Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)
As salamu alaykum WW. Ambo mahunui pisau dapua yo ka mangupeh mangga men no mak Sutan, kok mandanga kritik urang ambo mamakai pangaratian mental picture, yang formula nyo action , reaction. Rang awam tandensi no yo ma imitasi nan tibo, mukasuik no, kalau urang mangaritik no, ano baliak mangaritik urang, kalau sadang manyetir di serempet dek urang di kaja no urang tu no sarempet lo , kalau paralu sarempet no labiah kareh yea ?Jadi reaksi no tagantuang mentaliti urang no, ma no ko no yea ? formula no A imitates B equal urang awam alias common people, eferidei pipol yea ? Atau pakai mentaliti open society, society is imperfect, wouldn't be perfect, can close to perfect so they open the door to suggestion , recommendation, argumentation, tambah sakalian sen duo sen yea ? awak mangaku hidup di open society tapi parangai pakai parangai urang close society, defensive, offensive yea ? urang di open society mentaliti no admit, willing to change yea ?. Awak urang islam sabana no tantu diambiak kaji awak surang manga pulo kaji urang baraik nan kadi jadian role model dek awak yea ? Wattaqullahaladzi tasya aluna bihi wal arham, innallaha kana alaykum raqiba yea ? kewajiban awak basamo manjago persaudaraan baa gak ti mak Sutan. ditambah jo hadis, lah tujuah puluah anam kali manasehati dunsanak nan salah baru awak manyarah, sahiah ndak sahiah hadis no ambo ibaraik no cuman ma opor sajo nan di dapek dari sanak nan lain. Ba a ja di no urusan kito nan sabana no sanak ? maningkek an kehidupan social ekonomi nan islami ranah nantun. datuak dalu, garam inggirih. - Original Message - From: Titik [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, May 30, 2002 8:42 PM Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan) Assalamu'alaikum wr. wb, Disnilah keimanan seoorang itu diuji, apakah naik pitam menghunus pisau dapua dek mandanga kritik logika. Soal beda pendapat itu soal azasi Sanak, RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 === Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED] Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama: -mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda] -berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda] Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung ===
Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)
Masalahnya lain, Pak. Jangan karena mengusung beda pendapat lalu kita membolehkan orang ngomong seenaknya. Itu bukan demokrasi yang betul. Nah, yang ditulis oleh Urpas itu bukan sekadar beda pendapat, tapi sudah menghina dina, merendahkan, dan melecehkan ajaran Islam, khususnya syariat Islam. Kalau dia orang Islam, tentu dia sembahyang atau minimal puasa, padahal shalat dan puasa itu adalah syariat Islam juga. Nah apakah dia konsisten dengan yang dia katakan? Menghina apa yang dia rendahkan? Oke, memang ada segelintir orang yang tidak setuju peenarpan syariat Islam di Indonesia, namun pendapat yang mereka kemukakan masih tetap elegan, tidak menghina atau merendahkan. Tapi yang diucapkan Urpas? Naudzubillah min zalik, kalau bapak-bapak membaca kembali tulisannya sebelum ini, maka kalau Bapak mempunyai rasa cinta kepada agama dan tidak ingin agama bapak dihina, tentulah sudah mendidih darah bapak membacanya. Tapi kalau bapak menganggapnya biasa- biasa saja, maka tanyakanlah kepada diri sendiri sampai sejauh mana kecintaan anda kepada Allah dan rasulnya? wassalam' Quoting Iswandri [EMAIL PROTECTED]: ambo satuju pulojaan gara-gara beda warna kito bacakak, jaan gara-gara beda pikiran kito batangka...kini baa nan karancak untuak mambangun nagari kito minang kabaunan tacinto - Original Message - From: Ojie Said [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 31, 2002 3:21 AM Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja Assamua'laikum ww.. Saya sangat setuju sekali dengan pendapat Sdr. Indra Pilliang...benar dalam hidup ini kita telah diciptakan oleh Allah Swt bermacam macam, ada putih dan hitam , ada manis dan pahit, ada tinggi dan rendah dll...cobalah kita belajar untuk tidak marah dan berpikiran lapang, kalau ada orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Jadi dengan cara mengeluarkan Upsa (siapapun namanya) itu tidak benar dan saya kurang setuju. Jadi sama dengan mengeksikusi seseorang...hanya karena berbeda pendapat?Kalau seandainya di dunia nyata , dia akan dikeroyok rame rame..Allah SWT pun tidak sekejam itu. Kenapa kita tidak belajar untuk menerima perbedaan?...dunia itu justeru indah karena banyak warna warna maaf..kalau ada kata kata saya yang tidak berkenan, karena saya bukan penulis yang baik seperti Sdr. IP, tetapi saya harus menyampaikan pendapat apa adanya. Dan saya bangga sebagai urang awak, karena belajar kelakar (Beda pendapat) dari kecil...:) wassalam... RP --- Indra Piliang [EMAIL PROTECTED] ote: Beberapa waktu lalu, saya membeli buku hasil seminar tentang Sumatera Barat di TIM, tahun lalu. Buku itu saya hadiahkan kepada teman saya, Saldi Isra, yang menjadi dosen FH Unand Padang dan penulis yang produktif untuk persoalan amandemen konstitusi. Saya ingat sekali bagaimana Taufik Abdullah begitu memburangsang. Orang Minang kini terlalu suka menepuk dada. Jarang yang suka mentertawakan diri. Kalau dibaca karya-karya sastra tahun 1930-an, lihat betapa begitu intensifnya urang Minang mentertawakan diri. Semuanya ditertawakan, mulai dari Surau, Adat, urang tua, semuanya. Saya juga ingat, betapa intensifnya polemik sesama orang Minang di koran-koran, bahkan membahana sampai Eropa. Bagaimana tajamnya polemik antara penjunjung adat dengan penjunjung agama. bagaimana kencangnya hinaan atas adat, juga atas Islam. Tapi toh, semuanya berjalan baik, dan justru menghidupkan dunia intelektual Minang. karakter dan pemikiran apa sih yang tak ada di Minang? Sosialisme, komunisme, Islamisme, nasionalisme, semuanya ada. Mulai filsafat sampai teknik memanjatkan beruk ke kepala, eh, kelapa. Toh tak terdengar adanya pengusiran yang memalukan. tak terdengar adanya pembunuhan. bahkan hampir semuanya menjadi pimpinan. Kenapa? karena ada kepercayaan, bahwa inti keunggulan komparatif budaya Minang adalah mengakui dan membiarkan adanya perbedaan. Saya tak setuju pendapat anda. Tapi saya akan membela mati-matian hak anda untuk menyatakannya begitu kata Voltaire. Lihat juga bagaimana sengitnya polemik antara Agus Salim dengan Radjiman Wediodiningrat, antara Tan Malaka dengan Stalin, antara Natsir dengan Soekarno. Semuanya hidup, semuanya bercahaya, semuanya menggali pikiran-pikiran terdalam, baik dari masa lalu atau untuk masa depan. Kalau teman-teman disini berlaku aniaya terhadap orang lain yang mengeluarkan pendapatnya, di alam maya, menggunakan teknologi bikinan orang-orang Barat, ya sudah, silakan masuk ke jeruji besi pikiran masing-masing. Silakan tafakur saja sendiri. Untuk apa pula gunanya forum yang amat bagus ini. Saya kira si Upaih ini hanya bermain-main dengan logika. Kalau si A boleh, kenapa si B tak boleh? Apa bedanya? Anggap aja ini permainan, jangan terlalu dimasukkan kedalam hati. kalau memang teman-teman
Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)
Ass.wr.wb. Ambo setuju doh Mr Rinaldi, cuma saran Ambo, Let it go,capek... kenapa? Ano bisa muncul dengan namo lain, terus mau diapain...,kawan no ado nan sabaun!. let it go Men..!let it go.. ok. --- Rinaldi Munir [EMAIL PROTECTED] wrote: Masalahnya lain, Pak. Jangan karena mengusung beda pendapat lalu kita membolehkan orang ngomong seenaknya. Itu bukan demokrasi yang betul. Nah, yang ditulis oleh Urpas itu bukan sekadar beda pendapat, tapi sudah menghina dina, merendahkan, dan melecehkan ajaran Islam, khususnya syariat Islam. Kalau dia orang Islam, tentu dia sembahyang atau minimal puasa, padahal shalat dan puasa itu adalah syariat Islam juga. Nah apakah dia konsisten dengan yang dia katakan? Menghina apa yang dia rendahkan? Oke, memang ada segelintir orang yang tidak setuju peenarpan syariat Islam di Indonesia, namun pendapat yang mereka kemukakan masih tetap elegan, tidak menghina atau merendahkan. Tapi yang diucapkan Urpas? Naudzubillah min zalik, kalau bapak-bapak membaca kembali tulisannya sebelum ini, maka kalau Bapak mempunyai rasa cinta kepada agama dan tidak ingin agama bapak dihina, tentulah sudah mendidih darah bapak membacanya. Tapi kalau bapak menganggapnya biasa- biasa saja, maka tanyakanlah kepada diri sendiri sampai sejauh mana kecintaan anda kepada Allah dan rasulnya? wassalam' Quoting Iswandri [EMAIL PROTECTED]: ambo satuju pulojaan gara-gara beda warna kito bacakak, jaan gara-gara beda pikiran kito batangka...kini baa nan karancak untuak mambangun nagari kito minang kabaunan tacinto - Original Message - From: Ojie Said [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 31, 2002 3:21 AM Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja Assamua'laikum ww.. Saya sangat setuju sekali dengan pendapat Sdr. Indra Pilliang...benar dalam hidup ini kita telah diciptakan oleh Allah Swt bermacam macam, ada putih dan hitam , ada manis dan pahit, ada tinggi dan rendah dll...cobalah kita belajar untuk tidak marah dan berpikiran lapang, kalau ada orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Jadi dengan cara mengeluarkan Upsa (siapapun namanya) itu tidak benar dan saya kurang setuju. Jadi sama dengan mengeksikusi seseorang...hanya karena berbeda pendapat?Kalau seandainya di dunia nyata , dia akan dikeroyok rame rame..Allah SWT pun tidak sekejam itu. Kenapa kita tidak belajar untuk menerima perbedaan?...dunia itu justeru indah karena banyak warna warna maaf..kalau ada kata kata saya yang tidak berkenan, karena saya bukan penulis yang baik seperti Sdr. IP, tetapi saya harus menyampaikan pendapat apa adanya. Dan saya bangga sebagai urang awak, karena belajar kelakar (Beda pendapat) dari kecil...:) wassalam... RP --- Indra Piliang [EMAIL PROTECTED] ote: Beberapa waktu lalu, saya membeli buku hasil seminar tentang Sumatera Barat di TIM, tahun lalu. Buku itu saya hadiahkan kepada teman saya, Saldi Isra, yang menjadi dosen FH Unand Padang dan penulis yang produktif untuk persoalan amandemen konstitusi. Saya ingat sekali bagaimana Taufik Abdullah begitu memburangsang. Orang Minang kini terlalu suka menepuk dada. Jarang yang suka mentertawakan diri. Kalau dibaca karya-karya sastra tahun 1930-an, lihat betapa begitu intensifnya urang Minang mentertawakan diri. Semuanya ditertawakan, mulai dari Surau, Adat, urang tua, semuanya. Saya juga ingat, betapa intensifnya polemik sesama orang Minang di koran-koran, bahkan membahana sampai Eropa. Bagaimana tajamnya polemik antara penjunjung adat dengan penjunjung agama. bagaimana kencangnya hinaan atas adat, juga atas Islam. Tapi toh, semuanya berjalan baik, dan justru menghidupkan dunia intelektual Minang. karakter dan pemikiran apa sih yang tak ada di Minang? Sosialisme, komunisme, Islamisme, nasionalisme, semuanya ada. Mulai filsafat sampai teknik memanjatkan beruk ke kepala, eh, kelapa. Toh tak terdengar adanya pengusiran yang memalukan. tak terdengar adanya pembunuhan. bahkan hampir semuanya menjadi pimpinan. Kenapa? karena ada kepercayaan, bahwa inti keunggulan komparatif budaya Minang adalah mengakui dan membiarkan adanya perbedaan. Saya tak setuju pendapat anda. Tapi saya akan membela mati-matian hak anda untuk menyatakannya begitu kata Voltaire. Lihat juga bagaimana sengitnya polemik antara Agus Salim dengan Radjiman Wediodiningrat, antara Tan Malaka dengan Stalin, antara Natsir dengan Soekarno. Semuanya hidup, semuanya bercahaya, semuanya menggali pikiran-pikiran terdalam, baik dari masa lalu atau untuk masa depan. Kalau teman-teman disini berlaku aniaya terhadap orang lain yang mengeluarkan pendapatnya, di alam maya,
Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)
Assalamu'alaikum wr. wb, Disnilah keimanan seoorang itu diuji, apakah naik pitam menghunus pisau dapua dek mandanga kritik logika. Soal beda pendapat itu soal azasi Sanak, begitu pula soal tafsiran atas ajaran Allah SWT, akibat seorang/sekelompok orang merasa paling benar maka terjadilah saling hujat, masih untung kalau bukan saling bunuh. Bagi orang banyak yang tidak setuju dengan Urpass silahkan saja membuktikan logikanya Urpass itu salah. Tapi janganlah dibiasakan menutup hak seorang untuk bicara, walaupun kurang enak didengar. Siapa tahu yang pahit itu obat. Kan banyak sanak nan mangaku urang minang tu sanagt ahli berdebat, silahkan buktikan, bukannya minta dikeluarkan dan ditutup hak bicaranya. Salam St. Bagindo Nagari - Original Message - From: Rinaldi Munir [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 31, 2002 10:01 AM Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan) Masalahnya lain, Pak. Jangan karena mengusung beda pendapat lalu kita membolehkan orang ngomong seenaknya. Itu bukan demokrasi yang betul. Nah, yang ditulis oleh Urpas itu bukan sekadar beda pendapat, tapi sudah menghina dina, merendahkan, dan melecehkan ajaran Islam, khususnya syariat Islam. Kalau dia orang Islam, tentu dia sembahyang atau minimal puasa, padahal shalat dan puasa itu adalah syariat Islam juga. Nah apakah dia konsisten dengan yang dia katakan? Menghina apa yang dia rendahkan? Oke, memang ada segelintir orang yang tidak setuju peenarpan syariat Islam di Indonesia, namun pendapat yang mereka kemukakan masih tetap elegan, tidak menghina atau merendahkan. Tapi yang diucapkan Urpas? Naudzubillah min zalik, kalau bapak-bapak membaca kembali tulisannya sebelum ini, maka kalau Bapak mempunyai rasa cinta kepada agama dan tidak ingin agama bapak dihina, tentulah sudah mendidih darah bapak membacanya. Tapi kalau bapak menganggapnya biasa- biasa saja, maka tanyakanlah kepada diri sendiri sampai sejauh mana kecintaan anda kepada Allah dan rasulnya? wassalam' Quoting Iswandri [EMAIL PROTECTED]: ambo satuju pulojaan gara-gara beda warna kito bacakak, jaan gara-gara beda pikiran kito batangka...kini baa nan karancak untuak mambangun nagari kito minang kabaunan tacinto - Original Message - From: Ojie Said [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 31, 2002 3:21 AM Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja Assamua'laikum ww.. Saya sangat setuju sekali dengan pendapat Sdr. Indra Pilliang...benar dalam hidup ini kita telah diciptakan oleh Allah Swt bermacam macam, ada putih dan hitam , ada manis dan pahit, ada tinggi dan rendah dll...cobalah kita belajar untuk tidak marah dan berpikiran lapang, kalau ada orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Jadi dengan cara mengeluarkan Upsa (siapapun namanya) itu tidak benar dan saya kurang setuju. Jadi sama dengan mengeksikusi seseorang...hanya karena berbeda pendapat?Kalau seandainya di dunia nyata , dia akan dikeroyok rame rame..Allah SWT pun tidak sekejam itu. Kenapa kita tidak belajar untuk menerima perbedaan?...dunia itu justeru indah karena banyak warna warna maaf..kalau ada kata kata saya yang tidak berkenan, karena saya bukan penulis yang baik seperti Sdr. IP, tetapi saya harus menyampaikan pendapat apa adanya. Dan saya bangga sebagai urang awak, karena belajar kelakar (Beda pendapat) dari kecil...:) wassalam... RP --- Indra Piliang [EMAIL PROTECTED] ote: Beberapa waktu lalu, saya membeli buku hasil seminar tentang Sumatera Barat di TIM, tahun lalu. Buku itu saya hadiahkan kepada teman saya, Saldi Isra, yang menjadi dosen FH Unand Padang dan penulis yang produktif untuk persoalan amandemen konstitusi. Saya ingat sekali bagaimana Taufik Abdullah begitu memburangsang. Orang Minang kini terlalu suka menepuk dada. Jarang yang suka mentertawakan diri. Kalau dibaca karya-karya sastra tahun 1930-an, lihat betapa begitu intensifnya urang Minang mentertawakan diri. Semuanya ditertawakan, mulai dari Surau, Adat, urang tua, semuanya. Saya juga ingat, betapa intensifnya polemik sesama orang Minang di koran-koran, bahkan membahana sampai Eropa. Bagaimana tajamnya polemik antara penjunjung adat dengan penjunjung agama. bagaimana kencangnya hinaan atas adat, juga atas Islam. Tapi toh, semuanya berjalan baik, dan justru menghidupkan dunia intelektual Minang. karakter dan pemikiran apa sih yang tak ada di Minang? Sosialisme, komunisme, Islamisme, nasionalisme, semuanya ada. Mulai filsafat sampai teknik memanjatkan beruk ke kepala, eh, kelapa. Toh tak terdengar adanya pengusiran yang memalukan. tak terdengar adanya pembunuhan. bahkan hampir semuanya menjadi pimpinan. Kenapa? karena ada kepercayaan, bahwa inti keunggulan komparatif budaya Minang