Re: Christianto Wibisono sang rasist

1999-09-29 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED]
Mas Jupri,
Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama malaikat
Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain mengapa mesti
pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini saya mau berdiskusi
dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo
Tuhan itu satu dan sama).

Okay, sebelum kita terjebak diskusi agama di milis ini mending saya
berhenti. Tapi next time saya akan meniru gaya CW dengan melakukan wawancara
imajiner dengan Yesus. Toh subjeknya sendiri diakui di ajaran Islam kan?
Let's see bagaimana reaksi orang-orang.

Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau menulis
seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW
menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih
paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan.
Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai
daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang
seperti halnya Timtim.

Okay tapi ingat...kebebasan cara memandang bukan berarti menohok cara
pandang umum. Bila para pemersatu wilayah disebut fasis, lalu bagaimana
sejarah dunia ini mau dipelajari? Bagaimana Alexander The Great, bagaimana
George Washington? bagaimana dengan kaisar-kaisar yg mampu menyatukan Jepang
yg sebelumnya wilayah yg berdiri sendiri-sendiri? Bagaimana dengan Inggris,
Perancis, dlsb yang menyebarkan kekuasaan ke seluruh dunia? Apakah mereka
fasis? Hmmm, sungguh aneh kalau Inggris, perancis, portugis tidak dibilang
fasis, sementara orang seperti R. Wijaya adalah fasis. Bagaimana pula dengan
AS yg menanamkan pengaruh ke seluruh dunia? Bener-bener paham keblinger
nih

Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau
universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah
Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh.

Mas-mas Kodam Brawijaya sama universitas Brawijaya diambil dari mana?
Masak nama Kodam diambil dari nama raja-raja terakhir Majapahit yg nggak
beken? Memang buku sejarah kita menyatakan bahwa nama tersebut merupakan
raja terakhir. Sebetulnya diambil dari kata bra-wijaya. Wijaya merefer ke
pendiri kerajaan Majapahit ini, sedangkan 'bra' berarti agung. Semoga
menjadi jelas.

Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah
"Indonesia" saat itu belum terdengar je.

Hehehe jangan suka memungkiri bahwa keberadaan RI juga diinspirasi oleh
keberadaan kerajaan-kerajaan masa lalu sejak Sriwijaya, Mataram, Majapahit
dlsb. Bendera Merah Putih juga diinspirasikan oleh bendera (panji-panji)
kerajaan-kerajaan itu. Memang Majapahit bukan satu-satunya kerajaan yg
mempunyai bendera merah-putih (gula kelapa), masih ada beberapa kerajaan
besar di Indonesia yg punya bendera semacam. Tapi jangan dipungkiri bahwa
arti merah=berani, dan putih=suci diambil dari kerajaan-kerajaan itu. Ingat
mas, bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya sendiri. Bukan
memburuk-burukan seperti CW itu. Asal tahu saja, Thailand juga ikut
mengklaim bahwa Sriwijaya sebetulnya berada di wilayah mereka, bukan di
Sumsel.

Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya lupa
tolong berikan arsipnya.

Ah gitu ya? Yah, sudahlah saya ngalah. Ngapain saya simpen. Bisa bengkak
harddisk saya.



-Original Message-
From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, 29 September, 1999 8:52 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist

Lho mas, kalau umat Kristen mau mengadili para pendeta sih masa bodo amat.
Lagipula siapa yang ngomongin pendeta? Masak malaikat disamakan dengan
pendeta;)

Kalau Umat Kristen mau mencatut nama seorang malaikat ya silakan asal
dilakukan di dalam gereja. Itu kalau malaikatnya kebetulan sama dengan
malaikat dari umat yang lain. Kalau punya malaikat sendiri lalu dicatut
sendiri sih silakan saja. Yang lain sih bakalan cuek bebek dong. Jadi
pembelaan anda nggak ada sangkut pautnya dengan statemen saya bahwa CW
nggak
peka dengan umat lain.

Coba, kenapa mesti wawancara imajinernya dengan malaikat jibril yang
mendapat tempat khusus di dalam ajaran lain? Kenapa nggak bikin wawancara
dengan Yesus saja? Atau dengan Nabi Samuel? Habis ini mau bikin wawancara
imajiner dengan siapa lagi? Mau dengan Muhammad SAW? Dengan Budha Gautama?

CW nggak bisa melakukan hal ini di depan publik! Biarpun koran SP membawa
bendera kristenpun, bila dijual ke publik harus dipertanyakan apa
tujuannya.
Kecuali bisa juga diberi label, tidak ditujukan untuk umat X, dilanjutkan
dengan keterangan blah-blah... Nilai-nilai yang ditanamkan berbeda. Mungkin
parodi di tempat lain aman-aman saja, tapi tentunya jangan disama-ratakan
untuk memparodikan milik yg lain dong (bilapun milik bersama).

Saya sih tidak anti CW, nyatanya saya juga baca. Cuman bosan saja dengan
istilah Ken Arokisme dan Brutusisme. Ken Arok adalah 

Re: Christianto Wibisono sang rasist

1999-09-29 Terurut Topik Faransyah Jaya

Hehehehe...
"monopoli"
kayak dagangan aja...
Diskusinya bagus.. lebih enak lagi kalo CW nya sendiri yang langsung menanggapi.
Bila dilihat dari semua sudut/sisi yah semuanya bener .. semuanya salah..

mending denger langsung dari CW nya aja..
maksudnya apa ..
kalo begini terus mah bakal gede2 tuh jarinya.. ngetik 2 halaman lebih..

Faran
--

On Tue, 28 Sep 1999 23:02:21   Irwan Ariston Napitupulu wrote:
Saya hanya ingin meluruskan bahwa malaikat
Jibril itu tidak hanya monopoli agama Islam seperti yg sempat
diindikasikan oleh bung Anjasmara karena memang di agama
Kristen pun mengenal malaikat yg sama.
Bagi saya biarlah hal tersebut menjadi urusan pribadi CW
dengan Tuhannya karena memang bagi saya pribadi
Tuhan itu terlalu hebat untuk kita bela karena memang Tuhan
tidak butuh pembelaan saya sebagai manusia ciptaanNya.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com



Re: Christianto Wibisono sang rasist

1999-09-29 Terurut Topik Sri T Arundhati

Lah koq jadi rame begini sih..
Saya mungkin terlalu naif atau gimana yah...tapi terus terang saya sih
cuman lihat inti permasalahannya aja yang ingin disampaikan CW, masalah
menggunakan nama malaikat atau nama siapa mah.itu mungkin cuman cara
nulis aja supaya bisa lebih komunikatif dan menarik. Saya pikir sih CW
mungkin lupa atau kurang sensitif bahwa  bangsa kita itu orang-orangnya
sangat religius sekali sehingga sangat peka kalau nama-nama religius itu
dicantumkan dalam tulisan. CW lupa kalau kita ini kan bangsa yang sangat
religius dan saking religiusnya dan memikirkan hal-hal yang seperti ini,
simbol dsb... lupa.kalau korupsi dan teman-temannya di
negara kita telah merajalela dan berurat akar dimana-mana (ironis ya).
Ritual dijalankan tapi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari
mahtanda tanya. Seakan-akan tidak ada hubungan antara
Habluminallah;hubungan manusia dengan Tuhan, dan dengan
Habluminannas;hubungan manusia dengan manusia (mohon maaf kalau
tulisannya salah, mohon dikoreksi). Padahal ini sangat erat dan
berhubungan timbal balik.
Tapi. saya masih  tetap optimis koq dengan Indonesia.
Untuk jalan tengahnya ..bagaimana kalu kita  usul aja ya ke bung CW
lain kali kalau nulis janganlah menggunakan nama-nama
religiusini sangat sensitif buat bangsa kita yang sangat religius.
Gimana menurut Jeffrey?

Kalau mengenai bakar-bakaran bendera.dengan tidak mengurangi rasa
hormat saya terhadap rasa kebangsaan yang tinggi dari teman-teman
pendemo..maaf saya terus terang ngga setuju kalau kita membalasnya
dengan   ikut bakar bendera.Koq ini jadi mengingatkan saya waktu
tawuran sekolah SMP saya sih. Sekolah dilemparin botol...dibales dengan
lemparin botol juga...ealah...bala atuh kasihan yang ngebersihin.
Kalau menurut saya... ini mah  cara yang ngga dewasa deh (sekali lagi
maaf). Apa ngga ada cara lain yang bisa memberikan kesan  kepada mereka
bahwa kita ini bangsa yang lebih terhormat, lebih berbudaya  dan lebih
matang jiwanya dari mereka. Lah kalau dibales dengan cara yang sama apa
bukan berarti kita punya tabiat yang sama dengan mereka? gimana menurut
Jeffrey?

Iya deh gitu aja dulu sekedar tanggapan dari saya,
Salam kompak selalu.



Perkembangan Timtim dan Indonesia secara global.

1999-09-29 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Tulisan saya bagi menjadi 3 bagian.

(1) Masalah Timtim

Dalam masalah Timtim, pihak barat selalu menyebutkan bahwa masalah Timtim
adalah masalah rakyat Timtim vs. milisi pro-integrasi yg didukung oleh
elemen dari TNI (dulu tidak ada kata 'elemen', red.)
Dengan cara pandang seperti ini, maka tidak ada tempat bagi para milisi
pro-integrasi di bumi di mana dilahirkan. Hal ini awalnya diungkapkan oleh
Mayjen Cockroach yang bersabda, "letakkan senjata atau meninggalkan bumi
Timtim" kepada para milisi pro-integrasi. Sampai sekarang pihak barat masih
mendengungkan paham ini.

Mereka lupa bahwa terdapat 21% masyarakat Timtim yang menghendaki otonomi,
alias tetap berintegrasi dengan RI. Alhasil, sebanyak tak kurang dari
150,000 nyawa yang diharuskan keluar dari bumi Timtim (dengan asumsi
referendum fair). Mengapa demikian? Mari kita lihat perkembangan pada hari
pertama hasil referendum diumumkan. Besarnya arus massa yg keluar dari
Timtim menunjukkan bahwa mereka merasa tidak aman berada di Timtim, yang
sebentar lagi akan merdeka. Pertentangan antar yg pro dan yg kontra jauh
lebih besar dari tuduhan sementara pihak, bahwa yang pro pasti 'dibayar'
atau 'ditakuti' oleh pemerintah dan TNI. Pandangan ini sangat menyepelekan
besarnya konflik yg ada di Timtim.

Perkembangan akhir-akhir ini yang memberitakan terdapatnya beberapa spot
massacre agak mencurigakan. Semua korban selalu dalam keadaan terbakar.
Bagaimana bila ternyata mereka justru adalah pro-integrasi? Siapa yang dapat
memverifikasi? Yang saya heran, pihak Interfet hanya memberitakan hal ini,
dan usaha untuk menyidiknya nol besar (berita mancanegara yg
memberitakannya). Terus terang saya curiga, jangan-jangan para korban adalah
penduduk pro-integrasi yang dibantai oleh Falintil?

Kemarin SMH menurunkan berita tertangkapnya 10 orang Kopassus (CNN dan
ABCNews rasanya belum menulis, Detik dan Kompas sudah). Bila pasukan yang
demikian terlatih dapat tertangkap demikian mudah (tanpa perlawanan),
bagaimana mungkin mereka demikian ketakutan? Sedemikian ketakutannya
sehingga memerlukan buku panduan pengetahuan ttg Kopassus. Rasanya, bila ada
yg menyusup ke sana, maka mereka harus merupakan individu-individu pilihan.
Tak mungkin demikian mudah ditangkap oleh serdadu Aussie yg tak pernah
perang. Demikian pula dengan berita tertangkapnya pentolan Aitarak, yang
kemudian disebutkan mempunyai kartu anggota Kopassus.


(2) Adakah kaitan dengan situasi politik nasional?

Saya melihat ada sesuatu yg jauh lebih besar dari sekedar menyuruh pasukan
TNI keluar dari Timtim. Desakan agar:
- pengadilan internasional diadakan
- peacekeeper boleh masuk ke Timor Barat (didahului oleh double goals
  dari UNHCR yg alih-alih bicara soal bantuan malah bicara repatriasi)
- menjelaskan bahwa tuduhan barat tentang pemaksaan trasmigrasi tidak
  benar,
menunjukkan bahwa incaran barat tak hanya Timtim.

Dengan suasana yang masih demikian tegang dalam politik nasional RI, sungguh
aneh bila barat justru memperbesar desakannya. Dua hari yg lalu Mahathir
menuliskan bahwa tidak fair mendesakkan berbegai persoalan di saat Indonesia
dalam amsa transisi. Saya sangat setuju dengan pendapat dari Hasnan Habib
(baca Detik), bahwa incaran pihak barat adalah Habibie dan Wiranto! Yang
makin membingungkan buat saya adalah 'mengapa mereka'?

Dengan pihak oposisi yang terdiri dari 2 yaitu Megawati dan Gusdur (sebagai
calon dari poros tengah), menurut saya justru Habibie-Wiranto yang akan
menjadi mitra pihak barat yang terbaik. Megawati yang bersikap sangat
nasionalis mewarisi sifat bapaknya. Dan tidak ada yang tidak tahu bagaimana
Sukarno membenci kaum kapitalis dan barat pada umumnya. Sementara itu
Gusdurpun tidak memperlihatkan tanda-tanda bakal menawarkan kompromi ke
pihak barat, sebaik yang dilakukan oleh Habibie. Bahkan Gusdur sempat naik
pitam dengan kelakuan Australia yang sangat menyakitkan.

Hal lain adalah terjadinya demonstrasi besar-besaran di Jakarta. Bahwa
banyak mahasiswa yang curiga dengan maksud UU PKB adalah benar. Masalahnya,
apakah ketidak-puasan mahasiswa dapat membentuk demonstrasi sesolid itu?

Beberapa peserta milis yg sudah membaca salinan RUUKKN (bukan RUUPKB)
menyatakan heran yang mana yang perlu didemo. Mungkin saja point yg
berbahaya terlewatkan oleh pandangan mereka. Pertanyaannya, bagaimana
mahasiswa yang hanya bermodalkan selebaran dapat menyatakan UU PKB
berbahaya? Seberapa jauh mereka mempelajarinya? Saya sendiri cuma dapat
postingan UUKKN (versi terdahulu dari UUPKB), dan melihat point yg
meragukan. Sekali lagi, cuma meragukan. Tetapi sampai sekarang ternyata
tidak ada yg bisa memosting salinan UUPKB. Lalu bagaimana kita mensikapi
sesuatu yg belum kita baca? Bagaimana pula dengan sikap mahasiswa itu?

Bila dikaitkan dengan besarnya skala demo, apa benar koordinasi dapat
dilakukan demikian cepat? Berapa biaya yg perlu dikeluarkan oleh panitia
(FORKOT dlsb)? Apakah tidak ada peran organ LN?

Seorang pemosting bilang, jangan mencari kambing hitam LN! Saya demikian
kaget, bagaimana 

Indonesia's Recovery, and Democracy, Tested by Baligate Scandal

1999-09-29 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

"The officials who have responsibility for implementing the program
are themselves robbing the bank. It's a white-collar robbery by all
the president's men."




September 29, 1999

Indonesia's Recovery, and Democracy, Tested by Baligate Scandal



By MARK LANDLER

jAKARTA, Indonesia -- In the streets of Jakarta, students lob firebombs
at police. In the ruins of East Timor, Indonesian soldiers seethe as
foreign troops take over. In the desolate scrub of Ambon, Christians
and Muslims kill each other with home-made guns.

There is no shortage of issues to anger today's Indonesia -- a country
suspended uneasily between dictatorship and democracy, economic
ruin and recovery. Yet of all the outrages in Indonesia these days, the
one that rankles people here most is a financial scandal known
throughout the country as Baligate.

The facts of the case are simple: Bank Bali, one of Indonesia's largest
banks, paid nearly $70 million to the ruling Golkar Party to help recover
loans it was owed by other banks. The money was to be funneled into
the reelection campaign of President B.J. Habibie.

Since the scandal came to light in July, the money has been returned
and a raft of investigations begun. Yet the public outrage has become
more thunderous by the day.

With evidence emerging that other banks may have been asked to
participate in similar schemes, the Parliament on Friday demanded
that Habibie suspend seven top officials, including the finance minister
and the governor of the central bank, who it says were involved.

"This scandal is the straw that broke the camel's back," said Mark Baird,
 the World Bank's country director in Indonesia. "It's indicative of the
much bigger political and economic stakes in Indonesia."

Nobody has yet accused Habibie himself. But after three scandal-scarred
decades under his predecessor, Suharto, people here are in no mood to let
an unpopular president off the hook. The scandal -- and the government's
obdurate response to it -- has become a touchstone for those who say
Indonesia must shed its culture of corruption.

"People are really fed up," said Rizal Ramli, an economist here.
"After watching Habibie make so many speeches about the rule of law,
they realize the laws are not being upheld. Despite his claims of being
different, this government is merely an extension of the Suharto
government."

Political analysts here said that the scandal had grievously wounded
Habibie, who faces a tough election in November. But the stakes are
even greater: Some worry that Baligate could jeopardize Indonesia's
recovery and transition to democracy.

"If you were to elect a new president and not resolve Bank Bali, I think
all of these political changes would be at risk because you
fundamentally haven't changed the culture," Baird said.

Anoop Singh, deputy director of the International Monetary Fund's
Asia-Pacific operations, said the IMF could not "just put this aside
and move on with the program without fully resolving the issue."

The IMF, the World Bank, and the Asian Development Bank have
backed up their words by withholding almost $1.4 billion in loans
to Indonesia until the country releases results of an outside
investigation.

The longer Jakarta refuses, the higher the cost: by the end of next
March, these agencies are scheduled to lend $4.7 billion to Indonesia --
more than 10 percent of their total $43 billion rescue package.

Indonesian officials say they can make do for a while. But they agree
that the country cannot fully recover from its economic trauma without
a resumption of foreign aid. "In this budget year, we need $10 billion in
external aid," said Umar Juoro, an adviser to Habibie. "If they stop the
support permanently, it would be a disaster for the economy."

That Indonesia would risk such a disaster shows how difficult it is for
the country to change. Despite demands that the government get to the
bottom of things, it has refused to release a lengthy report on the scandal

assembled by the accounting firm PricewaterhouseCoopers.

People who have seen the report said that it named at least seven senior
officials as being directly involved in a scheme to divert nearly $70 million

from Bank Bali to the Golkar Party. They also said that the report tracked
the flow of money from Indonesia's Bank Restructuring Agency, which had
nationalized Bank Bali, into a web of accounts held by people with ties to
Golkar.

The State Audit Board, which received the PricewaterhouseCoopers report,
first urged the firm to release it. But threatened with lawsuits by the people

named in the report, the board backed off. Now, it says, bank secrecy laws

prevent disclosure.

"In protecting all these people, it is true that I might be protecting guilty
people,"
Satrio Budihardjo Joedono, the Audit Board chairman, said. "But let the police

decide, let the lawyers decide. This is a question of 

No Subject

1999-09-29 Terurut Topik yenny lasmana

Hi,
I'm just helping my friend who needs to buy a car.

Benz C-class, BMW 3 series, or Lexus ES 300
Year range between 1993 to 1996

If you have one and interested to sell it,
please contact Jacky at 626-289-3976

Thanks.


__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



No Subject

1999-09-29 Terurut Topik yenny lasmana

sorry lupa bilangin kalo temen saya tinggal di LA..so
maybe only for those who live in LA area.

thanks
__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



Re: Christianto Wibisono sang rasist

1999-09-29 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Ini saya paste-kan komentar langsung dari CW.

===
Terima kasih kepada semua yang berpolemik dan bahkan yang "menobatkan saya
jadi "Salman Rushdie". Dialog kemarin itu belum apa apa, tunggu buku saya
yang akan terbit tahun 2000 itu untuk mengikuti jejak Prof Abdus Salam yang
Muslim tapi hebat dan canggih. Beliau berkata bahwa Muslim sejati itu hanya
ada di Barat, Demokrasi dan Keadilan sosial, HAM dan keterbukaan, itulah
Muslim sejati Sedang di Timur Tengah itu diktatur setan mengaku Muslim tapi
tingkah lakunya setan jahiliyah membunuhi ummat dan bangsanya sendiri. Ini
yang ngomong bukan CW yang Kristen tapi Prof Abdus Salam pemenang hadiah
Nobel Fisika (jadi pakai otak, bukan pakai dengkul atau politik seperti
Ramos Horta). Profesor yang benar benar berotak, sekaligus tetap Muslim,
tapi ogah tinggal dinegara nya sendiri yang biadab menggantung Ali Bhutto
jadi dia memilih dan dipilih sebagai Direktur International Center for
Theoretical Physic di Italia. Ini adalah kutipan otentik dari buku Prof
Abdus Salam. jadi bagi CW tidak peduli Kristen atau Islam, kalau salah ya
harus dihukum.  Termasuk LB Moerdani, Sudomo semua harus bertanggung jawab
terhadap pembantaian dimanapun, dan tentunya oknum jendral Islam juga harus
dihukum tidak boleh berlindung dibalik agama Islam. Ini saja statemen saya
terhadap polemik Malaikat Jibrail. Sekali lagi terima kasih. Kalau anda
pikir ini bisa melampaui "rasio" para netters yang saya anggap tidak perlu
turun pangkat jadi preman, ya boleh anda edarkan kepada yang mengritik saya.
Terserah anda, thanks. CW
=

Wassalam,
Efron



Re: Christianto Wibisono sang rasist

1999-09-29 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Halo Mas Jupri (maaf, saya nih orang Jawa yang nggak bisa basa Inggris),

Kalau Anda mau melakukan wawancara imajiner kayak itu adalah hak Anda. Anda
adalah bukan yang pertama. Anda juga bisa menulis surat resmi (bukan surat
kaleng) kepada gereja untuk mengkritik habis gereja. Gereja akan menerima
segala kritik Anda dengan tangan terbuka tanpa harus menaruh dendam seperti
dengan membakar rumah Anda.

Menyoal fasis memang dari sisi lain hal-hal yang Anda sebutkan juga bisa
disebut fasis. George Washington? Saya kok nggak melihat itu. Malah ia
memberi contoh yang baik kepada militer agar tak tamak untuk berkuasa.

Brawijaya? Yang jelas Prabu Brawijaya alias Eyang Troy itu salah satu
anggota milis ini. Terus terang saya lupa siapa Prabu Brawijaya yang Anda
maksudkan. Yang beken zaman itu yang saya ingat Kertanegara, RW, Hayam
Wuruk/Gadjah Mada, dan tentu yang paling beken adalah Arya Kamandanu :-)
dengan pedang nagapuspa-nya.

Saya kok nggak pernah berpikir kalau RI itu cikal-bakalnya adalah
Sriwijaya-Majapahit. Setahu saya RI itu ya bekas India-Belanda (karena ada
India-Inggris). Mengingat kebesaran masa lampu membuktikan bahwa kita
terlena dan mabuk. Bukti terakhir saat SEAG lalu di Brunei. Memang sedikit
banyak pola kehidupan kita ada kemiripan dengan Sriwijaya-Majapahit.
Setidaknya cara menguasai Indonesia.

Wassalam,
Efron

-Original Message-
From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, 29 September, 1999 21:46 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist

From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED]
Mas Jupri,
Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama malaikat
Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain mengapa mesti
pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini saya mau berdiskusi
dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo
Tuhan itu satu dan sama).

Okay, sebelum kita terjebak diskusi agama di milis ini mending saya
berhenti. Tapi next time saya akan meniru gaya CW dengan melakukan wawancara
imajiner dengan Yesus. Toh subjeknya sendiri diakui di ajaran Islam kan?
Let's see bagaimana reaksi orang-orang.

Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau menulis
seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW
menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih
paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan.
Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai
daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang
seperti halnya Timtim.

Okay tapi ingat...kebebasan cara memandang bukan berarti menohok cara
pandang umum. Bila para pemersatu wilayah disebut fasis, lalu bagaimana
sejarah dunia ini mau dipelajari? Bagaimana Alexander The Great, bagaimana
George Washington? bagaimana dengan kaisar-kaisar yg mampu menyatukan Jepang
yg sebelumnya wilayah yg berdiri sendiri-sendiri? Bagaimana dengan Inggris,
Perancis, dlsb yang menyebarkan kekuasaan ke seluruh dunia? Apakah mereka
fasis? Hmmm, sungguh aneh kalau Inggris, perancis, portugis tidak dibilang
fasis, sementara orang seperti R. Wijaya adalah fasis. Bagaimana pula dengan
AS yg menanamkan pengaruh ke seluruh dunia? Bener-bener paham keblinger
nih

Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau
universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah
Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh.

Mas-mas Kodam Brawijaya sama universitas Brawijaya diambil dari mana?
Masak nama Kodam diambil dari nama raja-raja terakhir Majapahit yg nggak
beken? Memang buku sejarah kita menyatakan bahwa nama tersebut merupakan
raja terakhir. Sebetulnya diambil dari kata bra-wijaya. Wijaya merefer ke
pendiri kerajaan Majapahit ini, sedangkan 'bra' berarti agung. Semoga
menjadi jelas.

Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah
"Indonesia" saat itu belum terdengar je.

Hehehe jangan suka memungkiri bahwa keberadaan RI juga diinspirasi oleh
keberadaan kerajaan-kerajaan masa lalu sejak Sriwijaya, Mataram, Majapahit
dlsb. Bendera Merah Putih juga diinspirasikan oleh bendera (panji-panji)
kerajaan-kerajaan itu. Memang Majapahit bukan satu-satunya kerajaan yg
mempunyai bendera merah-putih (gula kelapa), masih ada beberapa kerajaan
besar di Indonesia yg punya bendera semacam. Tapi jangan dipungkiri bahwa
arti merah=berani, dan putih=suci diambil dari kerajaan-kerajaan itu. Ingat
mas, bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya sendiri. Bukan
memburuk-burukan seperti CW itu. Asal tahu saja, Thailand juga ikut
mengklaim bahwa Sriwijaya sebetulnya berada di wilayah mereka, bukan di
Sumsel.

Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya lupa
tolong berikan arsipnya.

Ah gitu ya? Yah, sudahlah saya ngalah. Ngapain saya simpen. Bisa bengkak
harddisk saya.



-Original Message-
From:   Jeffrey Anjasmara 

artikel..

1999-09-29 Terurut Topik Mirza Raditya

Salam Permias,

Kiranya ada rekan2 permias ada yg bisa bantu saya utk 2 hal:

1.Beberapa waktu lalu ada berita ttg warga tim-tim yg dibakar oleh tentara
australia...
kira2 ada diantara rekan2 permias yg punya artikel/ceritanya dlm versi
english yg legitimate... krn setau saya dikoran2 US / Canada local tidak
ada.

2. Beberapa waktu lalu ada seorg teman saya yg berniat liburan ke negri
belanda. Tapi sewaktu ingin meminta visa, langsung ditolak mentah2 stlh tahu
temen saya itu warganegara Indonesia. walaupun semua persyaratan dan
terlebih tiket return nya sdh ada ditangan temen saya. yg lebih tragis lagi,
ada yg berniat akan menunaikan ibadah haji, tapi sudah di 'kasari' sewaktu
ingin menanyakan segala persyaratan utk menjalan ibadah haji itu, (case nya
sama dgn yg pertama, stlh di tanya kewarga negaraannya..)

apa skrg ini org2 indonesia sdh di 'cekal' oleh beberapa negara. karna
belakangan saya dengar, canada juga sdh mulai dgn aksi yg serupa.

ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan saya
sblmnya terima kasih

salam,
Mirza




__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



No Subject

1999-09-29 Terurut Topik bRidWaN

Wah, ada kabar menggembirakan dari Golkar, ternyata
Reformasi suadah dimulai duluan



Berita dari detikcom:
Jakarta- A Gumiwang Kartasasmita boleh berbangga diri.
Putera mantan Menko Ekuin Ginanjar Kartasamita itu terdaftar
sebagai anggota DPR RI dengan usia termuda.
Usianya genap 30 tahun pada 3 Januari 1999 lalu.



unsubscribe

1999-09-29 Terurut Topik B. Wibowo

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Dari CW untuk Jupri

1999-09-29 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Dari CW untuk diforward ke permias@.

Efron


Sent:   Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Dari CW

Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki
maki pribadi
dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas
busuk
Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja
termasuk Cina
Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan
harus
dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai
mahasiswa
Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler,
jadi
Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara
total.



Re: Dari CW untuk Jupri

1999-09-29 Terurut Topik Yumartono

Ini CW = Christianto Wibisono yang punya PDBI ?


Dari CW untuk diforward ke permias@.

Efron


Sent:   Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Dari CW

Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki
maki pribadi
dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas
busuk
Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja
termasuk Cina
Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan
harus
dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai
mahasiswa
Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler,
jadi
Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara
total.



Re: Dari CW untuk Jupri

1999-09-29 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Tul sekale!

Efron

-Original Message-
From:   Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, 30 September, 1999 12:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Dari CW untuk Jupri

Ini CW = Christianto Wibisono yang punya PDBI ?


Dari CW untuk diforward ke permias@.

Efron


Sent:   Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Dari CW

Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki
maki pribadi
dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas
busuk
Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja
termasuk Cina
Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan
harus
dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai
mahasiswa
Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler,
jadi
Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara
total.



Re: artikel..

1999-09-29 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Sebagai gambaran. Saat ini terjadi usaha penutupan Timtim dari pandangan RI.
Semua wartawan harus mendapat rekomendasi, dan pergi ke Darwin. Jadi mereka
(Interfet dan Aussie) dapat dikatakan 'mencekal' wartawan Indonesia. Hal
inilah yang menyedihkan karena waktu TNI di sanapun semua wartawan dari
manapun boleh masuk. Ini adalah upaya cuci otak.

Mengenai kejadian pembakaran memang tidak pernah ada di berita luar negeri,
kecuali di harian Sidney Morning Herald, yang sekaligus membantah tuduhan
itu. Petinggi militer Aussie menyatakan bahwa hal ini fitnah. Saya sangat
heran mengapa ABCNews dan CNN yang biasanya tidak pernah ketinggalan dengan
SMH sama sekali tidak menyinggungnya. Makanya, tuduhan bahwa terjadi
konspirasi barat menjadi relevan.

Mungkin anda dapat membaca tanggapan Mahathir di New York (baca ABCNews, di
bagian raw material. Ucapan senada pernah diucapkan oleh Mahathir lagi di
harian "Bernama" (www.bernama.com) 2 hari lalu, eh, sekarang jadi 3 hari yg
lalu.

Penolakan-penolakan oleh negara-negara tertentu sangat keterlaluan. Inilah
bukti dari kelakuan kekanak-kanakan bangsa barat yang mengaku menjunjung
demokrasi, tetapi suka memaksakan kehendak.



From: Mirza Raditya [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: artikel..
Date: Thu, 30 Sep 1999 01:04:18 GMT

Salam Permias,

Kiranya ada rekan2 permias ada yg bisa bantu saya utk 2 hal:

1.Beberapa waktu lalu ada berita ttg warga tim-tim yg dibakar oleh tentara
australia...
kira2 ada diantara rekan2 permias yg punya artikel/ceritanya dlm versi
english yg legitimate... krn setau saya dikoran2 US / Canada local tidak
ada.

2. Beberapa waktu lalu ada seorg teman saya yg berniat liburan ke negri
belanda. Tapi sewaktu ingin meminta visa, langsung ditolak mentah2 stlh
tahu
temen saya itu warganegara Indonesia. walaupun semua persyaratan dan
terlebih tiket return nya sdh ada ditangan temen saya. yg lebih tragis
lagi,
ada yg berniat akan menunaikan ibadah haji, tapi sudah di 'kasari' sewaktu
ingin menanyakan segala persyaratan utk menjalan ibadah haji itu, (case nya
sama dgn yg pertama, stlh di tanya kewarga negaraannya..)

apa skrg ini org2 indonesia sdh di 'cekal' oleh beberapa negara. karna
belakangan saya dengar, canada juga sdh mulai dgn aksi yg serupa.

ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan saya
sblmnya terima kasih

salam,
Mirza




__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Dari CW untuk Jupri

1999-09-29 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Lho kok gitu ya? Hehehe

Inikah sang intelektual ternama? Yang sering muncul di seminar-seminar?

Baru saya bilang rasist sudah dibilang kata-kata tidak terhormat. Yang mana
yang lebih tidak terhormat dengan mengatai semua orang yg tidak sependapat
dengan sebutan nafas busuk dasamuka? Yang tidak sejalan dengan pemikiran CW
lalu mewarisi doktrin Suharto? Yah, sudah lah...;) Kalau begitu sejak
sekarang saya akan menentang CW ah.

Ngomong-ngomong emang ada yang nyamain CW dengan Salman Rushdi? Saya nggak
pernah menyinggung soal si geblek Salman Rushdi tuh?


+anjas

---
From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Dari CW untuk Jupri
Date: Thu, 30 Sep 1999 10:39:53 +0700

Dari CW untuk diforward ke permias@.

Efron


 Sent:   Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject:Re: Dari CW

 Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki
maki pribadi
 dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari
nafas
busuk
 Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja
termasuk Cina
 Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk
dan
harus
 dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai
mahasiswa
 Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan
Hitler,
jadi
 Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara
total.

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Dari CW untuk Jupri

1999-09-29 Terurut Topik Yumartono

Saya juga heran, kok ternyata CW tidak seintelek yang saya kira.


Lho kok gitu ya? Hehehe

Inikah sang intelektual ternama? Yang sering muncul di seminar-seminar?

Baru saya bilang rasist sudah dibilang kata-kata tidak terhormat. Yang mana
yang lebih tidak terhormat dengan mengatai semua orang yg tidak sependapat
dengan sebutan nafas busuk dasamuka? Yang tidak sejalan dengan pemikiran CW
lalu mewarisi doktrin Suharto? Yah, sudah lah...;) Kalau begitu sejak
sekarang saya akan menentang CW ah.

Ngomong-ngomong emang ada yang nyamain CW dengan Salman Rushdi? Saya nggak
pernah menyinggung soal si geblek Salman Rushdi tuh?


+anjas




Korea 1950: Ribuan civilian Korut dibantai AS

1999-09-29 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Inilah wajah sang polisi dunia yang menjunjung tinggi
azas demokrasi. Kejadian ini terjadi di Korea tahun 1950-an.
Mereka menutupi rapat-rapat hampir 50 tahun, sebelum akhirnya
para bekas GI yg melakukan pembantaian tidak tahan sendiri
dan bercerita.

http://abcnews.go.com/sections/world/DailyNews/koreaUS990929.html


Massacre at No Gun Ri


American GIs Confirm Korean
Accounts of a Large-Scale
Massacre by U.S. Troops

Chun Choon-ja tells her survival
story at the site
where witnesses say U.S. troops
opened fire on and
killed South Korean refugees
under the railway
bridge. U.S. veterans' accounts
of the incident
support the Koreans' claims.
(Ahn Young-joon/AP
Photo)



   By Sang-Hun Choe, Charles J. Hanley and
   Martha Mendoza
   The Associated Press
   It was a story no one wanted to
   hear: Early in the Korean War,
   villagers said, American soldiers
   machine-gunned hundreds of
   helpless civilians under a railroad
   bridge in the South Korean
   countryside.
When the families spoke out, seeking
redress, they met only
rejection and denial,
from the U.S.
military and their
own government in
Seoul. Now a dozen
ex-GIs have spoken,
too, and support their
story with haunting
memories from a
"forgotten" war.
 American
veterans of the
Korean War say that
in late July 1950, in
the conflict's first
desperate weeks, U.S.
troops killed a large
number of South
Korean refugees,
many of them
women and children,
trapped beneath a
   bridge at a hamlet called No Gun Ri.

   At Least 100, or `Hundreds,' Killed
   In interviews with The Associated Press,
   ex-GIs speak of 100 or 200 or "hundreds"
   dead. The Koreans, whose claim for
   compensation was rejected last year, say 300
   were killed at the bridge and 100 in a preceding
   air attack.
American soldiers, in their third day at the
   warfront, feared North Korean
   infiltrators among the fleeing
   South Korean peasants, veterans
   told the AP.
The ex-GIs described other
   refugee killings as well in the
   war's first weeks, when U.S.
   commanders ordered their
   troops to shoot civilians, citizens of an allied
   nation, as a defense against disguised enemy
   soldiers, according to once-classified
   documents found by the AP in U.S. military
   archives.
Six veterans of the 1st Cavalry Division said
   they fired on the civilians at No Gun Ri, and
   six others said they witnessed the mass killing.
"We just annihilated them," said
   ex-machine gunner Norman Tinkler of
   Glasco, Kan.

   Claims for Retribution Denied
   After five decades, none gave a complete,
   detailed account. But the ex-GIs agreed on
   such elements as time and place, and on the
   preponderance of women, children and old
   men among the victims.
Some said they were fired on from among
   the refugees beneath the bridge. But others said
   they don't remember hostile fire. One said they
   later found a few disguised North Korean
   soldiers among the dead. But others disputed