JNM * Tolong! Saya Sudah Duduk! (Ev. Ronald H. A. Oroh, M.Div.)

2008-10-08 Terurut Topik Denny Teguh Sutandio
Tolong! Saya Sudah Duduk!
   
  oleh: Ev. Ronald H. A. Oroh, S.Si., M.Div.
(hamba Tuhan yang menempuh studi Master of Divinity–M.Div. di Institut 
Reformed, Jakarta)
   
   
   
   
  Di televisi-televisi Indonesia beberapa minggu terakhir ini sibuk 
memberitakan tentang pembunuhan berantai. Kelihatannya porsinya lebih banyak 
dibandingkan berita penangkapan pejabat-pejabat yang korupsi dan anggota DPR 
oleh KPK. Semua berita-berita buruk ini sebenarnya tidak menarik untuk 
ditonton. Tapi, ada yang menarik dari wawancara terhadap keluarga dan tetangga 
dari sang pembunuh berantai di Jombang.
   
  Mereka mengatakan bahwa dulunya si pembunuh itu baik dan bahkan mengajarkan 
agama, tapi kemudian sesudah bergaul dengan beberapa orang dan pergi ke kota, 
ia menjadi berubah. Banyak yang kaget kalau ia adalah pembunuh berantai dan 
sadis.
   
  Alasan yang sama juga akan diberikan oleh saudara dan orang-orang dekat dari 
para koruptor dan orang-orang yang berdosa. Alasannya, pergaulan dan lingkungan 
yang buruk yang mempengaruhi semuanya. Benarkah lingkungan penyebab utamanya?
   
  Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang 
tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan 
pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan 
Taurat itu siang dan malam.
  Mazmur 1:1-2
  
Perlahan Tapi Menghanyutkan
  Sedikit orang yang menyadari seperti pemazmur, bagaimana dosa itu bekerja 
perlahan-lahan. Ada dosa-dosa yang berlangsung cepat, tapi umumnya dosa-dosa 
kita dibentuk dari awal dan terus bertumpuk tanpa disadari menjadi budaya dan 
kebiasaan. Sadarnya, ketika sudah terjebak dan terhanyut. Saat itu, baru 
merasakan tidak sanggup keluar dari arus yang terlalu kuat yang sudah 
menghanyutkan.
   
  Pemazmur menggambarkan seperti orang yang pertama-tama orang itu baru 
berjalan menurut nasehat orang berdosa. Ini namanya proses mencoba dan ingin 
tahu. Enak ga sih? Sambil ada perasaan bersalah dan pertanyaan berdosa ga ya?
   
  Setelah itu mulai berdiri di jalan orang berdosa. Kali ini mulai menunggu 
untuk mencoba lagi dan melakukannya. Ternyata enak. Sekali-kali kan tidak 
apa-apa. Semua orang juga melakukannya. Namanya juga manusia berdosa, masa 
harus menolak yang enak?
   
  Sesudah itu, masuk dalam jebakan dan sudah duduk di dalm kumpulan orang 
berdosa. Sekarang menjadi aktif dan terikat, sama seperti orang-orang berdosa 
lainnya. Dosa sudah menjadi budaya, gaya hidup dan tidak ada pilihan lainnya. 
Tanpa berdosa, hidup serasa hampa!?
   
  Mungkin deskripsinya seharusnya tidak sesadis ini. Tapi, ini yang terjadi 
pada orang yang sudah masuk dalam kumpulan orang berdosa, tidak ada jalan 
keluar dan tidak ada jalan untuk berbalik, hanya tinggal berdosa terus sampai 
mati!? Hanya beginikah hidup?
   
  
Apa Kesukaanmu?
  Problem awal dari dosa sebenarnya adalah masalah kesukaan, atau kenikmatan. 
Apa yang saudara sukai dan nikmati? Hawa suka buah pengetahuan yang baik dan 
jahat itu! Dia masih mengingat firman Tuhan, tapi sepertinya bisa menikmati 
buah itu dan menjadi seperti Allah lebih nikmat dibandingkan firman Tuhan dan 
segala berkat-berkat-Nya yang sudah disediakan melimpah. Apa kesukaanmu?
   
  Pemazmur mengatakan orang yang diberkati bukan mengikuti pola hidup dan 
kesukaan orang berdosa. Kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang 
dan malam. Jika pemazmur hidup di zaman ini yang penuh dengan hiburan palsu, 
apakah kesukaannya akan tetap lebih menyenangkankah dibandingkan segala komik, 
novel, buku-buku bacaan yang lain, dugem, nonton di bioskop, nonton DVD, 
browsing, chatting, nonton bola, dan berbagai macam olahraga lainnya, dan 
segala hobby dan kesukaan manusia..??? Tentu saja maksudnya bukan melakukan 
yang satu dan meniadakan yang lain. Tapi, bagaimana melihat bahwa kesukaan akan 
firman Tuhan menjadi dasar dari segala kesukaan/hobby. Bagaimana caranya agar 
bisa melihat kesukaan akan firman menjadi dasar dari semuanya?
   
  
Meditasi
  Pemazmur mengatakan bahwa caranya adalah dengan merenungkannya (meditasi) 
siang dan malam. Ga ada kerjaan banget?! Tentu saja bukan itu maksudnya. Tapi, 
maksudnya firman Tuhan yang menjadi dasar di dalam melakukan segala 
aktivitasnya. Firman itu bukan hanya dibaca, didengar, dan dilupakan ketika 
melakukan segala aktivitas. Karena terlalu banyak orang memulai hidupnya dengan 
membaca firman, tapi ketika melakukan segala aktivitasnya, persis sama dengan 
orang-orang berdosa.
   
  Seharusnya prinsip-prinsip dari firman Tuhan yang menjadi dasar dalam segala 
aktivitasnya. Firman itu bukan hanya diingat, tapi dipikirkan 
prinsip-prinsipnya dan diperjuangkan dalam segala aspek untuk diterapkan dan 
dilakukan dalam hidup sehari demi sehari.
   
  Masalahnya, di tengah segala kesibukan dan begitu banyak hiburan, masih 
bisakah kita menikmati, bersuka di dalam firman-Nya, dan merenungkannya. 
Membuat hidup ini bukan hanya berjuang untuk diri biar bisa tetap hidup dengan 

JNM * Peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Gereja Dengarkanlah Bisikan NYA !

2008-10-08 Terurut Topik pttwr
[ Obor Indonesia ] - Peninggalan Kerajaan Majapahit adalah GerejaPeninggalan 
Kerajaan Majapahit adalah Gereja
Dipublikasi pada 7 Juni 2006  

Lebih satu tahun penulis mengikuti dan memperhatikan berbagai berita tentang 
perkembangan lahan wisata terbesar di kawasan Asia Tenggara ini, tepatnya di 
wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Peninggalan purbakala yang maha luas 
dan amat megah itu tampaknya nyaris tak dikenali tentang jatidirinya sehingga 
menjadi teka-teki misteri sejak di era penjajahan kerajaan Nederland/ Belanda 
sampai memasuki masa kemerdekaan di bawah pemerintahan Presiden Sukarno dan 
Presiden Megawati Sukarno Putri sekarang ini, tetap terkunci dengan rapi.

Karena itulah sejarah serta peninggalan-peninggalan Majapahit masih terus 
dilacak dan digali oleh para pakar-pakar sejarah maupun para arkeologi baik 
dari dalam maupun luar negeri. Sehingga pada tahun 2002 yang baru lalu bahkan 
sampai tahun 2003 ini masih lahir berbagai pertanyaan-pertanyaan yang belum 
pernah terjawab oleh pihak-pihak yang berwenang, seperti pertanyaan dari para 
peserta Rally Wisata Bhayangkara Mojokerto yang heran mengapa di Taman Wisata 
Purbakala Majapahit yang amat indah ini sepi pengunjung, apa kurang 
diinformasikan . ? (Radar Mojo Edisi 24 Juni 2002); dalam masalah ini juga ada 
kritik dan saran dari Bpk. Bupati Mojokerto Drs. Achmady Msi, MM. untuk 
meningkatkan sektor wisata Majapahit, beliau mengharapkan agar semua pihak 
selalu memperhatikan beberapa fasilitas supaya tatap tampak terawat, 
terpelihara dan selalu diperbaharui. (Radar Mojo edisi 29 Juli 2002).

Mungkin juga banyak para wisatawan yang beranggapan sama seperti anggapan Bpk. 
Ir. Sriyono Kasubdin Humas Kab. Mojokerto yang menurut beliau 
peninggalan-peninggalan serta sejarah Majapahit itu masih penuh dengan berbagai 
misteri bahkan menakutkan.? (Radar Mojo edisi 4 September 2003); itulah 
sebabnya penting sekali pelurusan kembali sejarah Majapahit seperti gagasan 
Bpk. Drs. Bambang Sutiyono Waka Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto dalam 
program Mulok atau muatan lokal. (Radar Mojo edisi 16 September 2002); Sebab 
kenyataannya situs-situs peninggalan Majapahit sampai saat ini sebenarnya masih 
terus diburu bukan saja oleh para pencari wahyu, tetapi juga diserbu anak-anak 
ya adik-adik kita para siswa-siswi dari berbagai penjuru daerah bahkan dari 
segala ragam etnis membaur jadi satu dengan tujuan yang sama yaitu ingin tahu 
apa sebenarnya makna semua peninggalan-peninggalan Majapahit itu, seperti pada 
saat rombongan mereka secara berduyun-duyun mengunjungi petilasan yang disebut 
sebagai Sitiinggil baru-baru ini. (Radar Mojo edisi 17 Januari 2003); Demikian 
pula kita sangat memperhatikan dan mengaminkan himbauan bung Cholliq Baya 
kepada Pemerintah Kabupaten Mojokerto tentang penanganan situs-situs 
peninggalan Majapahit supaya dapat terealita secara transparan sehingga dapat 
disiarkan dan dipasarkan ke seluruh pelosok tanah air sampai ke segenap penjuru 
dunia. Untuk masalah itu bung Cholliq bersemboyan bahawa BANGSA YANG BESAR 
ADALAH BANGSA YANG DAPAT MENGHARGAI SEJARAH BANGSANYA. (Radar Mojo edisi 18 
Mei 2003); Lebih unik lagi hal wisata ini sampai dibawa ke alam mimpi oleh Bpk. 
H. M. Arief Syaifudin, Beliau membayangkan betapa indah serta semaraknya kota 
Mojokerto kelak seandainya semua lahan wisata terutama situs-situs Majapahit 
menjadi benar-benar kembali bangkit, pasti akan lebih menarik bagi para 
turis-turis baik yang domistik terlebih lagi turis-turis asing, mungkin 
meriahnya tak mau lagi kalah dengan wisata pulau Bali. (Radar Mojo edisi 21 
Juli 2003); Namun sayang seribu sayang, mimpi indah tersebut tampaknya kembali 
pupus setelah selang baru sembilan hari muncul lagi berita sedih tentang nasib 
dari lahan pariwisata wilayah Kabupaten Mojokerto yang diprediksi semakin 
pemprihatinkan di masa depannya, mungkin termasuk lahan pariwisata purbakala 
Majapahit yang semakin terpuruk; demikian penilaian Bpk. Drs. Risdy Hariantoko 
Kabag, Perekonomian Kabupaten Mojokerto. (Radar Mojo edisi 30 Juli 2003).

Nah begitulah sekilas gambaran satu tahun didalam pasang surutnya harapan kita 
tentang teka teki misteri ... harta karun Majapahit yang tetap tak terungkit, 
dan tak terjawab. Padahal (maaf) menurut hemat penulis, di era reformasi dan 
globalisasi seperti sekarang ini, baik peninggalan yang berupa 
bangunan-bangunan sakral maupun yang berwujud sejarah-sejarah ya kisah-kisah 
akbar dari Kerajaan Majapahit itu sudah kian berubah dan tidak selalu menjadi 
teka-teki misteri seperti selama ini.

Mengapa demikian., sebab bukankah almarhum Bpk. Prof. Mr. Moh. Yamin, SH. yang 
pakar sejarah nasional kita sudah pernah menulis bahwa nama Majapahit 
mengandung arti kiasan, yaitu melambangkan pait getirnya suatu perjuangan. 
Tetapi sayang sekali tidak dijelaskan oleh almarhum tentang siapa yang berjuang 
dan untuk siapa perjuangan tersebut dipersembahkan.

Namun begitu, pesan tersebut sudah dapat kita pakai sebagai landasan