Re: [R@ntau-Net] Hikayat henpon di kampuang awak
Muhammad Irfan writes: --kud(uang)- > Hal yang sama terjadi ketika Internet mulai berkembang di tahun 93/94... > Ketakutan akan cyberporn dan sebagai-nya menjadi diskusi hangat tentang perlu > tidaknya internet dikembangkan atau diblok. > Tetapi kenyataannya RantauNet yang menjalin silahturahmi kita diseluruh dunia ini > lahir dari Internet. > > Teknologi saat ini memungkinkan sebuah email dikirimkam melalui smsdan sebaliknya > Bukankah ini juga mengambarkan ada potensi kita untuk lebih sering berinteraksi > dengan orang kampung kita dengan.Dalam hitungan beberapa detik melalui sebuah > email yang dikirim ke henpon pengurus mesjidkita dapat mengabarkan bahwa bantuan > untuk mesjid di kampung telah ditransfer > > Pada intinya...dibalik pesimistis hikayat ini...sesungguhnya ada optimistis yang > mungkinjauh lebih besar.. > > Jangan salah pahamwalaupun saya bekerja di bidang telekomunikasi > selulartetap saya ingin melihat ini secara obyektif,...Teknologi itu harus kita > kendalikan...dan jangan takut untuk menjadi pengubah teknologi itu sendiri . > > > Wassalam... > > Irfan,... > > > Assalamualaikum WW Sanak Irfan. Saya mendukung dan percaya pertumbuhan komunikasi akan menopang pertumbuhan ekonomi. Malah menurut survey di LN (katanya) setiap pertumbuhan komunikasi 1% akan memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi 3%. Allahualal. Tapi dengan telepon memang dapat dihemat waktu dan uang. Misal mau transaksi bisnis, yang dulu harus pakai surat dan diantar dengan kurir, Tapi kini dapat dilaksanakan dengan bantuan elektronik. Sambil jalan, kalau dapat bantu saya, bgmn caranya mengirim email pakai sms. Dulu pernah di lewakan disini, tapi file saya hilang. Karena kepercayaan saya akan perkembangan komunikasi akan membuka cakrawala orang, saya berinisiatif untuk mengadakan kursus komputer dan internet masal di pesantren dikampuang saya dengan murah. Murah karena akupansi komputer dipertinggi, sehari bisa 10 jam. Dengan bayaran Rp. 1000 perjam training perorang, maka banyak orang yang dapat ikut kursus. Karena dunia internet dan komunikasi, dengan ciloteh saya di milist saya mendapat banyak bantuan netter. Yang sangat berkesan bagi saya, didunia caruik bungkang dan mimbar bebas di Minangnet kami dapat juga bantuan 4 komputer (pentium 3 bekas). Tolong doakan dan beri bantuan moril dan materil dalam usaha kami "makes people surf in cyber" untuk membuka cakrawala santri, yang biasanya cuma berkutat jo buku kuning dan sejenisnya. Tinggal kini mereka dapat melihat dari sisi yang Irfan kemukakan. Internet kan serupa dengan kehidupan nyata. Mau kemana kita, mau jelek atau rusak, atau mau memanfaatkannya untuk memperlkuas pandangan itu terserah pada pelayarnya bukan? Wassalamualaikum WW Darul 50 ++ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Hikayat henpon di kampuang awak
Halo uda Hendra,.. Cerita yang menarik !! Dan terus terang memang ada kejadian seperti hikayat ini.. Saya juga mengobservasinya ketika pulang kampung desember yang lalu... Tetapi kl bisa comment lebih jauh... Hikayat ini terlalu pesimis akan kenyataan yang ada. Dan mungkin sedikit berlebihan :) (jangan salah paham) Kehadiran teknologi selular dengan sms sbg aplikasi yg paling menarik harus dilihat dari dua sisi. Henpon secara nyata perkambangannya lebih cepat penyebarannya dibandingkan telepon tetap, karena dari sisi operator dan investasi lebih murah terutama tidak perlu menggelar kabel yang ruwet dan investasinya besar... Sehingga dengan pertimbangan tersebut, jaringan telepon bergerak masuk ke desa-desa dengan cepat Dan wajar bila digemari/diminati, terutama dengan teknologi sms seperti yang ada di hikayat ini...(sementara dengan fixed telepon feature sms-nya pun terbatas saat ini) Bayangkan dengan 350 perak, sebuah pesan dapat dikirimkan ke seluruh dunia..Dengan sejumlah 350 perak sebuah pesan bisa datang dari maninjau ke tanah arab mengabarkan suasana kampung menyambut idul adha kepada saudara yang lagi menjalankan ibadah haji,. :) Dengan 350 perak, urang pasisie bisa mengabarkan ke padang..bahwa hasil melaut-nya bisa diambil di bungus:) Tentunya dua contoh diatas merupakan hal yang positif... Dengan arti kata lain ...tetap harus dilihat dari dua sisi... Hal yang sama terjadi ketika Internet mulai berkembang di tahun 93/94... Ketakutan akan cyberporn dan sebagai-nya menjadi diskusi hangat tentang perlu tidaknya internet dikembangkan atau diblok. Tetapi kenyataannya RantauNet yang menjalin silahturahmi kita diseluruh dunia ini lahir dari Internet. Teknologi saat ini memungkinkan sebuah email dikirimkam melalui smsdan sebaliknya Bukankah ini juga mengambarkan ada potensi kita untuk lebih sering berinteraksi dengan orang kampung kita dengan.Dalam hitungan beberapa detik melalui sebuah email yang dikirim ke henpon pengurus mesjidkita dapat mengabarkan bahwa bantuan untuk mesjid di kampung telah ditransfer Pada intinya...dibalik pesimistis hikayat ini...sesungguhnya ada optimistis yang mungkinjauh lebih besar.. Jangan salah pahamwalaupun saya bekerja di bidang telekomunikasi selulartetap saya ingin melihat ini secara obyektif,...Teknologi itu harus kita kendalikan...dan jangan takut untuk menjadi pengubah teknologi itu sendiri . Wassalam... Irfan,... -Original Message- From: Hendra Messa [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, January 29, 2004 1:34 PM To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) Subject: [EMAIL PROTECTED] Hikayat henpon di kampuang awak ada cerita hikayat menarik dari milis FLP , sebuah kisah nyata ttg sebuah kampuang di nagari awak, kampuang terpencil di dekat kota Bukittinggi. Semoga bisa menjadi perenungan berharga , mengenai efek sosial budaya dari teknologi , bagi dunsanak awak di kampuang . salam hangat HM - Hikayat Henpon Masuk Kampung ( oleh Edri Sumitra ) Dulu pada masanya di kampungku Ada mic tua, dengan lubang-lubang ujung berkarat Dijadikan rebutan anak-anak yang tidur di surau ketika ramadhan datang Direbutkan untuk tadarus, juga direbutkan untuk bangunkan orang sahur Ada tabuh tua dari kulit sapi dari korban bulan haji Digendangkan ketika ada kematian menimpa Hingga berbondong-bondong orang melayat dan mendoakan si ahli kubur Tak lupa ada si belo penjaga masjid Tak banyak cakap ia karena bisu ia memang Bikin sendok nasi dari tempurung ia punya keahlian hingga maut menjemput Tak lupa pak tuo bahar si muazin abadi Sering ia tidak enak hati jika ada yang menggantikannya hingga maut juga memanggil Waktu berganti persis daun gugur berganti Anak-anak menghilang Tabuh kulit hancur Si belo dan pak tuo bahar sudah dijemput ajal Dan orang-orang pun beramai-ramai melupakan kejadiannya Berganti lagi waktu Ketika orang kota berkeinginan dengan berbicara tanpa bertatap Bisa bicara dimana saja, dari wc hingga gedung tinggi Dan dari iklan di ti-pi yang Cuma satu stasiun masuk kampungku Orang kenal dengan henpon Pada awalnya pengurus masjid beli hen pon Awalnya niat baik menggampangkan perhubungan dengan orang rantau Biar duit lancar tuk membangun masjid Lalu beragam pula lah muncul alasan orang tuk membelinya Ada yang butuh perhubungan sanak di rantau Ada juga Yang butuh kontak dengan cukong-cukong penjual cat lemari Dan kemalangan itu tidak tertolakkan lagi Maka berlomba-lombalah orang membeli Duit jual padi tidak lebih dari 20 belek tentu cukup tuk membeli Juga duit jual 4 lemari buatan sendiri juga cukup membeli Hingga anak-anak pun yang dulunya tidak tahu menggunakan remote ti-pi Merengek minta dibelikan Padahal jamanku dulu, mobil-mobilan pun kami tidak pernah beli Herannya aku, tidak segelintir pun aku melihat hen-pon itu digunakan Ia sekedar dijinjing, ditarohkan di celana yang sempit Biar menyembul dan orang b
[R@ntau-Net] Hikayat henpon di kampuang awak
ada cerita hikayat menarik dari milis FLP , sebuah kisah nyata ttg sebuah kampuang di nagari awak, kampuang terpencil di dekat kota Bukittinggi. Semoga bisa menjadi perenungan berharga , mengenai efek sosial budaya dari teknologi , bagi dunsanak awak di kampuang . salam hangat HM - Hikayat Henpon Masuk Kampung ( oleh Edri Sumitra ) Dulu pada masanya di kampungku Ada mic tua, dengan lubang-lubang ujung berkarat Dijadikan rebutan anak-anak yang tidur di surau ketika ramadhan datang Direbutkan untuk tadarus, juga direbutkan untuk bangunkan orang sahur Ada tabuh tua dari kulit sapi dari korban bulan haji Digendangkan ketika ada kematian menimpa Hingga berbondong-bondong orang melayat dan mendoakan si ahli kubur Tak lupa ada si belo penjaga masjid Tak banyak cakap ia karena bisu ia memang Bikin sendok nasi dari tempurung ia punya keahlian hingga maut menjemput Tak lupa pak tuo bahar si muazin abadi Sering ia tidak enak hati jika ada yang menggantikannya hingga maut juga memanggil Waktu berganti persis daun gugur berganti Anak-anak menghilang Tabuh kulit hancur Si belo dan pak tuo bahar sudah dijemput ajal Dan orang-orang pun beramai-ramai melupakan kejadiannya Berganti lagi waktu Ketika orang kota berkeinginan dengan berbicara tanpa bertatap Bisa bicara dimana saja, dari wc hingga gedung tinggi Dan dari iklan di ti-pi yang Cuma satu stasiun masuk kampungku Orang kenal dengan henpon Pada awalnya pengurus masjid beli hen pon Awalnya niat baik menggampangkan perhubungan dengan orang rantau Biar duit lancar tuk membangun masjid Lalu beragam pula lah muncul alasan orang tuk membelinya Ada yang butuh perhubungan sanak di rantau Ada juga Yang butuh kontak dengan cukong-cukong penjual cat lemari Dan kemalangan itu tidak tertolakkan lagi Maka berlomba-lombalah orang membeli Duit jual padi tidak lebih dari 20 belek tentu cukup tuk membeli Juga duit jual 4 lemari buatan sendiri juga cukup membeli Hingga anak-anak pun yang dulunya tidak tahu menggunakan remote ti-pi Merengek minta dibelikan Padahal jamanku dulu, mobil-mobilan pun kami tidak pernah beli Herannya aku, tidak segelintir pun aku melihat hen-pon itu digunakan Ia sekedar dijinjing, ditarohkan di celana yang sempit Biar menyembul dan orang bertanya ada benda apa itu di celana Lalu ia katakan itu hen pon seperti orang kota Melontarlah pujian dan senanglah hati sang empunya Tidak jarang ia dikalungkan Hingga bertambah takjublah orang yang melihat Aduhai betapa kecil hen pon nya persis seperti yang dikalungkan gadis cantik di ti-pi Semenjak demam hen pon itu Aku melihat saban hari orang berbondong ke kota Bukittingi kota itu, 12 kilo jaraknya dari kampungku Padahal biasanya orang paling sering sekali seminggu ke kota Pada akhirnya tahulah aku... Hen pon itu Cuma bisa digunakan di kota Gelombangnya Cuma bisa ditangkap di sana Hingga orang pun untuk bercakap harus menempuh jarak 12 kilo dulu Pada mulanya orang berbicara di hen pon Tentunya dengan menempuh jarak 12 kilo dulu Untuk keperluan yang cukup penting, Berbicara dengan sanak di rantau Memberitakan ihwal kematian, perkawinan dan sebagainya Tetapi dasar mental melayu Semenjak tahu gelombang Cuma bisa ditangkap di kota berbondong-bondonglah Orang kampungku ke kota Tidak lagi sekedar beritakan ihwal penting Bahkan hanya untuk bercakap sesama mereka dan kirim-kirim es em es Mereka jauhkan diri dari kampung Hingga anak-anak pun bolos sekolah Demi gelombang yang hanya bisa ditangkap di kota Dan semenjak itu pula.. Surau menjadi sepi Karena anak-anak tidak lagi mengaji Akibat sibuk mencari gelombang hen pon di kota Tidak lagi ada yang belajar pasambahan penuh makna dengan liku kata-kata Akibat bahasa lugas es em es pengecut jadi pedoman bertutur Kebun pun menjadi terbengkalai Bengkel-bengkel perabot bisu tiada lagi bunyi gergaji Hingga kotak amal yang diedarkan tiap jumat pun tidak pernah lagi terisi Alasannya beli pulsa Lalu ku pikir Dari sawah yang tiada lagi hasilkan padi senisab Bengkel perabot yang tiada lagi angkut lemari Anak yang tidak lagi mengaji Adat pasambahan yang tidak lagi bertali Aku paham Kampuang ku bangkrut sudah ! __ Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free web site building tool. Try it! http://webhosting.yahoo.com/ps/sb/ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net