JNM * Tolong! Saya Sudah Duduk! (Ev. Ronald H. A. Oroh, M.Div.)
Tolong! Saya Sudah Duduk! oleh: Ev. Ronald H. A. Oroh, S.Si., M.Div. (hamba Tuhan yang menempuh studi Master of Divinity–M.Div. di Institut Reformed, Jakarta) Di televisi-televisi Indonesia beberapa minggu terakhir ini sibuk memberitakan tentang pembunuhan berantai. Kelihatannya porsinya lebih banyak dibandingkan berita penangkapan pejabat-pejabat yang korupsi dan anggota DPR oleh KPK. Semua berita-berita buruk ini sebenarnya tidak menarik untuk ditonton. Tapi, ada yang menarik dari wawancara terhadap keluarga dan tetangga dari sang pembunuh berantai di Jombang. Mereka mengatakan bahwa dulunya si pembunuh itu baik dan bahkan mengajarkan agama, tapi kemudian sesudah bergaul dengan beberapa orang dan pergi ke kota, ia menjadi berubah. Banyak yang kaget kalau ia adalah pembunuh berantai dan sadis. Alasan yang sama juga akan diberikan oleh saudara dan orang-orang dekat dari para koruptor dan orang-orang yang berdosa. Alasannya, pergaulan dan lingkungan yang buruk yang mempengaruhi semuanya. Benarkah lingkungan penyebab utamanya? Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Mazmur 1:1-2 Perlahan Tapi Menghanyutkan Sedikit orang yang menyadari seperti pemazmur, bagaimana dosa itu bekerja perlahan-lahan. Ada dosa-dosa yang berlangsung cepat, tapi umumnya dosa-dosa kita dibentuk dari awal dan terus bertumpuk tanpa disadari menjadi budaya dan kebiasaan. Sadarnya, ketika sudah terjebak dan terhanyut. Saat itu, baru merasakan tidak sanggup keluar dari arus yang terlalu kuat yang sudah menghanyutkan. Pemazmur menggambarkan seperti orang yang pertama-tama orang itu baru berjalan menurut nasehat orang berdosa. Ini namanya proses mencoba dan ingin tahu. Enak ga sih? Sambil ada perasaan bersalah dan pertanyaan berdosa ga ya? Setelah itu mulai berdiri di jalan orang berdosa. Kali ini mulai menunggu untuk mencoba lagi dan melakukannya. Ternyata enak. Sekali-kali kan tidak apa-apa. Semua orang juga melakukannya. Namanya juga manusia berdosa, masa harus menolak yang enak? Sesudah itu, masuk dalam jebakan dan sudah duduk di dalm kumpulan orang berdosa. Sekarang menjadi aktif dan terikat, sama seperti orang-orang berdosa lainnya. Dosa sudah menjadi budaya, gaya hidup dan tidak ada pilihan lainnya. Tanpa berdosa, hidup serasa hampa!? Mungkin deskripsinya seharusnya tidak sesadis ini. Tapi, ini yang terjadi pada orang yang sudah masuk dalam kumpulan orang berdosa, tidak ada jalan keluar dan tidak ada jalan untuk berbalik, hanya tinggal berdosa terus sampai mati!? Hanya beginikah hidup? Apa Kesukaanmu? Problem awal dari dosa sebenarnya adalah masalah kesukaan, atau kenikmatan. Apa yang saudara sukai dan nikmati? Hawa suka buah pengetahuan yang baik dan jahat itu! Dia masih mengingat firman Tuhan, tapi sepertinya bisa menikmati buah itu dan menjadi seperti Allah lebih nikmat dibandingkan firman Tuhan dan segala berkat-berkat-Nya yang sudah disediakan melimpah. Apa kesukaanmu? Pemazmur mengatakan orang yang diberkati bukan mengikuti pola hidup dan kesukaan orang berdosa. Kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam. Jika pemazmur hidup di zaman ini yang penuh dengan hiburan palsu, apakah kesukaannya akan tetap lebih menyenangkankah dibandingkan segala komik, novel, buku-buku bacaan yang lain, dugem, nonton di bioskop, nonton DVD, browsing, chatting, nonton bola, dan berbagai macam olahraga lainnya, dan segala hobby dan kesukaan manusia..??? Tentu saja maksudnya bukan melakukan yang satu dan meniadakan yang lain. Tapi, bagaimana melihat bahwa kesukaan akan firman Tuhan menjadi dasar dari segala kesukaan/hobby. Bagaimana caranya agar bisa melihat kesukaan akan firman menjadi dasar dari semuanya? Meditasi Pemazmur mengatakan bahwa caranya adalah dengan merenungkannya (meditasi) siang dan malam. Ga ada kerjaan banget?! Tentu saja bukan itu maksudnya. Tapi, maksudnya firman Tuhan yang menjadi dasar di dalam melakukan segala aktivitasnya. Firman itu bukan hanya dibaca, didengar, dan dilupakan ketika melakukan segala aktivitas. Karena terlalu banyak orang memulai hidupnya dengan membaca firman, tapi ketika melakukan segala aktivitasnya, persis sama dengan orang-orang berdosa. Seharusnya prinsip-prinsip dari firman Tuhan yang menjadi dasar dalam segala aktivitasnya. Firman itu bukan hanya diingat, tapi dipikirkan prinsip-prinsipnya dan diperjuangkan dalam segala aspek untuk diterapkan dan dilakukan dalam hidup sehari demi sehari. Masalahnya, di tengah segala kesibukan dan begitu banyak hiburan, masih bisakah kita menikmati, bersuka di dalam firman-Nya, dan merenungkannya. Membuat hidup ini bukan hanya berjuang untuk diri biar bisa tetap hidup dengan
JNM * Peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Gereja Dengarkanlah Bisikan NYA !
[ Obor Indonesia ] - Peninggalan Kerajaan Majapahit adalah GerejaPeninggalan Kerajaan Majapahit adalah Gereja Dipublikasi pada 7 Juni 2006 Lebih satu tahun penulis mengikuti dan memperhatikan berbagai berita tentang perkembangan lahan wisata terbesar di kawasan Asia Tenggara ini, tepatnya di wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Peninggalan purbakala yang maha luas dan amat megah itu tampaknya nyaris tak dikenali tentang jatidirinya sehingga menjadi teka-teki misteri sejak di era penjajahan kerajaan Nederland/ Belanda sampai memasuki masa kemerdekaan di bawah pemerintahan Presiden Sukarno dan Presiden Megawati Sukarno Putri sekarang ini, tetap terkunci dengan rapi. Karena itulah sejarah serta peninggalan-peninggalan Majapahit masih terus dilacak dan digali oleh para pakar-pakar sejarah maupun para arkeologi baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga pada tahun 2002 yang baru lalu bahkan sampai tahun 2003 ini masih lahir berbagai pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah terjawab oleh pihak-pihak yang berwenang, seperti pertanyaan dari para peserta Rally Wisata Bhayangkara Mojokerto yang heran mengapa di Taman Wisata Purbakala Majapahit yang amat indah ini sepi pengunjung, apa kurang diinformasikan . ? (Radar Mojo Edisi 24 Juni 2002); dalam masalah ini juga ada kritik dan saran dari Bpk. Bupati Mojokerto Drs. Achmady Msi, MM. untuk meningkatkan sektor wisata Majapahit, beliau mengharapkan agar semua pihak selalu memperhatikan beberapa fasilitas supaya tatap tampak terawat, terpelihara dan selalu diperbaharui. (Radar Mojo edisi 29 Juli 2002). Mungkin juga banyak para wisatawan yang beranggapan sama seperti anggapan Bpk. Ir. Sriyono Kasubdin Humas Kab. Mojokerto yang menurut beliau peninggalan-peninggalan serta sejarah Majapahit itu masih penuh dengan berbagai misteri bahkan menakutkan.? (Radar Mojo edisi 4 September 2003); itulah sebabnya penting sekali pelurusan kembali sejarah Majapahit seperti gagasan Bpk. Drs. Bambang Sutiyono Waka Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto dalam program Mulok atau muatan lokal. (Radar Mojo edisi 16 September 2002); Sebab kenyataannya situs-situs peninggalan Majapahit sampai saat ini sebenarnya masih terus diburu bukan saja oleh para pencari wahyu, tetapi juga diserbu anak-anak ya adik-adik kita para siswa-siswi dari berbagai penjuru daerah bahkan dari segala ragam etnis membaur jadi satu dengan tujuan yang sama yaitu ingin tahu apa sebenarnya makna semua peninggalan-peninggalan Majapahit itu, seperti pada saat rombongan mereka secara berduyun-duyun mengunjungi petilasan yang disebut sebagai Sitiinggil baru-baru ini. (Radar Mojo edisi 17 Januari 2003); Demikian pula kita sangat memperhatikan dan mengaminkan himbauan bung Cholliq Baya kepada Pemerintah Kabupaten Mojokerto tentang penanganan situs-situs peninggalan Majapahit supaya dapat terealita secara transparan sehingga dapat disiarkan dan dipasarkan ke seluruh pelosok tanah air sampai ke segenap penjuru dunia. Untuk masalah itu bung Cholliq bersemboyan bahawa BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG DAPAT MENGHARGAI SEJARAH BANGSANYA. (Radar Mojo edisi 18 Mei 2003); Lebih unik lagi hal wisata ini sampai dibawa ke alam mimpi oleh Bpk. H. M. Arief Syaifudin, Beliau membayangkan betapa indah serta semaraknya kota Mojokerto kelak seandainya semua lahan wisata terutama situs-situs Majapahit menjadi benar-benar kembali bangkit, pasti akan lebih menarik bagi para turis-turis baik yang domistik terlebih lagi turis-turis asing, mungkin meriahnya tak mau lagi kalah dengan wisata pulau Bali. (Radar Mojo edisi 21 Juli 2003); Namun sayang seribu sayang, mimpi indah tersebut tampaknya kembali pupus setelah selang baru sembilan hari muncul lagi berita sedih tentang nasib dari lahan pariwisata wilayah Kabupaten Mojokerto yang diprediksi semakin pemprihatinkan di masa depannya, mungkin termasuk lahan pariwisata purbakala Majapahit yang semakin terpuruk; demikian penilaian Bpk. Drs. Risdy Hariantoko Kabag, Perekonomian Kabupaten Mojokerto. (Radar Mojo edisi 30 Juli 2003). Nah begitulah sekilas gambaran satu tahun didalam pasang surutnya harapan kita tentang teka teki misteri ... harta karun Majapahit yang tetap tak terungkit, dan tak terjawab. Padahal (maaf) menurut hemat penulis, di era reformasi dan globalisasi seperti sekarang ini, baik peninggalan yang berupa bangunan-bangunan sakral maupun yang berwujud sejarah-sejarah ya kisah-kisah akbar dari Kerajaan Majapahit itu sudah kian berubah dan tidak selalu menjadi teka-teki misteri seperti selama ini. Mengapa demikian., sebab bukankah almarhum Bpk. Prof. Mr. Moh. Yamin, SH. yang pakar sejarah nasional kita sudah pernah menulis bahwa nama Majapahit mengandung arti kiasan, yaitu melambangkan pait getirnya suatu perjuangan. Tetapi sayang sekali tidak dijelaskan oleh almarhum tentang siapa yang berjuang dan untuk siapa perjuangan tersebut dipersembahkan. Namun begitu, pesan tersebut sudah dapat kita pakai sebagai landasan