[mencintai-islam] bulan agung

2010-07-14 Terurut Topik Buya Suk
KEUTAMAAN RAMADHAN
 
HADITS KE-1
Dari Salman r.a., ia berkata,” Pada akhir bulan Sya’ban, rasulullah saw 
berkhutbah kepada kami. Beliau bersabda,” Wahai manusia, telah dekat kepada mu 
bulan yang agung lagi penuh berkah, Bulannya didalannya terdapat satu malam 
yang 
lebih baik dari pada seri bulan.  Bulan yang didalamnya Allah menjadikan puasa 
sebagai fardhu dan bangun malam sebagai sunnah. Barang siapa mendekatkan diri 
didalamnya dengan beramal sunnah maka, (pahalanya ) seperti orang yang beramal 
fardhu pada bulanlainnya. Dan barang siapa beramal fardhu didalamnya, maka 
pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan 
lainnya. Inilah bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah surga. Inilah bulan 
kasih saying, bulan saat rezeki seorang mukmin ditambah. Barang siapa memberi 
makanan berbuaka kepada orang yang berpuasa, maka itu menjadi ampunan bagi 
dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang itu 
sedikitpun.’ Mereka berkata,” Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki untuk 
diberikan kepada orang yang berbuka puasa.’ Beliau bersabda,” Allah memberi 
pahala kepada orang yang menberi makanan untuk orang yang berbuka puasa; 
meskipun sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu. Inilah bulan yang 
awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan akhirnya kebebasan dari api 
neraka. Barang siapa meringankan beban hamba- hamba sahayanya pada bulan itu, 
maka Allah akan menggampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah 
empat amalan pada bulan itu. Dua diantaranya menyenangkan tuhannya, dan dua 
lainnya kamu pasti memerlukannya.
Adapun dua perkara yang dengannya kamu menyenangkan Tuhanmu adalah: bersaksi 
bahwa tiada tuhan selain Allah, dan kamu memohon ampunan kepada-Nya. Dan dua 
perkara yang pasti kamu memerlukannya adalah: kamu memohon surga kepada Allah 
dan kamu berlindung kepada-Nya dari api neraka. Barang siapa memberi minum 
kepada orang yang berpuasa, maka Allah akan memeberinya seteguk minum dari 
telagaku yang ia tidak akan haus hingga  ia masuk surga. “ ( Ibnu Khuzaimah, 
Baihaqi, Ibnu Hibban ). 

 
FAEDAH
 
Hadits diatas dibahas oleh sebahagian ahli hadits karena kelemahannya. Namun 
karena hadits ini mengenai Fadhilah amal, maka kelemahan seperti itu masih 
dapat 
diterima. Juga karena hadits banyak dikuat kan oleh hadits- hadits lainnya, 
maka 
hadits ini dapat diterima. 

Adabeberapa hal yang dapat kita ketahui dari hadits diatas. Pertama, betapa 
besar perhatian Nabi saw, sehingga secara khusus beliau berkhutbah pada akhir 
bulan sya,ban,menasehati dan memperingatkan manusia agar jangan melalaikan 
bulan 
Ramadhan walaupun hanya satu detik. Dalam nasihatnya, beliau menjelaskan dengan 
panjang lebar keutaman bulan Ramadhan kemudian memberikan beberapa petunjuk 
yang 
penting untuk diperhatiakan. Pertama, hakikat Lailatul, Qadar sebagai malam 
yang 
sangat penting. Penjelasan  akan dipaparkan dalam pasal kedua risalah ini   ( 
BERSAMBUNG)    


  

[mencintai-islam] (Do'a of the Day) 03 Sya'ban 1431H

2010-07-14 Terurut Topik Ananto
Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Rabbi laa tadzarnii fardan wa anta khairul waaritsiina.



Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah
Waris Yang Paling Baik. (QS. Al-Anbiyaa’: 89)


-- 
...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama...


[mencintai-islam] (Ngaji of theDay) Kerusakan Alam dan Kerusakan Moral

2010-07-14 Terurut Topik Ananto
*Kerusakan Alam dan Kerusakan Moral*



Kerusakan alam lebih disebabkan oleh kerusakan “dunia”. Alam makin tak
bersahabat karena dunia memang tak memperlakukannya dengan benar. Itu dari
sudut pandang agama. Sudut pandang sains boleh jadi berbeda. Sains lebih
suka memandang kerusakan alam sebagai proses alamiah. Jika dalam kacamata
agama, bencana adalah azab, peringatan atau ujian, maka dalam kacamata sains
kerusakan alam adalah sebuah fenomena yang disebabkan sistem dan mekanisme
alam itu sendiri. Nalar sains sulit menemukan benang merah antara kerusakan
alam dan kerusakan moral.



Meski menggunakan nalar yang berbeda, namun tak berarti sudut pandang agama
dan sains ini saling bertentangan. Sebab, konteks pembicaraan masing-masing
sudut pandang tersebut memang berbeda. Tugas agama adalah mengambil hikmah
dari apapun yang terjadi di dunia ini. Sedangkan, sains hanya mengamati
bagaimana mekanisme sebuah fenomena bisa terjadi. Cara paling mudah untuk
mengompromikan adalah dengan menggunakan mata rantai sebab yang ujungnya
kembali kepada Sang Pencipta, karena secara logika tak mungkin ada sebab
yang tak berujung (daur dan tasalsul).



Mata rantai sebab itu misalnya bisa disusun dengan nalar: kejadian A
disebabkan oleh B; B disebabkan oleh C; dan seterusnya sampai Z. Lalu, siapa
yang menyebabkan Z? Maka satu-satunya jawaban adalah Kekuatan Maha Mandiri
yang tak termasuk dalam mekanisme alam, karena tak mungkin Z disebabkan oleh
A. Sang Maha Mandiri (Allah) mengatur alam sesuai dengan kehendak-Nya,
termasuk di antaranya menimpakan bencana alam kepada orang-orang yang
durhaka. Kehendak ini biasanya diwujudkan oleh Allah melalui mekanisme alam
(sunnatullah atau hukum sebab-musabab).



Dengan demikian, maka apapun yang dikatakan oleh agama tentang kerusakan
alam sama sekali tak bertentangan dengan sains, meskipun tidak tercakup
dalam teori sains. Hal itu perlu dipertegas sebagai landasan, karena
keyakinan terhadap dogma agama mengenai bencana tak jarang terasa hambar
ketika berhadapan dengan analisis sains tentang bencana tersebut, karena
agama memang tidak menjelaskan kaitan logis antara bencana alam dengan
bencana moral. Tanpa landasan itu, mungkin orang akan lebih mudah menerima
pernyataan ilmuwan bahwa tsunami disebabkan oleh pergeseran lempengan bumi,
daripada pernyataan ulama bahwa tsunami disebabkan oleh pergeseran
nilai-nilai moral-keagamaan manusia.



Dalam Islam, kerusakan alam tak lepas dari tiga hal, yaitu azab, peringatan,
atau ujian. Mengenai kerusakan alam sebagai azab Allah berfirman:



وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا
فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا



Artinya: Dan jika Aku hendak membinasakan suatu negeri, maka Aku perintahkan
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi
mereka melakukan kedurhakaan di sana, maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya ketentuan-Ku, kemudian Aku hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya. (QS al-Isra’ [17]: 16).



Mengenai kerusakan alam sebagai peringatan, Allah berfirman:



ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ



Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat
perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (QS ar-Rum [30]:
41)



Mengenai musibah (termasuk kerusakan alam) sebagai ujian untuk meningkatkan
derajat seorang mukmin di Sisi Allah, Rasulullah Shallallâhu alaihi wasallam
bersabda:



عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ
لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ

 فَكَانَ خَيْرًا لَه وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ



Artinya: Menakjubkan urusan orang mukmin. Semua urusannya adalah kebaikan.
Hal itu hanya dimiliki oleh seorang mukmin. Bila ia mendapat kemudahan ia
bersyukur, maka itu menjadi lebih baik baginya. Bila mendapat kesengsaraan
ia sabar, maka itu menjadi lebih baik baginya. (HR Muslim).



Begitu pula segala kenikmatan dan kemudahan di dunia ini, dalam pandangan
agama juga tidak terlepas dari tiga hal: sebagai istidrâj (pemberian yang
disertai kemurkaan) seperti disebutkan dalam QS al-An’am [6]: 44; sebagai
ibtilâ’ (menguji ketahanan manusia terhadap godaan; sebagai barakah
(anugerah murni yang diberikan kepada orang-orang saleh) seperti ditegaskan
dalam QS al-A’raf [7]: 96. Ukurannya terletak kepada moral dan sikap manusia
ketika mendapatkan apapun yang dialaminya, baik itu kemudahan ataupun
kesengsaraan. Itulah kerangka umum dari ajaran dan pandangan agama mengenai
segala hal yang terjadi pada umat manusia.



Kerusakan alam memiliki potensi untuk mengetuk pintu spiritualisme dalam
diri manusia. Kabar mengenai lubang besar di atmosfer kita, cairnya es
kutub, atau prediksi akan terjadinya banyak bencana pada beberapa tahun yang
akan datang dapat 

[mencintai-islam] Bagaimanakah agar kita mencapai tingkatan muslim yang Ihsan

2010-07-14 Terurut Topik ZonJonggol
Bagaimanakah agar kita mencapai tingkatan muslim yang Ihsan

Sebuah hadits menguraikan sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama 
Rasulullah Saw.

Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam 
sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari 
kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua 
kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya 
diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,

Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.
Lalu Rasulullah Saw menjawab, Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan 
kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, 
puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.

Kemudian dia bertanya lagi, Kini beritahu aku tentang iman.
Rasulullah Saw menjawab, Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, 
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan 
buruknya.

Orang itu lantas berkata, Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.
Rasulullah berkata, Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya 
walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.

Dia bertanya lagi, Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat).
Rasulullah menjawab, Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. 
Kemudian dia bertanya lagi, Beritahu aku tentang tanda-tandanya. Rasulullah 
menjawab, Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa 
sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba 
membangun gedung-gedung bertingkat. Kemudian orang itu pergi menghilang dari 
pandangan mata.

Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, Hai Umar, tahukah kamu siapa orang 
yang bertanya tadi? Lalu aku (Umar) menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih 
mengetahui. Rasulullah Saw lantas berkata, Itulah Jibril datang untuk 
mengajarkan agama kepada kalian. (HR. Muslim)

Dari hadits diatas kita dapat memahami pokok ajaran dari Agama Islam yakni 
tentang Islam (rukun Islam), Iman (rukun Iman) dan Ihsan (seolah-olah 
melihatNya).

Dimanakah kita dapat kita pelajari atau kita dalami ke tiga pokok ajaran Agama 
Islam itu?

Islam (rukun Islam) bisa kita dapati dengan mendalami fiqh / hukum.

Klo tidak mempunyai kemampuan untuk berijtihad maka bolehlah kita mengikuti 
ulama yang berkompetensi / ahli atau dikenal sebagai Imam Mujtahid.

Jumhur ulama sepakat ada empat Imam Besar yang kita kenal. salah satunya adalah 
Imam Syafi'i.

Iman (rukum Iman) bisa kita dapati dengan mendalami ushuluddin atau tentang 
i'tiqad /akidah. Imam yang telah menggali dan merumuskan dari Al-Qur'an dan 
Hadist, juga disepekati oleh jumhur ulama, salah satunya adalah Imam Abu Hasan 
al Asy'ari dan Imam Mansur al Maturidi yang dikenal dan disepakati sebagai 
ulama Ahlussunah Wal Jam'ah yang kaumnya dinamai kaum Ahlussunnah atau kaum 
Sunni.

Ihsan (seolah-olah melihatNya) bisa kita dapati dengan mendalami tentang 
akhlak, tazkiyatun nafs, ma'rifatullah yang secara umumnya dinamai Tasawuf. 
Banyak ulama yang telah menguraikan atau menceritakan pengalaman mereka  
tentang Tasawuf , antara lain adalah Syaikh Ibnu Athoillah.

Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti kesempurnaan atau terbaik.

Sebagian muslim ternyata tidak pernah mencita-citakan untuk menjadi muslim yang 
terbaik, yakni yang mencapai tingkatan Ihsan (seolah-olah melihatNya). Yang 
umumnya dan awamnya diketahui adalah Rukun Islam dan Rukun Iman semata.

Kenyataan yang ada, memang sebagian ulama hanya fokus pada fiqh dan ushuluddin 
saja.

Mereka jarang mendalami tentang Ihsan (seolah-olah melihatNya), bahkan sebagian 
menolak mendalami Tasawuf yang merupakan pendalaman tentang Ihsan , hanya 
semata-mata karena alergi dengan istilah Tasawuf. Menurut mereka, tasawuf 
adalah mistik, khurafat, tahakyul, kolot, tidak modern atau tidak dapat 
mengikuti zaman.

Inilah yang kami sedihkan melihat kenyataan bahwa dalam zaman modern ini 
sebagian muslim tanpa disadari terpengaruh dengan slogan modernisasi agama, 
pembaharuan, pemahaman/ijtihad baru dengan metode pemahaman tekstual, dzahir, 
harfiah atau menurut mereka secara ilmiah dan modern yang bersandarkan dalil 
dan masuk akal.

Setelah kami lakukan pengkajian, ternyata apa yang dimaksud dengan 
slogan-slogan diatas , secara tidak disadari adalah pendangkalan agama Islam 
semata karena hanya menguraikan seputar fiqh dan ushuluddin saja. Dengan metode 
pemahaman secara dzahir, tekstual atau lahiriah mereka tidak dapat mendalami 
tentang Ihsan atau tasawuf, karena pendalaman Tasawuf adalah semata-mata 
bergantung kepada karunia Allah dalam bentuk al-hikmah (pemahaman yang dalam).

Kita sesungguhnya tidak menolak seluruh modernisasi. Modernisasi dianjurkan 
untuk bidang-bidang keduniaan yang belum ada aturannya dari Allah dan Rasul. 
Namun dalam soal kegamaan, soal syariat, soal ibadah, soal i'tiqad (aqidah), 
soal hakikat, soal ma'rifat  maka kita menolak