Re: [Re: [Re: To Smoke Or Not To Smoke ...]]
Ya engga' lah... Merokok tetap dan harus tetap menjadi Individual choice selama(di garis bawah tebel banget) tidak menggangu orang lain. Seandainya dia merokok dan asapnya menggagu orang banyak, dia harus matikan rokok itu, tapi kalau 1 orang tidak merokok, dan dia ada di sekililing orang yang merokok (di smoking area misalanya), ya orang yang tidak merokok ini harus pindah. Ini masalah respect of each other "space". Begitu juga di rumah dan di pergaulan, kalau kita respect teman kita yang tidak merokok, dan teman kita itu minta untuk matikan rokok kita, ya kita matikan, atau kita pergi dari situ, sampai rokok kita habis, tapi kalau teman kita itu hanya 1 dan lainnya merokok semua, seandainya dia minta rokok dimatikan semua, dan kalau ada yang protes dan tidak mau matikan rokoknya, yang sebaiknya teman kita yang tidak merokok itu pergi... simple... jadi... jangan maksa... ichal Ali Simplido [EMAIL PROTECTED] wrote: Kedua, masalah second hand smoking, mereka toh udah memilih untuk tidak merokok tapi orang2 disekeliling mereka tetap merokok, and "this is not a matter of individual choice anymore." Ali Simplido Smoking Sucks.. --- Rizal Az [EMAIL PROTECTED] wrote: blah...blah...blah... Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: [Re: To Smoke Or Not To Smoke ...]
Mas Moko, Terima kasih banyak atas informasinya yang sangat berguna bagi kita semua. Dan benar kalau end result and decision itu kembali kepada individual. Argumen saya kepada mba' Ida, adalah tidak ada relevansi antara anti rokok dengan orang yang melamar atau mencari orang untuk bekerja di pabrik rokok. Kesan yang saya dapat dari e-mail mba' Ida adalah "suggestion" untuk 'memboikot" perusahaan rokok.Kalau memang alasan boikot karena rokok merugikan kesehatan, saya bilang alkohol juga memberikan dampak yang serupa. Saya yang menganut azas kebebasan (seperti anda juga), percaya kalau individu dapat bekerja dimana saja, menjabat posisi apa saja , selama ia mampu. Dengan catatan bahwa pekerjaan itu tidak dilarang oleh hukum negara dan masyarakat. Kalau seseorang merasa berhak untuk menghirup udara bebas, hanya karena udara disekeliling anda terpolusi dengan asap rokok, kenapa tidak memberikan hak yang sama kepada mereka2 yang mencari atau menberi kerja di pabrik rokok? karena toh mereka tidak terlibat langsung dengan kesehatan individu? Mengenai point anda bahwa Rokok tidak bisa disamakan dengan alkohol dan bahwa Alkohol berguna untuk kesehatan, bila di konsumsikan dalam jumlah "moderate", menurut saya adalah kurang tepat. 1. orang yang mati DUI related angkanya tidak lebih sedikit daripada yang mati karena rokok. Yang membedakan adalah angka yang di rawat di rumah sakit akibat kanker paru2 (dampak langsung dari merokok), dengan yang di rawat karena livernya rusak (dampak pengaruh langsung alkohol). 2.Alhokol yang bagus untuk kesehatan hanya Wine merah yang diminum 1 gelas wine/bulan untuk meningkatkan kesehatan jantung, tapi lebih dari itu effect dari red wine sama saja dengan konsumsi alkohol lainnya. Kalau saya tidak salah di Perancis sudah di keluarkan pil "red wine" untuk supplemen untuk orang2 yang tidak mekonsumsi alkohol. Mengenai generasi muda... hmm kaya' nya NARKOBA jauh lebih berbahaya dari rokok apalagi alkohol. Kekhawatiran orang tua bahwa generasi muda kita untuk menjadi generasi perokok, saya kira jauh lebih ringan, dibanding kekhawatiran mereka untuk putau, shabu2,dll yang sekarang sudah menjarah ke anak2 SD, diseluruh kota2 di Nusantara. Ada cerita menyedihkan (maaf kalau keluar dari subject, ini buat share aja), anak teman oom saya, duduk di bangku kelas 3 SD, dia fanatik minum fanta merah, pada suatu hari dia jalan2 dengan bapaknya ke Ancol, di sana oleh bapaknya di belikan Fanta merah, karena si anak bilang merasa haus, setelah beberapa teguk, dia bilang ke bapak-nya bahwa Fantanya tidak enak, dan dia hanya suka Fanta merah yang disekolah. Si bapak sudah jelas kebingungan, wong Fanta keluar dari pabrik yang sama, selidik punya selidik, ternyata Fanta yang biasa di minum oleh anaknya itu di masukin obat terlarang. Sekarang si anak masuk rumah sakit, tidak bisa melanjutkan sekolahnya, karena dia dalam masa "withdrawal". Itulah yang dialami banyak orang tua di Indonesia, tidak rokok, tidak juga alkohol. Akhir kata, saya sangat respect, dan setuju dengan hak anda untuk menghirup udara bersih, karena itu adalah hak dasar seseorang, juga tentang biaya "social", karena itu adalah sesuatu yang merugikan orang banyak, tapi kesempatan untuk mecari kerja dan memberikan lapangan kerja adalah hak dasar seseorang yang sama nilai dengan hak untuk benapas. ichal Dear Netters, Bincang-bincang soal rokok antara Ida dan Rizal diatas (sehubungan dengan pengumunan recruitment dari pabrik rokok Sampoerna) sebetulnya sangat penting dan perlu direnungi. Kebetulan Summer yang lalu saya menulis essay (op-ed) di mailing list saya sehubungan dengan topik serupa. Berikut ini adalah essay tersebut, yang saya edit kembali khusus untuk mailing list ini. Selamat merenungi -- Moko/ To Smoke Or Not To Smoke ... (that's NO LONGER the question!) Membandingkan rokok dengan alkohol saya rasa kurang tepat. Konsumsi alkohol yang "moderate" justru bermanfaat (menurunkan kemungkinan serangan jantung), sedangkan asap rokok dalam jumlah sekecil apapun merugikan kesehatan. Penelitian akan bahaya merokok ini sebetulnya sudah dilakukan oleh pabrik rokok di Amerika sejak 1950-an, tetapi hasilnya tidak disembunyikan dari mata publik -- mudah dimengerti bahwa 'ulterior motive' nya adalah bisnis, yaitu mencari untung sebanyak-banyaknya. Memang kelihatannya "tidak relevan" juga untuk mengaitkan kampanye anti rokok (karena bahaya rokok) dengan hak dan kesempatan kerja di pabrik rokok. Masalahnya memang tidak hitam-putih, tetapi kita selalu bisa mencoba melihat issue ini secara rasional. Dari sisi pengaruh adiksinya, berbagai studi telah menunjukkan bahwa nikotin adalah senyawa yang sangat adiktif, dan adiksinya setingkat atau lebih berat ketimbang adiksi yang ditimbulkan oleh heroin dan kokain. Survey di koran New York Times melaporkan bahwa 45% pemakai cocaine merasa dorongan merokok lebih besar atau sekuat dorongan untuk menggunakan cocaine. Demikian
Re: [Re: To Smoke Or Not To Smoke ...]
ah what a coincidence... saya juga pernah nulis paper tentang rokok dan judulnya, "To Ban or Not to Ban: Smoking in Public Places". Tapi ada dua yang interesting masalah rokok di Amrik. Pertama, lobby pabrik2 rokok di Congress yang luar biasa effectivenya, seperti juga dengan National Rifle Association. Bahkan bukan hanya dipolitik mereka punya pengaruh kuat, DUKE Universtiy pun dibangun oleh orang2 yang berkecimpung dalam dunia usaha rokok merekok. Kedua, masalah second hand smoking, mereka toh udah memilih untuk tidak merokok tapi orang2 disekeliling mereka tetap merokok, and this is not a matter of individual choice anymore. Ali Simplido Smoking Sucks.. --- Rizal Az [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Moko, Terima kasih banyak atas informasinya yang sangat berguna bagi kita semua. Dan benar kalau end result and decision itu kembali kepada individual. Argumen saya kepada mba' Ida, adalah tidak ada relevansi antara anti rokok dengan orang yang melamar atau mencari orang untuk bekerja di pabrik rokok. Kesan yang saya dapat dari e-mail mba' Ida adalah "suggestion" untuk 'memboikot" perusahaan rokok.Kalau memang alasan boikot karena rokok merugikan kesehatan, saya bilang alkohol juga memberikan dampak yang serupa. Saya yang menganut azas kebebasan (seperti anda juga), percaya kalau individu dapat bekerja dimana saja, menjabat posisi apa saja , selama ia mampu. Dengan catatan bahwa pekerjaan itu tidak dilarang oleh hukum negara dan masyarakat. Kalau seseorang merasa berhak untuk menghirup udara bebas, hanya karena udara disekeliling anda terpolusi dengan asap rokok, kenapa tidak memberikan hak yang sama kepada mereka2 yang mencari atau menberi kerja di pabrik rokok? karena toh mereka tidak terlibat langsung dengan kesehatan individu? Mengenai point anda bahwa Rokok tidak bisa disamakan dengan alkohol dan bahwa Alkohol berguna untuk kesehatan, bila di konsumsikan dalam jumlah "moderate", menurut saya adalah kurang tepat. 1. orang yang mati DUI related angkanya tidak lebih sedikit daripada yang mati karena rokok. Yang membedakan adalah angka yang di rawat di rumah sakit akibat kanker paru2 (dampak langsung dari merokok), dengan yang di rawat karena livernya rusak (dampak pengaruh langsung alkohol). 2.Alhokol yang bagus untuk kesehatan hanya Wine merah yang diminum 1 gelas wine/bulan untuk meningkatkan kesehatan jantung, tapi lebih dari itu effect dari red wine sama saja dengan konsumsi alkohol lainnya. Kalau saya tidak salah di Perancis sudah di keluarkan pil "red wine" untuk supplemen untuk orang2 yang tidak mekonsumsi alkohol. Mengenai generasi muda... hmm kaya' nya NARKOBA jauh lebih berbahaya dari rokok apalagi alkohol. Kekhawatiran orang tua bahwa generasi muda kita untuk menjadi generasi perokok, saya kira jauh lebih ringan, dibanding kekhawatiran mereka untuk putau, shabu2,dll yang sekarang sudah menjarah ke anak2 SD, diseluruh kota2 di Nusantara. Ada cerita menyedihkan (maaf kalau keluar dari subject, ini buat share aja), anak teman oom saya, duduk di bangku kelas 3 SD, dia fanatik minum fanta merah, pada suatu hari dia jalan2 dengan bapaknya ke Ancol, di sana oleh bapaknya di belikan Fanta merah, karena si anak bilang merasa haus, setelah beberapa teguk, dia bilang ke bapak-nya bahwa Fantanya tidak enak, dan dia hanya suka Fanta merah yang disekolah. Si bapak sudah jelas kebingungan, wong Fanta keluar dari pabrik yang sama, selidik punya selidik, ternyata Fanta yang biasa di minum oleh anaknya itu di masukin obat terlarang. Sekarang si anak masuk rumah sakit, tidak bisa melanjutkan sekolahnya, karena dia dalam masa "withdrawal". Itulah yang dialami banyak orang tua di Indonesia, tidak rokok, tidak juga alkohol. Akhir kata, saya sangat respect, dan setuju dengan hak anda untuk menghirup udara bersih, karena itu adalah hak dasar seseorang, juga tentang biaya "social", karena itu adalah sesuatu yang merugikan orang banyak, tapi kesempatan untuk mecari kerja dan memberikan lapangan kerja adalah hak dasar seseorang yang sama nilai dengan hak untuk benapas. ichal Dear Netters, Bincang-bincang soal rokok antara Ida dan Rizal diatas (sehubungan dengan pengumunan recruitment dari pabrik rokok Sampoerna) sebetulnya sangat penting dan perlu direnungi. Kebetulan Summer yang lalu saya menulis essay (op-ed) di mailing list saya sehubungan dengan topik serupa. Berikut ini adalah essay tersebut, yang saya edit kembali khusus untuk mailing list ini. Selamat merenungi -- Moko/ To Smoke Or Not To Smoke ... (that's NO LONGER the question!) Membandingkan rokok dengan alkohol saya rasa kurang tepat. Konsumsi alkohol yang "moderate" justru bermanfaat (menurunkan kemungkinan serangan jantung), sedangkan asap rokok dalam jumlah sekecil apapun merugikan kesehatan. Penelitian akan bahaya merokok ini sebetulnya sudah dilakukan oleh pabrik