[teknologia] Re: Konsensus Milis Teknologia
Ha... ha... ha... seperti saya duga, kalau ditantang, besar kemungkinan akan sembunyi. Namun, kalau mendompleng; jadinya ngalor-ngidul tidak keruan ujung-pangkalnya: PTN vs. PTS, Dosen vs Mahasiswa, dst. Milis ini merupakan cerminan keadaan sebenarnya: memang nggak pernah ada niat untuk mencapai konsensus! Kalau demikian, apa bedanya dong dengan telematika? sigh...-- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
fade2blac wrote: Meneruskan tradisi Dullatip (halo junior internet engineer?), Weleh-weleh, Avatar Dullatip sampai dibawa-bawa... Hm... isyu serta tanggapan yang diungkapkan di sini sudah sangat rumit. Jika saya ikutan memberikan tanggapan, wah nantinya bisa tambah rumit... -- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Konsensus Milis Teknologia
Rekan Milis Yang Berbahagia, Cerita lama ini mestinya pernah terbaca sebelumnya: Kisah sang Penjual Ikan: = Ada seorang penjual ikan memasang papan tulisan di atas meja dagangannya: Di sini Menjual Ikan Segar. Ada seorang pelanggan memberikan kritikan bahwa sudah pasti berjualan ikannya Di sini. Sang pedagang, dengan serta-merta mengubah tulisan di papan menjadi: Menjual Ikan Segar. Datang pelanggan berikutnya, serta juga memberikan masukan bahwa ikan sudah pasti Segar. Lalu, sang pedagang mengubah lagi tulisan di papan menjadi: Menjual Ikan. Pelanggan berikutnya, memberikan masukan bahwa tentunya ikan tersebut untuk dijual. Sang pedagang memutuskan untuk merevisi ulang tulisan menjadi: Ikan. Tetap saja, ada pelanggan memberikan komentar bahwa dari baunya sudah ketahuan bahwa yang di atas meja adalah Ikan. Sang pedagang kemudian menghapus total tulisan papan. Terakhir, ada pelanggan memberikan komentar, bahwa berdasarkan teori Marketing, sebaiknya mempromosikan dengan sebuah papan tulisan, umpamanya: Di sini Menjual Ikan Segar = Mudah-mudahan bisa ada konsensus dari peserta milis teknologia ini: Konsensus #1: Keputusan apapun yang diambil, akan ada kelebihan dan kekurangannya. Namun, sang pedaganglah yang harus membuat keputusan, dan apapun keputusannya, sepenuhnya merupakan tanggung-jawab sang pedagang! Sang pedagang dilarang ngeyel bahwa para pelanggannya telah membuat bingung. Konsensus#2: Para pelanggan dipersilakan untuk sepuasnya memberikan masukan. Jangan sampai ada anggapan bahwa komentar apa adanya merupakan menjelek-jelekan. Sang pedagang tidak perlu sampai marah/tersinggung. Namun, sang pedagang harus selalu ingat bahwa yang bersangkutanlah yang akan membuat keputusan akhir. Konsensus#3: Para penonton, bukan pelanggan atau pedagang, seharusnya tidak perlu dengki, serta mencari-cari kesalahan sang pedagang ataupun pelanggannya. Kalau On Topik-nya mengenai Papan Tulisan; mengapa tiba-tiba ada penonton yang mengalihkan fokus -- umpamanya ke masalah mengapa sang pelanggan tidak menggunakan celana dalam? tabe, RMS
[teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...
Rekan-rekan pengamat milis yang berbahagia, Terimakasih banyak atas semua tanggapan yang luar biasa banyak dan bervariasi. Ada beberapa isyu yang muncul; namun sayang waktu saya lagi sangat terbatas. Kalau ada waktu, mungkin nantinya akan saya balas isyu tersebut. Untuk sementara, saya membalas secara umum saja. Isyu yang saya angkat ialah perihal produktivitas makalah dalam negeri agat minim. Jangankan yang bermutu, yang tidak bermutu pun langka! Dan jangankan menulis, membaca saja jarang! Jadi, titik fokus saya ialah memperkenalkan artikel-artikel ilmiah, plus pembuatan laporan (=menulis!) atas pengalaman mengikuti seminar tersebut. Lihat ulang: http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2005/1-Pengalaman/ Apakah seminar tersebut sukses? Belum yakin. Kita ikuti saja nasehat Mr. Tung Desem Waringin: Tidak ada salahnya untuk terus trial and error dalam mencari formula yang pas untuk membangun sebuah seminar yang sukses. Membiasakan para mahasiswa untuk menulis, merupakan sebuah tantangan yang harus diatasi. Oleh sebab itu, setiap ada kesempatan, saya meminta para mahasiwa untuk menulis. Untuk sementara, *MUTU* di-nomor-dua-kan. Asumsinya, sesuatu yang tidak bermutu dapat diperbaiki menjadi bermutu. Namun sesuatu yang TIDAK ADA; sangat mustahil untuk diperbaiki. Sebagai penutup, berikut beberapa ilustrasi karya-karya paksa yang diarsipkan. Keamanan Sistem Informasi: === http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/MTI-Keamanan-Sistem-Informasi/2005/POKJA-Malam/ http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/MTI-Keamanan-Sistem-Informasi/2005/POKJA-Pagi/ Pengantar Sistem Operasi dan Sistem Komputer: === http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/MTI-PSOKS/2005/ Sistem Operasi: = http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/SistemOperasi/BUKU/ -- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Penelitian Bidang Sistem Informasi Managemen di Indonesia: Quo Vadis?
Rekans, Mendahului thread Tak kenal tak sayang, diasumsikan bahwa telah ada (exists) berbagai kegiatan penelitian Sistem Informasi Managemen di Indonesia (=SIMDI). Namun, populasi komunitas SIMDI masih sedikit, serta tersebar pada berbagai disiplin ilmu yang lebih mapan seperti Ilmu Komputer, Bisnis dan Managemen, Psikologi, dan sebagainya. Melalui tulisan tersebut, saya mencoba untuk mempertanyakan arah dari SIMDI. Apakah ada yang bersedia memberikan tanggapan? URL: http://free.vlsm.org/v02/org/vlsm/rms46/2/114.pdf -- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...
Pak Anto: Tak kenal tak sayang ini merupakan kelanjutan dari Penelitian Bidang Sistem Informasi Managemen di Indonesia (SIMDI): Quo Vadis? Bagaimana mungkin mengharapkan nama peneliti Indonesia muncul dalam jurnal top seperti MISQ, ISR, dst.; sedangkan yang pernah membaca, apa lagi teratur membaca jurnal tersebut sangat langka! Jadi terpaksa deh memperkenalkan jurnal tersebut kepada para mahasiswa. Ternyata, rintangannya tidak sedikit. Pertama, hambatan dari Fakultas; sebab hal ini dianggap tanggung: bukan kursus bahasa Inggris dan bukan kuliah metodologi penelitian. Terpaksa, kuliah Seminar dipermak untuk keperluan ini, sebab seminar memiliki derajat kebebasan bahan ajar yang memadai. Selanjutnya, bagaimana memilih artikel dengan derajat kesulitan yang secara perlahan meningkat. Ternyata, artikel yang saya anggap gampang belum tentu ''gampang'' untuk mahasiswa. Apakah ada informasi lebih lanjut mengenai rinkoh (dalam bahasa Inggris)? -- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Re: IEEE Membership....seberapa perlu ???
ada ngga diantara member milist ini yang member IEEE ayo tunjuk tangan. Maat, ikutan nibrung OOT. Mengingat keanggotaan yang mahal (walau pun tarif Development Country); tergantung berapa punya anggaran (pribadi). Namun umpamanya, saya sendiri anggota AIS (Asoc. of Information Systems) dengan potongan 80% iuran keanggotaan yang dibayar tempat kerja saya. Dengan keanggotaan tersebut, saya bisa mengakses Digital Library AIS. Sepengertian saya, ada beberapa kolega lain yang menjadi anggota ACM, IEEE, dst.. Sebagian dibayarin kantor, sebagian bayar sendiri. -- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...
Saya baru tahu kalau di Indonesia ada rintangan spt. yang disebutkan. Rintangannya ialah bahwa sebuah mata ajar ber-SKS (mendapat nilai) perlu memiliki atribut-atribut keilmuan tertentu. Saya rasa itu berlaku umum dan bukan spesifik Indonesia. Yang spesifik Indonesia (negara dunia ke tiga?) bahwa mahasiswanya tidak terbiasa membaca bacaan ilmiah berbahasa Inggris. Lebih menyedihkan, berpikir kritis dianggap sebuah keanehan. Sulit sekali membangun suasana diskusi yang meriah di dalam sebuah kelas. Apakah mengikuti rinkoh mendapat nilai? -- Rahmat M. Samik-Ibrahim
[teknologia] Tak Kenal... Tak Sayang...
Rekan-rekan, Berikut arsip pengalaman pelajaran membaca artikel ilmiah yang berlangsung semester yang lalu. Pelajaran ini diikuti secara setengah mati oleh 23 perserta. Artikel yang saya anggap gampang ternyata masih sangat sulit bagi yang tidak biasa membaca artikel ilmiah. Silabus dapat dilihat di http://free.vlsm.org/v02/org/vlsm/rms46/2/128.html Pengalaman beberapa peserta dapat dilihat di http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2005/1-Pengalaman/ Arsip lainnya di http://free.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/ Nantinya, pingin buat artikle di http://free.vlsm.org/v02/org/vlsm/rms46/2/131.pdf tabe, -- Rahmat M. Samik-Ibrahim