Re: Christianto Wibisono sang rasist
From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] Mas Jupri, Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama malaikat Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain mengapa mesti pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini saya mau berdiskusi dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo Tuhan itu satu dan sama). Okay, sebelum kita terjebak diskusi agama di milis ini mending saya berhenti. Tapi next time saya akan meniru gaya CW dengan melakukan wawancara imajiner dengan Yesus. Toh subjeknya sendiri diakui di ajaran Islam kan? Let's see bagaimana reaksi orang-orang. Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau menulis seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan. Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang seperti halnya Timtim. Okay tapi ingat...kebebasan cara memandang bukan berarti menohok cara pandang umum. Bila para pemersatu wilayah disebut fasis, lalu bagaimana sejarah dunia ini mau dipelajari? Bagaimana Alexander The Great, bagaimana George Washington? bagaimana dengan kaisar-kaisar yg mampu menyatukan Jepang yg sebelumnya wilayah yg berdiri sendiri-sendiri? Bagaimana dengan Inggris, Perancis, dlsb yang menyebarkan kekuasaan ke seluruh dunia? Apakah mereka fasis? Hmmm, sungguh aneh kalau Inggris, perancis, portugis tidak dibilang fasis, sementara orang seperti R. Wijaya adalah fasis. Bagaimana pula dengan AS yg menanamkan pengaruh ke seluruh dunia? Bener-bener paham keblinger nih Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh. Mas-mas Kodam Brawijaya sama universitas Brawijaya diambil dari mana? Masak nama Kodam diambil dari nama raja-raja terakhir Majapahit yg nggak beken? Memang buku sejarah kita menyatakan bahwa nama tersebut merupakan raja terakhir. Sebetulnya diambil dari kata bra-wijaya. Wijaya merefer ke pendiri kerajaan Majapahit ini, sedangkan 'bra' berarti agung. Semoga menjadi jelas. Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah "Indonesia" saat itu belum terdengar je. Hehehe jangan suka memungkiri bahwa keberadaan RI juga diinspirasi oleh keberadaan kerajaan-kerajaan masa lalu sejak Sriwijaya, Mataram, Majapahit dlsb. Bendera Merah Putih juga diinspirasikan oleh bendera (panji-panji) kerajaan-kerajaan itu. Memang Majapahit bukan satu-satunya kerajaan yg mempunyai bendera merah-putih (gula kelapa), masih ada beberapa kerajaan besar di Indonesia yg punya bendera semacam. Tapi jangan dipungkiri bahwa arti merah=berani, dan putih=suci diambil dari kerajaan-kerajaan itu. Ingat mas, bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya sendiri. Bukan memburuk-burukan seperti CW itu. Asal tahu saja, Thailand juga ikut mengklaim bahwa Sriwijaya sebetulnya berada di wilayah mereka, bukan di Sumsel. Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya lupa tolong berikan arsipnya. Ah gitu ya? Yah, sudahlah saya ngalah. Ngapain saya simpen. Bisa bengkak harddisk saya. -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, 29 September, 1999 8:52 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist Lho mas, kalau umat Kristen mau mengadili para pendeta sih masa bodo amat. Lagipula siapa yang ngomongin pendeta? Masak malaikat disamakan dengan pendeta;) Kalau Umat Kristen mau mencatut nama seorang malaikat ya silakan asal dilakukan di dalam gereja. Itu kalau malaikatnya kebetulan sama dengan malaikat dari umat yang lain. Kalau punya malaikat sendiri lalu dicatut sendiri sih silakan saja. Yang lain sih bakalan cuek bebek dong. Jadi pembelaan anda nggak ada sangkut pautnya dengan statemen saya bahwa CW nggak peka dengan umat lain. Coba, kenapa mesti wawancara imajinernya dengan malaikat jibril yang mendapat tempat khusus di dalam ajaran lain? Kenapa nggak bikin wawancara dengan Yesus saja? Atau dengan Nabi Samuel? Habis ini mau bikin wawancara imajiner dengan siapa lagi? Mau dengan Muhammad SAW? Dengan Budha Gautama? CW nggak bisa melakukan hal ini di depan publik! Biarpun koran SP membawa bendera kristenpun, bila dijual ke publik harus dipertanyakan apa tujuannya. Kecuali bisa juga diberi label, tidak ditujukan untuk umat X, dilanjutkan dengan keterangan blah-blah... Nilai-nilai yang ditanamkan berbeda. Mungkin parodi di tempat lain aman-aman saja, tapi tentunya jangan disama-ratakan untuk memparodikan milik yg lain dong (bilapun milik bersama). Saya sih tidak anti CW, nyatanya saya juga baca. Cuman bosan saja dengan istilah Ken Arokisme dan Brutusisme. Ken Arok adalah
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Hehehehe... "monopoli" kayak dagangan aja... Diskusinya bagus.. lebih enak lagi kalo CW nya sendiri yang langsung menanggapi. Bila dilihat dari semua sudut/sisi yah semuanya bener .. semuanya salah.. mending denger langsung dari CW nya aja.. maksudnya apa .. kalo begini terus mah bakal gede2 tuh jarinya.. ngetik 2 halaman lebih.. Faran -- On Tue, 28 Sep 1999 23:02:21 Irwan Ariston Napitupulu wrote: Saya hanya ingin meluruskan bahwa malaikat Jibril itu tidak hanya monopoli agama Islam seperti yg sempat diindikasikan oleh bung Anjasmara karena memang di agama Kristen pun mengenal malaikat yg sama. Bagi saya biarlah hal tersebut menjadi urusan pribadi CW dengan Tuhannya karena memang bagi saya pribadi Tuhan itu terlalu hebat untuk kita bela karena memang Tuhan tidak butuh pembelaan saya sebagai manusia ciptaanNya. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Lah koq jadi rame begini sih.. Saya mungkin terlalu naif atau gimana yah...tapi terus terang saya sih cuman lihat inti permasalahannya aja yang ingin disampaikan CW, masalah menggunakan nama malaikat atau nama siapa mah.itu mungkin cuman cara nulis aja supaya bisa lebih komunikatif dan menarik. Saya pikir sih CW mungkin lupa atau kurang sensitif bahwa bangsa kita itu orang-orangnya sangat religius sekali sehingga sangat peka kalau nama-nama religius itu dicantumkan dalam tulisan. CW lupa kalau kita ini kan bangsa yang sangat religius dan saking religiusnya dan memikirkan hal-hal yang seperti ini, simbol dsb... lupa.kalau korupsi dan teman-temannya di negara kita telah merajalela dan berurat akar dimana-mana (ironis ya). Ritual dijalankan tapi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari mahtanda tanya. Seakan-akan tidak ada hubungan antara Habluminallah;hubungan manusia dengan Tuhan, dan dengan Habluminannas;hubungan manusia dengan manusia (mohon maaf kalau tulisannya salah, mohon dikoreksi). Padahal ini sangat erat dan berhubungan timbal balik. Tapi. saya masih tetap optimis koq dengan Indonesia. Untuk jalan tengahnya ..bagaimana kalu kita usul aja ya ke bung CW lain kali kalau nulis janganlah menggunakan nama-nama religiusini sangat sensitif buat bangsa kita yang sangat religius. Gimana menurut Jeffrey? Kalau mengenai bakar-bakaran bendera.dengan tidak mengurangi rasa hormat saya terhadap rasa kebangsaan yang tinggi dari teman-teman pendemo..maaf saya terus terang ngga setuju kalau kita membalasnya dengan ikut bakar bendera.Koq ini jadi mengingatkan saya waktu tawuran sekolah SMP saya sih. Sekolah dilemparin botol...dibales dengan lemparin botol juga...ealah...bala atuh kasihan yang ngebersihin. Kalau menurut saya... ini mah cara yang ngga dewasa deh (sekali lagi maaf). Apa ngga ada cara lain yang bisa memberikan kesan kepada mereka bahwa kita ini bangsa yang lebih terhormat, lebih berbudaya dan lebih matang jiwanya dari mereka. Lah kalau dibales dengan cara yang sama apa bukan berarti kita punya tabiat yang sama dengan mereka? gimana menurut Jeffrey? Iya deh gitu aja dulu sekedar tanggapan dari saya, Salam kompak selalu.
Perkembangan Timtim dan Indonesia secara global.
Tulisan saya bagi menjadi 3 bagian. (1) Masalah Timtim Dalam masalah Timtim, pihak barat selalu menyebutkan bahwa masalah Timtim adalah masalah rakyat Timtim vs. milisi pro-integrasi yg didukung oleh elemen dari TNI (dulu tidak ada kata 'elemen', red.) Dengan cara pandang seperti ini, maka tidak ada tempat bagi para milisi pro-integrasi di bumi di mana dilahirkan. Hal ini awalnya diungkapkan oleh Mayjen Cockroach yang bersabda, "letakkan senjata atau meninggalkan bumi Timtim" kepada para milisi pro-integrasi. Sampai sekarang pihak barat masih mendengungkan paham ini. Mereka lupa bahwa terdapat 21% masyarakat Timtim yang menghendaki otonomi, alias tetap berintegrasi dengan RI. Alhasil, sebanyak tak kurang dari 150,000 nyawa yang diharuskan keluar dari bumi Timtim (dengan asumsi referendum fair). Mengapa demikian? Mari kita lihat perkembangan pada hari pertama hasil referendum diumumkan. Besarnya arus massa yg keluar dari Timtim menunjukkan bahwa mereka merasa tidak aman berada di Timtim, yang sebentar lagi akan merdeka. Pertentangan antar yg pro dan yg kontra jauh lebih besar dari tuduhan sementara pihak, bahwa yang pro pasti 'dibayar' atau 'ditakuti' oleh pemerintah dan TNI. Pandangan ini sangat menyepelekan besarnya konflik yg ada di Timtim. Perkembangan akhir-akhir ini yang memberitakan terdapatnya beberapa spot massacre agak mencurigakan. Semua korban selalu dalam keadaan terbakar. Bagaimana bila ternyata mereka justru adalah pro-integrasi? Siapa yang dapat memverifikasi? Yang saya heran, pihak Interfet hanya memberitakan hal ini, dan usaha untuk menyidiknya nol besar (berita mancanegara yg memberitakannya). Terus terang saya curiga, jangan-jangan para korban adalah penduduk pro-integrasi yang dibantai oleh Falintil? Kemarin SMH menurunkan berita tertangkapnya 10 orang Kopassus (CNN dan ABCNews rasanya belum menulis, Detik dan Kompas sudah). Bila pasukan yang demikian terlatih dapat tertangkap demikian mudah (tanpa perlawanan), bagaimana mungkin mereka demikian ketakutan? Sedemikian ketakutannya sehingga memerlukan buku panduan pengetahuan ttg Kopassus. Rasanya, bila ada yg menyusup ke sana, maka mereka harus merupakan individu-individu pilihan. Tak mungkin demikian mudah ditangkap oleh serdadu Aussie yg tak pernah perang. Demikian pula dengan berita tertangkapnya pentolan Aitarak, yang kemudian disebutkan mempunyai kartu anggota Kopassus. (2) Adakah kaitan dengan situasi politik nasional? Saya melihat ada sesuatu yg jauh lebih besar dari sekedar menyuruh pasukan TNI keluar dari Timtim. Desakan agar: - pengadilan internasional diadakan - peacekeeper boleh masuk ke Timor Barat (didahului oleh double goals dari UNHCR yg alih-alih bicara soal bantuan malah bicara repatriasi) - menjelaskan bahwa tuduhan barat tentang pemaksaan trasmigrasi tidak benar, menunjukkan bahwa incaran barat tak hanya Timtim. Dengan suasana yang masih demikian tegang dalam politik nasional RI, sungguh aneh bila barat justru memperbesar desakannya. Dua hari yg lalu Mahathir menuliskan bahwa tidak fair mendesakkan berbegai persoalan di saat Indonesia dalam amsa transisi. Saya sangat setuju dengan pendapat dari Hasnan Habib (baca Detik), bahwa incaran pihak barat adalah Habibie dan Wiranto! Yang makin membingungkan buat saya adalah 'mengapa mereka'? Dengan pihak oposisi yang terdiri dari 2 yaitu Megawati dan Gusdur (sebagai calon dari poros tengah), menurut saya justru Habibie-Wiranto yang akan menjadi mitra pihak barat yang terbaik. Megawati yang bersikap sangat nasionalis mewarisi sifat bapaknya. Dan tidak ada yang tidak tahu bagaimana Sukarno membenci kaum kapitalis dan barat pada umumnya. Sementara itu Gusdurpun tidak memperlihatkan tanda-tanda bakal menawarkan kompromi ke pihak barat, sebaik yang dilakukan oleh Habibie. Bahkan Gusdur sempat naik pitam dengan kelakuan Australia yang sangat menyakitkan. Hal lain adalah terjadinya demonstrasi besar-besaran di Jakarta. Bahwa banyak mahasiswa yang curiga dengan maksud UU PKB adalah benar. Masalahnya, apakah ketidak-puasan mahasiswa dapat membentuk demonstrasi sesolid itu? Beberapa peserta milis yg sudah membaca salinan RUUKKN (bukan RUUPKB) menyatakan heran yang mana yang perlu didemo. Mungkin saja point yg berbahaya terlewatkan oleh pandangan mereka. Pertanyaannya, bagaimana mahasiswa yang hanya bermodalkan selebaran dapat menyatakan UU PKB berbahaya? Seberapa jauh mereka mempelajarinya? Saya sendiri cuma dapat postingan UUKKN (versi terdahulu dari UUPKB), dan melihat point yg meragukan. Sekali lagi, cuma meragukan. Tetapi sampai sekarang ternyata tidak ada yg bisa memosting salinan UUPKB. Lalu bagaimana kita mensikapi sesuatu yg belum kita baca? Bagaimana pula dengan sikap mahasiswa itu? Bila dikaitkan dengan besarnya skala demo, apa benar koordinasi dapat dilakukan demikian cepat? Berapa biaya yg perlu dikeluarkan oleh panitia (FORKOT dlsb)? Apakah tidak ada peran organ LN? Seorang pemosting bilang, jangan mencari kambing hitam LN! Saya demikian kaget, bagaimana
Indonesia's Recovery, and Democracy, Tested by Baligate Scandal
"The officials who have responsibility for implementing the program are themselves robbing the bank. It's a white-collar robbery by all the president's men." September 29, 1999 Indonesia's Recovery, and Democracy, Tested by Baligate Scandal By MARK LANDLER jAKARTA, Indonesia -- In the streets of Jakarta, students lob firebombs at police. In the ruins of East Timor, Indonesian soldiers seethe as foreign troops take over. In the desolate scrub of Ambon, Christians and Muslims kill each other with home-made guns. There is no shortage of issues to anger today's Indonesia -- a country suspended uneasily between dictatorship and democracy, economic ruin and recovery. Yet of all the outrages in Indonesia these days, the one that rankles people here most is a financial scandal known throughout the country as Baligate. The facts of the case are simple: Bank Bali, one of Indonesia's largest banks, paid nearly $70 million to the ruling Golkar Party to help recover loans it was owed by other banks. The money was to be funneled into the reelection campaign of President B.J. Habibie. Since the scandal came to light in July, the money has been returned and a raft of investigations begun. Yet the public outrage has become more thunderous by the day. With evidence emerging that other banks may have been asked to participate in similar schemes, the Parliament on Friday demanded that Habibie suspend seven top officials, including the finance minister and the governor of the central bank, who it says were involved. "This scandal is the straw that broke the camel's back," said Mark Baird, the World Bank's country director in Indonesia. "It's indicative of the much bigger political and economic stakes in Indonesia." Nobody has yet accused Habibie himself. But after three scandal-scarred decades under his predecessor, Suharto, people here are in no mood to let an unpopular president off the hook. The scandal -- and the government's obdurate response to it -- has become a touchstone for those who say Indonesia must shed its culture of corruption. "People are really fed up," said Rizal Ramli, an economist here. "After watching Habibie make so many speeches about the rule of law, they realize the laws are not being upheld. Despite his claims of being different, this government is merely an extension of the Suharto government." Political analysts here said that the scandal had grievously wounded Habibie, who faces a tough election in November. But the stakes are even greater: Some worry that Baligate could jeopardize Indonesia's recovery and transition to democracy. "If you were to elect a new president and not resolve Bank Bali, I think all of these political changes would be at risk because you fundamentally haven't changed the culture," Baird said. Anoop Singh, deputy director of the International Monetary Fund's Asia-Pacific operations, said the IMF could not "just put this aside and move on with the program without fully resolving the issue." The IMF, the World Bank, and the Asian Development Bank have backed up their words by withholding almost $1.4 billion in loans to Indonesia until the country releases results of an outside investigation. The longer Jakarta refuses, the higher the cost: by the end of next March, these agencies are scheduled to lend $4.7 billion to Indonesia -- more than 10 percent of their total $43 billion rescue package. Indonesian officials say they can make do for a while. But they agree that the country cannot fully recover from its economic trauma without a resumption of foreign aid. "In this budget year, we need $10 billion in external aid," said Umar Juoro, an adviser to Habibie. "If they stop the support permanently, it would be a disaster for the economy." That Indonesia would risk such a disaster shows how difficult it is for the country to change. Despite demands that the government get to the bottom of things, it has refused to release a lengthy report on the scandal assembled by the accounting firm PricewaterhouseCoopers. People who have seen the report said that it named at least seven senior officials as being directly involved in a scheme to divert nearly $70 million from Bank Bali to the Golkar Party. They also said that the report tracked the flow of money from Indonesia's Bank Restructuring Agency, which had nationalized Bank Bali, into a web of accounts held by people with ties to Golkar. The State Audit Board, which received the PricewaterhouseCoopers report, first urged the firm to release it. But threatened with lawsuits by the people named in the report, the board backed off. Now, it says, bank secrecy laws prevent disclosure. "In protecting all these people, it is true that I might be protecting guilty people," Satrio Budihardjo Joedono, the Audit Board chairman, said. "But let the police decide, let the lawyers decide. This is a question of
No Subject
Hi, I'm just helping my friend who needs to buy a car. Benz C-class, BMW 3 series, or Lexus ES 300 Year range between 1993 to 1996 If you have one and interested to sell it, please contact Jacky at 626-289-3976 Thanks. __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
No Subject
sorry lupa bilangin kalo temen saya tinggal di LA..so maybe only for those who live in LA area. thanks __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Ini saya paste-kan komentar langsung dari CW. === Terima kasih kepada semua yang berpolemik dan bahkan yang "menobatkan saya jadi "Salman Rushdie". Dialog kemarin itu belum apa apa, tunggu buku saya yang akan terbit tahun 2000 itu untuk mengikuti jejak Prof Abdus Salam yang Muslim tapi hebat dan canggih. Beliau berkata bahwa Muslim sejati itu hanya ada di Barat, Demokrasi dan Keadilan sosial, HAM dan keterbukaan, itulah Muslim sejati Sedang di Timur Tengah itu diktatur setan mengaku Muslim tapi tingkah lakunya setan jahiliyah membunuhi ummat dan bangsanya sendiri. Ini yang ngomong bukan CW yang Kristen tapi Prof Abdus Salam pemenang hadiah Nobel Fisika (jadi pakai otak, bukan pakai dengkul atau politik seperti Ramos Horta). Profesor yang benar benar berotak, sekaligus tetap Muslim, tapi ogah tinggal dinegara nya sendiri yang biadab menggantung Ali Bhutto jadi dia memilih dan dipilih sebagai Direktur International Center for Theoretical Physic di Italia. Ini adalah kutipan otentik dari buku Prof Abdus Salam. jadi bagi CW tidak peduli Kristen atau Islam, kalau salah ya harus dihukum. Termasuk LB Moerdani, Sudomo semua harus bertanggung jawab terhadap pembantaian dimanapun, dan tentunya oknum jendral Islam juga harus dihukum tidak boleh berlindung dibalik agama Islam. Ini saja statemen saya terhadap polemik Malaikat Jibrail. Sekali lagi terima kasih. Kalau anda pikir ini bisa melampaui "rasio" para netters yang saya anggap tidak perlu turun pangkat jadi preman, ya boleh anda edarkan kepada yang mengritik saya. Terserah anda, thanks. CW = Wassalam, Efron
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Halo Mas Jupri (maaf, saya nih orang Jawa yang nggak bisa basa Inggris), Kalau Anda mau melakukan wawancara imajiner kayak itu adalah hak Anda. Anda adalah bukan yang pertama. Anda juga bisa menulis surat resmi (bukan surat kaleng) kepada gereja untuk mengkritik habis gereja. Gereja akan menerima segala kritik Anda dengan tangan terbuka tanpa harus menaruh dendam seperti dengan membakar rumah Anda. Menyoal fasis memang dari sisi lain hal-hal yang Anda sebutkan juga bisa disebut fasis. George Washington? Saya kok nggak melihat itu. Malah ia memberi contoh yang baik kepada militer agar tak tamak untuk berkuasa. Brawijaya? Yang jelas Prabu Brawijaya alias Eyang Troy itu salah satu anggota milis ini. Terus terang saya lupa siapa Prabu Brawijaya yang Anda maksudkan. Yang beken zaman itu yang saya ingat Kertanegara, RW, Hayam Wuruk/Gadjah Mada, dan tentu yang paling beken adalah Arya Kamandanu :-) dengan pedang nagapuspa-nya. Saya kok nggak pernah berpikir kalau RI itu cikal-bakalnya adalah Sriwijaya-Majapahit. Setahu saya RI itu ya bekas India-Belanda (karena ada India-Inggris). Mengingat kebesaran masa lampu membuktikan bahwa kita terlena dan mabuk. Bukti terakhir saat SEAG lalu di Brunei. Memang sedikit banyak pola kehidupan kita ada kemiripan dengan Sriwijaya-Majapahit. Setidaknya cara menguasai Indonesia. Wassalam, Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, 29 September, 1999 21:46 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] Mas Jupri, Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama malaikat Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain mengapa mesti pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini saya mau berdiskusi dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo Tuhan itu satu dan sama). Okay, sebelum kita terjebak diskusi agama di milis ini mending saya berhenti. Tapi next time saya akan meniru gaya CW dengan melakukan wawancara imajiner dengan Yesus. Toh subjeknya sendiri diakui di ajaran Islam kan? Let's see bagaimana reaksi orang-orang. Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau menulis seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan. Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang seperti halnya Timtim. Okay tapi ingat...kebebasan cara memandang bukan berarti menohok cara pandang umum. Bila para pemersatu wilayah disebut fasis, lalu bagaimana sejarah dunia ini mau dipelajari? Bagaimana Alexander The Great, bagaimana George Washington? bagaimana dengan kaisar-kaisar yg mampu menyatukan Jepang yg sebelumnya wilayah yg berdiri sendiri-sendiri? Bagaimana dengan Inggris, Perancis, dlsb yang menyebarkan kekuasaan ke seluruh dunia? Apakah mereka fasis? Hmmm, sungguh aneh kalau Inggris, perancis, portugis tidak dibilang fasis, sementara orang seperti R. Wijaya adalah fasis. Bagaimana pula dengan AS yg menanamkan pengaruh ke seluruh dunia? Bener-bener paham keblinger nih Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh. Mas-mas Kodam Brawijaya sama universitas Brawijaya diambil dari mana? Masak nama Kodam diambil dari nama raja-raja terakhir Majapahit yg nggak beken? Memang buku sejarah kita menyatakan bahwa nama tersebut merupakan raja terakhir. Sebetulnya diambil dari kata bra-wijaya. Wijaya merefer ke pendiri kerajaan Majapahit ini, sedangkan 'bra' berarti agung. Semoga menjadi jelas. Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah "Indonesia" saat itu belum terdengar je. Hehehe jangan suka memungkiri bahwa keberadaan RI juga diinspirasi oleh keberadaan kerajaan-kerajaan masa lalu sejak Sriwijaya, Mataram, Majapahit dlsb. Bendera Merah Putih juga diinspirasikan oleh bendera (panji-panji) kerajaan-kerajaan itu. Memang Majapahit bukan satu-satunya kerajaan yg mempunyai bendera merah-putih (gula kelapa), masih ada beberapa kerajaan besar di Indonesia yg punya bendera semacam. Tapi jangan dipungkiri bahwa arti merah=berani, dan putih=suci diambil dari kerajaan-kerajaan itu. Ingat mas, bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya sendiri. Bukan memburuk-burukan seperti CW itu. Asal tahu saja, Thailand juga ikut mengklaim bahwa Sriwijaya sebetulnya berada di wilayah mereka, bukan di Sumsel. Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya lupa tolong berikan arsipnya. Ah gitu ya? Yah, sudahlah saya ngalah. Ngapain saya simpen. Bisa bengkak harddisk saya. -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara
artikel..
Salam Permias, Kiranya ada rekan2 permias ada yg bisa bantu saya utk 2 hal: 1.Beberapa waktu lalu ada berita ttg warga tim-tim yg dibakar oleh tentara australia... kira2 ada diantara rekan2 permias yg punya artikel/ceritanya dlm versi english yg legitimate... krn setau saya dikoran2 US / Canada local tidak ada. 2. Beberapa waktu lalu ada seorg teman saya yg berniat liburan ke negri belanda. Tapi sewaktu ingin meminta visa, langsung ditolak mentah2 stlh tahu temen saya itu warganegara Indonesia. walaupun semua persyaratan dan terlebih tiket return nya sdh ada ditangan temen saya. yg lebih tragis lagi, ada yg berniat akan menunaikan ibadah haji, tapi sudah di 'kasari' sewaktu ingin menanyakan segala persyaratan utk menjalan ibadah haji itu, (case nya sama dgn yg pertama, stlh di tanya kewarga negaraannya..) apa skrg ini org2 indonesia sdh di 'cekal' oleh beberapa negara. karna belakangan saya dengar, canada juga sdh mulai dgn aksi yg serupa. ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan saya sblmnya terima kasih salam, Mirza __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
No Subject
Wah, ada kabar menggembirakan dari Golkar, ternyata Reformasi suadah dimulai duluan Berita dari detikcom: Jakarta- A Gumiwang Kartasasmita boleh berbangga diri. Putera mantan Menko Ekuin Ginanjar Kartasamita itu terdaftar sebagai anggota DPR RI dengan usia termuda. Usianya genap 30 tahun pada 3 Januari 1999 lalu.
unsubscribe
__ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Dari CW untuk Jupri
Dari CW untuk diforward ke permias@. Efron Sent: Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Dari CW Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki maki pribadi dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas busuk Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja termasuk Cina Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan harus dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai mahasiswa Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler, jadi Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara total.
Re: Dari CW untuk Jupri
Ini CW = Christianto Wibisono yang punya PDBI ? Dari CW untuk diforward ke permias@. Efron Sent: Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Dari CW Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki maki pribadi dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas busuk Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja termasuk Cina Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan harus dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai mahasiswa Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler, jadi Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara total.
Re: Dari CW untuk Jupri
Tul sekale! Efron -Original Message- From: Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, 30 September, 1999 12:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Dari CW untuk Jupri Ini CW = Christianto Wibisono yang punya PDBI ? Dari CW untuk diforward ke permias@. Efron Sent: Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Dari CW Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki maki pribadi dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas busuk Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja termasuk Cina Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan harus dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai mahasiswa Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler, jadi Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara total.
Re: artikel..
Sebagai gambaran. Saat ini terjadi usaha penutupan Timtim dari pandangan RI. Semua wartawan harus mendapat rekomendasi, dan pergi ke Darwin. Jadi mereka (Interfet dan Aussie) dapat dikatakan 'mencekal' wartawan Indonesia. Hal inilah yang menyedihkan karena waktu TNI di sanapun semua wartawan dari manapun boleh masuk. Ini adalah upaya cuci otak. Mengenai kejadian pembakaran memang tidak pernah ada di berita luar negeri, kecuali di harian Sidney Morning Herald, yang sekaligus membantah tuduhan itu. Petinggi militer Aussie menyatakan bahwa hal ini fitnah. Saya sangat heran mengapa ABCNews dan CNN yang biasanya tidak pernah ketinggalan dengan SMH sama sekali tidak menyinggungnya. Makanya, tuduhan bahwa terjadi konspirasi barat menjadi relevan. Mungkin anda dapat membaca tanggapan Mahathir di New York (baca ABCNews, di bagian raw material. Ucapan senada pernah diucapkan oleh Mahathir lagi di harian "Bernama" (www.bernama.com) 2 hari lalu, eh, sekarang jadi 3 hari yg lalu. Penolakan-penolakan oleh negara-negara tertentu sangat keterlaluan. Inilah bukti dari kelakuan kekanak-kanakan bangsa barat yang mengaku menjunjung demokrasi, tetapi suka memaksakan kehendak. From: Mirza Raditya [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: artikel.. Date: Thu, 30 Sep 1999 01:04:18 GMT Salam Permias, Kiranya ada rekan2 permias ada yg bisa bantu saya utk 2 hal: 1.Beberapa waktu lalu ada berita ttg warga tim-tim yg dibakar oleh tentara australia... kira2 ada diantara rekan2 permias yg punya artikel/ceritanya dlm versi english yg legitimate... krn setau saya dikoran2 US / Canada local tidak ada. 2. Beberapa waktu lalu ada seorg teman saya yg berniat liburan ke negri belanda. Tapi sewaktu ingin meminta visa, langsung ditolak mentah2 stlh tahu temen saya itu warganegara Indonesia. walaupun semua persyaratan dan terlebih tiket return nya sdh ada ditangan temen saya. yg lebih tragis lagi, ada yg berniat akan menunaikan ibadah haji, tapi sudah di 'kasari' sewaktu ingin menanyakan segala persyaratan utk menjalan ibadah haji itu, (case nya sama dgn yg pertama, stlh di tanya kewarga negaraannya..) apa skrg ini org2 indonesia sdh di 'cekal' oleh beberapa negara. karna belakangan saya dengar, canada juga sdh mulai dgn aksi yg serupa. ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan saya sblmnya terima kasih salam, Mirza __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Dari CW untuk Jupri
Lho kok gitu ya? Hehehe Inikah sang intelektual ternama? Yang sering muncul di seminar-seminar? Baru saya bilang rasist sudah dibilang kata-kata tidak terhormat. Yang mana yang lebih tidak terhormat dengan mengatai semua orang yg tidak sependapat dengan sebutan nafas busuk dasamuka? Yang tidak sejalan dengan pemikiran CW lalu mewarisi doktrin Suharto? Yah, sudah lah...;) Kalau begitu sejak sekarang saya akan menentang CW ah. Ngomong-ngomong emang ada yang nyamain CW dengan Salman Rushdi? Saya nggak pernah menyinggung soal si geblek Salman Rushdi tuh? +anjas --- From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Dari CW untuk Jupri Date: Thu, 30 Sep 1999 10:39:53 +0700 Dari CW untuk diforward ke permias@. Efron Sent: Thursday, 30 September, 1999 8:43 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Dari CW Saya tidak akan melayani polemik yang berbau preman pakai memaki maki pribadi dengan kata kata yang tidak terhormat. Itu adalah bagian dari nafas busuk Dasamuka yang saya tentang, dimana saja dan oleh ras siapa saja termasuk Cina Beijing yang membantai mahasiswa di Tiananmen juga berbau busuk dan harus dilawan. Konspirasi pembantai mahasiswa Tiananmen dan pembantai mahasiswa Trisakti, Semanggi I/II harus dilawan seperti orang melawan Hitler, jadi Hitler Jiang Zemin dan HItler Jakarta juga harus dilawan secara total. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Dari CW untuk Jupri
Saya juga heran, kok ternyata CW tidak seintelek yang saya kira. Lho kok gitu ya? Hehehe Inikah sang intelektual ternama? Yang sering muncul di seminar-seminar? Baru saya bilang rasist sudah dibilang kata-kata tidak terhormat. Yang mana yang lebih tidak terhormat dengan mengatai semua orang yg tidak sependapat dengan sebutan nafas busuk dasamuka? Yang tidak sejalan dengan pemikiran CW lalu mewarisi doktrin Suharto? Yah, sudah lah...;) Kalau begitu sejak sekarang saya akan menentang CW ah. Ngomong-ngomong emang ada yang nyamain CW dengan Salman Rushdi? Saya nggak pernah menyinggung soal si geblek Salman Rushdi tuh? +anjas
Korea 1950: Ribuan civilian Korut dibantai AS
Inilah wajah sang polisi dunia yang menjunjung tinggi azas demokrasi. Kejadian ini terjadi di Korea tahun 1950-an. Mereka menutupi rapat-rapat hampir 50 tahun, sebelum akhirnya para bekas GI yg melakukan pembantaian tidak tahan sendiri dan bercerita. http://abcnews.go.com/sections/world/DailyNews/koreaUS990929.html Massacre at No Gun Ri American GIs Confirm Korean Accounts of a Large-Scale Massacre by U.S. Troops Chun Choon-ja tells her survival story at the site where witnesses say U.S. troops opened fire on and killed South Korean refugees under the railway bridge. U.S. veterans' accounts of the incident support the Koreans' claims. (Ahn Young-joon/AP Photo) By Sang-Hun Choe, Charles J. Hanley and Martha Mendoza The Associated Press It was a story no one wanted to hear: Early in the Korean War, villagers said, American soldiers machine-gunned hundreds of helpless civilians under a railroad bridge in the South Korean countryside. When the families spoke out, seeking redress, they met only rejection and denial, from the U.S. military and their own government in Seoul. Now a dozen ex-GIs have spoken, too, and support their story with haunting memories from a "forgotten" war. American veterans of the Korean War say that in late July 1950, in the conflict's first desperate weeks, U.S. troops killed a large number of South Korean refugees, many of them women and children, trapped beneath a bridge at a hamlet called No Gun Ri. At Least 100, or `Hundreds,' Killed In interviews with The Associated Press, ex-GIs speak of 100 or 200 or "hundreds" dead. The Koreans, whose claim for compensation was rejected last year, say 300 were killed at the bridge and 100 in a preceding air attack. American soldiers, in their third day at the warfront, feared North Korean infiltrators among the fleeing South Korean peasants, veterans told the AP. The ex-GIs described other refugee killings as well in the war's first weeks, when U.S. commanders ordered their troops to shoot civilians, citizens of an allied nation, as a defense against disguised enemy soldiers, according to once-classified documents found by the AP in U.S. military archives. Six veterans of the 1st Cavalry Division said they fired on the civilians at No Gun Ri, and six others said they witnessed the mass killing. "We just annihilated them," said ex-machine gunner Norman Tinkler of Glasco, Kan. Claims for Retribution Denied After five decades, none gave a complete, detailed account. But the ex-GIs agreed on such elements as time and place, and on the preponderance of women, children and old men among the victims. Some said they were fired on from among the refugees beneath the bridge. But others said they don't remember hostile fire. One said they later found a few disguised North Korean soldiers among the dead. But others disputed