Re: [Re: [Re: To Smoke Or Not To Smoke ...]]

1999-10-20 Terurut Topik Rizal Az

Ya engga' lah... Merokok tetap dan harus tetap menjadi Individual choice
selama(di garis bawah tebel banget) tidak menggangu orang lain. Seandainya dia
merokok dan asapnya menggagu orang banyak, dia harus matikan rokok itu, tapi
kalau 1 orang tidak merokok, dan dia ada di sekililing orang yang merokok (di
smoking area misalanya), ya orang yang tidak merokok ini harus pindah. Ini
masalah respect of each other "space". 
Begitu juga di rumah dan di pergaulan, kalau kita respect teman kita yang
tidak merokok, dan teman kita itu minta untuk matikan rokok kita, ya kita
matikan, atau kita pergi dari situ, sampai rokok kita habis, tapi kalau teman
kita itu hanya 1 dan lainnya merokok semua, seandainya dia minta rokok
dimatikan semua, dan kalau ada yang protes dan tidak mau matikan rokoknya,
yang sebaiknya teman kita yang tidak merokok itu pergi...
simple... jadi... jangan maksa...

ichal

Ali Simplido [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kedua, masalah second hand smoking, mereka toh udah
memilih untuk tidak merokok tapi orang2 disekeliling
mereka tetap merokok, and "this is not a matter of
individual choice anymore."


Ali Simplido
Smoking Sucks..





--- Rizal Az [EMAIL PROTECTED] wrote:
blah...blah...blah...


Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: [Re: To Smoke Or Not To Smoke ...]

1999-10-18 Terurut Topik Rizal Az

Mas Moko,
  Terima kasih banyak atas informasinya yang sangat berguna bagi kita semua.
Dan benar kalau end result and decision itu kembali kepada individual. 
  Argumen saya kepada mba' Ida, adalah tidak ada relevansi antara anti rokok
dengan orang yang melamar atau mencari orang untuk bekerja di pabrik rokok.
Kesan yang saya dapat dari e-mail mba' Ida adalah "suggestion" untuk
'memboikot" perusahaan rokok.Kalau memang alasan boikot karena rokok merugikan
kesehatan, saya bilang alkohol juga memberikan dampak yang serupa. 
   Saya yang menganut azas kebebasan (seperti anda juga), percaya kalau
individu dapat bekerja dimana saja, menjabat posisi apa saja , selama ia
mampu. Dengan catatan bahwa pekerjaan itu tidak dilarang oleh hukum negara dan
masyarakat.
   Kalau seseorang merasa berhak untuk menghirup udara bebas, hanya karena
udara disekeliling anda terpolusi dengan asap rokok, kenapa tidak memberikan
hak yang sama kepada mereka2 yang mencari atau menberi kerja di pabrik rokok?
karena toh mereka tidak terlibat langsung dengan kesehatan individu?
 
Mengenai point anda bahwa Rokok tidak bisa disamakan dengan alkohol dan bahwa
Alkohol berguna untuk kesehatan, bila di konsumsikan dalam jumlah "moderate",
menurut saya adalah kurang tepat. 
1. orang yang mati DUI related angkanya tidak lebih sedikit daripada yang mati
karena rokok. Yang membedakan adalah angka yang di rawat di rumah sakit akibat
kanker paru2 (dampak langsung dari merokok), dengan yang di rawat karena
livernya rusak (dampak pengaruh langsung alkohol).
2.Alhokol yang bagus untuk kesehatan hanya Wine merah yang diminum 1 gelas
wine/bulan untuk meningkatkan kesehatan jantung, tapi lebih dari itu effect
dari red wine sama saja dengan konsumsi alkohol lainnya. Kalau saya tidak
salah di Perancis sudah di keluarkan pil "red wine" untuk supplemen untuk
orang2 yang tidak mekonsumsi alkohol.
   
  Mengenai generasi muda... hmm kaya' nya NARKOBA jauh lebih berbahaya dari
rokok apalagi alkohol. Kekhawatiran orang tua bahwa generasi muda kita untuk
menjadi generasi perokok, saya kira jauh lebih ringan, dibanding kekhawatiran
mereka untuk putau, shabu2,dll yang sekarang sudah menjarah ke anak2 SD,
diseluruh kota2 di Nusantara. 
   Ada cerita menyedihkan (maaf kalau keluar dari subject, ini buat share
aja), anak teman oom saya, duduk di bangku kelas 3 SD, dia fanatik minum fanta
merah, pada suatu hari dia jalan2 dengan bapaknya ke Ancol, di sana oleh
bapaknya di belikan Fanta merah, karena si anak bilang merasa haus, setelah
beberapa teguk, dia bilang ke bapak-nya bahwa Fantanya tidak enak, dan dia
hanya suka Fanta merah yang disekolah.
Si bapak sudah jelas kebingungan, wong Fanta keluar dari pabrik yang sama,
selidik punya selidik, ternyata Fanta yang biasa di minum oleh anaknya itu di
masukin obat terlarang. Sekarang si anak masuk rumah sakit, tidak bisa
melanjutkan sekolahnya, karena dia dalam masa "withdrawal".
  Itulah yang dialami banyak orang tua di Indonesia, tidak rokok, tidak juga
alkohol.
  Akhir kata, saya sangat respect, dan setuju dengan hak anda untuk menghirup
udara bersih, karena itu adalah hak dasar seseorang, juga tentang biaya
"social", karena itu adalah sesuatu yang merugikan orang banyak, tapi
kesempatan untuk mecari kerja dan memberikan lapangan kerja adalah hak dasar
seseorang yang sama nilai dengan hak untuk benapas. 

ichal


Dear Netters,

Bincang-bincang soal rokok antara Ida dan Rizal diatas (sehubungan dengan
pengumunan recruitment dari pabrik rokok Sampoerna) sebetulnya sangat
penting dan perlu direnungi. Kebetulan Summer yang lalu saya menulis
essay (op-ed) di mailing list saya sehubungan dengan topik serupa.
Berikut ini adalah essay tersebut, yang saya edit kembali khusus untuk
mailing list ini. Selamat merenungi -- Moko/


To Smoke Or Not To Smoke ...
 (that's NO LONGER the question!)

Membandingkan rokok dengan alkohol saya rasa kurang tepat. Konsumsi
alkohol yang "moderate" justru bermanfaat (menurunkan kemungkinan
serangan jantung), sedangkan asap rokok dalam jumlah sekecil apapun
merugikan kesehatan. Penelitian akan bahaya merokok ini sebetulnya sudah
dilakukan oleh pabrik rokok di Amerika sejak 1950-an, tetapi hasilnya
tidak disembunyikan dari mata  publik -- mudah dimengerti bahwa 'ulterior
motive' nya adalah bisnis, yaitu mencari untung sebanyak-banyaknya.

Memang kelihatannya "tidak relevan" juga untuk mengaitkan kampanye
anti rokok (karena bahaya rokok) dengan hak dan kesempatan kerja di
pabrik rokok. Masalahnya memang tidak hitam-putih, tetapi kita selalu
bisa mencoba melihat issue ini secara rasional. Dari sisi pengaruh
adiksinya, berbagai studi telah menunjukkan bahwa nikotin adalah senyawa
yang sangat adiktif, dan adiksinya setingkat atau lebih berat ketimbang
adiksi yang ditimbulkan oleh heroin dan kokain. Survey di koran New York
Times melaporkan bahwa 45% pemakai cocaine merasa dorongan merokok lebih
besar atau sekuat dorongan untuk menggunakan cocaine. Demikian 

Re: [Re: To Smoke Or Not To Smoke ...]

1999-10-18 Terurut Topik Ali Simplido

ah what a coincidence...
saya juga pernah nulis paper tentang rokok dan
judulnya, "To Ban or Not to Ban: Smoking in Public
Places".

Tapi ada dua yang interesting masalah rokok di Amrik.

Pertama, lobby pabrik2 rokok di Congress yang luar
biasa effectivenya, seperti juga dengan National Rifle
Association.
Bahkan bukan hanya dipolitik mereka punya pengaruh
kuat, DUKE Universtiy pun dibangun oleh orang2 yang
berkecimpung dalam dunia usaha rokok merekok.

Kedua, masalah second hand smoking, mereka toh udah
memilih untuk tidak merokok tapi orang2 disekeliling
mereka tetap merokok, and this is not a matter of
individual choice anymore.


Ali Simplido
Smoking Sucks..





--- Rizal Az [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Mas Moko,
   Terima kasih banyak atas informasinya yang sangat
 berguna bagi kita semua.
 Dan benar kalau end result and decision itu kembali
 kepada individual.
   Argumen saya kepada mba' Ida, adalah tidak ada
 relevansi antara anti rokok
 dengan orang yang melamar atau mencari orang untuk
 bekerja di pabrik rokok.
 Kesan yang saya dapat dari e-mail mba' Ida adalah
 "suggestion" untuk
 'memboikot" perusahaan rokok.Kalau memang alasan
 boikot karena rokok merugikan
 kesehatan, saya bilang alkohol juga memberikan
 dampak yang serupa.
Saya yang menganut azas kebebasan (seperti anda
 juga), percaya kalau
 individu dapat bekerja dimana saja, menjabat posisi
 apa saja , selama ia
 mampu. Dengan catatan bahwa pekerjaan itu tidak
 dilarang oleh hukum negara dan
 masyarakat.
Kalau seseorang merasa berhak untuk menghirup
 udara bebas, hanya karena
 udara disekeliling anda terpolusi dengan asap rokok,
 kenapa tidak memberikan
 hak yang sama kepada mereka2 yang mencari atau
 menberi kerja di pabrik rokok?
 karena toh mereka tidak terlibat langsung dengan
 kesehatan individu?

 Mengenai point anda bahwa Rokok tidak bisa disamakan
 dengan alkohol dan bahwa
 Alkohol berguna untuk kesehatan, bila di konsumsikan
 dalam jumlah "moderate",
 menurut saya adalah kurang tepat.
 1. orang yang mati DUI related angkanya tidak lebih
 sedikit daripada yang mati
 karena rokok. Yang membedakan adalah angka yang di
 rawat di rumah sakit akibat
 kanker paru2 (dampak langsung dari merokok), dengan
 yang di rawat karena
 livernya rusak (dampak pengaruh langsung alkohol).
 2.Alhokol yang bagus untuk kesehatan hanya Wine
 merah yang diminum 1 gelas
 wine/bulan untuk meningkatkan kesehatan jantung,
 tapi lebih dari itu effect
 dari red wine sama saja dengan konsumsi alkohol
 lainnya. Kalau saya tidak
 salah di Perancis sudah di keluarkan pil "red wine"
 untuk supplemen untuk
 orang2 yang tidak mekonsumsi alkohol.

   Mengenai generasi muda... hmm kaya' nya NARKOBA
 jauh lebih berbahaya dari
 rokok apalagi alkohol. Kekhawatiran orang tua bahwa
 generasi muda kita untuk
 menjadi generasi perokok, saya kira jauh lebih
 ringan, dibanding kekhawatiran
 mereka untuk putau, shabu2,dll yang sekarang sudah
 menjarah ke anak2 SD,
 diseluruh kota2 di Nusantara.
Ada cerita menyedihkan (maaf kalau keluar dari
 subject, ini buat share
 aja), anak teman oom saya, duduk di bangku kelas 3
 SD, dia fanatik minum fanta
 merah, pada suatu hari dia jalan2 dengan bapaknya ke
 Ancol, di sana oleh
 bapaknya di belikan Fanta merah, karena si anak
 bilang merasa haus, setelah
 beberapa teguk, dia bilang ke bapak-nya bahwa
 Fantanya tidak enak, dan dia
 hanya suka Fanta merah yang disekolah.
 Si bapak sudah jelas kebingungan, wong Fanta keluar
 dari pabrik yang sama,
 selidik punya selidik, ternyata Fanta yang biasa di
 minum oleh anaknya itu di
 masukin obat terlarang. Sekarang si anak masuk rumah
 sakit, tidak bisa
 melanjutkan sekolahnya, karena dia dalam masa
 "withdrawal".
   Itulah yang dialami banyak orang tua di Indonesia,
 tidak rokok, tidak juga
 alkohol.
   Akhir kata, saya sangat respect, dan setuju dengan
 hak anda untuk menghirup
 udara bersih, karena itu adalah hak dasar seseorang,
 juga tentang biaya
 "social", karena itu adalah sesuatu yang merugikan
 orang banyak, tapi
 kesempatan untuk mecari kerja dan memberikan
 lapangan kerja adalah hak dasar
 seseorang yang sama nilai dengan hak untuk benapas.

 ichal


 Dear Netters,
 
 Bincang-bincang soal rokok antara Ida dan Rizal
 diatas (sehubungan dengan
 pengumunan recruitment dari pabrik rokok Sampoerna)
 sebetulnya sangat
 penting dan perlu direnungi. Kebetulan Summer yang
 lalu saya menulis
 essay (op-ed) di mailing list saya sehubungan
 dengan topik serupa.
 Berikut ini adalah essay tersebut, yang saya edit
 kembali khusus untuk
 mailing list ini. Selamat merenungi -- Moko/
 
 
 To Smoke Or Not To Smoke ...
  (that's NO LONGER the question!)
 
 Membandingkan rokok dengan alkohol saya rasa
 kurang tepat. Konsumsi
 alkohol yang "moderate" justru bermanfaat
 (menurunkan kemungkinan
 serangan jantung), sedangkan asap rokok dalam
 jumlah sekecil apapun
 merugikan kesehatan. Penelitian akan bahaya merokok
 ini sebetulnya sudah
 dilakukan oleh pabrik