Re: Pesan buat Khalid Walid {Re: [wanita-muslimah] Re: [islamalternatif] Pengukuhan Guru Besar Prof.Dr. Abdul Hadi WM di Univ.Paramadina}
pak Khalid Walid ini pesan dari moderator, saya rasa dengan pengetahuan agama yang anda miliki, anda pasti bisa memahami isi pesan ini. Dan saya yakin juga bahwa anda bukan seperti kaset yang diputar berulang-ulang, anda pasti mampu berdiskusi dengan wawasan luas dan kreatif, muslim kan cerdas menangkap pendapat orang lain dan mampu menyampaikan pendapatnya dengan baik. Semoga anda semakin paham tentang etika berkomunikasi di milis. salam aisha --- From : Dwi W. Soegardi Bung Khalid, pesan buat ANDA, - cobalah berdiskusi sesuai alur. hampir semua topik Anda tanggapi dengan lagu yang sama, yang nyaris tidak ada hubungan sama sekali dengan topiknya. Tidak masalah Anda berdakwah di sini, mbok yao disesuaikan pesannya, jangan seperti kaset yang diputar berulang-ulang. - jangan membawa-bawa diskusi dari milis lain, tanpa memberi keterangan alur diskusi tersebut (perhatikan juga apakah milis tersebut memperbolehkan isinya diforward) Dan seandainya ada tanggapan dari milis ini, maka Anda bertanggung jawab menanggapinya atau memforward balik ke milis ybs. salam, DWS - On Mon, May 19, 2008 at 5:25 AM, Khalid Walid [EMAIL PROTECTED] wrote: pesan buat umat islam.. . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Dunia kecil..akhirat besar. dunia akan ditinggalkan..akhirat akan didatangi..!!!
hai Mas Arcon..:) Belum sempat baca novelnya Ayu Utami itu, terima kasih untuk cuplikan ceritanya, tapi tentang bajingan liberal. Siapa yang menganggap seperti ini? Anggota WM juga atau pihak luar WM? Bukan masalah besar dicap apa saja, mungkin yang suka men-cap orang lain dengan julukan-julukan tertentu itu baru tahu tentang istilah-istilah tersebut, terlepas sebanyak apa dia tahu tentang istilah tersebut, maka dia suka menerapkannya dalam komunikasi di milis. Tapi kembali ke masalah semula, tentang alm pak Sophan yang saya angkat sebagai contoh sosok yang berusaha menyayangi makhluk Allah yang jadi pasangan hidupnya, mungkin sebagai laki-laki yang pernah hidup di dunia yang penuh dengan wanita cantik plus muda, ada ketertarikan ke wanita lain sementara usia istrinya semakin menua, tapi kemampuan untuk mengendalikan nafsu seksnya yang bagus. Dia berfikir dan merasakan jika pasangannya selingkuh, itu menyakiti hatinya, maka ketika dia menyatakan sayang kepada istrinya itu berarti dia tidak ingin menyakiti hati istrinya. Sederhana kan? Saya mengagumi pendapatnya ini dari potongan wawancara yang ditayangkan di tv kemarin. Jadi selingkuh dan nikah lagi dengan wanita lain itu kan kaitanya hanya dengan kemampuan diri untuk sayang atau menghargai istrinya yang lebih besar dari ketertarikan ke wanita lain. Masalah setia atau tidak setia ini kan hanya terkait ke sejauh apa seorang laki-laki atau wanita menghargai makhluk ciptaan Allah yang jadi pasangannya itu sebagai sesama manusia yang tentunya punya perasaan juga. Manusia kan dikasih akal oleh Allah, tidak sama dengan kucing saya yang bisa berhubungan seks dengan siapa saja yang dia mau, dengan ibunya, anaknya, dll. Jadi masalahnya bukan sok moralis atau tidak bermoral atau apa lah. Ini hanya karena melihat tv dan melihat kucing..:) salam aisha -- From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Wah, aisha bukan pendukung novel larung karya ayu utami, dong :) Di novelnya ayu, laila pergi ke new york untuk ketemu dengan sihar, yang masih suami orang. Dan selingkuh di sana. Di tanag air mah takut, banyak polisi moralnya. Sementara ayu menggambarkan perselingkuhan di new york adalah indah, dan semesta alam meyakininya. Banyak orang bilang anggota milis ini adalah bajingan liberal. Jadi mengapa aisha jadi sok moralis. Pasti ada yang nggak beres nih ! Huehehhehe :) - From: Aisha [EMAIL PROTECTED] iya neng Herni..:) Inti agama itu kan petunjuk hidup kita di dunia supaya selamat dunia akhirat. . . === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Re: [islamalternatif] RE: Atasi masalah dengan IMAN dan TAKWA kepada ALLAH SWT
Wah pak Khalid Walid ini kenapa ya, heboh cerita agama tapi ngotot pula ngambil obrolan dari milis lain dimasukkan ke WM, tidak tahu etika milis atau tidak mampu memahami yang dikatakan orang lain? Padahal memahami dan mencoba untuk mematuhi etika berdiskusi di satu komunitas seperti dalam milis itu juga adalah bagian dari akhlak ke sesama manusia khususnya dalam komunikasi di dunia maya. Mungkin bapak satu ini tidak peduli terhadap pendapat saya sebagai sesama anggota milis, tapi pak Dwi yang salah satu moderator milis, tidak dipedulikan pula. Apakah sikap seperti ini contoh dari perilaku muslim yang baik?..:) salam aisha -- From: Khalid Walid [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Cc: Umar Alhabsyi [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 20, 2008 12:23 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: [islamalternatif] RE: Atasi masalah dengan IMAN dan TAKWA kepada ALLAH SWT as.wr.wb. yang terhormat saudara saya Umar Al Habsy..Mas Khalid, Antum mendefinisikan beriman sebagai yakin seyakin2nya terhadap eksistensi Allah dan apa yg Allah SWT firmankan dalam Alquran seluruhnya. Kemudian antum mendefinisikan bertaqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi segala larangan/yg tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya SAW. Saya yakin sampai disitu, saya (dan mungkin sebagian besar member milis ini) setuju dengan definisi tsb. --- kalo sudah setuju langkah anda dan saudara2 muslim yang lainnya apa?..apakah sekedar ilmu saja (atau bahan diskusi dan perdebatan saja), atau segera diamalkan dengan sungguh2 dan disampaikan (didakwahkan pada saudara2 kita yang lain) atau bagaimana ? mohon penjelasan... .. ..
Re: [wanita-muslimah] Dunia kecil..akhirat besar. dunia akan ditinggalkan..akhirat akan didatangi..!!!
iya neng Herni..:) Inti agama itu kan petunjuk hidup kita di dunia supaya selamat dunia akhirat. Petunjuk hidup supaya kita punya budi pekerti yang baik (ini istilah eyang kakung), yang bahasa agamanya itu kita harus punya akhlak baik. Akhlak ke siapa? Akhlak ke Allah + akhlak ke ciptaan Allah. Misalnya ada petunjuk kita harus hidup di dunia ini dengan jujur, itu artinya kita tidak boleh korupsi, tidak boleh selingkuh, dll. Kalau selingkuh, apalagi nikah diam-diam (nikah sirri) itu artinya tidak punya akhlak baik terhadap ciptaan Allah yang namanya pasangan kita. Kalau kita korupsi, itu juga artinya tidak punya akhlak baik terhadap ciptaan Allah dengan mengambil hak orang lain. Yang sedang tinggal di Indonesia, beberapa hari terakhir di tv dan koran ramai berita tentang kematian pak Sophan Sophiaan. Termasuk berita begitu sayangnya blio ini ke anak istrinya, kabarnya tidak ada ceritanya mereka saling selingkuh apalagi nikah lagi. Almarhum begitu lembut mencintai istrinya, tidak ada pikiran untuk melakukan hubungan seks atau nikah lagi dengan wanita lainnya untuk memenuhi nafsu seksnya (apalagi dengan alasan agama supaya namanya tetap baik). Pengakuan istrinya, sampai hari-hari terakhirnya sang suami selalu memeluk dan mesra ke istri yang dinikahi selama puluhan tahun. Tidak ada ceritanya menyakiti istri, padahal suaminya itu hidup sebagai pemain film. sinetron dan sutradara yang penuh dengan wanita cantik dan lebih muda dari istrinya. Dia juga pernah masuk dunia politik dan jadi anggota DPR, tapi mundur karena penuh dengan uang tidak halal dan perbuatan tidak jujur yang menyesengsarakan rakyat. Jadi orang beragama tentunya tidak membuat seseorang merasa paling pinter beragama lalu teriak sesat ke orang lain yang dianggap salah dan melakukan kekerasan, penghancuran dengan perasaan paling tahu agama dan jadi wakil Allah untuk membinasakan yang dianggapnya salah. Ini mungkin penafsiran bahwa beragama itu artinya menyelesaikan masalah dengan OTOT dan bukan otak yang diberikan Allah supaya kita pantas disebut khalifah Allah, mewakili Allah untuk kebaikan kehidupan di bumi ini. Tapi tentu saja ini harus kita terima, bahwa ada orang-orang yang penafsiran agamanya seperti itu. Fasih berbahasa Arab, hapal Qur'an dan hadis, tapi menafsirkan dan hidup keseharian dengan hanya menilai orang lain, si X salah, si Y sesat, si Z ahli neraka, dll. Lalu dengan gagahnya mencaci maki orang lain atau malah menghancurkan yang dianggap salah di dunia nyata. Itulah kenyataannya, mereka hanya belajar ayat-ayat Allah yang ada dalam kitab suci saja tapi lupa atau tidak mampu mempelajari ayat-ayat Allah yang terhampar di alam semesta ini. Padahal mempelajari alam semesta ini dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah syarat untuk mampu jadi khalifah allah yang mampu mensejahterakan bumi, termasuk umat manusia. Sayang sekali, maka hidup umat Islam banyak yang di bawah kemiskinan, berkubang dalam kebodohan, pendidikan rendah dan melarat, ditambah beringas ke ciptaan Allah lainnya, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. salam aisha -- From : Herni Kalau kata pearl jam, I know i was born, i know i will die.. but in between is mine. Kalau kata belinda carlisle, heaven is a place on earth :-) Jangan2, justru dunia yg penting... kita kan gak tau akherat nantinya gimana. Cuma bisa menebak-nebak dan mengira-ngira saja. Tapi yg menentukan justru relasi kita dng seisi dunia, Relasi dng sesama manusia. Relasi dengan alam/lingkungan. Inti agama kan disini? Kalau relasi vertikal sih, silakan masing2 pribadi sendiri aja gimana. Tiap orang punya pengalaman unik dan spesial dng Tuhannya masing2. Wassalam, Herni - From: Khalid Walid banyak manusia hari ini pintar dunia tapi bodoh akhirat.. tak paham kubur... tak paham masyar.. tak paham shirath.. tak paham mizan.. tak paham api neraka jahanam.. tak paham syurga... cinta dunia.. mabok dunia... gila dunia.. padahal dunia hanya sebentar... dan akan ditinggalkan... tinggal cerita.. hari ini kita semua sedang berjalan menuju kubur... sudah siapkah menghadapi kematian..? sudah ada persiapan kah..? kehidupan dunia cuma 65-75 tahun ( itupun kalo nyampe).. kubur 40.000 tahun.. masyar 40.000 tahun.. shirath 1500 tahun.. neraka..jutaan tahun...( dan bahkan ada yang ekekal selamanya..) syurga..abadi selamnya ( penuh kenikmatan yang tak pernah terbayangkan).. so..dunia betul2 kecil... menipu saja..( Al Qur'an dan hadis) kesenangan yang memperdayakan (Al Qur'an)... tidak dibawa mati.. dunia dikumpulkan untuk ditinggalkan.. akhirat dikumpulkan untuk didatangi... so akhirat jauh lebih penting dari pada dunia.. jauh dan jauh lebih penting daripada dunia.. ahiart besar...dunia kecil.. seperti setes air di lautan yang luas.. apakah anda mau memprjuangkan mati2an sesuatu yang kecil (setets air) dengan meninggalkan sesuatu yang besar ( autan yang luas)..??? pikirkan dan renungkanlah.. dan yang lebih penting lagi mari
Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Melecehkan Allah dan RasulNya
Saya kok nggak nyaman ya lihat jawaban untuk postingan di milis lain atau ditujukan untuk individu dan banyak milis, masuk ke WM juga. Perbuatan seperti ini mengingatkan saya ke orang yang suka membawa berbagai topik diskusi dari milis lain. Akan lebih baik jika anda diskusi di milis lain, ya teruskan di milis semula. Atau cobalah untuk merubah subject-nya, tidak enak melihat subject panjang meneruskan diskusi di milis lain. -- From : Khalid Walid To :[EMAIL PROTECTED] ; Budi P ; wirajhana eka ; hafny syarbainy ; [EMAIL PROTECTED] ; riri cute ; Ahmadi Agung ; Jingjing Arab ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; cah ayoe ; Haryanto (PSDM) ; hidayahnet ; [EMAIL PROTECTED] ; Gabriela Rantau ; Yogi Triyuniardi ; muskita wati ; Jimmy Okberto ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; RULUTO ; Batul ; rizal lingga ; Alexander Soebroto ; Ulil Abshar Abdalla Cc: Wanita Muslimah ; PPI India ; Indonesian Muslim Centre ; Komunitas Istiqlal ; Diskusi Islam ; Islam Liberal ; Para Pemikir ; Pengajian Kantor ; PII pola pikir anda terpengaruh kuat oleh pola pikir orang kafir... demokrasi orang kafir.. ham orang kafir.. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: pemberontakan :Re: [wanita-muslimah] Re: [sd-islam] Masjid Ahmadiyah dibakar, di mana kamu MUI?
Ini sebenarnya diskusi tentang apa seh?..:) Tentang kekerasan pada warga Ahmadiyah atau tentang pemberontakan? Lalu kenapa meloncat ke HAM? daerah-daerah yang mau merdeka karena merasa tidak diperlakukan adil, misalnya mereka mempunyai sumber daya alam yang melimpah tapi hasilnya sebagian besar ke pusat dan daerah gigit jari dengan kemiskinan dan kebodohan rakyat daerah tersebut. Jika ada yang memberontak dengan kekerasan, lalu dilawan tentara, dihancurkan - dimana letak menghargai HAM mereka jika mereka miskin dan tidak berpendidikan lalu ketika menyuarakan keinginannya supaya mendapat kehidupan lebih baik, mereka dihancurkan. Tapi jika mayoritas rakyat daerah itu mau merdeka, menghargai HAM, lakukan pemilu, istilahnya referendum ya? Persilahkan rakyat memilih - mau tetep di dalam Indonesia atau jadi negara baru. Ahmadiyah kan beda lagi dengan pemberontakan, apakah mereka berontak mau lepas dari Indonesia dan kalau perlu mereka melakukan perlawanan bersenjata? jadi kenapa diskusinya membenturkan Ahmadiyah dengan pemberontakan?..:) salam Aisha -- From : wawan soryy om mod, ini post terakhir ya. itu yg diusut kan pelanggaran HAM tentara vs rakyat om, bukan ngusut pemerintah telah melanggar HAMnya aceh dan papua yg ingin merdeka. On 4/29/08, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: wah mas wawan, kata siapa nggak ada yang teriak2 kalau pemerintah melanggar HAM di wilayah yang ingin merdeka Komnas HAM kan mengusut pelanggaran HAM di Aceh, Papua tempat2 lain tuh silakan dicari saja beritanya [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Berita-berita Pembakaran Masjid Ahmadiyah {Re: [wanita-muslimah] Hundreds torch mosque in Indonesia}
seingat saya, moderator itu memperingatkan untuk menyudahi masalah Ahmadiyah dari segi akidah/teologinya, yang Ahmadiyah ngotot merasa benar, yang anti juga ngotot menyalahkan, gak ada ujungnya, terus saja berputar, malah mungkin ujung-ujungnya jadi keluar kata-kata yang gak pantas. Yang masih dibolehkan didiskusikan sejak dulu juga kan tentang kekerasan terhadap warga Ahmadiyah. Apakah semuanya sepakat bahwa cara kekerasan itu tidak islami, apakah ada contoh-contohnya bahwa sesuatu yang berbeda dan dianggap sesat oleh MUI itu harus dihancurkan secara fisik? Jika diantara anggota WM ini masih juga ada yang setuju dengan cara kekerasan untuk warga Ahmadiyah, artinya seperti kasus diskusi Ahmadiyah dari aspek akidahnya. Mungkin ini juga harus diakhiri karena memang harus diakui bahwa masih ada orang yang menyelesaikan sesuatu masalah dengan OTOT dan bukan dengan OTAK, sedihnya ...:( salam Aisha - From : Lina Dahlan Di Republika, hari ini, bilang Program Smart Card identik dengan naikkan harga BBM ??? Harga bahan bangunan udah melonjak gile2an. Alamak! Trus berita soal 6 ruang DPR yang digeledah KPK...:-) Tau juga nih moderator. Katanya omongan soal Ahmadiyah distop aja. Tapi ini moderatornya yang mengangkat masalah ini. Masalah kekerasan kayak begini ya gak adalah yang mo negebenerin. Tangkep aja pelakunya. Hukum sesuai hukum yang berlaku. Gitu aja kok repot! Balik nya ke masalah hukum beserta aparaturnya kan? Katanya polisi udah menjaga aset2 milik Ahmadiyah. Knapa masih juga kebobolan di Sukabumi? wassalam, [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---
beragama yang substansial sifatnya, bukan sekedar segala sesuatu yang di permukaan, yang terlihat oleh mata saja. Ada kasus yang pernah juga saya angkat di WM, seorang bapak yang selalu sholat di mesjid dan malam itu setelah sholat Isya lalu mengikuti pengajian di mesjid - artinya dia sholat sekaligus ngaji, pas pulang ke rumah, dia membunuh dan membakar istri dan anak-anaknya. Agama itu bukan sekedar terlihat sholat dan mengaji di mesjid sehingga orang mengatakan bahwa bapak pembunuh itu orang soleh kan? Justru setelah dia berulang kali sholat dan mengaji, berusaha mendekatkan diri pada Allah dan mencoba terus untuk memahami apa-apa yang diperintah dan dilarang Allah, seharusnya bapak itu semakin lembut dan mencintai anak istrinya dan bukan membunuh mereka. Ini satu contoh bahwa bapak pembunuh itu tidak mencoba memahami, menghayati dan menerapkan sholat dan ngajinya dalam kehidupan dia bukan?...:) salam Aisha -- From : wawan biasalah itu bu lina, sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan islam, maka akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu pencuri. satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. cukup bilang ada minoritas yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi. poligami ? cukup angkat topik agym. teroris? cukup tulis amrozi. padahal, gak usah jauh2 seberapa mereka mengerti ttg islam, coba tanyakan ke mereka suruh berhitung dan nulis arab angka 1 - 20. -- On 4/29/08, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah. Mbak Aisha ini, kalo di jamannya Orba dulu, bisa dijadikan Penatar dalam Penataran P4 neh?...:-) Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Pasti maknyus! Masalahnya memang tak ada manusia sempurna. Kita berharap kepada orang yang berlatar pesantren, lalu kuliah di timteng sampai S3 bidang agama, fasih berbhs arab, menulis disertasi..kemudian menjadi seorang 'nabi'. Ketika harapan kita itu kandas oleh karena org tsb menjadi terdakwa kasus korupsi, maka kecewalah kita. Katanya, orang yang levelnya sudah S3 di bidang agama, setannya di level S4, mbak...:-) Mungkin sebaiknya kita tidak berharap kepada siapapun selain Allah. Jadi, gak perlu ada rasa kecewa. Kita menjadi nabi bagi diri sendiri dulu aja, kali ya?. Weih sulitnya! wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu jadi alat untuk komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak ya, tapi kenapa di Arab sana pun masih ada orang yang melakukan hal- hal yang dilarang atau tidak melakukan hal-hal yang diharuskan dalam Qur'an? Terus di Indonesia misalnya yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang pesantren lalu sekolah ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, mereka fasih juga berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana, melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab, kenyataannya ada juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal dalam Qur'an jelas sekali bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang. Jadi masalah utamanya adalah kemampuan + kemauan untuk belajar memahami, menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Fasih tidaknya itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada juga yang tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke penerapan Qur'an dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak mulia, bukan akhlak berangasan di milis..:) salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] SEANDAINYA ---
Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu jadi alat untuk komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak ya, tapi kenapa di Arab sana pun masih ada orang yang melakukan hal-hal yang dilarang atau tidak melakukan hal-hal yang diharuskan dalam Qur'an? Terus di Indonesia misalnya yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang pesantren lalu sekolah ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, mereka fasih juga berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana, melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab, kenyataannya ada juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal dalam Qur'an jelas sekali bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang. Jadi masalah utamanya adalah kemampuan + kemauan untuk belajar memahami, menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Fasih tidaknya itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada juga yang tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke penerapan Qur'an dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak mulia, bukan akhlak berangasan di milis..:) salam Aisha From : Lina Dahlan Seandainya seluruh orang Islam fasih berbahasa Arab, tetap saja perlu tafsir terhadap Kitab Suci. Fasih or gak berbahasa Arab, masalah akan terus ada karena itulah hidup. Hidup adalah bagaimana mencari solusi terhadap masalah...:-). Lagi pula Islam itu toh agama universal yang perlu di dakwah kan keseluruh dunia, yang non-arabi sekalipun. wassalam, [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Kebenaran Re: [wanita-muslimah] Re: Heran
Saya tidak begitu mengerti kata 'mati' dalam pendapat pak Satriyo di bawah ini, mungkin ini bukan mati beneran ya? Artinya ini bukan ancaman. tapi di bawahnya ada kalimat 'muncul deh obituari mu', nah yang ini lebih terasa ancamannya ya, karena obituari itu bukannya tulisan tentang seseorang yang sudah mati? Jadi jelasnya dari rangkaian kalimat-kalimat di bawah ini, pak Satriyo mengancam pak Arcon melalui jaringan FPI yang bisa membunuh atau membuat mati pak Arcon sehingga muncul obituarinya, betul begitu? Apakah ini becanda atau bukan, rasanya ini bukan becandaan yang pas untuk seorang muslim yang selalu mengagungkan Islam. Saat kita memeluk satu agama, misalnya Islam. Apakah kita menjadi muslim/muslimah karena keturunan atau pindah dari agama lain atau masuk Islam karena sebelumnya tidak menganut satu agama pun, yang penting adalah kita belajar dan selalu belajar sepanjang hidup kita untuk memahami dan menerapkan petunjuk agama itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka, dalam milis pun ketika kita belajar dari pendapat orang lain dan melalui cara kita menanggapi pendapat orang lain, sebaiknya mengendalikan diri. Ingat saja petunjuk Rasulullah saat kita makan walaupun kita makan sesuatu yang halal dan milik kita sendiri, jangan isi penuh perut kita, berhenti makan sebelum kita kekenyangan. Makan harus dikendalikan, di milis pun kita harus mengendalikan diri, ada saatnya kita berhenti atau menahan jari-jari kita mengetikkan sesuatu sehingga tidak sampai mengancam orang lain. Adu argumen lah di milis dengan kata-kata yang baik tentunya, bukan dengan ancaman. Orang lain itu bisa jadi cermin kita, kita semua bisa bercermin dari banyak tanggapan, dari banyak pendapat di milis ini dan juga dari CARA seseorang menanggapi atau berpendapat. Apakah di Islam, mencari kebenaran melalui obrolan tentang berbagai hal ini harus dengan mengancam orang lainnya? Semuanya terpulang ke diri masing-masing. Yang jelas di milis ini setelah beberapa tahun ikut ngobrol (walaupun tidak rutin), mengancam orang lain itu satu pelanggaran berat, kalau tidak salah dulu ada juga anggota yang dianggap seorang ulama juga pernah mengancam anggota lainnya, dengan badik atau apa gitu (pcmiiw). salam Aisha --- On 4/23/08, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Ma Rizal, Arcon ini kan FPI-nya milis WM, atau milis2 lain sejenis. Mana berani dia keluar kandang. Mas, kalo lagi keliling tugas kantor, cari aja tuh si arcon, samperin. coba lihat penampilannya ... bagus kalo dia ga ngumpet ... hehe. Sori con, loe juga yang cari 'mati' ... eh perkara! Tapi tenang con, jaringan fpi dan mereka yang lu benci ada di mana- mana, jadi tinggal kasih 'go' ... muncul deh obituari mu. Kalo mau loh. just give me a call ya ...! Puas, kalo saya respon seperti di atas? ;-) satriyo [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Ketika Pensil Anak-anak Itu Tidak Bergerak...
Temans, Perasaan saya campur aduk membaca tulisan pak Andy Riza Hidayat di bawah ini. Bukankah ketika kita beragama, kita berusaha menerapkan prinsip-prinsip agama dalam keseharian kita? Kondisi saat Rasulullah hidup tentunya berbeda dengan kondisi di Lubuk Pakam ini. Di zaman Rasulullah tentunya tidak ada ujian nasional (UN). Tapi ini yang harus kita hadapi saat ini ya? Ini juga tentang kebenaran dalam salah satu aspek kehidupan kita, kita tidak cukup mengatakan Islam paling benar dan kebenaran hanya satu. Coba kita lihat kebenaran apa yang ada dalam kasus ini. Ada berita bahwa pengadilan menetapkan bahwa pemerintah harus memperbaiki dulu banyak hal (guru, buku, kelas, dll) sebelum melaksanakan UN. Hakim di pengadilan itu apakah memakai prinsip-prinsip Islam dalam menentukan putusannya? Lalu pemerintah ngotot melakukan UN, apakah muslim yang ada di pemerintah juga menerapkan prinsip2 Islam dalam keputusannya? Lalu guru-guru yang sedang membetulkan ulang lembar-lembar ujian dengan alasan Kasihan siswa. Saat mengerjakan soal Bahasa Inggris, kami lihat pensil anak-anak itu tak bergerak, tanda tak bisa mengerjakan dan mereka kuatir anak-anak itu tidak lulus padahal katanya sebagian besar orangtua mereka itu buruh tani dan buruh kebun, apakah cara mereka membantu murid-muridnya ini juga berdasarkan petunjuk Islam? Anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Sumut) yang mendobrak dan menggunakan senapannya itu juga memakai petunjuk Islam dalam melakukan tugasnya? Yang mereka sergap kan guru-guru yang tentunya tidak ada yang membawa senapan atau senjata lainnya, mereka hanya memegang pensil dan kertas, apa harus dilawan dengan senapan? Murid-murid yang tidak bisa menggerakkan pensilnya karena tidak bisa, apakah mereka tidak menerapkan petunjuk Islam yang mewajibkan penganutnya belajar sejak dari buaian sampai ke liang lahat? Ini satu contoh kasus kecil dalam kehidupan nyata kita di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tentunya di antara guru, pemerintah, murid-murid, polisi yang mendobrak, dll itu mayoritas muslim ya? Kasus guru bantu murid dalam UN kan tidak hanya terjadi di Lubuk Pakam saja. Jika Islam satu-satunya kebenaran, apakah sudah masuk dalam perilaku kita sehari-hari, misalnya tentang kejujuran, kerja keras, keadilan, dll? salam Aisha - http://kompas.co.id/kompascetak.php/read/xml/2008/04/26/02080511/ketika.pensil.anak-anak.itu.tidak.bergerak... Kasus Ujian Nasional Ketika Pensil Anak-anak Itu Tidak Bergerak... Kelengangan Jalan Galang, Lubuk Pakam, pecah. Rabu (23/4) pukul 13.30 ledakan keras dari pucuk senapan menyalak di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Lubuk Pakam, Deli Serdang. Sekelompok orang berpakaian sipil, tetapi bersenjata, membuka paksa sebuah ruangan di sana. Para pendobrak pintu itu ternyata anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Sumut). Guru yang ada di dalam ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Bimbingan Konseling (BK) kaget. G Sianturi, guru bidang studi Ekonomi, hanya diam. Dia tak menduga ada petugas berpakaian sipil merangsek masuk ruangan. Petugas memergoki para guru membetulkan lembar jawaban siswa peserta ujian nasional (UN). Tanpa banyak kata, mereka menyita 284 lembar jawaban siswa, pensil, penggaris, dan peruncing pensil. Para guru gemetar, sebagian menangis. Tiga hari sudah berlalu, tetapi Sianturi mengaku masih shock. Dia mengatakan hanya ingin membantu siswa yang kesulitan mengerjakan soal Bahasa Inggris. Diakuinya semua direncanakan para guru. Pada saat para siswa terlihat tidak bisa mengerjakan soal, guru-guru akan membantu membetulkan jawaban. Kami terpaksa, katanya. Bahasa Inggris adalah mata ujian pertama yang dijadwalkan pukul 08.00-10.00 hari itu. Begitu soal dan lembar jawaban terkumpul, empat guru Bahasa Inggris membuat kunci jawaban dan 16 guru kemudian ngebut membetulkan ulang lembar jawaban 284 siswa di ruang UKS dan BK tadi. Sementara itu, siswa meneruskan mata ujian kedua: Kimia (untuk siswa jurusan IPA), Geografi (jurusan IPS), dan Sastra Indonesia (jurusan Bahasa). Sianturi menuturkan, guru terpaksa membantu karena kasihan siswa tak mampu mengerjakan ujian Bahasa Inggris. Mereka sudah memprediksi anak didiknya akan mengalami kesulitan meski sebelum UN, siswa sudah menjalani uji coba soal ujian dua kali. Hasil uji coba memang mengkhawatirkan. Itulah mengapa muncul ide untuk membantu siswa. Sayangnya, cara mereka justru mengubur makna pendidikan itu sendiri. Para guru sadar, pilihan mereka merupakan tindakan keliru. Kami sudah mengajarinya tiga tahun. Kalau mereka gagal UN, kasihan orangtuanya, kan, katanya. Ia menyesal, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Meski enggan bicara, Kepala SMAN 2 Lubuk Pakam Ramlan Lubis mengakui kejadian itu. Kasihan siswa. Saat mengerjakan soal Bahasa Inggris, kami lihat pensil anak-anak itu tak bergerak, tanda tak bisa mengerjakan, kata Ramlan dengan wajah menunduk. Wajah itu
Re: [wanita-muslimah] Stres TBC Tak Sembuh Ibu 2 Anak Gantung Diri
Pernah baca satu artikel bahwa pengobatannya gratis, tapi pengobatannya jangka lama, kalau tidak salah beberapa bulan (6 bulan?). Selama selang waktu itu tidak boleh berhenti alias terus menerus. Kenyataannya, ada banyak berita bahwa pengobatan gratis itu tidak benar-benar gratis. Ada yang minta uang, dan dari berita di bawah ini ibu yang bunuh diri ini ada di kampung, mungkin saja harus ada biaya khusus untuk pergi ke tempat pengobatan, jangan bayangkan semua orang di Indonesia ini bisa kemana saja dengan biaya murah dan cara mudah. Misalnya pembantu di rumah kakak saya cerita bahwa ke kampungnya itu dia harus memakai bis selama 3 jam, lalu naik angkot sekitar 1 jam, disambung ojek sekitar 1/2 jam atau jalan kaki sekitar 3 jam. Kebayang kalau orang ini kena TB dan harus berjalan jauh untuk mengambil obatnya? Mungkin obatnya gratis tapi butuh perjuangan dan uang untuk menggapai pengobatannya selama berbulan-bulan. Masalah lainnya, selain perjuangan mendapatkan obat tidak mudah, makan obat sesuai waktunya selama berbulan-bulan juga tidak mudah, mungkin bosan, mungkin lupa. Akibatnya penderita TB tidak sembuh-sembuh. Padahal seorang ustadzah di tv, subuh kemarin mengatakan bahwa jika seseorang kena satu penyakit dan dia berusaha berobat tanpa mengeluh, dosanya akan hilang. Tapi, berapa persen dari orang sakit yang bisa dengan tabah berobat dan bersabar? salam Aisha --- From : prie tea kasian... bukannya pengobatan TB paru tuh gratis?? knapa ga sembuh2 yaa... mprie [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Ibu Lina Maulana
Temans, Hari ini saya nonton satu acara di Indosiar tentang seorang ibu bernama Lina yang melahirkan bayi sehat bernama Maulana. Maulana dibawa ibunya untuk diimunisasi, katanya saat itu langsung diimunisasi 3 sekaligus oleh seorang petugas kesehatan. Akibatnya Maulana kejang-kejang dan lalu tidak tumbuh normal, di usianya yang ke-18, beratnya hanya sekitar 6 kg, tidak bisa apa-apa, hanya bisa tergolek di tempat tidurnya dengan nafas mengorok. Ibu Lina sudah mengusahakan pengobatan untuk kesembuhan anaknya sampai menjual rumahnya dan hartanya habis, juga ditinggalkan suaminya yang hanya bisa menyalahkan istrinya. Ibu Lina ini juga sudah ke pengadilan menuntut dinas kesehatan (?)/pemda, dan pemda berjanji untuk membiayai biaya pengobatan Maulana, tapi janji itu belum terealisir. Saya termenung menyaksikan kisah perjuangan ibu Lina ini sambil heran dengan beberapa ibu yang membunuh anak-anaknya. Di Malang ada kasus seorang ibu membunuh 4 anaknya lalu dia juga bunuh diri - tapi saya tidak begitu peduli karena ibu itu non-muslimah walaupun mungkin di agamanya juga tidak ada ketentuan untuk membunuh anak dan bunuh diri. Yang mengganggu pikiran saya justru kasus ibu di Bandung yang (berjilbab, lulusan ITB, dan aktif di mesjid) yang membunuh 3 anaknya yang sehat. Lalu ibu muslimah di Bekasi yang membunuh 2 anaknya yang sehat, dan ibu muslimah di Pekalongan yang juga membunuh 2 anaknya yang sehat dan dia berusaha juga bunuh diri. Tiga orang muslimah ini dikenal ibu baik, mungkin dianggap solehah karena berjilbab, tapi saya lebih menghargai ibu Lina yang tidak berjilbab tapi begitu banyak perjuangan dan pengorbanannya untuk anaknya yang cacat. Sebenarnya apanya yang salah ya? Mengapa ibu-ibu yang secara penampilan begitu Islami karena berjilbab, begitu tega membunuh anak-anaknya yang sehat? Sementara ada ibu yang mungkin dianggap tidak atau kurang Islami karena tidak berjilbab tapi berjuang terus untuk anak cacatnya. Atau ini tidak ada hubungannya dengan jilbab? jadi kita tidak bisa menilai kebaikan atau keimanan seseorang hanya dari jilbabnya? Seorang ibu yang psikiater di satu tabloid memastikan ibu-ibu pembunuh ini mempunyai kepribadian skizoid, orang yang mudah tersinggung, sulit percaya kepada orang lain, negative thinking, lebih senang menyendiri, tidak mempunyai teman curhat. Awalnya depresi, kemudian menjadi skizofrenia. Kata psikiater ini, sebenarnya hal ini dapat dideteksi sejak dini, orang terdekat - dalam hal ini suami seharusnya mengetahui perubahan pada istrinya dan bisa jadi teman curhat istrinya. Apakah ini juga berarti bahwa suami-suami muslim ini gagal berkomunikasi dengan istrinya? Saya sering melihat tulisan di milis tentang syarat-syarat jadi istri solehah, tapi lebih jarang ya tulisan tentang syarat-syarat jadi suami soleh yang jadi tempat curhat istrinya? Atau suami-suami hanya mencari nafkah dan sudah puas dengan hanya melihat istrinya diam tapi berjilbab? Ada yang mau berbagi pendapat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya? makasih ya sebelumnya..:) salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Fwd: Anjing yang Masuk Surga?
mungkin bagi pak Satriyo, definisi dari ghibah ini, jika ada anggota milis menyebut nama orang yang dia suka. Tetapi jika pak Satriyo sendiri menyebut nama orang yang tidak disukainya, padahal dia tahu persis orang yang disebut namanya itu tidak ada di milis ini, maka itu tidak disebut ghibah, betul seperti itu pak Satriyo?..:) Atau ini bukan ghibah tapi hanya keberanian seseorang mengejek orang lain yang menulis kumpulan cerpen yang kebetulan tidak ada di milis ini? Sebenarnya bagaimana sih etika terhadap orang yang menulis cerpen dalam Islam itu? Apakah bentuknya seperti ini, hanya mengejek? Atau ini karena pak Satriyo sudah mampu membuat dan menerbitkan banyak buku kumpulan cerpen yang jauh lebih baik dari orang yang diejeknya? salam Aisha -- From : Wikan wah, mas satriyo mulai berghibah nih salam, - rsa [EMAIL PROTECTED]: Hehehe ... mulai kapan Dawam tahu dunia anjing? Memang Nabi masuk khalifatullah sehingga anjing juga kena hukum syariat? Hanya manusia ko yang punya pilihan (dan paksaan) antara Surga dan Neraka, bukan hewan, bukan malaikat, bukan setan. Dan jin adalah makhluk lain yang juga walau bukan khalifah Allah di muka bumi, tapi tetap kena dakwah Islam ... Hehehe ... Dawam ... Dawam ... apa dia sudah lebih dekat mengenal orang-orang Islam (atau agama apapun, dalam hal ini) yang ia jadikan tertuduh di kumcer nya ini? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] (suap) pencari dana kampanye Capres Amrik
Postingan ini maksudnya apa pak Aly? Apa hubungannya dengan wanita-muslimah? - From : M Aly 05/03/2008 00:58 WIB Pencari Dana Obama Didakwa Korupsi Ramadhian Fadillah - detik.com Chicago - Teman lama dan pencari dana kampanye calon Presiden Amerika Serikat Barack Obama dibawa ke. ... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: luxenberg ... Re: [wanita-muslimah] Re: Poligami kenapa tidak?
Orang yang ditangkap polisi karena nge-bom dan disebut teroris itu juga pakai nama alias, malah ada yang aliasnya 2-3 nama itu bisa disebut pakai nama samaran juga?...:) -- From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Orang islam bukannya suka pakai nama samaran juga. Misal nama gatot, kalau di muka umum, ganti kadi muhammad al khattat. -- From: Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] Ikutan komentar ah, Buat saya pribadi, orang pake nama samaran itu banci. Di milis aja, saya juga menganggap 'bencong', apalagi buat buku tuk mendeskreditkan agama ato orang lain. Buat saya pribadi lagi, saya bersyukur saja kalau ada reaksi orang Islam yang menjadi radikal ketika terjadi kritik ato penghinaan thdp agama karena ini memang warna warni (orang) Islam...:-) wassalam === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Contoh undangan bedah buku
Masya Allah! Maaf, ini kecerobohan saya, dalam otak saya yang dibahas itu buku pak M yang diributkan etika bedah bukunya itu adalah buku umum yang beredar di pasaran. Setelah saya check lagi (check re-check itu kan tabayyun dalam Islam ya?), ternyata thread semula subyect-nya Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali, saya baru bengong di depan komputer, jadi ini disertasi ya? Bukan buku yang dijual bebas di toko buku? Mungkin masalahnya lain jika disertasinya sudah dicetak jadi buku yang dijual ke umum, kalau tidak salah satu buku tentang ekonomi pak Rizal Malarangeng itu dari disertasinya (cmiiw). Untuk membedah buku pak Rizal ini saja, sudah selayaknya mengundang penulisnya, minimal minta izin atau memberi tahu, apalagi disertasi yang tidak dicetak untuk umum. Satu saat, saya mendapat tugas dari seorang tante yang sedang menulis disertasi di bidang farmasi di kota lain. Dia minta tolong untuk mengkopi satu disertasi sebagai salah satu rujukan penelitiannya di program S3. Kebetulan memang saya berniat membaca dan mencari beberapa buku di perpustakaan. Jadi ceritanya saya mencari disertasi yang dimaksud, petugas mengizinkan saya membaca disertasi tebal itu, tapi MELARANG MENGKOPI DISERTASI itu, itu etika di kampus. Di saat yang lain, saya memerlukan beberapa hasil penelitian S2 di ITB yang berbentuk tesis. Di perpustakaan bisa difotokopi oleh petugas karena tesis tidak bisa dipinjam ke rumah, tapi YANG BISA DIFOTOKOPI PETUGAS HANYA BAB 1 dan BAB 2, bab-bab selanjutnya tentang isi dari penelitian dalam tesis yang tidak boleh sembarangan beredar dan dimiliki umum itu tidak boleh difotokopi, itu etika kampus. Nah, sekarang masalahnya lebih mengerucut bukan? disertasi itu bagaimana sampai ke acara bedah buku di rumah? Apalagi tanpa menghadirkan penulis disertasinya, atau mungkin kalau pun tidak mengundang, apakah disertasinya keluar dari kampus, sudah seizin kampus dan penulisnya? Ada kemungkinan lain, mungkin saja terjadi nama acaranya bedah disertasi, tapi tidak dihadirkan fisik draft lengkap fotokopian disertasinya untuk peserta acara tersebut. Tapi apakah para pembicaranya (atau 1 pembicara?) memiliki dan membaca disertasi itu secara lengkap? Jika memiliki, apakah dia memiliki secara legal karena ketentuannya kan itu milik universitas dan penulisnya yang tidak boleh dimiliki umum. akan lebih buruk lagi jika ternyata pembicaranya belum membaca disertasi itu secara lengkap, bagaimana dia memahami dan bisa membedah secara tuntas dan baik apalagi tanpa kehadiran penulisnya kalau tidak memiliki atau membaca secara lengkap? Mudah-mudahan obrolan kita sekarang ini membuat kita semakin memahami bahwa Islam mengajarkan akhlak terhadap berbagai hal, akhlak pada Allah, akhlak pada sesama manusia, dll. Acara bedah buku ada etikanya, ini kan bagian dari akhlak ke sesama manusia, bagaimana kita menghargai usaha keras seseorang untuk menghasilkan disertasi dan bagaimana kita mengkritisi disertasi itu sesuai dengan etika yang ada. salam Aisha -- From: [EMAIL PROTECTED] Lagian yg dibahas itu disertasi yg belum dipublikasikan dalam bentuk jurnal atau dikemas dalam bentuk buku. Teman insist dapat draft lengkapnya dari mana? Admin iain gampang uyah kasih copian disertasi? Enak dong buat dicontek? Diupload aja sekalian gratis di wenya insist. Pasti banyak yg mengunduh. === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Contoh undangan bedah buku
Pak Satriyo, Saya tidak tahu apakah memang ada aturan tertulis atau tidak, tapi sepanjang yang saya tahu dari pengalaman sebagai orang yang menghadiri satu acara bedah buku atau sebagai pelaksana satu acara bedah buku, tanpa harus mikir panjang, penulisnya diundang. Mungkin aturan tidak tertulis karena di dalamnya terkandung rasa keadilan seperti pendapat mba Noni. Tentang pendapat dalam milis, tentu saja semuanya juga pendapat pribadi, kenapa itu harus ditanyakan?..:) semuanya juga kalau ngobrol di milis, pakai pendapat pribadi, kecuali kalau diawali, menurut mas Akmal, menurut BKKBN, itu bukan pendapat saya pribadi tapi pendapat orang lain atau lembaga lain. Jika pendapat pak Satriyo, kehadirannya tentu hanya memberi nilai tambah untuk menjelaskan bagian yang sec umum bisa disalahpahami, dalam kalimat itu kata hanya kesannya menganggap enteng, padahal dalam satu acara bedah buku justru kehadiran penulis itu akan lebih menjelaskan lagi segalanya secara rinci sehingga segalanya lebih jelas, terutama jika bedah buku itu dilakukan karena pelaksananya kontra terhadap isi buku tersebut. Mas Akmal sebagai seorang penulis buku sudah menjelaskan pengalamannya, blio juga kan menganggap indah jika penulis buku yang satu kota diundang atau minimal dikabari. Bukankah Allah menyukai keindahan? Bukankah mencintai sesama manusia yang ciptaan Allah itu suatu keindahan? Inti dari pembahasan ini kan etika mengundang penulis buku dalam satu acara bedah buku, tidak memasalahkan lembaga I sebagai penyelenggara atau penulis M yang bukunya dibedah sebab saya tidak mengenal keduanya. Kebetulan acara2 bedah buku yang saya ikuti, adanya di kampus, dan saya juga pernah belajar di kampus anda. Sebagai muslim kita kan harus belajar dan belajar terus, termasuk dalam hubungan sesama manusia, hablun minannas, kembali ke hati nurani kita saja, adilkah jika kita membahas isi buku seseorang jika kita tidak mengundang si penulisnya? salam Aisha --- From : Satriyo Yth Bu Aisha, Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan apakah saat bedah buku itu penulisnya hadir atau tdk, diundang atau tdk, karena kehadirannya tentu hanya memberi nilai tambah untuk menjelaskan bagian yang sec umum bisa disalahpahami. Dan ini sesuatu yang wajar. Kampus yang Ibu dulu pernah jadikan tempat mengenyam pendidikan bagaimana? Apakah seingat Ibu juga spt kampus yang ibu sodorkan jadi contoh soal ini? Saya ingat beberapa kali bedah buku di kampus saya, UI Dpk, tdk ada aturan harus mendatangkan penulis. Entah ya kalo memang setelah saya take off dari kampus ternyata ada aturan tertulis baru soal ini. Kalo saya boleh tanya, ini tentu pendapat Ibu pribadi kan, dan kebetulan ada contoh yang bisa Ibu jadikan 'bukti' bahwa bedah buku itu 'harus' dihadiri penulisnya? Ayo deh kita lihat, kalo mau, kampus mana saja yang punya aturan baku ini, dan di luar kampus, acara apa saja yang punya aturan ini. Btw, konotasi Ibu, yang saya tangkap, kalo kampus itu pasti 'beda' dengan di luar kampu, tidak akademis, mungkin? atau tidak ilmiah? Sebenarnya jg tergantung kampus-nya ya. Toh acara2 ekstra kampus juga tidak kalah bobotnya, baik itu diadakan di hotel2, halls, convention centres, masjdi2, seminari2, pondok2 pesantren, bahkan yang online. So? salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Ini contoh undangan acara bedah buku di kampus, [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Contoh undangan bedah buku
Pak Satriyo Jika tujuannya memang bukan membedah , maka tentunya akan lebih baik memakai istilah lainnya dan bukan berjudul bedah buku, karena bedah buku itu kan mengupas tuntas isi satu. Kupas tuntas isi satu buku akan lebih tercapai jika penulisnya juga diundang. Jika acaranya terbuka tapi terbatas, kenapa ada undangan bedah buku di I yang masuk ke milis WM?..:) Akan lebih baik jika terbatas, cukup undangan itu di milis I saja. salam Aisha - From : Satriyo Terima kasih, buat kode etiknya. Kembali ke bedah buku Moqsith di INSISTS, saya kira yang terjadi adalah sifat acaranya yang walau terbuka tapi terbatas, selain spt dikatakan oleh panitia, tujuannya memang bukan membedah dalam konteks mendatangkan penulis, tapi ingin membicarakan saja isi tulisannya. Dengan demikian, jelas, bahwa undangan bedah buku INSISTS itu tidak bisa disamakan dengan bedah buku terbuka yang umum dilakukan sec insidental, mengingat acara tsb adalah bagian dari diskusi rutin pekanan INSISTS di hari Sabtu, yang sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Saya ulangi, bedah buku yang dilakukan di INSIST untuk mengorek isi tulisan Moqsith adalah bagian dari diskusi rutin pekanan, dan bukan bedah buku publik yang dilakukan insidental, dan bukan pula sebagai forum dialog. Untuk saya, demikian saya akhiri diskusi tentang bedah buku dengan penjelasan saya di atas, krn sudah jelas duduk perkaranya. Terakhir, yang saya sebut konteks think-tank adalah konteks internal, jadi, ya, mana pas kalo membuat acara bedah buku publik. Namanya think-tank macam di CSIS atau Habibi Centre, tentu jika ada 'bedah buku' itu pasti berlangsung internal. Saya kira jelas soal ini. satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Satriyo, Dalam suatu acara bedah buku untuk publik (ini yang sedang dibahas), mengundang dan menghadirkan penulisnya adalah sebuah kode etik. Kode etik itu penting, karena menyangkut masalah moral dan etika. Jadi, bukan masalah tidak adanya aturan atau adanya aturan yang baku. Ini yang pertama. Kedua, meskipun pihak penyelenggara (think tank) dan wawasan anggotanya bersebrangan dengan ide dan gagasan si penulis dan kemudian penyelenggara itu membuat acara bedah buku untuk publik tanpa menghadirkan penulisnya, ini jelas melanggar kode etik. Sebab, publik diajak untuk memahami secara sepihak saja, berat sebelah jadinya. Padahal si penulis itulah yang paling mengerti isi bukunya dan latar belakang serta alasan-alasan mengapa ia menulis seperti yang tertuang dalam bukunya. Tidak semua pikiran penulis bisa dituangkan ke dalam bukunya. Selalu ada keterbetasan. Itulah sebabnya perlu menghadirkan penulis untuk membahas (bedah) ide dan gagasan yang ada dalam bukunya. Ketiga, soal mau datang atau tidak datangnya penulis ketika diundang adalah soal lain lagi, tidak ada hubungannya dengan bedah buku untuk publik. Kode etik yang dijalankan adalah, pihak penyelenggara mengundang penulis utk bedah buku publik, jika penulis tidak bisa datang, maka pihak penyelenggara meminta izin (consent) kepada penulis untuk membedah bukunya. Jika diizinkan, acara bisa jalan terus. Jika tidak diizinkan, maka acara harus ditiadakan. Inilah kode etiknya. Salam, MAS [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Kelaparan, Ibu Hamil Meninggal
Pak Aly, Rasanya tidak tepat jika selalu menyalahkan demokrasi, sebab ada juga negara yang memakai demokrasi tapi kaum miskinnya dikasih makan negara. Tentang kasus kelaparan sampai mati ini, di tv ada wawancara dengan walikotanya yang menyangkal bahwa ibu Basse yang sedang hamil dan anaknya yang meninggal itu meninggal bukan karena kelaparan tapi karena diare. Sementara wawancara dengan suaminya ibu Basse (pak Basri) mengakui bahwa tiap hari penghasilannya hanya 7-10 ribu. Bayangkan di saat beras, minyak goreng, minyak tanah, dll semahal sekarang, uang itu digunakan untuk hidup 1 orang ayah+ 1 ibu yang sedang hamil 7 bulan + 4 anak (Salma, Baha, Aco, Bahir). Anak-anak mereka juga mengakui bahwa mereka kelaparan, sering tidak bisa makan, wajar jika dokter menemukan mereka bergizi buruk. Ada orang-orang yang berupaya menolong keluarga ini seperti bapak yang membayar tempat tinggalnya, ibu yang kadang-kadang memberi ikan, ibu yang membawa anak-anak ke RS, ustadz yang membimbing ibu yang tengah sekarat, dll. Tapi kondisi ekonomi mereka juga tidak berlebih sehingga mereka juga tidak bisa membantu dengan leluasa. Yang bisa membantu banyak itu kan orang yang kebetulan diberi rezeki banyak, dimana mereka? apakah mereka tidak melihat kondisi masyarakat di sekelilingnya? Lalu badan-badan yang mengurus zakat, apakah di daerah itu ada? Jika ada, kemana mereka menyalurkan zakat yang dikumpulkannya? Yang jelas, mereka kelaparan, dan setelah meninggalpun, mereka di kubur di tempat orang tua Basri karena mereka tidak punya uang untuk menguburkan di pemakaman umum. Temans ada yang tahu, apakah mahal biaya penguburan di pemakaman umum? Saya tidak tahu banyak, karena di lingkungan keluarga besar saya tidak ada biaya pemakaman di pemakaman keluarga kecuali iuran per tahun untuk penjaga/perawat pemakaman. BTW, menyalahkan pajak, asuransi, perbankan, bukankah asuransi dan perbankan juga ada yang Islami? Masalahnya sebenarnya di bidang kehidupan apapun, tergantung manusianya, apakah manusianya baik? Baik dari segi agama misalnya jujur, pekerja keras, tekun, rajin, dll - bukan sebatas mereka seorang muslim dan tertera Islam di ktpnya. Oh ya, di Makassar itu mayoritas muslim ya? salam Aisha From : M Aly mungkin ustadz, tetangga2nya dan muslim yang kaya lainnya sedang asyik demokrasi ..sibuk parpol.. pajak ditinggikan tapi dikorupsi.. memang korupsi kelas kakap harus dihukum mati!! spt di cina dan korsel.. tegas, demi kebaikan masyarakatnya. dan pemerintah indonesia melupakan syariat islam dlm ZIS (zakat, infaq, shodaqoh) tapi mementingkan pajak, asuransi, perbankan djsnya yang byk melupakan org2 kecil yang menjadi tanggung jawab bersama khususnya PEMERINTAH. slm, ali [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Trs: [Guyon-Yook] Celana Melorot
Pak Aly, Di tiap tempat tidak ada yang sepenuhnya hitam kelam dan tidak ada pula yang sepenuhnya putih bersih. Saya, ibu saya, dan beberapa wanita lainnya kok tidak merasakan yang seperti itu ya. Di Madinah pun ada penculikan dan pemerkosaan wanita, padahal tidak seperti di Jeddah yang bisa memakai kerudung terbuka - masih terlihat rambut dan ada non muslimnya, semua wanita di Mekah dan Madinah berjilbab. Dari beberapa TKW disana saat mengunjungi rumah-rumah penduduk asli, di Madinah pun ada kasus-kasus majikan memperkosa TKW. Masalahnya adalah data kriminalitas terhadap wanita tidak tercatat, jadi tidak bisa kita bandingkan kriminalitasnya dengan AS yang tercatat. Saya tidak pernah berurusan dengan polisi Madinah, tapi melihat petugas wanita Arab di mesjid Nabawi, sikapnya keras, kasar, berwajah garang saat memeriksa kaum wanita yang masuk mesjid, jauh dari sopan santun. Di pertokoannya memang saat tiba waktu shalat, semua menutup dagangannya, tapi masalah mata melotot kurang ajar dan colak colek, pelecehan seksual pedagang di Madinah, sama saja dengan pedagang di kota lainnya di negara itu. Walaupun kami datang rombongan dengan kaum laki-laki, mereka selalu mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak sopan. Tentang speaker, di masa Rasulullah memang dicontohkan pakai speaker? Saya saja tidak suka dengan speaker adzan yang keras, apalagi dengan pengajian yang speakernya begitu keras, waktu shalat kan bisa di set di komputer atau hp masing-masing. Mungkin tidak masalah jika di lingkungan pesantren yang penghuninya semua muslim. Di AS muslim kan minoritas, yang mayoritas kan tidak perlu diingatkan waktu shalat karena mereka nonmuslim. Intinya pelarangan yang mengganggu orang lain, bukan hanya speaker adzan, musik keras dari tetangga juga bisa ada sanksinya jika yang lain terganggu. Kenapa pak Dana dikasih tiket balik ke Indonesia, pak Dana rasanya tidak tinggal di Indonesia ya? salam Aisha --- From : M Aly Mas Dana, Sy tdk menyebut KSA, tapi Kota Madinah.. anda seorang muslim sebaiknya mengunjungi kota Madinah ini..sekalian umroh atau visit dulu lah 1 hari di madinah. Smp sekarang 26 Feb 2008 kota Madinah menjiwai setiap muslim yang mengunjunginya.. Anda akan mengerti mengapa rosulullah hijrah dari Kota mekkah ke Kota Madinah melewati gurun dan gunung bebatuan dikejar2 kaum qurasy...dan Anda akan mengerti org2/rakyat madinah kenapa santun, polisinya santun dibanding kota Mekkah, tdk seperti amrik byk kriminalitas, busana melorot, president usa yg tdk pernah mendegar suara rakyat amrik sendiri termasuk bush.. Di Madinah Anda akan merasakan syariat islam dan kebaikan org2 disana termasuk busana muslim/muslimah.. sangat jauh dengan Amrik.. ke amrik aja susah cari mesjid mana tdk boleh adzan pakai speaker.. kalau peraturan mobil tdk boleh pakai klakson memang sdh di dunia intl dan dikenakan denda.. tapi adzan pakai speaker bisa kena sansi hukum di amrik??? Negara Islam yang masih exsist menerapkan syariat islam dan menghargai non muslim nih saya kasih : Qatar dan Oman. hanya dua negara kerajaan islam ini smp sekarang yang masih tegar dengan syariah islam semoga tdk pudar.. Org2 amrik di qatar maaf hanya sebagai tukang sekuriti aja tdk ada apa2 nya. Negara2 islam yang lain sdh habis dimakan ala demokrasi amrik termasuk KSA kecuali kota Madinah... silahkan berkunjung ke sana... saya kasih tiket balik ke indo kalau gak puas.. tapi kalau sadar saya gak minta apa2 hanya bersyukur semoga Mas Dan dibukakan anugerah Alloh 'petunjuk jalan lurus aamiin. slm, ali [Non-text portions of this message have been removed]
Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali
Mba Ning, Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar. Ada berbagai pendapat ini kan karena ternyata ada jenis bedah buku yang tidak menghadirkan penulis bukunya, lalu teman-teman yang pernah menghadiri jenis bedah buku lainnya yang menghadirkan si penulis buku yang akan dibedahnya mengomentari. Semuanya akan terpulang ke panitia bedah buku itu, jika memang sudah biasa membedah buku - terutama buku yang dianggap beda atau dianggap salah dan merasa nyaman membedah tanpa ada penulisnya, lanjutkan saja, kebiasaan kan sulit diubah. Anggap saja komentar-komentas itu sebagai masukan yang tidak perlu digubris karena tiap kelompok/lembaga punya 'kebudayaan'nya sendiri. Tentang kalimat ini Saya rasa, bila penulisnya punya concern juga, beliau akan mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan untuk hadir di acara ini, biar pun tidak diundang secara khusus, seingat saya jika saya ikut satu bedah buku atau ikut jadi panitia bedah buku, penulis bukunya itu diundang oleh panitia pelaksana, dan bukan penulisnya yang mengontak panitia lalu mengusahakan untuk hadir, itu etikanya. Tapi kembali lagi, mungkin ada etika lainnya ...:) Kalau kita kembalikan ke rumah tangga, jika ada anak yang dianggap melakukan satu perbuatan yang menurut ortunya salah, mungkin ada ortu yang langsung membicarakan kesalahan anaknya ini hanya di lingkungan ayah dan ibu lalu ortu ini langsung menjatuhkan sanksi atau penilaian buruk. Tapi mungkin saja ada ortu yang lalu memanggil anak yang dianggap bersalah itu lalu menanyai anak itu, barulah ortu ini menjatuhkan sanksi atau penilaiannya terhadap anak itu. Cara mana yang dipilih? tergantung ortunya. Cara bedah buku mana yang dipilih? tergantung niat dan kebiasaan kelompok yang mau membedah buku..:) salam Aisha -- From : mba ning Yah kalau kebanyakan teman di WM berpendapat begitu, ya tidak apa-apa. Tetapi tentu teman-teman mengerti bahwa banyak teman-teman lainnya yang berbeda pendapat dengan teman-teman di sini, yang merasa diskusi tetap bisa berlangsung, ada atau tidak penulis bukunya. Saya rasa, bila penulisnya punya concern juga, beliau akan mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan untuk hadir di acara ini, biar pun tidak diundang secara khusus. Tentunya dengan semangat silaturahmi tadi. Anyway, saya sudah sampaikan input teman-teman ini kepada teman saya yang kenal dengan panitya, dan insya Allah sudah diteruskan ke panitya-nya. Saya sendiri - seperti saya katakan di email sebelumnya - tidak bisa hadir di diskusi ini, karena kebetulan sedang tidak di Jakarta. Wassalaam, -Ning - From: Mia Keliatannya kebanyakan temen WM berpendapat bahwa diskusi bedah buku/disertasi adalah dengan menghadirkan penulisnya (konsekuensinya, kalau nggak hadir, berarti diskusi itu tertunda). Jadi mungkin mba Ning berbesar hati menghubungi INSIST dengan melangsungkan pendapat temen2 di WM ini, tentang krusialnya menghadirkan penulis buku. Demi menjaga silaturahmi, dan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya (artinya mentaati persyaratan akademis yang tinggi etikanya). salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali
Mba Ning, Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar. Ada berbagai pendapat ini kan karena ternyata ada jenis bedah buku yang tidak menghadirkan penulis bukunya, lalu teman-teman yang pernah menghadiri jenis bedah buku lainnya yang menghadirkan si penulis buku yang akan dibedahnya mengomentari. Semuanya akan terpulang ke panitia bedah buku itu, jika memang sudah biasa membedah buku - terutama buku yang dianggap beda atau dianggap salah dan merasa nyaman membedah tanpa ada penulisnya, lanjutkan saja, kebiasaan kan sulit diubah. Anggap saja komentar-komentas itu sebagai masukan yang tidak perlu digubris karena tiap kelompok/lembaga punya 'kebudayaan'nya sendiri. Tentang kalimat ini Saya rasa, bila penulisnya punya concern juga, beliau akan mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan untuk hadir di acara ini, biar pun tidak diundang secara khusus, seingat saya jika saya ikut satu bedah buku atau ikut jadi panitia bedah buku, penulis bukunya itu diundang oleh panitia pelaksana, dan bukan penulisnya yang mengontak panitia lalu mengusahakan untuk hadir, itu etikanya. Tapi kembali lagi, mungkin ada etika lainnya ...:) Kalau kita kembalikan ke rumah tangga, jika ada anak yang dianggap melakukan satu perbuatan yang menurut ortunya salah, mungkin ada ortu yang langsung membicarakan kesalahan anaknya ini hanya di lingkungan ayah dan ibu lalu ortu ini langsung menjatuhkan sanksi atau penilaian buruk. Tapi mungkin saja ada ortu yang lalu memanggil anak yang dianggap bersalah itu lalu menanyai anak itu, barulah ortu ini menjatuhkan sanksi atau penilaiannya terhadap anak itu. Cara mana yang dipilih? tergantung ortunya. Cara bedah buku mana yang dipilih? tergantung niat dan kebiasaan kelompok yang mau membedah buku..:) salam Aisha -- From : mba ning Yah kalau kebanyakan teman di WM berpendapat begitu, ya tidak apa-apa. Tetapi tentu teman-teman mengerti bahwa banyak teman-teman lainnya yang berbeda pendapat dengan teman-teman di sini, yang merasa diskusi tetap bisa berlangsung, ada atau tidak penulis bukunya. Saya rasa, bila penulisnya punya concern juga, beliau akan mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan untuk hadir di acara ini, biar pun tidak diundang secara khusus. Tentunya dengan semangat silaturahmi tadi. Anyway, saya sudah sampaikan input teman-teman ini kepada teman saya yang kenal dengan panitya, dan insya Allah sudah diteruskan ke panitya-nya. Saya sendiri - seperti saya katakan di email sebelumnya - tidak bisa hadir di diskusi ini, karena kebetulan sedang tidak di Jakarta. Wassalaam, -Ning - From: Mia Keliatannya kebanyakan temen WM berpendapat bahwa diskusi bedah buku/disertasi adalah dengan menghadirkan penulisnya (konsekuensinya, kalau nggak hadir, berarti diskusi itu tertunda). Jadi mungkin mba Ning berbesar hati menghubungi INSIST dengan melangsungkan pendapat temen2 di WM ini, tentang krusialnya menghadirkan penulis buku. Demi menjaga silaturahmi, dan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya (artinya mentaati persyaratan akademis yang tinggi etikanya). salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali
pak Satriyo, Masalah di bawah ini kan sederhana ya, coba kita urut 1. di WM ada yang posting satu undangan bedah buku, di undangan itu ternyata PENULIS bukunya yang kebetulan MASIH HIDUP dan SATU KOTA dengan tempat bedah buku dilaksanakan, tidak ada dalam jajaran pembicara bedah buku tersebut. 2. Muncul tanggapan dari anggota-anggota WM, termasuk saya yang senang melihat acara bedah buku, penulisnya itu diundang sebagai salah satu pembicara selain pembicara yang pro maupun yang kontra. Itu etikanya di kampus-kampus. Dan di lembaga anda itu saya yakin banyak orang kampus yang gelarnya banyak, atau di lembaga itu memang biasa dilaksanakan bedah buku untuk penulis2 yang masih hidup dan satu kota tanpa harus mengundang penulisnya? kalau memang BIASANYA begitu, bukan masalah, mungkin beda ya etikanya dengan bedah buku di kampus2. Apakah etika seperti itu lebih Islami? 3.ada kasus lanjutannya, anda ngobrol di WM, lalu membawa potongan obrolan itu ke milis I sambil ngomentari anggota milis lainnya, apa itu bisa disebut ghibah? tolong dikoreksi, ghibah itu ngomongin orang lain di belakangnya, kalau anggota WM itu anggota milis I juga - itu bukan ghibah, tapi ngomongin anggota WM yang bukan anggota milis I di milis I itu berarti ngomongin orang di belakangnya ya? 4.lalu pak Afiff menanyakan siapa yang disebut oleh anda narrow minded itu, anda panjang lebar menuliskan ciri-cirinya, tidak berani menyebutkan nama? salam Aisha From : Satriyo Wahh ... akhirnya ... muncul lagi ni Kang Afiff .. tumben ... apakabar kang? Saya masih berhutang pembahasan soal Hadis kalo ga salah, ya? Mohon ingatkan agi ya jika sampeyan masih ingin meneruskan diskusinya ... :-) Buat pertanyaan sampeyan, yang saya maksud mereka adalah yang narrow minded dan yang narrow minded yang saya maksud adalah mereka yang tidak terbuka menerima perbedaan tapi pada saat yang sama mengaku terbuka -- mungkin istilahnya liberal dan plural atau inklusif -- mencap mereka yang tidak sesuai dengan pendirian mereka sebagai ortodoks, fundemantalis, dan peristilahan turunan lainnya ... kira-kira gitu mas ... Misalnya, ketika mereka bicara masalah jilbab atau poligami, atau syariah, semua dalil digelontorkan, baik ayat dan hadis, dan mereka siap memberikan penafsiran sesuai logika mereka untuk menolak jilbab, poligami dan syariah, tentu dengan bekal argumen yang didasarkan pada misalnya hermeneutika, relativisme, dan tidak lupa juga prinsip humanisme atau HAM ... sambil menolak semua dalil (penfsiran/tafsir) ulama terdahulu yang tidak mereka setujui (baca=sukai) dan tidak lupa juga mereka mengutak atik referensi tulisan atau kutipan karya ulama terdahulu yang bisa dijadikan bukti bahwa ternyata ada juga ulama terdahulu yang, misalnya, pluralis ... dan buat yang menentang pendapat mereka ini, mereka cap fundamentalis, skripturalis, literalis, et al ... tapi di saat lain, ketika mereka merasa tafsiran yang sudah ada itu memehuni selera mereka, ya mereka pakai, sehingga mereka pun sebenarnya literalis dan skripturalis juga. Soal lain, ketika ingin memaksakan kehendak bahwa menurut mereka adalah tidak adil mengkaji/membedah tulisan tanpa ada penulisnya, terlebih penulisnya masih hidup dan ada di kota yang sama. Lalu apakah selama ini mereka juga bersikap sama dengan tulisan selain dari kelompok mereka, yaitu berbagai buku yang dibedah tanpa menghadirkan penulisnya? Atau ketika kita tarik sedikit ke ranah tulisan yang lebih 'samawi' ... ketika 'tulisan Tuhan' baik yang diterima Moses atau Yesus, dikritik, dikaji, dibedah oleh kalangan mereka, tanpa mereka menghadirkan Moses, Yesus atau Tuhan, mengapa tidak terjadi nalar kritis? ... malah bagi yang muslim-nya, dari kalangan mereka, mengekor saja untuk juga ikut2an mengkritik, mengkaji dan membedah 'tulisan Tuhan' yang diturunkan pada Muhammad SAW (al-Quran dan al-Hadis), tanpa terlalu ribut untuk menghadirkan Tuhan Muhammad dan Muhammad SAW sendiri? Apakah saya salah untuk menyatakan mereka ini narrow minded? Kalo saya boleh ganti tanya, apa komentar mas tentang definisi 'fundamentalis' yang dialamatkan kepada those muslims semata karena mereka tidak menerima pluralisme? Bisa anda jelaskan? salam, satriyo PS: jika mas 'dapat' lagi dari milis2 yang saya ikuti, opini saya yang anda rasa perlu dijelaskan, jangan sungkan2 langsung hubungi saya lagi di WM ini ya ... :-) PPS: kalo ternyata saya salang tangkap pertanyaan sampeyan, mohon tegur, karena saya kira sampeyan bukan menanyakan identitas person ... tapi minta penjelasan saja, apa yang saya maksud mereka yang narrow minded 2008/2/22 Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED]: Berikut saya dapat dari milis insistnet lagi: http://groups.yahoo.com/group/insistnet/message/9359 Mas Satriyo, yang panjenengan maksud mereka yang narrow minded itu siapa ya? salam, Muhkito --- In [EMAIL PROTECTED] insistnet%40yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Berikut tanggapan lanjut atas undangan bedah buku AM
[wanita-muslimah] mohon maaf
Temans, Mohon maaf hari ini ada masalah ketika posting ke WM, macet, pas dilihat, lha kok berulang begitchu ya. Maaf ya atas ketidak nyamanan ini. salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Tanya: Pembagian Warisan (Istri Bekerja, Suami Tidak Bekerja)
Iya mba Lina, saya kenal seorang perempuan yang punya 3 anak dan suaminya pekerja serabutan yang lebih sering tidak punya uang untuk kebutuhan anak istrinya. Si istri bekerja jadi pembantu rumah tangga, tapi gajinya tidak cukup untuk makan sehari-hari+ sewa kamar untuk mereka tinggal+ untuk 2 anak yang sekolah+ ngobati bayi ketiga yang sakit-sakitan. Setelah bayinya meninggal karena terlambat berobat (tidak punya uang) sementara suaminya malah asyik pacaran dengan seorang janda, ibu ini jadi TKW. Kebetulan dia mempunyai majikan arab terpelajar yang baik, selain gaji dia biasa diberi perhiasan oleh nyonya majikannya dan diajak naik haji. Dia mengirim seleuruh gajinya ke suaminya untuk sekolah anak-anaknya, tapi malah dipakai nikah sirri dan membiayai 2 istri barunya. Suami ini beralasan, istri itu tugasnya di rumah, melayani suaminya bukan pergi bekerja. Jadi wajar kalau istri bekerja, saya mencari istri yang bisa melayani. Terakhir saya bertemu ibu ini, dia cerita, sudah tidak jadi TKW lagi dan sudah menggugat cerai dari suaminya ini dan dia hidup bahagia dengan 2 anaknya yang bisa dia biayai dari hasil beberapa tahun jadi TKW. Dia sekarang punya rumah tembok (dulu hanya sewa kamar berdinding anyaman bambu) dan punya warung selain bisnis rantangan untuk mahasiswa. Jadi suami yang seperti mba Lina tanyakan (yang menuntut hak berpoligami tapi tidak menuaikan kewajiban menafkahi keluarganya), tidak perlu diapa-apain, digugat cerai saja..:) salam Aisha --- From : Lina Dahlan Kalau ada suami tidak berpenghasilan, otomatis nafkah dari istri saja. Lalu, suaminya menikah lagi secara diam2. Ada jawabannya gak, mesti diapain..:-) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi [EMAIL PROTECTED] wrote: [Non-text portions of this message have been removed]
Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali
pak Satriyo, Masalah di bawah ini kan sederhana ya, coba kita urut 1. di WM ada yang posting satu undangan bedah buku, di undangan itu ternyata PENULIS bukunya yang kebetulan MASIH HIDUP dan SATU KOTA dengan tempat bedah buku dilaksanakan, tidak ada dalam jajaran pembicara bedah buku tersebut. 2. Muncul tanggapan dari anggota-anggota WM, termasuk saya yang senang melihat acara bedah buku, penulisnya itu diundang sebagai salah satu pembicara selain pembicara yang pro maupun yang kontra. Itu etikanya di kampus-kampus. Dan di lembaga anda itu saya yakin banyak orang kampus yang gelarnya banyak, atau di lembaga itu memang biasa dilaksanakan bedah buku untuk penulis2 yang masih hidup dan satu kota tanpa harus mengundang penulisnya? kalau memang BIASANYA begitu, bukan masalah, mungkin beda ya etikanya dengan bedah buku di kampus2. Apakah etika seperti itu lebih Islami? 3.ada kasus lanjutannya, anda ngobrol di WM, lalu membawa potongan obrolan itu ke milis I sambil ngomentari anggota milis lainnya, apa itu bisa disebut ghibah? tolong dikoreksi, ghibah itu ngomongin orang lain di belakangnya, kalau anggota WM itu anggota milis I juga - itu bukan ghibah, tapi ngomongin anggota WM yang bukan anggota milis I di milis I itu berarti ngomongin orang di belakangnya ya? 4.lalu pak Afiff menanyakan siapa yang disebut oleh anda narrow minded itu, anda panjang lebar menuliskan ciri-cirinya, tidak berani menyebutkan nama? salam Aisha From : Satriyo Wahh ... akhirnya ... muncul lagi ni Kang Afiff .. tumben ... apakabar kang? Saya masih berhutang pembahasan soal Hadis kalo ga salah, ya? Mohon ingatkan agi ya jika sampeyan masih ingin meneruskan diskusinya ... :-) Buat pertanyaan sampeyan, yang saya maksud mereka adalah yang narrow minded dan yang narrow minded yang saya maksud adalah mereka yang tidak terbuka menerima perbedaan tapi pada saat yang sama mengaku terbuka -- mungkin istilahnya liberal dan plural atau inklusif -- mencap mereka yang tidak sesuai dengan pendirian mereka sebagai ortodoks, fundemantalis, dan peristilahan turunan lainnya ... kira-kira gitu mas ... Misalnya, ketika mereka bicara masalah jilbab atau poligami, atau syariah, semua dalil digelontorkan, baik ayat dan hadis, dan mereka siap memberikan penafsiran sesuai logika mereka untuk menolak jilbab, poligami dan syariah, tentu dengan bekal argumen yang didasarkan pada misalnya hermeneutika, relativisme, dan tidak lupa juga prinsip humanisme atau HAM ... sambil menolak semua dalil (penfsiran/tafsir) ulama terdahulu yang tidak mereka setujui (baca=sukai) dan tidak lupa juga mereka mengutak atik referensi tulisan atau kutipan karya ulama terdahulu yang bisa dijadikan bukti bahwa ternyata ada juga ulama terdahulu yang, misalnya, pluralis ... dan buat yang menentang pendapat mereka ini, mereka cap fundamentalis, skripturalis, literalis, et al ... tapi di saat lain, ketika mereka merasa tafsiran yang sudah ada itu memehuni selera mereka, ya mereka pakai, sehingga mereka pun sebenarnya literalis dan skripturalis juga. Soal lain, ketika ingin memaksakan kehendak bahwa menurut mereka adalah tidak adil mengkaji/membedah tulisan tanpa ada penulisnya, terlebih penulisnya masih hidup dan ada di kota yang sama. Lalu apakah selama ini mereka juga bersikap sama dengan tulisan selain dari kelompok mereka, yaitu berbagai buku yang dibedah tanpa menghadirkan penulisnya? Atau ketika kita tarik sedikit ke ranah tulisan yang lebih 'samawi' ... ketika 'tulisan Tuhan' baik yang diterima Moses atau Yesus, dikritik, dikaji, dibedah oleh kalangan mereka, tanpa mereka menghadirkan Moses, Yesus atau Tuhan, mengapa tidak terjadi nalar kritis? ... malah bagi yang muslim-nya, dari kalangan mereka, mengekor saja untuk juga ikut2an mengkritik, mengkaji dan membedah 'tulisan Tuhan' yang diturunkan pada Muhammad SAW (al-Quran dan al-Hadis), tanpa terlalu ribut untuk menghadirkan Tuhan Muhammad dan Muhammad SAW sendiri? Apakah saya salah untuk menyatakan mereka ini narrow minded? Kalo saya boleh ganti tanya, apa komentar mas tentang definisi 'fundamentalis' yang dialamatkan kepada those muslims semata karena mereka tidak menerima pluralisme? Bisa anda jelaskan? salam, satriyo PS: jika mas 'dapat' lagi dari milis2 yang saya ikuti, opini saya yang anda rasa perlu dijelaskan, jangan sungkan2 langsung hubungi saya lagi di WM ini ya ... :-) PPS: kalo ternyata saya salang tangkap pertanyaan sampeyan, mohon tegur, karena saya kira sampeyan bukan menanyakan identitas person ... tapi minta penjelasan saja, apa yang saya maksud mereka yang narrow minded 2008/2/22 Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED]: Berikut saya dapat dari milis insistnet lagi: http://groups.yahoo.com/group/insistnet/message/9359 Mas Satriyo, yang panjenengan maksud mereka yang narrow minded itu siapa ya? salam, Muhkito --- In [EMAIL PROTECTED] insistnet%40yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Berikut tanggapan lanjut atas undangan bedah buku AM
Re: [wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali
Mba Noni, Seingat saya, dari bedah buku yang saya hadiri di kampus, penulis bukunya hadir selain beberapa orang pembedah bukunya baik yang pro maupun yang kontra. Dengan cara itu memang adil dan adil itu bukannya salah satu petunjuk agama yang harus dilakukan untuk berbagai hal dalam hidup kita? Dalam kasus bedah buku seperti yang diposting mba Ning, penulisnya masih hidup dan tinggal di Jakarta juga ya? Saya sependapat juga jika sebaiknya penulisnya diundang dan bedah buku dilakukan di tempat yang netral. salam Aisha - From : Noni Marlini Wah, salah paham lagi. Tidak ada yg mengatakan membedah buku tanpa dihadiri penulisnya, apalagi hanya pihak yg kontra saja adalah ghibah. Tidak ada yg mengatakan itu, hanya saja menurut saya bedah buku seperti itu tidak adil. karena tidak memberikan kesempatan bagi penulisnya mempertahankan pikirannya atau karya akademiknya yg telah ditulis dengan susah payah. Karena itu, bedah buku yg dinilai kontroversial, sebaiknya menghadirkan dua pihak; yg pro dan kontra, juga penulisnya. selain itu, dilaksanakan di lokasi yg netral. misalkan, di kampus atau hotel, atau restoran, etc. ini alamat email Mas Dr Moqshit Ghozali, [EMAIL PROTECTED] kebetulan beliau juga satu milis dengan saya di milis tetangga. semoga bermanfaat dan bedah disertasinya mencerahkan, bukan menularkan kebencian wassalam Tana Doang [EMAIL PROTECTED] wrote: Beta nimbrung sadiki'e: Kalau penulis buku si A dibedah, sedangkan A tidak hadir, dan itu disebut ghibah, itu tidak etis, wah, wah, tentu membahas/membedah buku yang penulisnya telah meninggal, ole sio sayange, itu ghibah dong, itu tidak etis dong ? Sebagai contoh: Sabtu, 11 November 2006, dalam upacara Milad (Dies Natalis) XLI Universitas Islam Negeri Prof.DR.H.Ahmad M Sewang MA, menyajikan Pidato Ilmiyah yang membahas/membedah buku Sirat Nabawiyah Ibn Hisyam, masya-Allah itu ghibah dong, itu tidak etis dong ? Akh yang benner aje, nyong. Salam La Tando. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Buat Diriki dan Saudariku Yang Cantik
Bu Wulan, Yang saya tangkap dari pendapat mas Wikan itu, kalau memang semua sadar bahwa segala perbaikan dari diri sendiri itu indah bener, bukan tidak perlu agama, tidak perlu menasehati, dll. Tapi kenyataannya kan tidak begitu, ada orang2 yang melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan atau merugikan orang lain. Agama kan petunjuk hidup, nah sekarang bagaimana petunjuk hidup itu bisa dipahami orang dan diimplementasikan dalam kehidupan tiap orang, apakah ada petunjuk nabi atau rosul itu bahwa berdakwah itu dengan cara menyalahkan orang lain sambil merasa pemahaman agamanya paling bener? misalnya jika saya berjilbab lalu menyalahkan atau menghina atau memandang rendah perempuan yang tidak berjilbab karena saya merasa paling bener pemahaman agamanya dan paling suci, paling hebat, calon penghuni surga sehingga heboh nasehatin orang lain terus? Seminggu yang lalu, saya melihat seorang perempuan yang memakai celana panjang dan memakai blouse tangan panjang yang tertutup tapi tidak menutup rambutnya, apakah saya bisa menyalahkan atau memandang rendah perempuan itu, padahal perempuan itu mencari buku-buku dan meminta izin pengarangnya agar buku-buku itu diubah melalui satu alat sehingga buku itu menjadi buku berhuruf braile, supaya orang2 yang cacat matanya bisa membaca banyak jenis buku. Pekerjaan ibu itu mulia bukan? Apakah kemuliaan hatinya itu menjadi hilang karena dia tidak berkerudung? Apakah kesolehan seseorang hanya bisa dinilai dari jilbabnya saja? Seingat saya sih dari guru ngaji, dakwah itu harus dengan cara baik dan tidak selalu dengan kata-kata, bisa dengan perilaku kita, tunjukkan misalnya kalau rosul mengajari muslim untuk jujur maka semua muslim itu tidak jadi koruptor. Obrolan bu Wulan malah melebar ke pendidikan anak, tugas orang tua (bukan hanya ortu kandung) untuk mendidik anak-anak, tapi kembali ke caranya, mendidiknya bagaimana, apakah dengan kekerasan? Dan kalau mau disebut pendidik, ortu juga harus belajar terus, jangan sampai ortu gak punya ilmu atau ilmunya hanya sedikit lalu mendidik anaknya dengan memandang rendah anak didiknya dan merasa paling hebat kesolehannya. salam Aisha -- From : kerlip rembulan Kalau menurut mas wikan begitu.. Tentu Allah tdk perlu repot2 mengutus Nabi dan RosulNYA dong ya? Lah... gak perlu ada dakwah kan maxud mas wikan??? Maxud mas wikan juga tidak perlu saling nasihat menasihati seperti kata Allah dalam surat Al-'Asr?? Juga tidak perlu adanya Ulama / Ustadz untuk memberi ceramah... Termasuk tidak perlu ada milis Wanita Muslimah.. Intinya tidak perlu Agama / Syariah ? Ya sudah.. masing2 saja tunggu sadar sendiri? Anak2 yang baru lahir juga diemin aja??? ntar juga sadar sendiri??? Gak perlu dididik??? krn nanti bisa sadar sendiri Jadi aneh dan janggal Mas wikan lucu deh ah... Ibu Wulan Kerlip Rembulan Keep Smiling - From: Wikan Danar Sunindyo wah, seandainya yang kruchil katakan ini benar. bahwa nggak usah menyalahkan produk, segala perbaikan dimulai dari diri sendiri. indah bener ... nggak usah deh nyalah2-in orang kalau jilbabnya dinilai gak bener. gak usah menilai orang lain lebih gak sholehah gara2 gak belum pake jilbab. pan semua dimulai dari sendiri, biar orang lain sadar sendiri juga. toh kita belum tentu lebih baik dan bener ketimbang orang lain. ya gak? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Fwd: ada yang mengaku sebagai Rasul?
Wah saya baru tahu, ada orang yang ngobrol di WM, lalu membawa obrolannya ke milis lain sambil ngomentari orang yang di WM yang bukan anggota milis itu..:) Yang seperti itu ada contohnya dari Rosulullah? BTW, Ngrasani itu ngomongin jelek orang lain ya? Jadi misalnya saya ngobrol dengan mas DWS di pasar, lalu ketika saya bertemu teman sekantor, saya mengatakan mas DWS itu narrow minded atau saya ngomentari bahwa mas DWS itu kesasar tidak bisa membedakan telur dengan tahi. Apakah saya itu bisa disebut ngrasani mas DWS?...:) salam Aisha -- From : DWS Mas Muhkito, saya rasa apa yang terlontar di milis lain, diklarifikasi saja di milis yang bersangkutan. saya yakin mas Satriyo bukan orang yang suka ghibah dan fitnah, jadi tidak mungkin dia ngrasani anggota milis WM atau milis lainnya yang tidak ikutan milis insistnet. Karena itu, kemungkinan PS tersebut ditujukan langsung kepada Nadirsyah yang memang juga anggota milis insistnet. (tapi kan dia masih belum pulang?) Jadi jangan diangap ghibah. Juga, mas Muhkito tidak perlu merasa kuatir PS tahi dan telor itu ditujukan kepada Anda. Tapi bener-bener kasihan juga kepada Nadirsyah, menulis sedemikian menarik, ternyata tidak mudah untuk dipahami oleh semua orang. salam, DWS [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri
Halow lageee, alhamdulillah baik2 saza...:) Yang saya tahu dari beberapa kasus di keluarga besar, tetangga, teman - sekarang ini pasangan beda agama tidak bisa menikah resmi (dicatatkan negara). KUA hanya ngurus pernikahan pasangan yang dua-duanya beragama Islam. Catatan Sipil hanya ngurus pernikahan pasangan non muslim tapi pasangan itu dua-duanya harus 1 agama. Jadi memang tidak ada tempat nikah untuk yang berbeda agama, kalau pasangan beda agama ini ngotot mau nikah, katanya sih ada jalan pintas, salah satu dari pasangan itu ikut agama satunya lagi/ pindah agama. Jadi mereka bisa nikah di KUA atau di Catatan Sipil. Pindah agamanya bisa jadi bener-bener pindah - mempelajari dan melakukan ritual agama barunya. Bisa juga hanya sekedar untuk keterangan hitam di atas putih untuk persyaratan menikah resmi. Kemarin lihat ibunya artis yang beberapa kali nikah sirri di tv memberi keterangan bahwa anaknya sengaja nikah sirri supaya gampang ngurus perceraian. Wah, unik bin aneh, sebelum nikah sudah mikir gampang susahnya cerai..:) Tapi mungkin juga terjadi ya, kalau pasangan yang mau menikah itu melihat orang yang menikah resmi/negara ternyata susah bercerai walaupun pernikahannya sudah sangat tidak sehat. Jadi kadang-kadang orang nikah sirri karena berbagai alasan yang banyak menguntungkan laki-laki, ternyata ada juga yang menguntungkan perempuan yang malas mengurus perceraian yang bertele-tele dengan biaya tinggi. BTW UU perkawinan yang dulu itu sebenarnya kata orang-orang tidak jelas karena untuk menikah lagi- poligami ada aturan2 tertentu yang mempersulit, tapi ketika terjadi pelanggaran, tidak ada sanksinya. Di UU yang baru, apa ada sanksinya dan berlaku mundur ke 50 tahun yang lalu, jadi nanti banyak yang kena..:) salam Aisha From : Herni Sri Nurbayanti Halo mba Aisha, apa kabar? :-) Karena negara ribut2 soal sah tidaknya perkawinan. Kalau di sini, baru disebut sah kalau: (i) dilakukan menurut ketentuan agama masing2 dan (ii) dicatatkan ke negara. Dari dua syarat sah ini, problem banyaknya perkawinan2 yg tidak sah (baca: tidak tercatat oleh negara) muncul manakala: (i) pasangan beda agama shg dari institusi agama ada yg tidak mau menikahkan (setau saya, kalo Katolik punya prosedur tersendiri utk pernikahan beda agama ini) dan kantor catatan sipilnya tidak mau mencatatkan (ada yg mau, ada yg tidak); masalah jadi lebih refot lagi kalau udah lain agama, lain bangsa pula hehe.. atau pasangan yg 'agama' atau 'kepercayaannya' tidak diakui oleh negara ini spt yg dialami aliran2 kepercayaan, kong hu cu, dll. Di Surabaya pernah ada kasus, Pengadilan memutuskan pernikahan pasangan kong hu cu sah, ketika ada pasangan kong hu cu lain yg mengajukan ke-sah-an perkawinan mereka ke pengadilan yg sama (kalo gak salah hakimnya beda) dng merujuk pada kasus sebelumnya, eh ditolak. Jadi, institusi negara sendiri masih gak kompak :-) Akibatnya, terjadi 'forum shopping' utk pencatatan perkawinan, masyarakat pergi ke Kantor Catatan Sipil yg mau mencatatkan (duluuu.. tahun 2000-an, KCS Bekasi yg biasanya mau mencatatkan perkawinan beda agama, gak tau kalau sekarang) (ii) nikah sirri atau nikah agama, tapi belum dicatatkan.. alasan tidak dicatatkannya macam2, mulai dari kali aja suaminya pegawai negeri jadi secara resmi gak boleh punya istri lebih dari satu, atauuu.. karena gak punya duit utk mencatatkan spt yg dialami masyarakat2 pinggiran, ata.. alasan yg menguntungkan misalnya kalau mau cerai, gak usah repot ngurusnya ke Pengadilan Agama. Setau saya, kelompok perempuan sedang mengupayakan utk mengamandemen UU Perkawinan biar tidak terjadi kerancuan2 spt ini. Tapi, perkembangan konsep amandemennya sampai mana, saya juga kurang tau. Mungkin ada yg bisa berbagi informasi mengenai itu disini? wassalam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Mba Mia, Jadi nikah sirri juga di Amerika diakui ya? Di Indonesia yang mayoritas muslim dan nikah sirri ini juga disebut nikah agama, kok gak diakui negara ya. Kalau begitu, ini artinya Amerika lebih baik karena mengakui nikah agama? ..:) . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri
Pak Agung, Dalam thread yang ini sejak awal saya tidak membicarakan kelakuan artis, tapi nikah sirri-nya dan akibat dari pernikahan sirri, misal perwalian anak-anaknya. Coba deh bapak lihat subject-nya. Jika saya memakai contoh artis Ayu Azhari dan Oma Irama, karena itu yang banyak dibahas di media massa cetak dan televisi, mungkin yang lainnya juga nonton, dan mungkin ada yang nonton atau baca bahasan nikah sirri ini, misalnya dari ahli hukum atau tokoh agama. Jika ada artis atau seleb yang nikah sirri dan bermasalah, kita bisa melihat bukan dari segi gosipnya, tapi kita bisa membicarakan dari segi nikah sirrinya ini, karena di dunia nyata ada juga yang bukan artis yang melakukan nikah sirri dan kemudian bermasalah untuk istri dan anak-anaknya, tapi kita tidak tahu karena kasus mereka tidak diributkan. Yang melakukan nikah sirri kan tidak semua artis, ada juga artis yang nikah didepan petugas KUA dan cerainya juga di pengadilan agama. Ada juga kiai pengelola melakukan nikah sirri - milih beberapa istri dari kelompok santriwatinya. Jika artis yang nikah sirri disebut mirip binatang, apakah kiai ini yang nikah sirri juga mirip binatang? Atau dulu ada juga tokoh agama yang punya pesantren yang jadi obrolan di milis, kabarnya nikah sirri di malam hari lalu mereka melakukan hubungan seks dan besoknya si tokoh agama ini sudah menghilang dari hotel tempat mereka menginap dan mereka bercerai. Jadi nikah sirri-nya hanya untuk melakukan hubungan seks semalan saja? yang seperti ini juga seperti binatang ya pak? salam Aisha --- From : [EMAIL PROTECTED] Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri Dunia Artis itu deket dng dunia BINATANG Kita lihatKelakuan BINATANG dng para ARtis kan TIDAK JAUH BEDA... -- From: Aisha Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri Temans, Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. Bukankah nikah sirri itu selain si anak tidak bisa mendapat warisan dari ayahnya, bisa juga anak itu dibuat akta kelahirannya tapi yang . .. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri
Mba Mia, Jadi nikah sirri juga di Amerika diakui ya? Di Indonesia yang mayoritas muslim dan nikah sirri ini juga disebut nikah agama, kok gak diakui negara ya. Kalau begitu, ini artinya Amerika lebih baik karena mengakui nikah agama? ..:) Kabarnya akta nikah anak hasil nikah sirri karena dalam persyaratan untuk mendapatkan akta kelahiran harus pakai surat nikah yang justru tidak ada dalam nikah sirri, maka yang tercantum adalah nama ibunya. Masuk akal sih karena memang semua orang, minimal dokter atau bidan yang bantu melahirkan kan tahu persis seorang bayi lahir dari ibu yang mana. Kalau bapak si bayi kan tidak jelas, apalagi kalau si ibu main dengan banyak laki-laki (lebih dari satu laki-laki), bingung kan nentuinnya..:), kalo bapak mau menggugat - mau memiliki hak perwalian, harus test DNA dulu 'kali ya, baru nanti jelas ketahuan anak kandungnya atau bukan. Seperti kasus perceraian artis Indonesia juga, pas anaknya lahir, eh... ternyata si bayi indo begitu, karuan sang suami yang asli Indonesia jadi marah- jadi tahu bukan anak kandungnya, lalu tes DNA, ternyata iya - positif bukan anaknya. Iya bener, kalau nikah sirri, karena suaminya bisa kapan saja menjatuhkan talak dan secara otomatis mereka cerai, maka istrinya harus ngumpulin harta untuk melanjutkan hidupnya dan anak-anaknya sebelum suaminya menjatuhkan talak. Tapi apa itu bisa berjalan, di masyarakat yang laki-laki-nya dominan, budaya patriarkinya begitu kuat dan wanita punya banyak ketergantungan ekonomi, atau malah nikah juga karena tertarik dengan harta suami atau malah dijual orang tuanya, atau orang tuanya tidak kuat memberi makan anaknya sehingga anak-anak gadisnya cepat dinikahkan walaupun hanya nikah sirri, apa istri nikah sirri bisa mengumpulkan harta selama pernikahan. Banyak kasus pernikahan yang bukan nikah sirri, saat bercerai, si suami tidak memberi uang untuk anak-anaknya karena mereka bercerai dengan penyebab si suami beristri lagi sehingga istri tua minta cerai. Jadi banyak istri-istri tua yang tidak minta cerai karena mereka takut tidak bisa hidup lagi, kasihan juga ya menderita ada istri lain tapi harus dijalani karena tergantung secara ekonomi ke suami. salam Aisha --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Mba Ai, nikah sirri di Amerika hak perwalian sama saja dengan nikah resmi, kecuali kalau ibu nggak capable, hak wali biasanya jatuh ke ibunya. Di Indonesia dilihat dari surat wali adalah ibunya. Tapi kalo bapak mo menggugat ya bisa juga dong, kenapa tidak? Kalo orang mau nikah siri mestinya pihak perempuan punya kekuatan bargain, pesona yang lebih dari biasa, apalagi artis..Nah, jadi sebaiknya diingetin kalo nikah siri itu pake cash basis, bukan accrual basis..:-) Artinya minta rumah duluan aja, deposito, dana pensiun, asuransi, reksadana...dll Jangan mau dikasih janji2 doang. Lha, talaknya bisa cash basis, rumah deposito kudu juga dong..jadi nggak terjadi mismatch:-) Makanya kalo ada nikah siri anak dari isteri pertama biasanya ikutan marah, soale gw aja blum dapat warisan, kok yang ini ngeduluin...gitu kira2..:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. .. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Perwalian anak hasil nikah sirri
Temans, Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. Bukankah nikah sirri itu selain si anak tidak bisa mendapat warisan dari ayahnya, bisa juga anak itu dibuat akta kelahirannya tapi yang tercantum nama ibunya karena tidak ada surat nikah jika nikah sirri. Artinya, kalau sudah tercantum nama ibunya di akta kelahiran tersebut, otomatis ibunya yang berhak atas perwalian anaknya ya? Lalu kenapa artis itu ke pengadilan ya? Ada yang mau mencerahkan, jika nikah sirri itu hak perwalian anak ke siapa - ayah atau ibu jika ortu bercerai? Eh satu lagi, nikah sirri itu kalau bercerai - si suami cukup menyatakan saya talak anda!. Seperti yang dicontohkan Oma Irama begitu? Bener-bener gak enak di perempuan dan enak di laki-laki kalau nikah sirri itu ya..:( salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal
Temans, Membaca tulisan di bawah ini, kok rasanya sedih banget ya jadi wanita di Indonesia. Saya jadi ingat seorang teman yang menikah - tepatnya dinikahkan orang tuanya ketika dia lulus SMU. Alasan pernikahan itu, orang tua tidak sanggup menyekolahkan anak gadisnya ini, dan ada laki-laki yang mau menikahi gadis itu dan mau membantu ekonomi keluarga itu. Mirip kasus jual anak supaya ada pendapatan keluarga tiap bulan. Dalam 5 tahun pernikahannya, dia melahirkan 5 anak. Suaminya punya pendapat bahwa manusia tidak boleh menolak rezeki dari Allah, jadi berapapun anak yang akan lahir, harus diterima. Setiap tahun hamil dan melahirkan anak membuat kesehatan teman ini buruk, tubuhnya kurus, hanya perutnya saja yang buncit karena kehamilannya. Saya pernah membaca satu tulisan yang penulisnya seorang dokter, bahwa menyusui yang dalam Islam 2 tahun itu - tanpa kehamilan selanjutnya (jadi dalam 2 tahun itu hanya menyusui dan mengurus 1 bayi), membuat rahim berkerut dan kembali lagi ke ukuran normal dan baru siap lagi untuk kehamilan berikutnya. Jadi kebayang dong teman saya ini, baru beberapa bulan melahirkan, dalam keadaan masih menyusui, sudah hamil lagi. Kapan rahimnya normal kembali? Saya lihat anak-anaknya. Ada yang aneh, dari fisiknya tubuh anak-anaknya tidak bermasalah, tapi mungkin si ibu sudah terlalu lelah hamil, anak-anaknya liar, nakal dan sepertinya hiper-aktif, tidak terawat dan tidak terdidik. Teman saya ini sudah meninggal saat melahirkan. Dari data di bawah ini, mungkin juga teman saya ini anemia yang menjadi penyebab kematian (Sebanyak 70 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia dan 50 persennya menyebabkan kematian). Saya tidak tahu persis penyebabnya karena suaminya tidak mengijinkan istrinya ke dokter, harus ke dokter wanita padahal di tempat mereka tinggal tidak ada dokter kandungan wanita. Ketika saya datang ke pemakaman dan wakil keluarganya memberi sambutan dan mengatakan bahwa teman ini mati syahid karena meninggal saat melahirkan, saya hanya termenung - apakah kematian itu karena disengaja? Sebab jika ada jarak antar kehamilan dan rajin diperiksa kesehatannya, mungkin teman saya ini tidak segera mati. Bisakah seseorang dikatakan mati syahid padahal sebenarnya masih dimungkinkan usaha lain untuk kesehatan si ibu? salam Aisha -- Kompas, 5 Desember 2007 Persalinan : Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal JAKARTA, KOMPAS - Setiap satu jam, dua ibu di Indonesia meninggal dunia saat bersalin. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia atau SDKI tahun 2002-2003 menunjukkan, sebanyak 20.000 ibu meninggal dari lima juta kelahiran dalam setahun. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Hal ini diungkapkan Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Rizal Malik dalam konferensi pers Cegah Kematian Sia-sia Ibu akibat Melahirkan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 50 Tahun PKBI di Jakarta, Selasa (4/12). Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 banding 65 kelahiran. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan Thailand yang hanya 1 banding 1.100 kelahiran. Dengan angka kematian ibu (AKI) mencapai 307 setiap 100.000 kelahiran hidup, berarti dalam satu hari ada 50 kematian ibu karena komplikasi persalinan. Aborsi Penyebab utama kematian ibu adalah aborsi pada kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu sekitar 30 persen. Sebagian besar aborsi dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah tetapi gagal KB, yaitu sebanyak 74 persen dari jumlah aborsi. Tingginya upaya aborsi tak aman disebabkan mereka tidak tahu ke mana harus mencari pertolongan dan terlambat menyadari kehamilannya. Pemerintah seharusnya mengeluarkan aturan tentang aborsi, bukan serta-merta melarangnya, kata Direktur Pelaksana PKBI Inne Silviane. Eklampsia atau keracunan kehamilan merupakan penyebab kedua kematian ibu, yaitu sebesar 13 persen. Adapun penyebab kematian ibu dari aspek medis lainnya adalah pendarahan, infeksi, kejang-kejang karena tekanan darah tinggi, dan anemia. Sebanyak 70 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia dan 50 persennya menyebabkan kematian. (A-10) [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: AIDS di mata ustadz
Pak Ahmadi Agung, Pak Ustadz itu mengatakan AIDS itu penyakit wanita yang tidak beriman, calon penghuni neraka, lalu bagaimana dengan contoh ini - bayi-bayi yang tertular virus HIV di RS Hasan Sadikin Bandung? Bayi-bayi itu bukan hanya bayi wanita, ada bayi laki-laki juga, apakah bayi-bayi itu tidak beriman? Bayi-bayi itu juga bukan anak-anak WTS, mereka anak dari para ibu yang menikah, yang mempunyai suami dan hanya melakukan hubungan seks dengan suaminya. Ibu-ibu itu sebelum/sejak hamil tertular dari suaminya tanpa dia tahu, artinya yang tidak beriman itu laki-laki ya karena tidak ada yang namanya suami itu berjenis kelamin wanita. Dan laki-laki yang suami itu juga bukan WTS ya? salam Aisha From : Ahmadi Agung ([EMAIL PROTECTED]) Subject: [keluarga-sejahtera] AIDS di mata ustadz saya SETUJU 100% dng apa yg di katakan oleh Pak Ustadz itu, karena itu memang BENAR... -- From: Aisha Sent: Monday, December 03, 2007 1:19 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: [keluarga-sejahtera] AIDS di mata ustadz Temans, Dua hari yang lalu saya diajak seorang teman ke satu . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Thanks, AISHA ... Re: Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu
Kebetulan tulisan anda yang dulu tgl 29 November masih belum saya hapus di mail box, bisa dicek juga di arsip milis WM, teliti saja, tidak saya edit. Untuk tata krama maka saya ucapkan terima kasih buat tanggapan anda yang nampaknya ingin memastikan saya paham apa yang (konon) dinasehatkan oleh dwi w soegardi kepada saya. Tidak jelas saya apa hubungannya anda dengan dwi w soegardi, ko mudah benar (dan berani plus pe de) mewakilkan diri untuk jadi jubir/perantara atau apa namanya ... dan speak on behalf of ... saya yakin dwi is better off explaining things himself to me ... toh ini antara saya dan dia, member ke moderator/member senior ... atau saya tidak ngeh ada jabatan lain di milis ini yang bisa memediasi antara member biasa dan moderator/member senior? hehehe ... :-) Bagaimana pak Satriyo? apakah anda masih berkelit juga dengan kata-kata yang anda pakai - mudah benar-berani plus pe de mewakilkan diri jadi jubir/perantara atau mediator. Itu kata-kata tuduhan atau apa? Sekali lagi, di milis tiap orang mewakili dirinya sendiri dan mengeluarkan pendapatnya sendiri berdasarkan isi dari banyak topik di milis, jika anda masih belum mengerti juga bagaimana berdiskusi di milis. salam Aisha From : Satriyo Halo? Halo? Halo? Dari mana anda tahu saya menuduh? tapi itu hak anda ko, walau pun bisa saja anda gunakan kata 'menyatakan' yang realtif 'aman' ... tapi again itu hak anda ... dan saya hargai itu. saya sendiri tidak pernah menuduh anda apapun, selain dari menyatakan bahwa anda menjadi jubir. jika ingin, yang tepat adalah menyimpulkan, bukan menuduh. ah tapi pasti anda punya argumen buat hal ini ... hehehe ... Terima kasih atas perhatian anda, Aisha, dan jangan bosan mengingatkan saya jika anda ingin. Keep it up! :-) satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Alhamdulillah, anda mengerti juga ya. Jika anda sudah mengerti dulu . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryaw
Alhamdulillah, anda mengerti juga ya. Jika anda sudah mengerti dulu itu, tentunya tidak akan menanggapi pak Dwi seperti yang anda lakukan dulu. Hak anda untuk menunggu tanggapan pak Dwi. Hak anggota lain untuk menanggapi topik-topik yang ada di milis. Jika tidak mau dikomentari anggota milis, jangan kirim ke milis tapi japrian aja. Setiap orang punya teman diskusinya sendiri-sendiri, wajar saja jika ada yang bisa nyambung atau ada yang tulalit. Tapi kita harus introspeksi diri jika di satu milis ternyata cukup banyak yang tidak nyambung. Emosi negatif itu sesuatu yang berkaitan dengan kurangnya kontrol diri, kurangnya pengendalian diri yang mengakibatkan hal yang buruk atau tidak menyenangkan orang lain dan mungkin juga bisa buruk untuk diri si pelaku. Misalnya cepat marah, cepat tersinggung, iri, dengki, mikir negatif terhadap orang lain, dll. Emosi positif itu misalnya ketika membaca tulisan yang bagus lalu jadi terangsang untuk membuat tulisan yang bagus pula, kalau bisa tulisan yang jauh lebih bagus. Contoh lain, jika selama ini teknologi canggih ternyata ditemukan dan diproduksi non muslim, lalu ada emosi menggebu-gebu untuk belajar dan membuat barang-barang yang lebih canggih yang berguna untuk manusia banyak. Bisa saja emosi positif seperti mencintai orang lain, bukankah ajaran agama Islam itu kita harus mencintai anak yatim dan kaum fakir miskin? Kangen atau rindu juga bisa termasuk emosi positif, misalnya jika di milis tulisan seseorang mencerahkan, lalu orang itu tidak muncul lagi, timbul rasa kangen untuk bisa membaca tulisan orang itu lagi. Di postingan saya sebelumnya, saya tidak memotong ekor email panjang dari email saya sebelumnya karena masih berkaitan dengan tanggapan saya sesudahnya. Anda menuduh saya menanggapi karena menjadi wakil/perantara pak Dwi, padahal tidak seperti itu - buktinya saya sertakan di ekornya itu, bahwa saya menanggapi sebagai anggota milis dari kalimat-kalimat pak Dwi yang muncul di milis. Jadi ada saatnya kita memotong ekor email - apalagi kalau komentarnya hanya 1 baris, tapi kadang-kadang juga kita tidak memotong ekor untuk tujuan seperti di atas. Bisa dimengerti?..:) salam Aisha - From : Satriyo Hmmm ..., untuk singkatnya dan mudahnya, ya artinya saya yang ga ngerti. ya kan? thanks for your kind attention and gesture ... tapi tidak salah kalo saya masih menunggu tanggapan langsung dari Dwi kan? salam, satriyo PS: nah alinea pertama ini yang selalu menggelitik saya Aisha, yaitu kesan yang saya tangkap bahwa saya tidak boleh EMOSI NEGATIF (wah ada yagn POSITIF toh, cinta, rindu, kangen, mungkin...?) ketita saya tersinggung atau dituding yang macam-macam (=negatif)? aneh benar ...! but spt saya bilang di atas, saya memang bodoh dengan gaya anda dan yang lain spt anda berdiskusi, walau dengan yang lain yang tidak spt anda alhamdulillah nyambung tu ... :-) PSS: ekor yang panjang dan irrelevant potong saja ya ... reminder lho --- Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Satriyo, Saya rasa anda tahu persis bahwa milis adalah ajang untuk .. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] AIDS di mata ustadz
Temans, Dua hari yang lalu saya diajak seorang teman ke satu pengajian, katanya ustadz di pengajian itu hebat. Hari itu materi pengajian tentang Haji dan Kurban. Setelah pengajian selesai dan anggota pengajian mulai pulang, saya diajak teman untuk berkenalan dengan ustadz tersebut. Mengingat hari itu tanggal 1 Desember, hari AIDS Sedunia, saya iseng tanya tentang AIDS. Tidak perlu dibahas. Itu penyakit wanita yang tidak beriman, calon penghuni neraka, itu jawaban pendek pak ustadz tersebut. Saya terdiam bingung, apakah semua atau mayoritas ustadz di negara ini punya pengetahuan tentang AIDS seperti itu? Jika iya, sayang sekali ya. Padahal mereka banyak pengikutnya, akan lebih baik jika ustadz-ustadz itu juga mempunyai pengetahuan tentang narkoba, AIDS, dll sehingga mereka juga bisa membimbing pengikutnya supaya keluarga pengikutnya tidak terkena AIDS atau jadi pecandu narkoba. Dari jawabannya, mungkin ustadz ini membayangkan WTS? Mungkin dia tidak tahu di RS di Indonesia sudah ada bayi-bayi yang terkena tertular virus HIV, mereka tertular dari ibunya. Ibu yang bukan WTS tapi tertular dari suaminya yang mantan pecandu narkoba suntik atau mungkin dari suami yang pernah berhubungan seks dengan wanita lain (bisa WTS, atau non WTS) yang sudah tertular. Atau bagi ustadz-ustadz di negeri ini, ilmu tentang HIV/AIDS, narkoba, dll itu tidak perlu. Mereka hanya cukup mempunyai ilmu tentang agama saja? Ada yang mau mencerahkan saya? salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryaw
Pak Satriyo, Saya rasa anda tahu persis bahwa milis adalah ajang untuk anggotanya mengeluarkan pendapatnya. Setiap anggota mempunyai hak untuk menanggapi apa saja topik yang ada di milis, caranya bagaimana! DENGAN SANTUN, BISA MENGENDALIKAN DIRI ALIAS TIDAK DENGAN EMOSI NEGATIF. Oleh karena itu di milis ini saya menggunakan hak saya untuk menanggapi topik-topik yang ada di milis ini, kebetulan salah satunya topik yang berisi obrolan antara anda dan pak Dwi. Dari hasil membaca tanggapan anda, saya menyimpulkan bahwa anda tidak mengerti maksud pak Dwi, itu sebabnya saya ikut menanggapi. Dan jelas disitu bahwa saya tidak mengatakan bahwa saya menjadi wakil atau jadi jubir atau jadi perantara dari pak Dwi. Anda kok mikir buruk terus ke orang lain ya? Saya hanya mengetikkan pendapat saya pribadi tentang isi obrolan anda dan pak Dwi. Anda bisa memahami ini sekarang pak Satriyo? Atau masih kurang jelas? Jadi saya atau anda yang tidak mengerti cara berdiskusi di milis?..:) salam Aisha --- From : Satriyo Untuk tata krama maka saya ucapkan terima kasih buat tanggapan anda yang nampaknya ingin memastikan saya paham apa yang (konon) dinasehatkan oleh dwi w soegardi kepada saya. Tidak jelas saya apa hubungannya anda dengan dwi w soegardi, ko mudah benar (dan berani plus pe de) mewakilkan diri untuk jadi jubir/perantara atau apa namanya ... dan speak on behalf of ... saya yakin dwi is better off explaining things himself to me ... toh ini antara saya dan dia, member ke moderator/member senior ... atau saya tidak ngeh ada jabatan lain di milis ini yang bisa memediasi antara member biasa dan moderator/member senior? hehehe ... :-) So, maaf, tapi saya kira saya akan tunggu saja tanggapan dwi langsung, dan jangan bosan melakoni peran anda ini jike memang ini anda nikmati selama ini ... salam, satriyo PS: jangan heran kalo saya bete dan tersinggung dengan sikap anda ini, tapi kali ini saya tidak terlalu ambil pusing ... dan pasti akan ada yang komentar soal sikap saya ini ... on line atau off line (alias mbatin) ngomentarinnya ... :-) --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Satriyo, Saya rasa anda mampu membedakan kapan mas Dwi sebagai moderator dan kapan sebagai member milis ini. Kalau saya lihat komentarnya di bawah ini, mas Dwi bertindak sebagai member atau moderator dalam kerangka menasehati dan tidak menggunakan kewenangannya sebagai moderator. Coba kita lihat nasehatnya jika anda belum mampu memahami isi email orang lain : Pertama, urusan minta maaf. Ini mengingatkan saya ke seorang tokoh yang mengaku pembela orang miskin di acara news dot com di metro tv - lupa namanya, kalau tidak salah pakai marsanda gitu. Dia sering membolak-balik kalimat, dalam minta maaf, katanya begini, sedikit-sedikit minta maaf, sedikit-sedikit minta maaf, minta maaf kok sedikit-sedikit:) Jika kita ingin jadi manusia yang setiap saat ingin lebih baik lagi, jika melakukan kesalahan kan ada anjuran agama untuk melakukan taubatan nasuha yang syaratnya itu adalah menyesali kesalahan itu - memohon ampun pada Allah - berusaha tidak mengulangi lagi - lalu mencoba untuk berbuat baik sebanyak mungkin. Itu taubatan nasuha, jika kita kaitkan dengan minta maaf karena kesalahan terhadap orang lain, maka konsep itu kan membuat kita menyesali kesalahan itu - minta maaf ke orang lain itu - berusaha tidak mengulangi lagi - dan berbuat baik sebanyak mungkin. Ini milis ya pak Satriyo, maka jika merasa kita melakukan kesalahan di milis dan kita minta maaf, tentunya kita menyesali kesalahan - minta maaf melalui email yang diposting ke milis - berusaha tidak membuat kesalahan lagi - dan berbuat baik sebanyak mungkin di milis dengan bersikap baik dalam kalimat-kalimat baik tidak emosional dan tidak berburuk sangka terhadap yang lain dan mengirim email yang baik isinya. Di keluarga besar saya ada sepupu yang suka sekali minta maaf, sering sekali dalam keseharian hidupnya dari mulutnya itu keluar eh maaf ya. Tapi orang-orang jengkel karena dia mengulang-ulang kesalahan yang sama. Misalnya dia itu ceroboh sekali jadi sering memecahkan atau menyenggol sesuatu sehingga pecah, orang tua dan saudara-saudara kandungnya sudah lelah mengingatkan orang itu supaya hati-hati ketika bergerak bukan hanya berulangkali memecahkan sesuatu dan dengan entengnya minta maaf. Herannya, ketika orang ini ada di rumah orang lain, dia bisa bergerak hati-hati, artinya dia mampu mengendalikan tubuhnya supaya tidak merusak sesuatu, tapi jika dia di rumah orang tuanya, kembali lagi dia selalu ceroboh dan selalu diakhiri dengan minta maaf. Jadi apa artinya minta maaf dia? Hanya sekedar ucapan yang keluar dari mulutnya saja? Yang diinginkan Islam kan bukan seperti itu, seperti konsep taubatan nasuha di atas tadi ya? Jika kita hanya melakukan sesuatu sekedar di mulut dan tidak di hati plus denan perubahan sikap dan tindakan kita secara nyata, maka minta maaf itu akan kehilangan makna, sekedar basa-basi
Re: [wanita-muslimah] Adakah INJIL/TAURAT? Quran-nya berbeda
Pak Suryawan, Tentang istilah penganut Ahmadiyah, terus manggilnya pakai istilah apa? saya tidak begitu mengerti jika istilah ini mungkin membuat pak Suryawan tidak nyaman karena di tempat saya, istilah itu biasa dipakai dalam keseharian kami. Misalnya dalam keluarga besar saya, ada sepupu orang tua yang melamar saya itu yang termasuk penganut Ahmadiyah, sementara keluarga lainnya disebut penganut Muhammadiyah dan keluarga lainnya penganut NU. Tidak ada gesekan atau konflik dalam keluarga besar saya, dalam arti yang mengaku dirinya NU atau Muhammadiyah tidak pernah mengejek atau memukuli atau menghancurkan rumah penganut Ahmadiyah. Jika sedang berkumpul di acara keluarga (pernikahan, sunatan, kematian, dll), rasanya sih rukun2 saja dan tidak ada acara beranteman, apalagi yang Ahmadiyah itu tinggal di luar Indonesia, kalau ketemu - ya kangen lah, adik perempuan yang mau melamar saya juga 12 tahun jadi teman sekolah saya - sejak kami kanak-kanak. Kadang-kadang ada percakapan serius, misalnya ketika keluarga yang mengaku NU mau meminjam uang dalam jumlah besar untuk acara hari ke 3-7-40-100-1000 hari dst setelah kematian, yang Muhammadiyah menjelaskan tidak ada tuntunan seperti itu, apalagi sampai berhutang padahal yang meninggal seorang kepala rumah tangga dan anak-anaknya masih banyak yang memerlukan biaya sekolah. Ada nada-nada tinggi saat berdiskusi tapi bukan berantem sampai melotot atau gebrak2 meja. Nah... khusus yang Ahmadiyah, kami tidak ngobrol banyak tentang agama. Kalau saya main ke rumah mereka, saya hanya melihat ada foto besar, dan saya tidak bertanya tentang foto itu, mungkin foto MGA ya? Sejak kecil saya hanya mendengar dari orang tua bahwa keluarga itu penganut Ahmadiyah. Sebaliknya, teman sekolah saya itu juga pernah bertanya, kata mama, orang tua kamu yang satu penganut NU dan satunya lagi penganut Muhammadiyah ya?. Saya hanya mengjawab iya. Memang begitu, yang satu berasal dari pesantren NU dan satunya dari keluarga besar Muhammadiyah. Trusss... kalau lebaran juga biasanya yang lebih muda muter ke rumah yang tua-tua, gak peduli NU, MD or Ahmadiyah. Kalau semua ikut lebaran, berarti semuanya Islam ya? Tapi di-inget2, kok tidak pernah sholat Ied (idul fitri atau idul adha) bareng2 dengan yang Ahmadiyah ya? Di lapangan ketemunya yang ngaku NU dan MD saja. Ahmadiyah sholat Ied-nya dimana ya? Yang berbeda pemahaman/keyakinannya, maksudnya ini apa? Apakah keyakinan ada nabi lain setelah Muhammad? Atau keyakinan lainnya? Rada2 kurang jelas nih pak Suryawan, katanya jika saya diharuskan masuk Ahmadiyah jika menikahi yang Ahmadiyah, maka saya harus menolak. Tapi di bawah dijelaskan tulisan seorang alim dari India tentang suami istri yang harus sama Ahmadiyah. Dalam kasus saya kebetulan tidak ada kasus pacaran hanya ada kasus lamaran saja, jika misalnya di orang lain ada kasus saling mencintai antara yang Ahmadiyah dan non Ahmadiyah, itu berarti mereka tidak bisa menikah ya? Kasihan sekali, padahal bukannya mereka sama-sama Islam? Terima kasih untuk penjelasannya, baca tentang sesuatu di situs tertentu, kadang2 malah pusing dan butuh waktu lebih banyak. Kecuali kalau ada tugas harus membuat tulisan tentang sesuatu dan sampai saat ini tidak ada tugas nulis tentang Ahmadiyah...:) Lebih enak di milis kalau ada yang bisa menjelaskan dengan jernih dan ringkas. salam Aisha From : MAS Mbak Aisha, Komentar singkat saja. --- Aisha wrote: Pak Suryawan, Jika anda meminta bukti terhadap orang lain hal-hal yang berkaitan dengan Ahmadiyah. Jika berhubungan dengan masalah pendiskreditan atau fitnah atau bualan yang ditujukan kepada Jemaat Ahmadiyah (JA) - harus disertai dengan bukti dan argumen yang valid. Saya pribadi ada hal-hal yang ingin saya tahu tentang Ahmadiyah. Dulu pernah saya bertanya masalah ini, tapi tidak ada jawabannya, atau mungkin pernah dijawab tapi tidak sempat saya baca. Begini ceritanya, seorang ibu dari keluarga penganut Ahmadiyah datang menemui orang tua saya untuk melamar saya untuk anak laki-lakinya. Selama ini hubungan dengan keluarga itu baik-baik saja, tidak ada masalah dengan mereka sebagai penganut Ahmadiyah Istilah penganut Ahmadiyah agak tidak enak didengar/ditulis, seakan-akan Anda ingin mengasosiasikan Ahmadiyah sebagai agama. JA sendiri tidak pernah mengatakan diri mereka adalah penganut Ahmadiyah. Agama JA adalah Islam, jadi JA adalah penganut Islam. Bagaimana? Apakah Anda bisa sepakat dengan hal-hal mendasar dalam berdiskusi, yaitu mencoba untuk tidak membuat istilah yang cenderung memojokkan suatu kaum/golongan. - keluarga ini sepupu jauh orang tua saya. Yang mengherankan selanjutnya adalah permintaan mereka, jika saya menerima lamaran itu, maka saya HARUS masuk Ahmadiyah. Tolaklah lamaran itu dengan tegas jika mereka meminta anda masuk Ahmadiyah. Pertanyaan saya sekarang, kelompok Ahmadiyah itu eksklusif ya-apakah anggota Ahmadiyah merasa berbeda dengan penganut Islam lainnya
[wanita-muslimah] Re: Quran-nya berbeda
Terima kasih pak Rizal. Alhamdulillah, bapak bisa membuat lebih jernih masalah ini. Saya sangat menghargai kebesaran hati pak Rizal untuk meminta maaf. Tidak semua orang berjiwa besar seperti bapak. Sikap seperti ini yang saya pikir termasuk Islami, karena berani mengakui jika ada kesalahan. Berbuat salah itu manusiawi, kata ustadz guru ngaji saya - orang baik itu bukan orang yang tidak pernah berbuat salah tapi orang yang berani mengakui salah dan memperbaikinya. Mudah-mudahan sikap baik seperti ini menjadi kebiasaan saat kita ngobrol di milis. BTW, kumpulan wahyu yang diterima MGA itu apakah bisa disejajarkan dengan Quran atau sekedar buku agama? salam Aisha From : Mohammad Rizal Pertama, saya minta maaf pada para anggota milis ini yang menunggu jawaban saya. Terus terang, saya sulit mendapat kontak dengan kawan saya karena dia sedang berdakwah di luar negara. Tapi pagi ini akhirnya kami dapat berkomunikasi melalui sms. Kedua, saya harus meminta maaf kepada Bapak MA. Suryawan beserta seluruh jamaah Ahmadiah karena saya salah. Ini tepatnya jawaban sms kawan saya itu: penafsirannya yang lain, dan dia punya buku kumpulan wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad. Saya perbaiki statement saya: Jadi yang lain adalah penafsirannya dan selain Quran mereka punya kitab wahyu lain. Terima kasih atas ingatannya tentang dosa tersebut. Sungguh, kalau tidak takut ditanya ALLAH di hari berbangkit nanti, saya tidak akan postingkan email ini. Sekali lagi mohon maaf atas kesalahan saya. -Rizal- [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryawa
Pak Satriyo, Saya rasa anda mampu membedakan kapan mas Dwi sebagai moderator dan kapan sebagai member milis ini. Kalau saya lihat komentarnya di bawah ini, mas Dwi bertindak sebagai member atau moderator dalam kerangka menasehati dan tidak menggunakan kewenangannya sebagai moderator. Coba kita lihat nasehatnya jika anda belum mampu memahami isi email orang lain : Pertama, urusan minta maaf. Ini mengingatkan saya ke seorang tokoh yang mengaku pembela orang miskin di acara news dot com di metro tv - lupa namanya, kalau tidak salah pakai marsanda gitu. Dia sering membolak-balik kalimat, dalam minta maaf, katanya begini, sedikit-sedikit minta maaf, sedikit-sedikit minta maaf, minta maaf kok sedikit-sedikit:) Jika kita ingin jadi manusia yang setiap saat ingin lebih baik lagi, jika melakukan kesalahan kan ada anjuran agama untuk melakukan taubatan nasuha yang syaratnya itu adalah menyesali kesalahan itu - memohon ampun pada Allah - berusaha tidak mengulangi lagi - lalu mencoba untuk berbuat baik sebanyak mungkin. Itu taubatan nasuha, jika kita kaitkan dengan minta maaf karena kesalahan terhadap orang lain, maka konsep itu kan membuat kita menyesali kesalahan itu - minta maaf ke orang lain itu - berusaha tidak mengulangi lagi - dan berbuat baik sebanyak mungkin. Ini milis ya pak Satriyo, maka jika merasa kita melakukan kesalahan di milis dan kita minta maaf, tentunya kita menyesali kesalahan - minta maaf melalui email yang diposting ke milis - berusaha tidak membuat kesalahan lagi - dan berbuat baik sebanyak mungkin di milis dengan bersikap baik dalam kalimat-kalimat baik tidak emosional dan tidak berburuk sangka terhadap yang lain dan mengirim email yang baik isinya. Di keluarga besar saya ada sepupu yang suka sekali minta maaf, sering sekali dalam keseharian hidupnya dari mulutnya itu keluar eh maaf ya. Tapi orang-orang jengkel karena dia mengulang-ulang kesalahan yang sama. Misalnya dia itu ceroboh sekali jadi sering memecahkan atau menyenggol sesuatu sehingga pecah, orang tua dan saudara-saudara kandungnya sudah lelah mengingatkan orang itu supaya hati-hati ketika bergerak bukan hanya berulangkali memecahkan sesuatu dan dengan entengnya minta maaf. Herannya, ketika orang ini ada di rumah orang lain, dia bisa bergerak hati-hati, artinya dia mampu mengendalikan tubuhnya supaya tidak merusak sesuatu, tapi jika dia di rumah orang tuanya, kembali lagi dia selalu ceroboh dan selalu diakhiri dengan minta maaf. Jadi apa artinya minta maaf dia? Hanya sekedar ucapan yang keluar dari mulutnya saja? Yang diinginkan Islam kan bukan seperti itu, seperti konsep taubatan nasuha di atas tadi ya? Jika kita hanya melakukan sesuatu sekedar di mulut dan tidak di hati plus dengan perubahan sikap dan tindakan kita secara nyata, maka minta maaf itu akan kehilangan makna, sekedar basa-basi. Itu maksud mas Dwi yang pertama. Sekarang kita bahas yang kedua, mas Dwi mengatakan Tidakkah kita biasakan membaca kembali apa yang kita tulis, sebelum menekan tombol Send? - itu kan nasehat supaya kita tidak emosional dalam melakukan sesuatu, termasuk disini dalam milisan. Kalau tidak salah, terburu-buru itu kan temannya setan ya? (CMIIW). Artinya jika kita menanggapi sesuatu di milis, cobalah untuk berhati-hati, tenang, kita baca pendapat orang lain yang mau ditanggapi. Jika sudah mengerti maksudnya, kita ketikkan pendapat kita dengan tenang, baca lagi, baru kita klik send, supaya tanggapan kita sistematis, sesuai dengan pendapat yang dimaksud orang lain, menekan sesedikit mungkin salah ketik huruf dan kalimat-kalimatnya terarah juga baik. Diharapkan dengan selalu introspeksi diri, minta maaf yang penuh makna, selalu berhati-hati tidak terburu-buru, grasa-grusu, tidak emosional, maka orang akan semakin baik. Siapa diri kita kan tergantung dari pola pikir kita, cara kita bicara, cara kita bersikap dan cara kita bertindak. Pertanyaan mas Dwi tentang siapa diri kita itu maksudnya supaya kita menilai diri sendiri, apakah cara kita berfikir - berbicara - bersikap dan bertindak itu sudah sesuai dengan aturan Islam? salam Aisha -- From : Satriyo Wah, udah ada yang mencoba menjawab anda, mas moderator! Ga tahu ya kenal saya dari mana, apalagi ngaku ag aktif! Tapi tetap saya terima kasih atas observasinya selama ini ... Nampaknya anda yg basa-basi dalam hal ini, bertanya tapi sudah menjawab sendiri. Buat apa saya jawab. Lalu sekiranya saya jawab, gunanya apa? Apa penting dan perlunya anda tahu saya apa? Apa akan mengubah sikap anda dan member lain yang sepaham dengan anda? Saya kira tidak. Kalo anda, spt juga anda member lain yang serupa sikapnya, menganggap tiap kali saya minta maaf itu basa-basi, itu urusan anda. Saya tetap berhak meminta maaf. Kalo saya anda anggap dan cap perlu mengubah sikap, saya tanya: anda ini siapa? apa kapasitas anda menuntut saya demikian? karena anda moderator? apa sih moderator? kalo anda memang tidak suka saya, sikap dan opini saya, dan
Re: Adakah INJIL/TAURAT? Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah]
Bukankah Quran juga waktu Nabi Muhammad saw masih hidup tidak berupa kitab/ buku? Hanya katanya ada jaminan bahwa isi Quran tidak akan berubah, jadi kita yakin Quran yang dibukukan bukan di zaman Rasulullah itu terjamin keasliannya. Lalu bagaimana dengan pendapat anggota milis ini juga bahwa Quran yang dipegang Ahmadiyah sudah berubah ayat-ayatnya, apakah memang ayat-ayatnya bisa berubah? Jadi, Quran juga tidak terjamin isinya begitu? Tolong dong jika memang ada perubahan ayat-ayat di Quran yang dipegang Ahmadiyah, ditunjukkan disini, sat ayat saja. Supaya kita tahu persis perubahan itu. salam Aisha - From : Bina Smara waduh pada berebut keaslian kitab-kitab ya repot dong. kitab-kitab yang asli tuh yang gimana sih? apa yang ditulis langsung oleh para pendengar/pencatat pertama? yang diulis pada lembaran-lembaran kulit hewan, tulang hewan... plat perunggu, batu-batuan marmer, 10 tablet akhenathen (seorang fir'aun yang monotheistik) kok sejajar dengan perintah yang dibawa nabi musa? lalu sejak kapan torah ditulis, diperbabaharui,oleh daud, oleh solomon, oleh ulama di babilonia, di persia... lalu kembali ke yerusalem? merekakah yang asli? bagi saya, karena mengimani kitab-kitab, ya tidak harus yang terdahulu... bahkan jangan-jangan tidak berupa buku... hehehe sekali lagi, yang asli baik itu injil, torah maupun zabur tuh yang seperti apa? bisa jugakah menunjukkan? [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Adakah INJIL/TAURAT? Quran-nya berbeda
Pak Suryawan, Jika anda meminta bukti terhadap orang lain hal-hal yang berkaitan dengan Ahmadiyah. Saya pribadi ada hal-hal yang ingin saya tahu tentang Ahmadiyah. Dulu pernah saya bertanya masalah ini, tapi tidak ada jawabannya, atau mungkin pernah dijawab tapi tidak sempat saya baca. Begini ceritanya, seorang ibu dari keluarga penganut Ahmadiyah datang menemui orang tua saya untuk melamar saya untuk anak laki-lakinya. Selama ini hubungan dengan keluarga itu baik-baik saja, tidak ada masalah dengan mereka sebagai penganut Ahmadiyah - keluarga ini sepupu jauh orang tua saya. Yang mengherankan selanjutnya adalah permintaan mereka, jika saya menerima lamaran itu, maka saya HARUS masuk Ahmadiyah. Pertanyaan saya sekarang, kelompok Ahmadiyah itu eksklusif ya - apakah anggota Ahmadiyah merasa berbeda dengan penganut Islam lainnya? Jika demikian, untuk urusan pernikahan juga apakah memang diwajibkan muslim/muslimah lainnya yang akan menikah dengan anggota Ahmadiyah harus masuk dulu Ahmadiyah? Apakah ritual seperti shalat, puasa, mengaji, zakat, dll di Ahmadiyah itu berbeda dengan penganut Islam lainnya? Kalau tidak, kenapa harus masuk Ahmadiyah dulu sebelum menikah? Sebenarnya apa sih perbedaan Ahmadiyah dengan Islam lainnya? Mengapa Ahmadiyah mendirikan mesjid sendiri, apakah ada perbedaan dalam ibadah mahdhah yang dilakukan di mesjid dengan penganut Islam lainnya? Tolong ya pak Suryawan dijawab, supaya jelas saja yang namanya Ahmadiyah itu. Saya rasa pak Suryawan mampu menjelaskan masalah ini, kalau di tingkat grass root mungkin orang main hantam kekerasan karena ke-eksklusifan Ahmadiyah. Cobalah di milis ini kita saling menjelaskan dengan tenang. salam Aisha --- From : M. A Suryawan Daripada ngoceh tidak karuan, ada baiknya Satriyo membantu Rizal untuk menghadirkan bukti. Rizal telah menyatakan kepada publik di milis ini bahwa al-Qur'an yang dimiliki oleh Jemaat Ahmadiyah berbeda ayatnya. Nah, sekarang Rizal harus membuktikan omongannya. Jika Rizal tidak bisa membuktikannya, maka artinya Rizal itu cuma membual. Dan agar terus diingat, bahwa membual (dusta) adalah dosa besar menurut ajaran Islam. Agar diketahui, bahwa al-Qur'an yang dimiliki oleh Jemaat Ahmadiyah bisa dilihat, dimengerti dan dibaca oleh JUTAAN orang di seluruh dunia. Silahkan lihat di http://www.alislam.org Salam, MAS [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Hukum Persepuluhan dan Zakat
Wah wah..:) Bu Chae kan sudah menjawab, tapi mungkin jawabannya tidak sesuai dengan yang diinginkan pak Satriyo, jadi dianggap belum menjawab juga. Repot juga ya diskusi dengan sampeyan...:) Pantesan milis sepi...:( salam Aisha From : Satriyo terima kasih tanggapan bu aisha, sayangnya salah alamat. bu tahu pasti saya emosi krn apa? tentu praduda dan asumsi di cara ibu memandang tulisan saya sec subjektif kan? hehehe ... ini dulu tanggapan saya ... maaf baru balas, kemarin cuti sehari. eh, kyknya sayat tetap belum mendapat jawaban yang jadi hak saya kan, bu aisha? setuju ..? satriyo 'yg selalu dipandang emosi dan ngawur' ;-] ---[EMAIL PROTECTED] wrote: Membaca diskusi pak Satriyo dan mba Chae ini membuat saya [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] lasykar5 n mba Lina Fwd: [...] nabi palsu
Pak Satriyo, Saya tidak sempat dan tidak berminat ngobrol tentang materi yang diobrolkan di bawah ini. Tapi saya pernah membaca keberatan pak MAS, bahwa huruf A-nya itu bukan Ahmadi. Jadi sebesar apapun rasa benci anda terhadap pak MAS, tolong dong jadi orang yang mampu berdiskusi dengan santun, minimal cobalah untuk memanggil orang lain dengan benar. Apakah pak MAS pernah mengejek nama anda pak Satriyo? Jika tidak, cobalah berdebat di inti pembicaraan bukan ke masalah pribadi seperti nama orang. Saya yakin anda mampu bersikap dewasa dalam berdiskusi bukan hanya mampu posting pendapat orang lain dari milis lain. Apakah Rasulullah yang anda teladani mengajarkan memanggil orang lain dengan nama yang bukan namanya? salam Aisha -- From: lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wa alaikumussalam, dear mba tanty yang dirahmati Allah, terima kasih apresiasinya, tapi saya (lasykar5) tidak menulis apapun yang pas sesuai deskripsi mba itu. adapun tulisan yang saya posting dengan judul mengimani nabi palsu itu adalah tulisan mas Rofiqi bukan saya meski isi tulisan mas Rofiqi ini sangat sesuai dengan opini saya, khusus menanggapi opini mas ahmadi suryawan itu ... alhamdulillah, semoga tulisan senada terus memberi manfaat ... amin salam, satriyo
Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)
Hehehe, saya tidak menyangka mba Flora akan bertanya tentang koruptor itu belajar agama Islam atau tidak..:) Tapi, terima kasih untuk mba Rani yang sudah mencoba menjelaskan. Begitulah di Indonesia ini mba Flora. KKN-nya kan jempol banget - dari atas sampai bawah dan di semua daerah. Dan jika mayoritas disini beragama Islam (muslim), tentunya banyak juga muslim sekaligus koruptor. Apakah mereka belajar Islam, tentu saja mereka belajar. Seberapa dalam mereka belajar? Yang ini jawabannya tidak pernah jelas, karena mungkin terjadi di satu keluarga yang turun temurun beragama Islam - orang hanya belajar agama Islam di sekolah saja. Ada juga yang masuk pesantren, masuk perguruan tinggi Islam dan melanjutkan S2, S3 ke timur tengah. Ada juga yang selain belajar Islam di sekolah, juga ikut pengajian atau rajin membaca buku-buku agama dan berdikusi di milis, dan masih banyak lagi cara belajar muslim di Indonesia. Nah dari beragam latar belakang kehidupan dan beragam pula cara belajarnya, tentunya pemahaman agama Islamnya juga beda-beda. Jika kita kembali ke contoh semula, teman reuni ayah saya ini berlatar belakang keluarga turun-temurun beragama Islam dengan kondisi ekonomi rendah alias miskin. Dia bisa terus sekolah karena mendapat beasiswa akibat isi otaknya yang encer. Setelah menjadi pejabat, kekayaannya bertambah dengan pesat - rumahnya banyak, mobilnya banyak, tabungan atau depositonya atau dimana dia menanam uangnya kita tidak pernah tahu, kita hanya melihat rumah - mobil - perhiasan yang dipakai - baju yang dipakai, dll yang terlihat mata saja kan? Pernah satu saat terlibat masalah sehingga masuk pengadilan karena kasus korupsi, tapi dia lolos - dibebaskan. Hanya bisik2 orang bahwa dia bayar sekian pengacara sekian M. Kita tidak pernah tahu persis. Selain pengakuan bahwa dia menghajikan sekian orang itu, yang orang2 tahu dia itu sudah berkali-kali naik haji. Rajin mengadakan pengajian di rumahnya, istrinya juga rajin ke banyak pengajian di luar rumahnya selain rajin ikut arisan. Qurbannya juga selalu sapi untuk seluruh keluarganya. Dia sudah mendirikan satu mesjid megah dan rajin menyumbang pembangunan mesjid, rajin menyumbang anak-anak yatim. Rajin bayar zakat juga, zakat fitrah maupun zakat harta - kita tidak tahu jumlahnya, yang jelas dia biasa mendatangi tempat bayar zakat. Jika puasa, dia rajin menyelenggarakan buka puasa bersama dengan pengajian + tarawih rame-rame. Jum'atan juga dia rajin. Jadi yang terlihat oleh orang lain dia melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, naik haji, qurban, mengaji selain kedermawanan untuk nyumbang mesjid, anak-anak yatim, dan menghajikan orang. Beberapa tahun lalu saya pernah membaca berita juga melihat wajah seorang pejabat tinggi republik ini yang sekaligus ketua salah satu parpol Islam di kejar2 wartawan karena dia disebut-sebut menghajikan 100-an orang anggota keluarga besarnya dari uang rakyat! ONH plus yang mahal pula. Begitulah wajah muslim Indonesia. Katanya sholat mencegah keji dan munkar, tapi banyak juga yang rajin sholat tapi melakukan kekejian dan kemungkaran. Naik haji rajin (lebih dari 1 kali), tapi korupsi juga rajin. Hmmm atau pertanyaan mba Flora ini pertanyaan retorik?...:) Kalimat mba Flora yang ini menarik Kita tak akan bisa mencintai Allah, jika kita tidak bisa mencintai sesama umat manusia dan sesama makhluk Allah. Sekarang kita lihat banyak yang tidak mencintai sesama umat manusia, merasa paling benar agamanya dan rajin memaki atau malah sampai menghancurkan harta benda dan melukai sesama umat manusia dengan berlaku sebagai wakil Allah, membela Allah - jadi tidak masalah buat mereka ini kalau sesama umat manusia dihalalkan darahnya. Drakula kaleee... yang menghalalkan darah manusia lainnya...:) salam Aisha -- From : Rani Kirana Mbak Flora, mungkin anda sudah terlalu lama tidak tinggal di Indonesia.. Apa yg berlaku di sebagian besar masyarakat kita adalah seperti yg sudah mbak Flora baca sendiri.. Perbuatan baik dengan membantu anak yatim, membangun masjid dll akan menjadi penyeimbang tindakan korupsi.. Jadi agama lebih digunakan sebagai tameng untuk menyelamatkan diri, dan terbukti bahwa strategi itu berhasil selalu Apa koruptor itu belajar agama Islam ? jawabannya..ya..iya..lah.. Mbak Flora masih ingat khan bagaimana lingkungan kerja di Pertamina, (mungkin..IAPCO, Diamond Shamrock, Maxus and YPF Repsol..ya..coba tanya suami mbak Flora yg tercinta..pasti deh beliau tahu..). Berapa orang yg menyandang gelar keimanan sebagai HAJI, ternyata juga berpesta pora berkorupsi ria menggerogoti uang Negara.. Kalaupun mau berpikiran singkat..berapa ratus ribu atau mungkin berapa juta orang Indonesia yg sudah menjalankan panggilan Haji..tapi masih tetep berkorupsi ria.. menyedihkan.. Salam, Rani - ---Floradianti Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih?? Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang
Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun
Bener mba Mia :-) Jadi ingat cerita ayah, di satu acara reuni sekolahnya ada seorang temannya yang jadi pejabat dan terkenal korup. Teman-teman reuninya becanda sambil mukul pelan-pelan perut buncit koruptor itu, ini perut makin buncit saja makan yang haram, kapan sadarnya?. Koruptor ini sambil ketawa menjawab, tenang, dosaku berkurang, malah mungkin tidak ada dosa lagi karena kemarin aku menghajikan 5 orang. Ini kan akibat dari hitung menghitung pahala-dosa. Koruptor itu menghitung kebaikan yang berbuah pahala, padahal kebaikan itu dibiayai dari perbuatan buruknya (korupsi). salam Aisha --- From : Mia Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. .. .. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun
Pak Kinantaka, Kondisinya saat itu, masih hujan deras+gludug+bledek, tetesan air hampir membasahi seluruh kamar dan pak Kinantaka + istri sedang meminggirkan barang-barang agar tidak kebasahan. Jika proses memindahkan barang2 itu sudah selesai sehingga walaupun hujan masih deras, barang-barang itu akan aman dari air hujan, saya pikir bukan masalah besar jika pak Kinantaka pergi sholat berjamaah di mushola. Tapi...dari cerita di bawah ini, saat itu anda dan istri masih belum selesai mengurus kamar bocor itu dan hujan masih deras, masih ada kemungkinan barang-barang basah lagi kena bocor, apalagi kan kondisinya tetesan air hampir membasahi SELURUH kamar, jika anda ke mesjid dan hujan makin deras, kasihan kan istri kebingungan dengan bocor yang banyak ini. Lalu, tentang berhitung pahala atas ibadah yang kita lakukan, saya jadi ingat kebiasaan orang tua yang menyarankan ke anak-anaknya untuk memberikan zakat harta selain zakat fitrah di bulan puasa. Zakat fitrah memang wajib di bulan puasa, tapi zakat harta itu kan bisa kapan saja jika sudah tercapai jumlah dan waktunya. Alasan orang tua, di bulan puasa, segala kebaikan kita (termasuk memberi zakat, sedekah) juga akan dilipatgandakan Allah nilainya. Saya selalu berfikir bahwa zakat harta itu bisa kita berikan ke orang-orang yang layak menerimanya itu kapan saja setelah kita menghitung dan sesuai dari segi jumlah+waktunya, rasanya aneh jika kita menahan uang zakat - menunggu bulan puasa tiba. Disamping itu, iming-iming penglipatgandaan segala kebaikan kita di bulan puasa itu supaya kita memperbanyak kebaikan yang diteruskan di bulan-bulan selanjutnya setelah bulan puasa. Nah, jika itu semua dikaitkan dengan sholat, urusan Allah lah yang mau melipatgandakan pahala sekian derajat. Seperti anjuran jika kita sholat Ied di lapang dan pulangnya kita melalui jalan yang berbeda dengan kita pergi, maksudnya kan kita bisa ketemu lebih banyak orang untuk saling menyapa dan bermaafan. Sholat berjamaah di mesjid atau mushola juga salah satu nilai baiknya adalah bertemu banyak orang yang bagusnya itu kalau proses bertemu itu membuahkan kebaikan, misal dengan ramah saling menyapa atau berlanjut dengan kerjasama ekonomi atau saling menolong jika kita bertemu seseorang di mesjid/mushola yang sedang kena musibah. Jika kita sholat berjamaah tapi kita tidak saling menyapa karena tidak saling kenal atau malah ke mesjid sambil nukerin sendal - ganti yang lebih bagus, waaa... itu mah pahala 27 derajatnya ketutup dosa. Atau ke mesjid tapi ketemu musuh lalu saling menyindir atau berkata kasar, lebih jelek lagi. Yang lebih buruk lagi kalau pak Kinantaka ke mesjid dapat 27 derajat tapi hujan semakin deras, bocornya makin hebat dan akhirnya atap kamar anaknya roboh menimpa istri yang sedang bersih2, lebih repot lagi kan? Tanggung jawab utama seorang ayah/suami itu melindungi anggota keluarganya, pastikan semuanya aman dulu di rumah baru sholat berjamaah. Tentang imbalan untuk sholat, kabarnya ada keutamaan sholat di masjidil haram - nilainya ribuan kali dibanding sholat biasa, jika misalnya saya selama di Mekah rajin sholat wajib+sunat di masjidil haram, saya jadi kaya pahala, tidak berarti saat kembali ke Indonesia lalu saya tidak perlu sholat beberapa bulan atau beberapa tahun karena berhitung nilai sholat di masjidilharam, tapi sholat saya di manapun seharusnya semakin baik kualitasnya, sehingga ada dampak sholat yang membuat pelakunya menjadi orang yang lebih baik. Sholat kan bukan sekedar melakukan gerakan tertentu dan membacakan sesuatu saja, bukan sholat secara fisik saja. Lebih buruk lagi jika kita sholat berjamaah dengan niatan atau keinginan supaya dikenal di sekeliling tempat kita tinggal sebagai orang soleh, sudah gak ikhlas lagi kan? Karena sholatnya bukan karena Allah tapi karena manusia lainnya. salam Aisha From : Kinantaka Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di
[wanita-muslimah] Menangani orang sesat
Di tv ditayangkan satu upacara di satu desa di Purworejo yang membunuh 14 kambing betina dan darahnya dikucurkan di makam 7 leluhur mereka, apakah mereka - penduduk desa itu muslim - orang yang beragama Islam? Jika iya, apakah mereka sesat karena dalam ajaran agama Islam tidak ada acara bunuh-bunuh dan kucur-kucur darah untuk leluhur kan? Apalagi ketika diwawancara, mereka melakukan hal ini karena ingin lepas dari banyak bencana, ingin berkah dari leluhur, ingin bisnis sukses, dll. Jika diakui bahwa nabi terakhir itu nabi Muhammad lalu ada yang mengaku nabi dan mereka disebut sesat, lalu bagaimana dengan pelaku acara kucur2 darah yang memohon ke selain Allah, mereka minta berkah, lepas dari bencana, bisnis sukses, dll itu dari makam leluhur, apakah mereka sesat? Di tv pula ditayangkan acara muslim yang menyiksa diri sendiri setiap tahun di padang Karbala untuk memperingati kematian Husen, apakah ada petunjuk agama Islam seperti itu, lalu mereka juga dianggap sesat? Nah sekarang, jika kita melihat ada orang-orang yang melakukan sesuatu yang dianggap sesat menurut agama, apakah kita semua yang merasa tidak sesat dan menurut mba Tanty tidak rela agamanya dibuat sekte2 itu harus memaki mereka dan punya hak untuk menghancurkan mereka? salam Aisha -- From : Tanty ass. hmmkalo ngebahas ttg yg namanya sesat atau beda keyakinan, emang ga ada habisnya...krn semua org punya opini yg beda2...ada yg cuex2aja, ada yg menentang, ada yg terima2 aja menurut saya, sepertinya sudah jelas bahwa nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW... knp PD ngaku2 sbg nabi baru???dan knp PD ngaku sbg malaikat??? banyaknya orang yg mengikuti ajaran2 sesat itu menurut saya krn rendahnya kadar pengetahuan masyarakat ttg AGAMA ISLAM!!!, pengen masuk surga dng cara instant (ga perlu puasa, salat 5 wkt, dll) saya rasa para pengikut ajaran/aliran tsb pingin meningkatkan pengetahuan agama mereka, tetapi mereka nyasar. mereka butuh orang2 yg tepat untuk menyadarkan mereka, mendidik mereka... memang, org2 pengikut lia eden, mussadeq, ahmadiyah, dll adalah warga negara yg baik (mungkin)...tapi, cara mereka menyebarkan ajaran agama yg meresahkan, kalo ajarannya untuk kebaikan koq dakwah sembunyi2, harus ada uang BAYARAN, zakat 10% untuk nabinya(kayaknya nabi muhammad SAW ga gitu deh...)coba bayangkan kalo semua org cuex2 aja dng tumbuh suburnya ajaran/aliran agama baru di Indonesia?? bisa2 al quran berubah nama, berubah isi, berubah arti,dan mungkin akan ada percampur-bauran ajaran agama..nah yg rugi siapa??anak cucu qt juga kan... saat ini...kalo dilihat dari sisi psikologis dan ilmu jiwa, org yg mengaku dan sangat meyakini bahwa dirinya Nabi, Tuhan dan Malaikat adalah org2 yg sedang sakit..banyak lho di RSJ. grogol?? kalo tidak percaya datang saja kesana...kalo temen2 adalah muslim yg baik dan tahu byk ttg syariat dan ajaran islam, tentu tmn2 TDK AKAN pernah RELA agamanya di buat sekte2 kepercayaan yg mungkin bisa memecah belah ukhuwah islamiah...hanya nabi Muhammad SAW-lah nabi akhir zaman...mari, kaji kembali tingkat pemahaman qt ttg al Quran.. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Mutmainah dan Keterwakilan Perempuan
Kompas 3/11/2007 Mutmainah dan Keterwakilan Perempuan EVY RACHMAWATI Berawal dari keprihatinan terhadap nasib kaum perempuan dan anak di Sulawesi Tengah, Mutmainah Korona (28) berupaya mendorong terciptanya sistem pemerintahan yang sensitif jender. Atas usahanya memperjuangkan keadilan, ia mendapat penghargaan Saparinah Sadli. Anugerah Saparinah Sadli merupakan penghargaan atas pencapaian perempuan Indonesia di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat. Penghargaan itu untuk komitmen dan kegigihan Mutmainah terhadap perjuangan keadilan, pemberdayaan, dan perbaikan kondisi perempuan melalui jalur struktural. Sebagai Direktur Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi Tengah, ia aktif dalam pembangunan sistem pemerintahan lokal yang demokratis di Sulawesi Tengah. Ia juga menjadi koordinator presidium Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Sulawesi Tengah. Kegigihannya mendobrak kemapanan sistem pemerintahan yang patriarkhi membuahkan hasil. KPPA berhasil mengegolkan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 12 Tahun 2006 tentang Keterwakilan dan Partisipasi Perempuan dalam Pemerintahan Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan Proses Pembangunan Desa. Kelompoknya juga berhasil mendorong kebijakan anggaran dalam APBD Kota Palu yang responsif jender dan pro-rakyat miskin. Hal ini tertuang dalam nota kesepahaman KPPA dengan Wali Kota Palu, Juni 2007. Atasi trauma Trauma masa kecil sempat menghantui ibu tiga anak ini. Ia nyaris diperkosa kerabatnya sendiri. Saat kuliah, ia bergabung dengan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) yang membuka wawasan tentang ketidakadilan sosial. Khawatir sulit mengaktualisasi diri, Mutmainah membatalkan niat menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Padahal, surat keputusan pengangkatannya sebagai PNS Departemen Agama setempat akan turun. Keputusan itu mengecewakan ayahnya. Ia aktif dalam gerakan mahasiswa. Ketertarikannya dalam bidang pemberdayaan perempuan berawal ketika mengikuti kegiatan yang diprakarsai Koalisi Perempuan Indonesia. Kemudian Mutmainah bergabung dengan Insan Pendidikan Rakyat Palu, organisasi lingkungan hidup. Ketika turun ke lapangan, ia menjumpai buruknya nasib perempuan dan anak pada komunitas adat di perbatasan Palu dan Donggala. Mereka rata-rata buta huruf, rumahnya tak ada sekat hingga tak ada ruang pribadi bagi perempuan. Setelah menikah, ia bekerja di Yayasan Evergreen Indonesia, sebuah LSM lingkungan hidup. Di sela-sela kesibukan, ia dan sejumlah aktivis perempuan sepakat memfokuskan diri pada pemberdayaan perempuan. Mereka membentuk Kelompok Pemerhati Perempuan dan Anak (KPPA) pada 27 November 2001. Kelompok itu berganti nama menjadi Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA). Mutmainah terpilih sebagai ketuanya. Setiap anggota melanjutkan pendampingan mereka di komunitas. Dia sendiri mendampingi kelompok swadaya masyarakat yang beranggotakan 120 perempuan di satu kelurahan di Lambara, Palu, selama dua tahun. Kelompok itu mendapat bantuan kredit mikro Rp 96 juta dan mendirikan koperasi perempuan. Ini jadi kecamatan sadar jender, ujarnya. KPPA juga mendampingi buruh perempuan dan pengungsi. Mereka juga memberdayakan komunitas masyarakat adat yang tanahnya kering di Donggala dengan membuka sekolah alternatif. Pada awal berdiri, sebagian penghasilan suami saya dipakai untuk biaya organisasi, ujarnya. Pada tahun pertama, mereka melakukan penguatan organisasi. Meski sempat alergi dengan aparat pemerintah, dukungan awal kegiatan justru dari pemerintah. Proposal program pendidikan kecakapan hidup bagi anak-anak buruh perempuan serta komunitas perempuan di Lambara, Palu, disetujui pemerintah. Pada awal berdiri, bantuan datang dari pemerintah. Tapi saya stres juga karena ada oknum yang minta pungutan 10 persen. Saya mulai tahu, dalam sebuah pemerintahan, yang bermasalah selain sistem juga orang-orangnya, kata istri Nasution Camang ini. Keterwakilan perempuan KPPA lalu bermitra dengan sejumlah LSM dalam mengembangkan program pemberdayaan perempuan. Bersama organisasi nonpemerintah, mereka merintis upaya membangun tata pemerintahan lokal yang demokratis. Banyak sekali masalah perempuan petani dan masyarakat adat yang secara patriarkhi terpinggirkan akibat minimnya jumlah perempuan di pemerintahan dan kelembagaan desa, ujarnya. Di Donggala, dari 263 desa, hanya 11 perempuan yang duduk di pemerintah desa dan lembaga-lembaga desa lain. Rendahnya keterwakilan perempuan dalam pemerintahan desa sangat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu dan bayi, angka buta huruf tinggi, dan rentan terjadi penyelewengan anggaran desa. Fasilitas terkait perempuan juga tak ada. Hal ini berbeda dengan Desa Toro, Kabupaten Donggala. Di desa itu, organisasi perempuan adat masuk dalam Badan Permusyawaratan Desa sehingga peraturan desa bernuansa kepentingan perempuan. Kami lalu membuat penguatan dengan melaksanakan pelatihan. Kami mengusulkan peraturan daerah tentang partisipasi dan
Re: [wanita-muslimah] Temannya setan?
Mba Chae mba Mia, Jadi Fir'aun itu orang yang tega-an ya, tega bunuh bayi-bayi laki-laki karena takut ada saingan. Di masa sekarang mungkin saja terjadi seorang ayah yang tega menjual keperawanan anak gadisnya untuk satu proyek yang bisa didapatnya - saya pernah mendengar seorang pengusaha yang tega memberikan anak gadisnya supaya tidur dengan seorang pejabat yang mau memberikan satu proyek di satu departemen. Di bidang politik, para pemimpin untuk mempertahankan kekuasaannya, sudah umum terjadi, lawan politik atau orang yang vokal mengkritisi kebijaksanaanya itu dibungkam dengan menjebloskan orang itu ke penjara atau membunuh orang itu. Itu Fir'aun-Fir'aun masa sekarang ya? Kembali ke urusan kamar mandi dan teman setan..:) Ternyata kamar mandinya itu seperti yang dibayangkan mba Mia, kamar mandi tempat adik ipar teman saya itu termasuk kamar mandi kering dalam arti - hanya ada bath tub+kloset duduk+wastafel, bukan kamar mandi basah yang ada bak air dengan gayungnya sehingga lantainya basah. Jadi saya juga bisa membayangkan di kamar mandi kering itu orang bisa minum sambil pipis hehehe, rasanya sih tidak jelas, apakah seperti di sorga dunia seperti yang dibayangkan mba Mia dengan cara rebahan di bath tub yang diisi air hangat, sabun cair atau gel yang berbau wangi lembut, dipenuhi busa lembut, ada kopi dan musik lembut. Ini kan model perawatan di spa ya, aromaterapi? salam Aisha -- From : Chairunisa hihihi.. Mba Aisha ini teliti sekali sih;) memang tidak bisa dipastikan bahwa Fir'aun itu pemarah atau bukan tapi yang jelas bukan orang yang tenang dan sabaran karena tega2nya bikin aturan bayi laki2 mesir harus dibunuhin..tapi setidaknya tidak lebih baik daripada ngarang soal setan suka makan dan minum dikamar mandi hahahah:)) Mba Mia, kalau setanya secakep keanu atau kakang danzel apa masih mau nolak buat ditemenin??? bidadara dunia kok ditolak;P --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Mba Ai, mba Chae...kalo di kamar mandi yang rebahan punya, (itu loh yang pake bath tub), buka keran setel air hangat2, trus taroin shower gel, trus kita rebaan sambil main busa, dan ditemani secangkir kopi, sambil relaks2 nglamun, gitu...bukannya enak sorga dunia tuh? mudah2an si nggak ditemenin setan...:-), lagian masak sih setan ada di sorga? salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Temannya setan?
Mba Chae, Baca kisah salam dari kamar mandi, seorang teman cerita di bulan puasa kemarin.Adik iparnya yang seorang mahasiswa dimarahin ayah mertuanya dengan julukan temannya setan, saya pikir ipar teman ini melakukan perbuatan seperti setan yang membangkang kepada Allah, misalnya Allah melarang manusia membunuh, ipar ini membunuh, dan perbuatan lainnya yang dilarang Allah. Ternyata pemuda ini saat sahur sedang menikmati kopinya menjelang imsak, pada saat itu dia kebelet pipis, larilah pemuda ini ke kamar mandi sambil membawa cangkir kopinya. Ayahnya melihat kelakuan anaknya ini, beliau langsung berdiri di depan kamar mandi dan ketika anaknya keluar langsung memarahi dan menjuluki anaknya teman setan itu. Katanya sih, hanya setan yang minum/makan di kamar mandi. Ini dosa nggak? Atau hanya sebatas teman setan saja? Sebenarnya kadar setannya lebih berat mana, orang yang minum di kamar mandi atau orang yang nilep uang rakyat (korupsi) untuk kesenangan dia dan keluarganya?...:) salam Aisha - From : Chairunisa Kangen berat nich sama Mba Mia...mohon ma'af lahir bathin ya Mba;) setuju Mba soal manfaat dan mudharat jadi parameter...Jadi inget waktu si sulung bertanya masalah dosa... Mam..dosa itu apa sich? kok tanya-tanya sich Ka? (maklum emaknya rada-rada telmi alias telat mikir...bawa'an orok kali ha..ha..ha...;) soalnya tadi kaka menjawab salam dari kamar mandi di rumah eyangti dan kata Eyangti ..kita tidak boleh jawab salam dikamar mandi karena itu dosa.. ohh...begitu..gini ya Ka, menurut mama dosa itu jika prilaku,ucapan dan sikap kita lebih besar menimbulkan kerugian dari pada manfaatnya jadi bisa saja menjawab salam di kamar mandi itu termasuk dosa bisa juga justru berpahala kok bisa sich Mam? Bisa saja kalau ternyata Kaka menjawab salamnya dengan disertai bunyi2an yang tidak sopan karena misalnya lagi BAB, menjawab salam malah menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain yang mendengarnya tapi kalau bisa menjawab salam dengan sopan kenapa tidak walau kita sedang berada di kamar mandi. ooo gitu yaa Mam.. Yo'i;)) Insya Allah, saya selalu berusaha menanamakan pemahaman kepada anak saya untuk bisa senantiasa melihat segala sesuatunya dari sisi manfaat dan kerugiannya baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain terlepas dari bentuk-bentuknya. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Temannya setan?
Hi lagi mba Chae, saya juga baru ngobrol2 lagi di milis, biasa - sibuk2 gak jelas dan tentu saja senng bangetsss bisa ngobrol lagi dengan teman-teman dan termasuk mba Chae, saya nge-fans juga lho ke mba Chae...:-D Fir'aun itu pemarah ya? Bukannya, dia ngerasa jadi Tuhan? Atau ada korelasi positif antara sifat pemarah dengan perasaan jadi Tuhan, misalnya marah mencaci maki atau meng-kafir2kan sampai matiin orang lain karena ngerasa jadi Tuhan atau minimal merasa dikasih wewenang Tuhan untuk menghukum orang lain? Saya ngobrol lagi dengan teman ini, ternyata adik iparnya ini beralasan, masih mau ngabisin kopi menjelang imsak tapi sudah tidak tahan lagi menahan pipis, karena ayahnya mewajibkan anak-anaknya ke mesjid untuk shalat subuh, jadi dia harus sudah siap pergi sebelum imsak. Maka, jalan solusinya supaya 2 kegiatan itu berjalan, sambil pipis sambil ngabisin kopi di kamar mandi...:) salam Aisha --- From : Chairunisa Mahadewi Hi Mba Aisha, senang bisa obrol2 lagi lewat milis sama Mba... Walau sudah lama tidak ikutan milisan tapi saya tetap setia mengunjungi WM hanya sekedar untuk menambah ilmu dgn membaca postingan2 yang ada termasuk postingan Mba Aisha;) Lucu juga cerita temanya Mba Aisha, dan saya geli juga tuch Bapa kok bisa-bisanya tahu kebiasaan setan segala apa dulunya pernah satu kos-kos'an sama setan atau minimal pernah satu RT;)..padahal bisa saja si setan sudah berganti kebiasaan dan lebih memilih makan dan minum di ruang makan..jadi siapa yang jadi temanya setan??;)) Nah kalau adik ipar temanya Mba Aisha dibilang temanya setan karena ikutan kebiasaan setan suka makan dan minum di kamar mandi maka si Bapa juga bisa dijuluki temanya Fir'aun karena gampang marah..:P sebenarnya mungkin ada benarnya juga si Bapa itu menegur prilaku anak mantunya karena membawa minuman ke kamar mandi karena mungkin bisa menimbulkan kebih banyak musibah/celaka daripada manfaat..misalnya: karena kamar mandinya licin maka kopinya jatuh sedangkan kopinya dalam kondisi panas dan bisa terkena ke anggota tubuh si menantunya atau kalau kopinya pake gelas dari kaca bisa pecah dan pecahanya berbahaya baik bagi menantunya atau orang lain bisa juga karena kamar mandi adalah tempat membuang kotoran jadinya kurang bersih untuk membawa makanan atau minuman. Soal dosa atau tidak ini tergantung dari situasi yang terjadi mana yang lebih besar?? manfaatnya?? atau mudharatnya?? Bisa jadi karena kamar mandi ada di bawah di lantai dasar dan ruang makan dilantai 3 misalnya sementara waktu imsak tinggal 1 menit lagi tapi sudah kebelet pipis yaaa syah-syah saja bawa minuman ke kamar mandiatau saking kebeletnya pengen pipis enggak nyadar ke kamar mandi bahwa gelas kopi??? Hanya saja kita termasuk saya kalau lagi kesel sama anak, niat sih menegur prilaku si anak atau orang lain ehhh kebablasan yang ada malah jadi melabeli/menghakimi... Misalnya saja ketika si anak iseng cuci tangan di dispenser, secara spotan saya bilang...ihhh kok kamu kok jorok sih!!! ahhh dasar emak2 suka enggak konsisten:)) Tapi saya setuju dengan pendapat Mba Aisyah bahwa yang korupsi uang rakyat jelas-jelas temanya setan. Dan satu lagi masalah imsak, menurut saya seringkali kita salah karah menganggap bahwa waktu imsak sebagai tanda untuk berhenti makan dan minum padahal batasan berhentinya malan dan minum adalah terbitnya fajar itu sekitar jam 5 lebih hampir setengah enam atau lewat waktu subuh. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Fwd: Aku Malu Menjadi Wanita
Pak Satriyo, Rupanya anda termasuk orang yang tidak suka perbedaan ya? Dengan kalimat ini wah kok sesama perempuan bisa ga koor ya, memangnya semua perempuan harus satu pendapat untuk berbagai hal? Apakah anda menginginkan misalnya wanita di sekeliling anda misalnya - ibu, istri, anak perempuan, saudara perempuan, teman perempuan, tante, dll itu satu pendapat terus? Orang yang mendalami agama saja misalnya seperti kelompok fukaha (ahli fikih) bisa beda-beda pendapatnya, wajar lah kalau tentang cara berpakaian wanita yang disamakan dengan pembungkus buku juga orang bisa beda-beda pendapat. Saya juga pernah membaca novel-novel jadul waktu di smp dapat tugas dari guru bahasa Indonesia, ada wajah seperti rembulan - rembulan itu bulan kan? setelah baca buku itu saya berusaha melihat bulan purnama - bulat bundar kuning bagus sekali, jadi mikir, mungkin penulis novel itu melihat wajah mulus berkulit kuning/putih bersih tanpa jerawat. Tapi dengan kemajuan iptek kan ketahuan juga bahwa di bulan itu tidak mulus rata, permukaannya berbatu-batu. Jadi bulan indah dilihat dari kejauhan, kalau deket mah bulan itu penuh jerawat...:) itu membanding wajah wanita yang ciptaan Allah dengan bulan yang ciptaan Allah juga. Terus ada juga dagunya bak lebah menggantung, dagu adalah bagian tubuh wanita yang ciptaan Allah, lebah juga ciptaan Allah, tapi setelah melihat lebah - saya kok tidak menemukan indahnya lebah menggantung ya?:) Lalu ada yang menyamakan jilbab wanita dengan bungkus buku, atau ada yang menyamakan jilbab wanita dengan donat yang dibungkus plastik. Apalagi dengan keterangan seperti ini Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. - Ini kan jelas sekali mengibaratkan wanita dengan buku yang diperjual belikan, masih mending yang mengibaratkan bagian tubuh wanita dengan makhluk ciptaan Allah juga, tapi mengibaratkan wanita seperti benda mati ciptaan manusia seperti buku yang diperjual belikan itu wh, apa itu tidak kembali lagi ke masa jahiliyah seperti pendapat mas Donnie? Di masa pra-Islam atau masa jahiliyah itu kan wanita seperti harta benda lainnya, tidak berarti malah ada rasa malu jika seorang suami mengetahui istrinya melahirkan bayi perempuan dan dia tega mengubur hidup bayi perempuan, saat itu juga sudah umum punya banyak istri - kabarnya ada yang sampai punya istri seratusan (model harem itu 'kali ya?), dan di masa itu pula istri bisa diwariskan (ini menyamakan wanita dengan harta kan?). Lalu jika seorang wanita diibaratkan buku yang bisa dibeli laki-laki - transaksi di kasir dibaratkan pernikahan, kita patut mempertanyakan lagi, wanita itu benda bukan? Apakah betul pernikahan itu sekedar transaksi jual beli? Apakah laki-laki menikahi wanita itu untuk membeli wanita itu dan dijadikan salah satu harta benda miliknya? Jadi seperti yang bisa ditangkap beberapa teman di milis ini ya pak Satriyo, yang saya masalahkan adalah bagaimana laki-laki memandang wanita - sebagai makhluk Allah yang harus kita hormati keberadaannya yang setara dengan laki-laki (sesama manusia) atau sekedar buku bersampul atau buku yang dibungkus saja? salam Aisha From : Satriyo wah kok sesama perempuan bisa ga koor ya, padahal yang saya tangkap justru Meralda Nindyasti bernada positif untuk mengambil tamsil bahwa perempuan itu bak buku. entah ya ko bisa ada 'rasa' negatif soal ini. padahal konotasi buku bagi saya sangat positif, minimal netral. lain jika diteruskan dengan kata sifat/penjelas misal buku+stensil, buku+porno, misalnya, baru akan ada kejelasan muatan negatif di sana. apa ada benda lain yang bisa digunakan sebagai tamsil dalam konteks yang dibicarakan oleh Meralda Nindyasti ini? monggo sumbang sarannya ... kan jadi enak dan tidak hanya berhenti sampai menolak tanpa alternatif ... yang justru mengherankan, apa tamsil semacam wajahmu bak rembulan, bak pinang dibelah dua, pipinya/bibirnya bak mawar merekah, tubuhnya indah bak ... dst apakah maka jadi salah karena membandingkan manusia yang makhluk hidup dengan benda mati? coba dong bagaimana perbandingan yang pas itu antara manusia dan makhluk hidup lainnya, terutama untuk konteks Meralda Nindyasti ini ... eh, btw, bagian mana ya dari tulisan Meralda Nindyasti yang menyatakan bahwa bungkus buku itu plastik? dan apa ada jaman sekarang bungkus buku yang environment-friendly? ko selama ini saya tidak melihat ya ... atau bukan toko buku di indonesia ini? sptnya jarang ke toko buku ya jadi keluar saran ya aneh buat bungkus buku, malah menyarankan tidak usah dibungkus segala. wah buat milleu yang memang sudah beradab mungkin tdk perlu dibungkus. masalahnya yang saya amati budaya bungkus buku atau print materials lainnya agar tidak rusak ketika dipajang itu ya dari negeri2 beradab dan maju di
Re: [wanita-muslimah] Fwd: Aku Malu Menjadi Wanita
Waalaikumsalam wr wb, Pak/mba Kayung, kalau kita perhatikan buku sekarang pembungkus plastiknya lain. Dulu bungkus plastiknya bisa dilepas dan bisa digunakan untuk membungkus barang lainnya, misalnya membungkus kerudung, kumpulan kwitansi, dll. Sekarang bungkus plastik buku itu dipres ngepas banget, sehingga ketika kita menyobek plastiknya itu, pasti rusak dan plastiknya terbuang. Artinya plastik itu hanya sekali pakai dan semakin banyak saja mengotori bumi ini. Bukan hanya menyamakan wanita dengan buku, kata mba Tanty, wanita juga disamakan dengan donat. Jadi intinya wanita itu sekedar benda mati (buku or donat) yang diperjual belikan, bukan manusia ya?:) salam Aisha From : Kayung assalamu'alaykum mba Aisha dan member WM semuanya... nimbrung boleh yaa, ehm, jaman sekarang kok masih bicara buku dibungkus plastik. Bukannya yg lagi in kan global warming-lah, environment friendly. Plastik jelas2 barang yg udah harus dimuseumkan atau paling nggak diminimaliskan penggunaannya. Hla buku2 yg ada di toko buku untuk dijual tuh seharusnya engga usah pake sampul/bungkus. Kalau takut pengunjung toko buku hanya baca buku engga membeli kan si pemilik toko bisa ngasih tahu, boleh baca sinopsisnya tapi engga boleh dibuka gitu loh. kalau emang ada orang yg meyamakan wanita dengan buku; wanita berjilbab adalah seperti buku yg dibungkus, wanita yg gak berjilbab adalah seperti buku yg engga dibungkus, ya kebangetan itu:)). Wanita kan makhluk hidup yg punya daya untuk melindungi diri, engga seperti buku. Walaupun engga pakai jilbab bukan berarti wanita mudah diperdaya laki2, tergantung pribadinya ajalah. enak ajah mbandingin wanita dg buku!!! salam, kayung --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Kok bisa wanita yang makhluk hidup disamakan dengan buku yang bukan makhluk hidup? Apalagi ini jika dikaitkan dengan bungkus, bungkus buku itu plastik dan bungkus wanita itu jilbab? Pada umumnya di toko-toko buku besar, secara umum sekarang buku sudah memakai plastik bening untuk pembungkusnya, tetapi untuk menarik pembeli dari setiap jenis buku ada buku yang SENGAJA dibuka pembungkusnya supaya calon pembeli bisa membuka dan mengamati isi buku itu dan tidak sekedar membaca judul buku dan tulisan di sampul belakangnya saja. Dengan lebih mengetahui isi buku itu, maka jika memang buku itu bagus, diharapkan calon pembeli jadi pembeli buku itu. Sebaliknya, jika semua buku dibungkus, ada kemungkinan buku itu tidak terlalu laku karena calon pembeli tidak begitu tertarik hanya dengan melihat sampulnya saja, bisa dimengerti karena pada umumnya gaji orang Indonesia itu hanya untuk kebutuhan primer dan harga buku termasuk mahal disamping masih banyak orang yang tidak berhobi membaca, jadi beli tidaknya buku bagi seseorang secara umum tidak berkaitan dengan pembeli buku sejati atau tidak sejati. Orang memang disediakan buku yang dibuka bungkusnya untuk melihat isi buku (ada buku yang dikorbankan menjadi kusam atau rusak), dan ketika orang itu akan membeli, disediakan buku yang masih terbungkus plastik. Jadi saya tetap masih tidak mengerti, kenapa wanita disamakan dengan buku? Apalagi menyamakan laki-laki yang akan menikahi seorang wanita itu ibarat orang yang mau membeli buku, memangnya wanita itu dibeli...:) salam Aisha - From : Satriyo --- In [EMAIL PROTECTED], rediyans rediyan.setiawan@ wrote: 26 Okt 07 05:02 WIB Oleh Meralda Nindyasti Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku. Kata Ukhti Liana, mentor rohaniku ketika SMA. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] mba Aisha...
Waalaikumsalam wr wb, Mba Tanty, dulu pernah saya sempat terheran-heran ketika mengomentari atau mengkritisi sesuatu di milis, lalu ada yang menyangka saya marah. Kemudian saya mengerti bahwa orang memang dibesarkan di lingkungan yang berbeda-beda. Kebetulan saya hidup di tengah keluarga yang menganggap perbedaan itu memang sunatullah, saya dan saudara kandung lainnya memang dilahirkan dari ibu yang sama + ayah yang sama dan dididik di rumah yang sama, tapi tiap individu di keluarga kami berbeda, berbeda memilih bidang ilmu yang ditekuni, beda selera makan, beda selera memilih lawan jenis yang disukai, dll. Sejak kecil pula, kami bisa berbeda pendapat tentang satu hal, dan itu diterima oleh yang lainnya, bukan merupakan satu dosa. Bahkan ketika anak-anak berbeda pendapat dengan orang tua, orang tua tidak marah asal cara menyampaikannya secara baik dan mampu mempertahankan alasan yang mendasari pendapat yang beda tersebut. Nah, sekarang kita ngobrol di milis, bagi saya bukan satu kemarahan jika saya beda pendapat dan heran ketika ada orang lain yang menyamakan wanita dengan buku. Jika mba Tanty bersedia membaca lagi pendapat saya sebelumnya, coba deh lihat, saya membahas masalah tersebut dengan emoticon tawa/senyum, karena geli dengan pendapat wanita=buku dan hubungan wanita-pria itu seperti orang beli buku, jadi bukannya marah tuh mba Tanty...;-) Untuk pertanyaan mba Tanty, saya pilih buku berplastik atau buku tanpa plastik yang dijadikan 'sample'? Tergantung keuangan saya. Saya pernah ke Mizan misalnya, disana ada buku-buku diskonan, buku2 yang dijadikan sample itu, diskonannya besar. Saya beli banyak karena bukunya masih bisa dibaca dengan baik. Dan ketika saya ke satu pameran buku di Jakarta, saya juga banyak membeli buku-buku yang berplastik yang ada diskon besar-besaran, entah buku-buku itu tidak laku atau memang lagi cuci gudang, yang jelas dengan sejumlah uang tertentu, saya bisa membawa pulang buku berplastik yang banyak. Jadi urusannya bukan - apakah buku itu berplastik atau tidak berplastik, tapi tergantung harga buku dan minat saya terhadap buku-buku tersebut. Lalu kembali lagi kaitan buku dengan wanita. Jika saya memilih buku bukan karena plastiknya, maka saya menilai seorang wanita - apakah dia muslimah atau non muslimah, saya tidak menilai dia hanya dari bajunya saja. Bahkan di acara pemakaman ayah saya, salah seorang sepupu memakai kaos tangan pendek+ celana kaos selutut. Yang lain bisik-bisik menganggap sepupu ini tidak pantas, tapi saya menghargai karena sepupu ini mengalami musibah, kompor gasnya meledak, kamarnya yang terletak dekat dapur terbakar, suaminya bekerja di luar Indonesia, dia hanya sempat menyelamatkan anak dan pembantunya. Setelah api mati dan bagian rumah lainnya basah disemprot pemadam kebakaran, mendengar ayah saya meninggal, dia langsung ke pemakaman karena dia ingin melihat pemakaman pakdenya yang dia sayang. Apakah saya harus meributkan sepupu yang tidak berjilbab ini? Apakah dia ibarat buku tanpa plastik? Ada banyak hal yang harus kita perhitungkan ketika kita melihat seorang manusia. Tentu saja kita berbeda lingkungan, ustadz yang menyamakan wanita dengan donat juga tentu saja beda lingkungan, mungkin bagi para ustadz yang demikian - wanita itu seperti makanan yang bisa dibeli, dan mereka dibeli jika dibungkus. Itu perbedaan ustadz itu atau mungkin juga mba Tanty dengan saya. Bukan masalah besar dan tidak perlu membuat saya marah, cukup heran saja dan tidak mengerti. Jika ada yang menuliskan pendapatnya, menyamakan buku atau donat dengan wanita, boleh donk saya menuliskan pendapat saya tentang wanita yang beda dengan buku atau donat, wanita itu manusia, itu saja ...:) salam Aisha --- From : Tanty Harjati Ass. mba Aisha.. dari komen anda ttg wanita=buku yg dijual di toko buku dng bungkus plastik... saya merasa ada nada2 marah disana, walaupun ga marah2 banget...iya kan mba... :-) saya tau, mba org yg sabar... kalau boleh saya tanya ke mba... kalau disuruh memilih antara buku yg dibungkus plastik dng yg dijadikan sample... anda membeli buku yg mana??? saya rasa...selamanya akan ada sample buku... dan saya rasa, selamanya sample2 buku itu akan jadi barang diskonankarena semua org pingin beli buku bagus. jng terlalu tersinggung mendengar perumpamaan wanita muslimah(anda muslimah kan??)seperti sebuah buku yg disampul plastik...karena bila mba sadari, ada beberapa ustadz yg sering muncul di TV mengatakan bahwa wanita itu seperti donat yg dibungkus plastik... walaupun sama2 donat, tapi yg dibungkus plastik lebih laku dan lebih diminati daripada yg tidak... bener ga mba... wass. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Diskusi Tulisan dari Milis Lain
Memang banyak komentar pak Suryawan untuk tulisan yang dikirimkan pak Satriyo ini..:) Tapi coba kita lihat kasus ini, anggota WM seperti pak Satriyo mem-fwd tulisan di milis lain dan kebetulan penulisnya bukan anggota WM, lalu tulisan ini ditanggapi pak Suryawan yang anggota WM. Selanjutnya, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, seperti: a. Tanggapan pak Suryawan hilang begitu saja karena penulisnya bukan anggota WM. b. Tanggapan pak Suryawan dikirimkan pak Satriyo ke penulisnya lalu penulisnya menanggapi dan pak Satriyo mengirimkan tulisannya ini ke WM, disini pak Satriyo jadi kurir. c. Tanggapan pak Suryawan dikirimkan pak Satriyo ke penulisnya tapi penulisnya tidak menanggapi. dan masih ada lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya. Pertanyaannya kemudian, apakah gaya seorang anggota WM yang meneruskan tulisan dari milis lain dan penulisnya bukan anggota WM seperti ini akan tetap dibolehkan? Ini pertanyaan untuk tim moderator dan teman-teman anggota WM. Dalam kasus ini saya mencoba untuk tidak mengurus individu tertentu, secara umum saja, anggota WM yang senang mengirim tulisan dari milis lain bisa siapa saja dan penulis satu tulisan di milis lain juga bisa siapa saja, kebetulan saja di dalam kasus ini pelakunya pak Satriyo. Seingat saya jarang terjadi kasus seperti ini ya? Ada juga anggota yang rajin posting tulisan orang lain tapi umumnya tulisan di media massa bukan tulisan seseorang dari milis lain. Bagaimana temans? salam Aisha - From : M.A Suryawan Banyak komentar ... silahkan disimak. ---lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: sedikit sharing topik menarik dari milis sebelah ... -- Forwarded message -- From: suhana suhana032003@ Date: Oct 9, 2007 12:03 PM Subject: [...] FENOMENA MUSLIM TINGGALKAN AJARAN ISLAM ... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Fwd: Aku Malu Menjadi Wanita
Kok bisa wanita yang makhluk hidup disamakan dengan buku yang bukan makhluk hidup? Apalagi ini jika dikaitkan dengan bungkus, bungkus buku itu plastik dan bungkus wanita itu jilbab? Pada umumnya di toko-toko buku besar, secara umum sekarang buku sudah memakai plastik bening untuk pembungkusnya, tetapi untuk menarik pembeli dari setiap jenis buku ada buku yang SENGAJA dibuka pembungkusnya supaya calon pembeli bisa membuka dan mengamati isi buku itu dan tidak sekedar membaca judul buku dan tulisan di sampul belakangnya saja. Dengan lebih mengetahui isi buku itu, maka jika memang buku itu bagus, diharapkan calon pembeli jadi pembeli buku itu. Sebaliknya, jika semua buku dibungkus, ada kemungkinan buku itu tidak terlalu laku karena calon pembeli tidak begitu tertarik hanya dengan melihat sampulnya saja, bisa dimengerti karena pada umumnya gaji orang Indonesia itu hanya untuk kebutuhan primer dan harga buku termasuk mahal disamping masih banyak orang yang tidak berhobi membaca, jadi beli tidaknya buku bagi seseorang secara umum tidak berkaitan dengan pembeli buku sejati atau tidak sejati. Orang memang disediakan buku yang dibuka bungkusnya untuk melihat isi buku (ada buku yang dikorbankan menjadi kusam atau rusak), dan ketika orang itu akan membeli, disediakan buku yang masih terbungkus plastik. Jadi saya tetap masih tidak mengerti, kenapa wanita disamakan dengan buku? Apalagi menyamakan laki-laki yang akan menikahi seorang wanita itu ibarat orang yang mau membeli buku, memangnya wanita itu dibeli...:) salam Aisha - From : Satriyo --- In [EMAIL PROTECTED], rediyans [EMAIL PROTECTED] wrote: 26 Okt 07 05:02 WIB Oleh Meralda Nindyasti Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku. Kata Ukhti Liana, mentor rohaniku ketika SMA. Ia melanjutkan ceritanya Begini asosiasinya.. di suatu toko buku, banyak pengunjung yang datang untuk melihat-lihat buku. Tiap pengunjung memiliki kesukaan yang berbeda-beda. Karena itulah para pengunjung tersebar merata di seluruh sudut ruangan toko buku. Ia akan tertarik untuk membeli buku apabila ia rasa buku itu bagus, sekalipun ia hanya membaca sinopsis ataupun referensi buku tersebut. Bagi pengunjung yang berjiwa pembeli sejati, maka buku tersebut akan ia beli. Tentu ia memilih buku yang bersampul, karena masih baru dan terjaga. Transaksi di kasirpun segera terjadi. iya, terus kak..? kataku dan teman-teman, dibuat penasaran olehnya. Nah, bagi pengunjung yang tidak berjiwa pembeli sejati, maka buku yang ia rasa menarik, bukannya ia beli, justru ia mencari buku dengan judul sama tapi yang tidak bersampul. Kenapa? Kerena untuk ia dibaca saat itu juga. Akibatnya, buku itu ada yang terlipat, kusam, ternoda oleh coretan, sobek, baik sedikit ataupun banyak. Bisa jadi buku yang tidak tersampul itu dibaca tidak oleh seorang saja. Tapi mungkin berkali-kali, dengan pengunjung yang berbeda tetapi berjiwa sama, yaitu bukan pembeli sejati alias pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab. Lama kelamaan, kasianlah buku itu, makin kusam hingga banyak yang enggan untuk membelinya Cerita ukhti Liana. Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati.. Subhanallah..! Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. Bedanya, Pengunjung yang iseng, yang tidak berniat membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa dikatakan suka pacaran. Menguak-nguak kepribadian dan kehidupan sang wanita hingga terkadang membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang paling fatal adalah ternodai dengan free-sex. Padahal tidak semua toko buku berani menjual buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah toko buku itu adalah toko buku pilihan. Ia ibarat lingkungan, yang jika lingkungan itu baik maka baik pula apa-apa yang ada didalamnya. kata ukhti Liana. . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Wartawati Indonesia Diperkosa TKI di Malaysia
Mba Ning, Dari berbagai komentar teman-teman tentang topik pemerkosaan ini kan tertangkap beberapa pendapat, salah satunya bahwa wanita jika mau keluar rumah harus disertai muhrimnya - artinya wanita harus disertai orang lain dalam melakukan aktivitas di luar rumah, dan jika tidak ada yang menjaga, maka jika terjadi pemerkosaan, maka wanita itu dianggap yang bersalah dengan alasan salah sendiri, kenapa pergi sendiri! Dari pendapat itu pula, ada kewajiban dari anggota keluarga wanita itu untuk selalu melindungi wanita jika wanita itu keluar rumah, artinya selalu ada orang yang mendampingi wanita yang mau keluar rumah. Sekarang lihat kenyataan yang ada, apakah seorang wanita selalu bersama keluarganya? Lalu jika dia selalu satu rumah dengan anggota keluarga lainnya, apakah anggota keluarga lainnya selalu punya waktu untuk mengantar semua wanita di keluarganya jika mereka mau keluar rumah? Kenyataannya tidak selalu begitu kan? Kehidupan semakin sulit, pada umumnya para laki-laki mencari nafkah, lalu apakah kantor mengijinkan jika pegawai laki-lakinya sering bolos dengan alasan, hari ini mengantar istrinya, besoknya mengantar kakak perempuannya, ibunya, anak perempuannya, dll? Jika misalnya wanita yang harus dilindunginya itu kerja harian, misalnya dia seorang dokter, apakah suaminya harus tiap hari mengantar untuk melindungi istrinya padahal dia misalnya bekerja berlawanan arah dengan tempat kerja istrinya. Lalu jika misalnya istrinya yang dokter ini harus pergi ke kota lain atau negara lain untuk memperdalam ilmunya (dalam rangka menolong manusia lainnya yang sakit), apakah suaminya ini harus cuti atau keluar dari pekerjaannya untuk mengantar dan menjaga istrinya ini? Saya pikir solusinya bukan di aturan bahwa laki-laki harus selalu mengantar atau menjaga anggota wanitanya yang mau keluar rumah, tapi semua laki-laki - harus menghargai dan melindungi wanita - SIAPAPUN WANITA ITU, TIDAK TERBATAS ANGGOTA KELUARANYA SAJA. Jadi tidak ada lagi ceritanya bahwa kewajiban laki-laki mengantar dan melindungi wanita di keluarganya, dimanapun dia berada - sebagai laki-laki dia harus menjaga wanita anggota keluarganya dan wanita yang di luar keluarganya. Dia tidak boleh memperkosa wanita anggota keluarganya dan wanita di luar keluarganya. Jika melakukan, ada hukuman berat karena dosa menganggap wanita sebagai makhluk yang hanya jadi obyek seksualnya saja. Dengan cara itu, dimanapun aktivitas wanita - di dalam dan di luar rumahnya, dia tetap aman. Wanita akan lebih banyak manfaatnya, misal selain di rumah dia bisa bermanfaat untuk anggota keluarga lainnya, juga bermanfaat untuk orang yang lebih banyak lagi dalam menjalani pekerjaannya sebagai dokter, guru, perawat, ahli gizi, ahli komputer, ahli agama, ahli keuangan, ahli pesawat, ahli gempa, psikolog, wartawati, pilot, dll. Bukannya manusia yang baik versi agama itu yang banyak manfaatnya untuk manusia lainnya? salam Aisha From : Tri Budi L Maksudnya pola pikir kayak gimana sih ? Saya kok tidak melihat pola pikir yang salah dari emailnya mas IrwanK. Beliau kan mengatakan, bahwa wanita kan lebih aman bila ditemani muhrim-nya, apa yang salah ? Dalam hal ini, saya malah setuju dengan comment mas Dana Pamilih (jarang-jarang saya sependapat dg beliau), bahwa para lelaki dewasa itubertanggung jawab atas perempuan dan anak-anak. Jadi ya mbok ya para wanita (isteri/anak) itu dilindungi, dijaga. Bapak-bapak seharusnya yang lebih dulu keluar cari nafkah, dan bukan ibu-ibu... Wassalaam, -Ning -- From: Mia Kalo Janoko sih pantes saja berpola pikir kayak gitu, tapi ini Irwank?? astaghfirullah... Jalan masih panjang dan berliku temans.. salam Mia ---irwank irwank2k2@ wrote: Simpati yang mendalam bagi korban.. :-| Barangkali kejadian ini bisa sedikit membukakan mata kita kenapa agama 'melarang' seorang wanita melakukan aktifitasnya sendirian.. tanpa ditemani muhrimnya.. Ok, mereka melakukan pekerjaan (yang halal) dsb.. Ajaran agama (yang membahas ini) gak jelek seperti yang dihembuskan sebagian kalangan (kaum feminist dan pendukungnya).. kalaupun ada yang salah, barangkali implementasinya.. tapi semangatnya tetap benar dan bukan untuk ditentang.. Mudahan ini menjadi pelajaran dan teguran bagi kita semua.. bahwasanya jangan sampai terlalu percaya dengan orang lain.. Waspada (sebisa mungkin hindari peluang terjadinya bahaya) dan tawakal (berserah diri kepadaNya) lebih utama dari PD.. Segitu wartawan bisa kena juga.. gimana TKW dengan pendidikan yang ala kadarnya ya? Bikin ngenes aja.. :-| CMIIW.. Wassalam, [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] timun suri selama ramadan
Pak Kinantaka, Saya lebih satu lidah dengan mba Mia, pecinta timun suri, wuah...makan timun suri yang wangi itu rasanya seperti masuk surga, enaaak banget, belum pernah masuh surga seh, tapi sangat enak itu ya bayangannya surga kan? ..:-) Timun suri juga cara menyajikannya gampang, murah meriah dan ga ribet. Larutkan gula pasir dalam air panas sedikit, atau gula halus dalam air dingin (gulanya sesuai selera). Setelah larut, tambah airnya. Timun surinya dibelah, buang bijinya dan dikerok sendok, masukan ke air gula, tambah es batu, beres lah. Buatlah sejam sebelum beduk, dinginnya sudah meresap. Cobain aja, serasa di surga deh hehehe. Tapi makasih resep blewahnya, btw...nentuin pas matengnya blewah itu bagaimana? Kalo timun suri seh nentuin matengnya itu, nyari yang sudah merekah dan wangi itu. salam Aisha --- From : Kinantaka Mbak Mia, Daripada timun suri, lidah saya koq lebih cocok dengan yang namanya blewah atau GARBIS. Cara menyajikannya gampang, murah meriah dan ga ribet. Begini caranya: Siapkan bahan, terdiri dari: - 1 buah blewah yang mengkel dan harum serta pas maetangnya (sekilo kira2 Rp 3.500) - 1/4 kg gula pasir - Air putih kira2 2 liter - Es batu Cara membuat: - Buang biji blewah dan dagingnya diserutin. Kemudian sisihkan. - Rebus air sampai mendidih, kemudian angkat dan masukkan gula pasir. - Aduk air dan gula pasir sampai merata. - Masukkan blewah segera ke dalam air yg sudah bercampur dengan gula pasir. - Dinginkan kira-kira 30 menit. - Masukkan ke dalam kulkas. - Selesai Blewah spesial tanpa sirup ini lebih seger dinikmati dengan dicemplungin es batu. Pokok'e mak nyuss lah. Selamat mencoba, [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] sms puasa
hehehe... ini kan doanya malaikat jibril, kita kan manusia, apa harus berdoa seperti malaikat juga? ...;-) Saling bermaafan itu bisa kapan saja, di awal bulan puasa juga bagus-bagus saja karena dimulai dengan perbuatan baik, jika kita sudah meminta maaf dan memberi maaf, hati lebih tenang. Bayangkan memulai puasa dengan hati penuh kemarahan, benci yang tidak sependapat dengan kita, dendam terhadap orang yang pernah melukai kita. Tentu saja bukan sekedar minta maaf atau memberi maaf di mulut saja, lebih banyak ke hati kita - apakah kita tulus minta maaf ke orang lain? apakah kita benar-benar bisa memberi maaf ke orang lain? Tapi ada yang membuat saya ingin bertanya lebih jauh tentang doa malaikat Jibril ini, ini dapatnya dari mana ya? Apakah memang di agama diajarkan doa-doa malaikat? Khusus hubungan suami istri - apakah yang dianggap bersalah sampai tidak boleh diterima puasanya ini hanya istri2 yang tidak minta maaf ke suaminya saja? Bagaimana untuk suami2 yang tidak minta maaf ke istrinya - misalnya ada artikel di tabloid tentang seorang suami yang suka berjudi sehingga mereka terusir dari rumahnya dan bergelandang di jalanan, anak-anak tidak bisa sekolah lagi (tempat tinggal saja tidak punya), lalu anak istrinya menjadi pengamen supaya bisa makan dan mengobati suami penjudi ini yang jatuh sakit. Nah, jika suami seperti ini tidak minta maaf ke anak istrinya, apakah puasanya juga tidak diterima Allah? Anak memang harus minta maaf ke orang tua, tapi bagaimana orang tua penjudi dalam contoh di atas, dia melakukan salah besar karena membuat anak gadisnya kenal colekan2 dan pelecehan seksual lainnya ketika mengamen dan tidak bisa sekolah, orang tua jahat begini kan harus minta maaf juga ke anaknya. Satu hal lagi, apakah dalam agama itu kita harus mendoakan yang jelek untuk manusia lainnya? Allah kan tidak tidur, urusan Allah lah yang mau menerima atau tidak menerima puasanya orang lain. salam Aisha --- From : Mia Menjelang puasa ini sms kan macem2 yah kata2 mutiara dan doanya. Ada temen yang kirim sms sama persis dengan tahun lalu...sebelum pintu tobat tertutup...sebelum dstAda yang plain biasa saja, ada yang wahhh berpuisi gitu...ada juga yang begini, tapi aku bingung jawabnya gimana: Doa malaikat jibril: ya Allah, jangan engkau terima puasa isteri2 yang tidak minta maaf pada suaminya, anak yang tidak minta maaf pada orang tua mereka dan orang2 Islam yang memutuskan silaturrahmi sesama Muslim. Semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian. Selamat menjalankan ibadah puasa maaf lahir dan batin Ada temenku komen, doa kayak gitu jangan dilakonin. Nabi Nuh aja mendoakan satu kota supaya tuhan menghukum mereka, tapi...kecuali anak dan isterinya.. Eeeh..malah diomelin Tuhan kan, ente kok pilih2? Doa itu umum saja, jangan pilah-pilih diskriminatif, seolah2 memasuki wilayah Tuhan, yang justru kita tujukan doa itu. salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Puasa 1 : Ramadhan untuk Perdamaian
Temans, Tulisan bagus, tentang ramadhan yang bukan hanya nahan lapar haus atau tidak melakukan hubungan seks di siang hari, tapi pusat latihan untuk meningkatkan ibadah, memperbaiki akhlak (moral), dan berbagi dengan fakir miskin. Masalah nilai-nilai substansial dan bukan sekedar simbol-simbol kesalehan seperti baju, kaset, dll. Dan tentu saja tentang the art of self mastery, dan toleransi untuk kedamaian. salam Aisha -- Kompas,12 September 2007 RENUNGAN Ramadhan untuk Perdamaian Khamami Zada Marhaban, ya Ramadhan. Begitulah sambutan umat Islam saat menyambut bulan suci Ramadhan. Di mana-mana diserukan kepada umat Islam untuk meningkatkan ibadah, zakat, dan amal saleh. Di bulan yang suci itu, umat Islam melakukan kegiatan ibadah yang amat agung sebagai latihan diri dari segala perbuatan kemungkaran dan kemaksiatan. Karena itu, di bulan Ramadhan inilah, umat Islam harus menahan diri secara lahiriah dengan tidak makan, tidak minum, dan berhubungan seksual di siang hari, sekaligus juga harus menahan diri dari segala kemaksiatan dan kemungkaran. Karena itu, substansi ibadah puasa di bulan Ramadhan biasanya sering disebut sebagai pengendalian diri. Maka bagi umat Islam, Ramadhan ialah pusat latihan untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbaiki akhlak (moral), dan berbagi dengan fakir miskin (sedekah dan zakat). Sayang, Ramadhan tidak hanya dihiasi ajakan keagamaan yang substansial, tetapi juga dengan simbol-simbol yang tidak substansial. Lihat kesibukan umat Islam saat menyambut Ramadhan yang ditunjukkan dengan berbagai kegiatan. Dari sekadar menyiapkan keperluan buka puasa dan sahur dengan berbelanja kebutuhan pokok di supermarket, baju koko (baju Islam) dan peci, hingga menyiapkan diri membeli kaset-kaset religius. Bagi mereka, tak lengkap rasanya di bulan Ramadhan dengan melewatkan aktivitas simbolik ini. Maka, yang terjadi adalah konsumtivisme yang dijustifikasi agama. Padahal, Ramadhan tidak mengajak kita untuk berbelanja aneka kebutuhan yang simbolik, tetapi berbelanja berbagai kebutuhan substansial, seperti kualitas ibadah, perbaikan moral, dan kepedulian terhadap kemiskinan. Inilah yang membuat setiap kali Ramadhan datang, umat Islam kesulitan menangkap nilai-nilai substansial yang diajarkan. Peneguhan identitas sebagai Muslimlah lebih menonjol, sehingga bulan suci Ramadhan lebih diwarnai simbol-simbol keislaman. Toleransi timbal balik Dalam kondisi ini, kata kunci yang sering dilupakan dalam memaknai Ramadhan ialah toleransi dan kedamaian. Padahal, nilai toleransi dan kedamaian memiliki kaitan amat erat di bulan Ramadhan. Bukankah Islam di Indonesia ialah agama yang dipeluk mayoritas penduduk. Maka, sebulan penuh di bulan Ramadhan seakan menjadi milik umat Islam. Warnanya seakan menjadi satu, islami. Karena itu, toleransi sebagai paradigma awal menuju cita-cita kedamaian dan perdamaian menjadi sesuatu yang amat penting, tentang bagaimana kelompok non-Muslim menghargai umat Islam yang berpuasa, sebaliknya umat Islam menghargai non-Muslim yang tidak berpuasa. Hubungan timbal balik ini merupakan spirit bagi berbagai upaya untuk selalu menghargai dan memelihara kedamaian. Karena itulah, Ramadhan memiliki signifikansi yang jelas dalam upaya memperkuat toleransi dan ikut mendorong terciptanya perdamaian saat gejolak, pertikaian antarkelompok, aliran, dan agama. Pertikaian atas nama agama, etnik, dan aliran selama ini masih menjadi hantu bagi kita akibat kesalahpahaman, kepentingan, dan kontestasi ideologi. Kini kedamaian seakan tidak dirasakan lagi akibat perilaku manusia yang suka berbuat kerusakan dan pertikaian. Di sinilah, Ramadhan sebagai bulan suci mengajarkan kepada umat Islam agar menahan diri dari kebencian, kedengkian, pertikaian, dan kemungkaran antarsesama manusia. Tentu saja, toleransi timbal balik yang bisa menjembatani aneka perbedaan yang kita rasakan di bulan Ramadhan dalam hubungan antaragama. Visi perdamaian dalam Ramadhan menuntut kita untuk menghindari sikap permusuhan di antara sesama manusia. Islam sendiri secara otentik bisa dimaknai sebagai agama perdamaian. Karena itulah, pesan substansial dalam ajaran Ramadhan adalah menciptakan perdamaian sejati, bukannya memperbanyak perselisihan, pertikaian, dan peperangan. Hal ini dibuktikan dalam Alquran yang menyebutkan, ibadah puasa yang menjadi ibadah pokok di bulan Ramadhan tidak hanya milik umat Islam, tetapi juga telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Wahai sekalian orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa (Qs Al-Baqarah, 183). Di sinilah, puasa diletakkan sebagai ibadah universal, yang secara nyata pernah dipraktikkan agama-agama lain. Visi perdamaian Berpijak kepada kondisi inilah, perdamaian yang sejati seharusnya menjadi paradigma fundamental dalam pergaulan antarsesama umat manusia meski berbeda suku, bangsa, dan agama. Sebab, perdamaian merupakan cita-cita
Re: [wanita-muslimah] FW: Perda ttg memberi sedekah kepada pengemis dijalan dikenakan denda Rp 20 juta,bagaimana tanggapan anda??
Ada aktivitas mengemis, mengamen, mengasongkan dagangan mengelap mobil saat lampu merah itu memang mengganggu, apalagi jika tidak diberi imbalan malah merusak mobil kita - judulnya jadi pemaksaan, yang menjengkelkan juga, mobil sudah dibersihkan, pakai lap kotor mereka malah jadi kotor. Bagi pelaku juga membahayakan, mereka harus bergerak gesit di antara kendaraan, kalau lengah - kaki tergilas roda kendaraan. Jadi ditertibkan bagus juga, tapi tidak sekedar menertibkan karena inti dari masalah ini kan kemiskinan, mereka jadi pengamen, pengasong atau mengelap mobil itu untuk mencari uang. Banyak masalah lainnya di antara orang-orang dan anak-anak jalanan ini, seperti kekerasan fisik, pemalakan oleh yang lebih kuat, pelecehan seksual sampai ke taraf pemerkosaan, sodomi, dll. Jika perda ini berjalan, lalu mereka mencari nafkah bagaimana? Melakukan tindakan2 kriminal? narkoba itu apa sih? Apakah narkoba itu berbau? Kalimat mulutnya bau narkoba itu maksudnya bau minuman keras atau minuman beralkohol? Apakah minuman keras beralkohol masuk narkoba juga? salam Aisha -- From : [EMAIL PROTECTED] Assalammu'alaikum menanggapi tntang perda ini, tak masalah kalau DPRD mengeluarkan PERDA tersebut sisi positifnya bagus juga sihhh..., kalau memang hendak bersedekah masih banyak di tempat2 yang TEPAT untuk disalarkan..., bisa kanan kiri tetangga/ yayasan/ mushola atu daerah2 pelosok lagi pula di jakarja ini susah untuk dibedakan mana yang benar2 pengemis dan mana yang hanya buat iseng pencandu narkoba ( bisa kita lihat di tiap bus Kota orang dengan se-enanknya menyebutkan ini itu tp mulutnya bau narkoba) jadi paling nggak tujuan dari pada DPRD... untuk menertibkan kota patut di support sisi negatif = mungkin bagi pengemis/pengamen yang ini merupakan mata pencaharian utama, akan sangat merasa kehilangan (tapi percaya..., Tuhan senantiasa akan membuka pintu Rezeki bagi hambaNya , selama mereka mau berusaha) Wassalammu'alaikum [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Konsultasi: Shalat dan Haid - pembalut modern
Apakah betul karena alasan lebih ramah lingkungan? Pemakaian jenis pembalut itu mungkin lebih ke kebiasaan, misalnya begini - saat ayah saya sakit, supaya lebih nyaman dipakaikan adult diaper. Katanya malah tidak nyaman, ujung-ujungnya malah pakai kateter. Tetapi ketika ibu saya sakit dan memakai adult diaper, tidak ada keluhan karena mungkin dibandingkan laki-laki, bagi perempuan lebih terbiasa pakai pembalut saat haid. Nenek saya biasa pakai pembalut dari kain handuk kecil yang dicuci, kebiasaan sejak dahulu kala. Pemakaiannya tidak saat haid lagi, tapi setiap hari karena jika beliau batuk, jadi ngompol. Beliau tidak mau pakai adult diaper karena tidak terbiasa dan katanya tidak nyaman. Ramah tidaknya terhadap lingkungan, jika pembalut mengandung bahan plastik, pembalut kain yang dicuci-pun bisa tidak ramah lingkungan karena saat pencucian kan pakai sabun terutama detergent yang berbusa-busa dan busa-busa itu juga mencemari air sungai sehingga ada lapisan penghalang antara air dan udara, kabarnya sih kondisi ini menyebabkan air jadi kekurangan oksigen (?) sehingga banyak makhluk di dalam (termasuk bakteri penghancur) air mati. salam Aisha --- From : Flora Numpang komentar: Saya belum pernah tanya kepada mereka yang ogah pakai pembalut modern. Namun perkiraan saya, barangkali tujuan mereka agar ramah lingkungan. Karena dengan menggunakan pembalut kain yang dicuci, yang reusable, maka akan mengurangi jumlah sampah pembalut. Belum lagi bayi2 yang dipakaikan diaper yag disposable itu, makin banyak lagi sampahnya deh ... Lapisan plastik, pada setiap pembalut ataupun popok bayi, saya dengar bisa makan waktu ratusan tahun untuk larut ke dalam tanah. Kalau bahan plastik bekas botol, dan semacamnya, itu masih bisa didaur ulang. Tapi lapisan plastik pada pembalut dan popok bayi??? Salam, Flora [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Cantik Versi Indonesia
Temans, Tulisan di bawah ini tentang pendapat Dian Sastro tentang cantik versi Indonesia menarik juga. Betulkah Kecantikan itu konstruksi politis dari ideologi masyarakat yang plural dan berubah-ubah. Siapa pun bisa mendefinisikan kecantikan sesuai dengan kriterianya sendiri? Oleh karenanya Beauty is still in the making? Betulkah Kecantikan tak terpaku pada dimensi visual, tapi bisa terpancar dari karakter, perilaku, atau pengetahuan? Lalu cantik menurut agama itu bagaimana? Jika cantik menurut agama tidak hanya sekedar fisik saja (dimensi visual), apakah laki-laki pelaku poligami itu memilih istri-istri selanjutnya berdasarkan hal-hal yang non-fisik atau sekedar fisik saja seperti lebih cantik dan lebih muda dari istri-istri sebelumnya? Sebenarnya dulu di zaman Rasulullah saat laki-laki tidak dibatasi jumlah istrinya dan laki-laki beristri banyak itu sesuatu yang umum terjadi, selain keterangan bahwa Siti Aisyah yang dinikahi masih gadis dan yang lainnya sudah janda tua beranak banyak dan Rasul monogami puluhan tahun ketika istri pertama masih hidup dan sempat menduda beberapa tahun sebelum menikah lagi, apakah ada keterangan tentang istri-istri Rasul tentang hal-hal fisik dan non-fisiknya? salam Aisha Kompas, 2 September 2007 Dian, Cantik Versi Indonesia Ilham Khoiri Bisa dibilang, Dian Sastrowardoyo (25) sudah menjadi salah satu ikon kecantikan dalam industri hiburan di Tanah Air sekarang ini. Tapi, belakangan, gadis ini malah mengkritik kriteria cantik yang diproduksi mesin citra yang membesarkan dirinya itu. Katanya, Kecantikan itu hanya konstruksi sosial belaka. Kami ngobrol dengan Dian Paramita Sastrowardoyo-begitu nama lengkapnya-di pinggir kolam renang di tengah rumah tantenya, Marina Sastrowardoyo-Puteri Duta Remaja Indonesia 1975-di kawasan Bangka, Jakarta Selatan, Kamis (30/8) lalu. Pakaian bersahaja yang dikenakan dan suasana senja yang hangat membuat penampilan dara ini begitu santai, segar, dan nyata. Itu berbeda dengan citranya sebagai selebriti yang gemerlap dan seolah tak terjangkau, sebagaimana terpampang dalam iklan-iklan kecantikan di layar televisi, majalah, atau baliho di jalan. Dian seperti baru memperoleh pencerahan tentang hakikat kecantikan. Jika ketemu lawan diskusi yang asyik, dia bakal antusias membongkar kompleksitas industri kecantikan. Biar lebih meyakinkan, gadis itu tak segan membuka laptop untuk membeberkan foto, data, bagan pemikiran, atau sejumlah teori filsafat dan budaya yang berbau akademis. Kecantikan itu konstruksi politis dari ideologi masyarakat yang plural dan berubah-ubah. Siapa pun bisa mendefinisikan kecantikan sesuai dengan kriterianya sendiri, katanya. Ini kritik serius terhadap anggapan umum, bahwa kecantikan merupakan esensi dalam tubuh perempuan yang terbentuk secara alamiah. Dia fasih membicarakan kecantikan sebagai produk budaya. Ketika menukil penggalan teori budaya dan filsafat-seperti pemikiran Immanuel Kant, Michel Foucault, Karl Marx, Julia Kristeva, atau Jean Baudrillard-yang kerap diungkapkan dalam istilah Inggris-tampangnya sangat serius. Maklum saja, tema ini jadi kajian skripsinya yang berjudul Kompleks Industri Kecantikan: Sebuah Kritik Sosio Filosofis. Penelitian itu lolos sidang akhir dengan penguji dua dosen Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Tommy F Awuy dan Embun Kenyowati Ekosiwi, di Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, pertengahan Juni lalu. Pembimbing skripsinya adalah Rocky Gerung. Begitulah, setelah enam tahun kuliah, gadis itu kini jadi sarjana humaniora. Dian menjelaskan, konsep kecantikan selalu berubah-ubah, seperti terlacak dalam pergeseran budaya di Eropa-Amerika. Pada zaman kerajaan, cantik identik dengan wanita berpinggul besar sebagai simbol kesuburan dan berkulit pucat yang menggambarkan kelas atas yang tak pernah ditimpa terik matahari. Citra tubuh montok bertahan hingga zaman Marilyn Monroe di Amerika. Tapi, lewat penampilan model Twiggy yang kurus-seksi, konsep cantik kemudian lekat dengan tubuh yang kerempeng dengan pinggang kecil. Belakangan, kecantikan mengacu pada pemikiran kaum postfeminis, yang dengan sadar mempermainkan citra cantik dan seksualitas demi memperkuat kekuasaan perempuan. Di situ, perempuan jadi obyek sekaligus subyek, seperti Madonna yang mempermainkan citra dirinya yang menggoda. Beauty is still in the making, kecantikan masih terus dalam proses menjadi, simpul Dian. Dalam zaman kapitalisme terkini, citra cantik itu menjadi permainan rumit dengan melibatkan kepentingan dari industri kecantikan, obat-obatan, kesehatan, dan industri iklan. Masyarakat bisa jadi korban mode yang dikembangkan produsen untuk keuntungan pasar. Lantas, dalam situasi semacam itu, bagaimana dengan Dian sendiri yang terlibat dalam proyek industri kecantikan? Saya jadi korban, pelaku, sekaligus saksi, katanya. Korban Dian merasa jadi korban industri kecantikan sejak mengawali debutnya sebagai Gadis Sampul tahun
Re: [wanita-muslimah] aktivis Rohis itu penculik...!
Pak Fadhli, Mba Rita di awal tulisannya sudah menjelaskan latar belakang penulisan tentang penculik demi uang (ini berarti motif ekonomi kan?) dan demi ideologi sesat. Saat saya membaca koran atau melihat berita di tv, saya juga sempat heran, guru ngaji dan aktivis rohis kok bisa terlibat tindakan kriminal penculikan? Ingatan saya melayang ke kasus lainnya, seorang ayah yang rajin ke mesjid untuk beribadah (ngaji dan sholat), pulang dari mesjid tega membunuh istri dan anak-anaknya lalu membakar rumahnya sehingga mayat anak istrinya ini terbakar. Jangan dulu peka atau sensitif dengan pengkaitan Islam (guru ngaji atau rohis) dengan perbuatan kriminal itu sebagai fitnah atan menjelekkan Islam. Justru harus kita telusuri, mengapa orang yang secara kasat mata terlihat soleh atau solehah dengan aktif di kegiatan rohani Islam atau menjadi guru ngaji melakukan perbuatan buruk yang dilarang agama Islam, ada apa? Sama dengan kejadian ayah yang tega membunuh dan membakar anggota keluarganya setelah pulang dari mesjid, ada apa ini? Apakah orang hanya baik ketika di mesjid? Apakah orang hanya terlihat baik saat melakukan kegiatan kerohanian Islam? Apakah orang hanya baik saat mengajar mengaji ke orang lain? Lalu di luar perbuatan baik (amal soleh) itu apakah dia boleh melakukan perbuatan buruk? Bukankah semua ibadah dan perbuatan baik dalam agama itu gunanya supaya orang semakin baik, semakin menjadi orang takwa? Lalu apa gunanya seseorang yang rajin ngaji malah mengajari orang ngaji atau rajin di rohis tapi di dunia nyata melakukan perbuatan buruk yang merugikan orang lain, misalnya menculik dengan minta tebusan uang, membunuh, korupsi, dan perbuatan buruk lainnya? Jangan-jangan ibadah dan perbuatan baik itu hanya topeng saja supaya orang menganggap dia orang baik padahal dia mampu melakukan perbuatan buruk? Pak Fadhli, justru orang yang terlihat baik dan rajin ibadah lalu aktif di rohis atau pengajian tapi melakukan penculikan itu yang bisa dikategorikan tukang fitnah agama, memangnya agama itu membuat orang yang split personality, di satu sisi terlihat alim (soleh solehah) tapi disisi lainnya jahat? Belajarlah menerima kenyataan bahwa ada muslim/ muslimah yang memahami agama sebatas menjalankan ibadah seperti rajin solat, ngaji, puasa, naik haji, dll itu sebatas perbuatan fisik tanpa memahami untuk apa dia melakukan ibadah itu. Akibatnya mereka bisa terlihat mewakili Islam tapi bisa jadi bahan tertawaan pihak lain yang bisa menganggap semua muslim/ muslimah seperti itulah, ibadah jalan terus tapi jahat juga bisa. Yang seperti itukah yang diharapkan Islam? Bukankah muslim baik itu bisa dilihat dari apakah orang lain bisa aman dari ucapan dan tangannya? Bisakah kita katakan bahwa pelaku penculikan yang tangannya tidak aman untuk gadis cilik korban penculikan ini disebut muslim baik? Lalu istri kedua/ istri muda pelaku juga yang guru ngaji, membantu penculikan juga bisa disebut muslimah baik? lalu ketika orang tua anak2 aktivis rohis ini menceritakan bahwa anak-anak mereka diancam untuk membantu penculikan dan akan mendapat imbalan puluhan juta itu juga bisa dikatakan aktivis rohis yang baik? Apalagi otak penculikan yang mengancam dan menyuruh anak-anak SMU yang dibimbingnya mengaji ini bisa dikatakan guru ngaji yang baik? salam Aisha - From : ritajkt Bagian mana yang fitnah Pak? Berikut data (PCMIIW) yang diungkap secara luas dari penculikan Raisah: 1. Raisah Ali, 5 tahun, diculik oleh Yogi P, seorang guru ngaji di kegiatan Rohis SMA 35, Benhil Jakarta. 2. Yogi menculik Raisa lewat informasi istri mudanya, Sarita, 25 tahun, yang menjadi guru mengaji keluarga Tantenya Raisah. Dalam kesaksiannya, Yogi mengaku selama dalam masa pelarian/penculikan, Sarita SEMPAT mengasuh Raisah. Sarita ini ditangkap polisi di pesantren AsSunnah. Dari fakta-fakta itu jelas terlihat bahwa Sarita terlibat meski pun ia dibebaskan atas garansi pengasuh ponpres AsSunnah. BTW ini nggak relevan tapi FYI aja di pesantren ini Anda akan mudah menemukan perempuan bercadar, sebagaimana Sarita. jadi : ada fakta : dua guru ngaji terlibat penculikan! 3. Yogi menculik Raisah dengan bantuan anak-anak dibawah umur, siswa SMA itu yang adalah aktivis rohis. Edo, salah satu siswa itu adalah ketua Rohis SMA 35. Dalam kesaksiannya yang dipublikasikan secara luas, Edo mengatakan bahwa semua itu ia lakukan demi Tugas negara. Bahwa polri belum mau mengakui temuan itu, bisa dimengerti mengingat proses penyidikan belum selesai dan lebih mudah menjelaskan motovasi kriminal murni di balik penculikan itu. jadi : ada fakta :aktivis rohis terlibat penculikan dan ada INDIKASI KUAT soal ideologi mereka yang sesat! Okelah, jika Anda mengamini motifnya HANYA uang saja, memang uang bisa membutakan mata si Yogi yang konon bisnisnya merugi tapi bagaimana Anda menjelaskan anak-anak relijius aktivis rohis itu bisa dibujuk untuk menculik anak 5 tahun? Tidakkah Anda berfikir tentang adanya proses
[wanita-muslimah] Bodoh dan pencerahan di milis
Membaca obrolan tentang kasus putrinya Rasulullah antara pak Satriyo dan mba Rita, saya kok lebih tertarik dengan istilah bodoh dan pencerahan yang dikaitkan dengan milis. Dan saya lebih sependapat dengan mba Rita. Kita masuk jadi anggota dan ngobrol di milis itu tujuannya apa sih? Tiap orang mungkin beda-beda tujuannya, ada yang seperti saya dan mba Rita yang masih merasa bodoh dan ingin dicerahkan pemikirannya melalui milis selain cara-cara lainnya seperti dari buku, teman, japrian, dll. Tapi tentu saja ada juga orang yang masuk milis, petangtang-petengteng merasa berilmu lebih dari yang lainnya dan merasa paling bener, gak perlu pencerahan dan jadi rajin menyalahkan orang lain atau malah sinis, memaki, menyindir, dll untuk memperlihatkan bahwa loe salah, dia salah, gw aja yang bener. Selain yang bodoh perlu dicerahkan dan yang pinter yang gak perlu pencerahan, tentu saja ada yang lain-lainnya, teman-teman lainnya bisa menambahkan. Seperti yang dijelaskan mba Rita, jika kita menanggapi satu pendapat di milis, itu artinya kita bertanya ke anggota milis lainnya, bukan hanya ke orang/anggota yang pendapatnya kita tanggapi. Itu di milis, beda kalau kita hanya perlu penjelasan satu orang saja, japri lah orang itu. Misalnya begini, ketika saya dulu cerita tentang orang yang kena down syndrome, pak Satriyo menjelaskan ada putranya yang kena. Lalu ketika di milis ini ada topik tentang autis, pak Satriyo juga cerita ada putranya yang kena autis. Dalam hati saya ada pertanyaan, yang bener itu yang mana - putranya pak Satriyo itu kena DS atau Autis? Apa bisa satu anak kena 2 penyakit itu? Atau ada yang kena DS juga ada yang kena Autis? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kan bagusnya dilontarkan lewat japrian (walaupun tidak saya lakukan..:). Tapi jika ingin tahu tentang autis dan DS secara umum, melalui pengalaman atau ilmunya secara luas, pertanyaan-pertanyaan itu bisa dilempar ke milis, makin banyak kepala atau makin banyak tanggapan itu kan lebih baik lagi. Jadi jelas ya pak Satriyo, bahwa saat kita menanggapi di milis, maka yang diharapkan tanggapan-tanggapan yang mencerahkan dari anggota-anggota milis walaupun kita menanggapi pendapat satu anggota. Jika saya memulai satu topik, biasanya saya awali dengan Temans, maksudnya untuk teman-teman anggota milis ini, tapi saat saya menanggapi satu pendapat, saya tidak memulai dengan kata temans itu karena walaupun saya mengharapkan sebanyak mungkin tanggapan dari teman-teman lainnya dan tidak hanya orang yang saya tanggapi pendapatnya saja, itu sudah lumrah dalam milis, ketika kita masuk ke satu thread maka pendapat kita bisa ditanggapi banyak anggota. Tentang bodoh, tidak selalu apa yang ditangkap orang kok pak Satriyo - ini maksudnya penilaian orang lain ya? Misalnya pak Satriyo membaca tanggapan2 saya dan menangkap kebodohan saya lalu menyatakan bahwa Aisha itu bodoh. Bodoh itu bisa diaku-aku kok, misalnya ada orang yang suka saya lalu menyatakan cinta sambil memberi bunga (bunga mawar dan bunga bank...hehehe), saya malah bengong, dan ketika orang itu pergi, saya menepuk dahi saya sambil ngomong sendiri, wah, bodoh kali aku tadi ya!. Kalau komentar saya ini kedengaran sahabat-sahabat saya atau sodara-sodara saya, mereka pasti ngomentari begini, Aisha memang bodoh atau baru nyadar ya, kan dari dulu juga memang bodoh. So, bodoh itu bisa diaku-aku kok. salam bodoh...:) Aisha -- From: lasykar5 [EMAIL PROTECTED] Sama-sama Bu Rita Apakah saya menyatakan saya tidak suka? Coba cek lagi. Sekalian tolong cek juga terjemahan bahasa Indonesia dari 'insight' apakah memang benar 'pencerahan'? Jangan hanya puas berbekal 'konteks diskusi' jika memang niat yang anda tegaskan adalah 'mendapatkan pencerahan.' Bodoh sebenarnya adalah apa yang orang tangkap dan bukan apa yang diaku-aku. Jadi yang proporsional saja Bu, toh sejauh ini ibu jauh dari bodoh untuk bisa melakukan diskusi dengan saya tentang agama anda dan saya ini. Begitu bu. Milis memang terbuka untuk umum. Tapi apakah ketika anda bertanya dalam sebuah thread dan jelas pertanyaan anda itu adalah bagian dari tanggapan anda atas suatu opini seseorang, lalu anda disregard orang ybs dan berdalih karena ini adalah milis lalu sesukanya anda berdalih saya minta pencerahan pada siapa aja hadirin dan hadirot milis WM ini Pak. Siapa saja, member WM yang berkenan memberi pencerahan, tentu saya syukuri? Jadi, sekali lagi, yang proporsional sajalah. Kan ada logika juga di milis ini sehingga ketika ada yang agak tidak pas logikanya ya tentu perlu diluruskan. Sayang anda mengelak dari pelurusan ini, yaitu tidak dengan jelas menerima bahwa anda tidak spesifik mengajukan pertanyaannya. Kalo memang buat semua member ya tinggal tambah keterangan 'temans' atau semacamnya, kan? Jadi tak cakaplah anda main klaim Saya kira sih, memang demikianlah cara diskusi di milis..:-) walau itu hanya 'kira-an' saja. :-) Dari sini saja terlihat anda bertolak belakang dari klaim bodoh
Re: [wanita-muslimah] Dimana ruginya?--Re: Aurat Muslimah... Satu penindasan atau pembebasan?
Membaca pendapat mba Lina di bawah ini, aku terdiam, membaca dan ingat petunjuk guru ngaji dulu waktu kecil...:) Kata guru ngaji itu, istri harus taat suami, anak-anak harus taat orang tua. Tapi pertanyaan berikutnya - suami seperti apa yang harus ditaati? Orang tua seperti apa yang harus ditaati? Tentunya suami dan orang tua yang taat pada Allah. Contoh, ada suami yang menyuruh istrinya melayani bosnya atau pihak yang akan memberi proyek ke suami itu, apakah istri harus taat karena beranggapan bahwa nanti suami yang dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah, padahal kita semua - tanpa melihat jenis kelamin kan akan ditanya dan dimintai pertanggung jawabannya sendiri-sendiri. Contoh lain, dalam sinetron Soleha ada seorang ayah yang penjudi yang tega mencuri uang anaknya, padahal itu uang titipan dari donatur mesjid untuk diserahkan ke mesjid. Si ayah ini juga tega memukuli anaknya sampai cacat, luka di pipi dan tangannya tidak bisa digunakan, juga menyuruh anaknya yang lain untuk mengaku-aku sebagai anak yang hilang dari seorang dokter, supaya dia dan anaknya ini mendapat uang berlimpah. Nah ayah seperti ini apakah harus ditaati juga? Suami nurut istri? mengapa tidak? Dalam kasus-kasus tertentu mungkin saja istrinya lebih tahu. Misalnya, seorang suami sakit dan akan pergi, kata istrinya si suami sakit dan jika sudah memakan obat tertentu tidak boleh menyetir mobilnya karena efek samping obat itu membuat suaminya mengantuk. Si suami bandel, ngotot pergi padahal dia harus melalui tol Cipularang yang panjang itu, berbahaya kan? Kenapa gak nurut sama istri? Masalahnya kan bukan nurut suami atau nurut istri, tapi nurutlah orang yang lebih tahu tentang sesuatu. salam Aisha --- From : Lina Dahlan Aku terdiam dan berfikir, Membangunkan pikiran yang tertidur. Segala peraturan kehidupan dalam AlQur'an (beban) banyak ditujukan ke satu arah, yaitu laki-laki karena laki-laki yang akan dimintakan pertanggung-jawaban. Seharusnya perempuan itu bersyukur. Dihadapan Allah, suami menanggung anak dan istrinya. Tapi istri tidak menanggung suami dan anaknya. Seharusnya perempuan bersyukur. Tapi...mengapa aku juga tak bersyukur? Ketika suami berkata bahwa kamu harus nurut sama aku. Sejumlah alasan aku kemukakan mengapa aku tak bisa menurut sama dia. Seratus bahkan beribu alasan. Apa susahnya untuk kamu menurut sama suami? Dengan bandel aku menjawab,apa susahnya juga kamu menurut sama istri, ketika kami berdebat akan suatu hal untuk mencari keputusan yang adil. Karena kamu tidak dapat menanggung suami dihadapanNYa. Aku masih ngeyel,Ini bukan soal dihadapanNya tapi ini masalah duniawi, dihadapan sesama manusia. Kepalaku jadi pusing, menahan amarah dan emosi. Terprovokasi dengan pikiran jahiliyah bahwa perempuan adalah mahluk yang tak mempunyai ruh, perempuan adalah mahluk kelas dua. Ayat dan kutipan yang dipostingkan Sdr. Zulfikar Muhammad diatas mengingatkan aku akan suatu hal. Sebegitu besar beban dan tanggung jawab diatas pundak laki-laki. Mengapa aku harus menambahkan beban dipunggung suami? Apa salahnya menurut suami selama bukan pekerjaan untuk mengingkari Allah dan RasulNya (musyrik), meskipun aku bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya? meskipun aku nampak bagai perempuan dungu ?. Bukankah memang tidak ada ruginya menurut suami, meskipun akhirnya pendapat suami itu salah..toh suami yang akan menanggung kesalahan itu semua sedang istri tetap mendapat pahala karena sudah patuh kepada suaminya? Dimana ruginya aku? Aku terdiam dan berfikir. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] The right to privacy (Re: Moderasi atas Janoko RSA)
Pak Dana, Ini berkaitan dengan kegiatan seorang anggota milis yang menjapri satu kelompok anggota milis ya? Kalau begitu, pak Dana menjawabnya dengan reply all di japrian itu, minta untuk tidak dikirim lagi, bukan di milis sebab japrian itu saya lihat sama sekali tidak ditujukan ke milis WM - artinya yang pak Dana terima itu (yang dicc-kan ke pa Dana) bukan copy-nya. Jadi bukan di milis menjawabnya ya pak Dana. salam Aisha - From : Dan Rekan2 anggota milis lainnya, Saya tidak suka jika orang menjapri ketika posting karena saya sudah memilih utk membaca milis ini di website yahoogroups dan memilih utk tidak menerima copy dari posting anggota. Mohon hak privacy saya dihargai dgn tidak lagi men-cc posting ke japri saya. Terimakasih. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Masih Muda Kok Ubanan?
Pak Irwan, Di tulisan yang diposting Pak Ambon ini penjelasan dari dr Sukses Hadi yang dokter kulit, bermutu tentunya (ilmiah), tapi tanggapan pak Irwan juga di milis sih oke2 saja, kita bisa ngobrol sesuatu menurut ilmu tertentu, tapi bisa juga menanggapi sesuatu berdasarkan pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Tentang uban ini, saya pernah melihat wawancara seorang ibu yang anaknya menjadi salah satu korban tembakan saat demo mahasiswa. Mungkin karena shock berat, ibu ini dalam beberapa hari saja rambutnya yang tadinya masih hitam jadi ubanan banyak sehingga berwarna abu-abu putih. Saya tidak tahu berapa persen di dunia ini orang yang begitu kagetnya kehilangan anak bisa beruban dalam waktu pendek. Kalau tidak salah ibu ini seorang janda yang punya 1 anak yang sangat dibanggakannya karena sudah mahasiswa, ibu ini ingin anaknya lebih baik dari dirinya yang berjuang menghidupi anaknya dengan cara menjadi buruh cuci. salam Aisha -- From : Irwan K Dulu kesannya uban identik dengan tua.. Tapi sekarang tidak lagi.. Teman saya paling 25 tahun-an sudah banyak ubannya.. Soal keturunan kelihatannya keluarga saya juga ada bakat muda ubanan deh.. meskipun gak separah teman saya itu.. Wassalam, Irwan.K ~reply gak mutu.. On 8/2/07, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.indomedia.com/bpost/082007/2/ragam/art-1.htm Masih Muda Kok Ubanan? Rambut memutih yang biasa disebut uban, sekarang ini tidak lagi didominasi oleh orang tua, anak muda pun sekarang ini rambutnya mulai memutih. Apa sebenarnya yang terjadi? Menurut dr Sukses Hadi SpKK dari RSUD Ulin Banjarmasin, munculnya uban ... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA
Meidear, Saya sependapat dengan pak Dana, yang ngatur milis kan pemilik/ pendiri/ moderatornya. Terserah mereka mau ngatur apa saja untuk kenyamanan milis yang dimiliki/ dikelolanya. Saya rasa moderator sudah cukup menjelaskan kenapa seseorang dimoderasi. Saya yang jadi penonton ketika moderator memberi sanksi juga sudah menjelaskan sesuai dengan yang saya lihat sebagai anggota, mungkin mba Mei bisa melihat ulang bagaimana debat Ahmadiyah + postingan orang-orang yang dimoderasi. Jika tidak suka dimoderasi atau melihat temannya dimoderasi, tinggalkan saja milisnya, ini kan hanya masalah apakah milis itu masih berguna atau tidak untuk anggotanya. Jika masih berguna, lanjutkan. Jika tidak nyaman lagi, tidak berguna dan pengelola milis dianggap tidak benar atau ngaturnya gak jelas, tinggalkan saja. Anggota punya hak masuk (masuknya belakangan setelah milis berdiri dan punya tata tertibnya sendiri) dan punya hak posting tulisan atau tanggapan yang sebaiknya sesuai dengan tujuan milis itu didirikan. Jika tidak suka dengan aturan yang ada di milis itu, tinggal keluar saja. Saya juga tidak suka beberapa milis karena beberapa hal, misalnya milis yang tidak ada dialog atau berantem mulu, unsubs atau di-no mailkan saja, beres kan? Ini hanya masalah hak dan kewajiban, ada hak moderator, ada hak anggota. Tidak suka moderator menggunakan haknya, sudah protes dan masih tidak puas, pakai hak anggota untuk keluar dari milis itu...:) Jika yang dimoderasi lebih senang menjapri banyak orang, itu haknya, dan hak saya untuk keluar dari japrian itu jika saya tidak nyaman dengan japrian itu. salam Aisha --- From : L. Meilany Nimbrung : Pak Dana, yg bisa saya pahami adalah : Kriteria apa yg dipakai untuk memoderasi. Karena kalo sesuai aturannya kan multitapsir - kayak RUUAPP. :-) Kaya karet bisa mulur panjang atau pendek- suka2. Jika dibilang meresahkan? Meresahkan sapa? Kan banyak juga ungkapan2/mail2 yg meresahkan membuat orang tertekan tapi tidak bagi yg lain. Akhirnya cumanya/beraninya hanya menjapri dan menjapri. :-) Mohon maap bagi yg suka menjapri. Salam l.meilany -- From: Dan Milis ini kan private forum, tergantung siapa yg menginisiasinya ya dialah yg berhak menentukan aturannya. Milis ini bersyarat adanya keanggotaan sehingga bukan media masa dan oleh karenanya sipemilik milis bisa menentukan aturan tatatertib sesuai dg keinginannya. Hak sepenuhnya sipemilik milis. Kalau enggak suka yg pindah aja ke milis lain. --- Aisha [EMAIL PROTECTED]wrote: Saya pernah mengikuti satu milis, ternyata milis itu satu arah - [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Pengertian Kafir pak Agus
Waalaikumsalam wr wb, Alhamdulillah mba Ning, saya baik-baik saja. Mba Ning sudah lama tidak milisan, sibuk berat? Apalagi sebentar lagi bulan puasa tiba, tambah repot lagi ya dengan pengajian dan buka bersama? Pengertian kafir dari ustadznya mba Ning bisa dimengerti, dan itu berguna untuk menilai diri kita masing-masing. Tapi kalau itu dipakai untuk menilai ORANG LAIN, misalnya menjuluki wanita lain yang tidak berjilbab dengan kata kafir, contohnya saya berjilbab lalu melihat teman saya tidak berjilbab, ngomentari si teman ini sebagai kafir. Apakah itu perbuatan Islami? Islam mengajarkan begitu, menilai orang lain dan menjulukinya? Padahal kita tahu bahwa latar belakang tiap orang berbeda, termasuk disini pemahaman agamanya pun berbeda. Apakah hanya karena tidak berjilbab lalu orang itu bisa disebut kafir? salam Aisha -- From : Tri Budi L Ass wr. Wb. Dik Aisha apakabar? Saya pernah mendapat penjelasan dari salah seorang ustadz saya, bahwa kafir artinya adalah menolak kebenaran. Beliau pun mengatakan bahwa kadar ketaqwaan(kepatuhan) + kadar kekafiran itu jumlahnya 100%. Artinya bila kita mengikuti 75% saja dari perintah Allah, maka ada kekafiran 25% pada diri kita. Makin banyak kepatuhan kita, kekafiran kita makin berkurang. Dan tentunya, yang Allah inginkan adalah kita menjadi patuh padaNya 100% (Islam Kaffah), sehingga tidak ada setitik pun kekafiran dalam diri kita. Bila kita mengikuti pendapat di atas, kita mungkin bisa menilai masing-masing, seberapa patuh kita kepada perintahNya. Apa kita masih pilih2 untuk menjalankan perintahnya. Kalau ya.. Berarti memang ada kekafiran dalam diri kita, biarpun kadarnya mungkin berbeda-beda satu dan lainnya. Wallahua'lam. Wass, -Ning - From: Aisha Menarik tulisan pak Agus Syafii di bawah ini, terutama pengertian pak Agus tentang kafir sebagai berikut Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang mukmin. Jika orang mukmin konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang diimaninya dalam keadaan apapun, orang kafir konsisten dalam hal tidak mempercayai kepada nilai-nilai kebenaran. Secara terbuka ia menyatakan tidak percaya kerpada Tuhan, kepada dosa dan kepada kebajikan. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Emotional Attachment, Apa Itu?
Hahaha maaf ketawanya lebar banget, kalau ketahuan ibu saya pasti dimarahin, tapi lagi geli abiz aza dengan komennya mas Donnie, hehehe... dimoderasi, daftar lagi dengan nama lain lalu ikut ngobrol lagi di milis, tapi gayanya tetep aja begitu, ketahuanlah. Moga-moga aja gak banyak yang dikomentari..:) salam Aisha -- From : Donnie Mas Satdip atawa Jekpin sampeyan apanya mas jansut (Jano ko Sutiyoso)? Maaf satu barisan.. :-D Donnie - On Jul 31, 2007, at 7:29 AM, satrio dipingit wrote: Yasmina said, Yang jelas apakah itu perselingkuhan atau nikah (sirri resmi) yang istrinya tidak rela (atau terpaksa merelakan karena tergantung secara ekonomi) itu bisa membuat istri kurus kering atau jadi pribadi yang tidak bahagia ya? Jejaka Piningit / jekpin : Jekpin, dalam suatu perselingkuhan yang terlibat adalah dua pihak, yaitu laki-laki dan perempuan. Pertanyaannya adalah, kenapa yang disalahkan adalah pria ?, kenapa pihak perempuan yang merupakan pasangan selingkuhnya tidak disalahkan ?. Banyak dan sering terjadi suami yang sudah beristeri, jatuh dalam pelukan perempuan lain karena perempuan tersebut memang mempunyai pengalaman untuk membuat sang suami tersebut untuk berselingkuh dengannya. Pertanyaan kedua, kenapa yang dibahas bukan oknum - oknum yang berselingkuh tersebut tapi yang dibahas dan dikritisi adalah ajaran dari suatu agama tertentu ? apakah ada tujuan tertentu dibalik itu semua ? Peryataan ketiga, pertanyaan ini saya tujukan kepada semua warga WM. Dalam peraturan WM disbutkan bahwa kita tidak boleh berbicara kotor, apakah larangan tersebut hanya ditujukan kepada warga WM yang berkata kotor yang ditujukan kepada warga WM yang lain atau larangan bicara kotor itu juga ditujukan kepada warga WM yang menjelek-jelekkan ajaran dari suatu agama tertentu ? Mohon penjelasannya dari moderator dan warga WM yang lain. Salam [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Eufemisme (Re: A u t i s m)
Mba Rita, Tadi pagi saya nonton satu acara di Trans 7, Aming yang komedian lulusan ITB itu terlihat berayun-ayun memakai T-shirt+celana pendek seperti celana renang di besi-besi seperti menara. Ibu saya ketawa, menurut beliau, Aming seperti penghuni bonbin yang suka bergelantungan di pohon...:) Ternyata kelakuan ganjil ini menarik minat orang untuk wawancara, dia malah ketawa-ketawa sambil komen, lagi jenuh nunggu, eh..apa?. Dengan mimik heran dia bertanya balik ke penanya sambil menambahkan begini, sori, gw lagi kambuh autisnya. Ternyata autis ini sudah jadi bahasa gaul ketika seseorang seperti Aming sedang jenuh, dan tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain, lalu asyik dengan dirinya sendiri, ber-ayun-ayun itulah tanpa peduli orang lain dan tidak tahu apa yang ditanyakan orang lain :) Jadi kalau pakai istilahnya autis gaya Aming, tentunya kita juga pernah autis, dalam arti gak peduli orang lain dan saat ditanya tidak mampu menjawab karena tidak mampu berkomunikasi, lagi asyik dengan dirinya sendiri. Rasanya mba Herni pernah cerita tentang autis saat blio ini asyik dengan laptopnya, pcmiiw. Yang repot kalau autis di milis yang komunikasinya pakai email, yang autis di milis gak peduli dengan pendapat orang lain, sibuk aja dengan pikiran sendiri dan sesuka hati ngomentari, lebih repot lagi kalau banyak yang dikomentari. Mailbox penuh dengan komentar aneh. Saya juga pernah ke rumah teman yang menikah saat lulus SMU, ceritanya kami (beberapa orang yang dulu satu kelompok belajar) kangen ke teman ini. Eh, ternyata dia sudah punya anak yang pas kami datang lagi lari-lari, muter gak karuan. Disuruh salaman oleh ibunya juga tidak peduli. Anak itu hiperaktif banget (hehe.. udah hiper, pakai banget lagi, beneran nih mba Rita, anak itu tidak mengenal kata lelah, tiap menit selalu berubah posisi, tidak pernah duduk anteng dalam waktu agak panjang). Teman ini cerita bahwa anaknya memang autis, ciri pokoknya katanya anak itu tidak mampu berkomunikasi dengan siapapun, termasuk dengan orang tuanya. Anak ini tidak bisa fokus ke satu aktivitas, misalnya tidak bisa baca buku bergambar lebih dari 1 menit, tidak bisa duduk diam nonton tv, dll. Saya lihat teman ini kurus banget, katanya lelah karena suaminya yang tentara, sering tugas beda kota, tidak mampu membayar pembantu, jadi dia mengurus rumah sambil tetap mengawasi anaknya ini supaya tidak celaka karena bergerak terus menerus yang kadang-kadang melakukan hal berbahaya, misalnya turun di tangga bukan di tangganya tapi meluncur di pegangan tangga. Saya pikir betapa beratnya seorang ibu yang anaknya autis, sama beratnya dengan ibu yang anaknya down syndrome seperti sepupu saya. Kata teman saya yang lainnya yang punya ponakan autis juga, beda-beda kondisi si penderita, mungkin seperti kasus cacat mental ya, ada yang pernah menjelaskan ada yang parah, misalnya anak berumur 10 tahun tapi perbuatan dan pola pikirnya seperti anak berumur 3 tahun, ada juga yang seperti anak 5 tahun, dll. Jadi beda-beda. Dan saya juga pernah melihat di tv, ada anak autis yang mampu menulis satu buku - lupa lagi judulnya, pokoknya ada kata journey gitu. Anak autis ini dikirim ortunya ke Aussie, disana ada tempat/sekolah khusus anak autis, yang ternyata bisa membuat seorang anak autis jadi penulis buku berbahasa Inggris. Mungkin autisnya anak ini gak terlalu parah ya, karena saat diwawancara di Metro TV, dia mampu menjawab - artinya dalam batas tertentu dia mampu berkomunikasi dengan orang lain. salam Aisha -- From : ritajkt Saya mencoba menarik hikmah dari silang pendapat soal autis di thread ini dengan membuat telaah berikut ini; 1. Pak Satriyo (rsa/efikoe) meminta Mbak Mia minta maaf karena mbak Mia memakai istilah gaya autisnya Janoko. Menurut Pak satriyo, tulisan Mbak Mia tersebut adalah penghinaan terhadap penderita autis. (saya tidak memasukkan alasan pribadi dari Pak Satriyo dan Ibu Ajeng mengenai realita personal masing-masing yang TERNYATA bersentuhan dengan anak-anak autis. Karena ini akan mengarah pada persoalan pribadi.) 2. Mbak Mia menjelaskan bahwa istilah gaya autisnya Janoko yang ia tulis adalah suatu eufemisme, atau suatu gaya bahasa untuk menghaluskan suatu kenyataan, yaitu kenyataan dimana Pak Janoko mengalami masalah komunikasi yang nampaknya tidak bisa berkomunikasi secara dua arah melainkan hanya satu arah saja. Fenomena komunikasi satu arah ini adalah fenomena dari penderita autisme. PCMIIW. Dengan kata lain, apa yang dilakukan mbak Mia sama dan sebangun posisinya dengan orang yang berkata Cintamu itu buta dimana kata buta disini dipakai bukan sebagai penghinaan terhadap orang yang menderita cacat yang tidak bisa melihat, melainkan mengarah pada fenomena/keadaan yang dianggap tidak bisa melihat. Nah, semoga pemetaan saya ini ada gunanya buat teman-teman yang berbeda pendapat. Kalo ada salah-salah kata ya harus dimaafkan wong saya tidak merasa sebagai ahli bahasa...:-)). salam, rita [Non
[wanita-muslimah] Puasa Dalail Khairat
Temans, Saya mendapat cerita bahwa ada puasa yang namanya puasa dalail khairat (DK). Jika puasa Nabi Daud dilakukan selang sehari, dan Nabi Daud kadang-kadang membatalkan puasanya jika menjamu tamu atau dijamu orang lain untuk menghormati tamu atau penjamunya, puasa DK ini dilakukan terus menerus selama 3, 6, atau 9 tahun. Memang katanya tidak ada nashnya dalam Al Quran maupun hadis, hanya berdasar ijtihad ulama sufi. Puasa DK ini juga katanya untuk mendapat kharamah seperti kekayaan, kekebalan tubuh, dan ditanggung masuk surga. Pantangannya selama hidup, tidak boleh berzina, mabuk, maling, judi, sombong. Kabarnya ini biasa dilakukan di pesantren. Apakah itu betul temans? salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Mama Mia, Harajuku Syle dan Muslimah
Temans, Mama Mia itu bukan seorang mama yang bernama Mia, tapi satu acara di Indosiar. Acara yang kabarnya diadaptasi dari acara yang sama di tv Spanyol (?). Saat gencar diiklankan sambil menyaring peserta, saya hanya melihat di tv dan cuek bebex karena saya pikir ini hanya acara nyanyi-nyanyi biasa saja. Satu saat saya melihat acara ini, ternyata lumayan kualitas suara anak-anak remaja yang termasuk ABG itu, dan ternyata pula acara itu melibatkan ibu dari penyanyi ABG itu sebagai managernya. Dan ini yang menarik saya, ada hidden camera yang merekam hubungan ibu dan anak ABGnya itu, saat mereka lelah, saat mereka berantem, saat mereka bahagia, dll. Termasuk kasih sayang ibu-anak dan kerja keras ibu untuk menyiapkan berbagai hal untuk kesuksesan anaknya. Si ibu sebagai manager memilih lagu, mengawasi anaknya latihan, mengurus baju, dll. Ketika manggung, ada 4 eksekutor - semacam juri yang setiap episode memilih 3 peserta terburuk penampilannya di bottom tree, disebut zona kritis. Tiga anak dan ibu ini akan diberi pertanyaan dan dinilai 100 juri vote lock. Seminggu sekali ada yang terusir dari acara ini. Jurinya Helmi Yahya, Arzeti Bilbina, Sophia Latjuba, dan Ahmad Dhani Dewa. Satu saat ada peserta yang dikritik Arzeti karena bajunya aneh, di atasnya baju ketat hitam merah dengan rok 3/4 paha yang menggembung dan legging ketat berwarna kuning. Kata Arzeti seharusnya roknya lebih pendek supaya kakinya terlihat bagus dan jangan gunakan warna kuning. Ibu peserta itu yang berjilbab menjawab bahwa dia tidak bisa memendekkan lagi roknya karena dia dan anaknya muslimah yang tidak boleh memperlihatkan aurat, dan itu Harajuku Style. Ditimpali Ahmad Dhani bahwa Harajuku Style itu tidak Islami. Ada teman yang menjelaskan bahwa Harajuku Style ini sempat ng-trend di kalangan ABG dengan model aneh dan warna tabrak lari, katanya sih contohnya itu yang dipakai duo ratu (Maia + Mulan Kwok). Saya hanya tersenyum ketika Arzeti juga mengatakan saya juga muslimah, dan melihat baju Harajukunya peserta itu - anak ibu yang mengaku muslimah itu rambutnya terbuka, tangannya juga hanya pakai tangan pendek, dadanya terlihat, bajunya ketat, legging susdah jelas kan ketat seperti kaos kaki panjang. Rok gembung yang dimasalahkan Arzeti juga saya pikir mau dipendekkan atau tetap 3/4 paha, tidak akan jadi masalah tetap saja penampilan Harajuku ini ketat dan ada yang terbuka, dan lucu aja ketika ibu yang katanya muslimah menyatakan tidak boleh memperlihatkan aurat, tidak jelas aurat itu yang bagaimana menurut ibu itu. Dia sendiri memakai baju tertutup dengan kerudungnya, tapi anaknya kan masih berbuka-buka ria dan berketat-ketat ria. Ini hanya memperlihatkan bahwa batasan aurat dan busana untuk muslimah itu dipahami beda-beda. Betul begitu temans?...:) salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA
Meidear, Itulah maksudnya pak Ary untuk cek-ricek di milis, supaya jelas saja tidak ada perbincangan di luar milis dan ada orang yang mungkin merasa terdzolimi, kita semua tahu di website-nya kan ada penjelasan tentang milis WM ini, lalu secara periodik oleh moderator kita juga dikirim tata tertib dan peraturan milis, misalnya kita lihat di bawah ini : 4. Topik utama yang dibicarakan di mailing list adalah segala aspek yang berhubungan dengan permasalahan kaum perempuan pada umumnya dan muslimah pada khususnya seperti fiqh perempuan, pergerakan perempuan , kesehatan reproduksi , isu gender , kebijaksanaan pemerintah dalam hukum , peraturan ataupun perundang-undangan yang menyangkut masalah perempuan serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perempuan . 7. Mengenai topik selain yang ditetapkan pada bagian A-4 diatas dibagi menjadi dua yaitu a. Topik yang ditoleransi Meliputi topik-topik yang berkaitan dengan praktek ibadah seperti Sholat , puasa , haji , zakat , qurban dll b. Topik yang dilarang , meliputi : - Topik mengenai politik , organisasi politik ataupun tokoh politik tertentu , kecuali apabila menyangkut masalah kebijakan yang berhubungan ataupun mempunyai implikasi terhadap topik utama milis - Topik mengenai diskusi ataupun konsep mazhab tertentu kecuali apabila berkaitan dengan topik yang dibicarakan di milis ini ataupun topik yang ditoleransi - Segala bentuk spam atau jualan di milis , arisan , bagi-bagi dollar gratis , MLM dll Bagi saya yang bukan moderator dan kebetulan melihat thread Ahmadiyah yang ujung-ujungnya perdebatan antara abah HMNA dan pak Suryawan, saya rasa masuk ke topik yang dilarang Topik mengenai diskusi ataupun konsep mazhab tertentu kecuali apabila berkaitan dengan topik yang dibicarakan di milis ini ataupun topik yang ditoleransi, saat moderator menjatuhkan sanksi moderasi bagi abah HMNA dan pak Suryawan dan juga melalui satu email yang menjelaskan bahwa topik tentang Ahmadiyah di-stop, ini tentunya karena moderator menganggap bahwa perdebatan tentang Ahmadiyah ini tidak bisa ditoleransi lagi. Masalahnya kemudian pak Satriyo mengirim postingan yang berjudul Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah, saat itulah moderator memberi sanksi dimoderasi bagi pak Satriyo, sekarang sudah jelas ya Meidear masalah ini? ...:) Sudah ada tata tertib, sudah ada yang dimoderasi, sudah ada peringatan untuk tidak membicarakan lagi, eh tapi ngotot masukin email dengan judul seperti itu, apa maksudnya? Kalau pakai kalimat pak Ary kok masih ngeyel pengen menghujat keyakinan orang lain.Ini sih nantang moderator. Jadi mba Mei, ini bukan masalah tidak boleh ngobrol tentang perbedaan pendapat atau gaya komunikasi seseorang, tapi ada satu ketentuan yang berulang kali dimunculkan tapi dilanggar. Orang mau beda pendapat sih bukan masalah, silahkan tapi jangan menghina yang lainnya dan sampaikan dengan baik. Bergaya blak-blakan juga bukan masalah besar, tapi nabrak satu ketentuan dan sudah diperingati pula, itu apa namanya? Gak ngerti arti peringatan atau apa? Saya malah salut banget ke abah HMNA dan pak Suryawan, yang sama-sama dimoderasi tapi tidak ribut merasa tidak bersalah. Beliau-beliau ini diam saja, malah ketika menanggapi saya di thread yang lain, abah menjapri saya dan menjelaskan kenapa beliau menjapri, karena dimoderasi. Terima kasih abah untuk tanggapannya, abah juga beberapa kali dimoderasi sejak dulu ternyata tidak mengeluh dan abah yang dulu dengan abah yang sekarang, abah sekarang lebih baik dari abah yang dulu. salam Aisha --- From : L. Meilany Trimakasih Pak Ary. Itulah karena saya nggak pernah tahu kalo Pak HMNA, Pak Suryawan juga dimoderasi. Saya juga gak tahu kalo perbincangan mengenai Ahmadiyah tidak dilanjutkan.:-( Untuk klarifikasi saja saya tahu Pak Satriyo dan Pak Jano ko dimoderasi bermula dari Pak Satriyo. Ia tidak memberitahu masalah/sebab apa di moderasi. Setahu saya sih 'gaya' komunikasi Pak Satriyo di mail memang demikian. Di dunia nyata ya agak2 mirip : terbuka, blak2-an ;-) [ Akhirnya kami sudah saling ngomong2 bahwa apapun yg kita lakukan di mail seringnya disalah mengerti] Ya ibarat omongan orang suku Batak kebanyakan yg keras [ baik suara, intonasi maupun ungkapannya] sering disalah pahami oleh orang2 yg tidak 'kenal'. Dianggap kasar, tidak santun dan selalu provokatif.Dimanapun berada dalam situasi apapun. Mohon maaf bagi yg bersuku Batak. :-) Saya tidak bermaksud membela Pak Satriyo atau Pak Jano ko misalnya. Hanya saja yg saya maksudkan bahwa untuk urusan moderasi hendaknya juga punya 'standar' yg baku :-)Seperti Aisha katakan [ barusan saya baca mailnya] perbincangan mengenai agama [ yg saya pahami ; perdebatan] hendaknya dilakukan di milis yg memang khusus untuk itu. Setahu saya , milisnya Pak Radityo yg saya juga ikut nimbrung disana. Diskusiannya, saling menghujat memang lebih panas membara [ ini tentang Islam vs Kristen]. Apakah kemudian saling bantah membantah itu
[wanita-muslimah] Pengertian Kafir pak Agus
Menarik tulisan pak Agus Syafii di bawah ini, terutama pengertian pak Agus tentang kafir sebagai berikut Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang mukmin. Jika orang mukmin konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang diimaninya dalam keadaan apapun, orang kafir konsisten dalam hal tidak mempercayai kepada nilai-nilai kebenaran. Secara terbuka ia menyatakan tidak percaya kerpada Tuhan, kepada dosa dan kepada kebajikan. Dengan pengertian ini apakah kita bisa menerima jika ada orang yang menyatakan bahwa jika perempuan yang beragama Islam - muslimah, yang tidak berjilbab (dalam hal ini jangan dibayangkan bahwa tidak berjilbab itu hanya memakai bikini, atau pakai rok mini, atau berbaju dengan dada yang memperlihatkan payudaranya). Lihat di sekeliling kita di Indonesia, pada umumnya perempuan berbaju yang termasuk sopan, banyak yang memakai celana panjang dan blazer, atau rok panjang dengan blus tangan panjang, tapi mereka tidak memakai kerudung, dan mereka juga masih sholat, puasa, naik haji/umrah. Nah muslimah-muslimah seperti ini, yang hanya karena belum atau tidak berkerudung lebar, apakah bisa dimasukkan dalam kelompok kafir? menurut pak Agus ini kan orang kafir itu secara terbuka menyatakan tidak percaya kepada Tuhan, kepada dosa dan kepada kebajikan - panjang ya syarat untuk mengelompokkan seseorang ke kelompok kafir? Dan kita tidak bisa sembarangan menyebut orang lain kafir ya? salam Aisha --- From : Agus Syafii Jati Diri Manusia Ada tiga pertanyaan abadi, yakni dari mana ? mau kemana ? dan untuk apa kehadiran manusia di pentas kehidupan. Pertanyaan pertama dan kedua sudah terjawab; orang beragama menyatakan bahwa manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Nya, inna lillahi wa inna ilaihi raji`un. Orang Atheis menyatakan bahwa manusia hadir secara alamiah dan nanti akan hilang secara alamiah, tidak ada akhirat, tidak ada sorga ataupun neraka. Pertanyaan ketigalah yang selalu mengelitik manusia sepanjang sejarah. Dalam keadaan tertentu orang sering mempertanyakan makna kehadiran dirinya, sehingga muncullah pertanyaan-pertanyaan; (a) untuk apa aku dilahirkan ? (b) untuk apa aku capai-capai ngurusin beginian ? (c) untuk apa semua yang telah kukerjakan ? (d) mengapa aku harus patuh ?, (e) untuk apa jujur jika semua pada korupsi ? . Di sisi lain ada yang bertanya-tanya : (f) kenapa ya kita selalu membela dia sampai hampir mati, padahal kita nggak dikasih apa-apa ? (g) kenapa kita sedih ketika dia mati ? (h) kenapa orang pergi haji suka menangis ? dan masih banyak lagi pertanyaan orang. Kesemuanya itu sebenarnya berhubungan dengan apa yang disebut makna hidup, (the meaning of life). Manusia memang bukan saja makhluk biologis, tetapi juga makhluk yang bisa berfikir, merasa dan mengeti akan makna hidup. Terkadang atau kebanyakan orang lebih menonjol kebiologisannya, sehingga meski ia berpendidikan tetapi perilakunya tak lebih dari perilaku hewan. Ada yang seperti kambing (tidak bisa mendengar nasehat), ada yang seperti ular (licik), seperti ayam jago (free sex), seperti anjing (pendengki) dan ada yang seperti lalat (baik-buruk di embat semua). Adapun orang yang mengerti akan makna hidup maka ia mengerti akan makna pengorbanan, makna persahabatan, makna kesetiaan. Orang yang mengerti akan makna hidup sanggup untuk menderita demi kebahagiaan orang lain, sanggup menantang maut demi kehidupan orang lain, sanggup menderita di dunia demi kebahagiaan di akhirat. Jati Diri Manusia Menurut Al Qur'an Al Qur'an menyebut jati diri manusia dengan berbagai sebutan, sesuai dengan kualitas perilakunya , yaitu , mu'min, muslim, muttaqin, fasiq, munafiq, kafir, zalim, mukhlis, sabir, halim, hanif, jahil, 1. Musilim, Mu'min dan Muttaqin Seorang muslim artinya orang yang telah berpasrah diri kepada Tuhan, tetapi dalam rangking manusia berkualitas, seorang yang baru pada tingkat muslim berada pada tingkatan terendah. Karakteristik seorang muslim adalah seorang yang telah meyakini supremasi kebenaran, berusaha untuk mengikuti jalan kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia belum tangguh karena ia masih suka melupakan hal-hal yang kecil. Sedangkan seorang yang sudah mencapai kualitas mukmin adalah seorang muslim yang sudah istiqamah atau konsisten dalam berpegang kepada nilai-nilai kebenaran, sampai kepada hal-hal yang kecil. Ciri orang mukmin antara lain (1) hanya berbicara yang baik, (2) tidak menganggu orang lain, (3) merasa sependeritaan dengan mukmin yang lain, dan sebagainya. Sedangkan Muttaqin adalah orang mukmin yang telah menjiwai nilai-nilai kebenaran dan allergi terhadap kebatilan. 2. Fasiq, Kafir dan Munafiq. Orang Fasiq adalah orang yang mengetahui dan meyakini supremasi nilai kebenaran, tetapi dalam kehidupan ia malas mengikutinya terutama jika bertentangan dengan dorongan syahwat/kesenangannya. Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang mukmin. Jika orang mukmin konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang diimaninya
Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA
Meidear, Itu juga poinnya...:) Saya dan mba Mei kan orang yang berbeda, wajar pula jika menyikapi sesuatu itu ada perbedaan. Begitu pula ketika menerima japrian seseorang. Jika menurut mba Mei, pak Satriyo mengirim japrian yang dinilai mba Mei betapa emosionalnya..:) itu karena ada kesan positif dari tulisan2 saya yang menurut mba Mei menenangkan (makasih, wah apa memang begitu ya?...:) dan apakah betul pak Satriyo hanya mengirim ke saya? Mungkin saja beliau mengirim email ke teman lainnya kan? Coba kita lihat sama-sama bagaimana email pak Satriyo ini ya, Kalo mau komentar soal member yang lagi dimoderasi atau apalah istilahnya, ya tunggu sampe ybs bisa aktif lagi. Payah memang kalo sudah punya kuasa, apalagi ber-japri ria sesama member yang sealiran ... hehehe. Moderator dan member dah ga beda, saling dukung krn sealiran! Pake dalih macam2 asal bisa 'ngusir' ... ;-] Tapi gpp ... tipe anda memang sama ko ... berani di kandang sendiri. Silakan teruskan ke milis kalo mau ... Saya menilai email ini dikirim bukan karena saya dianggap menenangkan tapi karena beliau ingin menegur saya tentang komentar saya di milis tapi beliau tidak bisa kirim ke milis (karena dimoderasi). Isinya teguran karena komentar orang yang sedang dimoderasi, tuduhan buruk ke saya dan moderator dan member lain (saling menjapri + saling mendukung), menganggap hanya berani di kandang sendiri, itu semua tentang masalah di milis ya mba Mei, ditutup dengan ijin memasukkan ke milis. Itu sebabnya saya masukkan ke milis sambil menjawab kenyataannya bahwa tanggapan terhadap orang yang dimoderasi itu bukan masalah karena yang dimoderasi bisa membaca semua postingan di milis dan juga bisa menanggapi dengan cara menjapri, saya berikan pula contohnya komunikasi saya dengan abah HMNA yang juga dimoderasi. Lalu saya menjelaskan bahwa saya dan moderator tidak saling menjapri. Kemudian saya menjelaskan bahwa saya milisan dengan memperhitungkan waktu yang terbatas sehingga hanya ada milis2 tertentu saja yang saya ikuti secara aktif, sambil heran juga kenapa harus disebut berani di kandang sendiri, milis WM yang terbuka keanggotaannya itu kan gratisan dan saya tidak mengenal secara fisik dengan anggota milis lainnya, lalu apa maksudnya kandang sendiri? Saya bukan pemilik atau moderator milis, jadi kandang apa yang dimaksud?...:) Jadi mba Mei, sudah jelas bukan bahwa email japri pak Satriyo ini semuanya berkaitan dengan milis, urusan komen thd orang yang dimoderasi + tuduhan japrian saya dan moderator + kandang sendiri + dalih macam-macam untuk bisa ngusir - ini malah terbukti kan dari tata tertib milis + penghentian debat abah HMNA pak MAS (sekaligus moderasinya), email dari moderator tentang kasus Ahmadiyah distop. Semuanya sudah saya uraikan di tanggapan saya dalam obrolan mba Mei pak Ary. Dengan cara membicarakan di milis, saya harap semuanya menjadi jelas, japrian yang tidak layak saya masukkan di milis itu, japrian yang masalah perasaan jatuh cinta misalnya, tentang masalah rahasia keluarga misalnya. Japrian pak Satriyo itu sekali lagi urusan milis, dan saya merasa tidak perlu mengendapkan dulu, dalam keterbatasan waktu saya (saya tidak tahu apakah di masa mendatang masih sempat milisan, mungkin karena saya mengerjakan pekerjaan lain atau mungkin karena saya sakit, mati), lebih baik saat saya masih punya waktu saat ini, saya bereskan dengan menjelaskan segala sesuatunya tentang masalah milis itu di milis bukan di japrian. Begitu Meidear...:) salam Aisha - From : L. Meilany Aishadear, Itulah dia poinnya. Saya juga sering menerima japri. Ada bahkan yg meminta ' tolong diteruskan ke ybs' atau 'tolong di kirim ke milis'. Tapi tak semua itu saya lakukan. Biasanya sih saya baca dulu kemudian saya endapkan. Kalo memang nadanya malahan bikin jadi ruwet atau malah bikin kacau suasana ya abaikan saja. Seperti misalnya seorang member yg tanya tentang autis yg dimaksud Mia. Ia sendiri menuliskan; 'tolong dikirimkan ke Ibu Mia', soalnya ia tidak bisa membaca e-add Mia Saya tidak lakukan karena kalo ngirim mail yg nadanya emosional gitu saya kok nggak tega. Lagipula ia gak menyertakan tulisan Mia yg ia maksud. Jadi saya kirimkan saja e-add Mia kepadanya agar ia mengirim/menanyakannya sendiri. Begitu juga mail Pak Satriyo, dari yg saya baca kan kelihatan sekali betapa emosionalnya Pak Satriyo. Mengapa cuma dikirim ke Aisha? Artinya kan ada kesan positif dari tulisan2 Aisha selama ini yg menenangkan. Mustinya [ kalo saya jadi Aisha ] ya diamkan saja dulu supaya tidak juga terbawa emosi, kemudian tanggapi dengan kepala dingin. Itu kalo mau ditanggapi, atau yang paling mudah abaikan saja.:-D Ada kerabat dekat saya yg reaktif mudah tersinggung. Tadinya saya juga jadi sewot kalo ia lagi nasping. Setelah lama saya juga jadi bisa menahan diri. Diam saja nggak sampai 10 menit ia juga akan lupa dengan yg ia omongin, seolah tak terjadi apa2. Atau mungkin saya juga yg terlalu sensitif
[wanita-muslimah] Emotional Attachment, Apa Itu?
Temans, Membaca tulisan ibu Sawitri di bawah ini, ternyata begitu besar ya pengaruh kelekatan emosional antara ibu-anak, antara suami-istri. Ini sebagai bahan untuk mengevaluasi kelekatan emosi antara kita sebagai anak dengan ibu kita, atau mungkin jika ada yang sudah menikah, untuk melihat kelekatan emosi antara suami-istri. Dan ternyata besar sekali pengaruhnya perselingkuhan itu ya? Termasuk disini tentunya poligami seperti nikah sirri yang tidak diketahui atau tanpa seijin istri resmi, atau nikah resmi dengan istri-istri lainnya dengan memalsukan status - nikah lagi ini tentunya didahului oleh perselingkuhan ya. Yang jelas apakah itu perselingkuhan atau nikah (sirri resmi) yang istrinya tidak rela (atau terpaksa merelakan karena tergantung secara ekonomi) itu bisa membuat istri kurus kering atau jadi pribadi yang tidak bahagia ya? salam Aisha -- Kompas, 29 Juli 2007 Emotional Attachment, Apa Itu? Sawitri Supardi Sadarjoen, Psikolog Terkadang kita mendapat kesulitan menerjemahkan istilah yang kita ambil dari literatur yang ditulis dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini bisa disebabkan oleh gradasi kehalusan ungkapan perasaan yang mendalam dalam bahasa Indonesia masih terasa amat sederhana. Kata attachment dalam kamus Inggris-Indonesia dinyatakan sebagai kelekatan, keikatan, atau keterkaitan. Sementara itu, dalam pemahaman emotional attachment yang positif sesungguhnya terkandung unsur kasih sayang, kekaguman, respek, kesetiaan, perasaan terdukung, dan emosi positif lainnya yang mengait dan lekat satu sama lain secara utuh dan menyeluruh. Untuk itu, dalam uraian di bawah ini, tanpa mengurangi kedalaman maknanya, akan digunakan istilah kelekatan emosional untuk mengganti istilah emotional attachment di atas. Antara ibu-anak Hubungan ibu dan anak kandung adalah satu contoh konkret kelekatan emosional yang benar-benar utuh dan terbina dari sejak janin berada, tumbuh, kemudian berkembang di dalam kandungan ibu. Ikatan biofisiologis yang terjalin kelekatan yang terpercaya tersebut benar-benar suatu kelekatan yang nilainya tiada tara, yang akhirnya menjadi fondasi tempat pijakan kokoh bagi pertumbuhan kepribadian anak yang utuh setelah dilahirkan, tentu saja bila perlakuan penuh kasih berlanjut secara emosional yang membuat anak merasa terdukung manakala menghadapi kesulitan. Jadi, dapat dibayangkan bila, oleh berbagai sebab, kasih ibu terputus di tengah jalan, misalnya karena perceraian atau berbagai penyalahgunaan fisik dan emosional yang dilakukan ibu. Hal tersebut akan membuat anak kehilangan fondasi, tempat pijakan yang kokoh bagi perkembangan pribadi secara optimal di kemudian hari. Konsekuensinya adalah luka batin pada kelekatan emosional yang akhirnya dijadikan anak sebagai pijakan pengganti bagi perkembangan kepribadian. Dapat dipahami, bila manifestasi perilaku anak di masa dewasa nanti akan berada dalam rentang variasi perilaku psikopatologis, seperti menipu, memanipulasi, mencuri, melakukan tindak kriminal, serakah, dengki, iri hati, agresif, atau koruptif, sebagai akibat dari hilangnya kelekatan emosi terpercaya oleh berbagai erosi kelanjutan kasih ibu dalam proses perkembangan kepribadian anak. Antara suami-istri Adakah kelekatan emosional yang terbina di antara pasangan perkawinan? Tentu saja ada, tetapi masing-masing pasangan mendasari terbangunnya kelekatan emosional tersebut dengan diwarnai referensi penghayatan pengalaman masa lalunya. Namun, tidak tertutup kemungkinan justru keberhasilan membangun kelekatan emosional antarpasangan yang optimal ternyata dapat mengompensasikan kekurangan/luka batin yang dialami masing-masing pasangan pada masa lalunya. Mengapa? Karena dalam kehidupan perkawinan terdapat hakikat keintiman seksual yang menyertakan libatan hubungan fisik, fisiologis, dan psikologis secara total dan bersifat sangat sakral. Unsur ungkapan kasih dan ungkapan emosional menyatu secara integratif dengan hubungan seksual antarpasangan. Apabila relasi itu terjadi atas dasar kasih yang melekat satu sama lain, makna orgasme akan berpengaruh secara menyeluruh dalam jiwa dan raga kedua pasangan. Dengan demikian, fungsi seksual yang tertuju pada upaya mencapai kondisi nyaman-tenteram-bahagia (well-being) akan teraih optimal dan dapat serta merta berpengaruh pada bangkitnya rasa percaya diri, rasa yakin diri, pada kedua pasangan tanpa disadari. Kondisi optimal terbinanya kelekatan emosional pada masa dewasa dalam ikatan perkawinan ini ternyata dapat mengompensasi kekurangan oleh luka batin yang pernah terjadi pada masa lampau. Jadi, dapat dipahami efek biopsikososialnya pun positif bagi kelekatan emosional pasangan perkawinan tersebut. Kasus Ibu, hati saya hancur luluh, rasa percaya diri saya jatuh, saya ingin mati saja, Bu. Ternyata suami yang selama ini saya sanjung, saya banggakan, saya kagumi, serta saya jadikan panutan dalam hidup dan tempat saya mencurahkan segala
[wanita-muslimah] Jilbab Lebar
Temans, Beberapa hari yang lalu saya ikut baca satu buku yang ada tulisan kumpulan cerita Islami, buku ini dibawa sepupu yang menginap di rumah. Ada yang menarik dalam cerita-cerita (lebih dari satu cerita) itu, berulang kali disana digambarkan bahwa jilbab itu (kerudung maksudnya) harus lebar sehingga menutupi dada, malah ada satu cerita yang menggambarkan seorang gadis berjilbab lebar menutupi dada naik bis dan di sebelahnya ada gadis berjilbab mini (yang tidak menutupi dada, hanya menutup rambut saja), si gadis berjilbab lebar tertidur dan ketika bangun lagi, tasnya sudah hilang, gadis berjilbab mini di sebelahnya juga tidak ada, kata sopir dan kenek bis, gadis berjilbab mini itu yang mencuri tas gadis berjilbab lebar. Kesannya cerita itu menunjukkan bahwa jilbab lebar = baik dan jilbab mini = jahat. Di tv, sinetron yang katanya sinetron Islami juga ada yang menggambarkan seorang gadis buta berjilbab, ketika gadis itu bisa melihat lagi, dia menjadi gadis liar yang senang hura-hura dan kasar selain melepas jilbabnya. Disini kesannya cerita itu menunjukkan yang berjilbab = baik dan yang tidak berjilbab = jahat. Ketika membaca artikel di bawah ini yang berjudul Fina dan Bibit Sapi Perah Unggul, di versi cetaknya ada 2 foto, yang satu ibu Fina ini sedang tertawa memakai semacam jaket. Satunya lagi ibu Fina sedang tertawa, berdiri di depan sapi-sapi. Kedua foto itu memperlihatkan jilbab yang dimasukkan, bukan jilbab lebar yang menutupi dada. Yang satu dimasukkan ke jaket, sementara yang satunya lagi jilbabnya dimasukkan ke dalam kaos tangan panjang yang dipadu dengan celana jins dan sepatu boot plastik. Sambil memandang foto-foto itu setelah membaca kisah perjuangan bu Fina ini selama belasan tahun untuk membantu peternak sapi sehingga saat ini mengurus 70 sapi miliknya dan menaungi 350 sapi lainnya, sehingga total 420 sapi yang diurusnya, saya sempat merenung, apakah orang seperti bu Fina ini masih dianggap kurang atau tidak Islami karena jilbabnya bukan berupa gamis longgar + kerudung yang tidak menjulur ke dadanya? Kenapa cerita Islami atau tayangan di tv yang pakai tambahan Islami itu selalu menitik beratkan ke jilbab yang menjulur ke dada? Jika dulu di masa jahiliyah, wanita sengaja memperlihatkan belahan dadanya dan berbaju mini memperlihatkan pahanya, apakah perintah untuk menutup aurat itu memang harus diterjemahkan sebagai bentuk bahwa kerudungnya itu harus panjang sehingga menutup dada, sehingga beredar jilbab lebar? Apakah tidak cukup dada itu ditutup bra+ baju saja yang penting dada dan paha tidak terlihat diumbar, sehingga perempuan seperti bu Fina ini bisa bekerja mengurus dan mengawasi sapi-sapinya. Pernah juga saya melihat film Iran yang menceritakan sosok gadis kecil yang tiba-tiba harus mengurus adik bayi dan adik laki2 kecilnya, mengurus ternaknya dan harus ikut ujian pula karena ayahnya sakit dan ibunya harus mengantar ayahnya berobat. Gadis itu memakai gamis longgar dan kerudung yang kain lebar dibentuk segi tiga yang ditalikan di lehernya tapi kainnya sampai ke perut (rambutnya masih terlihat), repot sekali gadis ini membuat adonan makanan untuk ternaknya, ujung kerudungnya masuk ke makanan ternak itu. Begitu juga saat dia mengerjakan pekerjaan lainnya, ribet banget dengan jilbab lebarnya. Di bawah ini cerita tentang bu Fina ini, apakah kita akan menghargai kegiatan bu Fina yang banyak manfaatnya untuk banyak orang, atau masih berkutat di sekitar anggapan bahwa muslimah baik itu adalah yang memakai jilbab lebar yang dianggap Islami yang menjulur menutup dada? salam Aisha http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/25/Sosok/3712942.htm Fina dan Bibit Sapi Perah Unggul Hermas E Prabowo Fina Rosdiana (42) mungkin hanya satu dari sedikit perempuan pengusaha yang menekuni usaha pembibitan sapi perah. Meski jenis usaha yang satu ini menyisakan marjin keuntungan kecil dan tak banyak orang melirik, di tangan Fina usaha pembibitan tetap menjanjikan. Tengok kandang sapi di Sukabumi, Jawa Barat, yang menaungi sekitar 420 bibit sapi perah hanya dalam waktu 15 tahun usahanya. Sebagian besar sapi-sapi itu berusia dara bunting dan siap dilelang dengan kisaran harga Rp 8 juta per ekor. Yang menarik dari bibit-bibit sapi yang dikelola Fina dan Kelompok Tani Goalpara binaannya adalah semua bibit sapi itu berkualitas. Mereka dilahirkan dari induk sapi yang tercatat memiliki produktivitas tinggi, sebagian di antaranya bahkan produktivitas susunya mencapai 30 liter per hari. Rata-rata produktivitas sapi perah sekarang di bawah 15 liter per hari. Bibit sapi itu juga dijamin memiliki masa laktasi atau masa produksi susu lebih panjang. Bila sapi perah umumnya hanya beranak lima kali, bibit sapi Fina bisa beranak sampai tujuh kali, dengan rata-rata laktasi 305 hari per tahun. Hal terpenting yang tak dilupakan Fina adalah mencatat semua silsilah sapi miliknya. Mulai dari pejantan, induk, tanggal inseminasi buatan, hingga kapan
Re: [wanita-muslimah] Fwd: Hal-Hal yang Berkenaan dengan Masjid
Pak Arya, Saya pernah mengikuti satu pengajian di mesjid, kaum perempuan yang mengikuti pengajian (ibu-ibu dan gadis-gadis) ternyata banyak yang membawa barang dagangan, seperti kerudung, gamis, dll. Di saat para kiai ada di atas mimbar menjelaskan berbagai hal, peserta pengajian itu malah bisik-bisik dan oper-operan barang dagangan. Kegiatan seperti itu mengganggu orang-orang yang mau mendengarkan ceramah agama. Yang seperti itu yang dilarang, jual beli DI DALAM mesjid, tapi kalau di LUAR mesjid sih gak masalah, buktinya di halaman mesjid banyak yang jual makanan. salam Aisha --- From : h_aryadita Kalau promosi di masjid gak boleh juga yah? soalnya nyrempet2 jual beli tuh bang.. Oh ya, cewek kudu pake jilbab ke masjid kok gak ada larangannya yah? Kalau yang melarang kira2 pake dalil apa yah? -- 4. Dilarang jual-beli di dalam masjid. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw dibawah ini: Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Apabila kamu melihat orang yang berjualan atau membeli jualan itu di dalam masjid, maka katakan kepadanya, 'Semoga Allah tidak memberi keuntungan daganganmu'. (HR an-Nasa'i dan at-Tirmidzi seraya menganggap hasan hadis tersebut). Bagi orang yang melihat hal tersebut, wajib mengingatkannya sambil berdo'a dengan do'a tersebut seraya diucapkannya dengan keras. Alasannya, karena masjid tidak dibangun untuk hal ini. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA
Saya pernah mengikuti satu milis, ternyata milis itu satu arah - tidak ada dialog antar anggota, tapi anggota boleh mengirim tulisan yang lalu disortir moderator (ada yang lolos, ada yang tidak lolos), artinya milis itu memoderasi SEMUA anggotanya. Sebenarnya moderator itu kan ibarat polisi lalu lintas, jika tata tertibnya bis, angkot itu tidak boleh ngetem di sudut-sudut jalan, maka jika polisi itu bertindak, itu tentunya sesuai dengan tugas polisi itu untuk menertibkan lalu lintas. Jika di jalan ada tabrakan karena pengemudinya ngebut tapi tidak bisa mengendalikan diri, tugas polisi untuk mengurus mobil dan 2 pengemudi itu dan melancarkan kembali semua jalur lalu lintas. Jika ada pengemudi mabuk yang sesuka hati mengemudi sehingga membahayakan pengguna jalan raya lainnya, maka tugas polisi pula untuk menahan pengemudi mabuk itu. Pertanyaannya kemudian, apakah di dunia milis ada yang tidak taat aturan yang sudah dibuat harus ditertibkan? Apa ada member yang mabuk sehingga bukan membahayakan lalu lintas, tapi mungkin hanya membuat tidak nyaman anggota lainnya - ini juga mungkin tidak semua anggota terganggu karena ada juga yang cuex bebex, gak peduli dan mungkin wajar saja mabuk di milis karena tidak ada yang ditabrak (tidak ada yang terluka secara fisik) dan bisa memaklumi bahwa memang ada orang yang seperti itu di dunia ini. Nah, orang mabuk dan yang memang melanggar tata tertib tertulis dan peringatan itu harus diperlakukan sama? Eh ini bukan mabuk karena alkohol yang bisa mencelakakan orang lain di jalan, tapi mungkin mabuk dengan cara berjalan kesana kemari ngoceh tidak karuan...;) salam Aisha From : Mia Moderator WM melakukan tugasnya, kok dibilang 'kesannya nggak demokratis dan otoriter'? Kalau keputusannya kurang tepat, persoalannya kupikir bukan otoriter dan nggak demokratis. Ada beberapa milis setiap postingan selalu dimoderasi. Lalu apakah moderator terkesan otoriter atau nggak demokratis? Tapi karena di milis ini moderator nggak punya waktu memoderasi setiap postingan, maka diseleksi saja sekali-kali yang perlu dimoderasi. Artinya, moderator menjalankan tugasnya kalau dianggap perlu. Di milis sekelompok ilmuwan akademisi kelas dunia yang saya ikutin secara pasif, moderator sesekali menutup suatu thread kalo sudah dia anggap berlarut-larut, kepanjangan nggak jelas. Karena moderasi bukan banning. Anggap saja moderasi ini bagian dari character building di milis ini. Kan udah ada buktinya pak HMNA sekarang aman sentosa? Kita bisa berharap Pak Jan dan Pak Sat akan demikian juga, dengan usaha ini. Kita sendiri masing2 nggak boleh menutup mata dengan 'kekerasan atau manipulasi' yang berlangsung di milis. Paling tidak kita bisa mengekpressikan ketidaksenangan kita sesekali, dan bukannya 'dwelling on it'. Sejujurnya, saya sebagai pengikut milis nggak mikirin siapa yang akan dimoderasi, walaupun sesekali mengekpressikan ketidaksenangan kepada gaya tertentu, seperti gaya autis Janoko. Mudah saja, postingan Janoko biasanya kulewatin. Postingan pak RSA kebanyakan kulewatin karena emang ngggak cukup waktu baca postingnya yang banyak. Lebih dari itu menurut pandanganku, psikologi keduanya Jan dan RSA, mengimplikasikan mental fundamentalis yang menurut KA mengalami distorsi pemahaman waktu, jadi semacam patologis ahistoris. Pun ini nggak membuatku berpikir mereka kudu dimoderasi, karena setiap kita bisa belajar dari situasi apapun. But you see, sudut pandang saya adalah sebagai anggota milis, bukan sebagai moderator yang punya tugas memperhatikan lalu lintas dan kenyamanan milis - dan ini valid. salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Fair-kah anda?
Ada yang terlupa, yang menjapri saya itu beberapa anggota WM yang termasuk silent member, mereka yang sama sekali tidak pernah posting, mengirim tulisan atau menanggapi di milis. Saya tidak pernah tahu apakah mereka yang menjapri ini sealiran atau tidak, karena sebelumnya saya tidak kenal mereka, maksudnya aliran apa? aliran sungai atau aliran silat? ..;) Itu sebabnya kalau belum mengerti, minta penjelasan dulu lah sebelum mikir atau nyangka jelek ke orang lain, bukankah Islam mengajarkan untuk menjauhi prasangka? Saya dengan moderator milis WM ini tidak berjapri ria, kenapa harus berjapri ria kalau saya bisa menanggapi berbagai hal di milis - mulai dari ISI banyak topik di milis sampai ke CARA orang milisan. Bukankah kalau kita beragama itu harus kaffah? Jadi bermilis ria itu juga bukan sekedar membicarakan berbagai hal tentang Islam di banyak tanggapan di milis, cara kita menanggapi orang lain saat ngobrol di milis juga harus ada etikanya dwonks. Termasuk disini saat saya menanggapi japrian pak Satriyo yang menyangkut moderator dan member milis, selain ditujukan ke anda, saya juga masukkan ke milis. Email ini pun saya kirim ke pak Satriyo + milis. Tidak semua japrian saya masukkan ke milis walaupun dari orang yang mengaku anggota WM ini, misalnya jika orang itu menjapri menawarkan rumahnya, di milis kan tidak boleh jualan, ada di tata tertib, nanti malah saya kena moderasi kalau ngotot masukin japrian orang yang lagi jualan. Japrian yang menanyakan tempat pengobatan karena anak yang menjapri ini kecanduan narkoba, saya menjawab yang saya tahu, yang ini mungkin bisa dimasukkan ke milis tanpa nama si penjapri, tapi tidak saya masukkan di milis karena penjapri ini beranggapan bahwa anak yang kena narkoba itu aib bagi keluarganya - kalau dia tidak menganggap begitu kan dia bisa bertanya di milis bukan di japrian. Kasus lain, setelah berdebat panjang di milis sebelah, orang tsb menjapri saya dengan kata-kata buruk misalnya saya dianggap gila setelah orang itu tidak bisa berdebat lagi di milis. Yang seperti ini tidak saya masukkan ke milis lagi walaupun itu masih kelanjutan obrolan di milis. Ada saatnya kita tidak perlu menanggapi sesuatu jika lebih banyak mudaratnya dibanding manfaatnya. Orang yang ngobrol di milis sudah tidak fokus lagi ke masalahnya tapi sibuk memaki atau melecehkan orang lain teman diskusinya berarti tidak mampu lagi untuk berkomunikasi di milis. Proses sampai saya seperti ini melalui proses panjang sebab pada dasarnya orang selalu tidak puas, apalagi jika teman diskusi mulai memaki, melecehkan dan kata-kata buruk lainnya ke yang bersifat personal, tentunya sangat tidak menyenangkan dan kita cenderung membalas, itu yang namanya mengikuti hawa nafsu. Keberangan atau nafsu amarah seseorang dibalas dengan keberangan atau amarah yang sama. Jika kita tidak bisa mendinginkan suasana, lebih baik dibiarkan orang yang sedang emosional, syukur2 bisa tenang lagi dan jika suasananya sudah nyaman, kalau sempat - masih diberi waktu oleh Allah, bisa dilanjutkan diskusinya dengan pengendalian diri yang lebih baik. Saya juga masih belum jadi orang baik, tapi tentunya harus selalu ada peningkatan diri, kalau tahun kemarin masih bales orang yang marah-marah, tahun ini tidak perlu lah balas marah. Gitchu, kan?..:) Silahkan pak Satriyo baca pula beragam postingan di milis, tentang moderasi anda dan pak Jano itu ada berbagai komentar dari anggota milis, yang pro dan yang kontra tentang moderasi. BTW, saya juga menerima japrian pak Jano yang ditujukan untuk banyak orang, tapi tidak ada isinya, saya tidak tahu apakah pak Jano tergesa-gesa sehingga belum mengetik isinya keburu klik send atau memang sengaja seperti itu, kalau seperti ini saya memahami maksudnya blio. salam Aisha -- From : Aisha Temans, Saya menerima email japri dari pak Satriyo sehubungan dengan komentar saya di milis. Saya pribadi ngomentari tentang masalah yang sedang dimoderasi bukan masalah besar sehingga harus nunggu aktif lagi, apa sih arti dimoderasi itu? Dimoderasi itu bukan diban sehingga orang itu dikeluarkan dan tidak bisa posting lagi di milis, dimoderasi itu orang tetap bisa mengirim emailnya tapi melalui moderator, untuk disaring, masalahnya moderator itu kan bukan pengangguran hanya setiap jamnya hanya melototin kegiatan milis saja, jadi mungkin harus sabar menunggu, kalau tidak mau sabar menunggu, ya ... jangan sampai dimoderasi, contoh dibilangin jangan ngobrol lagi tentang aliran agama apalagi ngobrol yang pakai unsur menyesatkan orang lain, kenapa tidak nurut? Lebih baik memoderasi diri sendiri dulu, pikir dulu sebelum posting, bertanya ke diri sendiri, apakah layak masukin berbagai email untuk milis tertentu. Coba lihat peringatan moderator sebelumnya di email yang diposting tgl 15 Juli 2007 jam 12:03 dan subject-nya MODERATOR : Debat Ahamdiyah DItutup. Setelah dimoderasi, abah HMNA menjapri saya menanggapi thread nama Islam, saya tanggapi di milis
Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA
Meidear, Japrian pak Satriyo itu di ada kalimat pak Satriyo di baris paling bawah seperti ini SILAKAN TERUSKAN KE MILIS KALO MAU..., apakah itu berarti for your eyes only?hehehe, bagi saya sih arti dari kalimat pak Satriyo itu adalah saya bisa masukin ke milis, belajar untuk mengemukakan ketidak puasan di milis jika memang sumber ketidak puasan itu adanya di milis. Lebih banyak kepala di milis kan lebih banyak pendapat, sehingga orang bisa belajar dari beragam pendapat itu untuk bisa lebih baik di masa mendatang, bukankah agama Islam mengajarkan bahwa celaka orang yang hari ini-nya lebih buruk dari hari kemarin, merugi jika orang hari ini-nya sama dengan hari sebelumnya, orang Islam itu harus lebih baik dari hari ke hari, belajar termasuk juga belajar dari perbedaan pendapat. Siapa tahu dengan berbagai komentar di milis, orang bisa jadi mengerti kenapa dia mendapat perlakuan tertentu. Tidak ada asap kalau tidak ada api, tidak ada reaksi kalau tidak ada aksi, maka silent member tidak akan dimoderasi karena dia tidak pernah posting sesuatu alias tidak ada aksi sama sekali...;) Sekali lagi, japrian pak Satriyo itu dimasukkan ke milis itu karena ada kalimat yang mempersilahkan saya meneruskan ke milis, beda dengan japrian seseorang yang anggota WM juga yang memang menuliskan FYEO dalam japriannya, padahal orang ini mengomentari masalah di milis, saya masih ingat, waktu itu lagi membahas kasus seorang seleb yang tidak mengakui anak yang ada di perut pacarnya. Tentu saja japrian itu tidak saya teruskan ke milis. Saya juga tidak mungkin meneruskan japrian yang menyatakan cinta atau mengeluh sedang patah hati ke milis. Begitchu ragam japri yang saya terima itu mba Mei dan cara saya memperlakukan japrian yang aneka ragam itu...;) Pabaliut Meidear bukan babaliyut...:) salam Aisha --- From : L. Meilany Mengenai japri antara Pak Satriyo dan Aisha misalnya, saya sih nggak mau ikutan campur. Meskipun akhirnya oleh Aisha di lempar ke milis. Terus terang saja bagi saya sih yg namanya 'japri' itu bijaksananya nggak bolehlah langsung di lempar ke forum. Apalagi kalo japrian itu sifatnya ngedumel, protes atas kebijaksanaan milis, masalah orang per orang. Akibatnya yg gak tahu jadi tahu. Akibatnya malahan jadi babaliyut , benang kusut.Timbul persepsi akan pribadi orang per orang. Karena namanya curhat, pengaduan itu lahir dari akibat ke tidakpuasan. Jadi ya sebenernya di endapkan dulu, nanti setelahnya mungkin bisa ambil action, di jawab atau bahkan diamkan saja. Seperti misalnya komunikasi saya dengan Hana, saya agak berhati-hati tapi kalo hal tersebut merupakan amanah [artinya saya jadi kurir, ya saya lemparlah ke forum] Begitulah biasanya yg saya lakukan terhadap mail2 japri yg nadanya mungkin menyerang pribadi, menyerang kebijaksanaan orang lain/milis. Setidaknya hal tersebut bisa jadi tambahan pelajaran bagi saya, bukan masalah yg diomongin, tapi : betapa uniknya manusia :-) . . Salam maaf, l.meilany [Mungkin kali lain kalo mau japrian sebelumnya ditulis dulu FYEO - for your eyes only jadi nggak di kirim ke milis :-] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: STOP! Fwd: Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah)
Bukankah moderator dulu ketika diskusi Ahmadiyah antara abah HMNA dan pak MAS ketika sudah tidak sehat lagi sudah memberi peringatan untuk menghentikan diskusi tentang aliran agama? Di tata tertib milis juga kan ada. Tapi saya heran kenapa ada saja anggota yang ngotot banget untuk terus mendiskusikan Ahmadiyah? Yang saya tahu ada milis Islam-Kristen yang heboh saling menghina saling memaki antara penganut agama masing-masing, ada tidak ya milis yang isinya perdebatan antara penganut Ahmadiyah-non Ahmadiyah, supaya pak Satriyo dan teman-teman yang ingin berdebat terus tentang Ahmadiyah bisa punya tempat dan tidak ngotot debat di milis wanita-muslimah. Tapi ada satu hal yang ingin saya tanyakan kepada siapa saja yang tahu tentang Ahmadiyah - tapi bukan mau debat tentang alirannya - ini hanya masalah wanita dan pernikahan. Ada sodara jauh yang mengaku Ahmadiyah (kita sebut saja ibu X), pernah cerita ke ibu saya waktu mengundang ke acara pernikahan anak-anaknya (kebetulan anaknya semua perempuan), katanya anak-anak gadisnya kalau membawa calon pasangan hidup yang ingin melamar ke rumah, selalu ditanya Ahmadiyah atau bukan? Kalau laki-laki yang mau melamar itu Ahmadiyah, maka hubungan itu bisa berlanjut ke pernikahan, tapi kalau tidak, lamarannya tidak diterima. Karena ibu itu sudah meninggal sehingga saya tidak bisa bertanya langsung, saya ingin bertanya apakah betul di Ahmadiyah itu pernikahan hanya sesama penganut Ahmadiyah? Itu ketentuan kelompok atau hanya kebetulan kebiasaan ibu X itu saja? salam Aisha -- From : Dwi W. Soegardi MODERATOR: Topik ini harap tidak diteruskan. Saya tidak melihat akan adanya dialog yang sehat mengenai perdebatan antar aliran di milis. Karena peringatan sebelumnya tidak diindahkan, maka satriyo/rsa/[EMAIL PROTECTED] dikenai sanksi moderasi. Bagi warga Ahmadiyah yang ingin memberikan jawaban, langsung saja japri dengan ybs. Demikian harap maklum. salam, DWS =Moderator -- On 7/25/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Moderator, saya tampilkan versi text brosur tentang Ahamdiyah, dengan harapan akan ada dialog sehat, tidak mengulang apa yang terjadi sebelumnya yang jauh dari sehat dan tidak fokus. Buat member di milis ini yang memang paham Ahmadiyah dan juga yang menganut Ahmadiyah, mohon tanggapannya. Mohon maaf bagi yang tidak berkenan. Terima kasih sebelumnya. salam, rsa === Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Fair-kah anda?
Temans, Saya menerima email japri dari pak Satriyo sehubungan dengan komentar saya di milis. Saya pribadi ngomentari tentang masalah yang sedang dimoderasi bukan masalah besar sehingga harus nunggu aktif lagi, apa sih arti dimoderasi itu? Dimoderasi itu bukan diban sehingga orang itu dikeluarkan dan tidak bisa posting lagi di milis, dimoderasi itu orang tetap bisa mengirim emailnya tapi melalui moderator, untuk disaring, masalahnya moderator itu kan bukan pengangguran hanya setiap jamnya hanya melototin kegiatan milis saja, jadi mungkin harus sabar menunggu, kalau tidak mau sabar menunggu, ya ... jangan sampai dimoderasi, contoh dibilangin jangan ngobrol lagi tentang aliran agama apalagi ngobrol yang pakai unsur menyesatkan orang lain, kenapa tidak nurut? Lebih baik memoderasi diri sendiri dulu, pikir dulu sebelum posting, bertanya ke diri sendiri, apakah layak masukin berbagai email untuk milis tertentu. Coba lihat peringatan moderator sebelumnya di email yang diposting tgl 15 Juli 2007 jam 12:03 dan subject-nya MODERATOR : Debat Ahamdiyah DItutup. Setelah dimoderasi, abah HMNA menjapri saya menanggapi thread nama Islam, saya tanggapi di milis, jadi jika pa Satriyo dimoderasi dan tidak sabar untuk ngobrol, bisa di japrian seperti ini dan saya masukkan ke milis, ini juga jika saya sedang agak santai, karena waktu saya untuk milisan juga terbatas, hidup lebih banyak untuk mencari nafkah. Disamping itu, seseorang yang sedang dimoderasi kan tetap bisa membaca semua postingan yang masuk. Jadi kenapa harus menunggu sampai seseorang lepas dari moderasi? Rupanya pak Satriyo ini masih gaptek juga, masih belum mengerti tentang MILIS UMUM seperti WM, buktinya blio sampai mengeluarkan kalimat berani di kandang sendiri, ini maksudnya apa? Saya bukan salah satu dari moderator, saya juga mengikuti banyak milis, tapi karena keterbatasan waktu, saya hanya ikut ngobrol di WM dan sekali-sekali di KS, dan beberapa milis tertutup yang berkaitan dengan kelompok sekolah saya dulu. Di WM-pun tidak rutin tiap hari. Sebenarnya saya ingin banyak ngobrol tentang berbagai hal di milis lainnya, sekali lagi karena waktunya terbatas sehingga saya pilih milis yang berkaitan dengan wanita dan milis keluarga dalam skala prioritas saya. Kandang sendiri bagaimana? di WM ini saya tidak mengenal secara fisik anggota2nya kok - bukan pemilik, pendiri atau moderator, ngobrol ya ngobrol aja sebagai anggota, kok disangkut pautkan dengan kandang segala...:) Sekali lagi, tidak ada kaitannya dengan kelompok2, saya menanggapi sesuai dengan kemampuan saya dari segi waktu untuk membaca dan mengetik, saya bisa sependapat dan bisa tidak sependapat dengan banyak anggota WM. Pak Satriyo ini kok mikir buruk ya ke orang lain, sampai mengatakan moderator dan member gak beda. Beda lah, saya sebagai member tidak mempunyai kekuasaan untuk mem-ban atau memoderasi member. Sebagai member saya hanya punya kewenangan untuk posting saja tentang berbagai topik di milis. Yang penting adalah apakah pak Satriyo mengakui melakukan kesalahan atau tidak? Jika tidak merasa bersalah dan terus mencari kambing hitam di pihak lain, hidup tidak akan tenang. Saya sudah menunjukkan peringatan moderator tgl 15 Juli itu, disamping itu di tata tertib milis WM yang dikirim secara periodik kan sudah ada aturan tentang larangan tentang aliran agama itu. salam Aisha -- From: rsa [EMAIL PROTECTED] To: Aisha [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, July 26, 2007 1:55 PM Subject: Fair-kah anda? Kalo mau komentar soal member yang lagi dimoderasi atau apalah istilahnya, ya tunggu sampe ybs bisa aktif lagi. Payah memang kalo sudah punya kuasa, apalagi ber-japri ria sesama member yang sealiran ... hehehe. Moderator dan member dah ga beda, saling dukung krn sealiran! Pake dalih macam2 asal bisa 'ngusir' ... ;-] Tapi gpp ... tipe anda memang sama ko ... berani di kandang sendiri. Silakan teruskan ke milis kalo mau ...
Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko
Selain pernah membaca keluhan teman-teman anggota WM di milis, saya juga menerima keluhan email japri tentang gaya diskusi pak Jano yang tidak nyambung dan kacau, saya tidak tahu apakah blio ini sengaja ingin mengacaukan diskusi atau memang tidak mampu untuk berdiskusi dengan wajar. Saya baru tahu gaya diskusi yang aneh seperti yang dilakukan pak Jano itu thread jacking. Semoga pak Jano ini bisa memperbaiki gaya diskusinya setelah dimoderasi yang sebenarnya membebani moderator untuk menyaring postingan anggota yang dimoderasi. -- From : Dwi W.Soegardi On 7/24/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah nampaknya ada saling tantang ni antara Mia-Janoko dan moderator- Janoko, sehingga terjadi moderasi. Seharian kemarin saya ko ga lihat ada posting dari mas Janoko. Bagi yang merasa kehilangan dengan absennya Janoko berikut ini keterangan moderator. Posting dari Janoko dimoderasi sejak akhir pekan lalu setelah memperhatikan cara dia berdiskusi sejak kehadirannya di milis ini. Jadi bukan dimoderasi setelah ada usulan Mbak Mia. Besar harapan kami agar Janoko duduk manis di pojok, memperhatikan yang lain berdiskusi dan dapat belajar cara berdiskusi yang baik. Kelakuannya berupa THREAD JACKING --mengalihkan topik, dan merusak alur diskusi-- sudah tidak dapat ditoleransi. Demikian harap maklum. salam, DWS =Moderator [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Perjalanan Doktor Komunikasi Jender Sunarto
Temans, Menarik tulisan tentang doktor komunikasi jender ini yang mengaku ketertarikannya terhadap ilmu ini karena masa lalunya, punya ayah yang pelaku kekerasan karena dididik oleh orang tua dengan kekerasan pula, lalu kekerasan ini menular pula ke doktor yang satu ini. Ternyata kekerasan ini satu penyakit menular ya, bukan penyakit fisik tapi penyakit jiwa (?) yang menyebabkan orang lain - korban kekerasan mengalami luka (lahir-batin). Dalam tulisan ini saja ada 4 generasi pelaku kekerasan, buyut - kakek - ayah - dan anak (generasi pak Sunarto) ini yang ingin menghapus kekerasan ini di keluarganya dan orang-orang di luar keluarganya. Menarik pula dari disertasinya tentang potensi kekerasan terhadap wanita yang muncul dari media televisi, khususnya dari film kartun: Doraemon, Crayon Shinchan, dan P-Man. Hati-hati yang punya anak yang suka film-film ini, atau manusia dewasa yang masa kecilnya suka film-film ini. Menarik pula ketika pak Sunarto ini tetap menghargai ayahnya yang seorang petani gurem yang memilih pindah dari Sukoharjo ke Kudus untuk kehidupan lebih baik. Kuli pasar, memulung sampah, mengayuh becak, dan berdagang bakmi keliling dilakoninya untuk keluarga dan impian anaknya menjadi pegawai negeri. Ayah yang dibesarkan dengan kekerasan ini selain melakukan kekerasan terhadap anggota keluarganya juga begitu berat bekerja untuk anggota keluarganya. Ini satu contoh pelaku kekerasan di masyarakat ekonomi rendah, pertanyaannya sekarang, apakah di tingkat menengah ke atas juga ada ayah-ayah yang masa kecilnya penuh kekerasan juga melakukan kekerasan ke anak-anaknya atau ke istrinya? Tentu saja kita bukan bicara hanya kekerasan fisik saja, tetapi juga kekerasan psikis, misalnya bukan hanya di dalam keluarga saja, kekerasan berupa kata-kata yang diucapkan atau yang diketikkan dalam email di milis ketika ada pendapat yang berbeda melalui kata-kata kasar atau penuh cacimaki dan penghinaan terhadap orang lain. Jadi ingat ayah saya yang pernah bicara, kasihan pelaku kekerasan itu, baik kekerasan fisik maupun dalam bicara atau berdebat, kasihan jika orang itu tidak tahu bahwa itu perbuatan salah dan kasihan karena pengendalian dirinya yang kurang. Jika dia beragama Islam, ibadah puasa - sholat - haji/umrahnya kurang berbekas. salam Aisha - Kompas, 20 Juli 2007 Perjalanan Doktor Komunikasi Jender Sunarto Gesit Ariyanto Tidak banyak akademisi yang secara serius mendalami persoalan jender di negeri ini. Apalagi akademisi berlatar belakang ilmu komunikasi. Dan, Sunarto (40) merupakan salah satu yang memutuskan mengarungi belantara luas itu. Janji setia Sunarto menyusuri ladang persoalan jender itu dikuatkannya ketika pada Kamis (19/7) ia resmi menyandang gelar doktor pada Program Pascasarjana Bidang Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (FISIP-UI). Jalannya kian sempurna ketika ia memperoleh predikat cum laude dengan indeks prestasi (IP) sangat sempurna: 4.0! Promotornya, Profesor Alwi Dahlan, secara khusus memberi pujian tinggi atas prestasi akademiknya. Selain tepat waktu (10 semester), ia juga menyelesaikannya di tengah-tengah kesibukan mengajar di program sarjana S-1 FISIP-UI dan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro (Undip), tempat dia mengajar. Di sela-sela waktunya pergi-pulang Jakarta-Semarang, Sunarto masih sempat memprakarsai pertemuan Kemisan mahasiswa S-3 UI. Di sana pula ia menjadi rujukan bertanya beberapa temannya. Ko-promotornya, Francisia SSE Seda, memberi catatan khusus pula, yakni sebagai akademisi dengan spesialisasi jender yang bukan berlatar ilmu sosiologi. Bahkan, teori pendekatan yang digunakannya lengkap dan utuh. Soal pilihannya yang lebih condong ke arah paradigma sosiologi, ia berujar, Saya punya alasan khusus. Ia mengaku, ketertarikannya pada soal-soal kekerasan berawal dari masa kecilnya yang ia sebut buruk. Sang ayah, yang dibesarkan kakek-buyutnya, ringan tangan alias suka memukul. Kebiasaan buruk itu menular. Sunarto muda pun ringan tangan terhadap adik-adiknya, khususnya bila keinginannya tak terpenuhi. Kebiasaan itu selalu berulang hingga ia memperoleh pencerahan ketika kuliah S-1 di FISIP Undip. Sedikit banyak, rasa sesal dan ingin menebus kesalahan yang menular itulah yang menyemangatinya menekuni studi yang berbau kekerasan. Ia tak ingin masa lalunya yang keras dialami anak-anak atau siapa saja. Disertasinya membahas potensi kekerasan terhadap perempuan yang muncul dari media televisi, khususnya dari tontonan hiburan anak-anak: film kartun seperti Doraemon, Crayon Shinchan, dan P-Man. Disertasinya berjudul Kekerasan Televisi terhadap Wanita: Studi Strukturisasi Gender Industri Televisi dalam Naturalisasi Kekerasan terhadap Wanita Melalui Program Televisi untuk Anak-anak Indonesia. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa tontonan keluarga itu ternyata menebar benih-benih kekerasan. Disadari atau tidak, itu terjadi hingga ruang
Re: [wanita-muslimah] jika, khalwat
Pak Satriyo, Sebenarnya pacaran itu apa ya? Saya pernah melihat kasus kenalan saya yang selama sekolah+ kuliah bertetangga dan bersahabat, dalam arti mereka sering pergi berdua seperti ke sekolah naik motor berdua karena memang sekolahnya jauh. Kursus beladiri, melihat pameran buku, nonton film, sekedar makan bakso, dll juga sering berdua. Orang-orang yang kenal mereka sering menyangka mereka ini pacaran, tapi kedua orang ini menyangkal pacaran, mereka mengatakan mereka itu bersahabat. Dan memang masing-masing punya yang teman lain yang disebut pacar yang juga sering terlihat berdua di pertokoan, di kampus, di tempat makan, dll - pokoknya kedua sahabat itu sering berdua di TEMPAT UMUM, dengan sahabatnya ini atau dengan pacar masing-masing. Kedua orang putus dengan pacar masing-masing, dan selama beberapa tahun selama kuliah terlihat tidak punya pacar, tapi persahabatan mereka tetap berjalan, dalam arti mereka bergaul dekat dan terlihat berdua di tempat umum. Sampai akhirnya ketika masing-masing lulus dan sudah bekerja, mereka memutuskan menikah. Nah, apakah menurut pak Satriyo kegiatan persahabatan ini juga termasuk pacaran karena mereka sering melakukan berbagai kegiatan berdua? Kasus lain, seorang laki-laki sudah beristri. Di pekerjaannya di satu proyek penelitian dia punya teman kerja wanita yang belum menikah, mereka sering terlihat bersama di laboratorium untuk meneliti sesuatu, sering terlibat dalam debat heboh tapi juga akrab ngobrol apa saja di tempat makan di kantor, saat seminar, di lab, dll. Orang-orang yang kenal menyatakan mereka ini pacaran, walaupun mereka membantah, katanya mereka hanya teman kerja yang kebetulan memiliki banyak persaman selain perbedaan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan mereka. Jadi pacaran itu apa? Apakah setiap hubungan laki-laki dan wanita yang terlihat sering berdua di tempat umum itu juga masuk dalam kategori pacaran yang mendekati zina? Saya melihat kasus pertama di atas ini kasus hubungan manusia yang bagus karena sebelum menikah saling mengenal kebaikan dan keburukan masing-masing, kalau orang yang kenal mereka mengatakan mereka pacaran, mereka pacaran dengan sehat. Dalam kasus kedua, hubungan dekat antara laki-laki yang sudah beristri dengan wanita yang belum menikah itu apakah bisa dimasukan dalam bentuk hubungan pacaran yang mendekati zina? Bagi pasangan yang masing-masing belum menikah tentunya bukan masalah, tetapi bagi pasangan yang salah satunya sudah menikah tentunya hubungan lawan jenis ini berbahaya karena ujung-ujungnya bisa terjadi perselingkuhan ya? salam Aisha From : Satriyo Betul Bu Meilany, pacaran sebelum nikah, artinya (seperti pernah saya nyatakan di message # ...) menjalin hubungan intim dengan lawan jenis yang bukan pasangan nikahnya, tidak melulu berujung ke zina. Tapi yang patut dan bahkan harus kita ingat, Allah tidak melarang perbuatan zina-nya tapi 'mendekati zina'. Jadi, mendekati saja dilarang apalagi berbuat. Dengan demikian, pacaran atau apapun juga macam hubungan yang dengannya terbuka peluang berzina ya HARAM hukumnya. Islam jelas dan tegas ko dalam hal ini. Jadi menurut saya, pak Hendri ingin menekankan bahwa MENDEKATI ZINA, di antaranya dengan pacaran sebelum nikah, adalah HARAM. Mungkin saya tambahkan sedikit, bahwa zina pun ada yang menggolongkan lagi ke selain zina sec seks penetrasi (krn ibu bilang kurang lbh seks itu tidak hanya coitus), yaitu zina mata, zina tangan, zina kaki dll. Ini menunjukkan bhw sebelum terjadi zina seks, atau ZINA, ada banyak peluang kita melakukan some kind of zina. Islam menuntut kita untuk menghindari sesuatu yang memang jelas mendatangkan mudharat. Itu jelas. Tapi sebagai makhluk yang dilengkapi oleh Allah fasilitas akal/logika, manusia masih bisa dan berani ko menelikung dan mengangkangi hukum Allah, bahkan lengkap dengan dalil Qur'an dan Hadis, tidak hanya logika ilmiah dan riset. salam, satriyo [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Nama Islam
Abah HMNA, Jangan ditutup dulu...:), saya ganti subject-nya berdasarkan kalimat abah. Berkaitan dengan nama Nasaruddin dari Prof Nasaruddin Umar yang menurut abah salah, di bawah ini abah menyatakan nama Islam. Sudah lama saya ingin bertanya tentang ini. Nama Islam itu apa? Apakah itu berarti nama dalam bahasa Arab? Jika begitu, apakah muslim yang ada di banyak suku atau bangsa lainnya harus pakai nama dari bahasa Arab, dan jika tidak maka orang itu kurang Islami? Misalnya apakah orang yang bernama Muhammad itu Islamnya lebih bener daripada orang yang bernama Dwi?...hehehe - maaf ya untuk yang bernama Muhammad dan Dwi..:), padahal misalnya yang bernama Muhammad itu seorang preman berwajah garang dan berkata kasar, yang rajin memalak, memperkosa, mabuk2, rajin ke lokalisasi pelacuran, kalau pejabat dia rajin korupsi, dll- sementara yang bernama Dwi itu rajin mencari ilmu sampai gelar doktornya di berbagai bidang ilmu, lemah lembut ke keluarganya, rajin puasa, rajin membaca dan mempelajari Al Quran, baik hati dan tidak sombong, rajin senyum, rajin ke mesjid, peduli terhadap fakir miskin dan anak yatim, dan mengerjakan amal-amal soleh lainnya. Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa nama Islam itu harus diambil dari bahasa Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa orang yang beriman itu salah satu syaratnya adalah bernama Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa seseorang bisa masuk surga itu bukan karena iman dan amal solehnya tapi karena dia memakai nama yang berasal dari bahasa Arab? Tolong pencerahannya, pertanyaan ini tidak hanya untuk abah, tapi juga untuk teman-teman lainnya yang mau berbagi ilmu tentang nama Islam ini. salam Aisha --- From : HMNA Subject : Re: [wanita-muslimah] Kritik Terhadap Tafsir Feminis Memang telah saya sudahi, tapi asetjadi yang nerusin, pakai qiyas (analogi) bukan apple to apple, tetapi name to mountain. Nama tokoh yang salah harus diekspos, termasuk juga ini nahi munkar, yaitu jangan sampai nama Islam yang salah dari seorang tokoh ditiru oleh orang dari pasir eh akar rumput, maka menyebarlah kesalahan itu. Nah kalau lukisan gunung itu tidak punya akibat pengali (multiplier effect). And now sungguh-sungguh the case is closed HMNA [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Nama Islam = TPM dan FPI
Abah, Terima kasih tanggapannya, tapi tolong lihat lagi postingan saya sebelumnya di bawah ini, saya tidak menuliskan bahwa abah berpendapat Muhammad itu Islamnya...dst, itu kan kalimat saya untuk memberi contoh nama berbahasa Arab vs nama yang tidak berbahasa Arab. Pertanyaan saya tetap belum dijawab abah, apakah nama Islam itu nama yang berasal dari bahasa Arab? Kita semua tahu bahwa Al Quran itu berbahasa Arab, jika contoh nama Nasruddin itu abah sebut nama Islam karena diambil dari bahasa Al Quran, apakah itu berarti nama Islam itu hanya nama dari bahasa Arab? Bagaimana dengan nama lainnya, contoh nama Setiawati yang lahir di Indonesia, artinya kan wanita yang setia, bagus kan? Apakah nama ini bukan nama Islam karena tidak dari bahasa Arab padahal ada ajaran Islam tentang kesetiaan? Jadi nama Islam itu apakah tetap harus berbahasa Arab yang terambil dari Al Quran atau bisa juga dari bahasa lainnya tapi yang artinya bagus dan enak di telinga? Misalnya nama Ayu untuk gadis dari suku Jawa atau nama Euis dari suku Sunda yang diambil dari kata geulis atau ayu yang artinya cantik, mungkin orang tuanya berharap anaknya cantik - cantik luar-dalam, cantik fisiknya, cantik hatinya, cantik otaknya, cantik perilakunya, dll. Nama Ayu dan Euis juga bukan nama Islam karena tidak ada kata2 tersebut dalam Al Quran yang berbahasa Arab? Saya tidak menanggapi FPI atau TPM yang abah uraikan di bawah ini karena maksud saya untuk thread yang ini tentang nama individu yang disebut nama Islam bukan nama kelompok/organisasi orang. salam Aisha - From : HMNA Aisyah, jangan dirancukan, harus bisa membedakan antara nama Islam dengan nama Orang Islam. Nasruddin itu nama Islam, yaitu diambail dari bahasa Al-Quran.: Idzaa ja-a nasru Llahi walfathu . Wara.ayta nnaasa yadkhuluwna fiy diyni Lla-hi afwaajan. Lihat kata diantara dua tnda kutip Saya tidak pernah mengatakan bahwa orang yang namanya bukan dari bahasa Al-Quran, orang tersebut kurang Islami. Saya tidak pernah menulis semacam: Muhammad itu Islamnya lebih bener daripada orang yang bernama Dwi!...hehehe. Pernah beberapa waktu lalu di milis ini terjadi pula kerancuan, Tim Pembela Muslim dipelintir menjadi Tim Pembela Islam. Pandai-pandailah membedakan antar Islam dengan orang Islam atau Muslim, nama Islam dengan nama orang Islam atau nama Muslim. Kalau Front Pembela Islam, itu memang lebih tepat FPI, bukan Front Pembela Muslim, karena FPI membela Islam dalam konteks pencemaran Islam yang dilakukan oleh para cukong pengorganiser maksiyat untuk memperoleh fulus, maka itu dalam rangka nahyi munkar, walaupun terkesan anarkhis. Silakan baca tentang FPI from the other side of the cukong, di bawah: Wassalam HMNA ... ... -- From: Aisha Abah HMNA, Jangan ditutup dulu...:), saya ganti subject-nya berdasarkan kalimat abah. Berkaitan dengan nama Nasaruddin dari Prof Nasaruddin Umar yang menurut abah salah, di bawah ini abah menyatakan nama Islam. Sudah lama saya ingin bertanya tentang ini. Nama Islam itu apa? Apakah itu berarti nama dalam bahasa Arab? Jika begitu, apakah muslim yang ada di banyak suku atau bangsa lainnya harus pakai nama dari bahasa Arab, dan jika tidak maka orang itu kurang Islami? Misalnya apakah orang yang bernama Muhammad itu Islamnya lebih bener daripada orang yang bernama Dwi?...hehehe - maaf ya untuk yang bernama Muhammad dan Dwi..:), padahal misalnya yang bernama Muhammad itu seorang preman berwajah garang dan berkata kasar, yang rajin memalak, memperkosa, mabuk2, rajin ke lokalisasi pelacuran, kalau pejabat dia rajin korupsi, dll- sementara yang bernama Dwi itu rajin mencari ilmu sampai gelar doktornya di berbagai bidang ilmu, lemah lembut ke keluarganya, rajin puasa, rajin membaca dan mempelajari Al Quran, baik hati dan tidak sombong, rajin senyum, rajin ke mesjid, peduli terhadap fakir miskin dan anak yatim, dan mengerjakan amal-amal soleh lainnya. Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa nama Islam itu harus diambil dari bahasa Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa orang yang beriman itu salah satu syaratnya adalah bernama Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa seseorang bisa masuk surga itu bukan karena iman dan amal solehnya tapi karena dia memakai nama yang berasal dari bahasa Arab? Tolong pencerahannya, pertanyaan ini tidak hanya untuk abah, tapi juga untuk teman-teman lainnya yang mau berbagi ilmu tentang nama Islam ini. salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Praktik Poligami Seringkali Melanggar Hak Perempuan dan Anak
Pak Kinantaka, Saudara sepupunya ini punya anak? Jika punya, untuk sekolah, passport, dll kan butuh akte kelahiran. Apakah anak-anaknya tidak punya akte kelahiran, atau dibuatkan akte kelahiran dengan keterangan yang tercantum di akte itu status anak yang hanya ada nama ibunya saja dan status anak yang lahir di luar nikah sebab akte kelahiran kan diurusnya dengan syarat surat nikah orang tuanya (kebetulan kemarin mengurus akte kelahiran salah satu ponakan yang baru lahir). Nikah sirri kan tidak ada surat nikahnya. Sebenarnya ada cara lain jika sepupu pak Kinantaka tidak mau ribet urusan pembagian harta, dia bisa nikah di KUA dengan perjanjian pra-nikah yang menyatakan semua kekayaan yang didapatkannya sebelum nikah dan sesudah nikah itu haknya dia dan tidak termasuk harta gono-gini yang dibagikan jika cerai. Dengan cara ini, tidak ada keributan saat cerai soal harta tapi anak-anak yang lahir itu jadi anak-anak sah yang jelas asal-usulnya dan tidak repot jika mengurus berbagai hal di negara ini. salam Aisha --- From : Kinantaka saya punya saudara sepupu perempuan yg lumayan tajir (di atas rata2) yg diperoleh dari usahanya sendiri yg halal... dia sudah 3x kawin cerai... dan semua pernikahannya secara sirri... dan yg lebih bikin saya membelalakkan mata adalah... saudara sepupu saya sendiri yg menginginkan nikah secara siiri... ga mau legal formal... kenapa? ini karena secara ekonomi, penghasilan saudara saya tersebut di atas penghasilan para suaminya... bisa ratusan kali lipat... info yg saya dapat, dia memang sengaja menginginkan nikah sirri agar pada saat bercerai tidak dipusingkan dengan pembagian harta yg ribet seperti nikah secara legal formal... bagaimana kalau begini? salam, kinantaka [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Nama Islam
Terima kasih mba Sofie untuk tanggapannya. Betul bahwa nama itu doa atau harapan dari orang tua untuk anaknya. Pertanyaannya masih belum terjawab juga, apakah nama Islami itu nama yang berasal dari bahasa Arab? Jika dikaitkan dengan doa atau harapan orang tua, bukankah bayi dinamai setiawan atau setiawati itu juga doa/ harapan ortu supaya anaknya jadi orang yang setia? Nama dermawan, gunawan, asih, juga merujuk ke harapan/doa supaya anaknya jadi orang yang rajin berderma, berguna atau penuh kasih? Apakah nama Islami itu tidak terkait dengan pemakaian bahasa Arab tapi bisa bahasa apa saja yang penting artinya sesuai dengan ajaran Islam? salam Aisha --- From : candle light ukhti aisha...afwan kalo boleh ana kasih pendapat ttg nama islami. pada hakekatnya nama adalah label yg melekat pada diri seseorang seumur hidup bahkan sampai kelak orang tersebut tiada. banyak orang menilai bahwa nama merupakan suatu doa, oleh karenanya banyak pula yg memilihkan nama2 islami untuk anak2nya dg harapan agar anak tsb di kemudian hari kelak menjadi apa yg didoakan ortunya melalui namanya. hmm gitu aja kali yaa. afwan kalo salah2 nih.. wass. -sofie- -- Aisha wrote: Abah HMNA, Jangan ditutup dulu...:), saya ganti subject-nya berdasarkan kalimat abah. Berkaitan dengan nama Nasaruddin dari Prof Nasaruddin Umar yang menurut abah salah, di bawah ini abah menyatakan nama Islam. Sudah lama saya ingin bertanya tentang ini. Nama Islam itu apa? Apakah itu berarti nama dalam bahasa Arab? Jika begitu, apakah muslim yang ada di banyak suku atau bangsa lainnya harus pakai nama dari bahasa Arab, dan jika tidak maka orang itu kurang Islami? Misalnya apakah orang yang bernama Muhammad itu Islamnya lebih bener daripada orang yang bernama Dwi?...hehehe - maaf ya untuk yang bernama Muhammad dan Dwi..:), padahal misalnya yang bernama Muhammad itu seorang preman berwajah garang dan berkata kasar, yang rajin memalak, memperkosa, mabuk2, rajin ke lokalisasi pelacuran, kalau pejabat dia rajin korupsi, dll- sementara yang bernama Dwi itu rajin mencari ilmu sampai gelar doktornya di berbagai bidang ilmu, lemah lembut ke keluarganya, rajin puasa, rajin membaca dan mempelajari Al Quran, baik hati dan tidak sombong, rajin senyum, rajin ke mesjid, peduli terhadap fakir miskin dan anak yatim, dan mengerjakan amal-amal soleh lainnya. Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa nama Islam itu harus diambil dari bahasa Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa orang yang beriman itu salah satu syaratnya adalah bernama Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa seseorang bisa masuk surga itu bukan karena iman dan amal solehnya tapi karena dia memakai nama yang berasal dari bahasa Arab? Tolong pencerahannya, pertanyaan ini tidak hanya untuk abah, tapi juga untuk teman-teman lainnya yang mau berbagi ilmu tentang nama Islam ini. salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Akhlak di milis
Pak Satriyo, Saya ganti subject-nya, sekarang bahasan pokok kita tentang akhlak. Tentunya banyak definisi tentang akhlak, definisi-definisi itu sekedar cara untuk mempermudah kita memahami sesuatu, tetapi yang lebih penting lagi dari berbagai definisi ini, apakah kita bisa memahami dan menerapkannya dalam kehidupan kita? Saya lupa lagi dimana saya memperolehnya, tetapi ada yang mendefinisikan bahwa akhlak itu adalah respons seorang manusia terhadap sesuatu. Jadi misalnya kita sedang menonton televisi, lalu tiba-tiba melintas anak kecil di depan tv sehingga sekian detik dari acara yang kita suka terlewat, tentunya kita bereaksi, nah reaksi atau respons kita itu dinamakan akhlak, akhlak itu bisa baik bisa juga buruk, aturan baik buruknya agama. Jika kita lalu menampar anak kecil yang mengganggu kesenangan kita menonton itu, apakah itu baik menurut agama? Jika menurut agama, kita harus proporsional dalam menyikapi sesuatu, tentunya menampar itu akhlak buruk. Nah, sekarang kita semua berkomunikasi di MILIS, ada aturan-aturan tertentu di milis yang tertulis dan tidak tertulis, tentunya ada aturan agama juga dalam berhubungan dengan sesama makhluk Allah melalui email ini. Yang sederhana saja, jika kita mencintai Allah (akhlak terhadap Allah harus baik), maka kita juga harus menghormati ciptaan Allah yang berupa manusia. Bagaimana menghormati manusia ciptaan Allah di milis? Jika mereka punya nama, terimalah nama itu, sebutlah nama mereka dengan baik tidak peduli nama apapun yang mereka munculkan (tidak peduli apakah itu nama dari orang tua, nama ciptaan mereka). Kebetulan disini ada nama Nasaruddin Umar - ini nama seseorang yang diberikan oleh orang tuanya. Dan kebetulan pula orangnya tidak ada disini (bukan anggota), jika ada anggota yang mempertanyakan nama ini berulang kali (BUKAN 1 KALI!), apakah itu akhlak yang baik dalam merespons nama orang lain? Jika memang nama itu salah, cukup dijelaskan 1 kali bahwa nama itu sebenarnya begini begitu. Bukan mengulang-ulang, apa gunanya? Sudah jelas orangnya bukan anggota disini, apa pengulangan itu dalam rangka menghina, mengejek atau apa? Jika tidak sependapat dengan pendapat orang itu, ajukan argumentasi kita tentang pendapatnya dan bukan NAMANYA. Nama Nasaruddin Umar itu kan sudah given, nama resmi orang itu, kenapa diulang-ulang dipertanyakan, masih mending orangnya ada sehingga bisa merespons balik. Orang bisa berbeda pendapat tentang berbagai hal termasuk pertanyaan tentang nama berulang kali itu yang anda sebut hanya sekedar catatan kaki, tapi bagi saya itu penting karena kita berkomunikasi melalui ketikan dalam email masing-masing minus body language atau mimik wajah, nada suara, sinar mata, dll yang bisa memperjelas maksud seseorang. Pakai kata-kata kasar sudah jelas bukan akhlak baik dalam merespons pendapat orang lain, panggilan pun harus mencerminkan bahwa kita menghormati pihak lainnya dalam milis. Apa susahnya sih memanggil dengan baik orang lain sebelum masuk ke inti pembicaraan/ perdebatan/ diskusi? Buat apa berbusa-busa ngomongin agama jika manggil nama orang lain aja gak bener? Apakah pak Satriyo masih juga tidak mengerti jika nama itu hak orang lain, hak orang tua untuk menamai anaknya apa saja. Dalam kasus Nasaruddin Umar, nama itu nama yang dipilih orang tuanya. Hormati itu karena itu hak orang tuanya. Jika itu salah, cukup dijelaskan sekali dan itu tidak mengubah apapun, terserah mereka mau ganti atau tetap dengan namanya, memangnya mudah mengganti nama? Memangnya ganti nama itu tidak ada biayanya? Jika nama Nasaruddin dianggap salah dan jika pak Nasaruddin setuju untuk mengganti namanya dan harus mengganti akta kelahiran, KTP, passport, ijazah, dll, apakah anda mau meluangkan waktu, mengeluarkan biaya untuk mengurus penggantian namanya? Apakah beragama itu berarti kita sibuk saja mengurus orang lain, seperti namanya, jilbabnya, dll? Kenapa kita tidak sibuk untuk memperbaiki diri sendiri saja daripada ngurusin nama orang lain? Tentang kroni seseorang atau bukan, saya hanya bisa tersenyum karena lucu aja. Orang ngobrol di milis itu mewakili dirinya sendiri, berpendapat sendiri bukan kelompok-kelompokan. Bagi saya pribadi dengan segala keterbatasan saya baik dari segi ilmu ataupun kesempatan minim untuk bisa membaca dan mengetik di milis, saya berpendapat berdasarkan tulisan orang yang saya tanggapi bukan karena kelompok-kelompok. Kenal secara fisik saja tidak, bagaimana bisa berkelompok, mungkin beberapa orang disini yang sudah sekian tahun ngobrol di beberapa milis sehingga saya bisa lebih memahami alur berfikirnya, tapi ada juga orang2 yang sekian tahun ngobrol di milis, tetep aja saya tidak bisa memahami cara berfikirnya. salam Aisha --- From : Satriyo Subject : [wanita-muslimah] Re : Kritik Terhadap Tafsir Feminis Bu Aisha, Ikutan nih, nimbrung antara ibu dan Pak Nur. Saya jadi ingat thread lain yang melibatkan dua orang member perempuan di milis ini, yang mana sebuah
Re: [wanita-muslimah] Harga Diri Seorang Muslim...cara kita berdiskusi
Pak Satriyo, Mas Arcon itu mengingatkan anda untuk tidak membuka identitas orang lain di milis, ini milis terbuka yang keanggotaannya sangat cair, siapa saja bisa subs dengan mudah, dari ribuan anggota milis ini kan kita tidak tahu satu persatu, hanya beberapa orang saja yang aktif ngobrol, yang lainnya kita tidak tahu sama sekali. Di milis itu kan kita ngobrol berbagai topik, tidak ada urusannya dengan ngobrol tentang ibu orang lain, nama orang lain, saudara orang lain, anak orang lain - jadi buka identitas itu tidak sekedar membuka alamat dan nomor telepon orang lain. Berbeda misalnya jika seseorang cerita tentang istrinya, ayahnya, anaknya, dll - itu hak mereka yang mau berbagi pengalaman hidupnya, tapi yang lainnya walaupun di dunia nyata (bukan dunia maya seperti komunitas milis) itu tahu anggota keluarganya, namanya, dll dari orang lain - tidak punya hak untuk menceritakannya di milis. Kembali lagi ini masalah akhlak, akhlak itu bahasa agama dari budi pekerti, perilaku ya? Akhlak baik atau buruk jika kita membuka identitas orang lain ketika kita menanggapi pendapat orang lain? Pendapat mah lawan lagi dengan pendapat bukan buka-buka identitas orang lain, ini milis pak, bukan komunikasi di dunia nyata. Di dunia nyata aja, misalnya ada sekelompok orang yang tidak semuanya saling mengenal lalu dalam diskusi tiba-tiba seseorang menceritakan anak, saudara, ibunya orang lain, wajar nggak seh? Apalagi di milis...:) salam Aisha --- From : Satriyo anda sedang membunuh sifat dasar manusia: curiousity! apa hak anda: pengalaman, teori psikologi, netiket? apa ada alamat rumah, nomot telepon atau hal lain yang memang privat saya ungkap di sini? but thanx for the fair warning. salam, rsa --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, masarcon [EMAIL PROTECTED] wrote: hemm, kata kata manis yg membuat hopeless. membuat heran, kalau bukan tukar fikiran yg dicari. tapi yg dilakukan justru hal hal yg membuat rekan diskusinya bohwat dan naik emosi. mas satriyo, saya lihat ada baiknya anda menahan diri untuk membuka membuka identitas orang di milis. secara orangnya juga pasang posisi, tidak terlalu suka membuka identitasnya di milis. terlalu banyak milisan, jangan sampai membuat konflik baru. semua jadi terlalu personal lho. gak lucu aja, kalau orang jadi tengkar dan sebel, sampai dibawa ke seharian, hingga jadi senewen karena urusan terlalu aktif bermilis ria, ngeblog ria, bermultiply ria. jadi inget kasusnya eriq dan oom ciput di multiply. saking gencarnya dan rajinnya di multiply, sampai urusan beli mobil jadi bikin sensi dan personal. salam, ari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: makasih buat Nazmia. fyi, buat saya yang masih belajar ini, info ttg prof Abd salam yang nobel prize dan ahmadi sdh sejak di SMUN 8 saya tahu, maklum sering nongkrong di mushala sekolah, bukan di kantin atau tempat lain. jadi info dari MAS ini bukan barang baru ... kalo ada yang nyuruh menolong apa HARUS ditolong? coba jawab, Nazmia. celoteh yang tidak karuan buat sampeyan kan tidak harus sama buat yang lain. lagi-lagi pake standar pribadi. terlihat betapa beda tanggapan sampeyan dan pak Nur atas posting 'pengumuman' MAS soal prof Abd Salam. beda kacamata ya beda hasil tampilan toh. but, eniwei, makasih, Nazmia. cara anda diskusi memang tidak spt FPI ko. anda sangat santun dan intelek. tapi kalo esensi, belum tentu. same thing can come in different packaging. oh ya, integritas saya ada di mata Allah lohh .. bukan kalian. kalian bukan hakim atau yang menghakimi kan? gitu kan celoteh MAS? salam, satriyo [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Harga Diri Seorang Muslim...
Menarik juga thread yang ini, menarik ketika banyak informasi yang berseliweran dari anggota milis - Muhkito Affif, Dwi W. Soegardi, The Saints Now, dll yang membuat kita lebih memahami Abdus Salam ini dari berbagai sumber yang diketahui anggota2 milis, pak HMNA juga saya rasa tidak asal mangap karena abah kan sudah berusaha menjelaskan yang diketahuinya, tapi mungkin jangan terlalu ngotot karena infonya berdasarkan cerita orang lain yang mungkin saja salah selain ada kemungkinan benar. Hanya saja ketika diskusi dikomentari pak Satriyo dengan gaya one-linernya ini, saya jadi bingung, yang ditanggapi bukan materi pokoknya berdasarkan data untuk memperjelas, tapi malah ngomentari SD-nya hehehe. Mudah-mudahan di masa mendatang, yang diskusi bisa lebih fokus ke masalahnya dan bukan ngurusin yang kecil-kecil seperti SD begini...;) One liner lagi dengan ekor email panjang ..:( salam Aisha From : Satriyo Lho, sampeyan bukannya sudah lulus SD? rsa --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Satriyo, kalo cuma asal mangap saja, anak SD juga bisa...memprihatinkan memang bagaimana Anda dan HMNA menampilkan wajah aslinya...Inget Satriyo, harga diri seorang Muslim ditentukan dengan prestasi ilmiah dan teknologi, bukan ditentukan oleh kemampuan asal mangap seperti yang Anda dan HMNA tampilkan. Pertama. Golongan Ahmadiyah Lahore tidak pernah menganggap/mengakui bahwa Prof. Abdus Salam adalah anggotanya. Silahkan lihat buktinya di ... ... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Kritik Terhadap Tafsir Feminis
Abah HMNA, Tidak sependapat dan mengemukakan pendapat pribadi tentang sesuatu di milis itu wajar, tapi yang mengganggu saya dalam tulisan abah di bawah ini kenapa berulang kali abah ini menuliskan Nasaruddin (mengapa bukan Nasruddin?)? Kenapa abah sibuk saja ngurusin nama orang, mau pakai nama apa saja kan terserah orang tua yang ngasih nama itu, seperti juga Prof Nasaruddin Umar, nama itu kan nama dari orang tuanya. Jika abah sibuk saja diskusi di milis tentang pendapat seseorang yang kebetulan orangnya bukan anggota di sini dan sibuk saja ngurusin nama pemberian dari orang tuanya ini, berarti abah menghina orang tua pak Nasaruddin. Apakah Islam yang abah pahami itu mengajarkan bahwa jika kita membicarakan pendapat seseorang itu juga harus mempertanyakan namanya berulang kali? Sebenarnya apa sih maksud abah sebagai ulama bergaya seperti ini? Kenapa mengkaitkan nama dengan pendapat seseorang, yang diserang seharusnya pendapatnya bukan namanya. Ini mungkin masalah kecil karena pemahaman agama saya masih rendah, tapi dari yang kecil-kecil ini khususnya di milis misalnya gaya one-liner, sibuk dengan nama orang, dll - rasanya ini juga termasuk akhlak ya, lebih khusus lagi akhlak ke sesama manusia, bagaimana menyikapi manusia lainnya, khususnya menyikapi pendapat seseorang di milis. Seperti inikah akhlak kita bermilis sebagai muslim/muslimah? salam Aisha -- From : HMNA rsa wrote: Di antara ide ini adalah memahami Al-Qur'an dari sudut pandang gender (feminisme) yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, yang saat ini menjabat Guru Besar Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Nasr Hamid Abu Zaid (liberal Mesir), Dr. Muhammad Shareer (liberal Syiria), dan lain-lain. HMNA: 1. Pndangan Nasaruddin Umar ttg genderisme: 3.1 Nabi Perempuan dalam Isu Gender Sumber: http://www.suaramerdeka.com/harian/0103/23/kha5.htm Jumat, 23 Maret 2001 Karangan Khas Dr Nasaruddin Umar menulis tentang Wacana Jender dan Wahyu untuk Ibu Nabi Musa, ada Nabi yang wanita. Ini dibuktikan dengan sebuah wahyu yang menyebutkan''dan kami wahyukan kepada ibu Nabi Musa''. Wahyu adalah pesan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seorang Nabi dan bukan orang sembarangan. Hanya karena pada saat wahyu itu turun, dunia (Arab khususnya) sangat tidak bersahabat dengan perempuan; maka nabi perempuan sangat tidak populer. Buah pikiran Dr Nasaruddin Umar tentang adanya Nabi perempuan itu menunjukkan bahwa Nasaruddin (mengapa bukan Nasruddin?) sangat ceroboh, yaitu hanya berpikir parsial, tidak kaffah. Mengapa saya katakan parsial? Nasaruddin (mengapa bukan Nasruddin?) hanya melihat ayat tentang ibu Nabi Musa AS yang mendapatkan wahyu. Tidak semua yang mendapat wahyu itu Nabi. Al Quran juga menyebutkan bahwa lebahpun mendapatkan wahyu. Apakah lebah itu boleh disebut Nabi? Kalau mau bersilat lidah bahwa yang dimaksudkan pada lebah adalah instink. Baiklah kalau begitu. Saya akan kemukakan ayat berikut: . . [Non-text portions of this message have been removed]