[R@ntau-Net] Awliyya R@ntau-Net] Ustad Chodjim mengenai Al Maidah 51

2012-08-04 Terurut Topik Akmal N. Basral

Pangatahuan ambo masih jauah di bawah Sanak Afda, alun mampu mambari 
kesimpulan, apo lai sebagai patokan praktis untuak urang lain.

Dari nan ambo baco, awliyya adalah bentuk jamak (singular) dari wali. Wali 
terkait dengan konsep lain walayah yang menyangkuik kewenangan atau 
kepenjagaan (authority or guardianship) atas seseorang atau sesuatu. Misalnyo 
dalam fikih, orang tua adalah wali bagi anak-anaknyo karena orang tua punyo 
kewenangan terhadap sang anak. Dalam konsep itu, bahasa Indonesia mengambil 
spirit tersebut dalam istilah-istilah seperti: wali murid, wali kelas, atau di 
paguruan tinggi di Indonesia tahun-tahun terakhir ko populer istilah: Wali 
Amanah/Majelis Wali Amanat. Sadonyo mangacu ka konsep adonya 
kewenangan/kepenjagaan itu.

Untuak kewenangan terhadap wilayah, urang awak bahkan alah jak lamo manggunakan 
istilah WALI NAGARI, atau di tingkat kota administratif, WALI KOTA. Sadonyo 
mangarah ka adonyo kewenangan dari urang nan disabuik dengan status itu 
terhadap wilayah nan jadi tanggung jawab/penjagaannyo. 

Makna itu makin taraso jaleh bilo awak mancaliak QS: 8: 72

--
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan  serta berjihad dengan harta dan 
jiwanya  pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan 
memberi pertolongan, mereka itu satu sama lain MELINDUNGI (اَوْلِيَٰاءُ = 
awliyya) ... dst ...
--

Kata awliyya pada ayat itu persis sama tulisannya dengan QS 5: 51.

Bandingkan dengan terjemahan Pickthall pada ayat 8: 72 yang sama

---
Lo! Those who believed and left their homes and strove with their wealth and 
their lives for the cause of Allah, and those who took them in and helped them; 
these are PROTECTING FRIENDS  ONE OF ANOTHER (awliyya) ... etc ...
---

Jadi pada dua terjemahan di atas, yang menjelaskan relasi sosial kaum Muhajirin 
Dan Anshar, bahwa awliyya mengandung makna guardianship (saling melindungi/ 
protecting one of another). Dus, awliyya terlihat jelas maknanya bukan 
sekadar friends atau close friends, tersebab close friends tak otomatis 
berarti mereka akan saling melindungi seperti contoh pada Muhajirin-Anshar. 

Sementara untuk teman atau teman kepercayaan, Al Qur'an menggunakan kata 
thonah (طَانَةً) seperti dalam Q:S: 3: 118

-
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang di luar 
kalanganmu (sesama) sebagai TEMAN KEPERCAYAAN (thonah), karena mereka tidak 
henti-hentinya menyusahkanmu. Mereka mengharap kehancuranmu. Sungguh, telah 
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka 
lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami, jika kamu 
mengerti.
--

Pickthall menerjemahkan ayat di atas sebagai berikut:

---
O ye who believe!  Take not for INTIMATES (thonah) other than your own folk, 
who would spare no pains to ruin you; they love to hamper you. Hatred is 
revealed by (the utterance of) their mouths, but which their breasts hide is 
greater. We have made plain for you the revelations if ye will understand.
---

Baitu sanak Afda Rizki. Bagaimana menerjemahkan dalam keputusan praktis 
(utamanya menyangkut Pilkada) baliak ka kayakinan masing-masing. Karena 
Pilkada, di kota mana pun di Indonesia akan datang dan pergi, ayat menyangkut 
awliyya ini akan ada terus sampai kita semua di milis ini wafat, dan anak 
keturunan kita pun wafat.

Mungkin para ayahanda dan ibunda awak di milis ko nan jaleh labiah tinggi 
pangatahuan jo pangalaman iduiknyo bisa melanjutkan, atau mengoreksi seandainya 
ado pendapat ambo nan keliru.

Wallahu a'lam bish shawab.

Akmal N. Basral 




On Aug 4, 2012, at 11:59 AM, Afda Rizki afdari...@gmail.com wrote:

 Jadi baa kesimpulannyo kok ayat tadi wak jadikan referensi Da Akmal?
 Lai buliah wak jadikan non-Islam (noni) sebagai konco palangkin? Dalam 
 kondisi harus dan bisa mamiliah apokah noni buliah dipiliah?
 
 Salam hangat
 
 Afda Rizki
 
 ***
 
 Pada 4 Agu 2012 11.49, Akmal N. Basral an...@yahoo.com menulis:
 
  Tambahan saketek Mak Ngah:
 
  Tafsir Al Munir (karya Imam Nawawi Al Bantany yang mengajar di Masjidil 
  Haram, wafat 1897 M) menerjemahkan sebagai pemimpin (seperti Jalalain).
 
  Kalau mancaliak azbabun nuzulnyo takaik jo sahabat 'Ubadah bin Shamit r.a., 
  1 dari 12 urang Anshar pertama nan masuak Islam. Wakatu itu inyo basakutu 
  (allies, bukan bakawan biaso) jo Bani Qainuqa'. Tanyato di kudian hari 
  'Ubadah tahu patron Bani Qainuqa' adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh 
  munafikin Yahudi. 'Ubadah mengingkari kesepakatan jo Bani Qainuqa' dan 
  memilih berikrar setia kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ko. (HR Ibnu 
  Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim Dan Baihaqi).
 
  Wallahu'alam bish shawab.
 
  Akmal N. Basral
 
 
 
  On Aug 4, 2012, at 11:26 AM, sjamsir_sjarif hamboc...@yahoo.com wrote:
 
   Terjemahan kata auliya dari beberapa tafsir:
  
   Tafsir Indonesia: pemimpin
   Tafsir Indonesia Jalalayn: pemimpin
   Tafsir Indoneisa Quraish Shihab: penolong
  
   English Sahih 

Re: [R@ntau-Net] Awliyya R@ntau-Net] Ustad Chodjim mengenai Al Maidah 51

2012-08-04 Terurut Topik Akmal N. Basral
Typo:

awliyya adalah bentuk jamak (plural) dari wali.

Salam,

ANB


On Aug 4, 2012, at 1:55 PM, Akmal N. Basral an...@yahoo.com wrote:

 
 Pangatahuan ambo masih jauah di bawah Sanak Afda, alun mampu mambari 
 kesimpulan, apo lai sebagai patokan praktis untuak urang lain.
 
 Dari nan ambo baco, awliyya adalah bentuk jamak (singular) dari wali. 
 Wali terkait dengan konsep lain walayah yang menyangkuik kewenangan atau 
 kepenjagaan (authority or guardianship) atas seseorang atau sesuatu. Misalnyo 
 dalam fikih, orang tua adalah wali bagi anak-anaknyo karena orang tua punyo 
 kewenangan terhadap sang anak. Dalam konsep itu, bahasa Indonesia mengambil 
 spirit tersebut dalam istilah-istilah seperti: wali murid, wali kelas, atau 
 di paguruan tinggi di Indonesia tahun-tahun terakhir ko populer istilah: Wali 
 Amanah/Majelis Wali Amanat. Sadonyo mangacu ka konsep adonya 
 kewenangan/kepenjagaan itu.
 
 Untuak kewenangan terhadap wilayah, urang awak bahkan alah jak lamo 
 manggunakan istilah WALI NAGARI, atau di tingkat kota administratif, WALI 
 KOTA. Sadonyo mangarah ka adonyo kewenangan dari urang nan disabuik dengan 
 status itu terhadap wilayah nan jadi tanggung jawab/penjagaannyo. 
 
 Makna itu makin taraso jaleh bilo awak mancaliak QS: 8: 72
 
 --
 Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan  serta berjihad dengan harta dan 
 jiwanya  pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan 
 memberi pertolongan, mereka itu satu sama lain MELINDUNGI (اَوْلِيَٰاءُ = 
 awliyya) ... dst ...
 --
 
 Kata awliyya pada ayat itu persis sama tulisannya dengan QS 5: 51.
 
 Bandingkan dengan terjemahan Pickthall pada ayat 8: 72 yang sama
 
 ---
 Lo! Those who believed and left their homes and strove with their wealth and 
 their lives for the cause of Allah, and those who took them in and helped 
 them; these are PROTECTING FRIENDS  ONE OF ANOTHER (awliyya) ... etc ...
 ---
 
 Jadi pada dua terjemahan di atas, yang menjelaskan relasi sosial kaum 
 Muhajirin Dan Anshar, bahwa awliyya mengandung makna guardianship (saling 
 melindungi/ protecting one of another). Dus, awliyya terlihat jelas 
 maknanya bukan sekadar friends atau close friends, tersebab close 
 friends tak otomatis berarti mereka akan saling melindungi seperti contoh 
 pada Muhajirin-Anshar. 
 
 Sementara untuk teman atau teman kepercayaan, Al Qur'an menggunakan kata 
 thonah (طَانَةً) seperti dalam Q:S: 3: 118
 
 -
 Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang di luar 
 kalanganmu (sesama) sebagai TEMAN KEPERCAYAAN (thonah), karena mereka tidak 
 henti-hentinya menyusahkanmu. Mereka mengharap kehancuranmu. Sungguh, telah 
 nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka 
 lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami, jika kamu 
 mengerti.
 --
 
 Pickthall menerjemahkan ayat di atas sebagai berikut:
 
 ---
 O ye who believe!  Take not for INTIMATES (thonah) other than your own 
 folk, who would spare no pains to ruin you; they love to hamper you. Hatred 
 is revealed by (the utterance of) their mouths, but which their breasts hide 
 is greater. We have made plain for you the revelations if ye will understand.
 ---
 
 Baitu sanak Afda Rizki. Bagaimana menerjemahkan dalam keputusan praktis 
 (utamanya menyangkut Pilkada) baliak ka kayakinan masing-masing. Karena 
 Pilkada, di kota mana pun di Indonesia akan datang dan pergi, ayat menyangkut 
 awliyya ini akan ada terus sampai kita semua di milis ini wafat, dan anak 
 keturunan kita pun wafat.
 
 Mungkin para ayahanda dan ibunda awak di milis ko nan jaleh labiah tinggi 
 pangatahuan jo pangalaman iduiknyo bisa melanjutkan, atau mengoreksi 
 seandainya ado pendapat ambo nan keliru.
 
 Wallahu a'lam bish shawab.
 
 Akmal N. Basral 
 
 
 
 
 On Aug 4, 2012, at 11:59 AM, Afda Rizki afdari...@gmail.com wrote:
 
 Jadi baa kesimpulannyo kok ayat tadi wak jadikan referensi Da Akmal?
 Lai buliah wak jadikan non-Islam (noni) sebagai konco palangkin? Dalam 
 kondisi harus dan bisa mamiliah apokah noni buliah dipiliah?
 
 Salam hangat
 
 Afda Rizki
 
 ***
 
 Pada 4 Agu 2012 11.49, Akmal N. Basral an...@yahoo.com menulis:
 
  Tambahan saketek Mak Ngah:
 
  Tafsir Al Munir (karya Imam Nawawi Al Bantany yang mengajar di Masjidil 
  Haram, wafat 1897 M) menerjemahkan sebagai pemimpin (seperti Jalalain).
 
  Kalau mancaliak azbabun nuzulnyo takaik jo sahabat 'Ubadah bin Shamit 
  r.a., 1 dari 12 urang Anshar pertama nan masuak Islam. Wakatu itu inyo 
  basakutu (allies, bukan bakawan biaso) jo Bani Qainuqa'. Tanyato di kudian 
  hari 'Ubadah tahu patron Bani Qainuqa' adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, 
  tokoh munafikin Yahudi. 'Ubadah mengingkari kesepakatan jo Bani Qainuqa' 
  dan memilih berikrar setia kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ko. (HR 
  Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim Dan Baihaqi).
 
  Wallahu'alam bish shawab.
 
  Akmal N. Basral
 
 
 
  On Aug 4, 2012, at 11:26 AM,