JNM * Treat every love as last love ... Don't ever giveup ! -
From: peggy theresia [mailto:[EMAIL PROTECTED] _* Treat every love as last love Don't ever give up ! *_ Ever since the beginning. The girl's family member disagree her relationship with the boy. Saying that because of family background, if she insist of being together with the boy, she'll suffer for her whole lifetime... Because of the pressure applied by family members, she frequently quarrel with him. The girl does love the boy, she used to ask him: How much do you love me? Because the boy is not good with words, he used to make her angry. With additional comment from her parents, her mood get even worse. The boy, has become her anger releasing target. And the boy, just silently allowed her, to continuously release her anger on him... Later, the boy graduated from University. He plan to further study overseas but before he left... He proposed to the girl: I, don't know how to say nice words; but I do know that, I love you. If you agree, I am willing to take care of you, the whole life. About your family members, I will work hard to convince them and agree on us. Marry me, will you? The girl agreed. And her parents, looking at the effort shown by the boy, agreed with them. Finally, before the boy go oversea, they are engaged. The girl stay back in the hometown, step into the working society; whereas the boy continuing his study oversea... They maintained their relationship through telephone and letters. Although time is difficult to get through with, but both of them never give up. One day, the girl left home for work as usual; on her way to the bus stop, a car lose control and knock her down. As she awake from unconsciousness, she saw her parents and realise how seriously she got hurt and how fortunate of her, not to get killed. Looking at her parents, with their faced got all wet by their tears, she tried to comfort them. But then, she found out She can't even spell out a word, she tried her best to make some voice, but all she managed, was to breath without any voice. She's mute... According to the doctor, the injury affected her brain, and that cause her to be mute for the rest of her life. Listening to her parents persuade, but can't even reply with a single word, the girl collapsed... Throughout the days, others than crying silently, still it is crying... Later, the girl discharged from hospital. Returning to her home, everything is still like before. Except that the phone ring, has turned into the worst nightmare of hers. Ring after ring, continuously stimulate her, stimulating her pain... But she can't tell the boy. She don't want to be a burden to him, and wrote him a letter... Telling him that she no longer want to wait, The relationship between them ended, and even returned him the engagement ring. Facing the letters and telephone from the boy, all she can do, is to allow tears falling from her eyes... Her father decided to move, after seeing the pain she is suffering. Hoping that she could forget everything and be happier... Changing to a new environment, the girl started to learn, slowly! picking up sign language and start over again... Also telling herself to forget the boy... One day, her best friend tell her that the boy's back. He's searching all around for her, she asked her best friend not to tell him about her and asked him to forget her. Later... There's never news about the boy, for more than a year. Her best friend tells her, that the boy is getting married soon, and passed the Wedding Card to her. She open the card sadly, but she found her name on the card. The moment she want to ask her best friend, the boy appear in front of her. With an unfamiliar sign language, he told her I spent more than a year's time, to force myself to learn sign language, in order to tell you, I have not forget our promise, give me an opportunity, let me be your voice. I L O V E Y O U. Looking at the slow sign language by the boy, and the engagement ring she gave back to him... She finally smiled. Treat every love as last love... and only then, know how to give... Treat every day as last day... and only then, learn how to appreciate... Don't ever give up. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM ~- -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: jesus-net@yahoogroups.com Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to:
JNM * Benang merah untuk Natal; Kesaksian....
From: Mang_Ucup Benang merah untuk Natal Sineas dan kolumnis Belanda Theo van Gogh (cucu dari pelukis Van Gogh) dibunuh dgn cara ditembak dan ditikam, karena filmnya yg kontroversial Submission (kepatuhan) mengenai Islam dan wanita yg menuai kemarah di antara masyarakat Muslim Belanda, karena di film tsb di tayangkan empat wanita penyelewengan yg dlm jubah yg transparen menunjukkan buah dada dgn tulisan ayat2 al-Quran di punggung mereka. Peristiwa berdarah ini menjadi berekor panjang yg telah memicu perang individual - perang agama berupa kekerasan dimana mesjid2 maupun sekolahan Islam dibakar, begitu juga kebalikannya terjadi pembakaran gereja2 di Holland. Banyak orang Belanda yg secara terang2an mengaku hari ini saya telah menjadi seorang rasis, bahkan ada yg mengharapkan agar Hitler bisa dibangkitkan kembali supaya bisa mendeportasi semua masyarakat Muslim dari Belanda. Untuk meredakan suasana yg panas ini telah diciptakan sebuah gelang karet dgn warna oranje (jingga) dimana dicantumkan tulisan respect2all sebagai lambang anti kekerasan, gelang ini telah diproduksi sebanyak 1,5 juta bh. Gelang oranje ini pertama kali dipakai oleh Perdana Menteri Belanda Balkenende dan dibagikan keseluruh anggota kabinetnya dan juga dipakai oleh anggota keluarga kerajaan Belanda, sebagai tanda respek terhadap sesama warga walaupun mereka beda. Mungkin ide ini timbul dari budaya tradisi adat istiadat lama orang India dimana dlm festival tahunan Rakshabandhan pada pagi harinya tiap anak perempuan akan mendatangi saudara laki2nya, kemudian mengikatkan sehelai benang mereah di pergelangan tangannya, setelah itu ia akan menyentuh kepala saudara laki2nya dgn tangan kanannya sebagai tanda kasih dan sekalian juga pemberian berkat dan sebagai balasannya si gadis akan mendapatkan hadiah yg telah disiapkan saudara laki2nya. Pada hari itu banyak sekali pria yg mengenakan tanda benang merah di pergelangan tangannya. Benang merah ini melambangkan tanda kasih dan juga perlindungan. Benang merah ini seperti juga lambang cincin dari seorang raja yg menunjukkan bahwa yg bersangkutan diutus raja, jadi tidak boleh seorangpun menyentuhnya apalagi mengganggunya, karena tindakan tsb dianggap sebagai melawan raja. Pada saat berlangsungnya pesta benang tsb terjadi satu kejadian yg menarik sehingga menjadi berita utama di berbagai media masa yg dilengkapi dgn foto sebagai berita utama. Setahun sebelum pesta benang dirayakan, seorang laki2 mati dibunuh secara sadis, oleh seorang pencuri. Pembunuhnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setahun kemudian tepat pada hari pesta benang ini, istri janda yg terbunuh dtg berkujung ke penjara, ditempat itulah dgn air mata berlinang, ia mengikatkan benang merah di pergelangan tangan pembunuh almarhum suaminya, sebagai tanda bahwa ia telah memaafkannya dan bisa mengasihi pembunuh yg telah menyengsarakan hidupnya sebagai mana saudara laki2nya. Apakah kita juga bisa dan mampu melakukan hal yg sama, bukan hanya sekedar memaafkan bahkan bisa balik mengasihi orang yg telah membuat kita kecewa dan menderita? Di pesta Natal kita jangan hanya sekedar menghias dgn bunga yg berdaun merah Flower of the Holy Night yg lebih dikenal dgn nama Poinsettia, tetapi juga menghias hati kita dgn benang merah, dimana kita berusaha untuk memaafkan dan mengasihi musuh kita dan orang2 yg kita benci, orang2 yg telah menyakiti dan mengecewakan kita, seperti yg dilakukan oleh janda tsb diatas. Bukankah Tuhan Yesus sendiri berfirman Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44) Sebab apabila kita hanya mengasihi orang yg kitas kasihi, apa bedanya kita dgn para koruptor, pemerkosa maupun pembunuh mereka juga melakukan hal yg sama. Yesus sendiri telah memberi teladan, Ia dilahirkan dan di salib bukan untuk orang2 yg Ia kasihi melainkan untuk kita umat manusia yg belum bertobat yg masih berkubang dlm lumpur dosa. Sejak Adam Hawa jatuh ke dlm dosa, manusia berdosa dianggap menjadi seteru Allah, karena mereka telah berontak melawan Allah. Ketika Tuhan Yesus mau menyembuhkan orang sakit, apakah pernah Ia menanyakan sebelumnya Eh agama yg Lho anut apa? ato Jangan lupa yah setelah Lho sembuh Lho harus percaya ama Gue, boro2 menanyakan ras ato agama ataupun menutut balesan ato syarat apapun juga kepada mereka yg ditolongNya, ucapan terima kasih azah tidak pernah di tuntut oleh Nya. Kenapa kita yg menyatakan sebagai pengikut-Nya tidak mampu melakukan hal yg sama, dimana kita bukan hanya membuka pintu rumah kita melainkan juga hati kita bagi mereka yg beda dari kita, entah agamanya maupun rasnya, entah ia itu orang kaya, miskin, budukan ato penyandang penyakit HIV-AIDS, bisakah kita memperlakukan mereka sama seperti orang yg kita kasihi. Dapatkah kita mengirim kartu ucapan selamat hari Natal ato Th Baru bagi musuh2 dan orang2 yg kita benci, sebagai awal tanda kasih kita kepada mereka, sebagai
JNM * JOSEPH's LULLABY/ Michael Crawford
JOSEPH's LULLABY Mary are you sleeping? Mary I'm afraid Mary can I live up to The choice that God has made? Jesus can You tell me Here upon my knee What kind of father will I be? What can I give to You You, made from miracles That God has given me to keep? I can't give much to You You, made from miracles But I can hold You as You sleep What can You learn from me You, made from miracles When I've so much to learn from You? What can a man like me Offer the Miracle Who taught me miracles come true Tell me how to guide You Tell me what to say Tell me how to show You how To show the world the Way How to please the angels Watching from above When all I have to give You is love. But if it's love You need You made from miracles Then take my hand and hold it tight And I will give you love Sweet, little Miracle That God has given me tonight Sweet little Miracle Oh what a miracle That God had given us tonight. Music : Kavanaugh, Lyric : Marcy Heisler Singer : Michael Crawford Real Player : http://www.deaconsil.com/catalog/music/crawford_joseph.ra Kalau kita menyukai lagu-lagu dalam THE PHANTOM OF THE OPERA/Andrew Lloyd Webber, kita mengenal nama MICHAEL CRAWFORD sebagai original Singer-nya. Saya tersentuh sekali dengan lyric dalam lagu Joseph's Lullaby, baru kali itu saya menemukan lagu dengan tema natal dengan perspektif yang beda. Dalam cerita-cerita natal, kita kenal Yusuf seolah-olah figur pelengkap saja dan sering terlupakan. Maria tentu mempunyai porsi yang lebih banyak dalam peran-peran tentang kelahiran Yesus Kristus. Malah mungkin cerita mengenai orang-orang Majus dan Para Gembala lebih banyak kita dengar daripada Yusuf sendiri. Marcy Heisler dengan genius mencoba menggambarkan bagaimana gundah-gulananya Yusuf menerima kenyataan bahwa dia harus menjadi ayah dari bayi yang Made from Miracle. Jika anda sudah mendengarkan, saya yakin andapun dibuat terharu ketika mencermati kata demi kata dalam lyric lagu itu. Kegundahan hati yang digambarkan dalam lagu itu, akhirnya dapat dilalui Yusuf dengan baik. Alkitab mencatat bahwa warga Nazaret mengenal Yesus sebagai seorang tukang kayu (Markus 6:3). Untuk itu pastilah Ia telah dibekali dan belajar keterampilan menggunakan alat-alat pertukangan. Yusuf seorang yang sederhana, dan bekerja keras sebagai tukang kayu Yusuf mempunyai peran yang cukup penting, Yusuf mengemban tugas mulia untuk merawat Sang Putera Allah. Ia seorang yang rendah hati serta tulus hati, lemah lembut dan bijaksana (Matius 1:19). Alkitab mencatat pula, Yusuf adalah seorang yang bertanggung jawab dan menjadi figur bapak yang melindungi, ketika dia harus membawa pergi keluarganya untuk menyingkir ke Mesir, menghindari ancaman dari Herodes yang Agung, dan kembali lagi ke tanah Israel (Matius 2:13, 19). Yusuf dan Maria mengasihi Yesus, sesuatu hal yang luar biasa bahwa Yusuf dapat hidup bersama dengan Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus taat kepadanya, membantunya serta mengasihinya. Wishing You Your Family a very MERRY CHRISTMAS Blessings in Christ, Bagus Pramono December 23, 2004 [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- $4.98 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/IYOolB/TM ~- -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: jesus-net@yahoogroups.com Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
JNM * Allah sesembahan semitik; software alkitab; Christmas Picture Perda Paksa ...
From: L. Han [EMAIL PROTECTED] ALLAH SESEMBAHAN SEMITIK Belakangan ini dikalangan Kristen maupun Islam ada kalangan yang mempersoalkan nama 'Allah'. Di satu sisi kelompok Kristen itu mempermasalahkan bahwa nama Allah adalah nama 'dewa air' jahiliah sedangkan nama sesembahan Kristen adalah Yahweh dan Elohim, ternyata gema pandangan itu sekarang bergaung di kalangan tertentu dalam agama Islam yang mengklaim bahwa nama 'Allah' itu khas milik Islam. Benarkah hal itu, ataukah pandangan itu fanatisme sempit yang justru merupakan masalah dan bukan masalah sebenarnya? Untuk mengerti lebih dalam soal ini ada baiknya kita mempelajari siapa Allah sesembahan Semitik/Samawi itu. - Kita perlu menyadari bahwa ketiga agama Yahudi, Kristen maupun Islam, disebut sebagai agama Semitik/Samawi karena ketiganya berasal dari rumpun agama yang sama yang mendasarkan tradisi pada keturunan Sem, anak Nuh. Lebih dekat lagi ketiganya bisa disebut agama Abrahamik karena ketiganya berasal dari Abraham (Ibrahim dalam Islam) yang dikenal sebagai 'Bapa Orang Beriman' (Juga disebut bapak Monotheisme). - Tuhan El (dengan padanannya Elohim Eloah), nama pertama yang digunakan dalam kitab Kejadian, sebenarnya berasal dari 'il' Semitik Mesopotamia yang kemudian berkembang dalam dialek-dialek suku-suku yang berpecah-belah dari sumber itu. Kita perlu menyadari bahwa para leluhur yang diceritakan dalam kitab Kejadian sebelum migrasi Terah tinggal di Mesopotamia sekitar sungai Efrat dan Tigris (lihat daftar suku-suku dalam Kejadian 10-12). Kemudian Terah dan keluarganya termasuk anaknya Abram meninggalkan Mesopotamia dan bermigrasi ke Kanaan (Kej.11:31). - Sebagai nama sesembahan, istilah 'il' Semitik lebih banyak digunakan sebagai 'sebutan/ panggilan/ gelar' pada awal keluarga bahasa Semitik. Kenyataan ini ditunjukkan dengan jelas di Semitik Timur, Akkadian Kuno (ilu) dan dialek-dialek di bawahnya sebelum masa Sargon (pra 2360sM) dan berlanjut sampai masa Babilonia Akhir. Penggunaan sebagai sebutan juga terlihat di Semitik Barat Laut, di Amorit (ilu, ilum, ila), Ugarit, Ibrani (el), dan Funisia. Di Semitik Selatan sebutan 'il' umum dipakai dalam dialek-dialek Arab Selatan, tetapi di Arab Utara, il disebut 'ilah.' - Ternyata di kalangan Semitik 'ilu' dan 'el' juga digunakan sebagai nama diri. Penemuan teks Ugarit (1929) menunjukkan bahwa ternyata dalam pentheon Kanaan, 'il' adalah nama diri kepala pantheon dan penggunaan sebagai sebutan jarang digunakan. Di Semitik Timur juga dijumpai penggunaan 'il' sebagai nama diri sesembahan juga di Akkadian Kuno. Nama diri ini juga disebut sebagai 'ilu' dan 'ilum'. Seringnya penggunaan 'il' sebagai nama diri dalam tulisan ketuhanan di Akkadian menunjukkan bahwa sesembahan 'il' (kemudian 'el' semitik) adalah tuhan kepala di dunia Semitik Mesopotamia pada masa pra-Sargon. - Pada penemuan di Amorit menunjukkan bahwa pada abad-18 sM, tuhan 'il' memiliki peran besar, dan acapkali dipanggil sebagai 'ila' dan juga 'ilah.' Di Arab Selatan, juga banyak dijumpai 'il' sebagai nama diri. Dapat disimpulkan bahwa sejak masa awal bahasa-bahasa Semitik di Semitik Timur, Semitik Barat Laut, dan Semitik Selatan, 'il/el' sudah digunakan bersama baik sebagai sebutan maupun nama diri, sebagai Bapak dan Pencipta. - Dari fakta-fakta di atas kita dapat mengetahui bahwa 'il' atau 'el' memang berasal dari sejarah Semitik Mesopotamia yang kemudian berkembang dalam berbagai dialek menjadi il, ilu, ilum, ila, ilah', yang dalamdialek Ibrani menjadi 'El' yang adalah pencipta langit dan bumi dan yang mengutus Abraham. Kelihatannya untuk membedakan dengan nama sesembahan lain, kepada Musa dinyatakan nama kedua yaitu 'Yahweh' (Keluaran 6:1-2), namun selanjutnya, nama diri 'El' juga masih digunakan sebagai sinonim Yahweh. - Dalam dialek Semitik Arab, il disebut 'ilah' (Allah = al-illah, ilah itu. Dalam dialek Semitik Ibrani penggunakan kata sandang itu untuk 'el' tidak umum). Kita mengetahui bahwa dari sumber Islam maupun Kristen bangsa Arab adalah keturunan dari empat jalur Semitik, yaitu melalui keturunan Aram (anak Sem - Palestina Timur Laut), keturunan Yoktan (anak Eber - Arab Selatan), keturnan Ismael (anak Abraham - Arab Utara), dan juga melalui keturunan Ketura (selir Abraham). Dari sini kita dapat melihat bahwa bangsa Arab dapat disebut termasuk rumpun Semitik (keturunan Aram anak Sem), Ibranik (keturunan Quathan/Yoktan anak Eber), dan juga Abrahamik (keturunan Adnan, keturunan Ismael anak Ibrahim), jadi bersaudara dengan orang Israel yang juga termasuk rumpun Semitik (keturunan Arphaksad anak Sem), Ibranik (keturunan Pelek anak Eber), dan Abrahamik (keturunan Ishak anak Abraham). - Memang nama tuhan 'il' semitik yang disebut dengan berbagai dialek pada suku-suku keturunan Sem yang menyebar bisa menyimpang dari akidah aslinya, namun dalam suku Israel dan Arab kesamaan itu besar melalui tiga jalur keturunan penting, apalagi ketiga agama semitik/samawi mempercayai 'el/ilah'
JNM * Surat Terbuka Bambang Noorsena ..... The Christmas Rose
From: Joni Wang Surat Terbuka Bambang Noorsena Untuk Saudara-saudara Seiman Di Tanah Air Saya temukan surat ini di web: http://www.salib.net/index.php?name=Forumsfile=viewtopict=59 mudah-mudahan bisa menambah wawasan kita: - Surat Terbuka Bambang Noorsena Untuk Saudara-saudara Seiman Di Tanah Air Shalom Aleikhem, Assalamu 'alaikum! Tahiyatan Thayyibatan Amma Ba'du: Saudara-saudaraku seiman, telah banyak tenaga kita tercurah untuk menanggapi hujatan sia-sia kaum Penentang Allah pada tahun-tahun terakhir ini. Mereka sudah hambur-hamburkan banyak dana untuk mencetak Alkitab bajakan dari terjemahan LAI (karena mereka hanya membuang istilah Allah, dan memakai seluruh terjemahan ini)? Tetapi seluruh argumen-argumen mereka dangkal, dengan pencomotan referensi tanpa membaca penuh konteksnya, pengutipan harfiah ayat-ayat Alkitab tanpa melihat latar belakang historis, bahkan semua data archeologis dan filologis keserumpunan bahasa-bahasa semitik yang saya ajukan, mereka jawab sekenanya dengan membenturkan secara harfiah dengan ayat-ayat Alkitab, tanpa exegese yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Mereka tetap ngotot berkata Allah itu dewa air, dewa bulan, tanpa menanggapi argumentasi saya mengenai pemakaian istilah Allah di lingkungan Yahudi dan Kristen dalam makna yang sama sekali berbeda dengan diberikan kaum jahiliyah Mekkah pada masa pra-Islam. Tentang bukti-bukti inskripsi Kristen Arab pra-Islam yang memakai istilah Allah, sudah saya buktikan lengkap dengan foto-foto inskripsi itu, antara lain sebagai berikut: 1.Inskripsi Zabad tahun 512 M, yang diawali dengan: Bism al-Ilah (Dengan Nama Allah), lengkap dengan tanda salib yang menujukkan asalnya dari lingkungan Kristen; 2.Inskripsi Umm al-Jimmal dari pertengahan abad ke-6 M, yang diawali dengan ungkapan: Allahu ghafran (Allah Yang Mengampuni). 3.Inskripsi lain, seperti Hurran al-Lajja dari tahun 568 M, dan seluruh inskripsi Arab pra-Islam yang semua berasal dari lingkungan Kristen. Tentang bukti-bukti yang saya kemukakan ini, mereka berkata bahwa argumentasi saya tidak berdasarkan ayat-ayat Alkitab. Saya tidak mengerti jalan pikiran mereka. Di satu pihak mereka menuduh saya seperti itu, tetapi di pihak lain mereka mendasarkan argumentasi pada kutipan dari buku ini dan buku itu, yang juga bukan Firman Tuhan untuk menolak istilah Allah. Tampaknya, mereka sudah mempunyai pra-paham dari ayat-ayat Alkitab yang mereka tafsirkan menurut kepentingan mereka, lalu mereka cari-cari berbagai kutipan untuk meneguhkan pra-paham mereka. Bahkan, dari traktat-traktat mereka juga mereka cantumkan gambar-gambar patung dari dewa-dewi pra-Islam yang tidak jelas kaitannya langsung dengan argumentasi yang mereka ajukan. Di pihak lain, mereka memaksakan pemakaian nama Yahwe, yang mereka katakan sembahan kaum Yahudi dan Kristen, dan mereka lalu memaksakan pencantuman kembali nama itu dalam Perjanjian Baru. Padahal dalam teks asli Perjanjian Baru, nama itu diterjemahkan menjadi Kurios (Tuhan). Pernah Sdr. Teguh Hendarto, salah seorang dari kaum Penentang Allah itu, mengatakan kepada saya: Memang dalam teks Yunani tidak ada nama Yahwe, tetapi belum tentu teks Yunani itu asli, mungkin kalau teks Ibrani ditemukan, nama Yahwe pasti ada. Argumentasi ini tentu saja konyol, bagaimana mungkin mereka sudah begitu yakin mengajukan teori mereka, sementara masih menunggu bukti teks asli Ibrani ditemukan? Hal ini dilakukakan mereka, karena mereka kepepet. Betapa tidak? Perjanjian Baru Ibrani yang mereka kutip dalam berbagai traktat mereka itu, jelas-jelas disebutkan bukan teks asli, bahkan jelas-jelas pula disebutkan bahwa itu hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Sedangkan dalam seluruh teks asli Yunani nama Yahwe diterjemahkan Kurios, kecuali Haleluyah (Pujilah Yah/Yahwe) dalam Kitab Wahyu, karena ini sebuah seruan doa. Mereka menolak istilah Allah karena argumentasi mereka, bahwa Allah pernah disembah di Ka'bah pada zaman pra-Islam bersama dewi-dewi Mekkah, lalu saya mengajukan bukti bahwa nama Yahwe pun juga pernah disembah bersama-sama dewi kesuburan Palestina (inskripsi Qirbeth el-Qom dan inskripsi Kuntilel Ajrud). Tetapi apakah ini berarti Yahwe dewa dari agama kafir? Tetapi jawaban mereka, sudah dapat diduga. Itu kan sinkretisme di Israel pada zaman itu?, tulis mereka. Ini jelas tidak fair. Sebab bukankah Allah dipuja bersama dewi-dewi Mekkah itu juga hasil sinkretisme? Dan karena itu pula, tidak mewakili pandangan teologis Islam atau Kristen Arab, karena makna seperti itu (Allah sebagai dewa kafir) tidak ada dalam al-Qur'an dan Injil berbahasa Arab. Satu lagi mereka menolak perbandingan fakta yang saya kemukakan di atas. Alasan mereka, dalam Islam Allah adalah nama diri (the proper name). Untuk itu mereka mengutip terjemahan-terjemahan al-Qur'an dalam bahasa Inggris yang menanggap bahwa Allah itu The proper name, sehingga tidak bisa
JNM * Whatever Happened To The Clear Invitation ?
From: suyento [EMAIL PROTECTED] Whatever Happened To The Clear Invitation ? by Greg Laurie I arrived late. The preacher was already preaching. As I took my seat, I immediately felt uneasy. I could feel the cold stares of those sitting around me. My jeans and tennis shoes did not match the dress code. The stares bothered me a little, but I thought, Well, these people are Christians; I'm a Christian. We're all brothers and sisters. I sat down near the front and opened my Bible. The preacher was wrapping up what sounded like a great message, so I decided to stay for the second service. The stares continued into the second service. Even the preacher seemed to be looking at me. Others stole furtive glances at me out of the corner of their eyes. The sermon was next, and the preacher stood up. He began by saying his message would be different from the one in the earlier service. I need to preach the Gospel in this service, he said. I think some here don't know Christ. Does he think I'm not a believer? I thought. We all have sinned, he said, but what I think he really meant was, You (yeah you, the one seated in the fourth pew on the left) are a sinner. He riveted his eyes on me while making sweeping gestures. He was sure he had a genuine hippie on the ropes. I squirmed and brought my Bible to my chest so he could see it, as if to signal to him, Don't waste your sermon on me; I'm already a Christian. But he preached on and then gave an invitation for people to come to Christ. The choir began singing Just as I Am. Only one girl walked to the front. The choir kept singing; the verses kept coming like hot days in August. Finally, the person to the left of me whispered, Are you a Christian? When I said yes, she seemed disappointed. Then someone behind me asked, Are you a Christian? Yes, I am; I'm a Christian. I felt like shouting it. Then one of the robed choir members with poufy hair stood up and shuffled down from the platform and edged her way between the pews to where I was seated. Are you a Christian? she asked. I weakly nodded. But I must confess I almost gave in to the peer pressure and became born again, again. Stories like mine give evangelistic invitations a bad rap. We've all sat through a hundred poorly sung verses of Just as I Am, waiting for an alleged someone to gather courage. It's enough to make one wonder whether invitations should have gone out with bell-bottoms and the Carpenters. Yet, I'm a firm believer in evangelistic invitations -- especially today, when so many churches attract seekers. I believe invitations can and must be done well. Here is what I have learned in publicly inviting nonbelievers to make a decision for Christ. Evangelistic preaching is challenging because it must remain relatively simple. The temptation is to be clever, but it's best to keep an evangelistic message direct and clear. I love exploring the caverns of God's Word, but I try to resist that urge in an evangelistic sermon. An evangelistic invitation depends on clear content, clear language, and clear directions. An evangelistic sermon should include certain elements -- most notably the message of the Cross. I once asked Billy Graham in what ways his preaching today differed from his preaching forty years ago. I barely had the chance to finish my question before he gave his decisive answer: I preach more on the Cross and the blood. That's where the power is. Except for preaching a watered-down Gospel, the worst sin in giving an evangelistic invitation is making it confusing or overly inclusive. Here are the four elements of the Gospel I include in every invitation. (The following outline was adapted from a message given by Billy Graham during the Madison Square Garden Crusade.) First, I want my listeners to understand clearly where they stand before God. I say, Number one, you must admit that you are a sinner. That's hard to admit. But the Bible says we've all sinned and fallen short of the glory of God. You might protest, 'But I live a good life. I'm a moral person.' But the Bible says if you offend in one point of the law, you're guilty of all. Have you ever sinned? Have you ever broken a commandment? Then you're guilty. One sin is enough to keep you out of heaven. You have to admit you're a sinner. Second, I explain Christ's provision: Christ died on the cross for you. He died for your sin. He paid the price for you when he shed his blood. The Apostle Paul said, '[He] loved me and gave himself for me' (Galatians 2:20, NIV). Scripture also tells us, 'While we were yet sinners, Christ died for us' (Romans 5:8, NAS). Third, I explain, You must repent of your sin. The Bible tells us that we must 'Repent, then, and turn to God, so your sins may be wiped out, that times of refreshing may come from the Lord' (Acts 3:19, NIV). The word 'repent' means to do a U-turn, to go the other direction. Now you're going to walk
JNM * Daily Devotion
From: Leonard Han Daily Devotion Isaiah 65:24 This beautiful story was written by a doctor who worked in South Africa... One night I had worked hard to help a mother in the labor ward; but in spite of all we could do, she died leaving us with a tiny premature baby and a crying two-year-old daughter. We would have difficulty keeping the baby alive; as we had no incubator (we had no electricity to run an incubator). We also had no special feeding facilities. Although we lived on the equator, nights were often chilly with treacherous drafts. One student midwife went for the box we had for such babies and the cotton wool that the baby would be wrapped in. Another went to stoke up the fire and fill a hot water bottle. She came back shortly in distress to tell me that in filling the bottle, it had burst (rubber perishes easily in tropical climates). And it is our last hot water bottle! she exclaimed. As in the West, it is no good crying over spilled milk, so in Central Africa it might be considered no good crying over burst water bottles. They do not grow on trees, and there are no drugstores down forest pathways. All right, I said, put the baby as near the fire as you safely can, and sleep between the baby and the door to keep it free from drafts. Your job is to keep the baby warm. The following noon, as I did most days, I went to have prayers with any of the orphanage children who chose to gather with me. I gave the youngsters various suggestions of things to pray about and told them about the tiny baby. I explained our problem about keeping the baby warm enough, mentioning the hot water bottle, and that the baby could so easily die if it got chills. I also told them of the two-year-old sister, crying because her mother had died. During prayer time, one ten-year old girl, Ruth, prayed with the usual blunt conciseness of our African children. Please, God she prayed, Send us a hot water bottle today. It'll be no good tomorrow, God, as the baby will be dead, so please send it this afternoon. While I gasped inwardly at the audacity of the prayer, she added, And while You are about it, would You please send a dolly for the little girl so she'll know You really love her? As often with children's prayers, I was put on the spot. Could I honestly say, Amen. I just did not believe that God could do this. Oh, yes, I know that He can do everything, the Bible says so. But there are limits, aren't there? The only way God could answer this particular prayer would be by ending me a parcel from the homeland. I had been in Africa for almost four years at that time, and I had never, ever, received a parcel from home. Anyway, if anyone did send me a parcel, who would put in a hot water bottle? I lived on the equator! Halfway through the afternoon, while I was teaching in the nurses' training school, a message was sent that there was a car at my front door. By the time I reached home, the car had gone, but there, on the verandah, was a large twenty-two pound parcel. I felt tears pricking my eyes. I could not open the parcel alone, so I sent for the orphanage children. Together we pulled off the string, carefully undoing each knot. We folded the paper, taking care not to tear it unduly. Excitement was mounting. Some thirty or forty pairs of eyes were focused on the large cardboard box. From the top, I lifted out brightly colored, knitted jerseys. Eyes sparkled as I gave them out. Then there were the knitted bandages for the leprosy patients, and the children looked a little bored. Then came a box of mixed raisins and sultanas - that would make a batch of buns for the weekend. Then, as I put my hand in again, I felt the . could it really be? I grasped it and pulled it out yes, a brand new, rubber hot water bottle. I cried. I had not asked God to send it; I had not truly believed that He could. Ruth was in the front row of the children. She rushed forward, crying out, if God has sent the bottle, He must have sent the dolly too! Rummaging down to the bottom of the box, she pulled out the small, beautifully dressed dolly. Her eyes shone! She had never doubted! Looking up at me, she asked: Can I go over with you and give this dolly to that little girl, so she'll know that Jesus really loves her? Of course, He replied! That parcel had been on the way for five whole months. Packed up by my former Sunday school class, whose leader had heard and obeyed God's prompting to send a hot water bottle, even to the equator. And one of the girls had put in a dolly for an African child - five months before, in answer to the believing prayer of a ten-year-old to bring it that afternoon. Before they call, I will answer (Isaiah 65:24) When you receive this, say the prayer, that's all you have to do. No strings attached. Just send it on to whomever you want - but do send it on. Prayer is one of the best free gifts we receive.
JNM * Pelarangan Perayaan Natal .... Jangan Beri Uang !
From: Yulia Pelarangan Perayaan Natal Dan Ibadah Pos PI GPdI Di Kec. Mundu, Kab Cirebon Pos PI GPdI berada di Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon dengan pengerja Gereja Nn. N. Dari informasi yang diterima, Pos PI ini dilarang oleh INTEL dari Kepolisian Cirebon untuk tidak mengadakan perayaan Natal yang akan diadakan pada hari Rabu, 15 Desember 2004 yang lalu dan untuk selanjutnya tidak boleh mengadakan kegiatan ibadah. Dua hari sebelum pelarangan, pada hari Senin, 13 Desember 2004, Pdt. PH selaku Gembala Sidang menyampaikan pemberitahuan kepada Kapolsek bahwa hari Rabu, 15 Desember 2004 akan mengadakan Perayaan Natal di Pos PI GPdI Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Kapolsek menanggapi pemberitahuan tersebut dengan mengatakan OK dan Siap. Tetapi pada hari Selasa pagi, 14 Desember 2004, sekitar pk 10.00 Wib seorang Intel dari kepolisian datang ke Pos PI GPdI dan bertemu Nn.N, dan memintanya datang ke Balai Desa Bandengan Mundu. Karena dijelaskan bahwa dia hanya sebagai pengerja Gereja, akhirnya Pdt PH dipanggil ke Balai Desa untuk bertemu dengan Kepala Desa dan Intel dari Kepolisian tersebut. Dalam pertemuan ini, Intel tersebut menyampaikan bahwa besok (hari Rabu,15/12,red) Gereja tidak boleh mengadakan Natal dan untuk selanjutnya semua kegiatan ibadah tidak boleh diadakan berdasarkan SKB 2 Menteri No. 1. Tahun 1969. Perlu diketahui bahwa Pos PI ini sudah berdiri 3 Tahun dengan jemaat sekitar 10 orang setiap kali ibadah. Selama ini tidak ada masalah dari warga setempat. Dan pihak Gereja pun sudah melaporkan diri kepada RT setempat. Mohon doakan !!! *diambil dari terangdunia.com http://www.terangdunia.com/viewer_berita.php?id=1014* === From: Mundhi Sabda Lesminingtyas Jangan Beri Uang! Oleh : Lesminingtyas Seperti biasa, seusai jam kantor saya bersama teman bergegas pulang. Sore itu agak berawan dan udara Jakarta membuat kami benar-benar gerah. Ingin sekali rasanya merogoh uang ribuan di kantong dan membeli teh botol dingin sekedar untuk memuaskan tenggorokan. Niat itu segera saya batalkan karena uang di kantong tinggal pas-pasan untuk naik bis umum kembali ke rumah. Maklum, sebagai pekerja sosial kami harus berpikir tujuh kali sebelum membelanjakan uang supaya gaji kami cukup untuk menyambung hidup selama sebulan. Perjuangan hidup kok nggak ada ujungnya. Sejak kecil sampai sarjana, kita harus mati-matian belajar. Setelah lulus kita harus mati-matian mencari pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan, kita masih harus mati-matian bekerja keras supaya dinilai berprestasi saya memulai pembicaraan dengan menguraikan betapa beratnya hidup ini. Nah, setelah menerima gaji, kita juga harus mati-matian berjuang supaya uang kita cukup untuk hidup sebulan sambung teman saya sambil tertawa cekakakan. Karena kantor kami berada di Jl. Letjend Suprapto bagian selatan, kamipun harus bersusah payah dan bermandi peluh menapaki satu persatu anak tangga di jembatan penyeberangan, ke arah utara. Kami berdua menunggu Metromini 03 jurusan Pasar Senin - Rawamangun, di Pangkalan Asem, di seberang jalan. Cukup lama kami berdua berdiri menunggu metro mini lewat. Tanpa permisi, debu dan asap kendaraan pun hinggap di tubuh kami. Sesekali kami hanya menyeka debu yang terhempas oleh laju kendaraan, supaya tidak bercampur dengan keringat yang tak kalah banyaknya. Saat moncong Metromini 03 mulai tampak, sayapun melambaikan tangan untuk menghentikannya. Laju metromini yang cukup kencang membuat pengemudi tidak bisa menghentikan mini bis itu tepat di depan kami. Kami pun terpaksa berlari mengejarnya. Mungkin karena diburu setoran, sopir itu tidak menghentikan metromini itu secara total. Walaupun kami perempuan, pengemudi itu tidak mau tahu. Kami terpaksa berlari-lari dan layaknya kondektur yang menggapai pinggiran pintu metromini, meloncat masuk dan bergelantungan di pintu metromini yang tidak betul-betul berhenti. Beberapa detik setelah duduk dan nafas kami pun yang masih terengah-engah karena baru saja berlari, tiba-tiba seorang pemuda gondrong setengah mabuk, masuk ke dalam metromini. Pemuda itu berdiri di bagian depan, kurang lebih satu setengah meter dari tempat duduk kami. Dengan suara yang tidak jelas, pemuda itu berorasi dengan mengeluarkan sumpah serapah kepada pemerintah yang telah melakukan KKN dan membuat penderitaan di negeri ini. Mulut dan setiap gerakan tubuh pemuda itu mengeluarkan bau yang sangat menyengat, menandakan bahwa alkohol dan rokok adalah nafas kehidupannya. Matanya yang merah mulai terlihat beringas, ketika ia melihat para penumpang apatis dan tidak satupun yang menghiraukannya. Belum puas membawakan puisinya yang berisi cacian dan makian, ia pun mengeluarkan jurus intimidasi dengan memberikan kesaksian bahwa ia telah lama hidup sebagai anak jalanan. Ia juga mengatakan bahwa baru saja keluar dari penjara karena kasus pembunuhan. Setelah menutup pementasannya dengan salam