Re: [R@ntau-Net] Fwd: FAKTA SEJARAH : Indonesia Tenyata Memiliki 8 Presiden

2014-06-29 Terurut Topik Zulharbi Salim
Pak MM nah,
Mr. Assaat nan urang Kubang Putiah Banuhampu Agam ko tidak dapat dihapus
dan dilupokan dari sejarah RI.
Baitu pulo Mr. Syafruddin Prawiranegara nan jadi Pj.
Presiden PDRI nan bajaso ka negara RI. Antahlah baa pemerintah kok indak
memasukkan sbg Presiden nan salapan..
Salam ZS 71
Pada 29 Jun 2014 11:05, Muchwardi Muchtar muchwa...@rantaunet.org
menulis:



  Sabtu, 28-06-2014


 *Indonesia Tenyata Memiliki 8 Presiden. *


  1. Mr Asa'at Gelar Datuk Mudo. Asal Banuhampu, Bukittinggi.
 2. Mr Sjafruddin Prawiranegara. Asal Banten; dan kakek buyutnya asal
 Kerajaan Pagaruyung, Batusangkar, pimpinan Perang Paderi (1803 - 1838) yang
 ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke ANYER, Banten, kampung bangsawan
 Banten Prawiranegara.

 Urutan Presiden RI adalah sebagai berikut: Soekarno (diselingi oleh
 Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat), Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman
 Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.


  MUNGKIN masih banyak dari rakyat Indonesia yang beranggapan bahwa
 Indonesia hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno,
 Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati
 Soekarnoputri, dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

 Namun hal itu ternyata keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga
 saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh delapan presiden. Lho, kok bisa?
 Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia?


  Dua tokoh yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr.
 Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga
 disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat
 Republik Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan Moh. Hatta ditangkap
 Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat adalah
 Presiden RI saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia
 Serikat (1949).

 Pada tanggal 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II
 dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka
 berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para
 pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kabar
 penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar
 oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri
 Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.


  *Mr. Sjafruddin Prawiranegara*
 Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan dibentuknya
 pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI. Padahal, saat itu
 Soekarno – Hatta mengirimkan telegram berbunyi, “Kami, Presiden Republik
 Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam
 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika
 dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami
 menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI
 untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra”.

 Namun saat itu telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski
 demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah
 mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai
 Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu
 pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan
 menyetujui usul itu “demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang
 berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi
 syarat internasional untuk diakui sebagai negara”. Seperti dikutip dari
 viva.co.id.


  Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI
 “diproklamasikan” . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap
 Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya
 dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti
 Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman
 tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.

 Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada
 tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat
 PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi
 Republik Indonesia.


  *Mr. Assaat*
 Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di
 Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan
 kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian,
 salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti
 Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain.


  Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan
 Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik
 Indonesia.


  Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat
 sangat penting. Kalau tidak ada RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam
 sejarah Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi.
 Namun, 

Re: [R@ntau-Net] Fwd: FAKTA SEJARAH : Indonesia Tenyata Memiliki 8 Presiden

2014-06-29 Terurut Topik 'Junaidi' via RantauNet
Mamak2 jo dunsanak kasadono.

Disampiang Mr. Assaat dan Mr. Sjafrudin Prawiranegara ado duo lai urang awak 
nan pernah jadi Presiden/kapalo negara yaitu Yusoff Ishak Presiden partamo 
Singapura dan Tuanku Abdurrahman Yang Dipertuan Agong partamo Malaysia.

Wassalam

Junaidi


 On Jun 29, 2014, at 2:26 PM, Zulharbi Salim zulsa...@gmail.com wrote:
 
 Pak MM nah,
 Mr. Assaat nan urang Kubang Putiah Banuhampu Agam ko tidak dapat dihapus dan 
 dilupokan dari sejarah RI.
 Baitu pulo Mr. Syafruddin Prawiranegara nan jadi Pj.
 Presiden PDRI nan bajaso ka negara RI. Antahlah baa pemerintah kok indak 
 memasukkan sbg Presiden nan salapan..
 Salam ZS 71
 
 Pada 29 Jun 2014 11:05, Muchwardi Muchtar muchwa...@rantaunet.org menulis:
 
 
 Sabtu, 28-06-2014
 
 Indonesia Tenyata Memiliki 8 Presiden. 
 
 
 
 1. Mr Asa'at Gelar Datuk Mudo. Asal Banuhampu, Bukittinggi.
 2. Mr Sjafruddin Prawiranegara. Asal Banten; dan kakek buyutnya asal 
 Kerajaan Pagaruyung, Batusangkar, pimpinan Perang Paderi (1803 - 1838) yang 
 ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke ANYER, Banten, kampung bangsawan 
 Banten Prawiranegara.
 
 Urutan Presiden RI adalah sebagai berikut: Soekarno (diselingi oleh 
 Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat), Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman 
 Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.
 
 
 
 MUNGKIN masih banyak dari rakyat Indonesia yang beranggapan bahwa Indonesia 
 hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, 
 B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan 
 kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
 
 Namun hal itu ternyata keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga 
 saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh delapan presiden. Lho, kok bisa? 
 Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia? 
 
 
 
 Dua tokoh yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. 
 Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. 
 Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik 
 Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan Moh. Hatta ditangkap Belanda 
 pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat adalah Presiden RI saat 
 republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949). 
 
 Pada tanggal 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II 
 dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka 
 berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para 
 pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kabar 
 penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh 
 Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran 
 dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat. 
 
 
 
 Mr. Sjafruddin Prawiranegara 
 Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan dibentuknya 
 pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI. Padahal, saat itu 
 Soekarno – Hatta mengirimkan telegram berbunyi, “Kami, Presiden Republik 
 Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 
 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam 
 keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami 
 menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk 
 membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra”.
 
 Namun saat itu telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski 
 demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah 
 mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai 
 Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu 
 pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan 
 menyetujui usul itu “demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang 
 berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi 
 syarat internasional untuk diakui sebagai negara”. Seperti dikutip dari 
 viva.co.id. 
 
 
 
 Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI 
 “diproklamasikan” . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap 
 Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya 
 dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti 
 Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman 
 tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.
 
 Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada 
 tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat 
 PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik 
 Indonesia. 
 
 
 
 Mr. Assaat 
 Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di 
 Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan 
 kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian, 
 salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti 
 Negara 

[R@ntau-Net] Fwd: FAKTA SEJARAH : Indonesia Tenyata Memiliki 8 Presiden

2014-06-28 Terurut Topik Muchwardi Muchtar
 Sabtu, 28-06-2014


*Indonesia Tenyata Memiliki 8 Presiden. *


 1. Mr Asa'at Gelar Datuk Mudo. Asal Banuhampu, Bukittinggi.
2. Mr Sjafruddin Prawiranegara. Asal Banten; dan kakek buyutnya asal
Kerajaan Pagaruyung, Batusangkar, pimpinan Perang Paderi (1803 - 1838) yang
ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke ANYER, Banten, kampung bangsawan
Banten Prawiranegara.

Urutan Presiden RI adalah sebagai berikut: Soekarno (diselingi oleh
Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat), Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman
Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.


MUNGKIN masih banyak dari rakyat Indonesia yang beranggapan bahwa Indonesia
hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto,
B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan
kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun hal itu ternyata keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga
saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh delapan presiden. Lho, kok bisa?
Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia?


 Dua tokoh yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr.
Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga
disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan Moh. Hatta ditangkap
Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat adalah
Presiden RI saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia
Serikat (1949).

Pada tanggal 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II
dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka
berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para
pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kabar
penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar
oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.


 *Mr. Sjafruddin Prawiranegara*
Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan dibentuknya
pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI. Padahal, saat itu
Soekarno – Hatta mengirimkan telegram berbunyi, “Kami, Presiden Republik
Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam
6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika
dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami
menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI
untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra”.

Namun saat itu telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski
demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah
mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai
Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu
pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan
menyetujui usul itu “demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang
berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi
syarat internasional untuk diakui sebagai negara”. Seperti dikutip dari
viva.co.id.


 Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI
“diproklamasikan” . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap
Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya
dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti
Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman
tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.

Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada
tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat
PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik
Indonesia.


 *Mr. Assaat*
Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di
Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan
kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian,
salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti
Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain.


Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan
Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik
Indonesia.


 Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat sangat
penting. Kalau tidak ada RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam sejarah
Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi. Namun,
dengan mengakui keberadaan RI dalam RIS yang hanya beberapa bulan, tampak
bahwa sejarah Republik Indonesia sejak tahun 1945 tidak pernah terputus
sampai kini. Kita ketahui bahwa kemudian RIS melebur menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Itu berarti, Assaat
pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar sembilan bulan.
Nah fren, dengan demikian, SBY adalah presiden RI yang ke-8.

Sumber: Idznews.com  kaskus.co.id