[ppiindia] Re: proyek peluru kendali P.T. Pindad

2005-05-05 Terurut Topik lingga_kurniawan
Posting yang bagus sekali.

--- In ppiindia@yahoogroups.com, imuchtarom [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 Menurut hemat saya, tumbuhnya industri-2 padat
 teknologi dalam suatu negara, terutama negara
 berkembang tidak bisa mengandalkan 'inisiatif'
 dari kampus/perguruan tinggi saja, kecuali
 khusus jenis industri jasa seperti jasa
 konsultasi, jasa studi/survey, jasa desain,
 termasuk desain software.
 
 Kultur di dalam kampus sangatlah berbeda
 dari kultur di 'lapangan', termasuk industri.
 Tidak sulit untuk membayangkan berapa ribu
 insinyur yang diluluskan dari fakultas-2
 teknik P.T. seluruh Indonesia per tahunnya.
 Seandainya di misalkan 50 % dari mereka di
 dalam tugas akhir/ skripsi nya mengerjakan
 suatu prototip /produk teknologi, maka
 dapat di hitung, setiap tahunnya berapa
 buah prototip alat/produk teknologi yang
 dihasilkan oleh fakultas-2 teknik di seluruh
 Indonesia.
 
 This is not to mention sebagian mahasiswa
 FMIPA dan Fak. Pertanian, Fak. Kehutanan
 yang tugas akhirnya kebetulan juga membuat
 prototip alat. Biasanya (atau seharusnya)
 topik-2 akhir mahasiswa S1 atau S2
 tsb. mrpk. bagian terintegrasi dari
 topik penelitian dosennya. Taruhlah
 dari hasil-2 tersebut setiap tahunnya
 ada 10 % yang sebenarnya layak untuk
 di produksi/di kirim ke production line
 agar menjadi produk yang bisa dimanfaatkan
 oleh masyarakat/pasar; kenyataannya sebagian
 besar biasanya tetap teronggok di gudang
 laboratorium, tanpa ada tindak lanjutnya.
 
 Bayangkan, seandainya tidak ada industri
 pesawat seperti IPTN, meskipun di Indonesia
 (paling tidak) ada 1 Jurusan Teknik Penerbangan
 (Aeronautical Engineering) dengan sekian puluh
 lulusan sarjana S1 setiap tahunnya = taruhlah
 dengan tambahan beberapa lulusan S2/tahun
 dan satu lulusan S3/tahunnya, saya tidak
 yakin dalam 100 tahun ke depan Indonesia
 bakal punya industri pesawat terbang.
 
 ( It took a person with power like the
 former President Soeharto and a person
 with vision and 'derived' power like
 Minister Habibie to realize such a dream )
 
 Peran perguruan tinggi dalam hal industri
 manufaktur adalah s/d menghasilkan
 * prototipe laboratorium * dan menghasilkan
 (calon) tenaga ahli/SDM nya. Bukan untuk
 mewujudkan semuanya dari awal hingga akhir.
 
 Untuk mewujudkan sebuah industri manufaktur
 perguruan tinggi memerlukan * kekuatan tarik
 (pulling force) * dari luar. Ini misalnya
 bisa berupa program pemerintah, inisiatif
 perusahaan swasta, atau kombinasi keduanya.
 Sejak tahun 1990 an sebetulnya pemerintah
 memang sudah meluncurkan program  dana
 untuk riset  kerjasama semacam ini,
 termasuk apa yang disebut sebagai
 RUK (Riset Unggulan Kemitraan) yang
 mengharuskan adanya peran dunia usaha
 di dalamnya.
 
 ***
 
 Negara-2 industri maju yang dulu terlibat
 Perang Dunia II (jerman, UK, USA, Jepang)
 banyak sekali memetik hasil perkembangan
 teknologi selama dan setelah perang.
 Sementara negara-2 dunia ketiga hanya
 sekedar memanfaatkan senjata hasil
 rampasan atau bantuan negara lain.
 
 Banyak sekali contoh teknologi yang asalnya
 dikembangkan untuk teknologi hankam/defense,
 lalu kemudian di trickle-down untuk
 aplikasi komersial pula, contohnya teknologi
 radar, komputer, komunikasi spread-spectrum,
 internet, dan GPS, termasuk pula teknologi
 bahan/material.
 
 Sampai hari ini, masih cukup banyak
 perusahaan di Amerika, baik perusahan
 raksasa maupun kecil dan menengah yang
 praktis hidupnya mengandalkan adanya
 kontrak-2 pekerjaan dari Departemen
 Pertahanan.
 
 Pemerintah USA juga ingin memacu tumbuhnya
 perusahaan-2 skal kecil tetapi dengan
 muatan teknologi yang tinggi, dengan
 cara memberikan dana awal melalui kontrak
 R  D ( melalui seleksi proposal ) misalnya
 yang melalui 2 paket program yang disebut
 SBIR dan STTR:
 
 * SBIR (Small Business Innovation Research)
 * STTR (Small Business Technology Transfer)
 
 http://www.acq.osd.mil/sadbu/sbir/
 
 
 Oleh karena itu tidak terlalu salah
 jika negara seperti Indonesia mulai
 merintis pengembangan sendiri teknologi
 Hankam, baik utk. mengurangi ketergantungan
 pada negara lain, juga dengan harapan
 sebagian hasilnya juga bisa di trickle
 -down untuk produk komersial.
 
 Di bawah ini ada kutipan berita yang
 cukup menarik.
 
 = ihm =
 
 http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/05/0602.htm
 
 
 Sabtu 05 Maret 2005,
 
 
 Bekerja Sama dengan Lapan dan LEN
 ---
 Pindad Kembangkan Projek Peluru Kendali
 
 
 BANDUNG, (PR).-
 Projek pembuatan peluru kendali antipesawat terbang tengah
 dilakukan di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan
 udara akibat embargo suku cadang dari AS dan Inggris. Desain
 dan produksi peluru kendali bersangkutan, dilakukan oleh PT
 Pindad Bandung yang bekerja sama dengan Lapan (Lembaga Antariksa
 dan Penerbangan Nasional) dan PT LEN Industri.
 
 Beberapa sumber di kalangan militer, Kamis (3/2) menyebutkan,
 projek itu dimaksudkan untuk 

[ppiindia] Democratic Ideal and New Colonialism

2005-05-05 Terurut Topik lingga_kurniawan
http://globalpolitician.com/articleshow.asp?ID=552cid=12

Democratic Ideal and New Colonialism
Sam Vaknin, Ph.D. - 4/7/2005
Never doubt that a small group of thoughtful concerned individuals
can precipitate change in the world ... indeed, it is the only thing
that ever has
(Margaret Mead)

Democracy is not the rule of the people. It is government by
periodically vetted representatives of the people. Democracy is not
tantamount to a continuous expression of the popular will as it
pertains to a range of issues. Functioning and fair democracy is
representative and not participatory. Participatory people power is
mob rule, not democracy.

Granted, people power is often required in order to establish
democracy where it is unprecedented. Revolutions - velvet, rose, and
orange - recently introduced democracy in Eastern Europe, for
instance. People power - mass street demonstrations - toppled
obnoxious dictatorships from Iran to the Philippines and from Peru to
Indonesia.

But once the institutions of democracy are in place and more or less
functional, the people can and must rest. They should let their chosen
delegates do the job they were elected to do. And they must hold their
emissaries responsible and accountable in fair and free ballots once
every two or four or five years.

As heads of the state in Latin America, Africa, Asia, and East Europe
can attest, these vital lessons are lost on the dozens of new
democracies the world over. Many of these presidents and prime
ministers, though democratically elected (multiply, in some cases),
have fallen prey to enraged and vigorous people power movements in
their countries.

And these breaches of the democratic tradition are not the only or
most egregious ones.

The West boasts of the three waves of democratization that swept
across the world 1975. Yet, in most developing countries and nations
in transition, democracy is an empty word. Granted, the hallmarks of
democracy are there: candidate lists, parties, election propaganda,
and voting. But its quiddity is absent. It is being consistently
hollowed out and rendered mock by election fraud, exclusionary
policies, cronyism, corruption, intimidation, and collusion with
Western interests, both commercial and political.

The new democracies are thinly-disguised and criminalized
plutocracies (recall the Russian oligarchs), authoritarian regimes
(Central Asia and the Caucasus), or Vichy-like heterarchies
(Macedonia, Bosnia, and Iraq, to mention three recent examples).

The new democracies suffer from many of the same ills that afflict
their veteran role models: murky campaign finances, venal revolving
doors between state administration and private enterprise, endemic
corruption, self-censoring media, socially, economically, and
politically excluded minorities, and so on. But while this malaise
does not threaten the foundations of the United States and France - it
does imperil the stability and future of the likes of Ukraine, Serbia,
and Moldova, Indonesia, Mexico, and Bolivia.

Worse still, the West has transformed the ideal of democracy into an
ideology at the service of imposing a new colonial regime on its
former colonies. Spearheaded by the United States, the white and
Christian nations of the West embarked with missionary zeal on a
transformation, willy-nilly, of their erstwhile charges into paragons
of democracy and good governance.

And not for the first time. Napoleon justified his gory campaigns by
claiming that they served to spread French ideals throughout a
barbarous world. Kipling bemoaned the White Man's (civilizing)
burden, referring specifically to Britain's role in India. Hitler
believed himself to be the last remaining barrier between the hordes
of Bolshevism and the West. The Vatican concurred with him.

This self-righteousness would have been more tolerable had the West
actually meant and practiced what it preached, however
self-delusionally. Yet, in dozens of cases in the last 60 years alone,
Western countries intervened, often by force of arms, to reverse and
nullify the outcomes of perfectly legal and legitimate popular and
democratic elections. They did so because of economic and geopolitical
interests and they usually installed rabid dictators in place of the
deposed elected functionaries.

This hypocrisy cost them dearly. Few in the poor and developing world
believe that the United States or any of its allies are out to further
the causes of democracy, human rights, and global peace. The nations
of the West have sown cynicism and they are reaping strife and
terrorism in return.

Moreover, democracy is far from what it is made out to be. Confronted
with history, the myth breaks down.

For instance, it is maintained by their chief proponents that
democracies are more peaceful than dictatorships. But the two most
belligerent countries in the world are, by a wide margin, Israel and
the United States (closely followed by the United Kingdom). As of
late, China is one of the most tranquil polities.


[ppiindia] Re: Rangkaian kekerasan terbaru di Irak

2005-05-03 Terurut Topik lingga_kurniawan

--- In ppiindia@yahoogroups.com, Sandy Dwiyono
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 03.05.2005
  
 Rangkaian kekerasan terbaru di Irak
  
 Oleh: Peter Phillip
  
 (Serangan kekerasan dan teror di Irak terus berlanjut)
  
 Setelah terbentuknya pemerintahan demokratis pertama di Irak, aksi
kekerasan dan serangan teror di negara itu terus berlangsung. Sukses
membentuk pemerintahan baru di Irak, ternyata tidak otomatis berarti
keberhasilan politik. Irak, layaknya seperti lahan uji coba
persenjataan terbaru pihak pendudukan. Nyawa rakyat Irak seperti tiada
harganya, setiap hari puluhan nyawa rakyat Irak melayang sia-sia. 
 
 Sejak hari Jumat (29/4) hingga Senin (2/5) ini, gelombang aksi
kekerasan terbaru di Irak menewaskan lebih dari 100 orang. Artinya,
apa yang diharapkan pasukan pendudukan AS maupun pemerintah baru Irak,
dengan pembentukan pemerintah demokratis, aksi kekerasan akan menurun
karena rakyat memiliki perasaan aman, hanyalah harapan kosong.
 
 Sekarang, kelompok perlawanan di Irak mengarahkan serangannya
terhadap pasukan keamanan Irak. Dalam gelombang serangan bom bunuh
diri terbaru, sebagian besar korban adalah tentara dan polisi Irak.
Kini tujuan serangan sudah berubah, tidak hanya berusaha membunuh atau
melukai pasukan pendudukan, melainkan juga mematahkan harapan muluk
pemerintah di Washington maupun di Baghdad. Di lain pihak, penasehat
keamanan nasional pemerintah Irak, Muwafak al Ruba'ie, dalam wawancara
dengan stasiun televisi AS, CNN menegaskan tercapainya kemajuan dalam
perang melawan kelompok pembangkang. Dengan optimis, Ruba'ie
mengatakan, tulang punggung kelompok pemberontak sudah berhasil
dipatahkan.
 
 Memang terdapat beberapa sukses kecil, di dalam perang melawan
kelompok perlawanan Irak. Misalnya saja penangkapan beberapa warga
Irak, oleh tentara AS dan tentara Irak, berkaitan dengan kasus
penculikan dan pembunuhan Margaret Hassan, direktur lembaga bantuan
CARE di Irak sekitar enam bulan lalu. Dalam beberapa kali razia
militer di dekat kota Madain, sedikitnya 11 orang ditangkap, dengan
dugaan melakukan penculikan dan pembunuhan tsb. Selain itu disita
barang bukti, berupa senjata serta tas berisi pakaian dan dokumen,
yang diduga milik Margaret Hasan. 
 
 Tetapi keberhasilan kecil semacam itu tidak banyak artinya, untuk
memutus aksi teror di Irak. Buktinya, gelombang serangan bom terus
berlanjut. Aksi penculikan juga terus berlangsung. Akhir pekan lalu,
diumumkan terjadinya penculikan warga Australia, Douglas Wood yang
bekerja sebagai insinyur di Irak. Pemancar televisi Inggris Sky News,
menayangkan video Wood yang diapit dua orang bersenjata dengan wajah
tertutup, dan mengajukan tuntutan, agar seluruh tentara koalisi
pendudukan segera ditarik dari Irak. PM Australia, John Howard
menegaskan, tidak akan menyerah terhadap tekanan kelompok perlawanan
Irak, walaupun dalam hatinya, Howard mungkin sangat terguncang. Howard
juga menyebutkan, akan melakukan segala cara, untuk membebaskan
warganya yang disandera.
 
 Sementara itu, di dalam pasukan koalisi pendudukan Irak, juga
mencuat ketegangan baru antara AS dan Italia, berkaitan dengan
tertembak matinya petinggi dinas rahasia Italia, Nicola Calipari
beberapa bulan lalu. Washington bersikeras, prajuritnya di Bagdad
sudah bertindak tepat. Sementara Roma menilai, telah terjadi salah
prosedur. 
 
 Menimbang aksi kekerasan yang terus meningkat, negara-negara
tetangga Irak, yakni Turki, Iran, Arab Saudi, Kuwait, Yordania, Suriah
dan Mesir pada akhir pekan lalu menyepakati ditingkatkannya pengawasan
perbatasan ke Irak. Sasarannya, untuk mencegah penyusupan militan
asing ke Irak. Tetapi siapakah yang sanggup memagari perbatasan Irak,
yang ribuan kilometer panjangnya? Juga disepakati kerjasama lebih erat
dengan pemerintahan di Baghdad. Namun juga dipertanyakan, apakah
langkah-langkah ini akan mampu mencegah serangan teror berikutnya di
Irak. 
 
 
 
 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
 http://mail.yahoo.com 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]








 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL 

[ppiindia] Re: Mengharamkan Poligami, Melindungi Perzinahan

2005-05-03 Terurut Topik lingga_kurniawan
CMIIW = Correct Me If I am Wrong :)

--- In ppiindia@yahoogroups.com, trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] wrote:
 btw, apa sih arti CMIIW ini? sy kok makin tulalit..(icon malu²in..)
 
 irwank2k2 [EMAIL PROTECTED] wrote:Yang jelas, dalam workshop mengenai
'Kepedulian Remaja mengenai
 masalah HIV/AIDS' dan mungkin pelatihan lain (khususnya yang
 diberikan pada ABG di sekolah) yang disampaikan adalah sosialisasi
 kondom dan simulasi penggunaannya..
 (eits jangan ngeres dulu ya - simulasinya pake buah pisang koq).. :-P
 Sebagai salah satu upaya utama 'menutup' celah atau dampak
 penyebaran HIV/AIDS yakni kebiasaan atau perilaku seks bebas. :-P
 
 Jadi, para aktifis HIV/AIDS (Yayasan dan perorangan) itu dan
 kelompok yang seide rupanya lebih peduli pada penyebaran 
 kondom ketimbang penyadaran sikap 'masyarakat' dengan alasan 
 sulitnya mengubah kebiasaan orang.. :-(
 
 Artinya bicara kebiasaan/budaya, koq jadi ada kemiripan ya antara 
 perilaku seks bebas, korupsi dan beragam perilaku menyimpang lain..
 Yang ujungnya kembali lagi ke ucapan: 'Udah deh biasa-biasa aja..'..
 Atau dalam bahasa ungkapan Mbah RonggoWarsito (yang sangat
 terkenal) dan kira bunyinya sudah disesuaikan: 
 
 'Di akhir jaman nanti itu akan ada jaman edan.. 
 yang gak edan gak kebagian.. 
 kecuali mereka yang ingat dan waspada..'
 
 Eh bener gak yah bunyi kalimatnya? :D
 CMIIW..
 
 Wassalam,
 
 Irwan.K
 
 
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami wrote:
  Assalamu'alaikum wr wb,
  
  Saat ini, banyak orang yang menggugat poligami sembari
  berusaha mengharamkan poligami. Padahal poligami
  adalah sesuatu hal yang halal. Boleh dilakukan atau
  tidak.
  
  Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
  terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
  mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain)
  yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
  jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265],
  maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak
  yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
  kepada tidak berbuat aniaya. [An Nisaa':3]
  
  Dan sesungguhnya, halalnya poligami itu bukan saja
  ditetapkan dalam Islam. Di kitab Taurat dan Alkitab
  sendiri dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim punya 2 istri
  (Sarah dan Hagar), Nabi Yakub punya 6 istri, Daud
  punya 100 istri, dan Solomon punya 1000 istri. 
  
  Ajaran Islam justru membatasi poligami hingga maksimal
  hanya 4 saja.
  
  Sesungguhnya ada banyak hikmah yang belum kita ketahui
  dibalik penghalalan poligami, di antaranya:
  1. Jumlah wanita cenderung lebih banyak dari pria.
  Sebagai contoh, pada pemilu kemarin, jumlah pemilih
  wanita (wanita dewasa) 4% (sekitar 4 juta) lebih
  banyak dari pria. Nah jika dipaksakan monogami, ada 4
  juta wanita yang tidak kebagian jodoh. 
  
  Mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis mereka.
  Akhirnya di berbagai negara, timbullah banyak pelacur
  wanita. Meski pelacur pria ada, tapi jumlah pelacur
  wanita jauh lebih banyak, karena memang jumlah wanita
  lebih banyak dari pria.
  
  2. Wanita menopause/frigid pada usia 40-50 tahun,
  sementara pria umur 60 tahun lebih banyak yang masih
  kuat. Pelarangan poligami, akan menimbulkan
  perceraian atau perzinahan atau keduanya.
  
  Sebaliknya, umumnya kelompok anti-poligami cenderung
  membela seks bebas dan perzinahan. Mereka pro tayangan
  yang penuh pornografi. Mereka melindungi praktek
  pelacuran dengan mengganti sebutan pelacur menjadi
  Pekerja Seks Komersial. Berzinah dianggap sebagai
  pekerjaan! Padahal Allah melarang perzinahan:
  
  Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina
  itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
  yang buruk. [Al Israa':32]
  
  Kelompok anti poligami ini mendukung gerakan
  pornografi/seks bebas. Contohnya ada yang membela film
  Buruan Cium Gue, dsb.
  
  Mana yang lebih baik, poligami dengan kewajiban
  memberi nafkah lahir dan batin pada istri2nya, serta
  tanggung-jawab terhadap pendidikan anaknya. Ataukah
  praktek pelacuran/perselingkuhan, di mana anak yang
  lahir jadi anak haram atau digugurkan sebelum lahir?
  
  Penyakit aids terjadi akibat praktek seks bebas di
  mana seorang pelacur bisa melayani 1000 pria berbeda
  seumur hidupnya dan pezinah pria bisa menzinahi lebih
  dari 1000 wanita seumur hidupnya. Itulah gaya hidup
  orang-orang sekuler yang menentang poligami, tapi
  membela seks bebas.
  
  Kita telah membaca firman Allah dalam Al Qur'an. Ada 2
  pilihan: mengimani atau mengingkarinya.
  
  Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya;
  petunjuk bagi mereka yang bertaqwa [Al Baqoroh:2]
  
  Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al
  Kitab (Al Quran). Maka orang-orang yang telah kami
  berikan kepada mereka Al Kitab (Taurat) mereka beriman
  kepadanya (Al Quran); dan di antara mereka
  (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya.
  Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat kami selain
  orang-orang kafir. [Al Ankabuut:47]
  
  wassalam
  
  Bacalah artikel tentang