[teknologia] bbm

2005-09-28 Terurut Topik risiyanto budi


Saya ingat pas liburan SMP, pulang ke kampung nenek moyang di Klaten.
Dari stasiun kereta api ke pelosok kami naik  Delman.
Di rumah nenek, saya dibuatkan air panas untuk mandi dengan menggunakan 
tungku dengan kayu sebagai bahan bakarnya.
Setelah malam tiba, nenek saya menyalakan lampu ublik, dengan bahan 
bakan minyak klentik (minyak kelapa).


Saya nonton TVRI di rumah tetangga dengan accu sebagai sumber dayanya. 
(Accu ini di cash tiap minggu di kuto yang sudah ada jaringan listriknya)


Besoknya diajak jalan-jalan Paklik ke kota dengan naik sepeda kebo.

Saya tidak melihat adanya kebutuhan pada BBM waktu itu.
Tapi jaman sudah berubah, sekarang anak-anak muda di desa saya sudah 
naik motor semua. Bulik saya sudah pake kompor gas. Tiap warung sudah 
menyediakan Minyak tanah / bensin.


Jadi saya yakin, saat ini Paklik saya sedang antri di pombensin sambil 
membawa drum :-P.


Dengan ditemukannya minyak bumi, ada banyak manfaat yang dibawanya. Dan 
juga membuat kita semakin tergantung pada BBM. Ketika BBM mulai jarang 
dan kita makin tergantung, jadilah seperti sekarang ini.


Maaf, sekedar memecah kesunyian.

---
Aris



[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Adjie
soale,
kayune wis habis di tebang mas dan di gondol konglomelarat, makanya
pada make BBM, jarene biar ngga kena asép heheheh

lagian khan gaya gitu lho kalau naik honda (Sepeda motor) timbangane
numpak pit (sepeda engkol ),

coba sak iki tanya sama anak di desa, mana ada yang mau naik sepeda,
pokoknya mesti pake honda walaupun ngutang dan bayare tiap panen
hahahaha,

hehaehehe jadi inget sebulan lalu saya di sweden dan sewa sepeda untuk
kerja selama seminggu 500 krone (50€) karena disana ngga ada yang
gengsi tuch naik sepeda, bahkan sepeda saya ikut nginep di hotel
bintang 5, orang hotel bilang pak sepedanya biar kami masukan  temat
khusus di hotel heheheh , udah gitu kalau naik mobil atau taxi mahal
sekali, jadi alternatifnya naik sepeda selain muraj sehat. hehehe coba
orang di indonesia bisq nyonto gitu sama orang di swedia, belanda,
france, yang ngga perlu gengsi untuk make sepeda ontel.walaupun
make jas dan dasi lengkap buat meeting .

back to nature


adjie

On 9/28/05, risiyanto budi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya ingat pas liburan SMP, pulang ke kampung nenek moyang di Klaten.
 Dari stasiun kereta api ke pelosok kami naik  Delman.
 Di rumah nenek, saya dibuatkan air panas untuk mandi dengan menggunakan
 tungku dengan kayu sebagai bahan bakarnya.
 Setelah malam tiba, nenek saya menyalakan lampu ublik, dengan bahan
 bakan minyak klentik (minyak kelapa).

 Saya nonton TVRI di rumah tetangga dengan accu sebagai sumber dayanya.
 (Accu ini di cash tiap minggu di kuto yang sudah ada jaringan listriknya)

 Besoknya diajak jalan-jalan Paklik ke kota dengan naik sepeda kebo.

 Saya tidak melihat adanya kebutuhan pada BBM waktu itu.
 Tapi jaman sudah berubah, sekarang anak-anak muda di desa saya sudah
 naik motor semua. Bulik saya sudah pake kompor gas. Tiap warung sudah
 menyediakan Minyak tanah / bensin.

 Jadi saya yakin, saat ini Paklik saya sedang antri di pombensin sambil
 membawa drum :-P.

 Dengan ditemukannya minyak bumi, ada banyak manfaat yang dibawanya. Dan
 juga membuat kita semakin tergantung pada BBM. Ketika BBM mulai jarang
 dan kita makin tergantung, jadilah seperti sekarang ini.

 Maaf, sekedar memecah kesunyian.

 ---
 Aris




[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik A r j u n a

2005/9/28, Adjie [EMAIL PROTECTED]:
 soale,
 kayune wis habis di tebang mas dan di gondol konglomelarat, makanya
 pada make BBM, jarene biar ngga kena asép heheheh

 lagian khan gaya gitu lho kalau naik honda (Sepeda motor) timbangane
 numpak pit (sepeda engkol ),

loh di sini udah boleh top reply yah?

*siul2*

--
A r j u n a
I am a worker, like my father before me (mod tm)


[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Patriawan, Carlos
Yang perlu dianalisa,kenaikan BBM ini ada hubunganya dengan
globalisasi dan sektor IT secara tidak langsung.

Faktor terbesar untuk future crude oil dan natural gas ditentukan dari
liquiditas (supply/demand).Untuk supply dari dulu sudah diketahui
kalau supply konstant menurun jadi tidak ada yang baru disini,yang
diluar perkiraan adalah increasing demand dari dua negera new
economy yaitu India dan China.Selain tentunya demand dari AS
(yang predictable) dan negara lain seperti eastern europe.Analisa
selengkapnya yang dikumpulkan dari para market analist ada di blogs
saya :)

Yang jadi pertanyaan,kenapa kedua negara tsb bisa butuh oil sangat
besar ? ini karena ekonomi mereka yang booming terutama dari Inflow
investor atau perushaan yang pindah/outsource/manufacturing ke India
dan China (Shanghai).

Gua sendiri agak impressed waktu tahu 5-10 tahun lalu,gaji engineer IT
di India hampir sama dengan di Indonesia,tapi sekarang triple atau
bahkan naik 5 kali,skrg gak susah untuk cari gaji IT guy middle
level di Bangalore dengan gaji sekitar 25-30 juta per-bulan.Sekarang
juga pershaan amrika/jepang/yurep bukan cuman outsource lagi ke India
tapi malah pindah total,rekruitmen dilakukan bahkan sebelum lulus.

Nah kalau story tentang China semuanya udah tahu.Lihat aja Shanghai
seperti apa skrg,lihat betapa takutnya US corporation dengan kompetisi
dari China yang bisa beri harga half price untuk semua produk yang
dijual US company. (Nah jadi mengerti skrg kenapa Kongress AS
mati-matian minta agar China unpeg Yuan thd Dollar).


Walhasil dari kemajuan India+China,mereka butuh resource yang lebih
tinggi,termasuk Oil
(now you know why China is aggressively  willing to buy Unocal and
PetroKazakhstan,after China bought IBM PC Division).

Balik ke masalah Indonesia,kita tahu permasalahanya,ada subsidi oil
yang sangat besar semtara kita sudah oil importer,perlu beli minyak
yang menggunakan US Dollar,sementara budget juga menipis.Budget untuk
oil subsidi tsb lebih dari budget untuk pendidikan + Kesehatan.

Ironis yach,untuk kemajuan yang terjadi di negara lain,harus dibayar
secara tidak langsung oleh negara yang lebih (economically dan
politically)  lemah...
Terus kalau ditanya,siapa negara yg paling untung dari kenaikan BBM :
ya negara Arabs.

Jalan keluar Untuk Indonesia,selain mengandalkan alternative energy
resources,long termnya Indonesia mesti jadi negara yang pandai
memanfaatkan globalisasi,di abad 21 negara yg berhasil bukan negara yg
punya banyak natural resources,tapi SDM,seperti yg dilakukan China dan
India.




Carlos















On 9/28/05, Adjie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 soale,
 kayune wis habis di tebang mas dan di gondol konglomelarat, makanya
 pada make BBM, jarene biar ngga kena asép heheheh

 lagian khan gaya gitu lho kalau naik honda (Sepeda motor) timbangane
 numpak pit (sepeda engkol ),

 coba sak iki tanya sama anak di desa, mana ada yang mau naik sepeda,
 pokoknya mesti pake honda walaupun ngutang dan bayare tiap panen
 hahahaha,

 hehaehehe jadi inget sebulan lalu saya di sweden dan sewa sepeda untuk
 kerja selama seminggu 500 krone (50€) karena disana ngga ada yang
 gengsi tuch naik sepeda, bahkan sepeda saya ikut nginep di hotel
 bintang 5, orang hotel bilang pak sepedanya biar kami masukan  temat
 khusus di hotel heheheh , udah gitu kalau naik mobil atau taxi mahal
 sekali, jadi alternatifnya naik sepeda selain muraj sehat. hehehe coba
 orang di indonesia bisq nyonto gitu sama orang di swedia, belanda,
 france, yang ngga perlu gengsi untuk make sepeda ontel.walaupun
 make jas dan dasi lengkap buat meeting .

 back to nature


 adjie

 On 9/28/05, risiyanto budi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Saya ingat pas liburan SMP, pulang ke kampung nenek moyang di Klaten.
  Dari stasiun kereta api ke pelosok kami naik  Delman.
  Di rumah nenek, saya dibuatkan air panas untuk mandi dengan menggunakan
  tungku dengan kayu sebagai bahan bakarnya.
  Setelah malam tiba, nenek saya menyalakan lampu ublik, dengan bahan
  bakan minyak klentik (minyak kelapa).
 
  Saya nonton TVRI di rumah tetangga dengan accu sebagai sumber dayanya.
  (Accu ini di cash tiap minggu di kuto yang sudah ada jaringan listriknya)
 
  Besoknya diajak jalan-jalan Paklik ke kota dengan naik sepeda kebo.
 
  Saya tidak melihat adanya kebutuhan pada BBM waktu itu.
  Tapi jaman sudah berubah, sekarang anak-anak muda di desa saya sudah
  naik motor semua. Bulik saya sudah pake kompor gas. Tiap warung sudah
  menyediakan Minyak tanah / bensin.
 
  Jadi saya yakin, saat ini Paklik saya sedang antri di pombensin sambil
  membawa drum :-P.
 
  Dengan ditemukannya minyak bumi, ada banyak manfaat yang dibawanya. Dan
  juga membuat kita semakin tergantung pada BBM. Ketika BBM mulai jarang
  dan kita makin tergantung, jadilah seperti sekarang ini.
 
  Maaf, sekedar memecah kesunyian.
 
  ---
  Aris
 
 



[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Priyadi Iman Nurcahyo

tolong ya supaya gak melakukan top posting di milis ini. berikut kutipan tatib 
milis di http://teknoblogia.blogspot.com/

Dilarang melakukan top-posting (me-reply di atas quote). Pembaca butuh kaitan 
antara tulisan anda dengan tulisan yang anda  reply (hapus dulu kalimat yang 
tidak perlu).

Terima kasih atas perhatiannya :)

-- 
http://priyadi.net


[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 9/29/05, Priyadi Iman Nurcahyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
tolong ya supaya gak melakukan top posting di milis ini. berikut kutipan tatibmilis di http://teknoblogia.blogspot.com/
Mungkin lupa mas Pri, daku juga kadang - kadang suka top posting secara ga sengaja :-) 
Dilarang melakukan top-posting (me-reply di atas quote). Pembaca butuh kaitan
antara tulisan anda dengan tulisan yang andareply (hapus dulu kalimat yangtidak perlu).Terima kasih atas perhatiannya :)--http://priyadi.net
Anyway...
Mau subsidi dicabut kek, mau engga kek, yang perlu diubah dari bangsa
Indonesia itu ya mentalnya. Sebenarnya bagus juga dulu ada program
pemerintah Aku cinta produk dalam negeri agar kita engga cuma bisa
jadi importir saja. Tapi kok sekarang program itu engga lagi kedengeran
ya gaungnya?

Pemerintah yang selalu berganti - ganti kebijakan juga menyumbang tuh
terhadap kegagalan produk ini. Padahal kalau diberi tax incentive, saya
rasa mental Indonesia bisa diubah secara perlahan deh agar engga
menjadi net importer.-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik adi

On Thu, Sep 29, 2005 at 12:40:06AM +0700, Oskar Syahbana wrote:
 Mau subsidi dicabut kek, mau engga kek, yang perlu diubah dari bangsa
 Indonesia itu ya mentalnya.

Caranya? mudah-mudahan one-liner tidak dilarang :-)

Salam,

P.Y. Adi Prasaja


[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 9/29/05, adi [EMAIL PROTECTED] wrote:
On Thu, Sep 29, 2005 at 12:40:06AM +0700, Oskar Syahbana wrote: Mau subsidi dicabut kek, mau engga kek, yang perlu diubah dari bangsa Indonesia itu ya mentalnya.Caranya? mudah-mudahan one-liner tidak dilarang :-)
Salam,P.Y. Adi Prasaja
Ya caranya (salah satunya) itu tadi... galakan lagi program cinta
produk dalam negeri. Bisa juga di atur dengan keputusan pajak. Jadi
semakin kaya seseorang, pajaknya juga semakin gede. Sekarang juga udah
seperti itu sih, pajak progresif, tapi implementasi di lapangannya yang
bermasalah.

Hal lain yang bisa dilakukan ya melalui institusi pendidikannya. Kita
sudah terlalu lama di suruh diam dan duduk mendengarkan di usia kita
yang sangat produktif. Dengan pemberlakuan KBK, hal itu pun tidak jauh
berbeda. Hanya sekolah - sekolah tertentu saja (dan biayanya tentu
mahal) yang dapat merangsang kreatifitas anak didiknya (yang akhirnya
dalam jangka panjang mengubah mental bangsa ini).

Ada usulan lain?
PS: kalau bisa masukan juga unsur teknologi, ini kan milis teknologia :-P-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/
http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Patriawan, Carlos

On 9/28/05, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote:


 On 9/29/05, adi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  On Thu, Sep 29, 2005 at 12:40:06AM +0700, Oskar Syahbana wrote:
   Mau subsidi dicabut kek, mau engga kek, yang perlu diubah dari bangsa
   Indonesia itu ya mentalnya.
 
  Caranya? mudah-mudahan one-liner tidak dilarang :-)
 
  Salam,
 
  P.Y. Adi Prasaja
 

  Ya caranya (salah satunya) itu tadi... galakan lagi program cinta produk
 dalam negeri. Bisa juga di atur dengan keputusan pajak. Jadi semakin kaya
 seseorang, pajaknya juga semakin gede. Sekarang juga udah seperti itu sih,
 pajak progresif, tapi implementasi di lapangannya yang bermasalah.

  Hal lain yang bisa dilakukan ya melalui institusi pendidikannya. Kita sudah
 terlalu lama di suruh diam dan duduk mendengarkan di usia kita yang sangat
 produktif. Dengan pemberlakuan KBK, hal itu pun tidak jauh berbeda. Hanya
 sekolah - sekolah tertentu saja (dan biayanya tentu mahal) yang dapat
 merangsang kreatifitas anak didiknya (yang akhirnya dalam jangka panjang
 mengubah mental bangsa ini).

  Ada usulan lain?
  PS: kalau bisa masukan juga unsur teknologi, ini kan milis teknologia :-P


hehehe...cara yang diatas kan yang memang sepatutnya dijankan
*regardless* BBM naik atau tidak.

Sebenarnya yang punya dampak paling real dan cepat ini kalau ada major
investment asing baru ke Indonesia,efeknya langsung pada penguatan
rupiah,employment,knowledge/information transfer,etc...Arah-nya SBY
sudah benar sebenarnya,cuman ya itu.kita masih dalam tahap
perubahan sampai satu atau dua dekade kedepan.Harus sabar.

Investment IT ke Indonesia ? heheheno comment dululah,tapi dulu
gua pernah denger ada rumor diskusi 4 mata SBY dan BG(om gates),tapi
dari insider kontak gw kayaknya materinya belum sesuai yg
di-impikan.


Carlos


[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Affan Basalamah

Iya sih,
naik sepeda itu enak, asal kotanya datar, bukan naik turun bukit kayak
Bandung, kecuali kalau mau pengen punya otot betis (kempol) yang kayak
kawat :))

*kasihan deh kalo lihat tukang becak di bandung yang kuat-kuat*

-affan



[teknologia] Re: bbm

2005-09-28 Terurut Topik Arie Reynaldi Z

 Iya sih,
 naik sepeda itu enak, asal kotanya datar, bukan naik turun bukit kayak
 Bandung, kecuali kalau mau pengen punya otot betis (kempol) yang kayak
 kawat :))

 *kasihan deh kalo lihat tukang becak di bandung yang kuat-kuat*

Jaman tahun 60'an sih waktu orang tua saya masih kuliah di UNPAD,
mereka sering naik sepeda.. Rumah daerah geger kalong.. :) Gak tau
beda apa ngga' bandung thn 60 an sama sekarang.. mungkin sekarang plus
macet ya. :)

Ma'af OOT..

--
Arie Reynaldi Zanahar
reymanx at gmail.com
http://www.reynaldi.or.id