[ppiindia] Re: proyek peluru kendali P.T. Pindad
Posting yang bagus sekali. --- In ppiindia@yahoogroups.com, imuchtarom [EMAIL PROTECTED] wrote: Menurut hemat saya, tumbuhnya industri-2 padat teknologi dalam suatu negara, terutama negara berkembang tidak bisa mengandalkan 'inisiatif' dari kampus/perguruan tinggi saja, kecuali khusus jenis industri jasa seperti jasa konsultasi, jasa studi/survey, jasa desain, termasuk desain software. Kultur di dalam kampus sangatlah berbeda dari kultur di 'lapangan', termasuk industri. Tidak sulit untuk membayangkan berapa ribu insinyur yang diluluskan dari fakultas-2 teknik P.T. seluruh Indonesia per tahunnya. Seandainya di misalkan 50 % dari mereka di dalam tugas akhir/ skripsi nya mengerjakan suatu prototip /produk teknologi, maka dapat di hitung, setiap tahunnya berapa buah prototip alat/produk teknologi yang dihasilkan oleh fakultas-2 teknik di seluruh Indonesia. This is not to mention sebagian mahasiswa FMIPA dan Fak. Pertanian, Fak. Kehutanan yang tugas akhirnya kebetulan juga membuat prototip alat. Biasanya (atau seharusnya) topik-2 akhir mahasiswa S1 atau S2 tsb. mrpk. bagian terintegrasi dari topik penelitian dosennya. Taruhlah dari hasil-2 tersebut setiap tahunnya ada 10 % yang sebenarnya layak untuk di produksi/di kirim ke production line agar menjadi produk yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat/pasar; kenyataannya sebagian besar biasanya tetap teronggok di gudang laboratorium, tanpa ada tindak lanjutnya. Bayangkan, seandainya tidak ada industri pesawat seperti IPTN, meskipun di Indonesia (paling tidak) ada 1 Jurusan Teknik Penerbangan (Aeronautical Engineering) dengan sekian puluh lulusan sarjana S1 setiap tahunnya = taruhlah dengan tambahan beberapa lulusan S2/tahun dan satu lulusan S3/tahunnya, saya tidak yakin dalam 100 tahun ke depan Indonesia bakal punya industri pesawat terbang. ( It took a person with power like the former President Soeharto and a person with vision and 'derived' power like Minister Habibie to realize such a dream ) Peran perguruan tinggi dalam hal industri manufaktur adalah s/d menghasilkan * prototipe laboratorium * dan menghasilkan (calon) tenaga ahli/SDM nya. Bukan untuk mewujudkan semuanya dari awal hingga akhir. Untuk mewujudkan sebuah industri manufaktur perguruan tinggi memerlukan * kekuatan tarik (pulling force) * dari luar. Ini misalnya bisa berupa program pemerintah, inisiatif perusahaan swasta, atau kombinasi keduanya. Sejak tahun 1990 an sebetulnya pemerintah memang sudah meluncurkan program dana untuk riset kerjasama semacam ini, termasuk apa yang disebut sebagai RUK (Riset Unggulan Kemitraan) yang mengharuskan adanya peran dunia usaha di dalamnya. *** Negara-2 industri maju yang dulu terlibat Perang Dunia II (jerman, UK, USA, Jepang) banyak sekali memetik hasil perkembangan teknologi selama dan setelah perang. Sementara negara-2 dunia ketiga hanya sekedar memanfaatkan senjata hasil rampasan atau bantuan negara lain. Banyak sekali contoh teknologi yang asalnya dikembangkan untuk teknologi hankam/defense, lalu kemudian di trickle-down untuk aplikasi komersial pula, contohnya teknologi radar, komputer, komunikasi spread-spectrum, internet, dan GPS, termasuk pula teknologi bahan/material. Sampai hari ini, masih cukup banyak perusahaan di Amerika, baik perusahan raksasa maupun kecil dan menengah yang praktis hidupnya mengandalkan adanya kontrak-2 pekerjaan dari Departemen Pertahanan. Pemerintah USA juga ingin memacu tumbuhnya perusahaan-2 skal kecil tetapi dengan muatan teknologi yang tinggi, dengan cara memberikan dana awal melalui kontrak R D ( melalui seleksi proposal ) misalnya yang melalui 2 paket program yang disebut SBIR dan STTR: * SBIR (Small Business Innovation Research) * STTR (Small Business Technology Transfer) http://www.acq.osd.mil/sadbu/sbir/ Oleh karena itu tidak terlalu salah jika negara seperti Indonesia mulai merintis pengembangan sendiri teknologi Hankam, baik utk. mengurangi ketergantungan pada negara lain, juga dengan harapan sebagian hasilnya juga bisa di trickle -down untuk produk komersial. Di bawah ini ada kutipan berita yang cukup menarik. = ihm = http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/05/0602.htm Sabtu 05 Maret 2005, Bekerja Sama dengan Lapan dan LEN --- Pindad Kembangkan Projek Peluru Kendali BANDUNG, (PR).- Projek pembuatan peluru kendali antipesawat terbang tengah dilakukan di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan udara akibat embargo suku cadang dari AS dan Inggris. Desain dan produksi peluru kendali bersangkutan, dilakukan oleh PT Pindad Bandung yang bekerja sama dengan Lapan (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) dan PT LEN Industri. Beberapa sumber di kalangan militer, Kamis (3/2) menyebutkan, projek itu dimaksudkan untuk
[ppiindia] Democratic Ideal and New Colonialism
http://globalpolitician.com/articleshow.asp?ID=552cid=12 Democratic Ideal and New Colonialism Sam Vaknin, Ph.D. - 4/7/2005 Never doubt that a small group of thoughtful concerned individuals can precipitate change in the world ... indeed, it is the only thing that ever has (Margaret Mead) Democracy is not the rule of the people. It is government by periodically vetted representatives of the people. Democracy is not tantamount to a continuous expression of the popular will as it pertains to a range of issues. Functioning and fair democracy is representative and not participatory. Participatory people power is mob rule, not democracy. Granted, people power is often required in order to establish democracy where it is unprecedented. Revolutions - velvet, rose, and orange - recently introduced democracy in Eastern Europe, for instance. People power - mass street demonstrations - toppled obnoxious dictatorships from Iran to the Philippines and from Peru to Indonesia. But once the institutions of democracy are in place and more or less functional, the people can and must rest. They should let their chosen delegates do the job they were elected to do. And they must hold their emissaries responsible and accountable in fair and free ballots once every two or four or five years. As heads of the state in Latin America, Africa, Asia, and East Europe can attest, these vital lessons are lost on the dozens of new democracies the world over. Many of these presidents and prime ministers, though democratically elected (multiply, in some cases), have fallen prey to enraged and vigorous people power movements in their countries. And these breaches of the democratic tradition are not the only or most egregious ones. The West boasts of the three waves of democratization that swept across the world 1975. Yet, in most developing countries and nations in transition, democracy is an empty word. Granted, the hallmarks of democracy are there: candidate lists, parties, election propaganda, and voting. But its quiddity is absent. It is being consistently hollowed out and rendered mock by election fraud, exclusionary policies, cronyism, corruption, intimidation, and collusion with Western interests, both commercial and political. The new democracies are thinly-disguised and criminalized plutocracies (recall the Russian oligarchs), authoritarian regimes (Central Asia and the Caucasus), or Vichy-like heterarchies (Macedonia, Bosnia, and Iraq, to mention three recent examples). The new democracies suffer from many of the same ills that afflict their veteran role models: murky campaign finances, venal revolving doors between state administration and private enterprise, endemic corruption, self-censoring media, socially, economically, and politically excluded minorities, and so on. But while this malaise does not threaten the foundations of the United States and France - it does imperil the stability and future of the likes of Ukraine, Serbia, and Moldova, Indonesia, Mexico, and Bolivia. Worse still, the West has transformed the ideal of democracy into an ideology at the service of imposing a new colonial regime on its former colonies. Spearheaded by the United States, the white and Christian nations of the West embarked with missionary zeal on a transformation, willy-nilly, of their erstwhile charges into paragons of democracy and good governance. And not for the first time. Napoleon justified his gory campaigns by claiming that they served to spread French ideals throughout a barbarous world. Kipling bemoaned the White Man's (civilizing) burden, referring specifically to Britain's role in India. Hitler believed himself to be the last remaining barrier between the hordes of Bolshevism and the West. The Vatican concurred with him. This self-righteousness would have been more tolerable had the West actually meant and practiced what it preached, however self-delusionally. Yet, in dozens of cases in the last 60 years alone, Western countries intervened, often by force of arms, to reverse and nullify the outcomes of perfectly legal and legitimate popular and democratic elections. They did so because of economic and geopolitical interests and they usually installed rabid dictators in place of the deposed elected functionaries. This hypocrisy cost them dearly. Few in the poor and developing world believe that the United States or any of its allies are out to further the causes of democracy, human rights, and global peace. The nations of the West have sown cynicism and they are reaping strife and terrorism in return. Moreover, democracy is far from what it is made out to be. Confronted with history, the myth breaks down. For instance, it is maintained by their chief proponents that democracies are more peaceful than dictatorships. But the two most belligerent countries in the world are, by a wide margin, Israel and the United States (closely followed by the United Kingdom). As of late, China is one of the most tranquil polities.
[ppiindia] Re: Rangkaian kekerasan terbaru di Irak
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Sandy Dwiyono [EMAIL PROTECTED] wrote: 03.05.2005 Rangkaian kekerasan terbaru di Irak Oleh: Peter Phillip (Serangan kekerasan dan teror di Irak terus berlanjut) Setelah terbentuknya pemerintahan demokratis pertama di Irak, aksi kekerasan dan serangan teror di negara itu terus berlangsung. Sukses membentuk pemerintahan baru di Irak, ternyata tidak otomatis berarti keberhasilan politik. Irak, layaknya seperti lahan uji coba persenjataan terbaru pihak pendudukan. Nyawa rakyat Irak seperti tiada harganya, setiap hari puluhan nyawa rakyat Irak melayang sia-sia. Sejak hari Jumat (29/4) hingga Senin (2/5) ini, gelombang aksi kekerasan terbaru di Irak menewaskan lebih dari 100 orang. Artinya, apa yang diharapkan pasukan pendudukan AS maupun pemerintah baru Irak, dengan pembentukan pemerintah demokratis, aksi kekerasan akan menurun karena rakyat memiliki perasaan aman, hanyalah harapan kosong. Sekarang, kelompok perlawanan di Irak mengarahkan serangannya terhadap pasukan keamanan Irak. Dalam gelombang serangan bom bunuh diri terbaru, sebagian besar korban adalah tentara dan polisi Irak. Kini tujuan serangan sudah berubah, tidak hanya berusaha membunuh atau melukai pasukan pendudukan, melainkan juga mematahkan harapan muluk pemerintah di Washington maupun di Baghdad. Di lain pihak, penasehat keamanan nasional pemerintah Irak, Muwafak al Ruba'ie, dalam wawancara dengan stasiun televisi AS, CNN menegaskan tercapainya kemajuan dalam perang melawan kelompok pembangkang. Dengan optimis, Ruba'ie mengatakan, tulang punggung kelompok pemberontak sudah berhasil dipatahkan. Memang terdapat beberapa sukses kecil, di dalam perang melawan kelompok perlawanan Irak. Misalnya saja penangkapan beberapa warga Irak, oleh tentara AS dan tentara Irak, berkaitan dengan kasus penculikan dan pembunuhan Margaret Hassan, direktur lembaga bantuan CARE di Irak sekitar enam bulan lalu. Dalam beberapa kali razia militer di dekat kota Madain, sedikitnya 11 orang ditangkap, dengan dugaan melakukan penculikan dan pembunuhan tsb. Selain itu disita barang bukti, berupa senjata serta tas berisi pakaian dan dokumen, yang diduga milik Margaret Hasan. Tetapi keberhasilan kecil semacam itu tidak banyak artinya, untuk memutus aksi teror di Irak. Buktinya, gelombang serangan bom terus berlanjut. Aksi penculikan juga terus berlangsung. Akhir pekan lalu, diumumkan terjadinya penculikan warga Australia, Douglas Wood yang bekerja sebagai insinyur di Irak. Pemancar televisi Inggris Sky News, menayangkan video Wood yang diapit dua orang bersenjata dengan wajah tertutup, dan mengajukan tuntutan, agar seluruh tentara koalisi pendudukan segera ditarik dari Irak. PM Australia, John Howard menegaskan, tidak akan menyerah terhadap tekanan kelompok perlawanan Irak, walaupun dalam hatinya, Howard mungkin sangat terguncang. Howard juga menyebutkan, akan melakukan segala cara, untuk membebaskan warganya yang disandera. Sementara itu, di dalam pasukan koalisi pendudukan Irak, juga mencuat ketegangan baru antara AS dan Italia, berkaitan dengan tertembak matinya petinggi dinas rahasia Italia, Nicola Calipari beberapa bulan lalu. Washington bersikeras, prajuritnya di Bagdad sudah bertindak tepat. Sementara Roma menilai, telah terjadi salah prosedur. Menimbang aksi kekerasan yang terus meningkat, negara-negara tetangga Irak, yakni Turki, Iran, Arab Saudi, Kuwait, Yordania, Suriah dan Mesir pada akhir pekan lalu menyepakati ditingkatkannya pengawasan perbatasan ke Irak. Sasarannya, untuk mencegah penyusupan militan asing ke Irak. Tetapi siapakah yang sanggup memagari perbatasan Irak, yang ribuan kilometer panjangnya? Juga disepakati kerjasama lebih erat dengan pemerintahan di Baghdad. Namun juga dipertanyakan, apakah langkah-langkah ini akan mampu mencegah serangan teror berikutnya di Irak. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL
[ppiindia] Re: Mengharamkan Poligami, Melindungi Perzinahan
CMIIW = Correct Me If I am Wrong :) --- In ppiindia@yahoogroups.com, trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] wrote: btw, apa sih arti CMIIW ini? sy kok makin tulalit..(icon malu²in..) irwank2k2 [EMAIL PROTECTED] wrote:Yang jelas, dalam workshop mengenai 'Kepedulian Remaja mengenai masalah HIV/AIDS' dan mungkin pelatihan lain (khususnya yang diberikan pada ABG di sekolah) yang disampaikan adalah sosialisasi kondom dan simulasi penggunaannya.. (eits jangan ngeres dulu ya - simulasinya pake buah pisang koq).. :-P Sebagai salah satu upaya utama 'menutup' celah atau dampak penyebaran HIV/AIDS yakni kebiasaan atau perilaku seks bebas. :-P Jadi, para aktifis HIV/AIDS (Yayasan dan perorangan) itu dan kelompok yang seide rupanya lebih peduli pada penyebaran kondom ketimbang penyadaran sikap 'masyarakat' dengan alasan sulitnya mengubah kebiasaan orang.. :-( Artinya bicara kebiasaan/budaya, koq jadi ada kemiripan ya antara perilaku seks bebas, korupsi dan beragam perilaku menyimpang lain.. Yang ujungnya kembali lagi ke ucapan: 'Udah deh biasa-biasa aja..'.. Atau dalam bahasa ungkapan Mbah RonggoWarsito (yang sangat terkenal) dan kira bunyinya sudah disesuaikan: 'Di akhir jaman nanti itu akan ada jaman edan.. yang gak edan gak kebagian.. kecuali mereka yang ingat dan waspada..' Eh bener gak yah bunyi kalimatnya? :D CMIIW.. Wassalam, Irwan.K --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami wrote: Assalamu'alaikum wr wb, Saat ini, banyak orang yang menggugat poligami sembari berusaha mengharamkan poligami. Padahal poligami adalah sesuatu hal yang halal. Boleh dilakukan atau tidak. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265], maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [An Nisaa':3] Dan sesungguhnya, halalnya poligami itu bukan saja ditetapkan dalam Islam. Di kitab Taurat dan Alkitab sendiri dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim punya 2 istri (Sarah dan Hagar), Nabi Yakub punya 6 istri, Daud punya 100 istri, dan Solomon punya 1000 istri. Ajaran Islam justru membatasi poligami hingga maksimal hanya 4 saja. Sesungguhnya ada banyak hikmah yang belum kita ketahui dibalik penghalalan poligami, di antaranya: 1. Jumlah wanita cenderung lebih banyak dari pria. Sebagai contoh, pada pemilu kemarin, jumlah pemilih wanita (wanita dewasa) 4% (sekitar 4 juta) lebih banyak dari pria. Nah jika dipaksakan monogami, ada 4 juta wanita yang tidak kebagian jodoh. Mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis mereka. Akhirnya di berbagai negara, timbullah banyak pelacur wanita. Meski pelacur pria ada, tapi jumlah pelacur wanita jauh lebih banyak, karena memang jumlah wanita lebih banyak dari pria. 2. Wanita menopause/frigid pada usia 40-50 tahun, sementara pria umur 60 tahun lebih banyak yang masih kuat. Pelarangan poligami, akan menimbulkan perceraian atau perzinahan atau keduanya. Sebaliknya, umumnya kelompok anti-poligami cenderung membela seks bebas dan perzinahan. Mereka pro tayangan yang penuh pornografi. Mereka melindungi praktek pelacuran dengan mengganti sebutan pelacur menjadi Pekerja Seks Komersial. Berzinah dianggap sebagai pekerjaan! Padahal Allah melarang perzinahan: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. [Al Israa':32] Kelompok anti poligami ini mendukung gerakan pornografi/seks bebas. Contohnya ada yang membela film Buruan Cium Gue, dsb. Mana yang lebih baik, poligami dengan kewajiban memberi nafkah lahir dan batin pada istri2nya, serta tanggung-jawab terhadap pendidikan anaknya. Ataukah praktek pelacuran/perselingkuhan, di mana anak yang lahir jadi anak haram atau digugurkan sebelum lahir? Penyakit aids terjadi akibat praktek seks bebas di mana seorang pelacur bisa melayani 1000 pria berbeda seumur hidupnya dan pezinah pria bisa menzinahi lebih dari 1000 wanita seumur hidupnya. Itulah gaya hidup orang-orang sekuler yang menentang poligami, tapi membela seks bebas. Kita telah membaca firman Allah dalam Al Qur'an. Ada 2 pilihan: mengimani atau mengingkarinya. Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa [Al Baqoroh:2] Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran). Maka orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka Al Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al Quran); dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat kami selain orang-orang kafir. [Al Ankabuut:47] wassalam Bacalah artikel tentang