[R@ntau-Net] Awliyya R@ntau-Net] Ustad Chodjim mengenai Al Maidah 51
Pangatahuan ambo masih jauah di bawah Sanak Afda, alun mampu mambari kesimpulan, apo lai sebagai patokan praktis untuak urang lain. Dari nan ambo baco, awliyya adalah bentuk jamak (singular) dari wali. Wali terkait dengan konsep lain walayah yang menyangkuik kewenangan atau kepenjagaan (authority or guardianship) atas seseorang atau sesuatu. Misalnyo dalam fikih, orang tua adalah wali bagi anak-anaknyo karena orang tua punyo kewenangan terhadap sang anak. Dalam konsep itu, bahasa Indonesia mengambil spirit tersebut dalam istilah-istilah seperti: wali murid, wali kelas, atau di paguruan tinggi di Indonesia tahun-tahun terakhir ko populer istilah: Wali Amanah/Majelis Wali Amanat. Sadonyo mangacu ka konsep adonya kewenangan/kepenjagaan itu. Untuak kewenangan terhadap wilayah, urang awak bahkan alah jak lamo manggunakan istilah WALI NAGARI, atau di tingkat kota administratif, WALI KOTA. Sadonyo mangarah ka adonyo kewenangan dari urang nan disabuik dengan status itu terhadap wilayah nan jadi tanggung jawab/penjagaannyo. Makna itu makin taraso jaleh bilo awak mancaliak QS: 8: 72 -- Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan, mereka itu satu sama lain MELINDUNGI (اَوْلِيَٰاءُ = awliyya) ... dst ... -- Kata awliyya pada ayat itu persis sama tulisannya dengan QS 5: 51. Bandingkan dengan terjemahan Pickthall pada ayat 8: 72 yang sama --- Lo! Those who believed and left their homes and strove with their wealth and their lives for the cause of Allah, and those who took them in and helped them; these are PROTECTING FRIENDS ONE OF ANOTHER (awliyya) ... etc ... --- Jadi pada dua terjemahan di atas, yang menjelaskan relasi sosial kaum Muhajirin Dan Anshar, bahwa awliyya mengandung makna guardianship (saling melindungi/ protecting one of another). Dus, awliyya terlihat jelas maknanya bukan sekadar friends atau close friends, tersebab close friends tak otomatis berarti mereka akan saling melindungi seperti contoh pada Muhajirin-Anshar. Sementara untuk teman atau teman kepercayaan, Al Qur'an menggunakan kata thonah (طَانَةً) seperti dalam Q:S: 3: 118 - Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang di luar kalanganmu (sesama) sebagai TEMAN KEPERCAYAAN (thonah), karena mereka tidak henti-hentinya menyusahkanmu. Mereka mengharap kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami, jika kamu mengerti. -- Pickthall menerjemahkan ayat di atas sebagai berikut: --- O ye who believe! Take not for INTIMATES (thonah) other than your own folk, who would spare no pains to ruin you; they love to hamper you. Hatred is revealed by (the utterance of) their mouths, but which their breasts hide is greater. We have made plain for you the revelations if ye will understand. --- Baitu sanak Afda Rizki. Bagaimana menerjemahkan dalam keputusan praktis (utamanya menyangkut Pilkada) baliak ka kayakinan masing-masing. Karena Pilkada, di kota mana pun di Indonesia akan datang dan pergi, ayat menyangkut awliyya ini akan ada terus sampai kita semua di milis ini wafat, dan anak keturunan kita pun wafat. Mungkin para ayahanda dan ibunda awak di milis ko nan jaleh labiah tinggi pangatahuan jo pangalaman iduiknyo bisa melanjutkan, atau mengoreksi seandainya ado pendapat ambo nan keliru. Wallahu a'lam bish shawab. Akmal N. Basral On Aug 4, 2012, at 11:59 AM, Afda Rizki afdari...@gmail.com wrote: Jadi baa kesimpulannyo kok ayat tadi wak jadikan referensi Da Akmal? Lai buliah wak jadikan non-Islam (noni) sebagai konco palangkin? Dalam kondisi harus dan bisa mamiliah apokah noni buliah dipiliah? Salam hangat Afda Rizki *** Pada 4 Agu 2012 11.49, Akmal N. Basral an...@yahoo.com menulis: Tambahan saketek Mak Ngah: Tafsir Al Munir (karya Imam Nawawi Al Bantany yang mengajar di Masjidil Haram, wafat 1897 M) menerjemahkan sebagai pemimpin (seperti Jalalain). Kalau mancaliak azbabun nuzulnyo takaik jo sahabat 'Ubadah bin Shamit r.a., 1 dari 12 urang Anshar pertama nan masuak Islam. Wakatu itu inyo basakutu (allies, bukan bakawan biaso) jo Bani Qainuqa'. Tanyato di kudian hari 'Ubadah tahu patron Bani Qainuqa' adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafikin Yahudi. 'Ubadah mengingkari kesepakatan jo Bani Qainuqa' dan memilih berikrar setia kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ko. (HR Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim Dan Baihaqi). Wallahu'alam bish shawab. Akmal N. Basral On Aug 4, 2012, at 11:26 AM, sjamsir_sjarif hamboc...@yahoo.com wrote: Terjemahan kata auliya dari beberapa tafsir: Tafsir Indonesia: pemimpin Tafsir Indonesia Jalalayn: pemimpin Tafsir Indoneisa Quraish Shihab: penolong English Sahih
Re: [R@ntau-Net] Awliyya R@ntau-Net] Ustad Chodjim mengenai Al Maidah 51
Typo: awliyya adalah bentuk jamak (plural) dari wali. Salam, ANB On Aug 4, 2012, at 1:55 PM, Akmal N. Basral an...@yahoo.com wrote: Pangatahuan ambo masih jauah di bawah Sanak Afda, alun mampu mambari kesimpulan, apo lai sebagai patokan praktis untuak urang lain. Dari nan ambo baco, awliyya adalah bentuk jamak (singular) dari wali. Wali terkait dengan konsep lain walayah yang menyangkuik kewenangan atau kepenjagaan (authority or guardianship) atas seseorang atau sesuatu. Misalnyo dalam fikih, orang tua adalah wali bagi anak-anaknyo karena orang tua punyo kewenangan terhadap sang anak. Dalam konsep itu, bahasa Indonesia mengambil spirit tersebut dalam istilah-istilah seperti: wali murid, wali kelas, atau di paguruan tinggi di Indonesia tahun-tahun terakhir ko populer istilah: Wali Amanah/Majelis Wali Amanat. Sadonyo mangacu ka konsep adonya kewenangan/kepenjagaan itu. Untuak kewenangan terhadap wilayah, urang awak bahkan alah jak lamo manggunakan istilah WALI NAGARI, atau di tingkat kota administratif, WALI KOTA. Sadonyo mangarah ka adonyo kewenangan dari urang nan disabuik dengan status itu terhadap wilayah nan jadi tanggung jawab/penjagaannyo. Makna itu makin taraso jaleh bilo awak mancaliak QS: 8: 72 -- Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan, mereka itu satu sama lain MELINDUNGI (اَوْلِيَٰاءُ = awliyya) ... dst ... -- Kata awliyya pada ayat itu persis sama tulisannya dengan QS 5: 51. Bandingkan dengan terjemahan Pickthall pada ayat 8: 72 yang sama --- Lo! Those who believed and left their homes and strove with their wealth and their lives for the cause of Allah, and those who took them in and helped them; these are PROTECTING FRIENDS ONE OF ANOTHER (awliyya) ... etc ... --- Jadi pada dua terjemahan di atas, yang menjelaskan relasi sosial kaum Muhajirin Dan Anshar, bahwa awliyya mengandung makna guardianship (saling melindungi/ protecting one of another). Dus, awliyya terlihat jelas maknanya bukan sekadar friends atau close friends, tersebab close friends tak otomatis berarti mereka akan saling melindungi seperti contoh pada Muhajirin-Anshar. Sementara untuk teman atau teman kepercayaan, Al Qur'an menggunakan kata thonah (طَانَةً) seperti dalam Q:S: 3: 118 - Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang di luar kalanganmu (sesama) sebagai TEMAN KEPERCAYAAN (thonah), karena mereka tidak henti-hentinya menyusahkanmu. Mereka mengharap kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami, jika kamu mengerti. -- Pickthall menerjemahkan ayat di atas sebagai berikut: --- O ye who believe! Take not for INTIMATES (thonah) other than your own folk, who would spare no pains to ruin you; they love to hamper you. Hatred is revealed by (the utterance of) their mouths, but which their breasts hide is greater. We have made plain for you the revelations if ye will understand. --- Baitu sanak Afda Rizki. Bagaimana menerjemahkan dalam keputusan praktis (utamanya menyangkut Pilkada) baliak ka kayakinan masing-masing. Karena Pilkada, di kota mana pun di Indonesia akan datang dan pergi, ayat menyangkut awliyya ini akan ada terus sampai kita semua di milis ini wafat, dan anak keturunan kita pun wafat. Mungkin para ayahanda dan ibunda awak di milis ko nan jaleh labiah tinggi pangatahuan jo pangalaman iduiknyo bisa melanjutkan, atau mengoreksi seandainya ado pendapat ambo nan keliru. Wallahu a'lam bish shawab. Akmal N. Basral On Aug 4, 2012, at 11:59 AM, Afda Rizki afdari...@gmail.com wrote: Jadi baa kesimpulannyo kok ayat tadi wak jadikan referensi Da Akmal? Lai buliah wak jadikan non-Islam (noni) sebagai konco palangkin? Dalam kondisi harus dan bisa mamiliah apokah noni buliah dipiliah? Salam hangat Afda Rizki *** Pada 4 Agu 2012 11.49, Akmal N. Basral an...@yahoo.com menulis: Tambahan saketek Mak Ngah: Tafsir Al Munir (karya Imam Nawawi Al Bantany yang mengajar di Masjidil Haram, wafat 1897 M) menerjemahkan sebagai pemimpin (seperti Jalalain). Kalau mancaliak azbabun nuzulnyo takaik jo sahabat 'Ubadah bin Shamit r.a., 1 dari 12 urang Anshar pertama nan masuak Islam. Wakatu itu inyo basakutu (allies, bukan bakawan biaso) jo Bani Qainuqa'. Tanyato di kudian hari 'Ubadah tahu patron Bani Qainuqa' adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafikin Yahudi. 'Ubadah mengingkari kesepakatan jo Bani Qainuqa' dan memilih berikrar setia kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ko. (HR Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim Dan Baihaqi). Wallahu'alam bish shawab. Akmal N. Basral On Aug 4, 2012, at 11:26 AM,