Re: [EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Sinyal di Sumpur Kudus

2006-08-17 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Bana tu Angku Taufiq Rasyid.

Supur Kudus, namo nagari dan juo namo kacamatan (kantuanyo di Kumani) di 
kabupaten Sawah Lunto Sijunjuang. Sumpu Kudus di Lembah sempit aliran 
Sungai nan banamo Batang Sumpu.

MakNgah jarang ka Lapau, tapi mancaliak tanyo Angku Taufiq bialah tapencet 
juo kibor ko untuak manjalehi karano mungkin banyak urang di Lapau ko nan 
indak tahu nagari tu labiah detail. Sumpu Kudus adolah Nagari nan  penting 
dalam Sejarah Minangkabau, tampek Rajo Ibadat maso dahulunyo, tampek PDRI 
wakatu agressi ka duo (1948-49, tampek PRRI waktu pergolakan (1958-61), 
(tampek Makngah batapa di rumbo gadang 1958-60 :). MakNgah lah tarangkan 
saketek-saketek di Lapau ko sajak 10 tahun nan lalu baserak dalam arsip. 
Caliaklah arsip nan baru saketek manganai pandangan MakNgah manganai 
Triangle Pagaruyuang (Kumani), Raja Alam -- Buo, Raja Adat -- Sumpur 
Kudus, Raja Ibadat.

Pagaruyuang Lamo (di Kumani) indak samo jo Pagaruyuang Baru (nan dakek 
Batusangka, nan indak pulo samo jo latak Ustano untuak Turih nan baru 
dibangun kini ko di lua ustano Pagaruyang Baru). Banyak sejarah nan paralu 
dikaji dalam masalah ko. MakNgah lah sungguah rancah Daerah Triangle tu 
(1958-60) dengan penuh suka dukanya dan surprised visit (nan mangajuikkan 
urang kampuang, awal 2004).

Silakan caliak saketek pandangan MakNgah dalam postiang logat di bawah ko.

Salam,
--MakNgah

47028
Re: [EMAIL PROTECTED] Perkenalan; Padati jo Bendi ke Kelok 44. Sumpur Kudus
  Wed May 10, 2006 6:04 am
Sjamsir Sjarif [EMAIL PROTECTED]


Ooh, baghangkali lah labiah dahulu samo-samo kanai pangaghuah lidah oghang
Paghancih nan bambawo kapelo batang ka naghaghi awak sambia maaja makan
sehat Pucuak Paghancih... :)

Sumpur Kudus. Mungkin kato Kudus (Bahaso Arab Qudus, suci, syahdu) tu
ditambahkan ka Sumpur tu karano Sumpur Kudus itu adolah tampek Rajo Ibadat.
Panah ambo caritokan Daerah Triangle Buo (Rajo Adat) - Sumpur Kudus (Rajo
Ibadat) - Pagaruyuang (Pagaruyuang Tuo, Kumani, Rajo Alam) adolah tampek
nan strategis. Para Pengkaji Tambo Minangkabau tampaknyo kurang menelaah
Daerah Triangle ko. Banyak paratian ditumpahkan ka Pagaruyuang Baru dima
kito dapeki Ustana Rajo (nan kini barangkali lah runtuah) nan dakek
Batusangka kini ko. Ustano Rajo untuak Turih kini ko dibangun di lua
Pagaruyuang. Kabanyo ukiran Ustano Rajo Turih ko pun Ukiran import dari
Jepara  [paralu dicek iyo indaknyo].

Salam,
--MakNgah

 From: Syafrinal Syarien [EMAIL PROTECTED]
 Date: Wed May 10, 2006 5:35 am
 Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Perkenalan; Padati jo Bendi ke Kelok 44.
 [EMAIL PROTECTED]
 
 Ambo sangko indak aghok tu logat ughang Piaman je
 nyeh. Ghupo-e ughang Sumpua kakughangan vitamin R juo,
 sahinggo indak samparono malafazkan huruf R.
 
 Tapi baa kok namo-e Sumpur Kudus, ado hubungan apo jo
 kota Kudus di Jawa?
 
 --- Sjamsir Sjarif [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
   tu. Iyo 'ndak aghok ati dek e doh! baitu logat
   kami di Sumpur Kudus.

Re: [EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Sinyal di Sumpur Kudus


Apokoh Sumpur Kudus yang dimaksud nan talatak di Kabupaten Sawah Lunto
/Sijunjuang.

Kalau iyo, ambo pernah masuak daerah ko tahun 1976 jo team Geologi dari
Banduang, kami masuak dari arah Talawi (Kampuang jo Makam Muh. Yamin).

Ukatu tu iyo sabana susah masuak daerah tu, kami pakai mobil Unimog yang
bisa mandaki pamatang sawah jo manuruni banda. Jadi macam Off-Road lah
kami turun naiak bukik. Daerahnyo sabana sepi dan cukup terkebelakang
nampak, singgah dikadai kopi sambutan jo pandangan urang ka awak tampak
kaku dan dingin..

Apolai macam babarapo daerah di Sumbar ukatu tu, ado info ati-ati minum
kopi disiko, beko bisa muntah darah.
Umumnyo daerah yang kami lalui berupa perbukitan padang penggembalaan.
Ternak kerbau tampak lepas bergerombolan tanpa dijaga penggembala

Dalam beberapa kisah nagari ko memang cukup terkenal punya banyak warga
yang berilmu tinggi dan jadi tampek manuntuik ilmu tu..
Akibatnyo kami ingin capek-capek manyalasaikan karajo disitu untuk
segera kembali ke home base di SawahLunto.--

Wed Aug 16, 2006 5:02 am
#48810 of 48834
Rasyid, Taufiq (taufiqr) [EMAIL PROTECTED]




-- 
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.405 / Virus Database: 268.10.10/419 - Release Date: 8/15/2006



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Sinyal di Sumpur Kudus

2006-08-15 Terurut Topik Darwin Bahar
Sinyal di Sumpur Kudus

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 15 Agustus 2006

http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=19

Sekiranya letak Sumpur Kudus tidak tersuruk jauh di perbatasan Sumatra
Barat dan Riau Daratan, di lembah bukit barisan, boleh jadi perhatian
saya terhadap nagari yang sunyi ini akan tipis saja. Republika telah
turut berjasa mengenalkan nagari dan kecamatan ini kepada para pembaca
melalui Resonansi dan resensi otobiografi saya yang disiarkan secara
luas itu. Ucapan terima kasih yang manis harus saya sampaikan kepada
harian ini yang terus saya ikuti perjalanannya di samping sebagai
pelanggan setia sejak pertama kali muncul tahun 1993 dengan segala
kritik saya terhadapnya.

Di Sumpur Kudus saya sendiri sudah tidak punya tempat tinggal lagi.
Warisan ayah-bunda telah lama dimakan bubuk zaman, sekalipun keturunan
keduanya sudah beranak pinak entah berapa kompi, sebagian besar tidak
lagi saya kenal. Jika pulang kampung, saya selalu nebeng di tempat
keluarga dekat yang dengan ramah menyambut saya dan teman-teman dari Jawa.

Sejak satu setengah tahun yang lalu listrik, berkat uluran tangan PLN,
telah mencahayai kawasan tersuruk itu hingga merambat ke tepi bukit.
Begitu juga bantuan teman-teman dari Jawa, baik dari instansi pemerintah
maupun swasta, telah banyak mengalir ke kawasan itu. Terakhir, sebuah
masjid mungil di Silantai, tetangga nagari Sumpur, sedang dalam proses
penyudahan, sebagian besar dananya dipasok dari kebaikan teman-teman.
Tanpa itu semua, penyelesaian tempat ibadah ini akan memakan tempo
tahunan, karena jangkauan tangan penduduk sangat terbatas. Ada satu dua
orang yang punya rezeki agak lumayan, namun hatinya belum tersentuh
untuk membeli tiket ke akhirat. Maka, terasa benarlah bagi Sumpur Kudus
khususnya, dan Ranah Minang umumnya, tanpa rantau akan banyak mengalami
kesulitan untuk membenahi sarana-sarana publik.

Pemerintah sendiri juga punya keterbatasan-keterbatasan untuk membangun
Indonesia yang luas ini. Saya tidak mau mengungkit kali ini, tentang
kekayaan bangsa yang menguap ratusan triliun saban tahun karena
kerapuhan birokrasi dan akutnya sakit mental kita.

Penduduk Kecamatan Sumpur Kudus --yang juga nama nagari itu-- hanyalah
sekitar 20 ribu jiwa. Umumnya petani padi, karet, cokelat, kulit manis,
dan sedikit gambir. Sebelum kendaraan bermotor masuk ke kawasan itu,
angkutan kuda merupakan transportasi utama untuk berbelanja ke pasar
Kumanis yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari nagari itu. Kini hewan
yang pernah berjasa besar itu telah menghilang, disapu bersih oleh
kendaraan yang menggunakan BBM yang harganya selalu dinaikkan
pemerintah. Kalau dulu, anak-anak akan dengan mudah mengenal apa itu
kuda karena tampak di mana-mana, di jalan dan di sawah, sekarang harus
diceritakan dulu atau ditonton melalui televisi. Inilah perubahan zaman
yang terus bergerak dan bergulir tanpa ada kekuatan yang dapat
menghambatnya.

Kadang-kadang muncul juga nostalgia untuk mengingat iringan kuda beban
yang berangkat hari Senen dari Sumpur Kudus dan nagari sekitarnya ke
Kumanis dan pulang Rabu dengan mengangkut keperluan pokok rakyat yang
tidak dapat semuanya disediakan kampung. Bayangkan untuk menempuh jarak
60 km pergi pulang, harus diatur waktu lebih dua hari. Tetapi, dalam
rekaman memori saya di usia lanjut ini, panorama masa lampau itu
terlihat demikian asri dan tenang, sekalipun ketika dijalani cukup
membuat kita penat, lelah, dan dahaga. Maklumlah jarak sepanjang itu
ditempuh dengan berjalan kaki.

Sekiranya Indonesia tidak merdeka sejak 61 tahun yang lalu, tentu nama
Sumpur Kudus akan tetap tertimbun dari pengetahuan publik.
Kemerdekaanlah yang memberi berkah kepadanya dan kepada bangsa ini,
sekalipun banyak pula tangan-tangan amoral telah mengotorinya. Berkah
yang paling baru ialah sinyal telepon genggam (HP) telah menerobos
kawasan udik itu sejak 5 Agustus 2006. Sebuah perusahaan telah membangun
dua menara untuk menerima dan menyampaikan sinyal itu kepada sasarannya.
Saya percaya penduduk segera akan menyerbu kedai-kedai HP di kota, di
samping memang sebagai alat komunikasi yang diperlukan, juga jangan
dilupakan gengsi, sekalipun harus menekan keperluan yang lain.

Komentar yang saya terima ialah dengan munculnya sinyal di sana, maka
kemerdekaan Sumpur Kudus menjadi semakin sempurna, mengejar
kawasan-kawasan lain yang telah lebih dulu merasakannya. Inilah
teknologi yang berkembang dengan sangat kencang dengan segala sisinya
yang positif dan negatif, sebuah risiko yang harus dihadapi. Dunia
bukanlah teritori hitam-putih. Banyak dimensi yang harus dikaji dan
dipertimbangkan untuk menarik sebuah kesimpulan yang tepat dan arif,
apakah itu baik atau sebaliknya. Selamat dengan sinyal baru Sumpur
Kudus, jangan lupa bersyukur kepada Allah SWT.




--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 

Re: [EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Sinyal di Sumpur Kudus

2006-08-15 Terurut Topik Rasyid, Taufiq (taufiqr)
 
Apokoh Sumpur Kudus yang dimaksud nan talatak di Kabupaten Sawah Lunto
/Sijunjuang.

Kalau iyo, ambo pernah masuak daerah ko tahun 1976 jo team Geologi dari
Banduang, kami masuak dari arah Talawi (Kampuang jo Makam Muh. Yamin).

Ukatu tu iyo sabana susah masuak daerah tu, kami pakai mobil Unimog yang
bisa mandaki pamatang sawah jo manuruni banda. Jadi macam Off-Road lah
kami turun naiak bukik. Daerahnyo sabana sepi dan cukup terkebelakang
nampak, singgah dikadai kopi sambutan jo pandangan urang ka awak tampak
kaku dan dingin.. 

Apolai macam babarapo daerah di Sumbar ukatu tu,  ado info ati-ati minum
kopi disiko, beko bisa muntah darah.
Umumnyo daerah yang kami lalui berupa  perbukitan padang penggembalaan.
Ternak kerbau tampak lepas bergerombolan tanpa dijaga penggembala

Dalam beberapa kisah nagari ko  memang cukup terkenal punya banyak warga
yang berilmu tinggi dan jadi tampek manuntuik ilmu tu.. 
Akibatnyo kami ingin capek-capek manyalasaikan karajo disitu untuk
segera kembali ke home base di SawahLunto.--
-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Darwin Bahar
Sent: Wednesday, August 16, 2006 2:39 AM
To: palanta@minang.rantaunet.org
Subject: [EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Sinyal di Sumpur Kudus

Sinyal di Sumpur Kudus

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 15 Agustus 2006

http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=19

Sekiranya letak Sumpur Kudus tidak tersuruk jauh di perbatasan Sumatra
Barat dan Riau Daratan, di lembah bukit barisan, boleh jadi perhatian
saya terhadap nagari yang sunyi 


--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=