Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)

2002-05-31 Terurut Topik DD

 As salamu alaykum WW.

Ambo  mahunui   pisau   dapua   yo  ka  mangupeh  mangga  men  no   mak
Sutan, kok  mandanga  kritik  urang  ambo  mamakai  pangaratian  mental
picture,  yang  formula  nyo  action   ,  reaction. Rang  awam  tandensi no
yo  ma imitasi  nan  tibo,  mukasuik no,  kalau  urang  mangaritik  no,  ano
baliak  mangaritik  urang,  kalau  sadang  manyetir di serempet  dek  urang
di  kaja  no  urang  tu  no  sarempet  lo , kalau  paralu  sarempet  no
labiah  kareh   yea ?Jadi reaksi  no  tagantuang  mentaliti  urang  no,  ma
no  ko  no  yea ? formula  no  A  imitates B equal urang  awam  alias common
people, eferidei  pipol  yea ?
Atau  pakai  mentaliti  open  society,  society  is  imperfect,  wouldn't
be  perfect,  can  close to perfect  so  they  open  the  door  to
suggestion  , recommendation, argumentation,  tambah sakalian  sen  duo sen
yea  ? awak mangaku  hidup  di open  society  tapi  parangai  pakai parangai
urang  close society,  defensive, offensive  yea ?
urang di open society   mentaliti no  admit, willing  to  change yea ?.
Awak  urang  islam  sabana no tantu  diambiak  kaji  awak  surang  manga
pulo  kaji  urang  baraik  nan  kadi  jadian role model  dek  awak   yea ?
Wattaqullahaladzi  tasya aluna bihi  wal  arham,  innallaha  kana  alaykum
raqiba  yea ? kewajiban  awak  basamo manjago  persaudaraan  baa gak ti mak
Sutan. ditambah jo hadis,  lah  tujuah  puluah anam kali  manasehati
dunsanak  nan  salah  baru  awak  manyarah,  sahiah  ndak  sahiah  hadis  no
ambo  ibaraik  no  cuman ma opor  sajo nan  di  dapek dari sanak  nan  lain.
Ba a  ja di  no urusan  kito nan  sabana  no  sanak ?  maningkek an
kehidupan  social  ekonomi  nan islami  ranah nantun.
datuak dalu, garam inggirih.

- Original Message -
From: Titik [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, May 30, 2002 8:42 PM
Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)


 Assalamu'alaikum wr. wb,

 Disnilah keimanan seoorang itu diuji, apakah naik pitam menghunus pisau
 dapua dek mandanga kritik logika. Soal beda pendapat itu soal azasi Sanak,



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)

2002-05-30 Terurut Topik Rinaldi Munir

Masalahnya lain, Pak. Jangan karena mengusung beda pendapat lalu kita 
membolehkan orang ngomong seenaknya. Itu bukan demokrasi yang betul.

Nah, yang ditulis oleh Urpas itu bukan sekadar beda pendapat, tapi sudah 
menghina dina, merendahkan, dan melecehkan ajaran Islam, khususnya syariat 
Islam. Kalau dia orang Islam, tentu dia sembahyang atau minimal puasa, padahal 
shalat dan puasa itu adalah syariat Islam juga. Nah apakah dia konsisten dengan 
yang dia katakan? Menghina apa yang dia rendahkan?

Oke, memang ada segelintir orang yang tidak setuju peenarpan syariat Islam di 
Indonesia, namun pendapat yang mereka kemukakan masih tetap elegan, tidak 
menghina atau merendahkan. Tapi yang diucapkan Urpas? Naudzubillah min zalik, 
kalau bapak-bapak membaca kembali tulisannya sebelum ini, maka kalau Bapak 
mempunyai rasa cinta kepada agama dan tidak ingin agama bapak dihina, tentulah 
sudah mendidih darah bapak membacanya. Tapi kalau bapak menganggapnya biasa-
biasa saja, maka tanyakanlah kepada diri sendiri sampai sejauh mana kecintaan 
anda kepada Allah dan rasulnya?

wassalam'

Quoting Iswandri [EMAIL PROTECTED]:

 ambo satuju pulojaan gara-gara beda warna kito bacakak, jaan
 gara-gara
 beda pikiran kito batangka...kini baa nan karancak untuak mambangun
 nagari
 kito minang kabaunan tacinto
 - Original Message -
 From: Ojie Said [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Friday, May 31, 2002 3:21 AM
 Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja
 
 
  Assamua'laikum ww..
 
  Saya sangat setuju sekali dengan pendapat Sdr. Indra
  Pilliang...benar dalam hidup ini kita telah diciptakan
  oleh Allah Swt bermacam macam, ada putih dan hitam ,
  ada manis dan pahit, ada tinggi dan rendah
  dll...cobalah kita belajar untuk tidak marah dan
  berpikiran lapang, kalau ada orang lain yang tidak
  sependapat dengan kita.
 
  Jadi dengan cara mengeluarkan Upsa (siapapun namanya)
  itu tidak benar dan saya kurang setuju. Jadi sama
  dengan mengeksikusi seseorang...hanya karena berbeda
  pendapat?Kalau seandainya di dunia nyata , dia
  akan dikeroyok rame rame..Allah SWT pun tidak sekejam
  itu. Kenapa kita tidak belajar untuk menerima
  perbedaan?...dunia itu justeru indah karena banyak
  warna warna
 
  maaf..kalau ada kata kata saya yang tidak berkenan,
  karena saya bukan penulis yang baik seperti Sdr. IP,
  tetapi saya harus menyampaikan pendapat apa adanya.
  Dan saya bangga sebagai urang awak, karena belajar
  kelakar (Beda pendapat) dari kecil...:)
 
  wassalam...
 
 
  RP
 
 
 
  --- Indra Piliang [EMAIL PROTECTED] ote:
   Beberapa waktu lalu, saya membeli buku hasil seminar
   tentang Sumatera Barat di TIM, tahun lalu. Buku itu
   saya hadiahkan kepada teman saya, Saldi Isra, yang
   menjadi dosen FH Unand Padang dan penulis yang
   produktif untuk persoalan amandemen konstitusi.
  
   Saya ingat sekali bagaimana Taufik Abdullah begitu
   memburangsang. Orang Minang kini terlalu suka
   menepuk dada. Jarang yang suka mentertawakan diri.
   Kalau dibaca karya-karya sastra tahun 1930-an, lihat
   betapa begitu intensifnya urang Minang mentertawakan
   diri. Semuanya ditertawakan, mulai dari Surau, Adat,
   urang tua, semuanya.
  
   Saya juga ingat, betapa intensifnya polemik sesama
   orang Minang di koran-koran, bahkan membahana sampai
   Eropa. Bagaimana tajamnya polemik antara penjunjung
   adat dengan penjunjung agama. bagaimana kencangnya
   hinaan atas adat, juga atas Islam. Tapi toh,
   semuanya berjalan baik, dan justru menghidupkan
   dunia intelektual Minang.
  
   karakter dan pemikiran apa sih yang tak ada di
   Minang? Sosialisme, komunisme, Islamisme,
   nasionalisme, semuanya ada. Mulai filsafat sampai
   teknik memanjatkan beruk ke kepala, eh, kelapa. Toh
   tak terdengar adanya pengusiran yang memalukan. tak
   terdengar adanya pembunuhan. bahkan hampir semuanya
   menjadi pimpinan. Kenapa? karena ada kepercayaan,
   bahwa inti keunggulan komparatif budaya Minang
   adalah mengakui dan membiarkan adanya perbedaan.
   Saya tak setuju pendapat anda. Tapi saya akan
   membela mati-matian hak anda untuk menyatakannya
   begitu kata Voltaire.
  
   Lihat juga bagaimana sengitnya polemik antara Agus
   Salim dengan Radjiman Wediodiningrat, antara Tan
   Malaka dengan Stalin, antara Natsir dengan Soekarno.
   Semuanya hidup, semuanya bercahaya, semuanya
   menggali pikiran-pikiran terdalam, baik dari masa
   lalu atau untuk masa depan.
  
   Kalau teman-teman disini berlaku aniaya terhadap
   orang lain yang mengeluarkan pendapatnya, di alam
   maya, menggunakan teknologi bikinan orang-orang
   Barat, ya sudah, silakan masuk ke jeruji besi
   pikiran masing-masing. Silakan tafakur saja sendiri.
   Untuk apa pula gunanya forum yang amat bagus ini.
  
   Saya kira si Upaih ini hanya bermain-main dengan
   logika. Kalau si A boleh, kenapa si B tak boleh? Apa
   bedanya? Anggap aja ini permainan, jangan terlalu
   dimasukkan kedalam hati. kalau memang teman-teman
   

Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)

2002-05-30 Terurut Topik Muhammad Habdi

Ass.wr.wb.
Ambo setuju doh Mr Rinaldi, cuma saran Ambo, Let it
go,capek... kenapa? Ano bisa muncul dengan namo lain,
terus mau diapain...,kawan no ado nan sabaun!. let it
go Men..!let it go..
ok.


--- Rinaldi Munir [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Masalahnya lain, Pak. Jangan karena mengusung beda
 pendapat lalu kita 
 membolehkan orang ngomong seenaknya. Itu bukan
 demokrasi yang betul.
 
 Nah, yang ditulis oleh Urpas itu bukan sekadar beda
 pendapat, tapi sudah 
 menghina dina, merendahkan, dan melecehkan ajaran
 Islam, khususnya syariat 
 Islam. Kalau dia orang Islam, tentu dia sembahyang
 atau minimal puasa, padahal 
 shalat dan puasa itu adalah syariat Islam juga. Nah
 apakah dia konsisten dengan 
 yang dia katakan? Menghina apa yang dia rendahkan?
 
 Oke, memang ada segelintir orang yang tidak setuju
 peenarpan syariat Islam di 
 Indonesia, namun pendapat yang mereka kemukakan
 masih tetap elegan, tidak 
 menghina atau merendahkan. Tapi yang diucapkan
 Urpas? Naudzubillah min zalik, 
 kalau bapak-bapak membaca kembali tulisannya sebelum
 ini, maka kalau Bapak 
 mempunyai rasa cinta kepada agama dan tidak ingin
 agama bapak dihina, tentulah 
 sudah mendidih darah bapak membacanya. Tapi kalau
 bapak menganggapnya biasa-
 biasa saja, maka tanyakanlah kepada diri sendiri
 sampai sejauh mana kecintaan 
 anda kepada Allah dan rasulnya?
 
 wassalam'
 
 Quoting Iswandri [EMAIL PROTECTED]:
 
  ambo satuju pulojaan gara-gara beda warna kito
 bacakak, jaan
  gara-gara
  beda pikiran kito batangka...kini baa nan karancak
 untuak mambangun
  nagari
  kito minang kabaunan tacinto
  - Original Message -
  From: Ojie Said [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: Friday, May 31, 2002 3:21 AM
  Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan
 saja
  
  
   Assamua'laikum ww..
  
   Saya sangat setuju sekali dengan pendapat Sdr.
 Indra
   Pilliang...benar dalam hidup ini kita telah
 diciptakan
   oleh Allah Swt bermacam macam, ada putih dan
 hitam ,
   ada manis dan pahit, ada tinggi dan rendah
   dll...cobalah kita belajar untuk tidak marah dan
   berpikiran lapang, kalau ada orang lain yang
 tidak
   sependapat dengan kita.
  
   Jadi dengan cara mengeluarkan Upsa (siapapun
 namanya)
   itu tidak benar dan saya kurang setuju. Jadi
 sama
   dengan mengeksikusi seseorang...hanya karena
 berbeda
   pendapat?Kalau seandainya di dunia nyata ,
 dia
   akan dikeroyok rame rame..Allah SWT pun tidak
 sekejam
   itu. Kenapa kita tidak belajar untuk menerima
   perbedaan?...dunia itu justeru indah karena
 banyak
   warna warna
  
   maaf..kalau ada kata kata saya yang tidak
 berkenan,
   karena saya bukan penulis yang baik seperti Sdr.
 IP,
   tetapi saya harus menyampaikan pendapat apa
 adanya.
   Dan saya bangga sebagai urang awak, karena
 belajar
   kelakar (Beda pendapat) dari kecil...:)
  
   wassalam...
  
  
   RP
  
  
  
   --- Indra Piliang [EMAIL PROTECTED] ote:
Beberapa waktu lalu, saya membeli buku hasil
 seminar
tentang Sumatera Barat di TIM, tahun lalu.
 Buku itu
saya hadiahkan kepada teman saya, Saldi Isra,
 yang
menjadi dosen FH Unand Padang dan penulis yang
produktif untuk persoalan amandemen
 konstitusi.
   
Saya ingat sekali bagaimana Taufik Abdullah
 begitu
memburangsang. Orang Minang kini terlalu suka
menepuk dada. Jarang yang suka mentertawakan
 diri.
Kalau dibaca karya-karya sastra tahun 1930-an,
 lihat
betapa begitu intensifnya urang Minang
 mentertawakan
diri. Semuanya ditertawakan, mulai dari Surau,
 Adat,
urang tua, semuanya.
   
Saya juga ingat, betapa intensifnya polemik
 sesama
orang Minang di koran-koran, bahkan membahana
 sampai
Eropa. Bagaimana tajamnya polemik antara
 penjunjung
adat dengan penjunjung agama. bagaimana
 kencangnya
hinaan atas adat, juga atas Islam. Tapi toh,
semuanya berjalan baik, dan justru
 menghidupkan
dunia intelektual Minang.
   
karakter dan pemikiran apa sih yang tak ada di
Minang? Sosialisme, komunisme, Islamisme,
nasionalisme, semuanya ada. Mulai filsafat
 sampai
teknik memanjatkan beruk ke kepala, eh,
 kelapa. Toh
tak terdengar adanya pengusiran yang
 memalukan. tak
terdengar adanya pembunuhan. bahkan hampir
 semuanya
menjadi pimpinan. Kenapa? karena ada
 kepercayaan,
bahwa inti keunggulan komparatif budaya Minang
adalah mengakui dan membiarkan adanya
 perbedaan.
Saya tak setuju pendapat anda. Tapi saya akan
membela mati-matian hak anda untuk
 menyatakannya
begitu kata Voltaire.
   
Lihat juga bagaimana sengitnya polemik antara
 Agus
Salim dengan Radjiman Wediodiningrat, antara
 Tan
Malaka dengan Stalin, antara Natsir dengan
 Soekarno.
Semuanya hidup, semuanya bercahaya, semuanya
menggali pikiran-pikiran terdalam, baik dari
 masa
lalu atau untuk masa depan.
   
Kalau teman-teman disini berlaku aniaya
 terhadap
orang lain yang mengeluarkan pendapatnya, di
 alam
maya, 

Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)

2002-05-30 Terurut Topik Titik

Assalamu'alaikum wr. wb,

Disnilah keimanan seoorang itu diuji, apakah naik pitam menghunus pisau
dapua dek mandanga kritik logika. Soal beda pendapat itu soal azasi Sanak,
begitu pula soal tafsiran atas ajaran Allah SWT, akibat seorang/sekelompok
orang merasa paling benar maka terjadilah saling hujat, masih untung kalau
bukan saling bunuh. Bagi orang banyak yang tidak setuju dengan Urpass
silahkan saja membuktikan logikanya Urpass itu salah. Tapi janganlah
dibiasakan menutup hak seorang untuk bicara, walaupun kurang enak didengar.
Siapa tahu yang pahit itu obat. Kan banyak sanak nan mangaku urang minang tu
sanagt ahli berdebat, silahkan buktikan, bukannya minta dikeluarkan dan
ditutup hak bicaranya.
Salam

St. Bagindo Nagari


- Original Message -
From: Rinaldi Munir [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, May 31, 2002 10:01 AM
Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja (alasan)


 Masalahnya lain, Pak. Jangan karena mengusung beda pendapat lalu kita
 membolehkan orang ngomong seenaknya. Itu bukan demokrasi yang betul.

 Nah, yang ditulis oleh Urpas itu bukan sekadar beda pendapat, tapi sudah
 menghina dina, merendahkan, dan melecehkan ajaran Islam, khususnya syariat
 Islam. Kalau dia orang Islam, tentu dia sembahyang atau minimal puasa,
padahal
 shalat dan puasa itu adalah syariat Islam juga. Nah apakah dia konsisten
dengan
 yang dia katakan? Menghina apa yang dia rendahkan?

 Oke, memang ada segelintir orang yang tidak setuju peenarpan syariat Islam
di
 Indonesia, namun pendapat yang mereka kemukakan masih tetap elegan, tidak
 menghina atau merendahkan. Tapi yang diucapkan Urpas? Naudzubillah min
zalik,
 kalau bapak-bapak membaca kembali tulisannya sebelum ini, maka kalau Bapak
 mempunyai rasa cinta kepada agama dan tidak ingin agama bapak dihina,
tentulah
 sudah mendidih darah bapak membacanya. Tapi kalau bapak menganggapnya
biasa-
 biasa saja, maka tanyakanlah kepada diri sendiri sampai sejauh mana
kecintaan
 anda kepada Allah dan rasulnya?

 wassalam'

 Quoting Iswandri [EMAIL PROTECTED]:

  ambo satuju pulojaan gara-gara beda warna kito bacakak, jaan
  gara-gara
  beda pikiran kito batangka...kini baa nan karancak untuak mambangun
  nagari
  kito minang kabaunan tacinto
  - Original Message -
  From: Ojie Said [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: Friday, May 31, 2002 3:21 AM
  Subject: Re: [RantauNet] Mohon Urpas dikeluarkan saja
 
 
   Assamua'laikum ww..
  
   Saya sangat setuju sekali dengan pendapat Sdr. Indra
   Pilliang...benar dalam hidup ini kita telah diciptakan
   oleh Allah Swt bermacam macam, ada putih dan hitam ,
   ada manis dan pahit, ada tinggi dan rendah
   dll...cobalah kita belajar untuk tidak marah dan
   berpikiran lapang, kalau ada orang lain yang tidak
   sependapat dengan kita.
  
   Jadi dengan cara mengeluarkan Upsa (siapapun namanya)
   itu tidak benar dan saya kurang setuju. Jadi sama
   dengan mengeksikusi seseorang...hanya karena berbeda
   pendapat?Kalau seandainya di dunia nyata , dia
   akan dikeroyok rame rame..Allah SWT pun tidak sekejam
   itu. Kenapa kita tidak belajar untuk menerima
   perbedaan?...dunia itu justeru indah karena banyak
   warna warna
  
   maaf..kalau ada kata kata saya yang tidak berkenan,
   karena saya bukan penulis yang baik seperti Sdr. IP,
   tetapi saya harus menyampaikan pendapat apa adanya.
   Dan saya bangga sebagai urang awak, karena belajar
   kelakar (Beda pendapat) dari kecil...:)
  
   wassalam...
  
  
   RP
  
  
  
   --- Indra Piliang [EMAIL PROTECTED] ote:
Beberapa waktu lalu, saya membeli buku hasil seminar
tentang Sumatera Barat di TIM, tahun lalu. Buku itu
saya hadiahkan kepada teman saya, Saldi Isra, yang
menjadi dosen FH Unand Padang dan penulis yang
produktif untuk persoalan amandemen konstitusi.
   
Saya ingat sekali bagaimana Taufik Abdullah begitu
memburangsang. Orang Minang kini terlalu suka
menepuk dada. Jarang yang suka mentertawakan diri.
Kalau dibaca karya-karya sastra tahun 1930-an, lihat
betapa begitu intensifnya urang Minang mentertawakan
diri. Semuanya ditertawakan, mulai dari Surau, Adat,
urang tua, semuanya.
   
Saya juga ingat, betapa intensifnya polemik sesama
orang Minang di koran-koran, bahkan membahana sampai
Eropa. Bagaimana tajamnya polemik antara penjunjung
adat dengan penjunjung agama. bagaimana kencangnya
hinaan atas adat, juga atas Islam. Tapi toh,
semuanya berjalan baik, dan justru menghidupkan
dunia intelektual Minang.
   
karakter dan pemikiran apa sih yang tak ada di
Minang? Sosialisme, komunisme, Islamisme,
nasionalisme, semuanya ada. Mulai filsafat sampai
teknik memanjatkan beruk ke kepala, eh, kelapa. Toh
tak terdengar adanya pengusiran yang memalukan. tak
terdengar adanya pembunuhan. bahkan hampir semuanya
menjadi pimpinan. Kenapa? karena ada kepercayaan,
bahwa inti keunggulan komparatif budaya Minang