JNM * Treat every love as last love ... Don't ever giveup ! -

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: peggy theresia [mailto:[EMAIL PROTECTED] 

_* Treat every love as last love  Don't ever give up !  *_

Ever since the beginning. The girl's family member disagree her 
relationship with the boy. Saying that because of family background, if she 
insist of being together with the boy, she'll suffer for her whole lifetime... 
Because of the pressure applied by family members, 
she frequently quarrel with him. 

The girl does love the boy, she used to ask him: How much do you love me? 

Because the boy is not good with words, he used to make her angry. With 
additional comment from her parents, her mood get even worse. The boy, has 
become her anger releasing target. And the boy, just silently allowed her, to 
continuously release her anger on him... 

Later, the boy graduated from University. He plan to further study overseas but 
before he left... He proposed to the girl: I, don't know how to say nice 
words; but I do know that, I love you. If you agree, I am willing to take care 
of you, the whole life. About your family members, I will work hard to convince 
them and agree on us. 

Marry me, will you? The girl agreed. And her parents, looking at the effort 
shown by the boy, agreed with them. Finally, before the boy go oversea, they 
are engaged. The girl stay back in the hometown, step into the working society; 
whereas the boy continuing his study
oversea... 

They maintained their relationship through telephone and letters. Although time 
is difficult to get through with, but both of them never give up. 

One day, the girl left home for work as usual; on her way to the bus stop, a 
car lose control and knock her down. As she awake from unconsciousness, she saw 
her parents and realise how seriously she got hurt and how fortunate of her, 
not to get killed. 

Looking at her parents, with their faced got all wet by their tears, she tried 
to comfort them. But then, she found out She can't even spell out a word, 
she tried her best to make some voice, but all she managed, was to breath 
without any voice. She's mute... 

According to the doctor, the injury affected her brain, and that cause her to 
be mute for the rest of her life. Listening to her parents persuade, but can't 
even reply with a single word, the girl collapsed... 

Throughout the days, others than crying silently, still it is crying... Later, 
the girl discharged from hospital. Returning to her home, everything is still 
like before. Except that the phone ring, has turned into the worst nightmare of 
hers. Ring after ring, continuously stimulate her, stimulating her pain... 

But she can't tell the boy. She don't want to be a burden to him, and wrote him 
a letter... Telling him that she no longer want to wait, The relationship 
between them ended, and even returned him the engagement ring. Facing the 
letters and telephone from the boy, all she can do, is to allow tears falling 
from her eyes... 

Her father decided to move, after seeing the pain she is suffering. 
Hoping that she could forget everything and be happier... 

Changing to a new environment, the girl started to learn, slowly! picking up 
sign language and start over again... 
Also telling herself to forget the boy... 

One day, her best friend tell her that the boy's back. He's searching all 
around for her, she asked her best friend not to tell him about her and asked 
him to forget her. 

Later... There's never news about the boy, for more than a year. Her best 
friend tells her, that the boy is getting married soon, and passed the Wedding 
Card to her. She open the card sadly, but she found her name on the card. 

The moment she want to ask her best friend, the boy appear in front of her. 
With an unfamiliar sign language, he told her I spent more than a year's 
time, to force myself to learn sign language, in order to tell you, I have not 
forget our promise, give me an opportunity, 
let me be your voice. 

I L O V E Y O U. 

Looking at the slow sign language by the boy, and the engagement ring she gave 
back to him... She finally smiled. 

Treat every love as last love... and only then, know how to give... 
Treat every day as last day... and only then, learn how to appreciate...

Don't ever give up. 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM
~- 

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
 Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:

JNM * Benang merah untuk Natal; Kesaksian....

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: Mang_Ucup 

Benang merah untuk Natal

Sineas dan kolumnis Belanda Theo van Gogh (cucu dari pelukis Van Gogh) dibunuh 
dgn cara ditembak dan ditikam, karena filmnya yg kontroversial Submission 
(kepatuhan) mengenai Islam dan wanita yg menuai kemarah di antara masyarakat 
Muslim Belanda, karena di film tsb di tayangkan empat wanita penyelewengan yg 
dlm jubah yg transparen menunjukkan buah dada dgn tulisan ayat2 al-Quran di 
punggung mereka. 
Peristiwa berdarah ini menjadi berekor panjang yg telah memicu perang 
individual - perang agama berupa kekerasan dimana mesjid2 maupun sekolahan 
Islam dibakar, begitu juga kebalikannya terjadi pembakaran gereja2 di Holland. 
Banyak orang Belanda yg secara terang2an mengaku hari ini saya telah menjadi 
seorang rasis, bahkan ada yg mengharapkan agar Hitler bisa dibangkitkan 
kembali supaya bisa mendeportasi semua masyarakat Muslim dari Belanda.

Untuk meredakan suasana yg panas ini telah diciptakan sebuah gelang karet dgn 
warna oranje (jingga) dimana dicantumkan tulisan respect2all sebagai lambang 
anti kekerasan, gelang ini telah diproduksi sebanyak 1,5 juta bh. Gelang oranje 
ini pertama kali dipakai oleh Perdana Menteri Belanda Balkenende dan dibagikan 
keseluruh anggota kabinetnya dan juga dipakai oleh anggota keluarga kerajaan 
Belanda, sebagai tanda respek terhadap sesama
warga walaupun mereka beda.
Mungkin ide ini timbul dari budaya tradisi adat istiadat lama orang India 
dimana dlm festival tahunan Rakshabandhan pada pagi harinya tiap anak perempuan 
akan mendatangi saudara laki2nya, kemudian mengikatkan sehelai benang mereah di 
pergelangan tangannya, setelah itu ia akan menyentuh kepala saudara laki2nya 
dgn tangan kanannya sebagai tanda kasih dan sekalian juga pemberian berkat dan 
sebagai balasannya si gadis akan mendapatkan hadiah yg telah disiapkan saudara 
laki2nya. Pada hari itu banyak sekali pria yg mengenakan tanda benang merah di 
pergelangan tangannya. Benang merah ini melambangkan tanda kasih dan juga 
perlindungan. Benang merah ini seperti juga lambang cincin dari seorang raja yg 
menunjukkan bahwa yg bersangkutan diutus raja, jadi tidak boleh seorangpun 
menyentuhnya apalagi mengganggunya, karena tindakan tsb dianggap sebagai 
melawan raja. 

Pada saat berlangsungnya pesta benang tsb terjadi satu kejadian yg menarik 
sehingga menjadi berita utama di berbagai media masa yg dilengkapi dgn foto 
sebagai berita utama. Setahun sebelum pesta benang dirayakan, seorang laki2 
mati dibunuh secara sadis, oleh seorang pencuri. Pembunuhnya berhasil ditangkap 
dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setahun kemudian tepat pada hari 
pesta benang ini, istri janda yg terbunuh dtg berkujung ke penjara, ditempat 
itulah dgn air mata berlinang, ia mengikatkan benang merah
di pergelangan tangan pembunuh almarhum suaminya, sebagai tanda bahwa ia telah 
memaafkannya dan bisa mengasihi pembunuh yg telah menyengsarakan hidupnya 
sebagai mana saudara laki2nya. Apakah kita juga bisa dan mampu melakukan hal yg 
sama, bukan hanya sekedar memaafkan bahkan bisa balik mengasihi orang yg telah 
membuat kita kecewa dan menderita?

Di pesta Natal kita jangan hanya sekedar menghias dgn bunga yg berdaun merah 
Flower of the Holy Night yg lebih dikenal dgn nama Poinsettia, tetapi juga 
menghias hati kita dgn benang merah, dimana kita berusaha untuk memaafkan dan 
mengasihi musuh kita dan orang2 yg kita benci, orang2 yg telah menyakiti dan 
mengecewakan kita, seperti yg dilakukan oleh janda tsb diatas.
Bukankah Tuhan Yesus sendiri berfirman Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44) 
Sebab apabila kita hanya mengasihi orang yg kitas kasihi, apa bedanya kita dgn 
para koruptor, pemerkosa maupun pembunuh mereka juga melakukan hal yg sama.  
Yesus sendiri telah memberi teladan, Ia dilahirkan dan di salib bukan untuk 
orang2 yg Ia kasihi melainkan untuk kita umat manusia yg belum bertobat yg 
masih berkubang dlm lumpur dosa. Sejak Adam  Hawa jatuh ke dlm dosa, manusia 
berdosa dianggap menjadi seteru Allah, karena mereka telah berontak melawan 
Allah.

Ketika Tuhan Yesus mau menyembuhkan orang sakit, apakah pernah Ia menanyakan
sebelumnya Eh agama yg Lho anut apa? ato Jangan lupa yah setelah Lho sembuh 
Lho harus percaya ama Gue, boro2 menanyakan ras ato agama ataupun menutut 
balesan ato syarat apapun juga kepada mereka yg ditolongNya, ucapan terima 
kasih azah tidak pernah di tuntut oleh Nya.
Kenapa kita yg menyatakan sebagai pengikut-Nya tidak mampu melakukan hal yg 
sama, dimana kita bukan hanya membuka pintu rumah kita melainkan juga hati kita 
bagi mereka yg beda dari kita, entah agamanya maupun rasnya, entah ia itu orang 
kaya, miskin, budukan ato penyandang penyakit HIV-AIDS, bisakah kita 
memperlakukan mereka sama seperti orang yg kita kasihi. Dapatkah kita mengirim 
kartu ucapan selamat hari Natal ato Th Baru bagi musuh2 dan orang2 yg kita 
benci, sebagai awal tanda kasih kita kepada mereka, sebagai 

JNM * JOSEPH's LULLABY/ Michael Crawford

2004-12-24 Terurut Topik Bagus Pramono




JOSEPH's LULLABY

Mary are you sleeping?
Mary I'm afraid
Mary can I live up to
The choice that God has made?
Jesus can You tell me
Here upon my knee
What kind of father will I be?

What can I give to You
You, made from miracles
That God has given me to keep?
I can't give much to You
You, made from miracles
But I can hold You as You sleep

What can You learn from me
You, made from miracles
When I've so much to learn from You?
What can a man like me
Offer the Miracle
Who taught me miracles come true

Tell me how to guide You
Tell me what to say
Tell me how to show You how
To show the world the Way
How to please the angels
Watching from above
When all I have to give You is love.

But if it's love You need
You made from miracles
Then take my hand and hold it tight
And I will give you love
Sweet, little Miracle
That God has given me tonight
Sweet little Miracle
Oh what a miracle
That God had given us tonight. 


Music : Kavanaugh, 
Lyric : Marcy Heisler 
Singer : Michael Crawford

Real Player :
http://www.deaconsil.com/catalog/music/crawford_joseph.ra







Kalau kita menyukai lagu-lagu dalam THE PHANTOM OF THE OPERA/Andrew Lloyd 
Webber, kita mengenal nama MICHAEL CRAWFORD sebagai original Singer-nya. Saya 
tersentuh sekali dengan lyric dalam lagu Joseph's Lullaby, baru kali itu saya 
menemukan lagu dengan tema natal dengan perspektif yang beda.


Dalam cerita-cerita natal, kita kenal Yusuf seolah-olah figur pelengkap saja 
dan sering terlupakan. Maria tentu mempunyai porsi yang lebih banyak dalam 
peran-peran tentang kelahiran Yesus Kristus. Malah mungkin cerita mengenai 
orang-orang Majus dan Para Gembala lebih banyak kita dengar daripada Yusuf 
sendiri. Marcy Heisler dengan genius mencoba menggambarkan bagaimana 
gundah-gulananya Yusuf menerima kenyataan bahwa dia harus menjadi ayah dari 
bayi yang Made from Miracle. Jika anda sudah mendengarkan, saya yakin andapun 
dibuat terharu ketika mencermati kata demi kata dalam lyric lagu itu.

Kegundahan hati yang digambarkan dalam lagu itu, akhirnya dapat dilalui Yusuf 
dengan baik. Alkitab mencatat bahwa warga Nazaret mengenal Yesus sebagai 
seorang tukang kayu (Markus 6:3). Untuk itu pastilah Ia telah dibekali dan 
belajar keterampilan menggunakan alat-alat pertukangan. Yusuf seorang yang 
sederhana, dan bekerja keras sebagai tukang kayu Yusuf mempunyai peran yang 
cukup penting, Yusuf mengemban tugas mulia untuk merawat Sang Putera Allah. Ia 
seorang yang rendah hati serta tulus hati, lemah lembut dan bijaksana (Matius 
1:19). Alkitab mencatat pula, Yusuf adalah seorang yang bertanggung jawab dan 
menjadi figur bapak yang melindungi, ketika dia harus membawa pergi keluarganya 
untuk menyingkir ke Mesir, menghindari ancaman dari Herodes yang Agung, dan 
kembali lagi ke tanah Israel (Matius 2:13, 19).

Yusuf dan Maria mengasihi Yesus, sesuatu hal yang luar biasa bahwa Yusuf dapat 
hidup bersama dengan Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus taat kepadanya, 
membantunya serta mengasihinya. 

Wishing You  Your Family a very MERRY CHRISTMAS



Blessings in Christ,
Bagus Pramono
December 23, 2004



[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/IYOolB/TM
~- 

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
 Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





JNM * Allah sesembahan semitik; software alkitab; Christmas Picture Perda Paksa ...

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: L. Han [EMAIL PROTECTED]

ALLAH SESEMBAHAN SEMITIK

Belakangan ini dikalangan Kristen maupun Islam ada kalangan yang mempersoalkan 
nama 'Allah'. Di satu sisi kelompok Kristen itu mempermasalahkan bahwa nama 
Allah adalah nama 'dewa air' jahiliah sedangkan nama sesembahan Kristen adalah 
Yahweh dan Elohim, ternyata gema pandangan itu sekarang bergaung di kalangan 
tertentu dalam agama Islam yang mengklaim bahwa nama 'Allah' itu khas milik 
Islam. Benarkah hal itu, ataukah pandangan
itu fanatisme sempit yang justru merupakan masalah dan bukan masalah 
sebenarnya? Untuk mengerti lebih dalam soal ini ada baiknya kita mempelajari 
siapa Allah sesembahan Semitik/Samawi itu.
-
Kita perlu menyadari bahwa ketiga agama Yahudi, Kristen maupun Islam, disebut 
sebagai agama Semitik/Samawi karena ketiganya berasal dari rumpun agama yang 
sama yang mendasarkan tradisi pada keturunan Sem, anak Nuh. Lebih dekat lagi 
ketiganya bisa disebut agama Abrahamik karena ketiganya berasal dari Abraham 
(Ibrahim dalam Islam) yang dikenal sebagai 'Bapa Orang Beriman' (Juga disebut 
bapak Monotheisme).
-
Tuhan El (dengan padanannya Elohim  Eloah), nama pertama yang digunakan dalam 
kitab Kejadian, sebenarnya berasal dari 'il' Semitik Mesopotamia yang kemudian 
berkembang dalam dialek-dialek suku-suku yang berpecah-belah dari sumber itu. 
Kita perlu menyadari bahwa para leluhur yang diceritakan dalam kitab Kejadian 
sebelum migrasi Terah tinggal di Mesopotamia sekitar sungai Efrat dan Tigris 
(lihat daftar suku-suku dalam Kejadian 10-12). Kemudian Terah dan keluarganya 
termasuk anaknya Abram meninggalkan Mesopotamia dan
bermigrasi ke Kanaan (Kej.11:31).
-
Sebagai nama sesembahan, istilah 'il' Semitik lebih banyak digunakan sebagai 
'sebutan/ panggilan/ gelar' pada awal keluarga bahasa Semitik. Kenyataan ini 
ditunjukkan dengan jelas di Semitik Timur, Akkadian Kuno (ilu) dan 
dialek-dialek di bawahnya sebelum masa Sargon (pra 2360sM) dan berlanjut sampai 
masa Babilonia Akhir. Penggunaan sebagai sebutan juga terlihat di Semitik Barat 
Laut, di Amorit (ilu, ilum, ila), Ugarit, Ibrani (el), dan Funisia. Di Semitik 
Selatan sebutan 'il' umum dipakai dalam dialek-dialek Arab Selatan, tetapi di 
Arab Utara, il disebut 'ilah.'
-
Ternyata di kalangan Semitik 'ilu' dan 'el' juga digunakan sebagai nama diri. 
Penemuan teks Ugarit (1929) menunjukkan bahwa ternyata dalam pentheon Kanaan, 
'il' adalah nama diri kepala pantheon dan penggunaan sebagai sebutan jarang 
digunakan. Di Semitik Timur juga dijumpai penggunaan 'il' sebagai nama diri 
sesembahan juga di Akkadian Kuno. Nama diri ini juga disebut sebagai 'ilu' dan 
'ilum'. Seringnya penggunaan 'il' sebagai nama diri dalam
tulisan ketuhanan di Akkadian menunjukkan bahwa sesembahan 'il' (kemudian 'el' 
semitik) adalah tuhan kepala di dunia Semitik Mesopotamia pada masa pra-Sargon.
-
Pada penemuan di Amorit menunjukkan bahwa pada abad-18 sM, tuhan 'il' memiliki 
peran besar, dan acapkali dipanggil sebagai 'ila' dan juga 'ilah.' Di Arab 
Selatan, juga banyak dijumpai 'il' sebagai nama diri. Dapat disimpulkan bahwa 
sejak masa awal bahasa-bahasa Semitik di Semitik Timur, Semitik Barat Laut, dan 
Semitik Selatan, 'il/el' sudah digunakan bersama baik sebagai sebutan maupun 
nama diri, sebagai Bapak dan Pencipta.
-
Dari fakta-fakta di atas kita dapat mengetahui bahwa 'il' atau 'el' memang 
berasal dari sejarah Semitik Mesopotamia yang kemudian berkembang dalam 
berbagai dialek menjadi il, ilu, ilum, ila, ilah', yang dalamdialek Ibrani 
menjadi 'El' yang adalah pencipta langit dan bumi dan yang mengutus Abraham.
Kelihatannya untuk membedakan dengan nama sesembahan lain, kepada Musa 
dinyatakan nama kedua yaitu 'Yahweh' (Keluaran 6:1-2), namun selanjutnya, nama 
diri 'El' juga masih digunakan sebagai sinonim Yahweh.
-
Dalam dialek Semitik Arab, il disebut 'ilah' (Allah = al-illah, ilah itu. Dalam 
dialek Semitik Ibrani penggunakan kata sandang itu untuk 'el' tidak umum). Kita 
mengetahui bahwa dari sumber Islam maupun Kristen bangsa Arab adalah keturunan 
dari empat jalur Semitik, yaitu melalui keturunan Aram (anak Sem - Palestina 
Timur Laut), keturunan Yoktan (anak Eber - Arab Selatan), keturnan Ismael (anak 
Abraham - Arab Utara), dan juga melalui keturunan Ketura (selir Abraham). Dari 
sini kita dapat melihat bahwa bangsa Arab dapat disebut termasuk rumpun Semitik 
(keturunan Aram anak Sem), Ibranik (keturunan Quathan/Yoktan anak Eber), dan 
juga Abrahamik (keturunan Adnan, keturunan Ismael anak Ibrahim), jadi 
bersaudara dengan orang Israel yang juga termasuk rumpun Semitik (keturunan 
Arphaksad anak Sem), Ibranik (keturunan Pelek anak Eber), dan Abrahamik 
(keturunan Ishak anak Abraham).
-
Memang nama tuhan 'il' semitik yang disebut dengan berbagai dialek pada 
suku-suku keturunan Sem yang menyebar bisa menyimpang dari akidah aslinya, 
namun dalam suku Israel dan Arab kesamaan itu besar melalui tiga jalur 
keturunan penting, apalagi ketiga agama semitik/samawi mempercayai 'el/ilah' 

JNM * Surat Terbuka Bambang Noorsena ..... The Christmas Rose

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: Joni Wang 

Surat Terbuka Bambang Noorsena Untuk Saudara-saudara Seiman Di Tanah Air

Saya temukan surat ini di web:
http://www.salib.net/index.php?name=Forumsfile=viewtopict=59
mudah-mudahan bisa menambah wawasan kita:
-

Surat Terbuka Bambang Noorsena 
Untuk Saudara-saudara Seiman 
Di Tanah Air 

Shalom Aleikhem, Assalamu 'alaikum! 

Tahiyatan Thayyibatan Amma Ba'du: 

Saudara-saudaraku seiman, telah banyak tenaga kita tercurah untuk menanggapi 
hujatan sia-sia kaum Penentang Allah pada tahun-tahun terakhir ini. Mereka 
sudah hambur-hamburkan banyak dana untuk mencetak Alkitab bajakan dari 
terjemahan LAI (karena mereka hanya membuang istilah Allah, dan memakai 
seluruh terjemahan ini)? Tetapi seluruh argumen-argumen mereka dangkal, dengan 
pencomotan referensi tanpa membaca penuh konteksnya, pengutipan harfiah 
ayat-ayat Alkitab tanpa melihat latar belakang historis, bahkan semua data 
archeologis dan filologis keserumpunan bahasa-bahasa semitik yang saya ajukan, 
mereka
jawab sekenanya dengan membenturkan secara harfiah dengan ayat-ayat Alkitab, 
tanpa exegese yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Mereka tetap ngotot berkata Allah itu dewa air, dewa bulan, tanpa 
menanggapi argumentasi saya mengenai pemakaian istilah Allah di lingkungan 
Yahudi dan Kristen dalam makna yang sama sekali berbeda dengan diberikan kaum 
jahiliyah Mekkah pada masa pra-Islam. Tentang bukti-bukti inskripsi Kristen 
Arab pra-Islam yang memakai istilah
Allah, sudah saya buktikan lengkap dengan foto-foto inskripsi itu, antara lain 
sebagai berikut:

1.Inskripsi Zabad tahun 512 M, yang diawali dengan: Bism al-Ilah (Dengan Nama 
Allah), lengkap dengan tanda salib yang menujukkan asalnya dari lingkungan 
Kristen;
2.Inskripsi Umm al-Jimmal dari pertengahan abad ke-6 M, yang diawali dengan 
ungkapan: Allahu ghafran (Allah Yang Mengampuni).
3.Inskripsi lain, seperti Hurran al-Lajja dari tahun 568 M, dan seluruh 
inskripsi Arab pra-Islam yang semua berasal dari lingkungan Kristen.

Tentang bukti-bukti yang saya kemukakan ini, mereka berkata bahwa argumentasi 
saya tidak berdasarkan ayat-ayat Alkitab. Saya tidak mengerti jalan pikiran 
mereka. Di satu pihak mereka menuduh saya seperti itu, tetapi di pihak lain 
mereka mendasarkan argumentasi pada
kutipan dari buku ini dan buku itu, yang juga bukan Firman Tuhan untuk menolak 
istilah Allah. Tampaknya, mereka sudah mempunyai pra-paham dari ayat-ayat 
Alkitab yang mereka tafsirkan menurut kepentingan mereka, lalu mereka cari-cari 
berbagai kutipan untuk meneguhkan pra-paham mereka. Bahkan, dari 
traktat-traktat mereka juga mereka cantumkan gambar-gambar patung dari 
dewa-dewi pra-Islam yang tidak jelas kaitannya langsung dengan argumentasi yang 
mereka ajukan.

Di pihak lain, mereka memaksakan pemakaian nama Yahwe, yang mereka katakan 
sembahan kaum Yahudi dan Kristen, dan mereka lalu memaksakan pencantuman 
kembali nama itu dalam Perjanjian Baru. Padahal dalam teks asli Perjanjian 
Baru, nama itu diterjemahkan menjadi Kurios (Tuhan). Pernah Sdr. Teguh 
Hendarto, salah seorang dari kaum Penentang Allah itu, mengatakan kepada 
saya: Memang dalam teks Yunani tidak ada nama Yahwe, tetapi belum tentu teks 
Yunani itu asli, mungkin kalau teks Ibrani ditemukan, nama Yahwe pasti ada.
Argumentasi ini tentu saja konyol, bagaimana mungkin mereka sudah begitu yakin 
mengajukan teori mereka, sementara masih menunggu bukti teks asli Ibrani 
ditemukan? Hal ini dilakukakan mereka, karena mereka kepepet.

Betapa tidak? Perjanjian Baru Ibrani yang mereka kutip dalam berbagai traktat 
mereka itu, jelas-jelas disebutkan bukan teks asli, bahkan jelas-jelas pula 
disebutkan bahwa itu hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Sedangkan dalam 
seluruh teks asli Yunani nama Yahwe
diterjemahkan Kurios, kecuali Haleluyah (Pujilah Yah/Yahwe) dalam Kitab Wahyu, 
karena ini sebuah seruan doa. Mereka menolak istilah Allah karena argumentasi 
mereka, bahwa Allah pernah disembah di Ka'bah pada zaman pra-Islam bersama 
dewi-dewi Mekkah, lalu saya mengajukan bukti bahwa nama Yahwe pun juga pernah 
disembah bersama-sama dewi
kesuburan Palestina (inskripsi Qirbeth el-Qom dan inskripsi Kuntilel Ajrud).

Tetapi apakah ini berarti Yahwe dewa dari agama kafir? Tetapi jawaban mereka, 
sudah dapat diduga. Itu kan sinkretisme di Israel pada zaman itu?, tulis 
mereka. Ini jelas tidak fair. Sebab bukankah Allah dipuja bersama dewi-dewi 
Mekkah itu juga hasil sinkretisme? Dan
karena itu pula, tidak mewakili pandangan teologis Islam atau Kristen Arab, 
karena makna seperti itu (Allah sebagai dewa kafir) tidak ada dalam al-Qur'an 
dan Injil berbahasa Arab. Satu lagi mereka menolak perbandingan fakta yang saya 
kemukakan di atas. Alasan mereka, dalam Islam Allah adalah nama diri (the 
proper name). Untuk itu mereka mengutip terjemahan-terjemahan al-Qur'an dalam 
bahasa Inggris yang menanggap bahwa Allah itu The proper name, sehingga tidak 
bisa 

JNM * Whatever Happened To The Clear Invitation ?

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: suyento [EMAIL PROTECTED]

Whatever Happened To The Clear Invitation ?
by Greg Laurie 

I arrived late. The preacher was already preaching. As I took my seat, I 
immediately felt uneasy. I could feel the cold stares of those sitting around 
me. My jeans and tennis shoes did not match the dress code. 

The stares bothered me a little, but I thought, Well, these people are 
Christians; I'm a Christian. We're all brothers and sisters. I sat down near 
the front and opened my Bible. The preacher was wrapping up what sounded like a 
great message, so I decided to stay for the second service.  

The stares continued into the second service. Even the preacher seemed to be 
looking at me. Others stole furtive glances at me out of the corner of their 
eyes. 

The sermon was next, and the preacher stood up. He began by saying his message 
would be different from the one in the earlier service. I need to preach the 
Gospel in this service, he said. I think some here don't know Christ.  

Does he think I'm not a believer? I thought. We all have sinned, he said, 
but what I think he really meant was, You (yeah you, the one seated in the 
fourth pew on the left) are a sinner. He riveted his eyes on me while making 
sweeping gestures. He was sure he had a genuine hippie on the ropes.  

I squirmed and brought my Bible to my chest so he could see it, as if to signal 
to him, Don't waste your sermon on me; I'm already a Christian. But he 
preached on and then gave an invitation for people to come to Christ. The choir 
began singing Just as I Am. Only one girl walked to the front. The choir kept 
singing; the verses kept coming like hot days in August.  

Finally, the person to the left of me whispered, Are you a Christian? When I 
said yes, she seemed disappointed. Then someone behind me asked, Are you a 
Christian?  

Yes, I am; I'm a Christian. I felt like shouting it.  

Then one of the robed choir members with poufy hair stood up and shuffled down 
from the platform and edged her way between the pews to where I was seated. 

Are you a Christian? she asked. I weakly nodded. But I must confess I almost 
gave in to the peer pressure and became born again, again.  

Stories like mine give evangelistic invitations a bad rap. We've all sat 
through a hundred poorly sung verses of Just as I Am, waiting for an alleged 
someone to gather courage. It's enough to make one wonder whether invitations 
should have gone out with bell-bottoms and the Carpenters.  

Yet, I'm a firm believer in evangelistic invitations -- especially today, when 
so many churches attract seekers. I believe invitations can and must be done 
well. Here is what I have learned in publicly inviting nonbelievers to make a 
decision for Christ.  

Evangelistic preaching is challenging because it must remain relatively simple. 
The temptation is to be clever, but it's best to keep an evangelistic message 
direct and clear. I love exploring the caverns of God's Word, but I try to 
resist that urge in an evangelistic sermon. An evangelistic invitation depends 
on clear content, clear language, and clear directions.  

An evangelistic sermon should include certain elements -- most notably the 
message of the Cross. I once asked Billy Graham in what ways his preaching 
today differed from his preaching forty years ago. I barely had the chance to 
finish my question before he gave his decisive answer: I preach more on the 
Cross and the blood. That's where the power is.  

Except for preaching a watered-down Gospel, the worst sin in giving an 
evangelistic invitation is making it confusing or overly inclusive.  

Here are the four elements of the Gospel I include in every invitation. (The 
following outline was adapted from a message given by Billy Graham during the 
Madison Square Garden Crusade.) 
 
First, I want my listeners to understand clearly where they stand before God. I 
say, Number one, you must admit that you are a sinner. That's hard to admit. 
But the Bible says we've all sinned and fallen short of the glory of God. You 
might protest, 'But I live a good life. I'm a moral person.' But the Bible says 
if you offend in one point of the law, you're guilty of all. Have you ever 
sinned? Have you ever broken a commandment? Then you're guilty. One sin is 
enough to keep you out of heaven. You have to admit you're a sinner.  

Second, I explain Christ's provision: Christ died on the cross for you. He 
died for your sin. He paid the price for you when he shed his blood. The 
Apostle Paul said, '[He] loved me and gave himself for me' (Galatians 2:20, 
NIV). Scripture also tells us, 'While we were yet sinners, Christ died for us' 
(Romans 5:8, NAS).   

Third, I explain, You must repent of your sin. The Bible tells us that we must 
'Repent, then, and turn to God, so your sins may be wiped out, that times of 
refreshing may come from the Lord' (Acts 3:19, NIV). The word 'repent' means to 
do a U-turn, to go the other direction. Now you're going to walk 

JNM * Daily Devotion

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: Leonard Han 

Daily Devotion 
Isaiah 65:24 

This beautiful story was written by a doctor who worked in South Africa... 
One night I had worked hard to help a mother in the labor ward; but in spite of 
all we could do, she died leaving us with a tiny premature baby  and a crying 
two-year-old daughter. We would have difficulty keeping the baby alive; as we 
had no incubator (we had no electricity to run an incubator). We also had no 
special feeding facilities. 

Although we lived on the equator, nights were often chilly with treacherous 
drafts. One student midwife went for the box we had for such babies and the 
cotton wool that the baby would be wrapped in. 

Another went to stoke up the fire and fill a hot water bottle. She came back 
shortly in distress to tell me that in filling the bottle, it had burst (rubber 
perishes easily in tropical climates). 

And it is our last hot water bottle! she exclaimed. As in the West, it is no 
good crying over spilled milk, so in Central Africa it might be considered no 
good crying over burst water bottles. They do not grow on  trees, and there are 
no drugstores down forest pathways. 

All right, I said, put the baby as near the fire as you safely can, and 
sleep between the baby and the door to keep it free from drafts. Your job is to 
keep the baby warm. 

The following noon, as I did most days, I went to have prayers with any of the 
orphanage children who chose to gather with me. I gave the youngsters various 
suggestions of things to pray about and told them about the tiny baby. I 
explained our problem about keeping the baby  warm enough, mentioning the hot 
water bottle, and that the baby could so easily die if it got chills. I also 
told them of the two-year-old sister, crying because her mother had died. 

During prayer time, one ten-year old girl, Ruth, prayed with the usual blunt 
conciseness of our African children. Please, God she prayed, Send us a hot 
water bottle today. It'll be no good tomorrow, God, as the baby will be dead, 
so please send it this afternoon. 

While I gasped inwardly at the audacity of the prayer, she added, And while 
You are about it, would You please send a dolly for the little girl so she'll 
know You really love her? 

As often with children's prayers, I was put on the spot. Could I  honestly say, 
Amen. I just did not believe that God could do this. Oh,  yes, I know that He 
can do everything, the Bible says so. But there are  limits, aren't there? The 
only way God could answer this particular  prayer would be by ending me a 
parcel from the homeland. I had been in  Africa for almost four years at that 
time, and I had never, ever, received a parcel from home. 

Anyway, if anyone did send me a parcel, who would put in a hot water bottle? I 
lived on the equator! 

Halfway through the afternoon, while I was teaching in the nurses' training 
school, a message was sent that there was a car at my front door. By the time I 
reached home, the car had gone, but there, on the verandah, was a large 
twenty-two pound parcel. I felt tears pricking my  eyes. I could not open the 
parcel alone, so I sent for the orphanage  children. Together we pulled off the 
string, carefully undoing each knot. We folded the paper, taking care not to 
tear it unduly. 
Excitement was mounting. Some thirty or forty pairs of eyes were focused  on 
the large cardboard box. 

From the top, I lifted out brightly colored, knitted jerseys. Eyes  sparkled 
as I gave them out. Then there were the knitted bandages for  the leprosy 
patients, and the children looked a little bored. Then came  a box of mixed 
raisins and sultanas - that would make a batch of buns  for the weekend. Then, 
as I put my hand in again, I felt the . could 
it really be? I grasped it and pulled it out yes, a brand new, rubber hot water 
bottle. I cried. 

I had not asked God to send it; I had not truly believed that He could.  Ruth 
was in the front row of the children. She rushed forward, crying  out, if God 
has sent the bottle, He must have sent the dolly too!  Rummaging down to the 
bottom of the box, she pulled out the small,  beautifully dressed dolly. Her 
eyes shone! She had never doubted! 

Looking up at me, she asked: Can I go over with you and give this  dolly to 
that little girl, so she'll know that Jesus really loves her?  Of course, He 
replied! 

That parcel had been on the way for five whole months. Packed up by my  former 
Sunday school class, whose leader had heard and obeyed God's  prompting to send 
a hot water bottle, even to the equator. And one of  the girls had put in a 
dolly for an African child - five months before, in answer to the believing 
prayer of a ten-year-old to bring it that  afternoon. 

Before they call, I will answer (Isaiah 65:24) 

When you receive this, say the prayer, that's all you have to do. No  strings 
attached. Just send it on to whomever you want - but do send it  on. Prayer is 
one of the best free gifts we receive. 

JNM * Pelarangan Perayaan Natal .... Jangan Beri Uang !

2004-12-24 Terurut Topik pttwr

From: Yulia 

Pelarangan Perayaan Natal Dan Ibadah Pos PI GPdI Di Kec. Mundu, Kab Cirebon

Pos PI GPdI berada di Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon dengan 
pengerja Gereja Nn. N. Dari informasi yang diterima, Pos PI ini dilarang oleh 
INTEL dari Kepolisian Cirebon untuk tidak mengadakan perayaan Natal yang akan 
diadakan pada hari Rabu, 15 Desember 2004 yang lalu dan untuk selanjutnya tidak 
boleh mengadakan 
kegiatan ibadah.
Dua hari sebelum pelarangan, pada hari Senin, 13 Desember 2004, Pdt. PH selaku 
Gembala Sidang menyampaikan pemberitahuan kepada Kapolsek bahwa hari Rabu, 15 
Desember 2004 akan mengadakan Perayaan Natal di Pos PI GPdI Desa Bandengan, 
Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Kapolsek menanggapi pemberitahuan tersebut 
dengan mengatakan OK dan Siap.

Tetapi pada hari Selasa pagi, 14 Desember 2004, sekitar pk 10.00 Wib seorang 
Intel dari kepolisian datang ke Pos PI GPdI dan bertemu Nn.N, dan memintanya 
datang ke Balai Desa Bandengan Mundu. Karena dijelaskan bahwa dia hanya sebagai 
pengerja Gereja, akhirnya Pdt PH dipanggil ke Balai Desa untuk bertemu dengan 
Kepala Desa dan Intel dari Kepolisian tersebut.
Dalam pertemuan ini, Intel tersebut menyampaikan bahwa besok (hari 
Rabu,15/12,red) Gereja tidak boleh mengadakan Natal dan untuk selanjutnya semua 
kegiatan ibadah tidak boleh diadakan berdasarkan SKB 2 Menteri No. 1. Tahun 
1969.

Perlu diketahui bahwa Pos PI ini sudah berdiri 3 Tahun dengan jemaat sekitar 10 
orang setiap kali ibadah. Selama ini tidak ada masalah dari warga setempat. Dan 
pihak Gereja pun sudah melaporkan diri kepada RT setempat. 

Mohon doakan !!! 
*diambil dari terangdunia.com 
http://www.terangdunia.com/viewer_berita.php?id=1014*
===
From: Mundhi Sabda Lesminingtyas 

Jangan Beri Uang!
Oleh : Lesminingtyas

Seperti biasa, seusai jam kantor saya bersama teman bergegas pulang. Sore itu 
agak berawan dan udara Jakarta membuat kami benar-benar gerah. Ingin sekali 
rasanya merogoh uang ribuan di kantong dan  membeli teh botol dingin sekedar 
untuk memuaskan tenggorokan. Niat itu segera saya batalkan karena uang di 
kantong tinggal pas-pasan untuk naik bis umum kembali ke rumah. Maklum, sebagai 
pekerja sosial kami harus berpikir tujuh kali sebelum membelanjakan uang supaya 
gaji kami cukup untuk menyambung hidup selama
sebulan.

Perjuangan hidup kok nggak ada ujungnya. Sejak kecil sampai sarjana, kita 
harus mati-matian belajar. Setelah lulus kita harus mati-matian mencari 
pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan, kita masih harus mati-matian bekerja 
keras supaya dinilai berprestasi saya memulai pembicaraan dengan menguraikan 
betapa beratnya hidup ini.
Nah, setelah menerima gaji, kita juga harus mati-matian berjuang supaya uang 
kita cukup untuk hidup sebulan sambung teman saya sambil tertawa cekakakan.

Karena kantor kami berada di Jl. Letjend Suprapto bagian selatan, kamipun harus 
bersusah payah dan bermandi peluh menapaki satu persatu anak tangga di jembatan 
penyeberangan, ke arah utara. Kami berdua menunggu Metromini 03 jurusan Pasar 
Senin - Rawamangun, di Pangkalan Asem, di seberang jalan.
Cukup lama kami berdua berdiri menunggu metro mini lewat. Tanpa permisi, debu 
dan asap kendaraan pun hinggap di tubuh kami. Sesekali kami hanya menyeka debu 
yang terhempas oleh laju kendaraan, supaya tidak bercampur dengan keringat yang 
tak kalah banyaknya.

Saat moncong Metromini 03 mulai tampak, sayapun melambaikan tangan untuk
menghentikannya. Laju metromini yang cukup kencang membuat pengemudi tidak bisa 
menghentikan mini bis itu tepat di depan kami. Kami pun terpaksa berlari 
mengejarnya. Mungkin karena diburu setoran, sopir itu tidak menghentikan 
metromini itu secara total. Walaupun kami perempuan, pengemudi itu tidak mau 
tahu. Kami terpaksa berlari-lari dan  layaknya kondektur yang menggapai 
pinggiran pintu metromini, meloncat masuk dan bergelantungan di pintu metromini 
yang tidak betul-betul berhenti.

Beberapa detik setelah duduk dan nafas kami pun yang masih terengah-engah 
karena baru saja berlari, tiba-tiba seorang pemuda gondrong setengah mabuk, 
masuk ke dalam metromini. Pemuda itu berdiri di bagian depan, kurang lebih satu 
setengah meter dari tempat duduk  kami. Dengan suara yang tidak jelas, pemuda 
itu berorasi dengan mengeluarkan sumpah serapah kepada pemerintah yang telah 
melakukan KKN dan membuat penderitaan di negeri ini. Mulut dan setiap gerakan 
tubuh pemuda itu mengeluarkan bau yang sangat menyengat,
menandakan bahwa alkohol dan rokok adalah nafas kehidupannya. Matanya yang 
merah mulai terlihat beringas, ketika ia melihat para penumpang apatis dan 
tidak satupun yang menghiraukannya.

Belum puas membawakan puisinya yang berisi cacian dan makian, ia pun 
mengeluarkan jurus intimidasi dengan memberikan kesaksian bahwa ia telah lama 
hidup sebagai anak jalanan. Ia juga mengatakan bahwa baru saja keluar dari 
penjara karena kasus pembunuhan.

Setelah menutup pementasannya dengan salam