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia – GMNI, Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia – FNPBI, Non-Violence Community – NOVICO, AHIMSA, Student Crisis Centre Jakarta-SCC Jkt, Relawan untuk Perjuangan Demokrasi – REPDEM, Partai Rakyat Demokratik – PRD
Serikat Rakyat Miskin Kota – SRMK, Serikat Tani Nasional – STN, Gerakan Pemuda 27 Juli-GP 27 Juli, Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia-LS ADI, Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi  Demokrasi- FAMRED, Putra Pembebas Bangsa-PBB, Gerakan Pemuda Kerakyatan-GPK, Partai Buruh – PB, Government Watch – GOWA, Senjata Kartini – SEKAR, Lapera Indonesia-Lapera Ind, Barisan Muda Penegak Amanat Nasional-BM PAN, Kesatuan Aksi Buruh Indonesia – KASBI, ALNI Indonesia – ALNI Ind. Front Aksi Mahasiswa Univ Ind – FAM UI, Komisi untuk Orang Hilang dan Kekerasan-KONTRAS
		Yahoo! Mail 
Stay connected, organized, and protected. Take the tour





Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
**Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
 [EMAIL PROTECTED] (langganan)
 [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist






  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "indo-marxist" on the web.
  To unsubscribe from this group, 

[indo-marxist] Apresiasi Warisan Budaya Kebhinekaan Oleh: A Kohar Ibrahim

2005-08-16 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma





Sumber: 
http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=12441

News / IMPRESI DARI EROPA
Harian Batam Pos, Minggu, 31-Juli-2005, 19:16:45 41
Apresiasi Warisan Budaya Kebhinekaan 
Oleh: A Kohar Ibrahim Dengan memahami pandangan Mahmoud Darwich yang mengapresiasi “Warisan peradaban manusia diperkaya oleh suatu proses yang panjang“. Dan bahwasanya asal-usul yang modern itu klasik. Begitu pula yang “pelopor itu asalnya ribuan tahun“. Maka dengan meneladani semangat dan gaya pandang elang laut ala Hang Nadim, akan lebih mudahlah bagi kami untuk menyikapi kehidupan dan warisan budaya Melayu Riau. Khususnya terhadap penilaian historis bahwa “Sastra Riau bermula dari puncak”. 

Tentunya penilaian itu bukan sembarangan, melainkan berdasarkan fakta atau bukti-bukti akan adanya budayawan, sastrawan beserta hasil karyanya. Hasil-hasil karya masa lampau hingga kekinian zaman. Hasil aktivitas-kreativitas seni sastra yang telah memperkaya khazanah sastra bukan hanya Melayu, tapi sekaligus juga Indonesia, Nusantara bahkan dunia. 
Hasil kesusasteraan Melayu itu pun telah dengan sendirinya memperkaya sekaligus mendorong maju ilmu pengetahuan. Karena satu sama lainnya saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Ilmu, baik yang secara umum maupun khusus seperti kesusastraan itu, kemajuannya senantiasa melalui asah-ujian dalam praktik, pertukar-pikiran atau bahkan perdebatan yang bebas merdeka. 

Artinya, adanya kebebas-merdekaan dalam mengekspresikan diri, sekalipun terjadi keberbedaan dalam kebersamaan. Keberbedaan pendapat yang selayaknya dianggap wajar dalam upaya menemukan dan menegakkan kebenaran. Suatu kewajaran pula adanya keberbedaan itu, jika diingat wilayah Indonesia dan penduduk yang terdiri dari berbagai bangsa atau sukubangsa sekalian budayanya. Yang secara obyektif dinyatakan sebagai Bhinneka Tunggal Ika. 

Maka dari itu kami bisa memaklumi, bahkan dalam hal apresiasi keberadaan bahasa dan sastra Melayu dalam kaitannya dengan sastra Indonesia umumnya, terdapat berbagai pendapat, penilaian atau pandangan. Karena hal itu tak bisa dianggap lain kecuali menunjukkan adanya kedinamikaan intelektualitas yang pantas. Bahwa ada orang meragukan atau mempertanyakan sesuatu atau hal ihwal — suatu kesimpulan, suatu penilaian atau pandangan sekalipun –- adalah merupakan kewajaran yang sewajar-wajarnya. 

Dari kalangan intelektual Indonesia yang mengutarakan kewajaran adanya keberbedaan pendapat, wajarnya meragukan dan mempertanyakan sesuatu dalam rangka menemukan kenyataan dan kebenaran, adalah penyair dan pakar kesusastraan Indonesia Ajip Rosidi. Seperti yang diucapkannya dalam ceramah di KBRI London 1999 berjudul “Mitos, Indoktrinasi dan Realitas”, yang kemudian termuat dalam buku “Trang-trang Kolentrang” terbitan Grimukti Pasaka. 

Ajip secara tajam mengkritisi ditumbuh-kembangkannya mitos sejak awal masa pergerakan kebangsaan yang kemudian dimanfaatkan oleh Orde Lama dan lebih-lebih lagi oleh Orde Baru dengan cara indoktrinasi yang menjadikan orang ketakutan terhadap kenyataan dan ketakutan terhadap pendapat yang berbeda dari yang diajukan secara resmi oleh sang penguasa. 
Hal mana mengakibatkan kemunduran bahkan kerugian yang dahsyat dengan terjadinya bukan saja pembunuhan pendapat atau pikiran orang, melainkan juga pembunuhan orangnya itu sendiri. Apakah orang-orang sebagai individual maupun kolektif pergerakan – seperti dalam pergolakan yang terjadi di berbagai daerah disebabkan oleh keberbedaan dan ketidak-puasan terhadap pusat. 

Meskipun telah terjadi tindakan yang [EMAIL PROTECTED], anehnya kata Ajip : “ …kita tidak merasa bersalah, apalagi berdosa, walaupun sehari-hari kita taat menjalankan syari’at agama – seperti sembahyang lima kali sehari atau setiap Ahad pergi ke gereja. Kita telah menjadi robot tempaan indoktrinasi yang tidak mempunyai hati nurani.” 

Oleh karena hati nurani sudah terbekukan, orang hanya mendengar kepada perintah resmi dari pemerintah tanpa berpikir atau bertanya apakah benar ataukah salah. Karenanya, menurut Ajip : “Sebagai bangsa kita sudah terbiasa tidak mempunyai pendapat sendiri, apalagi yang bersumber dari hati nurani. » Oleh karena itulah pula, « ketika tiba ‘zaman reformasi’, kebanyakan bangsa kita menjadi gamang.” 

Setuju atau tidak dengan Ajip Rosidi yang menilai praktek Demokrasi Terpimpin maupun Demokrasi Pancasila ternyata samasekali bukan demokrasi pun tidak memberi kesempatan untuk melatih hidup sebagai demokrat. 

Namun adalah pendapatnya yang bernas mengenai kehidupan berdemokrasi, yang bukanlah menuntut agar kita diberi kesempatan untuk memperdengarkan suara kita saja, melainkan juga kesediaan kita untuk mendengarkan orang lain mengemukakan pendiriannya yang tidak mustahil bertentangan dengan pendapat dan kepentingan kita. Kita bukan saja harus berlapang dada mendengarkannya, tapi harus pula menerimanya sebagai kebenaran yang sama besar haknya dengan pendapat kita. 

Kita yang sudah terbiasa berpikir satu jurusan dan menganggap pikiran yang tidfak 

[indo-marxist] Kronik Sengketa Petani Woloboa Ndete vs PT. Kyoko Sinju Indonesia

2005-08-16 Terurut Topik Serikat Tani Nasional

Kronik Sengketa Petani Woloboa  Ndete vs PT. Kyoko Sinju 
Indonesia

Investigasi dan advokasi terhadap magepanda sehubungan 
dengan konflik antara PT. Kyoko Sinju Indonesia [Milik 
Perusahaan Jepang] dan buruh; serta antara perusahaan 
tersebut dengan warga masyarakat Woloboa dilakukan oleh 
LMND, Formare - Forum Mahasiswa Flores dan LBH Nusa 
Tenggara [Nusra].

Advokasi dilakukan setelah keluar pernyataan pers dari 
Yulius Yusran, buruh PT. Kyoko Sinju Indonesia dan seorang 
pemerhati demokrasi bernama Yulianus A Warce dari kampung 
Ndete pada 18 dan 19 Mei 2005 di harian Fajar Bali. 
Pernyataan tersebut dinilai pihak perusahaan sebagai 
pencemaran nama baik. Heri Alu selaku kepala mandor dan 
juru bicara PT. Kyoko Sinju Indonesia melakukan bantahan 
pada media yang sama pada 21 mei 2005. hingga saat ini, 
kasusnya telah ditangani pihak kepolisian Polres Sikka.

Melalui berita di media massa, LMND dan Formares berusaha 
mendapatkan informasi yang mendalam dari pihak korban dan 
data-data pendukung lainnya.

Pertemuan pertama dilakukan pada Minggu, 5 Juni 2005 
antara buruh PT. Kyoko Sinju Indonesia yang telah di PHK 
dengan LMND, Formares dan LBH Nusra. Maksud pertemuan ini 
adalah untuk menggali lebih dalam tentang sengketa yang 
terjadi. Haslnya, perusahaan banyak melakukan tindak 
ketiadk-adilan kepada para buruh dengan indikasi 
pelanggaran UU Ketenagakerjan. Sementara pemkab tidak 
turut campur dalam penyelesaian hubungan industrial buruh 
- majikan dalam forum tripartit. Bahkanada kecenderungan 
keberpihakan pemkab pada pihak pengusaha.

Petemuan II pada Rabu, 8 Juni 2005 antara LMND, Formares, 
LBH Nusra, STN [Serikat Tani Nasional] bersama buruh PT. 
Kyoko Sinju Indonesia serta penngurus dari organisasi 
rakyat Ndete Forum Peduli Demokrasi [FPD]. Pertemuan kali 
ini dimaksudkan untuk mendalami permasalahan serta 
menetukan taktik perjuangan dan perlawanannya. Selain 
persoalan perburuhan, muncul juga soal agraria tentang 
penyerobotan tanah ulayat oleh PT. Kyoko Sinju Indonesia 
untuk mendirikan pabrik dan base camp. Bentuk 
penyerobotannya adalah pembelian tak sah tanpa 
sepengatahuan pimpinan adat Ria Bewa Mosa Laki. Sementara 
taktik perjuangan yang akan dijalankan adalah AKSI MASSA 
pada 14 Juni 2005. organisasi yang menyatakan siap 
mendukunga adalah LMND, Forkomasta - Forum Komunikasi 
Masyarakat Tani Sikka, FPD, Formares dan LBH Nusra. 
Seluruh organisasi ini menggabungkan diri dalam Forum 
Peduli Rakyat Demokratik [FPRD]. Aksi massa dengan ong 
march menuntut agar Pemkab Sikka memfasilitasi pertemuan 
antara masyarakat desa Reroreja beserta pengurus dan 
anggota FPD, buruh yang masih bekerja dan yang ter-PHK 
BERSAMA dengan PT. Kyoko Sinju Indonesia.

Pertemuan III dilakukan pada hari Kamis, 16 Juni 2005, 
antara LMND dan LBH Nusra dengan masyarakatr adat Woloboa. 
Penelusuran sejarah menunjukkan bahwa tanah ulayat 
tersebut adalah wilayah bersejarah. Di tempat ini 
terjadilah pembunuhan Lato Goa, seorang tokoh dari 
Kerajaan Goa yang bermaksud merebut tanah dari Raja Mingo. 
Lato Goa dibunuh oleh naga Mara, seorang anak buah Raja 
Mingo.

Demi menghindari pertumpahan darah dan dendam atas 
keturunan Lato Goa dan Raja Mingo, para pemuka adat Siu 
Roja menetapkan bahwa hak pengelolaan tanah tersebut 
diatur dalam kolektif adat. Tidak diperkenankan mendirikan 
banguanan rumah diatasnya. Dan penjualan tanah yang 
dilakukan oleh Niko Naro dan Silla adalah tidak sah. 
Karena dilakukan tanpa persetujuan Ria Bewa Mosa Laki 
tanah Siu Roja. Padahal, pihak pimpinan adat bermaksud 
menjadikan kawasan tersebut sebagai balai penyelesaian 
masalah adat.

Pertemuan III Diadakan pada hari Sabtu, 18 Juni 2005. pada 
pertemuan kali ini, rombongan Pemkab Sikka yang dikepalai 
Wakil Bupati Sikka Drs. Yoseph Ansar rera dan Asisten II 
Bupati Sikka dr. Ign Henyo Kerong menghadirinya.

Hasil kesepatannya :

[1]. Pihak perusahaan BERSEDIA memindahkan base camp. 
Namun kepastian waktu pemindahan akan dikonsultasikan 
terlebih dahulu dengan para pimpinan perusahaan. Pihak Ria 
Bewa Mosa Laki tanah Siu Toja akan menunjuk tempat lain 
bagi pendirian base camp perusahaan PT. Kyoko sSinju 
Indonesia tanpa penggantian kerugian.
[2]. Menyangkut kompensasi yang harus diberikan pihak 
perusahaan kepada masyarakat desa Reroreja akan 
dibicarakan setelah pemindahan base camp.
[3]. Persoalan perburuhan akan dselesaiakan dalam satu 
minggu mendatang sebagaimana diatur dalam UU 
Ketenagakerjaan.

Dari hasil kesepakatan ini maka pada tanggal 30 juni 2005 
Petrus Woda, ria Bewa (tua adat), Bapak Simon Mosalaki 
(tua adat), Bapak Roi (tokoh adat tanah Siu Roja), 
Yulianus A. Warce (Ketua FPD) dan Yosep (anggota FPD) 
mereka mewakili kelompok masyarakat adat tanah Siu Roja, 
bertemu dengan pihak perusahaan. Kesan yang diterima 
utusan ini sepertinya pihak perusahaan menyepelekan 
kesepakatan yang dibuat bersama pada tanggal 18 Juni 
kemarin.

Pada tanggal 20 Juli 2005 pihak perusahaan mengeluarkan 
surat yang ditujukan kepada 

[indo-marxist] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: Perjuangan Politik Penyair Kemerdekaan oleh A. Kohar Ibrahim

2005-08-16 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma












Catatan laluta:

Dalam rangka hasilEkspersi diri 'Temu Wicara Sarasehan 06 augustus 2005' di KBRI-Den Haag, juga dari karya tulisan kolumnis Ratna Megawangi di Suara Pembaruan 11 Agustus 2005, seorang kawanPelukis, Penulis dan Penyairbermukim di Brussel - Belgia tak luput dari statusnya sebagai Eksil ekses 40thn G30S '65. Dengan mempertanyakannyasebagai refleksi dirinya: "Bagaimana memaknai Merdeka. Apakah secara hakiki Bangsa dan Negara Indonesia sudah Merdeka ?"Untuk itu saya kirimkan sebuah Esai ungkapanekspresi diriA.Kohar Ibrahim ...

La Luta Continua!

Perjuangan Politik Penyair Kemerdekaan
Esai: A. Kohar Ibrahim

BULAN Agustus mengandung arti bersejarah berupa Proklamasi Kemerdekaan dan berdirinya negara Republik Indonesia. Lebih-lebih lagi tahun 2005 ini. Karenanya bangsa Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri sibuk memperingatinya.

Di luar negeri, salah satu contohnya, terjadi evenement berupa sarasehan memperingati 60 tahun Kemerdekaan RI bertema : « Membangun Keindonesiaan Yang Merangkul Dan Mendengarkan » bertempat di Kedutaan Besar Republik Indonesia tanggal 6 Agustus 2005 di Den Haag, Nederland. Dihadiri 130 peserta baik yang mewakili kalangan resmi maupun dari mereka yang merupakan korban politik represip Orba. Dalam kesempatan mana terjadi dialog yang masing-masing mengekspresikan dirinya mengenai berbagai persoalan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia. Termasuk pertanyaan : Bagaimana memaknai Merdeka. Apakah secara hakiki Bangsa dan Negara Indonesia sudah Merdeka ?
Sungguh signifikan pula, di Indonesia sendiri antara lain terlansir pertanyaan yang hakikatnya sama : « Indonesia Merdeka, Manusia Indonesia Merdeka ? » tulis kolomnis Ratna Megawangi di Suara Pembaruan 11 Agustus 2005.

Pertanyaan sedemikian itu jika dinyatakan dalam zaman jaya-jayanya Orde Baru, tentulah akan jadi kasus « subversif ». Di masa itu, yang berekspresi secara berani konsekwensinya masuk bui. Seperti dialami seorang penyair macam Rendra, yang hanya untuk membacakan puisi bersemangatkan humanisme ala Multatuli tahun 1990, harus berurusan dengan pihak kepolisian Orba yang militeristis.

Masalah kemerdekaan adalah masalah besar dan mendasar yang layak menjadi urusan tiap insan. Bukan hanya urusan politisi melainkan juga tiap individu dari masyarakat manusia umumnya, khususnya kaum intelektual, jurnalis, penulis dan penyair. 
Dalam hal ini, saya pernah menulis bloknota yang menegaskan bahwa berkat perjuangan politik, pada 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan berdirinya Republik Indonesia. Peristiwa bersejarah itu sekaligus merupakan tindakan politik demi mencapai kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka, adil makmur aman sentosa. seperti terkandung dalam mukadimah UUD’45.

Bung Karno dalam tulisannya berjudul "Mencapai Indonesia Merdeka" (1933) mengumpamakan "Kemerdekaan adalah jembatan emas". Akan tetapi, apa dan bagaimanakah jembatan emas itu dijalani bangsa selama ini? Tidakkah yang menjalani jembatan secara keemasan hanyalah baru sebagian kecil orang saja? Sedangkan yang mayoritasnya masih terbelenggu ketidak-adilan dan kemiskin-sengsaraan ? Bagaimana bisa demikian? Dalam suasana merenungkan makna kemerdekaan sekaligus gema teriak dan tangis mendambakan perealisasian aspirasinya dari Sabang hingga Merauke, saya mencoba mengajak pembaca untuk menyimak jejak langkah perjuangan bangsa yang tercermin dalam aktvitas dan kreativitas beberapa penyair. Seperti Chairil Anwar, HR Bandaharo, WS Rendra dan Wiji Thukul. 

Dalam mengungkapkan semangat perjuangan, sikap Chairil Anwar yang salah seorang tokoh Angkatan'45 itu, dapat kita nikmati dalam sajak-sajaknya berjudul "Diponegoro", "Krawang Bekasi" dan "Persetujuan dengan Bung Karno"nya:
Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji / Aku sudah cukup lama dengar bicaramu / dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu /Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 / Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu / Aku sekarang api aku sekarang laut /
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat / Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar / Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak  berlabuh. (1948)
Betapa plastis dan puitisnya semangat Revolusi Agustus diungkapkan oleh Chairil Anwar itu. Suatu pengungkapan kobaran api revolusi yang dinamis dan optimis. Ketegasan sikap dan keberpihakkannya juga menjadi anutan banyak penyair, seniman dan sastrawan lainnya. Sayangnya dia mati muda, dalam usia 25 tahun pada 1949. Dalam suasana genting dan penting pilihan jalan perjuangan: betekuk tunduk kembali menerima dikte kaum kolonialis dan imperialis atau meneruskan perjuangan agar bangsa Indonesia benar-benar mencapai kemerdekaan yang penuh? Kerna kaum kolonialis dan nekolim ternyata tidak sudi menyaksikan bangsa dan Republik Indonesia benar-benar menjadi bebas merdeka. Kalau saja Chairil Anwar panjang usia, tentunya dia akan lebih gigih dan lebih kreatif lagi dalam bidang seninya mengungkapkan gelora perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya. Gelora 

Re: [indo-marxist] lagi cari perihal tan malaka

2005-08-16 Terurut Topik anton kodrat



aku butuh buku terbitan yayasan pembaharuan thn 50an ada yg punya ga?
copyannya juga gpp...

anton
ahmad syalabhi [EMAIL PROTECTED] wrote:
TAN MALAKA (1897-1949)GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARISTan Malaka –lengkapnya Ibrahim Datuk TanMalaka—menurut keturunannya ia termasuk suku bangsaMinangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa PandanGadang –Sumatra Barat—Tan Malaka dilahirkan. Iatermasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luarbiasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengantokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesiasampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta,Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner initelah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yangorisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besardalam sejarah perjaungan kemerdekaan Indonesia. Denganperjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan tokohrevolusioner yang legendaris.Pada tahun 1921 Tan Malaka
 telah terjun ke dalamgelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar darisebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkanpemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak jugaberdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenaipergerakan revolusioner dalam pemerintahan HindiaBelanda. Selain itu juga merencanakan suatupengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagianggota-anggota PKI dan SI (Syarekat Islam) untukmenyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kaderserta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksikomunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlianmemimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarangpembentukan kursus-kursus semacam itu sehinggamengambil tindakan tegas bagi pesertanya.Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untukmendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggotaSI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga denganalasan pertama: memberi banyak jalan (kepada paramurid)
 untuk mendapatkan mata pencaharian di duniakapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi,bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua,memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikutikegemaran (hobby) mereka dalam bentukperkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaikinasib kaum kromo (lemah/miskin). Untuk mendirikansekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadisekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hinggasekolah itu semakin lama semakin besar.Perjaungan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas padausaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu,tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawanketidakadilan seperti yang dilakukan para buruhterhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP danaksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaransebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyatagar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yangditerima oleh kaum
 buruh.Seperti dikatakan Tan Malaka pad apidatonya di depanpara buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkansuatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati,apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yangakan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuangdengan gigih dalam pergerakan revolusioner”.Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di duniasangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untukmemberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapijuga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yangdilakukan partai komunis di daerah kerjanya. TanMalaka juga harus mengadakan pengawasan supayaanggaran dasar, program dan taktik dari Komintern(Komunis Internasional) dan Profintern seperti yangtelah ditentukan di kongres-kongres Moskow diikutioleh kaum komunis dunia. Dengan demikiantanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih beratdari keanggotaannya di PKI.Sebagai seorang
 pemimpin yang masih sangat muda iameletakkan tanggung jawab yang saangat berat padapundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannyamemisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungandengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yangberakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyatIndonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributankecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka denganmudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapatmengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politikditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yangdibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digul IrianJaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belandauntuk menangkap, menahan dan membuang setiap orangyang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Makaperjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat beratdan mengalami kemunduran besar serta
 lumpuh selamabertahun-tahun.Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu,berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Diibukota Thailand itu, bersama Soebakat danDjamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malakamemproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia(PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis“Menuju Republik Indonesia”. Itu ditunjukkan kepadapara pejuang intelektual di Indonesia dan di negeriBelanda. Terbitnya buku itu pertama kali di 

[indo-marxist] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: Karya Puisi S. Ananta Guna Pertaruhan Si Jamin memperingati 17 agustus

2005-08-16 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma




Catatan Laluta: 

Karya PuisiS. Anantagunakuambil daribuku berjudul "MENGAISMAKNA di Beton Ibukota", Karya tahun 1986 - 1996; Tebal 58 halaman; Penyunting: N. Mansur; Percetakan: Cipta Lestari; Cetakan I Juli 2000. Untuk itu, dalam rangka menyambut 60 tahunRepublik Indonesia, kukirimkanTIGA buah karya puisi BungSabar berjudulPertaruhan, Keadilan Si Jamin memperingati 17 agustus

La Luta Continua!

*
Pertaruhan

Karena kucari kebebasan
aku berdisiplin 
bila disiplin jadi lembaga
memberikan aku merdeka

Merdeka itu penuh pencarian
dan percobaan
kemandegan adalah keboyakan
mematikan hati dan pikiran

Anakku yang bertanya arti disiplin
kukatakan keperluan kesatuan tindakan merebut kebebasan
demikian belenggu hidup harus direntakkan
dipatahkan dan membentuk sesuatu yang baru

Tetapi yang baru disebabkan yang lama
memerlukan kemerdekaan untuk maju
derap pun memerlukan pencarian dan percobaan
dengan kemungkinan kesalahan dan kegagalan

Hidup bukanlah susunan keberhasilan
tanpa kemungkinan kepahitan kesalahan
kesediaan untuk melakukan pergulatan
menemukan sesuatu yang baru lebih maju
membuat hidup tidak berhenti pada satu warna
satu nada satu gaya

dan manusia menyedari arti disiplin 
dalam kebebasan dan kemerdekaan
kemerdekaan serta kebebasan dalam disiplin
karena hidup itu kesatuan pribadi-pribadi yang saling memerlukan

Hidup itu mencari
membangun keindahan yang tidak abadi
hidup itu sendiri suatu seni
nyanyi suka duka dalam pertarungan tanpa tepi.

S. Ananta Guna 
MENGAISMAKNA di Beton Ibukota - Halaman 6
Cipta Lestari juli 2000

*
Keadilan

Seniman ada
karena dia berkarya

Petani ada
karena tanah perlu penggarapnya

Prajurit ada
jika dia benar-benar melindungi rakyatnya

Buruh ada
karena produksi memerlukan pekerja

Cendekiawan ada
kalau pemikiran kritis memajukan dunia

Pemimpin ada
jika ia menegakkan keadilan untuk rakyatnya

Manusia ada
karena menurut kodratnya berjuang memperbaiki hidupnya


S.Ananta Guna 
MENGAIS MAKNA di Beton Ibukota - halaman 32
Cipta Lestari juli 2000

*

Si Jamin memperingati 17 agustus

Jamin oleh tetangga disebut rakyat biasa
tidak punya apa-apa
merasa ikut punya Indonesia
ia menyambut 17 Agustus 1982

Karena rakyat biasa ia tidak berkuasa
terhadap dirinya pun sangsi apakah berkuasa
ia tidak mampu menguasai rasa laparnya
tidak mampu menolak diri bakal mati
apalagi soal sumber ekonomi

Ada yang memberinya gelar pemalas
meski tidak pernah mengemis
cari puntung tak pernah sekolah
pulang lelah, tapi pulang kemana?
ia tidak pernah tahu
isi UUD 45 pasal 31

Jamin disebut rakyat biasa
warga negara aseli Indonesia
Bagi Jamin semua biasa
tidak peduli dimana atau kemana
tidak putus asa 
dimaki biasa
dianjingkan biasa

Sekali tidur di Cililitan
diusir kasar: 
Terminal bukan hotel! Memang benar
Tidur di pasar diuber siskamling dicurigai akan maling. Masuk akal

Di teritisan dimaki menjijikan. ia memahami
Di kolong jembatan merusak keindahan. Jamin menyadari
Kalau keperumnas ia bukan orang dinas

Mudahnya orang menyebutnya malas. Jamin Ikhlas
Hanya ia tidak mau menantang Tuhan mendaftarkan diri ke kuburan
Dan mendapat tempat di kuburan harus ada surat keterangan

Jamin tidak punya apa-apa 
sampai rasa sirik, iri, cemburu tidak dipedulikan
Ia tidak tahu arti negara
UUD 45 pasal 34
ia sendiri tidak peduli: Apakah termasuk rakyat

Jamin tidak mau pusing
kalaupun disebut anjing
atau lebih jelek dari kucing

Hanya ia merasa bangga
Indonesia 
dan ia tidak pernah mengemis
tidak menjual tangis

Hari ini Jamin tertawa
ikut menyambut ulang tahun kemerdekaan tanah air
tanpa banyak kata seperti penguasa.

S.Ananta Guna 
MENGAIS MAKNA di Beton Ibukota - halaman 57
Cipta Lestari juli 2000__Do You Yahoo!?Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com 





Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
**Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
 [EMAIL PROTECTED] (langganan)
 [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist






  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "indo-marxist" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[indo-marxist] Pemberangusan Lagu Kemerdekaan Manusia Oleh : A. Kohar Ibrahim

2005-08-16 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma




Pemberangusan Lagu Kemerdekaan Manusia



Tingkap: Sekitar Tembok Berlin (23)


Oleh: A. Kohar Ibrahim


Taktik-trik «kill of hope», «rotten apple» dan «teori domino» dalam rangka global strategi dengan pengobaran Perang Dingin yang panas oleh kaum nekolim dengan kolaborator di negeri-negara bersangkutan memang kebiadabannya luar biasa. Seperti di bagian-bagian kawasan Dunia Ketiga lainnya, di negeri kita pun terjadilah apa yang disebut Noam Chomsky sebagai «gulag archipelago» yang bersimbah darah, keringat dan air mata. 

Tindakan penghancur-binasaan yang mereka lakukan terhadap yang dianggap musuh dan dijadikan sasaran itu bukan hanya secara politis, juga psikis dan bahkan fisik. Termasuk diantaranya tindakan pembungkaman dan pemberangusan terhadap beragam bentuk ekspresi kreativitas dan penggelapan ingatan sejarah. Sebagai kebalikannya, sang penguasa secara sewenang-wenang menyebarkan ketakutan, dusta, fitnah dan pembodohan. Semuanya dilakukan secara intensif dengan memanfaatkan sarana media massa yang dihegemoninya dan jaringan pengajaran dari berbagai tingkat serta berbagai forum apa saja yang bisa menguntungkan atau mengamankan kekuasaannya.

Demikianlah yang dilakukan sang penguasa Orba dan kaum orbais – baik semasa jaya-jayanya maupun setelah sang Kepala lengser. Seperti contoh tipikalnya berupa kasus Pramoedya yang masyhur secara nasional maupun internasional. Seperti juga macam kasus Ribka Tjiptaning Proletariati dengan bukunya yang menggemparkan berjudul «Aku Bangga Jadi Anak PKI». Yang penerbitannya ditentang oleh elit politik yang tak kurang sedang berkedudukan sebagai RI-2. Yakni Wakil Presiden Hamzah Haz. Yang meminta Kejaksaan Agung menyita dan menyelidiki karya Ribka sang Anak Tapol itu. 

Kasus Ribka terjadi tahun 2002, sedangkan kasus Pramoedya yang berkaitan dengan pengungkap-hidupan ingatan sejarah terjadi pada tahun 1995. Seperti diberitakan oleh Kompas Minggu 14 Mei tahun itu, berjudul: «Jaksa Agung Larang Buku ‘Nyanyi Sunyi‘ Karya Pramoedya». 

Dalam Kreasi nomor 24 1995 saya turunkan catatan budaya berkenaan dengan penerbitan buku terbaru Pram sampai tahun itu. Sebagai suatu evenement yang berkaitan pula dengan hari ulang tahunnya yang ke-70 sekaligus sebagai kado ultah perkawinannya yang ke-40 dengan Maemunah Thamrin.

Buku yang berupa catatan-catatan dari Pulau Buru itu telah diterbitkan di Belanda dengan judul «Lied van een Stomme» (hasil penerjemah A. van der Helm dan Angela Rookmaker) oleh penerbit Manus Amici--Het Wereldvenster pada tahun 1988-1989. 
Pada hari ultah ke-70 dan peluncuran buku yang berlangsung di rumahnya sendiri itu, di antara para seniman, aktivis dan tamu-tamu asing yang hadir tampak Sitor Situmorang, Goenawan Mohamad, Rendra, Princen dan Mochtar Pabottinggi.

Pada kesempatan itu Pram menjelaskan, bahwa catatan dan surat-surat yang terhimpun dalam buku itu, ditulis terburu-buru tanpa diperiksa kembali. Kecuali beberapa bagian. Semua ditulis setelah 1973, tahun penulis mendapat izin menulis. Dan dia berterimakasih yang tak berhingga kepada semua dan tiap orang. Mereka yang karena solidaritas internasional dan manusiawinya memungkinkan adanya kelonggaran penulis dalam pembuangan sejak Juli 1973, khususnya Amnesti Internasional, Komite Indonesia, Prof. Dr WF Wertheim dan Carmel Boediardjo.

Dalam Catatan atas Catatan, Pram menandaskan, bahwa penerbitan buku itu, «didasarkan pada pertimbangan: apa dan bagaimana pun pengalaman indrawi dan batin seorang pribadi, apalagi dituliskan, ia jadi bagian dari pengalaman suatu bangsa dan umat manusia pada umumnya.»

Sebagaimana lazimnya, tulis saya ketika itu, kaum intelegensia dan pers Indonesia telah membuta-tuli atas adanya penerbitan sebuah dokumen sosial sekaligus pembuktian dari korban kezaliman banditkrasi Orde Baru tersebut. Kecuali segelintir saja, di antaranya catatan ringkas di Kompas, artikel di Forum Keadilan dan Independen mewawancarai Pramoedya. Sebaliknya, pers luarnegeri, terutama Asiaweek dan Far Eastern Economic Revieuw menyiarkan komentar cukup panjang.

Pramoedya dengan tegas menyatakan, bahwa maksud penerbitan buku «Nyanyi Sunyi Seorang Bisu» itu antara lain adalah agar «jangan sampai ada korupsi sejarah». 

Tetapi arogansi kekuasaan yang memang korup, sekali lagi telah memperlihatkan watak kezaliman sekaligus ketakutan akan kebenaran dan keadilan dengan melakukan larangan atas buku tersebut. Sesungguhnyalah, karena arogansi yang teriring ketakutan sendiri itulah penguasa Orde Baru membuang sebanyak 10.000 tapol ke dalam kamp konsentrasi Pulau Buru. Termasuk di antaranya kaum intelektual, budayawan, jurnalis, seniman, penyair dan sastrawan. 

Dari kalangan sastrawan dan penyair, selain Pramoedya Ananta Toer, juga HR Bandaharo, Boejoeng Saleh, Rivai Apin, S. Anantaguna, Samanjaya (Oei Haidjoen), Nusananta, Setiawan Hs, Amarzan Ismail Hamid, Sutikno Ws, JT Rahma, Benny Tjhung , James Kaihatu. 

Dari kalangan wartawan, antara lain: M Naibaho, Hasjim Rahman, Tom Anwar, Habib Azhari, Sumartono