- Original Message -
From: Auzar
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 14, 2004 1:54 AM
Subject: Re: [balerong] Pemurtadan di Sumbar
pindah agama/pemurtadan kalau kita baca di mass
media , sejak dulu sudah sering terjadi.
pertanyaannya adalah bagaimana itu bisa
terjadi
kalau kita cermati masalah agama khususnya kita
yang beragama islam adalah sejauhmana orang tersebut memahami, menghayati serta
mengamalkan agama itu sendiri dalam hidup dan kehidupan di dumia.
semakin tinggi tingkat pemahaman, serta penghayatan
dan pengamalan seseorang terhadap agama yang diyakininya, maka pemindahan
tersebut tidak mungkin terjadi.
jadi menurut saya, pindahnya sesorang dari agama
islam ke agama lain disebabkan oleh dua faktor
1. faktor internal yang bersangkutan
ini merupakan faktor utama sebagai benteng
kehidupan sesorang dalam menjalani hidup ini.
kita ( termasuk penulis sendiri) kadang2 hanya
sebatas pemahaman, serta penghayatan thd agama itu sendiri belum sampai pada
taraf pengamalan yang hakiki sebagaimana allah swt kehendaki.
sebagai contoh hal pengamalan agama
ada dua anak manusia yang satu ustad, ahli agama ,
pintar, orang terpandang, fasih baca alquran, suka beri khotbah
dll.
yang satu lagi, miskin, tidak fasih baca alquran,
tidak punya baju/pakaian, rumah, papa
kedua anak manusia tersebut pada suatu hari
menemukan sebuah dompet yang isinya uang senilai 31M.
bagi simiskin, uang tersebut diberitahukan ke
camat/lurah, rt bahwa ia menemukan uang dan diumumkan di balerong dan
selanjutnya dikembalikan ke yang punya.
siustad, begitu temukan uang lirik kanan, kiri,
tidak ada orang, uang tersebut dibawah kerumah diserahan anak
istri.
pertanyaannya, mana yang dikehendaki allah
swt.
2. faktor eksternal
faktor ini sebetulnya dalam alquran sudah ditulis
all, bahwa syeitaan akan selalu menyesatkan umat nabi muhamad saw ( silahkan
tanya ke ustad).
manusia lain bisa mempengaruhi kita dengan
menggunakan kelemahan yang ada didiri kita. seperti ditulis juga dalam quran ,
bahwa miskin bisa menyebabkan orang kafir
jadi marilah kita dalam hidup ini belajar
mengamalkan apa yang agama ajarkan kepada kita
sekian
note
bagi ustad2, mohon maaf jika analisanya keliru,
kalao kurang pas mohon bimbingan dan petunjukya.
- Original Message -
From:
Joni
Har
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 14, 2004 2:42
PM
Subject: Re: [balerong] Pemurtadan di
Sumbar
Onde Tan Bungsu sajak bilo pulo lah barubah jadi pengamat ko .
Dari pado paniang paniang mamikian Parmutan tu , Rancak makan pisang
kapiak sambiamanunggu Penampakan di lobang japang .? lai yakin Tan
bungsu akan dunia Lain...???
Farlo [EMAIL PROTECTED]
wrote:
Selasa,13 Juli 200417:09:00Kasus Pemurtadan di Sumbar Bagian Konflik
Barat-Timur
Padang-RoL-- Sosiolog dari Sumbar, Dr Moechtar Naim
menyebutkan, kasus-kasus pemurtadan di Sumbar saat ini merupakan bagian dari
konflik global antara pihak Barat (nonmuslim) dengan pihak Timur (muslim)
usai berakhirnya perang dingin antara bekas negara Uni Sovyet dan sekutunya
dengan Amerika bersama sekutunya.
Kasus pemurtadan (pindah agama) di Sumbar tidak berdiri sendiri tapi
bagian dari konflik global di dunia antara barat dan timur, ujar Moechtar
yang juga anggota MPR-RI asal Sumbar itu di Padang, Selasa.
Konflik dua "kutub" dengan latar belakang dan kepentingan berbeda ini
merupakan bagian dari dikotomi kehidupan manusia sejak ratusan tahun lalu,
tambahnya.
Menurut dia, fakta konflik Timur dan Barat di sisi ajaran agama ini telah
ditemukan sejak ratusan lalu hingga saat ini. Sebagai contoh di wilayah Asia
Tenggara seperti konflik di Mindano Filipina yang berawal tersingkirnya kaum
muslim dari Manila ke wilayah selatan Filipina.
Padahal tambahnya, ibukota Manila didirikan raja muslim Kerajaan Melayu
di daerah itu yang kebetulan punya garis keturunan dari Minangkabau
(Sumbar). Namun proses sejarah yang diwarnai permurtadan kaum muslim
besar-besaran di negara itu menyebabkan sejarah kejayaan Islam di daerah itu
lenyap.
Kasus serupa juga terjadi pada kaum muslim melayu di Singapura yang
akhirnya tersingkir karena proses pemurtadan sehingga saat ini negara itu
mayoritas dikuasai keturunan Cina nonmuslim.
Moechtar menyebutkan, di Indonesia kasus serupa juga terjadi ditandai
dengan terus berkurangnya jumlah kaum muslim di negara berpenduduk sekitar
210 juta jiwa ini.
Menurut dia, pada tahun 70-an jumlah kaum nonmuslim Indonesia hanya 4,5
persen dari total penduduk, tapi saat ini mencapai 20 persen dan pertengahan
abad ke-21 diperkirakan menjadi 50 persen.
Kenyataan ini menunjukkan, proses permurtadan tengah gencar terjadi di
Indonesia saat ini melalui berbagai cara, terutama terjadi melalui bidang
pendidikan, pengobatan rumah sakit, kegiatan