Re: Pesan buat Khalid Walid {Re: [wanita-muslimah] Re: [islamalternatif] Pengukuhan Guru Besar Prof.Dr. Abdul Hadi WM di Univ.Paramadina}

2008-05-20 Terurut Topik Aisha
pak Khalid Walid ini pesan dari moderator, saya rasa dengan pengetahuan agama 
yang anda miliki, anda pasti bisa memahami isi pesan ini. Dan saya yakin juga 
bahwa anda bukan seperti kaset yang diputar berulang-ulang, anda pasti mampu 
berdiskusi dengan wawasan luas dan kreatif, muslim kan cerdas menangkap 
pendapat orang lain dan mampu menyampaikan  pendapatnya dengan baik. Semoga 
anda semakin paham tentang etika berkomunikasi di milis.

salam
aisha
---
From : Dwi W. Soegardi
Bung Khalid,
pesan buat ANDA,
- cobalah berdiskusi sesuai alur. hampir semua topik Anda tanggapi dengan lagu 
yang sama, yang nyaris tidak ada hubungan sama sekali dengan topiknya. Tidak 
masalah Anda berdakwah di sini, mbok yao disesuaikan pesannya, jangan seperti 
kaset yang diputar berulang-ulang.

- jangan membawa-bawa diskusi dari milis lain, tanpa memberi keterangan alur 
diskusi tersebut (perhatikan juga apakah milis tersebut memperbolehkan isinya 
diforward) Dan seandainya ada tanggapan dari milis ini, maka Anda bertanggung 
jawab menanggapinya atau
memforward balik ke milis ybs.

salam,
DWS
-
On Mon, May 19, 2008 at 5:25 AM, Khalid Walid [EMAIL PROTECTED] wrote:
 pesan buat umat islam..
.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Dunia kecil..akhirat besar. dunia akan ditinggalkan..akhirat akan didatangi..!!!

2008-05-20 Terurut Topik Aisha
hai Mas Arcon..:)
Belum sempat baca novelnya Ayu Utami itu, terima kasih untuk cuplikan 
ceritanya, tapi tentang bajingan liberal. Siapa yang menganggap seperti ini? 
Anggota WM juga atau pihak luar WM? Bukan masalah besar dicap apa saja, 
mungkin yang suka men-cap orang lain dengan julukan-julukan tertentu itu 
baru tahu tentang istilah-istilah tersebut, terlepas sebanyak apa dia tahu 
tentang istilah tersebut, maka dia suka menerapkannya dalam komunikasi di 
milis.

Tapi kembali ke masalah semula, tentang alm pak Sophan yang saya angkat 
sebagai contoh sosok yang berusaha menyayangi makhluk Allah yang jadi 
pasangan hidupnya, mungkin sebagai laki-laki yang pernah hidup di dunia yang 
penuh dengan wanita cantik plus muda, ada ketertarikan ke wanita lain 
sementara usia istrinya semakin menua, tapi kemampuan untuk mengendalikan 
nafsu seksnya yang bagus.

Dia berfikir dan merasakan jika pasangannya selingkuh, itu menyakiti 
hatinya, maka ketika dia menyatakan sayang kepada istrinya itu berarti dia 
tidak ingin menyakiti hati istrinya. Sederhana kan? Saya mengagumi 
pendapatnya ini dari potongan wawancara yang ditayangkan di tv kemarin. Jadi 
selingkuh dan nikah lagi dengan wanita lain itu kan kaitanya hanya dengan 
kemampuan diri untuk sayang atau menghargai istrinya yang lebih besar dari 
ketertarikan ke wanita lain. Masalah setia atau tidak setia ini kan hanya 
terkait ke sejauh apa seorang laki-laki atau wanita menghargai makhluk 
ciptaan Allah yang jadi pasangannya itu sebagai sesama manusia yang tentunya 
punya perasaan juga. Manusia kan dikasih akal oleh Allah, tidak sama dengan 
kucing saya yang bisa berhubungan seks dengan siapa saja yang dia mau, 
dengan ibunya, anaknya, dll.

Jadi masalahnya bukan sok moralis atau tidak bermoral atau apa lah. Ini 
hanya karena melihat tv dan melihat kucing..:)

salam
aisha
-- 
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 Wah, aisha bukan pendukung novel larung karya ayu utami, dong   :)

 Di novelnya ayu, laila pergi ke new york untuk ketemu dengan sihar, yang 
 masih suami orang.  Dan selingkuh di sana.  Di tanag air mah takut, banyak 
 polisi moralnya. Sementara ayu menggambarkan perselingkuhan di new york 
 adalah indah, dan semesta alam meyakininya.

 Banyak orang bilang anggota milis ini adalah bajingan liberal.  Jadi 
 mengapa aisha jadi sok moralis.  Pasti ada yang nggak beres nih ! 
 Huehehhehe   :)
-
 From: Aisha [EMAIL PROTECTED]
 iya neng Herni..:)
 Inti agama itu kan petunjuk hidup kita di dunia supaya selamat dunia 
 akhirat.
.
. 




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [wanita-muslimah] Re: [islamalternatif] RE: Atasi masalah dengan IMAN dan TAKWA kepada ALLAH SWT

2008-05-20 Terurut Topik Aisha
Wah pak Khalid Walid ini kenapa ya, heboh cerita agama tapi ngotot pula 
ngambil obrolan dari milis lain dimasukkan ke WM, tidak tahu etika milis 
atau tidak mampu memahami yang dikatakan orang lain? Padahal memahami dan 
mencoba untuk mematuhi etika berdiskusi di satu komunitas seperti dalam 
milis itu juga adalah bagian dari akhlak ke sesama manusia khususnya dalam 
komunikasi di dunia maya. Mungkin bapak satu ini tidak peduli terhadap 
pendapat saya sebagai sesama anggota milis, tapi pak Dwi yang salah satu 
moderator milis, tidak dipedulikan pula. Apakah sikap seperti ini contoh 
dari perilaku muslim yang baik?..:)

salam
aisha
-- 
From: Khalid Walid [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: Umar Alhabsyi [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, May 20, 2008 12:23 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: [islamalternatif] RE: Atasi masalah dengan 
IMAN dan TAKWA kepada ALLAH SWT


as.wr.wb.
yang terhormat saudara saya Umar Al Habsy..Mas Khalid, Antum mendefinisikan 
beriman sebagai yakin seyakin2nya terhadap eksistensi Allah dan apa yg 
Allah SWT firmankan dalam Alquran seluruhnya. Kemudian antum mendefinisikan 
bertaqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi segala 
larangan/yg tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya SAW. Saya yakin sampai 
disitu, saya (dan mungkin sebagian besar member milis ini) setuju dengan 
definisi tsb.
--- kalo sudah setuju langkah anda dan saudara2 muslim yang lainnya 
apa?..apakah sekedar ilmu saja (atau bahan diskusi dan perdebatan saja), 
atau segera diamalkan dengan sungguh2 dan disampaikan (didakwahkan pada 
saudara2 kita yang lain) atau bagaimana ? mohon penjelasan...
..
.. 



Re: [wanita-muslimah] Dunia kecil..akhirat besar. dunia akan ditinggalkan..akhirat akan didatangi..!!!

2008-05-19 Terurut Topik Aisha
iya neng Herni..:)
Inti agama itu kan petunjuk hidup kita di dunia supaya selamat dunia akhirat. 
Petunjuk hidup supaya kita punya budi pekerti yang baik (ini istilah eyang 
kakung), yang bahasa agamanya itu kita harus punya akhlak baik. Akhlak ke 
siapa? Akhlak ke Allah + akhlak ke ciptaan Allah. Misalnya ada petunjuk kita 
harus hidup di dunia ini dengan jujur, itu artinya kita tidak boleh korupsi, 
tidak boleh selingkuh, dll. 

Kalau selingkuh, apalagi nikah diam-diam (nikah sirri) itu artinya tidak punya 
akhlak baik terhadap ciptaan Allah yang namanya pasangan kita. Kalau kita 
korupsi, itu juga artinya tidak punya akhlak baik terhadap ciptaan Allah dengan 
mengambil hak orang lain. Yang sedang tinggal di Indonesia, beberapa hari 
terakhir di tv dan koran ramai berita tentang kematian pak Sophan Sophiaan. 
Termasuk berita begitu sayangnya blio ini ke anak istrinya, kabarnya tidak ada 
ceritanya mereka saling selingkuh apalagi nikah lagi. Almarhum begitu lembut 
mencintai istrinya, tidak ada pikiran untuk melakukan hubungan seks atau nikah 
lagi dengan wanita lainnya untuk memenuhi nafsu seksnya (apalagi dengan alasan 
agama supaya namanya tetap baik). Pengakuan istrinya, sampai hari-hari 
terakhirnya sang suami selalu memeluk dan mesra ke istri yang dinikahi selama 
puluhan tahun. Tidak ada ceritanya menyakiti istri, padahal suaminya itu hidup 
sebagai pemain film. sinetron dan sutradara yang penuh dengan wanita cantik dan 
lebih muda dari istrinya. Dia juga pernah masuk dunia politik dan jadi anggota 
DPR, tapi mundur karena penuh dengan uang tidak halal dan perbuatan tidak jujur 
yang menyesengsarakan rakyat.

Jadi orang beragama tentunya tidak membuat seseorang merasa paling pinter 
beragama lalu teriak sesat ke orang lain yang dianggap salah dan melakukan 
kekerasan, penghancuran dengan perasaan paling tahu agama dan jadi wakil Allah 
untuk membinasakan yang dianggapnya salah. Ini mungkin penafsiran bahwa 
beragama itu artinya menyelesaikan masalah dengan OTOT dan bukan otak yang 
diberikan Allah supaya kita pantas disebut khalifah Allah, mewakili Allah untuk 
kebaikan kehidupan di bumi ini. Tapi tentu saja ini harus kita terima, bahwa 
ada orang-orang yang penafsiran agamanya seperti itu. Fasih berbahasa Arab, 
hapal Qur'an dan hadis, tapi menafsirkan dan hidup keseharian dengan hanya 
menilai orang lain, si X salah, si Y sesat, si Z ahli neraka, dll. Lalu dengan 
gagahnya mencaci maki orang lain atau malah menghancurkan yang dianggap salah 
di dunia nyata. Itulah kenyataannya, mereka hanya belajar ayat-ayat Allah yang 
ada dalam kitab suci saja tapi lupa atau tidak mampu mempelajari ayat-ayat 
Allah yang terhampar di alam semesta ini. Padahal mempelajari alam semesta ini 
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah syarat untuk mampu jadi 
khalifah allah yang mampu mensejahterakan bumi, termasuk umat manusia. Sayang 
sekali, maka hidup umat Islam banyak yang di bawah kemiskinan, berkubang dalam 
kebodohan, pendidikan rendah dan melarat, ditambah beringas ke ciptaan Allah 
lainnya, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan.

salam 
aisha
--
From : Herni
Kalau kata pearl jam, I know i was born, i know i will die.. but in between is 
mine. Kalau kata belinda carlisle, heaven is a place on earth :-)

Jangan2, justru dunia yg penting... kita kan gak tau akherat nantinya gimana. 
Cuma bisa menebak-nebak dan mengira-ngira saja. Tapi yg menentukan justru 
relasi kita dng seisi dunia, Relasi dng sesama manusia. Relasi dengan 
alam/lingkungan. Inti agama kan disini? Kalau relasi vertikal sih, silakan 
masing2 pribadi sendiri aja gimana. Tiap orang punya pengalaman unik dan 
spesial dng Tuhannya masing2.

Wassalam,
Herni
-
From: Khalid Walid
banyak manusia hari ini pintar dunia tapi bodoh akhirat..
tak paham kubur...
tak paham masyar..
tak paham shirath..
tak paham mizan..
tak paham api neraka jahanam..
tak paham syurga...
cinta dunia..
mabok dunia...
gila dunia..
padahal dunia hanya sebentar...
dan akan ditinggalkan...
tinggal cerita..
hari ini kita semua sedang berjalan menuju kubur...
sudah siapkah menghadapi kematian..?
sudah ada persiapan kah..?
kehidupan dunia cuma 65-75 tahun ( itupun kalo nyampe)..
kubur 40.000 tahun..
masyar 40.000 tahun..
shirath 1500 tahun..
neraka..jutaan tahun...( dan bahkan ada yang ekekal selamanya..)
syurga..abadi selamnya ( penuh kenikmatan yang tak pernah terbayangkan)..
so..dunia betul2 kecil...
menipu saja..( Al Qur'an dan hadis)
kesenangan yang memperdayakan (Al Qur'an)...
tidak dibawa mati..
dunia dikumpulkan untuk ditinggalkan..
akhirat dikumpulkan untuk didatangi...
so akhirat jauh lebih penting dari pada dunia..
jauh dan jauh lebih penting daripada dunia..
ahiart besar...dunia kecil..
seperti setes air di lautan yang luas..
apakah anda mau memprjuangkan mati2an sesuatu yang kecil (setets air)  
dengan meninggalkan sesuatu yang besar ( autan yang luas)..???
pikirkan dan renungkanlah..
dan yang lebih penting lagi mari

Re: [wanita-muslimah] Re: Islam_liberal Melecehkan Allah dan RasulNya

2008-05-16 Terurut Topik Aisha
Saya kok nggak nyaman ya lihat jawaban untuk postingan di milis lain atau 
ditujukan untuk individu dan banyak milis, masuk ke WM juga. Perbuatan seperti 
ini mengingatkan saya ke orang yang suka membawa berbagai topik diskusi dari 
milis lain. Akan lebih baik jika anda diskusi di milis lain, ya teruskan di 
milis semula. Atau cobalah untuk merubah subject-nya, tidak enak melihat 
subject panjang meneruskan diskusi di milis lain.
--
From : Khalid Walid 
To :[EMAIL PROTECTED] ; Budi P ; wirajhana eka ; hafny syarbainy ; [EMAIL 
PROTECTED] ; riri cute ; Ahmadi Agung ; Jingjing Arab ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; cah ayoe ; Haryanto 
(PSDM) ; hidayahnet ; [EMAIL PROTECTED] ; Gabriela Rantau ; Yogi Triyuniardi ; 
muskita wati ; Jimmy Okberto ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; RULUTO ; 
Batul ; rizal lingga ; Alexander Soebroto ; Ulil Abshar Abdalla 
Cc: Wanita Muslimah ; PPI India ; Indonesian Muslim Centre ; Komunitas Istiqlal 
; Diskusi Islam ; Islam Liberal ; Para Pemikir ; Pengajian Kantor ; PII 

pola pikir anda terpengaruh kuat oleh pola pikir orang kafir... demokrasi orang 
kafir.. ham orang kafir.. 



 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: pemberontakan :Re: [wanita-muslimah] Re: [sd-islam] Masjid Ahmadiyah dibakar, di mana kamu MUI?

2008-04-29 Terurut Topik Aisha
Ini sebenarnya diskusi tentang apa seh?..:)
Tentang kekerasan pada warga Ahmadiyah atau tentang pemberontakan? Lalu kenapa 
meloncat ke HAM? daerah-daerah yang mau merdeka karena merasa tidak 
diperlakukan adil, misalnya mereka mempunyai sumber daya alam yang melimpah 
tapi hasilnya sebagian besar ke pusat dan daerah gigit jari dengan kemiskinan 
dan kebodohan rakyat daerah tersebut. Jika ada yang memberontak dengan 
kekerasan, lalu dilawan tentara, dihancurkan - dimana letak menghargai HAM 
mereka jika mereka miskin dan tidak berpendidikan lalu ketika menyuarakan 
keinginannya supaya mendapat kehidupan lebih baik, mereka dihancurkan. Tapi 
jika mayoritas rakyat daerah itu mau merdeka, menghargai HAM, lakukan pemilu, 
istilahnya referendum ya? Persilahkan rakyat memilih - mau tetep di dalam 
Indonesia atau jadi negara baru.

Ahmadiyah kan beda lagi dengan pemberontakan, apakah mereka berontak mau lepas 
dari Indonesia dan kalau perlu mereka melakukan perlawanan bersenjata? jadi 
kenapa diskusinya membenturkan Ahmadiyah dengan pemberontakan?..:)

salam
Aisha
--
From : wawan
soryy om mod,
ini post terakhir ya.

itu yg diusut kan pelanggaran HAM tentara vs rakyat om,

bukan ngusut pemerintah telah melanggar HAMnya aceh dan papua yg ingin merdeka.

On 4/29/08, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

 wah mas wawan, kata siapa nggak ada yang teriak2 kalau pemerintah
 melanggar HAM di wilayah yang ingin merdeka
 Komnas HAM kan mengusut pelanggaran HAM di Aceh, Papua  tempat2 lain tuh
 silakan dicari saja beritanya


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Berita-berita Pembakaran Masjid Ahmadiyah {Re: [wanita-muslimah] Hundreds torch mosque in Indonesia}

2008-04-29 Terurut Topik Aisha
seingat saya, moderator itu memperingatkan untuk menyudahi masalah Ahmadiyah 
dari segi akidah/teologinya, yang Ahmadiyah ngotot merasa benar, yang anti juga 
ngotot menyalahkan, gak ada ujungnya, terus saja berputar, malah mungkin 
ujung-ujungnya jadi keluar kata-kata yang gak pantas.

Yang masih dibolehkan didiskusikan sejak dulu juga kan tentang kekerasan 
terhadap warga Ahmadiyah. Apakah semuanya sepakat bahwa cara kekerasan itu 
tidak islami, apakah ada contoh-contohnya bahwa sesuatu yang berbeda dan 
dianggap sesat oleh MUI itu harus dihancurkan secara fisik? Jika diantara 
anggota WM ini masih juga ada yang setuju dengan cara kekerasan untuk warga 
Ahmadiyah, artinya seperti kasus diskusi Ahmadiyah dari aspek akidahnya. 
Mungkin ini juga harus diakhiri karena memang harus diakui bahwa masih ada 
orang yang menyelesaikan sesuatu masalah dengan OTOT dan bukan dengan OTAK, 
sedihnya ...:(

salam
Aisha
-
From : Lina Dahlan
Di Republika, hari ini, bilang Program Smart Card identik dengan  naikkan harga 
BBM ??? Harga bahan bangunan udah melonjak gile2an. Alamak! Trus berita soal 6 
ruang DPR yang digeledah KPK...:-)

Tau juga nih moderator. Katanya omongan soal Ahmadiyah distop aja. Tapi ini 
moderatornya yang mengangkat masalah ini. Masalah kekerasan kayak begini ya gak 
adalah yang mo negebenerin. Tangkep aja pelakunya. Hukum sesuai hukum yang 
berlaku. Gitu aja kok repot! Balik nya ke masalah hukum beserta aparaturnya kan?

Katanya polisi udah menjaga aset2 milik Ahmadiyah. Knapa masih juga kebobolan 
di Sukabumi? 

wassalam,


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---

2008-04-29 Terurut Topik Aisha
 beragama yang substansial sifatnya, 
bukan sekedar segala sesuatu yang di permukaan, yang terlihat oleh mata saja. 
Ada kasus yang pernah juga saya angkat di WM, seorang bapak yang selalu sholat 
di mesjid dan malam itu setelah sholat Isya lalu mengikuti pengajian di mesjid 
- artinya dia sholat sekaligus ngaji, pas pulang ke rumah, dia membunuh dan 
membakar istri dan anak-anaknya. Agama itu bukan sekedar terlihat sholat dan 
mengaji di mesjid sehingga orang mengatakan bahwa bapak pembunuh itu orang 
soleh kan? Justru setelah dia berulang kali sholat dan mengaji, berusaha 
mendekatkan diri pada Allah dan mencoba terus untuk memahami apa-apa yang 
diperintah dan dilarang Allah, seharusnya bapak itu semakin lembut dan 
mencintai anak istrinya dan bukan membunuh mereka. Ini satu contoh bahwa bapak 
pembunuh itu tidak mencoba memahami, menghayati dan menerapkan sholat dan 
ngajinya dalam kehidupan dia bukan?...:)

salam
Aisha
--
From : wawan

biasalah itu bu lina,
sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan islam, maka 
akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu pencuri.

satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. cukup bilang ada minoritas 
yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi.

poligami ? cukup angkat topik agym. teroris? cukup tulis amrozi.

padahal, gak usah jauh2 seberapa mereka mengerti ttg islam, coba tanyakan ke 
mereka suruh berhitung dan nulis arab angka 1 - 20.
--
On 4/29/08, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wah. Mbak Aisha ini, kalo di jamannya Orba dulu, bisa dijadikan
 Penatar dalam Penataran P4 neh?...:-) Pedoman Penghayatan dan
 Pengamalan Pancasila. Pasti maknyus!

 Masalahnya memang tak ada manusia sempurna. Kita berharap kepada
 orang yang berlatar pesantren, lalu kuliah di timteng sampai S3
 bidang agama, fasih berbhs arab, menulis disertasi..kemudian menjadi
 seorang 'nabi'. Ketika harapan kita itu kandas oleh karena org tsb
 menjadi terdakwa kasus korupsi, maka kecewalah kita. Katanya, orang
 yang levelnya sudah S3 di bidang agama, setannya di level S4,
 mbak...:-)

 Mungkin sebaiknya kita tidak berharap kepada siapapun selain Allah.
 Jadi, gak perlu ada rasa kecewa. Kita menjadi nabi bagi diri sendiri
 dulu aja, kali ya?. Weih sulitnya!

 wassalam,
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu
 jadi alat untuk komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak
 ya, tapi kenapa di Arab sana pun masih ada orang yang melakukan hal-
 hal yang dilarang atau tidak melakukan hal-hal yang diharuskan dalam
 Qur'an? Terus di Indonesia misalnya yang bahasa ibunya bukan bahasa
 Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang pesantren lalu sekolah
 ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, mereka fasih juga
 berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana,
 melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab,
 kenyataannya ada juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal
 dalam Qur'an jelas sekali bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang.
 Jadi masalah utamanya adalah kemampuan + kemauan untuk belajar
 memahami, menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Fasih tidaknya
 itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada juga yang
 tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan
 hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke
 penerapan Qur'an dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak
 mulia, bukan akhlak berangasan di milis..:)
 
  salam
  Aisha


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] SEANDAINYA ---

2008-04-28 Terurut Topik Aisha
Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu jadi alat untuk 
komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak ya, tapi kenapa di Arab 
sana pun masih ada orang yang melakukan hal-hal yang dilarang atau tidak 
melakukan hal-hal yang diharuskan dalam Qur'an? Terus di Indonesia misalnya 
yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang 
pesantren lalu sekolah ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, 
mereka fasih juga berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana, 
melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab, kenyataannya ada 
juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal dalam Qur'an jelas sekali 
bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang. Jadi masalah utamanya adalah 
kemampuan + kemauan untuk belajar memahami, menghayati dan menerapkannya dalam 
hidup. Fasih tidaknya itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada 
juga yang tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan 
hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke penerapan Qur'an 
dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak mulia, bukan akhlak berangasan 
di milis..:)

salam
Aisha

From : Lina Dahlan
Seandainya seluruh orang Islam fasih berbahasa Arab, tetap saja perlu tafsir 
terhadap Kitab Suci. Fasih or gak berbahasa Arab, masalah akan terus ada karena 
itulah hidup. Hidup adalah bagaimana mencari solusi terhadap masalah...:-). 
Lagi pula Islam itu toh agama universal yang perlu di dakwah kan keseluruh 
dunia, yang non-arabi sekalipun.

wassalam,


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Kebenaran Re: [wanita-muslimah] Re: Heran

2008-04-26 Terurut Topik Aisha
Saya tidak begitu mengerti kata 'mati' dalam pendapat pak Satriyo di bawah ini, 
mungkin ini bukan mati beneran ya? Artinya ini bukan ancaman. tapi di bawahnya 
ada kalimat 'muncul deh obituari mu', nah yang ini lebih terasa ancamannya ya, 
karena obituari itu bukannya tulisan tentang seseorang yang sudah mati? Jadi 
jelasnya dari rangkaian kalimat-kalimat di bawah ini, pak Satriyo mengancam pak 
Arcon melalui jaringan FPI yang bisa membunuh atau membuat mati pak Arcon 
sehingga muncul obituarinya, betul begitu?

Apakah ini becanda atau bukan, rasanya ini bukan becandaan yang pas untuk 
seorang muslim yang selalu mengagungkan Islam. Saat kita memeluk satu agama, 
misalnya Islam. Apakah kita menjadi muslim/muslimah karena keturunan atau 
pindah dari agama lain atau masuk Islam karena sebelumnya tidak menganut satu 
agama pun, yang penting adalah kita belajar dan selalu belajar sepanjang hidup 
kita untuk memahami dan menerapkan petunjuk agama itu dalam kehidupan kita 
sehari-hari. Maka, dalam milis pun ketika kita belajar dari pendapat orang lain 
dan melalui cara kita menanggapi pendapat orang lain, sebaiknya mengendalikan 
diri. Ingat saja petunjuk Rasulullah saat kita makan walaupun kita makan 
sesuatu yang halal dan milik kita sendiri, jangan isi penuh perut kita, 
berhenti makan sebelum kita kekenyangan. Makan harus dikendalikan, di milis pun 
kita harus mengendalikan diri, ada saatnya kita berhenti atau menahan jari-jari 
kita mengetikkan sesuatu sehingga tidak sampai mengancam orang lain. Adu 
argumen lah di milis dengan kata-kata yang baik tentunya, bukan dengan ancaman.

Orang lain itu bisa jadi cermin kita, kita semua bisa bercermin dari banyak 
tanggapan, dari banyak pendapat di milis ini dan juga dari CARA seseorang 
menanggapi atau berpendapat. Apakah di Islam, mencari kebenaran melalui obrolan 
tentang berbagai hal ini harus dengan mengancam orang lainnya? Semuanya 
terpulang ke diri masing-masing. Yang jelas di milis ini setelah beberapa tahun 
ikut ngobrol (walaupun tidak rutin), mengancam orang lain itu satu pelanggaran 
berat, kalau tidak salah dulu ada juga anggota yang dianggap seorang ulama juga 
pernah mengancam anggota lainnya, dengan badik atau apa gitu (pcmiiw).

salam
Aisha
---
On 4/23/08, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ma Rizal,
 Arcon ini kan FPI-nya milis WM, atau milis2 lain sejenis. Mana berani
 dia keluar kandang. Mas, kalo lagi keliling tugas kantor, cari aja
 tuh si arcon, samperin. coba lihat penampilannya ... bagus kalo dia
 ga ngumpet ... hehe.

 Sori con, loe juga yang cari 'mati' ... eh perkara!
 Tapi tenang con, jaringan fpi dan mereka yang lu benci ada di mana-
 mana, jadi tinggal kasih 'go' ... muncul deh obituari mu. Kalo mau
 loh. just give me a call ya ...!

 Puas, kalo saya respon seperti di atas?
 ;-)

 satriyo


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Ketika Pensil Anak-anak Itu Tidak Bergerak...

2008-04-26 Terurut Topik Aisha
Temans,
Perasaan saya campur aduk membaca tulisan pak Andy Riza Hidayat di bawah ini. 
Bukankah ketika kita beragama, kita berusaha menerapkan prinsip-prinsip agama 
dalam keseharian kita? Kondisi saat Rasulullah hidup tentunya berbeda dengan 
kondisi di Lubuk Pakam ini. Di zaman Rasulullah tentunya tidak ada ujian 
nasional (UN). Tapi ini yang harus kita hadapi saat ini ya? Ini juga tentang 
kebenaran dalam salah satu aspek kehidupan kita, kita tidak cukup mengatakan 
Islam paling benar dan kebenaran hanya satu. Coba kita lihat kebenaran apa yang 
ada dalam kasus ini.

Ada berita bahwa pengadilan menetapkan bahwa pemerintah harus memperbaiki dulu 
banyak hal (guru, buku, kelas, dll) sebelum melaksanakan UN. Hakim di 
pengadilan itu apakah memakai prinsip-prinsip Islam dalam menentukan putusannya?

Lalu pemerintah ngotot melakukan UN, apakah muslim yang ada di pemerintah juga 
menerapkan prinsip2 Islam dalam keputusannya? 

Lalu guru-guru yang sedang membetulkan ulang lembar-lembar ujian dengan alasan 
Kasihan siswa. Saat mengerjakan soal Bahasa Inggris, kami lihat pensil 
anak-anak itu tak bergerak, tanda tak bisa mengerjakan dan mereka kuatir 
anak-anak itu tidak lulus padahal katanya sebagian besar orangtua mereka itu 
buruh tani dan buruh kebun, apakah cara mereka membantu murid-muridnya ini 
juga berdasarkan petunjuk Islam?

Anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Sumut) 
yang mendobrak dan menggunakan senapannya itu juga memakai petunjuk Islam dalam 
melakukan tugasnya? Yang mereka sergap kan guru-guru yang tentunya tidak ada 
yang membawa senapan atau senjata lainnya, mereka hanya memegang pensil dan 
kertas, apa harus dilawan dengan senapan?

Murid-murid yang tidak bisa menggerakkan pensilnya karena tidak bisa, apakah 
mereka tidak menerapkan petunjuk Islam yang mewajibkan penganutnya belajar 
sejak dari buaian sampai ke liang lahat?

Ini satu contoh kasus kecil dalam kehidupan nyata kita di negara yang mayoritas 
penduduknya beragama Islam, tentunya di antara guru, pemerintah, murid-murid, 
polisi yang mendobrak, dll itu mayoritas muslim ya? Kasus guru bantu murid 
dalam UN kan tidak hanya terjadi di Lubuk Pakam saja. Jika Islam satu-satunya 
kebenaran, apakah sudah masuk dalam perilaku kita sehari-hari, misalnya tentang 
kejujuran, kerja keras, keadilan, dll?

salam
Aisha
-
http://kompas.co.id/kompascetak.php/read/xml/2008/04/26/02080511/ketika.pensil.anak-anak.itu.tidak.bergerak...

Kasus Ujian Nasional
Ketika Pensil Anak-anak Itu Tidak Bergerak...
Kelengangan Jalan Galang, Lubuk Pakam, pecah. Rabu (23/4) pukul 13.30 ledakan 
keras dari pucuk senapan menyalak di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Lubuk 
Pakam, Deli Serdang. Sekelompok orang berpakaian sipil, tetapi bersenjata, 
membuka paksa sebuah ruangan di sana.

Para pendobrak pintu itu ternyata anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror 
Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Sumut).

Guru yang ada di dalam ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Bimbingan 
Konseling (BK) kaget.

G Sianturi, guru bidang studi Ekonomi, hanya diam. Dia tak menduga ada petugas 
berpakaian sipil merangsek masuk ruangan. Petugas memergoki para guru 
membetulkan lembar jawaban siswa peserta ujian nasional (UN).

Tanpa banyak kata, mereka menyita 284 lembar jawaban siswa, pensil, penggaris, 
dan peruncing pensil. Para guru gemetar, sebagian menangis.

Tiga hari sudah berlalu, tetapi Sianturi mengaku masih shock. Dia mengatakan 
hanya ingin membantu siswa yang kesulitan mengerjakan soal Bahasa Inggris. 
Diakuinya semua direncanakan para guru. Pada saat para siswa terlihat tidak 
bisa mengerjakan soal, guru-guru akan membantu membetulkan jawaban. Kami 
terpaksa, katanya.

Bahasa Inggris adalah mata ujian pertama yang dijadwalkan pukul 08.00-10.00 
hari itu. Begitu soal dan lembar jawaban terkumpul, empat guru Bahasa Inggris 
membuat kunci jawaban dan 16 guru kemudian ngebut membetulkan ulang lembar 
jawaban 284 siswa di ruang UKS dan BK tadi. Sementara itu, siswa meneruskan 
mata ujian kedua: Kimia (untuk siswa jurusan IPA), Geografi (jurusan IPS), dan 
Sastra Indonesia (jurusan Bahasa).

Sianturi menuturkan, guru terpaksa membantu karena kasihan siswa tak mampu 
mengerjakan ujian Bahasa Inggris. Mereka sudah memprediksi anak didiknya akan 
mengalami kesulitan meski sebelum UN, siswa sudah menjalani uji coba soal ujian 
dua kali. Hasil uji coba memang mengkhawatirkan. Itulah mengapa muncul ide 
untuk membantu siswa. Sayangnya, cara mereka justru mengubur makna pendidikan 
itu sendiri.

Para guru sadar, pilihan mereka merupakan tindakan keliru. Kami sudah 
mengajarinya tiga tahun. Kalau mereka gagal UN, kasihan orangtuanya, kan, 
katanya. Ia menyesal, tetapi nasi sudah menjadi bubur.

Meski enggan bicara, Kepala SMAN 2 Lubuk Pakam Ramlan Lubis mengakui kejadian 
itu. Kasihan siswa. Saat mengerjakan soal Bahasa Inggris, kami lihat pensil 
anak-anak itu tak bergerak, tanda tak bisa mengerjakan, kata Ramlan dengan 
wajah menunduk. Wajah itu

Re: [wanita-muslimah] Stres TBC Tak Sembuh Ibu 2 Anak Gantung Diri

2008-04-26 Terurut Topik Aisha
Pernah baca satu artikel bahwa pengobatannya gratis, tapi pengobatannya jangka 
lama, kalau tidak salah beberapa bulan (6 bulan?). Selama selang waktu itu 
tidak boleh berhenti alias terus menerus.

Kenyataannya, ada banyak berita bahwa pengobatan gratis itu tidak benar-benar 
gratis. Ada yang minta uang, dan dari berita di bawah ini ibu yang bunuh diri 
ini ada di kampung, mungkin saja harus ada biaya khusus untuk pergi ke tempat 
pengobatan, jangan bayangkan semua orang di Indonesia ini bisa kemana saja 
dengan biaya murah dan cara mudah. Misalnya pembantu di rumah kakak saya cerita 
bahwa ke kampungnya itu dia harus memakai bis selama 3 jam, lalu naik angkot 
sekitar 1 jam, disambung ojek sekitar 1/2 jam atau jalan kaki sekitar 3 jam. 
Kebayang kalau orang ini kena TB dan harus berjalan jauh untuk mengambil 
obatnya? Mungkin obatnya gratis tapi butuh perjuangan dan uang untuk menggapai 
pengobatannya selama berbulan-bulan.

Masalah lainnya, selain perjuangan mendapatkan obat tidak mudah, makan obat 
sesuai waktunya selama berbulan-bulan juga tidak mudah, mungkin bosan, mungkin 
lupa. Akibatnya penderita TB tidak sembuh-sembuh. Padahal seorang ustadzah di 
tv, subuh kemarin mengatakan bahwa jika seseorang kena satu penyakit dan dia 
berusaha berobat tanpa mengeluh, dosanya akan hilang. Tapi, berapa persen dari 
orang sakit yang bisa dengan tabah berobat dan bersabar?

salam
Aisha
---
From : prie tea
kasian...
bukannya pengobatan TB paru tuh gratis??
knapa ga sembuh2 yaa...

mprie


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Ibu Lina Maulana

2008-03-24 Terurut Topik Aisha
Temans,
Hari ini saya nonton satu acara di Indosiar tentang seorang ibu bernama Lina 
yang melahirkan bayi sehat bernama Maulana. Maulana dibawa ibunya untuk 
diimunisasi, katanya saat itu langsung diimunisasi 3 sekaligus oleh seorang 
petugas kesehatan. Akibatnya Maulana kejang-kejang dan lalu tidak tumbuh 
normal, di usianya yang ke-18, beratnya hanya sekitar 6 kg, tidak bisa apa-apa, 
hanya bisa tergolek di tempat tidurnya dengan nafas mengorok. 

Ibu Lina sudah mengusahakan pengobatan untuk kesembuhan anaknya sampai menjual 
rumahnya dan hartanya habis, juga ditinggalkan suaminya yang hanya bisa 
menyalahkan istrinya. Ibu Lina ini juga sudah ke pengadilan menuntut dinas 
kesehatan (?)/pemda, dan pemda berjanji untuk membiayai biaya pengobatan 
Maulana, tapi janji itu belum terealisir.

Saya termenung menyaksikan kisah perjuangan ibu Lina ini sambil heran dengan 
beberapa ibu yang membunuh anak-anaknya. Di Malang ada kasus seorang ibu 
membunuh 4 anaknya lalu dia juga bunuh diri - tapi saya tidak begitu peduli 
karena ibu itu non-muslimah walaupun mungkin di agamanya juga tidak ada 
ketentuan untuk membunuh anak dan bunuh diri. Yang mengganggu pikiran saya 
justru kasus ibu di Bandung yang (berjilbab, lulusan ITB, dan aktif di mesjid) 
yang membunuh 3 anaknya yang sehat. Lalu ibu muslimah di Bekasi yang membunuh 2 
anaknya yang sehat, dan ibu muslimah di Pekalongan yang juga membunuh 2 anaknya 
yang sehat dan dia berusaha juga bunuh diri. Tiga orang muslimah ini dikenal 
ibu baik, mungkin dianggap solehah karena berjilbab, tapi saya lebih menghargai 
ibu Lina yang tidak berjilbab tapi begitu banyak perjuangan dan pengorbanannya 
untuk anaknya yang cacat.

Sebenarnya apanya yang salah ya? Mengapa ibu-ibu yang secara penampilan begitu 
Islami karena berjilbab, begitu tega membunuh anak-anaknya yang sehat? 
Sementara ada ibu yang mungkin dianggap tidak atau kurang Islami karena tidak 
berjilbab tapi berjuang terus untuk anak cacatnya. Atau ini tidak ada 
hubungannya dengan jilbab? jadi kita tidak bisa menilai kebaikan atau keimanan 
seseorang hanya dari jilbabnya?

Seorang ibu yang psikiater di satu tabloid memastikan ibu-ibu pembunuh ini 
mempunyai kepribadian skizoid, orang yang mudah tersinggung, sulit percaya 
kepada orang lain, negative thinking, lebih senang menyendiri, tidak mempunyai 
teman curhat. Awalnya depresi, kemudian menjadi skizofrenia. Kata psikiater 
ini, sebenarnya hal ini dapat dideteksi sejak dini, orang terdekat - dalam hal 
ini suami seharusnya mengetahui perubahan pada istrinya dan bisa jadi teman 
curhat istrinya. Apakah ini juga berarti bahwa suami-suami muslim ini gagal 
berkomunikasi dengan istrinya? Saya sering melihat tulisan di milis tentang 
syarat-syarat jadi istri solehah, tapi lebih jarang ya tulisan tentang 
syarat-syarat jadi suami soleh yang jadi tempat curhat istrinya? Atau 
suami-suami hanya mencari nafkah dan sudah puas dengan hanya melihat istrinya 
diam tapi berjilbab?

Ada yang mau berbagi pendapat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya? 
makasih ya sebelumnya..:)

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Fwd: Anjing yang Masuk Surga?

2008-03-04 Terurut Topik Aisha
mungkin bagi pak Satriyo, definisi dari ghibah ini, jika ada anggota milis 
menyebut nama orang yang dia suka. Tetapi jika pak Satriyo sendiri menyebut 
nama orang yang tidak disukainya, padahal dia tahu persis orang yang disebut 
namanya itu tidak ada di milis ini, maka itu tidak disebut ghibah, betul 
seperti itu pak Satriyo?..:) Atau ini bukan ghibah tapi hanya keberanian 
seseorang mengejek orang lain yang menulis kumpulan cerpen yang kebetulan tidak 
ada di milis ini?

Sebenarnya bagaimana sih etika terhadap orang yang menulis cerpen dalam Islam 
itu? Apakah bentuknya seperti ini, hanya mengejek? Atau ini karena pak Satriyo 
sudah mampu membuat dan menerbitkan banyak buku kumpulan cerpen yang jauh lebih 
baik dari orang yang diejeknya?

salam
Aisha
--
From : Wikan
wah, mas satriyo mulai berghibah nih 

salam,
-
rsa [EMAIL PROTECTED]:

 Hehehe ... mulai kapan Dawam tahu dunia anjing? Memang Nabi masuk
 khalifatullah sehingga anjing juga kena hukum syariat? Hanya manusia
 ko yang punya pilihan (dan paksaan) antara Surga dan Neraka, bukan
 hewan, bukan malaikat, bukan setan. Dan jin adalah makhluk lain yang
 juga walau bukan khalifah Allah di muka bumi, tapi tetap kena dakwah
 Islam ...
 Hehehe ... Dawam ... Dawam ... apa dia sudah lebih dekat mengenal
 orang-orang Islam (atau agama apapun, dalam hal ini) yang ia jadikan
 tertuduh di kumcer nya ini?


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] (suap) pencari dana kampanye Capres Amrik

2008-03-04 Terurut Topik Aisha
Postingan ini maksudnya apa pak Aly? Apa hubungannya dengan wanita-muslimah?
-
From : M Aly

05/03/2008 00:58 WIB 
Pencari Dana Obama Didakwa Korupsi
Ramadhian Fadillah - detik.com
Chicago - Teman lama dan pencari dana kampanye calon Presiden Amerika Serikat 
Barack Obama dibawa ke.
...

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: luxenberg ... Re: [wanita-muslimah] Re: Poligami kenapa tidak?

2008-03-04 Terurut Topik Aisha
Orang yang ditangkap polisi karena nge-bom dan disebut teroris itu juga 
pakai nama alias, malah ada yang aliasnya 2-3 nama itu bisa disebut pakai 
nama samaran juga?...:)
-- 
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 Orang islam bukannya suka pakai nama samaran juga.  Misal nama gatot, 
 kalau di muka umum, ganti kadi muhammad al khattat.
--
 From: Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED]
 Ikutan komentar ah,

 Buat saya pribadi, orang pake nama samaran itu banci. Di milis
 aja, saya juga menganggap 'bencong', apalagi buat buku tuk
 mendeskreditkan agama ato orang lain.

 Buat saya pribadi lagi, saya bersyukur saja kalau ada reaksi orang
 Islam yang menjadi radikal ketika terjadi kritik ato penghinaan
 thdp agama karena ini memang warna warni (orang) Islam...:-)

 wassalam 




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Re: [wanita-muslimah] Contoh undangan bedah buku

2008-03-03 Terurut Topik Aisha
Masya Allah!
Maaf, ini kecerobohan saya, dalam otak saya yang dibahas itu buku pak M yang 
diributkan etika bedah bukunya itu adalah buku umum yang beredar di pasaran. 
Setelah saya check lagi (check  re-check itu kan tabayyun dalam Islam ya?), 
ternyata thread semula subyect-nya Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith 
Ghazali, saya baru bengong di depan komputer, jadi ini disertasi ya? Bukan 
buku yang dijual bebas di toko buku? Mungkin masalahnya lain jika 
disertasinya sudah dicetak jadi buku yang dijual ke umum, kalau tidak salah 
satu buku tentang ekonomi pak Rizal Malarangeng itu dari disertasinya 
(cmiiw). Untuk membedah buku pak Rizal ini saja, sudah selayaknya mengundang 
penulisnya, minimal minta izin atau memberi tahu, apalagi disertasi yang 
tidak dicetak untuk umum.

Satu saat, saya mendapat tugas dari seorang tante yang sedang menulis 
disertasi di bidang farmasi di kota lain. Dia minta tolong untuk mengkopi 
satu disertasi sebagai salah satu rujukan penelitiannya di program S3. 
Kebetulan memang saya berniat membaca dan mencari beberapa buku di 
perpustakaan. Jadi ceritanya saya mencari disertasi yang dimaksud, petugas 
mengizinkan saya membaca disertasi tebal itu, tapi MELARANG MENGKOPI 
DISERTASI itu, itu etika di kampus.

Di saat yang lain, saya memerlukan beberapa hasil penelitian S2 di ITB yang 
berbentuk tesis. Di perpustakaan bisa difotokopi oleh petugas karena tesis 
tidak bisa dipinjam ke rumah, tapi YANG BISA DIFOTOKOPI PETUGAS HANYA BAB 1 
dan BAB 2, bab-bab selanjutnya tentang isi dari penelitian dalam tesis yang 
tidak boleh sembarangan beredar dan dimiliki umum itu tidak boleh 
difotokopi, itu etika kampus.

Nah, sekarang masalahnya lebih mengerucut bukan? disertasi itu bagaimana 
sampai ke acara bedah buku di rumah? Apalagi tanpa menghadirkan penulis 
disertasinya, atau mungkin kalau pun tidak mengundang, apakah disertasinya 
keluar dari kampus, sudah seizin kampus dan penulisnya?

Ada kemungkinan lain, mungkin saja terjadi nama acaranya bedah disertasi, 
tapi tidak dihadirkan fisik draft lengkap fotokopian disertasinya untuk 
peserta acara tersebut. Tapi apakah para pembicaranya (atau 1 pembicara?) 
memiliki dan membaca disertasi itu secara lengkap? Jika memiliki, apakah dia 
memiliki secara legal karena ketentuannya kan itu milik universitas dan 
penulisnya yang tidak boleh dimiliki umum. akan lebih buruk lagi jika 
ternyata pembicaranya belum membaca disertasi itu secara lengkap, bagaimana 
dia memahami dan bisa membedah secara tuntas dan baik apalagi tanpa 
kehadiran penulisnya kalau tidak memiliki atau membaca secara lengkap?

Mudah-mudahan obrolan kita sekarang ini membuat kita semakin memahami bahwa 
Islam mengajarkan akhlak terhadap berbagai hal, akhlak pada Allah, akhlak 
pada sesama manusia, dll. Acara bedah buku ada etikanya, ini kan bagian dari 
akhlak ke sesama manusia, bagaimana kita menghargai usaha keras seseorang 
untuk menghasilkan disertasi dan bagaimana kita mengkritisi disertasi itu 
sesuai dengan etika yang ada.

salam
Aisha
-- 
From: [EMAIL PROTECTED]
 Lagian yg dibahas itu disertasi yg belum dipublikasikan dalam bentuk 
 jurnal atau dikemas dalam bentuk buku. Teman insist dapat draft lengkapnya 
 dari mana? Admin iain gampang uyah kasih copian disertasi?

 Enak dong buat dicontek? Diupload aja sekalian gratis di wenya insist. 
 Pasti banyak yg mengunduh.




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Re: [wanita-muslimah] Contoh undangan bedah buku

2008-03-02 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Saya tidak tahu apakah memang ada aturan tertulis atau tidak, tapi sepanjang 
yang saya tahu dari pengalaman sebagai orang yang menghadiri satu acara bedah 
buku atau sebagai pelaksana satu acara bedah buku, tanpa harus mikir panjang, 
penulisnya diundang. Mungkin aturan tidak tertulis karena di dalamnya 
terkandung rasa keadilan seperti pendapat mba Noni.

Tentang pendapat dalam milis, tentu saja semuanya juga pendapat pribadi, kenapa 
itu harus ditanyakan?..:) semuanya juga kalau ngobrol di milis, pakai pendapat 
pribadi, kecuali kalau diawali, menurut mas Akmal, menurut BKKBN, itu bukan 
pendapat saya pribadi tapi pendapat orang lain atau lembaga lain.

Jika pendapat pak Satriyo, kehadirannya tentu hanya memberi nilai tambah untuk 
menjelaskan bagian yang sec umum bisa disalahpahami, dalam kalimat itu kata 
hanya kesannya menganggap enteng, padahal dalam satu acara bedah buku justru 
kehadiran penulis itu akan lebih menjelaskan lagi segalanya secara rinci 
sehingga segalanya lebih jelas, terutama jika bedah buku itu dilakukan karena 
pelaksananya kontra terhadap isi buku tersebut. 

Mas Akmal sebagai seorang penulis buku sudah menjelaskan pengalamannya, blio 
juga kan menganggap indah jika penulis buku yang satu kota diundang atau 
minimal dikabari. Bukankah Allah menyukai keindahan? Bukankah mencintai sesama 
manusia yang ciptaan Allah itu suatu keindahan?

Inti dari pembahasan ini kan etika mengundang penulis buku dalam satu acara 
bedah buku, tidak memasalahkan lembaga I sebagai penyelenggara atau penulis M 
yang bukunya dibedah sebab saya tidak mengenal keduanya. Kebetulan acara2 bedah 
buku yang saya ikuti, adanya di kampus, dan saya juga pernah belajar di kampus 
anda. Sebagai muslim kita kan harus belajar dan belajar terus, termasuk dalam 
hubungan sesama manusia, hablun minannas, kembali ke hati nurani kita saja, 
adilkah jika kita membahas isi buku seseorang jika kita tidak mengundang si 
penulisnya?

salam
Aisha
---
From : Satriyo

Yth Bu Aisha,
Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan apakah saat bedah buku itu 
penulisnya hadir atau tdk, diundang atau tdk, karena kehadirannya tentu hanya 
memberi nilai tambah untuk menjelaskan bagian yang sec umum bisa disalahpahami. 
Dan ini sesuatu yang wajar.

Kampus yang Ibu dulu pernah jadikan tempat mengenyam pendidikan bagaimana? 
Apakah seingat Ibu juga spt kampus yang ibu sodorkan jadi contoh soal ini? Saya 
ingat beberapa kali bedah buku di kampus saya, UI Dpk, tdk ada aturan harus 
mendatangkan penulis. Entah ya kalo memang setelah saya take off dari kampus 
ternyata ada aturan tertulis baru soal ini.

Kalo saya boleh tanya, ini tentu pendapat Ibu pribadi kan, dan kebetulan ada 
contoh yang bisa Ibu jadikan 'bukti' bahwa bedah buku itu 'harus' dihadiri 
penulisnya? Ayo deh kita lihat, kalo mau, kampus mana saja yang punya aturan 
baku ini, dan di luar kampus, acara apa saja yang punya aturan ini.

Btw, konotasi Ibu, yang saya tangkap, kalo kampus itu pasti 'beda' dengan di 
luar kampu, tidak akademis, mungkin? atau tidak ilmiah? Sebenarnya jg 
tergantung kampus-nya ya. Toh acara2 ekstra kampus juga tidak kalah bobotnya, 
baik itu diadakan di hotel2, halls, convention centres, masjdi2, seminari2, 
pondok2 pesantren, bahkan yang online.

So?
salam,
satriyo
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Temans,
 Ini contoh undangan acara bedah buku di kampus, 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Contoh undangan bedah buku

2008-03-02 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo
Jika tujuannya memang bukan membedah , maka tentunya akan lebih baik memakai 
istilah lainnya dan bukan berjudul bedah buku, karena bedah buku itu kan 
mengupas tuntas isi satu. Kupas tuntas isi satu buku akan lebih tercapai jika 
penulisnya juga diundang.

Jika acaranya terbuka tapi terbatas, kenapa ada undangan bedah buku di I yang 
masuk ke milis WM?..:) Akan lebih baik jika terbatas, cukup undangan itu di 
milis I saja.

salam
Aisha
-
From : Satriyo

Terima kasih, buat kode etiknya.
Kembali ke bedah buku Moqsith di INSISTS, saya kira yang terjadi adalah sifat 
acaranya yang walau terbuka tapi terbatas, selain spt dikatakan oleh panitia, 
tujuannya memang bukan membedah dalam konteks mendatangkan penulis, tapi ingin 
membicarakan saja isi tulisannya. Dengan demikian, jelas, bahwa undangan bedah 
buku INSISTS itu tidak bisa disamakan dengan bedah buku terbuka yang umum 
dilakukan sec insidental, mengingat acara tsb adalah bagian dari diskusi rutin 
pekanan INSISTS di hari Sabtu, yang sudah berlangsung selama beberapa tahun 
terakhir. Saya ulangi, bedah buku yang dilakukan di INSIST untuk mengorek isi 
tulisan Moqsith adalah bagian dari diskusi rutin pekanan, dan bukan bedah buku 
publik yang dilakukan insidental, dan bukan pula sebagai forum dialog.

Untuk saya, demikian saya akhiri diskusi tentang bedah buku dengan penjelasan 
saya di atas, krn sudah jelas duduk perkaranya.

Terakhir, yang saya sebut konteks think-tank adalah konteks internal, jadi, ya, 
mana pas kalo membuat acara bedah buku publik. Namanya think-tank macam di CSIS 
atau Habibi Centre, tentu jika ada 'bedah buku' itu pasti berlangsung internal. 
Saya kira jelas soal ini.

satriyo
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Satriyo,
 
 Dalam suatu acara bedah buku untuk publik (ini yang sedang 
dibahas), 
 mengundang dan menghadirkan penulisnya adalah sebuah kode etik. 
Kode 
 etik itu penting, karena menyangkut masalah moral dan etika. Jadi, 
 bukan masalah tidak adanya aturan atau adanya aturan yang baku. Ini 
 yang pertama.
 
 Kedua, meskipun pihak penyelenggara (think tank) dan wawasan 
 anggotanya bersebrangan dengan ide dan gagasan si penulis dan 
 kemudian penyelenggara itu membuat acara bedah buku untuk publik 
 tanpa menghadirkan penulisnya, ini jelas melanggar kode etik. 
Sebab, 
 publik diajak untuk memahami secara sepihak saja, berat sebelah 
 jadinya. Padahal si penulis itulah yang paling mengerti isi bukunya 
 dan latar belakang serta alasan-alasan mengapa ia menulis seperti 
 yang tertuang dalam bukunya. Tidak semua pikiran penulis bisa 
 dituangkan ke dalam bukunya. Selalu ada keterbetasan. Itulah 
sebabnya 
 perlu menghadirkan penulis untuk membahas (bedah) ide dan gagasan 
 yang ada dalam bukunya.
 
 Ketiga, soal mau datang atau tidak datangnya penulis ketika 
diundang 
 adalah soal lain lagi, tidak ada hubungannya dengan bedah buku 
untuk 
 publik. Kode etik yang dijalankan adalah, pihak penyelenggara 
 mengundang penulis utk bedah buku publik, jika penulis tidak bisa 
 datang, maka pihak penyelenggara meminta izin (consent) kepada 
 penulis untuk membedah bukunya. Jika diizinkan, acara bisa jalan 
 terus. Jika tidak diizinkan, maka acara harus ditiadakan. Inilah 
kode 
 etiknya.
 
 Salam,
 MAS


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Kelaparan, Ibu Hamil Meninggal

2008-03-02 Terurut Topik Aisha
Pak Aly,
Rasanya tidak tepat jika selalu menyalahkan demokrasi, sebab ada juga negara 
yang memakai demokrasi tapi kaum miskinnya dikasih makan negara.

Tentang kasus kelaparan sampai mati ini, di tv ada wawancara dengan walikotanya 
yang menyangkal bahwa ibu Basse yang sedang hamil dan anaknya yang meninggal 
itu meninggal bukan karena kelaparan tapi karena diare. Sementara wawancara 
dengan suaminya ibu Basse (pak Basri) mengakui bahwa tiap hari penghasilannya 
hanya 7-10 ribu. Bayangkan di saat beras, minyak goreng, minyak tanah, dll 
semahal sekarang, uang itu digunakan untuk hidup 1 orang ayah+ 1 ibu yang 
sedang hamil 7 bulan + 4 anak (Salma, Baha, Aco, Bahir). Anak-anak mereka juga 
mengakui bahwa mereka kelaparan, sering tidak bisa makan, wajar jika dokter 
menemukan mereka bergizi buruk.

Ada orang-orang yang berupaya menolong keluarga ini seperti bapak yang membayar 
tempat tinggalnya, ibu yang kadang-kadang memberi ikan, ibu yang membawa 
anak-anak ke RS, ustadz yang membimbing ibu yang tengah sekarat, dll. Tapi 
kondisi ekonomi mereka juga tidak berlebih sehingga mereka juga tidak bisa 
membantu dengan leluasa. Yang bisa membantu banyak itu kan orang yang kebetulan 
diberi rezeki banyak, dimana mereka? apakah mereka tidak melihat kondisi 
masyarakat di sekelilingnya? Lalu badan-badan yang mengurus zakat, apakah di 
daerah itu ada? Jika ada, kemana mereka menyalurkan zakat yang dikumpulkannya?

Yang jelas, mereka kelaparan, dan setelah meninggalpun, mereka di kubur di 
tempat orang tua Basri karena mereka tidak punya uang untuk menguburkan di 
pemakaman umum. Temans ada yang tahu, apakah mahal biaya penguburan di 
pemakaman umum? Saya tidak tahu banyak, karena di lingkungan keluarga besar 
saya tidak ada biaya pemakaman di pemakaman keluarga kecuali iuran per tahun 
untuk penjaga/perawat pemakaman.

BTW, menyalahkan pajak, asuransi, perbankan, bukankah asuransi dan perbankan 
juga ada yang Islami? Masalahnya sebenarnya di bidang kehidupan apapun, 
tergantung manusianya, apakah manusianya baik? Baik dari segi agama misalnya 
jujur, pekerja keras, tekun, rajin, dll - bukan sebatas mereka seorang muslim 
dan tertera Islam di ktpnya. Oh ya, di Makassar itu mayoritas muslim ya?

salam
Aisha

From : M Aly
mungkin ustadz, tetangga2nya dan muslim yang kaya lainnya sedang asyik 
demokrasi ..sibuk parpol.. pajak ditinggikan tapi dikorupsi.. memang korupsi 
kelas kakap harus dihukum mati!! spt di cina dan korsel.. tegas, demi kebaikan 
masyarakatnya.

dan pemerintah indonesia melupakan syariat islam dlm ZIS (zakat, infaq, 
shodaqoh) tapi mementingkan pajak, asuransi, perbankan djsnya yang byk 
melupakan org2 kecil yang menjadi tanggung jawab bersama khususnya PEMERINTAH.

slm,
ali 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Trs: [Guyon-Yook] Celana Melorot

2008-02-26 Terurut Topik Aisha
Pak Aly,
Di tiap tempat tidak ada yang sepenuhnya hitam kelam dan tidak ada pula yang 
sepenuhnya putih bersih. Saya, ibu saya, dan beberapa wanita lainnya kok tidak 
merasakan yang seperti itu ya. Di Madinah pun ada penculikan dan pemerkosaan 
wanita, padahal tidak seperti di Jeddah yang bisa memakai kerudung terbuka - 
masih terlihat rambut dan ada non muslimnya, semua wanita di Mekah dan Madinah 
berjilbab. Dari beberapa TKW disana saat mengunjungi rumah-rumah penduduk asli, 
di Madinah pun ada kasus-kasus majikan memperkosa TKW. Masalahnya adalah data 
kriminalitas terhadap wanita tidak tercatat, jadi tidak bisa kita bandingkan 
kriminalitasnya dengan AS yang tercatat.

Saya tidak pernah berurusan dengan polisi Madinah, tapi melihat petugas wanita 
Arab di mesjid Nabawi, sikapnya keras, kasar, berwajah garang saat memeriksa 
kaum wanita yang masuk mesjid, jauh dari sopan santun. Di pertokoannya memang 
saat tiba waktu shalat, semua menutup dagangannya, tapi masalah mata melotot 
kurang ajar dan colak colek, pelecehan seksual pedagang di Madinah, sama saja 
dengan pedagang di kota lainnya di negara itu. Walaupun kami datang rombongan 
dengan kaum laki-laki, mereka selalu mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu 
yang tidak sopan.

Tentang speaker, di masa Rasulullah memang dicontohkan pakai speaker? Saya saja 
tidak suka dengan speaker adzan yang keras, apalagi dengan pengajian yang 
speakernya begitu keras, waktu shalat kan bisa di set di komputer atau hp 
masing-masing. Mungkin tidak masalah jika di lingkungan pesantren yang 
penghuninya semua muslim. Di AS muslim kan minoritas, yang mayoritas kan tidak 
perlu diingatkan waktu shalat karena mereka nonmuslim. Intinya pelarangan yang 
mengganggu orang lain, bukan hanya speaker adzan, musik keras dari tetangga 
juga bisa ada sanksinya jika yang lain terganggu.

Kenapa pak Dana dikasih tiket balik ke Indonesia, pak Dana rasanya tidak 
tinggal di Indonesia ya?

salam
Aisha
---
From : M Aly
Mas Dana,
Sy tdk menyebut KSA, tapi Kota Madinah.. anda seorang muslim sebaiknya 
mengunjungi kota Madinah ini..sekalian umroh atau visit dulu lah 1 hari di 
madinah. Smp sekarang 26 Feb 2008 kota Madinah menjiwai setiap muslim yang 
mengunjunginya.. Anda akan
mengerti mengapa rosulullah hijrah dari Kota mekkah ke Kota Madinah melewati 
gurun dan gunung bebatuan dikejar2 kaum qurasy...dan Anda akan mengerti 
org2/rakyat madinah kenapa santun, polisinya santun dibanding kota Mekkah, tdk 
seperti amrik byk kriminalitas, busana melorot, president usa yg tdk pernah 
mendegar suara rakyat amrik sendiri termasuk bush..

Di Madinah Anda akan merasakan syariat islam dan kebaikan org2 disana termasuk 
busana muslim/muslimah.. sangat jauh dengan Amrik.. ke amrik aja susah cari 
mesjid mana tdk boleh adzan pakai speaker.. kalau peraturan mobil tdk boleh 
pakai klakson memang sdh di dunia intl dan dikenakan denda.. tapi adzan pakai 
speaker bisa kena sansi hukum di amrik???

Negara Islam yang masih exsist menerapkan syariat islam dan menghargai non 
muslim nih saya kasih : Qatar dan Oman. hanya dua negara kerajaan islam ini smp 
sekarang yang masih tegar dengan syariah islam semoga tdk pudar.. Org2 amrik di 
qatar maaf hanya sebagai tukang sekuriti aja tdk ada apa2 nya. Negara2 islam 
yang lain sdh habis dimakan ala demokrasi amrik termasuk KSA kecuali kota 
Madinah... silahkan berkunjung ke sana... saya kasih tiket balik ke indo kalau 
gak puas.. tapi kalau sadar saya gak minta apa2
hanya bersyukur semoga Mas Dan dibukakan anugerah Alloh 'petunjuk jalan lurus 
aamiin.

slm,
ali 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali

2008-02-25 Terurut Topik Aisha
Mba Ning,
Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar. Ada berbagai pendapat ini kan karena 
ternyata ada jenis bedah buku yang tidak menghadirkan penulis bukunya, lalu 
teman-teman yang pernah menghadiri jenis bedah buku lainnya yang menghadirkan 
si penulis buku yang akan dibedahnya mengomentari.

Semuanya akan terpulang ke panitia bedah buku itu, jika memang sudah biasa 
membedah buku - terutama buku yang dianggap beda atau dianggap salah dan merasa 
nyaman membedah tanpa ada penulisnya, lanjutkan saja, kebiasaan kan sulit 
diubah. Anggap saja komentar-komentas itu sebagai masukan yang tidak perlu 
digubris karena tiap kelompok/lembaga punya 'kebudayaan'nya sendiri.

Tentang kalimat ini Saya rasa, bila penulisnya punya concern juga, beliau akan 
mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan untuk hadir di acara ini, 
biar pun tidak diundang secara khusus, seingat saya jika saya ikut satu bedah 
buku atau ikut jadi panitia bedah buku, penulis bukunya itu diundang oleh 
panitia pelaksana, dan bukan penulisnya yang mengontak panitia lalu 
mengusahakan untuk hadir, itu etikanya. Tapi kembali lagi, mungkin ada etika 
lainnya ...:)

Kalau kita kembalikan ke rumah tangga, jika ada anak yang dianggap melakukan 
satu perbuatan yang menurut ortunya salah, mungkin ada ortu yang langsung 
membicarakan kesalahan anaknya ini hanya di lingkungan ayah dan ibu lalu ortu 
ini langsung menjatuhkan sanksi atau penilaian buruk. Tapi mungkin saja ada 
ortu yang lalu memanggil anak yang dianggap bersalah itu lalu menanyai anak 
itu, barulah ortu ini menjatuhkan sanksi atau penilaiannya terhadap anak itu. 
Cara mana yang dipilih? tergantung ortunya. Cara bedah buku mana yang dipilih? 
tergantung niat dan kebiasaan kelompok yang mau membedah buku..:)

salam
Aisha
--
From : mba ning
Yah kalau kebanyakan teman di WM berpendapat begitu, ya tidak apa-apa. Tetapi 
tentu teman-teman mengerti bahwa banyak teman-teman lainnya yang berbeda 
pendapat dengan teman-teman di sini, yang merasa diskusi tetap bisa 
berlangsung, ada atau tidak penulis bukunya. Saya rasa, bila penulisnya punya 
concern juga, beliau akan mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan 
untuk hadir di acara ini, biar pun tidak diundang secara khusus. Tentunya 
dengan semangat silaturahmi tadi.

Anyway, saya sudah sampaikan input teman-teman ini kepada teman saya yang kenal 
dengan panitya, dan insya Allah sudah diteruskan ke panitya-nya. Saya sendiri - 
seperti saya katakan di email sebelumnya - tidak bisa hadir di diskusi ini, 
karena kebetulan sedang tidak di Jakarta. 

Wassalaam,
-Ning

-
From: Mia
Keliatannya kebanyakan temen WM berpendapat bahwa diskusi bedah buku/disertasi 
adalah dengan menghadirkan penulisnya (konsekuensinya, kalau nggak hadir, 
berarti diskusi itu tertunda).

Jadi mungkin mba Ning berbesar hati menghubungi INSIST dengan melangsungkan 
pendapat temen2 di WM ini, tentang krusialnya menghadirkan penulis buku. Demi 
menjaga silaturahmi, dan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya (artinya mentaati 
persyaratan akademis yang tinggi etikanya).

salam
Mia

[Non-text portions of this message have been removed]



Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali

2008-02-25 Terurut Topik Aisha
Mba Ning,
Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar. Ada berbagai pendapat ini kan karena 
ternyata ada jenis bedah buku yang tidak menghadirkan penulis bukunya, lalu 
teman-teman yang pernah menghadiri jenis bedah buku lainnya yang menghadirkan 
si penulis buku yang akan dibedahnya mengomentari.

Semuanya akan terpulang ke panitia bedah buku itu, jika memang sudah biasa 
membedah buku - terutama buku yang dianggap beda atau dianggap salah dan merasa 
nyaman membedah tanpa ada penulisnya, lanjutkan saja, kebiasaan kan sulit 
diubah. Anggap saja komentar-komentas itu sebagai masukan yang tidak perlu 
digubris karena tiap kelompok/lembaga punya 'kebudayaan'nya sendiri.

Tentang kalimat ini Saya rasa, bila penulisnya punya concern juga, beliau akan 
mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan untuk hadir di acara ini, 
biar pun tidak diundang secara khusus, seingat saya jika saya ikut satu bedah 
buku atau ikut jadi panitia bedah buku, penulis bukunya itu diundang oleh 
panitia pelaksana, dan bukan penulisnya yang mengontak panitia lalu 
mengusahakan untuk hadir, itu etikanya. Tapi kembali lagi, mungkin ada etika 
lainnya ...:)

Kalau kita kembalikan ke rumah tangga, jika ada anak yang dianggap melakukan 
satu perbuatan yang menurut ortunya salah, mungkin ada ortu yang langsung 
membicarakan kesalahan anaknya ini hanya di lingkungan ayah dan ibu lalu ortu 
ini langsung menjatuhkan sanksi atau penilaian buruk. Tapi mungkin saja ada 
ortu yang lalu memanggil anak yang dianggap bersalah itu lalu menanyai anak 
itu, barulah ortu ini menjatuhkan sanksi atau penilaiannya terhadap anak itu. 
Cara mana yang dipilih? tergantung ortunya. Cara bedah buku mana yang dipilih? 
tergantung niat dan kebiasaan kelompok yang mau membedah buku..:)

salam
Aisha
--
From : mba ning
Yah kalau kebanyakan teman di WM berpendapat begitu, ya tidak apa-apa. Tetapi 
tentu teman-teman mengerti bahwa banyak teman-teman lainnya yang berbeda 
pendapat dengan teman-teman di sini, yang merasa diskusi tetap bisa 
berlangsung, ada atau tidak penulis bukunya. Saya rasa, bila penulisnya punya 
concern juga, beliau akan mengontak panitya atau berkenan atau mengusahakan 
untuk hadir di acara ini, biar pun tidak diundang secara khusus. Tentunya 
dengan semangat silaturahmi tadi.

Anyway, saya sudah sampaikan input teman-teman ini kepada teman saya yang kenal 
dengan panitya, dan insya Allah sudah diteruskan ke panitya-nya. Saya sendiri - 
seperti saya katakan di email sebelumnya - tidak bisa hadir di diskusi ini, 
karena kebetulan sedang tidak di Jakarta. 

Wassalaam,
-Ning

-
From: Mia
Keliatannya kebanyakan temen WM berpendapat bahwa diskusi bedah buku/disertasi 
adalah dengan menghadirkan penulisnya (konsekuensinya, kalau nggak hadir, 
berarti diskusi itu tertunda).

Jadi mungkin mba Ning berbesar hati menghubungi INSIST dengan melangsungkan 
pendapat temen2 di WM ini, tentang krusialnya menghadirkan penulis buku. Demi 
menjaga silaturahmi, dan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya (artinya mentaati 
persyaratan akademis yang tinggi etikanya).

salam
Mia

[Non-text portions of this message have been removed]



Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali

2008-02-25 Terurut Topik Aisha
pak Satriyo,
Masalah di bawah ini kan sederhana ya, coba kita urut
1. di WM ada yang posting satu undangan bedah buku, di undangan itu ternyata 
PENULIS bukunya yang kebetulan MASIH HIDUP dan SATU KOTA dengan tempat bedah 
buku dilaksanakan, tidak ada dalam jajaran pembicara bedah buku tersebut.

2. Muncul tanggapan dari anggota-anggota WM, termasuk saya yang senang melihat 
acara bedah buku, penulisnya itu diundang sebagai salah satu pembicara selain 
pembicara yang pro maupun yang kontra. Itu etikanya di kampus-kampus. Dan di 
lembaga anda itu saya yakin banyak orang kampus yang gelarnya banyak, atau di 
lembaga itu memang biasa dilaksanakan bedah buku untuk penulis2 yang masih 
hidup dan satu kota tanpa harus mengundang penulisnya? kalau memang BIASANYA 
begitu, bukan masalah, mungkin beda ya etikanya dengan bedah buku di kampus2. 
Apakah etika seperti itu lebih Islami?

3.ada kasus lanjutannya, anda ngobrol di WM, lalu membawa potongan obrolan itu 
ke milis I sambil ngomentari anggota milis lainnya, apa itu bisa disebut 
ghibah? tolong dikoreksi, ghibah itu ngomongin orang lain di belakangnya, kalau 
anggota WM itu anggota milis I juga - itu bukan ghibah, tapi ngomongin anggota 
WM yang bukan anggota milis I di milis I itu berarti ngomongin orang di 
belakangnya ya?

4.lalu pak Afiff menanyakan siapa yang disebut oleh anda narrow minded itu, 
anda panjang lebar menuliskan ciri-cirinya, tidak berani menyebutkan nama?

salam
Aisha

From : Satriyo
Wahh ... akhirnya ... muncul lagi ni Kang Afiff .. tumben ... apakabar kang?

Saya masih berhutang pembahasan soal Hadis kalo ga salah, ya? Mohon ingatkan 
agi ya jika sampeyan masih ingin meneruskan diskusinya ... :-)

Buat pertanyaan sampeyan, yang saya maksud mereka adalah yang narrow minded 
dan yang narrow minded yang saya maksud adalah mereka yang tidak terbuka 
menerima perbedaan tapi pada saat yang sama mengaku terbuka -- mungkin 
istilahnya liberal dan plural atau inklusif -- mencap mereka yang tidak sesuai 
dengan pendirian mereka sebagai ortodoks, fundemantalis, dan
peristilahan turunan lainnya ... kira-kira gitu mas ...

Misalnya, ketika mereka bicara masalah jilbab atau poligami, atau syariah, 
semua dalil digelontorkan, baik ayat dan hadis, dan mereka siap memberikan 
penafsiran sesuai logika mereka untuk menolak jilbab, poligami dan syariah, 
tentu dengan bekal argumen yang didasarkan pada misalnya hermeneutika, 
relativisme, dan tidak lupa juga prinsip humanisme atau HAM ... sambil menolak 
semua dalil (penfsiran/tafsir) ulama terdahulu yang tidak mereka setujui 
(baca=sukai) dan tidak lupa juga mereka mengutak atik referensi tulisan atau 
kutipan karya ulama terdahulu yang bisa dijadikan bukti bahwa ternyata ada juga 
ulama terdahulu yang, misalnya, pluralis ... dan buat yang menentang pendapat 
mereka ini, mereka cap fundamentalis, skripturalis, literalis, et al ... tapi 
di saat lain, ketika mereka merasa tafsiran yang sudah ada itu memehuni selera 
mereka, ya mereka pakai, sehingga mereka pun
sebenarnya literalis dan skripturalis juga.

Soal lain, ketika ingin memaksakan kehendak bahwa menurut mereka adalah tidak 
adil mengkaji/membedah tulisan tanpa ada penulisnya, terlebih penulisnya masih 
hidup dan ada di kota yang sama. Lalu apakah selama ini mereka juga bersikap 
sama dengan tulisan selain dari kelompok mereka, yaitu berbagai buku yang 
dibedah tanpa menghadirkan penulisnya? Atau ketika kita
tarik sedikit ke ranah tulisan yang lebih 'samawi' ... ketika 'tulisan Tuhan' 
baik yang diterima Moses atau Yesus, dikritik, dikaji, dibedah oleh kalangan 
mereka, tanpa mereka menghadirkan Moses, Yesus atau Tuhan, mengapa tidak 
terjadi nalar kritis? ... malah bagi yang muslim-nya, dari kalangan mereka, 
mengekor saja untuk juga ikut2an mengkritik, mengkaji dan membedah 'tulisan 
Tuhan' yang diturunkan pada Muhammad SAW (al-Quran dan al-Hadis), tanpa terlalu 
ribut untuk menghadirkan Tuhan Muhammad dan Muhammad SAW sendiri?

Apakah saya salah untuk menyatakan mereka ini narrow minded?

Kalo saya boleh ganti tanya, apa komentar mas tentang definisi 'fundamentalis' 
yang dialamatkan kepada those muslims semata karena mereka tidak menerima 
pluralisme? Bisa anda jelaskan?

salam,
satriyo

PS: jika mas 'dapat' lagi dari milis2 yang saya ikuti, opini saya yang anda 
rasa perlu dijelaskan, jangan sungkan2 langsung hubungi saya lagi di WM ini ya 
... :-)
PPS: kalo ternyata saya salang tangkap pertanyaan sampeyan, mohon tegur, karena 
saya kira sampeyan bukan menanyakan identitas person ... tapi minta penjelasan 
saja, apa yang saya maksud mereka yang narrow minded

2008/2/22 Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED]:

 Berikut saya dapat dari milis insistnet lagi:
 http://groups.yahoo.com/group/insistnet/message/9359

 Mas Satriyo, yang panjenengan maksud mereka yang narrow minded
 itu siapa ya?

 salam,

 Muhkito
 --- In [EMAIL PROTECTED] insistnet%40yahoogroups.com, rsa
 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Berikut tanggapan lanjut atas undangan bedah buku AM

[wanita-muslimah] mohon maaf

2008-02-25 Terurut Topik Aisha
Temans, 
Mohon maaf hari ini ada masalah ketika posting ke WM, macet, pas dilihat, lha 
kok berulang begitchu ya. Maaf ya atas ketidak nyamanan ini.

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Tanya: Pembagian Warisan (Istri Bekerja, Suami Tidak Bekerja)

2008-02-25 Terurut Topik Aisha
Iya mba Lina, saya kenal seorang perempuan yang punya 3 anak dan suaminya 
pekerja serabutan yang lebih sering tidak punya uang untuk kebutuhan anak 
istrinya. Si istri bekerja jadi pembantu rumah tangga, tapi gajinya tidak cukup 
untuk makan sehari-hari+ sewa kamar untuk mereka tinggal+ untuk 2 anak yang 
sekolah+ ngobati bayi ketiga yang sakit-sakitan. Setelah bayinya meninggal 
karena terlambat berobat (tidak punya uang) sementara suaminya malah asyik 
pacaran dengan seorang janda, ibu ini jadi TKW. Kebetulan dia mempunyai majikan 
arab terpelajar yang baik, selain gaji dia biasa diberi perhiasan oleh nyonya 
majikannya dan diajak naik haji. Dia mengirim seleuruh gajinya ke suaminya 
untuk sekolah anak-anaknya, tapi malah dipakai nikah sirri dan membiayai 2 
istri barunya. Suami ini beralasan, istri itu tugasnya di rumah, melayani 
suaminya bukan pergi bekerja. Jadi wajar kalau istri bekerja, saya mencari 
istri yang bisa melayani.

Terakhir saya bertemu ibu ini, dia cerita, sudah tidak jadi TKW lagi dan sudah 
menggugat cerai dari suaminya ini dan dia hidup bahagia dengan 2 anaknya yang 
bisa dia biayai dari hasil beberapa tahun jadi TKW. Dia sekarang punya rumah 
tembok (dulu hanya sewa kamar berdinding anyaman bambu) dan punya warung selain 
bisnis rantangan untuk mahasiswa.

Jadi suami yang seperti mba Lina tanyakan (yang menuntut hak berpoligami tapi 
tidak menuaikan kewajiban menafkahi keluarganya), tidak perlu diapa-apain, 
digugat cerai saja..:)

salam
Aisha
---
From : Lina Dahlan
Kalau ada suami tidak berpenghasilan, otomatis nafkah dari istri saja. Lalu, 
suaminya menikah lagi secara diam2. Ada jawabannya gak, mesti diapain..:-)

wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

[Non-text portions of this message have been removed]



Re:[wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali

2008-02-24 Terurut Topik Aisha
pak Satriyo,
Masalah di bawah ini kan sederhana ya, coba kita urut
1. di WM ada yang posting satu undangan bedah buku, di undangan itu ternyata 
PENULIS bukunya yang kebetulan MASIH HIDUP dan SATU KOTA dengan tempat bedah 
buku dilaksanakan, tidak ada dalam jajaran pembicara bedah buku tersebut.

2. Muncul tanggapan dari anggota-anggota WM, termasuk saya yang senang melihat 
acara bedah buku, penulisnya itu diundang sebagai salah satu pembicara selain 
pembicara yang pro maupun yang kontra. Itu etikanya di kampus-kampus. Dan di 
lembaga anda itu saya yakin banyak orang kampus yang gelarnya banyak, atau di 
lembaga itu memang biasa dilaksanakan bedah buku untuk penulis2 yang masih 
hidup dan satu kota tanpa harus mengundang penulisnya? kalau memang BIASANYA 
begitu, bukan masalah, mungkin beda ya etikanya dengan bedah buku di kampus2. 
Apakah etika seperti itu lebih Islami?

3.ada kasus lanjutannya, anda ngobrol di WM, lalu membawa potongan obrolan itu 
ke milis I sambil ngomentari anggota milis lainnya, apa itu bisa disebut 
ghibah? tolong dikoreksi, ghibah itu ngomongin orang lain di belakangnya, kalau 
anggota WM itu anggota milis I juga - itu bukan ghibah, tapi ngomongin anggota 
WM yang bukan anggota milis I di milis I itu berarti ngomongin orang di 
belakangnya ya?

4.lalu pak Afiff menanyakan siapa yang disebut oleh anda narrow minded itu, 
anda panjang lebar menuliskan ciri-cirinya, tidak berani menyebutkan nama?

salam
Aisha

From : Satriyo
Wahh ... akhirnya ... muncul lagi ni Kang Afiff .. tumben ... apakabar kang?

Saya masih berhutang pembahasan soal Hadis kalo ga salah, ya? Mohon ingatkan 
agi ya jika sampeyan masih ingin meneruskan diskusinya ... :-)

Buat pertanyaan sampeyan, yang saya maksud mereka adalah yang narrow minded 
dan yang narrow minded yang saya maksud adalah mereka yang tidak terbuka 
menerima perbedaan tapi pada saat yang sama mengaku terbuka -- mungkin 
istilahnya liberal dan plural atau inklusif -- mencap mereka yang tidak sesuai 
dengan pendirian mereka sebagai ortodoks, fundemantalis, dan
peristilahan turunan lainnya ... kira-kira gitu mas ...

Misalnya, ketika mereka bicara masalah jilbab atau poligami, atau syariah, 
semua dalil digelontorkan, baik ayat dan hadis, dan mereka siap memberikan 
penafsiran sesuai logika mereka untuk menolak jilbab, poligami dan syariah, 
tentu dengan bekal argumen yang didasarkan pada misalnya hermeneutika, 
relativisme, dan tidak lupa juga prinsip humanisme atau HAM ... sambil menolak 
semua dalil (penfsiran/tafsir) ulama terdahulu yang tidak mereka setujui 
(baca=sukai) dan tidak lupa juga mereka mengutak atik referensi tulisan atau 
kutipan karya ulama terdahulu yang bisa dijadikan bukti bahwa ternyata ada juga 
ulama terdahulu yang, misalnya, pluralis ... dan buat yang menentang pendapat 
mereka ini, mereka cap fundamentalis, skripturalis, literalis, et al ... tapi 
di saat lain, ketika mereka merasa tafsiran yang sudah ada itu memehuni selera 
mereka, ya mereka pakai, sehingga mereka pun
sebenarnya literalis dan skripturalis juga.

Soal lain, ketika ingin memaksakan kehendak bahwa menurut mereka adalah tidak 
adil mengkaji/membedah tulisan tanpa ada penulisnya, terlebih penulisnya masih 
hidup dan ada di kota yang sama. Lalu apakah selama ini mereka juga bersikap 
sama dengan tulisan selain dari kelompok mereka, yaitu berbagai buku yang 
dibedah tanpa menghadirkan penulisnya? Atau ketika kita
tarik sedikit ke ranah tulisan yang lebih 'samawi' ... ketika 'tulisan Tuhan' 
baik yang diterima Moses atau Yesus, dikritik, dikaji, dibedah oleh kalangan 
mereka, tanpa mereka menghadirkan Moses, Yesus atau Tuhan, mengapa tidak 
terjadi nalar kritis? ... malah bagi yang muslim-nya, dari kalangan mereka, 
mengekor saja untuk juga ikut2an mengkritik, mengkaji dan membedah 'tulisan 
Tuhan' yang diturunkan pada Muhammad SAW (al-Quran dan al-Hadis), tanpa terlalu 
ribut untuk menghadirkan Tuhan Muhammad dan Muhammad SAW sendiri?

Apakah saya salah untuk menyatakan mereka ini narrow minded?

Kalo saya boleh ganti tanya, apa komentar mas tentang definisi 'fundamentalis' 
yang dialamatkan kepada those muslims semata karena mereka tidak menerima 
pluralisme? Bisa anda jelaskan?

salam,
satriyo

PS: jika mas 'dapat' lagi dari milis2 yang saya ikuti, opini saya yang anda 
rasa perlu dijelaskan, jangan sungkan2 langsung hubungi saya lagi di WM ini ya 
... :-)
PPS: kalo ternyata saya salang tangkap pertanyaan sampeyan, mohon tegur, karena 
saya kira sampeyan bukan menanyakan identitas person ... tapi minta penjelasan 
saja, apa yang saya maksud mereka yang narrow minded

2008/2/22 Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED]:

 Berikut saya dapat dari milis insistnet lagi:
 http://groups.yahoo.com/group/insistnet/message/9359

 Mas Satriyo, yang panjenengan maksud mereka yang narrow minded
 itu siapa ya?

 salam,

 Muhkito
 --- In [EMAIL PROTECTED] insistnet%40yahoogroups.com, rsa
 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Berikut tanggapan lanjut atas undangan bedah buku AM

Re: [wanita-muslimah] Bedah Disertasi Dr. Abd Moqsith Ghazali

2008-02-22 Terurut Topik Aisha
Mba Noni,
Seingat saya, dari bedah buku yang saya hadiri di kampus, penulis bukunya hadir 
selain beberapa orang pembedah bukunya baik yang pro maupun yang kontra. Dengan 
cara itu memang adil dan adil itu bukannya salah satu petunjuk agama yang harus 
dilakukan untuk berbagai hal dalam hidup kita?

Dalam kasus bedah buku seperti yang diposting mba Ning, penulisnya masih hidup 
dan tinggal di Jakarta juga ya? Saya sependapat juga jika sebaiknya penulisnya 
diundang dan bedah buku dilakukan di tempat yang netral.

salam
Aisha
-
From : Noni Marlini
Wah, salah paham lagi. Tidak ada yg mengatakan membedah buku tanpa dihadiri 
penulisnya, apalagi hanya pihak yg kontra saja adalah ghibah. Tidak ada yg 
mengatakan itu, hanya saja menurut saya bedah buku seperti itu tidak adil. 
karena tidak memberikan kesempatan bagi penulisnya mempertahankan pikirannya 
atau karya akademiknya yg telah ditulis dengan susah payah. 
Karena itu, bedah buku yg dinilai kontroversial, sebaiknya menghadirkan dua 
pihak; yg pro dan kontra, juga penulisnya. selain itu, dilaksanakan di lokasi 
yg netral. misalkan, di kampus atau hotel, atau restoran, etc.

ini alamat email Mas Dr Moqshit Ghozali, [EMAIL PROTECTED]
kebetulan beliau juga satu milis dengan saya di milis tetangga. semoga 
bermanfaat dan bedah disertasinya mencerahkan, bukan menularkan kebencian 

wassalam

Tana Doang [EMAIL PROTECTED] wrote: 
Beta nimbrung sadiki'e:
Kalau penulis buku si A dibedah, sedangkan A tidak hadir, dan itu disebut 
ghibah, itu tidak etis, wah, wah, tentu membahas/membedah buku yang 
penulisnya telah meninggal, ole sio sayange, itu ghibah dong, itu tidak etis 
dong ? Sebagai contoh: Sabtu, 11 November 2006, dalam upacara Milad (Dies 
Natalis) XLI Universitas Islam Negeri Prof.DR.H.Ahmad M Sewang MA, menyajikan 
Pidato Ilmiyah yang membahas/membedah buku Sirat Nabawiyah Ibn Hisyam, 
masya-Allah itu ghibah dong, itu tidak etis dong ? Akh yang benner aje, nyong.
Salam
La Tando.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Buat Diriki dan Saudariku Yang Cantik

2008-02-22 Terurut Topik Aisha
Bu Wulan,
Yang saya tangkap dari pendapat mas Wikan itu, kalau memang semua sadar bahwa 
segala perbaikan dari diri sendiri itu indah bener, bukan tidak perlu agama, 
tidak perlu menasehati, dll. Tapi kenyataannya kan tidak begitu, ada orang2 
yang melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan atau merugikan orang 
lain. Agama kan petunjuk hidup, nah sekarang bagaimana petunjuk hidup itu bisa 
dipahami orang dan diimplementasikan dalam kehidupan tiap orang, apakah ada 
petunjuk nabi atau rosul itu bahwa berdakwah itu dengan cara menyalahkan orang 
lain sambil merasa pemahaman agamanya paling bener? misalnya jika saya 
berjilbab lalu menyalahkan atau menghina atau memandang rendah perempuan yang 
tidak berjilbab karena saya merasa paling bener pemahaman agamanya dan paling 
suci, paling hebat, calon penghuni surga sehingga heboh nasehatin orang lain 
terus? Seminggu yang lalu, saya melihat seorang perempuan yang memakai celana 
panjang dan memakai blouse tangan panjang yang tertutup tapi tidak menutup 
rambutnya, apakah saya bisa menyalahkan atau memandang rendah perempuan itu, 
padahal perempuan itu mencari buku-buku dan meminta izin pengarangnya agar 
buku-buku itu diubah melalui satu alat sehingga buku itu menjadi buku berhuruf 
braile, supaya orang2 yang cacat matanya bisa membaca banyak jenis buku. 
Pekerjaan ibu itu mulia bukan? Apakah kemuliaan hatinya itu menjadi hilang 
karena dia tidak berkerudung? Apakah kesolehan seseorang hanya bisa dinilai 
dari jilbabnya saja?

Seingat saya sih dari guru ngaji, dakwah itu harus dengan cara baik dan tidak 
selalu dengan kata-kata, bisa dengan perilaku kita, tunjukkan misalnya kalau 
rosul mengajari muslim untuk jujur maka semua muslim itu tidak jadi koruptor.

Obrolan bu Wulan malah melebar ke pendidikan anak, tugas orang tua (bukan hanya 
ortu kandung) untuk mendidik anak-anak, tapi kembali ke caranya, mendidiknya 
bagaimana, apakah dengan kekerasan? Dan kalau mau disebut pendidik, ortu juga 
harus belajar terus, jangan sampai ortu gak punya ilmu atau ilmunya hanya 
sedikit lalu mendidik anaknya dengan memandang rendah anak didiknya dan merasa 
paling hebat kesolehannya.

salam
Aisha
--
From : kerlip rembulan
Kalau menurut mas wikan begitu.. Tentu Allah tdk perlu repot2 mengutus Nabi dan 
RosulNYA dong ya? Lah... gak perlu ada dakwah kan maxud mas wikan??? Maxud 
mas wikan juga tidak perlu saling nasihat menasihati seperti kata Allah dalam 
surat Al-'Asr?? Juga tidak perlu adanya Ulama / Ustadz untuk memberi ceramah... 
Termasuk tidak perlu ada milis Wanita Muslimah.. Intinya tidak perlu Agama / 
Syariah ?

Ya sudah.. masing2 saja tunggu sadar sendiri? Anak2 yang baru lahir juga 
diemin aja??? ntar juga sadar sendiri??? Gak perlu dididik??? krn nanti bisa 
sadar sendiri

Jadi aneh dan janggal
Mas wikan lucu deh ah...

Ibu Wulan 
Kerlip Rembulan
Keep Smiling
-
From: Wikan Danar Sunindyo 
wah, seandainya yang kruchil katakan ini benar. bahwa nggak usah menyalahkan 
produk, segala perbaikan dimulai dari diri sendiri. 
indah bener ... nggak usah deh nyalah2-in orang kalau jilbabnya dinilai gak 
bener. gak usah menilai orang lain lebih gak sholehah gara2 gak belum pake 
jilbab. pan semua dimulai dari sendiri, biar orang lain sadar sendiri juga. toh 
kita belum tentu lebih baik dan bener ketimbang orang lain. ya gak?


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Fwd: ada yang mengaku sebagai Rasul?

2008-02-22 Terurut Topik Aisha
Wah saya baru tahu, ada orang yang ngobrol di WM, lalu membawa obrolannya ke 
milis lain sambil ngomentari orang yang di WM yang bukan anggota milis itu..:) 
Yang seperti itu ada contohnya dari Rosulullah?

BTW, Ngrasani itu ngomongin jelek orang lain ya? Jadi misalnya saya ngobrol 
dengan mas DWS di pasar, lalu ketika saya bertemu teman sekantor, saya 
mengatakan mas DWS itu narrow minded atau saya ngomentari bahwa mas DWS itu 
kesasar tidak bisa membedakan telur dengan tahi. Apakah saya itu bisa disebut 
ngrasani mas DWS?...:)

salam
Aisha
--
From : DWS
Mas Muhkito,
saya rasa apa yang terlontar di milis lain, diklarifikasi saja di milis yang 
bersangkutan.

saya yakin mas Satriyo bukan orang yang suka ghibah dan fitnah, jadi tidak 
mungkin dia ngrasani anggota milis WM atau milis lainnya yang tidak ikutan 
milis insistnet. Karena itu, kemungkinan PS tersebut ditujukan langsung 
kepada Nadirsyah yang memang juga anggota milis insistnet. (tapi kan dia masih 
belum pulang?) Jadi jangan diangap ghibah. Juga, mas Muhkito tidak perlu merasa
kuatir PS tahi dan telor itu ditujukan kepada Anda.

Tapi bener-bener kasihan juga kepada Nadirsyah, menulis sedemikian menarik, 
ternyata tidak mudah untuk dipahami oleh semua orang.

salam,
DWS

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri

2007-12-10 Terurut Topik Aisha
Halow lageee, alhamdulillah baik2 saza...:)
Yang saya tahu dari beberapa kasus di keluarga besar, tetangga, teman - 
sekarang ini pasangan beda agama tidak bisa menikah resmi (dicatatkan negara). 
KUA hanya ngurus pernikahan pasangan yang dua-duanya beragama Islam. Catatan 
Sipil hanya ngurus pernikahan pasangan non muslim tapi pasangan itu dua-duanya 
harus 1 agama. 

Jadi memang tidak ada tempat nikah untuk yang berbeda agama, kalau pasangan 
beda agama ini ngotot mau nikah, katanya sih ada jalan pintas, salah satu dari 
pasangan itu ikut agama satunya lagi/ pindah agama. Jadi mereka bisa nikah di 
KUA atau di Catatan Sipil. Pindah agamanya bisa jadi bener-bener pindah - 
mempelajari dan melakukan ritual agama barunya. Bisa juga hanya sekedar untuk 
keterangan hitam di atas putih untuk persyaratan menikah resmi.

Kemarin lihat ibunya artis yang beberapa kali nikah sirri di tv memberi 
keterangan bahwa anaknya sengaja nikah sirri supaya gampang ngurus perceraian. 
Wah, unik bin aneh, sebelum nikah sudah mikir gampang susahnya cerai..:) Tapi 
mungkin juga terjadi ya, kalau pasangan yang mau menikah itu melihat orang yang 
menikah resmi/negara ternyata susah bercerai walaupun pernikahannya sudah 
sangat tidak sehat. Jadi kadang-kadang orang nikah sirri karena  berbagai 
alasan yang banyak menguntungkan laki-laki, ternyata ada juga yang 
menguntungkan perempuan yang malas mengurus perceraian yang bertele-tele dengan 
biaya tinggi.

BTW UU perkawinan yang dulu itu sebenarnya kata orang-orang tidak jelas karena 
untuk menikah lagi- poligami ada aturan2 tertentu yang mempersulit, tapi ketika 
terjadi pelanggaran, tidak ada sanksinya. Di UU yang baru, apa ada sanksinya 
dan berlaku mundur ke 50 tahun yang lalu, jadi nanti banyak yang kena..:)

salam
Aisha

From : Herni Sri Nurbayanti
Halo mba Aisha, apa kabar? :-)
Karena negara ribut2 soal sah tidaknya perkawinan. Kalau di sini, baru 
disebut sah kalau: (i) dilakukan menurut ketentuan agama masing2 dan (ii) 
dicatatkan ke negara. Dari dua syarat sah ini, problem banyaknya perkawinan2 yg 
tidak sah (baca: tidak tercatat oleh negara) muncul manakala: 

(i) pasangan beda agama shg dari institusi agama ada yg tidak mau menikahkan 
(setau saya, kalo Katolik punya prosedur tersendiri utk pernikahan beda agama 
ini) dan kantor catatan sipilnya tidak mau mencatatkan (ada yg mau, ada yg 
tidak); masalah jadi lebih refot lagi kalau udah lain agama, lain bangsa pula 
hehe.. atau pasangan yg 'agama' atau 'kepercayaannya' tidak diakui oleh negara 
ini spt yg dialami aliran2 kepercayaan, kong hu cu, dll. Di Surabaya pernah ada 
kasus, Pengadilan memutuskan pernikahan pasangan kong hu cu sah, ketika ada 
pasangan kong hu cu lain yg mengajukan ke-sah-an perkawinan mereka ke 
pengadilan yg sama (kalo gak salah hakimnya beda) dng merujuk pada kasus 
sebelumnya, eh ditolak. Jadi, institusi negara sendiri masih gak kompak :-) 
Akibatnya, terjadi 'forum shopping' utk pencatatan perkawinan, masyarakat pergi 
ke Kantor Catatan Sipil yg mau mencatatkan (duluuu.. tahun 2000-an, KCS Bekasi 
yg biasanya mau mencatatkan perkawinan beda agama, gak tau kalau sekarang)

(ii) nikah sirri atau nikah agama, tapi belum dicatatkan.. alasan tidak 
dicatatkannya macam2, mulai dari kali aja suaminya pegawai negeri jadi secara 
resmi gak boleh punya istri lebih dari satu, atauuu.. karena gak punya duit utk 
mencatatkan spt yg dialami masyarakat2 pinggiran, ata.. alasan yg 
menguntungkan misalnya kalau mau cerai, gak usah repot ngurusnya ke Pengadilan 
Agama.

Setau saya, kelompok perempuan sedang mengupayakan utk mengamandemen UU 
Perkawinan biar tidak terjadi kerancuan2 spt ini. Tapi, perkembangan konsep 
amandemennya sampai mana, saya juga kurang tau. Mungkin ada yg bisa berbagi 
informasi mengenai itu disini?

wassalam,
Herni
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Mba Mia,
 Jadi nikah sirri juga di Amerika diakui ya? Di Indonesia yang mayoritas 
 muslim dan nikah sirri ini juga disebut nikah agama, kok gak diakui negara 
 ya. Kalau begitu, ini artinya Amerika lebih baik karena mengakui nikah agama? 
 ..:)
.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri

2007-12-07 Terurut Topik Aisha
Pak Agung,
Dalam thread yang ini sejak awal saya tidak membicarakan kelakuan artis, tapi 
nikah sirri-nya dan akibat dari pernikahan sirri, misal perwalian anak-anaknya. 
Coba deh bapak lihat subject-nya. Jika saya memakai contoh artis Ayu Azhari dan 
Oma Irama, karena itu yang banyak dibahas di media massa cetak dan televisi, 
mungkin yang lainnya juga nonton, dan mungkin ada yang nonton atau baca bahasan 
nikah sirri ini, misalnya dari ahli hukum atau tokoh agama. 

Jika ada artis atau seleb yang nikah sirri dan bermasalah, kita bisa melihat 
bukan dari segi gosipnya, tapi kita bisa membicarakan dari segi nikah sirrinya 
ini, karena di dunia nyata ada juga yang bukan artis yang melakukan nikah sirri 
dan kemudian bermasalah untuk istri dan anak-anaknya, tapi kita tidak tahu 
karena kasus mereka tidak diributkan.

Yang melakukan nikah sirri kan tidak semua artis, ada juga artis yang nikah 
didepan petugas KUA dan cerainya juga di pengadilan agama. Ada juga kiai 
pengelola melakukan nikah sirri - milih beberapa istri dari kelompok 
santriwatinya. Jika artis yang nikah sirri disebut mirip binatang, apakah kiai 
ini yang nikah sirri juga mirip binatang? 

Atau dulu ada juga tokoh agama yang punya pesantren yang jadi obrolan di milis, 
kabarnya nikah sirri di malam hari lalu mereka melakukan hubungan seks dan 
besoknya si tokoh agama ini sudah menghilang dari hotel tempat mereka menginap 
dan mereka bercerai. Jadi nikah sirri-nya hanya untuk melakukan hubungan seks 
semalan saja? yang seperti ini juga seperti binatang ya pak?

salam
Aisha
---
From : [EMAIL PROTECTED]
Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri

Dunia Artis itu deket dng dunia BINATANG
Kita lihatKelakuan BINATANG dng para ARtis kan TIDAK JAUH BEDA...
--
From: Aisha
Subject: [keluarga-sejahtera] Perwalian anak hasil nikah sirri

Temans,
Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak 
perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. Bukankah nikah sirri itu 
selain si anak tidak bisa mendapat warisan dari ayahnya, bisa juga anak itu 
dibuat akta kelahirannya tapi yang .
..

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Perwalian anak hasil nikah sirri

2007-12-07 Terurut Topik Aisha
Mba Mia,
Jadi nikah sirri juga di Amerika diakui ya? Di Indonesia yang mayoritas muslim 
dan nikah sirri ini juga disebut nikah agama, kok gak diakui negara ya. Kalau 
begitu, ini artinya Amerika lebih baik karena mengakui nikah agama? ..:)

Kabarnya akta nikah anak hasil nikah sirri karena dalam persyaratan untuk 
mendapatkan akta kelahiran harus pakai surat nikah yang justru tidak ada dalam 
nikah sirri, maka yang tercantum adalah nama ibunya. Masuk akal sih karena 
memang semua orang, minimal dokter atau bidan yang bantu melahirkan kan tahu 
persis seorang bayi lahir dari ibu yang mana. Kalau bapak si bayi kan tidak 
jelas, apalagi kalau si ibu main dengan banyak laki-laki (lebih dari satu 
laki-laki), bingung kan nentuinnya..:), kalo bapak mau menggugat - mau memiliki 
hak perwalian, harus test DNA dulu 'kali ya, baru nanti jelas ketahuan anak 
kandungnya atau bukan. Seperti kasus perceraian artis Indonesia juga, pas 
anaknya lahir, eh... ternyata si bayi indo begitu, karuan sang suami yang asli 
Indonesia jadi marah- jadi tahu bukan anak kandungnya, lalu tes DNA, ternyata 
iya - positif bukan anaknya.

Iya bener, kalau nikah sirri, karena suaminya bisa kapan saja menjatuhkan talak 
dan secara otomatis mereka cerai, maka istrinya harus ngumpulin harta untuk 
melanjutkan hidupnya dan anak-anaknya sebelum suaminya menjatuhkan talak. Tapi 
apa itu bisa berjalan, di masyarakat yang laki-laki-nya dominan, budaya 
patriarkinya begitu kuat dan wanita punya banyak ketergantungan ekonomi, atau 
malah nikah juga karena tertarik dengan harta suami atau malah dijual orang 
tuanya, atau orang tuanya tidak kuat memberi makan anaknya sehingga anak-anak 
gadisnya cepat dinikahkan walaupun hanya nikah sirri, apa istri nikah sirri 
bisa mengumpulkan harta selama pernikahan. Banyak kasus pernikahan yang bukan 
nikah sirri, saat bercerai, si suami tidak memberi uang untuk anak-anaknya 
karena mereka bercerai dengan penyebab si suami beristri lagi sehingga istri 
tua minta cerai. Jadi banyak istri-istri tua yang tidak minta cerai karena 
mereka takut tidak bisa hidup lagi, kasihan juga ya menderita ada istri lain 
tapi harus dijalani karena tergantung secara ekonomi ke suami.

salam
Aisha
---
In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mba Ai, nikah sirri di Amerika hak perwalian sama saja dengan nikah resmi, 
kecuali kalau ibu nggak capable, hak wali biasanya jatuh ke ibunya. Di 
Indonesia dilihat dari surat wali adalah ibunya. Tapi kalo bapak mo menggugat 
ya bisa juga dong, kenapa tidak?

Kalo orang mau nikah siri mestinya pihak perempuan punya kekuatan bargain, 
pesona yang lebih dari biasa, apalagi artis..Nah, jadi sebaiknya diingetin kalo 
nikah siri itu pake cash basis, bukan accrual basis..:-) Artinya minta rumah 
duluan aja, deposito, dana pensiun, asuransi, reksadana...dll Jangan mau 
dikasih janji2 doang. Lha, talaknya bisa cash basis, rumah  deposito kudu juga 
dong..jadi nggak terjadi mismatch:-)

Makanya kalo ada nikah siri anak dari isteri pertama biasanya ikutan marah, 
soale gw aja blum dapat warisan, kok yang ini ngeduluin...gitu kira2..:-)

salam
Mia
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Temans,
 Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang 
mengurus hak perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. 
..

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Perwalian anak hasil nikah sirri

2007-12-06 Terurut Topik Aisha
Temans,
Tadi nonton di tv, seorang artis - Ayu Azhari di tv yang sedang mengurus hak 
perwalian anaknya karena sebelumnya dia nikah sirri. Bukankah nikah sirri itu 
selain si anak tidak bisa mendapat warisan dari ayahnya, bisa juga anak itu 
dibuat akta kelahirannya tapi yang tercantum nama ibunya karena tidak ada surat 
nikah jika nikah sirri. Artinya, kalau sudah tercantum nama ibunya di akta 
kelahiran tersebut, otomatis ibunya yang berhak atas perwalian anaknya ya? Lalu 
kenapa artis itu ke pengadilan ya?

Ada yang mau mencerahkan, jika nikah sirri itu hak perwalian anak ke siapa - 
ayah atau ibu jika ortu bercerai? 

Eh satu lagi, nikah sirri itu kalau bercerai - si suami cukup menyatakan saya 
talak anda!. Seperti yang dicontohkan Oma Irama begitu? Bener-bener gak enak 
di perempuan dan enak di laki-laki kalau nikah sirri itu ya..:(

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal

2007-12-05 Terurut Topik Aisha
Temans,
Membaca tulisan di bawah ini, kok rasanya sedih banget ya jadi wanita di 
Indonesia. Saya jadi ingat seorang teman yang menikah - tepatnya dinikahkan 
orang tuanya ketika dia lulus SMU. Alasan pernikahan itu, orang tua tidak 
sanggup menyekolahkan anak gadisnya ini, dan ada laki-laki yang mau menikahi 
gadis itu dan mau membantu ekonomi keluarga itu. Mirip kasus jual anak supaya 
ada pendapatan keluarga tiap bulan.

Dalam 5 tahun pernikahannya, dia melahirkan 5 anak. Suaminya punya pendapat 
bahwa manusia tidak boleh menolak rezeki dari Allah, jadi berapapun anak yang 
akan lahir, harus diterima. Setiap tahun hamil dan melahirkan anak membuat 
kesehatan teman ini buruk, tubuhnya kurus, hanya perutnya saja yang buncit 
karena kehamilannya. Saya pernah membaca satu tulisan yang penulisnya seorang 
dokter, bahwa menyusui yang dalam Islam 2 tahun itu - tanpa kehamilan 
selanjutnya (jadi dalam 2 tahun itu hanya menyusui dan mengurus 1 bayi), 
membuat rahim berkerut dan kembali lagi ke ukuran normal dan baru siap lagi 
untuk kehamilan berikutnya. Jadi kebayang dong teman saya ini, baru beberapa 
bulan melahirkan, dalam keadaan masih menyusui, sudah hamil lagi. Kapan 
rahimnya normal kembali?

Saya lihat anak-anaknya. Ada yang aneh, dari fisiknya tubuh anak-anaknya tidak 
bermasalah, tapi mungkin si ibu sudah terlalu lelah hamil, anak-anaknya liar, 
nakal dan sepertinya hiper-aktif, tidak terawat dan tidak terdidik. Teman saya 
ini sudah meninggal saat melahirkan. Dari data di bawah ini, mungkin juga teman 
saya ini anemia yang menjadi penyebab kematian (Sebanyak 70 persen ibu hamil di 
Indonesia menderita anemia dan 50 persennya menyebabkan kematian). Saya tidak 
tahu persis penyebabnya karena suaminya tidak mengijinkan istrinya ke dokter, 
harus ke dokter wanita padahal di tempat mereka tinggal tidak ada dokter 
kandungan wanita.

Ketika saya datang ke pemakaman dan wakil keluarganya memberi sambutan dan 
mengatakan bahwa teman ini mati syahid karena meninggal saat melahirkan, saya 
hanya termenung - apakah kematian itu karena disengaja? Sebab jika ada jarak 
antar kehamilan dan rajin diperiksa kesehatannya, mungkin teman saya ini tidak 
segera mati. Bisakah seseorang dikatakan mati syahid padahal sebenarnya masih 
dimungkinkan usaha lain untuk kesehatan si ibu?

salam
Aisha
--
Kompas, 5 Desember 2007
Persalinan : Setiap Jam, Dua Ibu Meninggal 

JAKARTA, KOMPAS - Setiap satu jam, dua ibu di Indonesia meninggal dunia saat 
bersalin. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia atau SDKI tahun 2002-2003 
menunjukkan, sebanyak 20.000 ibu meninggal dari lima juta kelahiran dalam 
setahun. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. 

Hal ini diungkapkan Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Rizal 
Malik dalam konferensi pers Cegah Kematian Sia-sia Ibu akibat Melahirkan yang 
diselenggarakan dalam rangka memperingati 50 Tahun PKBI di Jakarta, Selasa 
(4/12). 

Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 banding 65 
kelahiran. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan Thailand yang hanya 
1 banding 1.100 kelahiran. Dengan angka kematian ibu (AKI) mencapai 307 setiap 
100.000 kelahiran hidup, berarti dalam satu hari ada 50 kematian ibu karena 
komplikasi persalinan. 

Aborsi 
Penyebab utama kematian ibu adalah aborsi pada kehamilan yang tidak diinginkan, 
yaitu sekitar 30 persen. Sebagian besar aborsi dilakukan oleh perempuan yang 
sudah menikah tetapi gagal KB, yaitu sebanyak 74 persen dari jumlah aborsi. 

Tingginya upaya aborsi tak aman disebabkan mereka tidak tahu ke mana harus 
mencari pertolongan dan terlambat menyadari kehamilannya. Pemerintah 
seharusnya mengeluarkan aturan tentang aborsi, bukan serta-merta melarangnya, 
kata Direktur Pelaksana PKBI Inne Silviane. 

Eklampsia atau keracunan kehamilan merupakan penyebab kedua kematian ibu, yaitu 
sebesar 13 persen. Adapun penyebab kematian ibu dari aspek medis lainnya adalah 
pendarahan, infeksi, kejang-kejang karena tekanan darah tinggi, dan anemia. 

Sebanyak 70 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia dan 50 persennya 
menyebabkan kematian. (A-10)

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: AIDS di mata ustadz

2007-12-03 Terurut Topik Aisha
Pak Ahmadi Agung,
Pak Ustadz itu mengatakan AIDS itu penyakit wanita yang tidak beriman, calon 
penghuni neraka, lalu bagaimana dengan contoh ini - bayi-bayi yang tertular 
virus HIV di RS Hasan Sadikin Bandung? 

Bayi-bayi itu bukan hanya bayi wanita, ada bayi laki-laki juga, apakah 
bayi-bayi itu tidak beriman? Bayi-bayi itu juga bukan anak-anak WTS, mereka 
anak dari para ibu yang menikah, yang  mempunyai suami dan hanya melakukan 
hubungan seks dengan suaminya. Ibu-ibu itu sebelum/sejak hamil tertular dari 
suaminya tanpa dia tahu, artinya yang tidak beriman itu laki-laki ya karena 
tidak ada yang namanya suami itu berjenis kelamin wanita. Dan laki-laki yang 
suami itu juga bukan WTS ya?

salam
Aisha

From : Ahmadi Agung ([EMAIL PROTECTED])
Subject: [keluarga-sejahtera] AIDS di mata ustadz
saya SETUJU 100% dng apa yg di katakan oleh Pak Ustadz itu, karena itu memang 
BENAR...
--
From: Aisha
Sent: Monday, December 03, 2007 1:19 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [keluarga-sejahtera] AIDS di mata ustadz

Temans,
Dua hari yang lalu saya diajak seorang teman ke satu 
.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Thanks, AISHA ... Re: Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu

2007-12-03 Terurut Topik Aisha
Kebetulan tulisan anda yang dulu tgl 29 November masih belum saya hapus di mail 
box, bisa dicek juga di arsip milis WM, teliti saja, tidak saya edit.

Untuk tata krama maka saya ucapkan terima kasih buat tanggapan anda yang 
nampaknya ingin memastikan saya paham apa yang (konon) dinasehatkan oleh dwi 
w soegardi kepada saya. Tidak jelas saya apa hubungannya anda dengan dwi w 
soegardi, ko mudah benar (dan berani plus pe de) mewakilkan diri untuk jadi 
jubir/perantara atau 
apa namanya ... dan speak on behalf of ... saya yakin dwi is better off 
explaining things himself to me ... toh ini antara saya dan dia, member ke 
moderator/member senior ... atau saya tidak ngeh ada jabatan lain di milis ini 
yang bisa memediasi antara member biasa dan moderator/member senior? hehehe ... 
:-)

Bagaimana pak Satriyo? apakah anda masih berkelit juga dengan kata-kata yang 
anda pakai - mudah benar-berani plus pe de mewakilkan diri jadi 
jubir/perantara atau mediator. Itu kata-kata tuduhan atau apa?

Sekali lagi, di milis tiap orang mewakili dirinya sendiri dan mengeluarkan 
pendapatnya sendiri berdasarkan isi dari banyak topik di milis, jika anda masih 
belum mengerti juga bagaimana berdiskusi di milis.

salam
Aisha

From : Satriyo
Halo? Halo? Halo?
Dari mana anda tahu saya menuduh? tapi itu hak anda ko, walau pun bisa saja 
anda gunakan kata 'menyatakan' yang realtif 'aman' ... tapi again itu hak anda 
... dan saya hargai itu. saya sendiri tidak pernah menuduh anda apapun, selain 
dari menyatakan bahwa anda menjadi jubir. jika ingin, yang tepat adalah 
menyimpulkan, bukan menuduh. ah tapi 
pasti anda punya argumen buat hal ini ... hehehe ...

Terima kasih atas perhatian anda, Aisha, dan jangan bosan mengingatkan saya 
jika anda ingin. Keep it up! :-)

satriyo
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Alhamdulillah, anda mengerti juga ya. Jika anda sudah mengerti dulu
.


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryaw

2007-12-02 Terurut Topik Aisha
Alhamdulillah, anda mengerti juga ya. Jika anda sudah mengerti dulu itu, 
tentunya tidak akan menanggapi pak Dwi seperti yang anda lakukan dulu.

Hak anda untuk menunggu tanggapan pak Dwi. Hak anggota lain untuk menanggapi 
topik-topik yang ada di milis. Jika tidak mau dikomentari anggota milis, jangan 
kirim ke milis tapi japrian aja.

Setiap orang punya teman diskusinya sendiri-sendiri, wajar saja jika ada yang 
bisa nyambung atau ada yang tulalit. Tapi kita harus introspeksi diri jika di 
satu milis ternyata cukup banyak yang tidak nyambung.

Emosi negatif itu sesuatu yang berkaitan dengan kurangnya kontrol diri, 
kurangnya pengendalian diri yang mengakibatkan hal yang buruk atau tidak 
menyenangkan orang lain dan mungkin juga bisa buruk untuk diri si pelaku. 
Misalnya cepat marah, cepat tersinggung, iri, dengki, mikir negatif terhadap 
orang lain, dll. Emosi positif itu misalnya ketika membaca tulisan yang bagus 
lalu jadi terangsang untuk membuat tulisan yang bagus pula, kalau bisa tulisan 
yang jauh lebih bagus. Contoh lain, jika selama ini teknologi canggih ternyata 
ditemukan dan diproduksi non muslim, lalu ada emosi menggebu-gebu untuk belajar 
dan membuat barang-barang yang lebih canggih yang berguna untuk manusia banyak. 
Bisa saja emosi positif seperti mencintai orang lain, bukankah ajaran agama 
Islam itu kita harus mencintai anak yatim dan kaum fakir miskin? Kangen atau 
rindu juga bisa termasuk emosi positif, misalnya jika di milis tulisan 
seseorang mencerahkan, lalu orang itu tidak muncul lagi, timbul rasa kangen 
untuk bisa membaca tulisan orang itu lagi.

Di postingan saya sebelumnya, saya tidak memotong ekor email panjang dari email 
saya sebelumnya karena masih berkaitan dengan tanggapan saya sesudahnya. Anda 
menuduh saya menanggapi karena menjadi wakil/perantara pak Dwi, padahal tidak 
seperti itu - buktinya saya sertakan di ekornya itu, bahwa saya menanggapi 
sebagai anggota milis dari kalimat-kalimat pak Dwi yang muncul di milis. Jadi 
ada saatnya kita memotong ekor email - apalagi kalau komentarnya hanya 1 baris, 
tapi kadang-kadang juga kita tidak memotong ekor untuk tujuan seperti di atas. 
Bisa dimengerti?..:)

salam
Aisha
-
From : Satriyo
Hmmm ..., untuk singkatnya dan mudahnya, ya artinya saya yang ga ngerti. ya 
kan? thanks for your kind attention and gesture ... tapi tidak salah kalo saya 
masih menunggu tanggapan langsung dari Dwi kan?

salam,
satriyo

PS: nah alinea pertama ini yang selalu menggelitik saya Aisha, yaitu kesan yang 
saya tangkap bahwa saya tidak boleh EMOSI NEGATIF (wah ada yagn POSITIF toh, 
cinta, rindu, kangen, mungkin...?) ketita saya tersinggung atau dituding yang 
macam-macam (=negatif)? aneh benar ...! but spt saya bilang di atas, saya 
memang bodoh dengan gaya 
anda dan yang lain spt anda berdiskusi, walau dengan yang lain yang tidak spt 
anda alhamdulillah nyambung tu ... :-)

PSS: ekor yang panjang dan irrelevant potong saja ya ... reminder lho

--- Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Satriyo,
 Saya rasa anda tahu persis bahwa milis adalah ajang untuk 
..


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] AIDS di mata ustadz

2007-12-02 Terurut Topik Aisha
Temans,
Dua hari yang lalu saya diajak seorang teman ke satu pengajian, katanya ustadz 
di pengajian itu hebat. Hari itu materi pengajian tentang Haji dan Kurban.

Setelah pengajian selesai dan anggota pengajian mulai pulang, saya diajak teman 
untuk berkenalan dengan ustadz tersebut. Mengingat hari itu tanggal 1 Desember, 
hari AIDS Sedunia, saya iseng tanya tentang AIDS.

Tidak perlu dibahas. Itu penyakit wanita yang tidak beriman, calon penghuni 
neraka, itu jawaban pendek pak ustadz tersebut.

Saya terdiam bingung, apakah semua atau mayoritas ustadz di negara ini punya 
pengetahuan tentang AIDS seperti itu? Jika iya, sayang sekali ya. Padahal 
mereka banyak pengikutnya, akan lebih baik jika ustadz-ustadz itu juga 
mempunyai pengetahuan tentang narkoba, AIDS, dll sehingga mereka juga bisa 
membimbing pengikutnya supaya keluarga pengikutnya tidak terkena AIDS atau jadi 
pecandu narkoba.

Dari jawabannya, mungkin ustadz ini membayangkan WTS? Mungkin dia tidak tahu di 
RS di Indonesia sudah ada bayi-bayi yang terkena tertular virus HIV, mereka 
tertular dari ibunya. Ibu yang bukan WTS tapi tertular dari suaminya yang 
mantan pecandu narkoba suntik atau mungkin dari suami yang pernah berhubungan 
seks dengan wanita lain (bisa WTS, atau non WTS) yang sudah tertular.

Atau bagi ustadz-ustadz di negeri ini, ilmu tentang HIV/AIDS, narkoba, dll itu 
tidak perlu. Mereka hanya cukup mempunyai ilmu tentang agama saja? Ada yang mau 
mencerahkan saya?

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryaw

2007-11-29 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Saya rasa anda tahu persis bahwa milis adalah ajang untuk anggotanya 
mengeluarkan pendapatnya. Setiap anggota mempunyai hak untuk menanggapi apa 
saja topik yang ada di milis, caranya bagaimana! DENGAN SANTUN, BISA 
MENGENDALIKAN DIRI ALIAS TIDAK DENGAN EMOSI NEGATIF.

Oleh karena itu di milis ini saya menggunakan hak saya untuk menanggapi 
topik-topik yang ada di milis ini, kebetulan salah satunya topik yang berisi 
obrolan antara anda dan pak Dwi. Dari hasil membaca tanggapan anda, saya 
menyimpulkan bahwa anda tidak mengerti maksud pak Dwi, itu sebabnya saya ikut 
menanggapi. 

Dan jelas disitu bahwa saya tidak mengatakan bahwa saya menjadi wakil atau jadi 
jubir atau jadi perantara dari pak Dwi. Anda kok mikir buruk terus ke orang 
lain ya? Saya hanya mengetikkan pendapat saya pribadi tentang isi obrolan anda 
dan pak Dwi. Anda bisa memahami ini sekarang pak Satriyo? Atau masih kurang 
jelas? Jadi saya atau anda yang tidak mengerti cara berdiskusi di milis?..:)

salam
Aisha
---
From : Satriyo
Untuk tata krama maka saya ucapkan terima kasih buat tanggapan anda yang 
nampaknya ingin memastikan saya paham apa yang (konon) dinasehatkan oleh dwi 
w soegardi kepada saya. Tidak jelas saya apa hubungannya anda dengan dwi w 
soegardi, ko mudah benar (dan berani plus pe de) mewakilkan diri untuk jadi 
jubir/perantara atau apa namanya ... dan speak on behalf of ... saya yakin dwi 
is better off explaining things himself to me ... toh ini antara saya dan dia, 
member ke moderator/member senior ... atau saya tidak ngeh ada jabatan lain di 
milis ini yang bisa memediasi antara member biasa dan moderator/member senior? 
hehehe ... :-)

So, maaf, tapi saya kira saya akan tunggu saja tanggapan dwi langsung, dan 
jangan bosan melakoni peran anda ini jike memang ini anda nikmati selama ini ...

salam,
satriyo

PS: jangan heran kalo saya bete dan tersinggung dengan sikap anda  ini, tapi 
kali ini saya tidak terlalu ambil pusing ... dan pasti akan ada yang komentar 
soal sikap saya ini ... on line atau off line (alias mbatin) ngomentarinnya ... 
:-)
---
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Satriyo,
Saya rasa anda mampu membedakan kapan mas Dwi sebagai moderator dan kapan 
sebagai member milis ini. Kalau saya lihat komentarnya di bawah ini, mas Dwi 
bertindak sebagai member atau moderator dalam kerangka menasehati dan tidak 
menggunakan kewenangannya sebagai moderator.

Coba kita lihat nasehatnya jika anda belum mampu memahami isi email orang lain :

Pertama, urusan minta maaf. Ini mengingatkan saya ke seorang tokoh yang mengaku 
pembela orang miskin di acara news dot com di metro tv - lupa namanya, kalau 
tidak salah pakai marsanda gitu. Dia sering membolak-balik kalimat, dalam minta 
maaf, katanya begini, sedikit-sedikit minta maaf, sedikit-sedikit minta maaf, 
minta maaf kok sedikit-sedikit:)

Jika kita ingin jadi manusia yang setiap saat ingin lebih baik lagi, jika 
melakukan kesalahan kan ada anjuran agama untuk melakukan taubatan nasuha yang 
syaratnya itu adalah menyesali kesalahan itu - memohon ampun pada Allah - 
berusaha tidak mengulangi lagi - lalu mencoba untuk berbuat baik sebanyak 
mungkin. 

Itu taubatan nasuha, jika kita kaitkan dengan minta maaf karena kesalahan 
terhadap orang lain, maka konsep itu kan membuat kita menyesali kesalahan itu - 
minta maaf ke orang lain itu - berusaha tidak mengulangi lagi - dan berbuat 
baik sebanyak mungkin. 

Ini milis ya pak Satriyo, maka jika merasa kita melakukan kesalahan di milis 
dan kita minta maaf, tentunya kita menyesali kesalahan - minta maaf melalui 
email yang diposting ke milis - berusaha tidak membuat kesalahan lagi - dan 
berbuat baik sebanyak mungkin di milis dengan bersikap baik dalam 
kalimat-kalimat baik tidak emosional dan tidak berburuk sangka terhadap yang 
lain dan mengirim email yang baik isinya.

Di keluarga besar saya ada sepupu yang suka sekali minta maaf, sering sekali 
dalam keseharian hidupnya dari mulutnya itu keluar eh maaf ya. Tapi 
orang-orang jengkel karena dia mengulang-ulang kesalahan yang sama. Misalnya 
dia itu ceroboh sekali jadi sering memecahkan atau menyenggol sesuatu sehingga 
pecah, orang tua dan saudara-saudara kandungnya sudah lelah mengingatkan orang 
itu supaya hati-hati ketika bergerak bukan hanya berulangkali memecahkan 
sesuatu dan dengan entengnya minta maaf. Herannya, ketika orang ini ada di 
rumah orang lain, dia bisa bergerak hati-hati, artinya dia mampu mengendalikan 
tubuhnya supaya tidak merusak sesuatu, tapi jika dia di rumah orang tuanya, 
kembali lagi dia selalu ceroboh dan selalu diakhiri dengan minta maaf. Jadi apa 
artinya minta maaf dia? Hanya sekedar ucapan yang keluar dari mulutnya saja? 
Yang diinginkan Islam kan bukan seperti itu, seperti konsep taubatan nasuha di 
atas tadi ya? Jika kita hanya melakukan sesuatu sekedar di mulut dan tidak di 
hati plus denan perubahan sikap dan tindakan kita secara nyata, maka minta maaf 
itu akan kehilangan makna, sekedar basa-basi

Re: [wanita-muslimah] Adakah INJIL/TAURAT? Quran-nya berbeda

2007-11-29 Terurut Topik Aisha
Pak Suryawan,
Tentang istilah penganut Ahmadiyah, terus manggilnya pakai istilah apa? saya 
tidak begitu mengerti jika istilah ini mungkin membuat pak Suryawan tidak 
nyaman karena di tempat saya, istilah itu biasa dipakai dalam keseharian kami. 
Misalnya dalam keluarga besar saya, ada sepupu orang tua yang melamar saya itu 
yang termasuk penganut Ahmadiyah, sementara keluarga lainnya disebut penganut 
Muhammadiyah dan keluarga lainnya penganut NU. 

Tidak ada gesekan atau konflik dalam keluarga besar saya, dalam arti yang 
mengaku dirinya NU atau Muhammadiyah tidak pernah mengejek atau memukuli atau 
menghancurkan rumah penganut Ahmadiyah. Jika sedang berkumpul di acara keluarga 
(pernikahan, sunatan, kematian, dll), rasanya sih rukun2 saja dan tidak ada 
acara beranteman, apalagi yang Ahmadiyah itu tinggal di luar Indonesia, kalau 
ketemu - ya kangen lah, adik perempuan yang mau melamar saya juga 12 tahun jadi 
teman sekolah saya - sejak kami kanak-kanak. Kadang-kadang ada percakapan 
serius, misalnya ketika keluarga yang mengaku NU mau meminjam uang dalam jumlah 
besar untuk acara hari ke 3-7-40-100-1000 hari dst setelah kematian, yang 
Muhammadiyah menjelaskan tidak ada tuntunan seperti itu, apalagi sampai 
berhutang padahal yang meninggal seorang kepala rumah tangga dan anak-anaknya 
masih banyak yang memerlukan biaya sekolah. Ada nada-nada tinggi saat 
berdiskusi tapi bukan berantem sampai melotot atau gebrak2 meja.

Nah... khusus yang Ahmadiyah, kami tidak ngobrol banyak tentang agama. Kalau 
saya main ke rumah mereka, saya hanya melihat ada foto besar, dan saya tidak 
bertanya tentang foto itu, mungkin foto MGA ya? Sejak kecil saya hanya 
mendengar dari orang tua bahwa keluarga itu penganut Ahmadiyah. Sebaliknya, 
teman sekolah saya itu juga pernah bertanya, kata mama, orang tua kamu yang 
satu penganut NU dan satunya lagi penganut Muhammadiyah ya?. Saya hanya 
mengjawab iya. Memang begitu, yang satu berasal dari pesantren NU dan satunya 
dari keluarga besar Muhammadiyah. Trusss... kalau lebaran juga biasanya yang 
lebih muda muter ke rumah yang tua-tua, gak peduli NU, MD or Ahmadiyah. Kalau 
semua ikut lebaran, berarti semuanya Islam ya? Tapi di-inget2, kok tidak pernah 
sholat Ied (idul fitri atau idul adha) bareng2 dengan yang Ahmadiyah ya? Di 
lapangan ketemunya yang ngaku NU dan MD saja. Ahmadiyah sholat Ied-nya dimana 
ya?

Yang berbeda pemahaman/keyakinannya, maksudnya ini apa? Apakah keyakinan ada 
nabi lain setelah Muhammad? Atau keyakinan lainnya?

Rada2 kurang jelas nih pak Suryawan, katanya jika saya diharuskan masuk 
Ahmadiyah jika menikahi yang Ahmadiyah, maka saya harus menolak. Tapi di bawah 
dijelaskan tulisan seorang alim dari India tentang suami istri yang harus sama 
Ahmadiyah. Dalam kasus saya kebetulan tidak ada kasus pacaran hanya ada kasus 
lamaran saja, jika misalnya di orang lain ada kasus saling mencintai antara 
yang Ahmadiyah dan non Ahmadiyah, itu berarti mereka tidak bisa menikah ya? 
Kasihan sekali, padahal bukannya mereka sama-sama Islam?

Terima kasih untuk penjelasannya, baca tentang sesuatu di situs tertentu, 
kadang2 malah pusing dan butuh waktu lebih banyak. Kecuali kalau ada tugas 
harus membuat tulisan tentang sesuatu dan sampai saat ini tidak ada tugas nulis 
tentang Ahmadiyah...:) Lebih enak di milis kalau ada yang bisa menjelaskan 
dengan jernih dan ringkas.

salam
Aisha

From : MAS
Mbak Aisha,
Komentar singkat saja.
---  Aisha wrote:
 Pak Suryawan,
 Jika anda meminta bukti terhadap orang lain hal-hal yang berkaitan  dengan 
 Ahmadiyah.

Jika berhubungan dengan masalah pendiskreditan atau fitnah atau bualan yang 
ditujukan kepada Jemaat Ahmadiyah (JA) - harus disertai dengan bukti dan 
argumen yang valid.

 Saya pribadi ada hal-hal yang ingin saya tahu tentang Ahmadiyah. Dulu pernah 
 saya bertanya masalah ini, tapi tidak ada jawabannya, atau mungkin pernah 
 dijawab tapi tidak sempat saya baca. Begini ceritanya, seorang ibu dari 
 keluarga penganut Ahmadiyah datang menemui orang tua saya untuk melamar saya 
 untuk anak laki-lakinya. Selama ini hubungan dengan keluarga itu baik-baik 
 saja, tidak ada masalah dengan mereka sebagai penganut Ahmadiyah

Istilah penganut Ahmadiyah agak tidak enak didengar/ditulis, seakan-akan Anda 
ingin mengasosiasikan Ahmadiyah sebagai agama.

JA sendiri tidak pernah mengatakan diri mereka adalah penganut Ahmadiyah.

Agama JA adalah Islam, jadi JA adalah penganut Islam.

Bagaimana? Apakah Anda bisa sepakat dengan hal-hal mendasar dalam berdiskusi, 
yaitu mencoba untuk tidak membuat istilah yang cenderung memojokkan suatu 
kaum/golongan.

 - keluarga ini sepupu jauh orang tua saya. Yang mengherankan selanjutnya 
 adalah permintaan mereka, jika saya menerima lamaran itu, maka saya HARUS 
 masuk Ahmadiyah.

Tolaklah lamaran itu dengan tegas jika mereka meminta anda masuk Ahmadiyah.

 Pertanyaan saya sekarang, kelompok Ahmadiyah itu eksklusif ya-apakah anggota 
 Ahmadiyah merasa berbeda dengan penganut Islam lainnya

[wanita-muslimah] Re: Quran-nya berbeda

2007-11-29 Terurut Topik Aisha
Terima kasih pak Rizal. Alhamdulillah, bapak bisa membuat lebih jernih masalah 
ini. Saya sangat menghargai kebesaran hati pak Rizal untuk meminta maaf. Tidak 
semua orang berjiwa besar seperti bapak. Sikap seperti ini yang saya pikir 
termasuk Islami, karena berani mengakui jika ada kesalahan. Berbuat salah itu 
manusiawi, kata ustadz guru ngaji saya - orang baik itu bukan orang yang tidak 
pernah berbuat salah tapi orang yang berani mengakui salah dan memperbaikinya. 
Mudah-mudahan sikap baik seperti ini menjadi kebiasaan saat kita ngobrol di 
milis.

BTW, kumpulan wahyu yang diterima MGA itu apakah bisa disejajarkan dengan Quran 
atau sekedar buku agama?

salam
Aisha

From : Mohammad Rizal
Pertama, saya minta maaf pada para anggota milis ini yang menunggu jawaban 
saya. Terus terang, saya sulit mendapat kontak dengan kawan saya karena dia 
sedang berdakwah di luar negara. Tapi pagi ini akhirnya kami dapat 
berkomunikasi melalui sms.

Kedua, saya harus meminta maaf kepada Bapak MA. Suryawan beserta seluruh jamaah 
Ahmadiah karena saya salah. Ini tepatnya jawaban sms kawan saya itu:

penafsirannya yang lain, dan dia punya buku kumpulan wahyu yang diterima Mirza 
Ghulam Ahmad.

Saya perbaiki statement saya:
Jadi yang lain adalah penafsirannya dan selain Quran mereka punya kitab wahyu 
lain.

Terima kasih atas ingatannya tentang dosa tersebut. Sungguh, kalau tidak takut 
ditanya ALLAH di hari berbangkit nanti, saya tidak akan postingkan email ini.

Sekali lagi mohon maaf atas kesalahan saya.

-Rizal-


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryawa

2007-11-28 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Saya rasa anda mampu membedakan kapan mas Dwi sebagai moderator dan kapan 
sebagai member milis ini. Kalau saya lihat komentarnya di bawah ini, mas Dwi 
bertindak sebagai member atau moderator dalam kerangka menasehati dan tidak 
menggunakan kewenangannya sebagai moderator.

Coba kita lihat nasehatnya jika anda belum mampu memahami isi email orang lain :

Pertama, urusan minta maaf. Ini mengingatkan saya ke seorang tokoh yang mengaku 
pembela orang miskin di acara news dot com di metro tv - lupa namanya, kalau 
tidak salah pakai marsanda gitu. Dia sering membolak-balik kalimat, dalam minta 
maaf, katanya begini, sedikit-sedikit minta maaf, sedikit-sedikit minta maaf, 
minta maaf kok sedikit-sedikit:)

Jika kita ingin jadi manusia yang setiap saat ingin lebih baik lagi, jika 
melakukan kesalahan kan ada anjuran agama untuk melakukan taubatan nasuha yang 
syaratnya itu adalah menyesali kesalahan itu - memohon ampun pada Allah - 
berusaha tidak mengulangi lagi - lalu mencoba untuk berbuat baik sebanyak 
mungkin. 

Itu taubatan nasuha, jika kita kaitkan dengan minta maaf karena kesalahan 
terhadap orang lain, maka konsep itu kan membuat kita menyesali kesalahan itu - 
minta maaf ke orang lain itu - berusaha tidak mengulangi lagi - dan berbuat 
baik sebanyak mungkin. 

Ini milis ya pak Satriyo, maka jika merasa kita melakukan kesalahan di milis 
dan kita minta maaf, tentunya kita menyesali kesalahan - minta maaf melalui 
email yang diposting ke milis - berusaha tidak membuat kesalahan lagi - dan 
berbuat baik sebanyak mungkin di milis dengan bersikap baik dalam 
kalimat-kalimat baik tidak emosional dan tidak berburuk sangka terhadap yang 
lain dan mengirim email yang baik isinya.

Di keluarga besar saya ada sepupu yang suka sekali minta maaf, sering sekali 
dalam keseharian hidupnya dari mulutnya itu keluar eh maaf ya. Tapi 
orang-orang jengkel karena dia mengulang-ulang kesalahan yang sama. Misalnya 
dia itu ceroboh sekali jadi sering memecahkan atau menyenggol sesuatu sehingga 
pecah, orang tua dan saudara-saudara kandungnya sudah lelah mengingatkan orang 
itu supaya hati-hati ketika bergerak bukan hanya berulangkali memecahkan 
sesuatu dan dengan entengnya minta maaf. Herannya, ketika orang ini ada di 
rumah orang lain, dia bisa bergerak hati-hati, artinya dia mampu mengendalikan 
tubuhnya supaya tidak merusak sesuatu, tapi jika dia di rumah orang tuanya, 
kembali lagi dia selalu ceroboh dan selalu diakhiri dengan minta maaf. Jadi apa 
artinya minta maaf dia? Hanya sekedar ucapan yang keluar dari mulutnya saja? 
Yang diinginkan Islam kan bukan seperti itu, seperti konsep taubatan nasuha di 
atas tadi ya? Jika kita hanya melakukan sesuatu sekedar di mulut dan tidak di 
hati plus dengan perubahan sikap dan tindakan kita secara nyata, maka minta 
maaf itu akan kehilangan makna, sekedar basa-basi. 

Itu maksud mas Dwi yang pertama. Sekarang kita bahas yang kedua, mas Dwi 
mengatakan Tidakkah kita biasakan membaca kembali apa yang kita tulis, sebelum 
menekan tombol Send? - itu kan nasehat supaya kita tidak emosional dalam 
melakukan sesuatu, termasuk disini dalam milisan. Kalau tidak salah, 
terburu-buru itu kan temannya setan ya? (CMIIW). Artinya jika kita menanggapi 
sesuatu di milis, cobalah untuk berhati-hati, tenang, kita baca pendapat orang 
lain yang mau ditanggapi. Jika sudah mengerti maksudnya, kita ketikkan pendapat 
kita dengan tenang, baca lagi, baru kita klik send, supaya tanggapan kita 
sistematis, sesuai dengan pendapat yang dimaksud orang lain, menekan sesedikit 
mungkin salah ketik huruf dan kalimat-kalimatnya terarah juga baik.

Diharapkan dengan selalu introspeksi diri, minta maaf yang penuh makna, selalu 
berhati-hati tidak terburu-buru, grasa-grusu, tidak emosional, maka orang akan 
semakin baik. Siapa diri kita kan tergantung dari pola pikir kita, cara kita 
bicara, cara kita bersikap dan cara kita bertindak. Pertanyaan mas Dwi tentang 
siapa diri kita itu maksudnya supaya kita menilai diri sendiri, apakah cara 
kita berfikir - berbicara - bersikap dan bertindak itu sudah sesuai dengan 
aturan Islam?

salam
Aisha
--
From : Satriyo
Wah, udah ada yang mencoba menjawab anda, mas moderator! Ga tahu ya kenal saya 
dari mana, apalagi ngaku ag aktif! Tapi tetap saya terima kasih atas 
observasinya selama ini ...

Nampaknya anda yg basa-basi dalam hal ini, bertanya tapi sudah menjawab 
sendiri. Buat apa saya jawab. Lalu sekiranya saya jawab, gunanya apa? Apa 
penting dan perlunya anda tahu saya apa? Apa akan mengubah sikap anda dan 
member lain yang sepaham dengan anda? Saya kira tidak.

Kalo anda, spt juga anda member lain yang serupa sikapnya, menganggap tiap kali 
saya minta maaf itu basa-basi, itu urusan anda. Saya tetap berhak meminta maaf.

Kalo saya anda anggap dan cap perlu mengubah sikap, saya tanya: anda ini siapa? 
apa kapasitas anda menuntut saya demikian? karena anda moderator? apa sih 
moderator? kalo anda memang tidak suka saya, sikap dan opini saya, dan

Re: Adakah INJIL/TAURAT? Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah]

2007-11-28 Terurut Topik Aisha
Bukankah Quran juga waktu Nabi Muhammad saw masih hidup tidak berupa kitab/ 
buku? Hanya katanya ada jaminan bahwa isi Quran tidak akan berubah, jadi kita 
yakin Quran yang dibukukan bukan di zaman Rasulullah itu terjamin keasliannya. 
Lalu bagaimana dengan pendapat anggota milis ini juga bahwa Quran yang dipegang 
Ahmadiyah sudah berubah ayat-ayatnya, apakah memang ayat-ayatnya bisa berubah? 
Jadi, Quran juga tidak terjamin isinya begitu? Tolong dong jika memang ada 
perubahan ayat-ayat di Quran yang dipegang Ahmadiyah, ditunjukkan disini, 
sat ayat saja. Supaya kita tahu persis perubahan itu.

salam
Aisha
-
From : Bina Smara
waduh pada berebut keaslian kitab-kitab ya repot dong. kitab-kitab yang asli 
tuh yang gimana sih? apa yang
ditulis langsung oleh para pendengar/pencatat pertama? yang diulis pada 
lembaran-lembaran kulit hewan, tulang
hewan... plat perunggu, batu-batuan marmer, 10 tablet akhenathen (seorang 
fir'aun yang monotheistik) kok
sejajar dengan perintah yang dibawa nabi musa? lalu sejak kapan torah ditulis, 
diperbabaharui,oleh daud,
oleh solomon, oleh ulama di babilonia, di persia... lalu kembali ke yerusalem?

merekakah yang asli?

bagi saya, karena mengimani kitab-kitab, ya tidak harus yang terdahulu... 
bahkan jangan-jangan tidak berupa buku... hehehe sekali lagi, yang asli 
baik itu injil, torah maupun zabur tuh yang seperti apa? bisa jugakah 
menunjukkan?

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Adakah INJIL/TAURAT? Quran-nya berbeda

2007-11-28 Terurut Topik Aisha
Pak Suryawan,
Jika anda meminta bukti terhadap orang lain hal-hal yang berkaitan dengan 
Ahmadiyah. Saya pribadi ada hal-hal yang ingin saya tahu tentang Ahmadiyah. 
Dulu pernah saya bertanya masalah ini, tapi tidak ada jawabannya, atau mungkin 
pernah dijawab tapi tidak sempat saya baca.

Begini ceritanya, seorang ibu dari keluarga penganut Ahmadiyah datang menemui 
orang tua saya untuk melamar saya untuk anak laki-lakinya. Selama ini hubungan 
dengan keluarga itu baik-baik saja, tidak ada masalah dengan mereka sebagai 
penganut Ahmadiyah - keluarga ini sepupu jauh orang tua saya. Yang mengherankan 
selanjutnya adalah permintaan mereka, jika saya menerima lamaran itu, maka saya 
HARUS masuk Ahmadiyah.

Pertanyaan saya sekarang, kelompok Ahmadiyah itu eksklusif ya - apakah anggota 
Ahmadiyah merasa berbeda dengan penganut Islam lainnya? Jika demikian, untuk 
urusan pernikahan juga apakah memang diwajibkan muslim/muslimah lainnya yang 
akan menikah dengan anggota Ahmadiyah harus masuk dulu Ahmadiyah? Apakah ritual 
seperti shalat, puasa, mengaji, zakat, dll di Ahmadiyah itu berbeda dengan 
penganut Islam lainnya? Kalau tidak, kenapa harus masuk Ahmadiyah dulu sebelum 
menikah? Sebenarnya apa sih perbedaan Ahmadiyah dengan Islam lainnya? Mengapa 
Ahmadiyah mendirikan mesjid sendiri, apakah ada perbedaan dalam ibadah mahdhah 
yang dilakukan di mesjid dengan penganut Islam lainnya?

Tolong ya pak Suryawan dijawab, supaya jelas saja yang namanya Ahmadiyah itu. 
Saya rasa pak Suryawan mampu menjelaskan masalah ini, kalau di tingkat grass 
root mungkin orang main hantam kekerasan karena ke-eksklusifan Ahmadiyah. 
Cobalah di milis ini kita saling menjelaskan dengan tenang.

salam
Aisha
---
From : M. A Suryawan
Daripada ngoceh tidak karuan, ada baiknya Satriyo membantu Rizal untuk 
menghadirkan bukti.

Rizal telah menyatakan kepada publik di milis ini bahwa al-Qur'an yang dimiliki 
oleh Jemaat Ahmadiyah berbeda ayatnya.

Nah, sekarang Rizal harus membuktikan omongannya. Jika Rizal tidak bisa 
membuktikannya, maka artinya Rizal itu cuma membual.

Dan agar terus diingat, bahwa membual (dusta) adalah dosa besar menurut ajaran 
Islam.

Agar diketahui, bahwa al-Qur'an yang dimiliki oleh Jemaat Ahmadiyah bisa 
dilihat, dimengerti dan dibaca oleh JUTAAN orang di seluruh dunia. Silahkan 
lihat di http://www.alislam.org

Salam,
MAS

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Hukum Persepuluhan dan Zakat

2007-11-27 Terurut Topik Aisha
Wah wah..:)
Bu Chae kan sudah menjawab, tapi mungkin jawabannya tidak sesuai dengan yang 
diinginkan pak Satriyo, jadi dianggap belum menjawab juga. Repot juga ya 
diskusi dengan sampeyan...:) Pantesan milis sepi...:(

salam
Aisha

From : Satriyo
terima kasih tanggapan bu aisha, sayangnya salah alamat. bu tahu pasti saya 
emosi krn apa? tentu praduda dan asumsi di cara ibu memandang tulisan saya sec 
subjektif kan? hehehe ...

ini dulu tanggapan saya ... maaf baru balas, kemarin cuti sehari.

eh, kyknya sayat tetap belum mendapat jawaban yang jadi hak saya kan, bu aisha? 
setuju ..?

satriyo
'yg selalu dipandang emosi dan ngawur'
;-]

---[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Membaca diskusi pak Satriyo dan mba Chae ini membuat saya 


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] lasykar5 n mba Lina Fwd: [...] nabi palsu

2007-11-27 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Saya tidak sempat dan tidak berminat ngobrol tentang materi yang diobrolkan 
di bawah ini. Tapi saya pernah membaca keberatan pak MAS, bahwa huruf A-nya 
itu bukan Ahmadi. Jadi sebesar apapun rasa benci anda terhadap pak MAS, 
tolong dong jadi orang yang mampu berdiskusi dengan santun, minimal cobalah 
untuk memanggil orang lain dengan benar. Apakah pak MAS pernah mengejek nama 
anda pak Satriyo? Jika tidak, cobalah berdebat di inti pembicaraan bukan ke 
masalah pribadi seperti nama orang. Saya yakin anda mampu bersikap dewasa 
dalam berdiskusi bukan hanya mampu posting pendapat orang lain dari milis 
lain.

Apakah Rasulullah yang anda teladani mengajarkan memanggil orang lain dengan 
nama yang bukan namanya?

salam
Aisha
-- 
From: lasykar5 [EMAIL PROTECTED]
wa alaikumussalam,
dear mba tanty yang dirahmati Allah,

terima kasih apresiasinya, tapi saya (lasykar5) tidak menulis apapun yang 
pas sesuai deskripsi mba itu. adapun tulisan yang saya posting dengan judul 
mengimani nabi palsu itu adalah tulisan mas Rofiqi bukan saya meski isi 
tulisan mas Rofiqi ini sangat sesuai dengan opini saya, khusus menanggapi 
opini mas ahmadi suryawan itu ...

alhamdulillah, semoga tulisan senada terus memberi manfaat ... amin

salam,
satriyo 



Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)

2007-11-18 Terurut Topik Aisha
Hehehe, saya tidak menyangka mba Flora akan bertanya tentang koruptor itu 
belajar agama Islam atau tidak..:) Tapi, terima kasih untuk mba Rani yang sudah 
mencoba menjelaskan.

Begitulah di Indonesia ini mba Flora. KKN-nya kan jempol banget - dari atas 
sampai bawah dan di semua daerah. Dan jika mayoritas disini beragama Islam 
(muslim), tentunya banyak juga muslim sekaligus koruptor. Apakah mereka belajar 
Islam, tentu saja mereka belajar. Seberapa dalam mereka belajar? Yang ini 
jawabannya tidak pernah jelas, karena mungkin terjadi di satu keluarga yang 
turun temurun beragama Islam - orang hanya belajar agama Islam di sekolah saja. 
Ada juga yang masuk pesantren, masuk perguruan tinggi Islam dan melanjutkan S2, 
S3 ke timur tengah. Ada juga yang selain belajar Islam di sekolah, juga ikut 
pengajian atau rajin membaca buku-buku agama dan berdikusi di milis, dan masih 
banyak lagi cara belajar muslim di Indonesia.

Nah dari beragam latar belakang kehidupan dan beragam pula cara belajarnya, 
tentunya pemahaman agama Islamnya juga beda-beda. Jika kita kembali ke contoh 
semula, teman reuni ayah saya ini berlatar belakang keluarga turun-temurun 
beragama Islam dengan kondisi ekonomi rendah alias miskin. Dia bisa terus 
sekolah karena mendapat beasiswa akibat isi otaknya yang encer. Setelah menjadi 
pejabat, kekayaannya bertambah dengan pesat - rumahnya banyak, mobilnya banyak, 
tabungan atau depositonya atau dimana dia menanam uangnya kita tidak pernah 
tahu, kita hanya melihat rumah - mobil - perhiasan yang dipakai - baju yang 
dipakai, dll yang terlihat mata saja kan? Pernah satu saat terlibat masalah 
sehingga masuk pengadilan karena kasus korupsi, tapi dia lolos - dibebaskan. 
Hanya bisik2 orang bahwa dia bayar sekian pengacara sekian M. Kita tidak pernah 
tahu persis. 

Selain pengakuan bahwa dia menghajikan sekian orang itu, yang orang2 tahu dia 
itu sudah berkali-kali naik haji. Rajin mengadakan pengajian di rumahnya, 
istrinya juga rajin ke banyak pengajian di luar rumahnya selain rajin ikut 
arisan. Qurbannya juga selalu sapi untuk seluruh keluarganya. Dia sudah 
mendirikan satu mesjid megah dan rajin menyumbang pembangunan mesjid, rajin 
menyumbang anak-anak yatim. Rajin bayar zakat juga, zakat fitrah maupun zakat 
harta - kita tidak tahu jumlahnya, yang jelas dia biasa mendatangi tempat bayar 
zakat. Jika puasa, dia rajin menyelenggarakan buka puasa bersama dengan 
pengajian + tarawih rame-rame. Jum'atan juga dia rajin. Jadi yang terlihat oleh 
orang lain dia melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, naik haji, 
qurban, mengaji selain kedermawanan untuk nyumbang mesjid, anak-anak yatim, dan 
menghajikan orang.

Beberapa tahun lalu saya pernah membaca berita juga melihat wajah seorang 
pejabat tinggi republik ini yang sekaligus ketua salah satu parpol Islam di 
kejar2 wartawan karena dia disebut-sebut menghajikan 100-an orang anggota 
keluarga besarnya dari uang rakyat! ONH plus yang mahal pula.

Begitulah wajah muslim Indonesia. Katanya sholat mencegah keji dan munkar, tapi 
banyak juga yang rajin sholat tapi melakukan kekejian dan kemungkaran. Naik 
haji rajin (lebih dari 1 kali), tapi korupsi juga rajin. 

Hmmm atau pertanyaan mba Flora ini pertanyaan retorik?...:)

Kalimat mba Flora yang ini menarik Kita tak akan bisa mencintai Allah, jika 
kita tidak bisa mencintai sesama umat manusia dan sesama makhluk Allah. 
Sekarang kita lihat banyak yang tidak mencintai sesama umat manusia, merasa 
paling benar agamanya dan rajin memaki atau malah sampai menghancurkan harta 
benda dan melukai sesama umat manusia dengan berlaku sebagai wakil Allah, 
membela Allah - jadi tidak masalah buat mereka ini kalau sesama umat manusia 
dihalalkan darahnya. Drakula kaleee... yang menghalalkan darah manusia 
lainnya...:)

salam
Aisha
--
From : Rani Kirana
Mbak Flora,
mungkin anda sudah terlalu lama tidak tinggal di Indonesia.. 
Apa yg berlaku di sebagian besar masyarakat kita adalah seperti yg sudah mbak 
Flora baca sendiri.. Perbuatan baik dengan membantu anak yatim, membangun 
masjid dll akan menjadi penyeimbang tindakan korupsi.. Jadi agama lebih 
digunakan sebagai tameng untuk menyelamatkan  diri, dan terbukti bahwa strategi 
itu berhasil selalu

Apa koruptor itu belajar agama Islam ? jawabannya..ya..iya..lah..

Mbak Flora masih ingat khan bagaimana lingkungan kerja di Pertamina, 
(mungkin..IAPCO, Diamond Shamrock, Maxus and YPF Repsol..ya..coba  tanya suami 
mbak Flora yg tercinta..pasti deh beliau tahu..). Berapa orang yg menyandang 
gelar keimanan sebagai HAJI, ternyata juga berpesta pora berkorupsi ria 
menggerogoti uang Negara.. 

Kalaupun mau berpikiran singkat..berapa ratus ribu atau mungkin berapa juta 
orang Indonesia yg sudah menjalankan panggilan Haji..tapi masih tetep 
berkorupsi ria..

menyedihkan..

Salam,
Rani
-
---Floradianti
Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih??
Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang

Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun

2007-11-15 Terurut Topik Aisha
Bener mba Mia :-)
Jadi ingat cerita ayah, di satu acara reuni sekolahnya ada seorang temannya 
yang jadi pejabat dan terkenal korup. Teman-teman reuninya becanda sambil mukul 
pelan-pelan perut buncit koruptor itu, ini perut makin buncit saja makan yang 
haram, kapan sadarnya?.

Koruptor ini sambil ketawa menjawab, tenang, dosaku berkurang, malah mungkin 
tidak ada dosa lagi karena kemarin aku menghajikan 5 orang.

Ini kan akibat dari hitung menghitung pahala-dosa. Koruptor itu menghitung 
kebaikan yang berbuah pahala, padahal kebaikan itu dibiayai dari perbuatan 
buruknya (korupsi). 

salam
Aisha
---
From : Mia
Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan  kita dari 
yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale  ada buku debit 
kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau 
dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit 
debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi.
..
..
salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun

2007-11-08 Terurut Topik Aisha
Pak Kinantaka,
Kondisinya saat itu, masih hujan deras+gludug+bledek, tetesan air hampir 
membasahi seluruh kamar dan pak Kinantaka + istri sedang meminggirkan 
barang-barang agar tidak kebasahan.

Jika proses memindahkan barang2 itu sudah selesai sehingga walaupun hujan masih 
deras, barang-barang itu akan aman dari air hujan, saya pikir bukan masalah 
besar jika pak Kinantaka pergi sholat berjamaah di mushola.

Tapi...dari cerita di bawah ini, saat itu anda dan istri masih belum 
selesai mengurus kamar bocor itu dan hujan masih deras, masih ada kemungkinan 
barang-barang basah lagi kena bocor, apalagi kan kondisinya tetesan air hampir 
membasahi SELURUH kamar, jika anda ke mesjid dan hujan makin deras, kasihan 
kan istri kebingungan dengan bocor yang banyak ini.

Lalu, tentang berhitung pahala atas ibadah yang kita lakukan, saya jadi ingat 
kebiasaan orang tua yang menyarankan ke anak-anaknya untuk memberikan zakat 
harta selain zakat fitrah di bulan puasa. Zakat fitrah memang wajib di bulan 
puasa, tapi zakat harta itu kan bisa kapan saja jika sudah tercapai jumlah dan 
waktunya. Alasan orang tua, di bulan puasa, segala kebaikan kita (termasuk 
memberi zakat, sedekah) juga akan dilipatgandakan Allah nilainya. Saya selalu 
berfikir bahwa zakat harta itu bisa kita berikan ke orang-orang yang layak 
menerimanya itu kapan saja setelah kita menghitung dan sesuai dari segi 
jumlah+waktunya, rasanya aneh jika kita menahan uang zakat - menunggu bulan 
puasa tiba. Disamping itu, iming-iming penglipatgandaan segala kebaikan kita 
di bulan puasa itu supaya kita memperbanyak kebaikan yang diteruskan di 
bulan-bulan selanjutnya setelah bulan puasa. 

Nah, jika itu semua dikaitkan dengan sholat, urusan Allah lah yang mau 
melipatgandakan pahala sekian derajat. Seperti anjuran jika kita sholat Ied di 
lapang dan pulangnya kita melalui jalan yang berbeda dengan kita pergi, 
maksudnya kan kita bisa ketemu lebih banyak orang untuk saling menyapa dan 
bermaafan. Sholat berjamaah di mesjid atau mushola juga salah satu nilai 
baiknya adalah bertemu banyak orang yang bagusnya itu kalau proses bertemu itu 
membuahkan kebaikan, misal dengan ramah saling menyapa atau berlanjut dengan 
kerjasama ekonomi atau saling menolong jika kita bertemu seseorang di 
mesjid/mushola yang sedang kena musibah. Jika kita sholat berjamaah tapi kita 
tidak saling menyapa karena tidak saling kenal atau malah ke mesjid sambil 
nukerin sendal - ganti yang lebih bagus, waaa... itu mah pahala 27 derajatnya 
ketutup dosa. Atau ke mesjid tapi ketemu musuh lalu saling menyindir atau 
berkata kasar, lebih jelek lagi. Yang lebih buruk lagi kalau pak Kinantaka ke 
mesjid dapat 27 derajat tapi hujan semakin deras, bocornya makin hebat dan 
akhirnya atap kamar anaknya roboh menimpa istri yang sedang bersih2, lebih 
repot lagi kan? Tanggung jawab utama seorang ayah/suami itu melindungi anggota 
keluarganya, pastikan semuanya aman dulu di rumah baru sholat berjamaah.

Tentang imbalan untuk sholat, kabarnya ada keutamaan sholat di masjidil haram 
- nilainya ribuan kali dibanding sholat biasa, jika misalnya saya selama di 
Mekah rajin sholat wajib+sunat di masjidil haram, saya jadi kaya pahala, 
tidak berarti saat kembali ke Indonesia lalu saya tidak perlu sholat beberapa 
bulan atau beberapa tahun karena berhitung nilai sholat di masjidilharam, tapi 
sholat saya di manapun seharusnya semakin baik kualitasnya, sehingga ada dampak 
sholat yang membuat pelakunya menjadi orang yang lebih baik. Sholat kan bukan 
sekedar melakukan gerakan tertentu dan membacakan sesuatu saja, bukan sholat 
secara fisik saja. Lebih buruk lagi jika kita sholat berjamaah dengan niatan 
atau keinginan supaya dikenal di sekeliling tempat kita tinggal sebagai orang 
soleh, sudah gak ikhlas lagi kan? Karena sholatnya bukan karena Allah tapi 
karena manusia lainnya.

salam
Aisha

From : Kinantaka
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih 
berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya 
bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri 
kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan.

Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. 
Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil 
payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke 
mana, mas?
Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya.
Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali.
Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, 
jawab saya.
Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor 
begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya.

Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk 
mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor.

Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di

[wanita-muslimah] Menangani orang sesat

2007-11-04 Terurut Topik Aisha
Di tv ditayangkan satu upacara di satu desa di Purworejo yang membunuh 14 
kambing betina dan darahnya dikucurkan di makam 7 leluhur mereka, apakah mereka 
- penduduk desa itu muslim - orang yang beragama Islam? Jika iya, apakah mereka 
sesat karena dalam ajaran agama Islam tidak ada acara bunuh-bunuh dan 
kucur-kucur darah untuk leluhur kan? Apalagi ketika diwawancara, mereka 
melakukan hal ini karena ingin lepas dari banyak bencana, ingin berkah dari 
leluhur, ingin bisnis sukses, dll. 

Jika diakui bahwa nabi terakhir itu nabi Muhammad lalu ada yang mengaku nabi 
dan mereka disebut sesat, lalu bagaimana dengan pelaku acara kucur2 darah yang 
memohon ke selain Allah, mereka minta berkah, lepas dari bencana, bisnis 
sukses, dll itu dari makam leluhur, apakah mereka sesat?

Di tv pula ditayangkan acara muslim yang menyiksa diri sendiri setiap tahun di 
padang Karbala untuk memperingati kematian Husen, apakah ada petunjuk agama 
Islam seperti itu, lalu mereka juga dianggap sesat?

Nah sekarang, jika kita melihat ada orang-orang yang melakukan sesuatu yang 
dianggap sesat menurut agama, apakah kita semua yang merasa tidak sesat dan 
menurut mba Tanty tidak rela agamanya dibuat sekte2 itu harus memaki mereka dan 
punya hak untuk menghancurkan mereka?

salam
Aisha
--
From : Tanty
ass.
hmmkalo ngebahas ttg yg namanya sesat atau beda keyakinan, emang ga ada 
habisnya...krn semua org punya opini yg beda2...ada yg cuex2aja, ada yg 
menentang, ada yg terima2 aja

menurut saya, sepertinya sudah jelas bahwa nabi terakhir adalah nabi Muhammad 
SAW... knp PD ngaku2 sbg nabi baru???dan knp PD ngaku sbg malaikat???

banyaknya orang yg mengikuti ajaran2 sesat itu menurut saya krn rendahnya kadar 
pengetahuan masyarakat ttg AGAMA ISLAM!!!, pengen masuk surga dng cara instant 
(ga perlu puasa, salat 5 wkt, dll)

saya rasa para pengikut ajaran/aliran tsb pingin meningkatkan pengetahuan agama 
mereka, tetapi mereka nyasar. mereka butuh orang2 yg tepat untuk menyadarkan 
mereka, mendidik mereka...

memang, org2 pengikut lia eden, mussadeq, ahmadiyah, dll adalah warga negara yg 
baik (mungkin)...tapi, cara mereka menyebarkan ajaran agama yg meresahkan, kalo 
ajarannya untuk kebaikan koq dakwah sembunyi2, harus ada uang BAYARAN, zakat 
10% untuk nabinya(kayaknya nabi muhammad SAW ga gitu deh...)coba bayangkan kalo 
semua org cuex2 aja dng tumbuh suburnya ajaran/aliran agama baru di 
Indonesia?? bisa2 al quran berubah nama, berubah isi, berubah arti,dan mungkin 
akan ada percampur-bauran ajaran agama..nah yg rugi siapa??anak cucu qt juga 
kan...

saat ini...kalo dilihat dari sisi psikologis dan ilmu jiwa, org yg mengaku dan 
sangat meyakini bahwa dirinya Nabi, Tuhan dan Malaikat adalah org2 yg sedang 
sakit..banyak lho di RSJ. grogol?? kalo tidak percaya datang saja 
kesana...kalo temen2 adalah muslim yg baik dan tahu byk ttg syariat dan ajaran 
islam, tentu tmn2 TDK AKAN pernah RELA agamanya di buat sekte2 kepercayaan yg 
mungkin bisa memecah belah ukhuwah islamiah...hanya nabi Muhammad SAW-lah nabi 
akhir zaman...mari, kaji kembali tingkat pemahaman qt ttg al Quran..


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Mutmainah dan Keterwakilan Perempuan

2007-11-04 Terurut Topik Aisha
Kompas 3/11/2007
Mutmainah dan Keterwakilan Perempuan 
EVY RACHMAWATI

Berawal dari keprihatinan terhadap nasib kaum perempuan dan anak di Sulawesi 
Tengah, Mutmainah Korona (28) berupaya mendorong terciptanya sistem 
pemerintahan yang sensitif jender. Atas usahanya memperjuangkan keadilan, ia 
mendapat penghargaan Saparinah Sadli. 

Anugerah Saparinah Sadli merupakan penghargaan atas pencapaian perempuan 
Indonesia di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat. Penghargaan itu untuk 
komitmen dan kegigihan Mutmainah terhadap perjuangan keadilan, pemberdayaan, 
dan perbaikan kondisi perempuan melalui jalur struktural. 

Sebagai Direktur Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi Tengah, ia 
aktif dalam pembangunan sistem pemerintahan lokal yang demokratis di Sulawesi 
Tengah. Ia juga menjadi koordinator presidium Koalisi Perempuan Indonesia 
wilayah Sulawesi Tengah. 

Kegigihannya mendobrak kemapanan sistem pemerintahan yang patriarkhi membuahkan 
hasil. KPPA berhasil mengegolkan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 12 
Tahun 2006 tentang Keterwakilan dan Partisipasi Perempuan dalam Pemerintahan 
Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan Proses Pembangunan Desa. 

Kelompoknya juga berhasil mendorong kebijakan anggaran dalam APBD Kota Palu 
yang responsif jender dan pro-rakyat miskin. Hal ini tertuang dalam nota 
kesepahaman KPPA dengan Wali Kota Palu, Juni 2007. 

Atasi trauma 

Trauma masa kecil sempat menghantui ibu tiga anak ini. Ia nyaris diperkosa 
kerabatnya sendiri. Saat kuliah, ia bergabung dengan Liga Mahasiswa Nasional 
untuk Demokrasi (LMND) yang membuka wawasan tentang ketidakadilan sosial. 

Khawatir sulit mengaktualisasi diri, Mutmainah membatalkan niat menjadi pegawai 
negeri sipil (PNS). Padahal, surat keputusan pengangkatannya sebagai PNS 
Departemen Agama setempat akan turun. Keputusan itu mengecewakan ayahnya. 

Ia aktif dalam gerakan mahasiswa. Ketertarikannya dalam bidang pemberdayaan 
perempuan berawal ketika mengikuti kegiatan yang diprakarsai Koalisi Perempuan 
Indonesia. 

Kemudian Mutmainah bergabung dengan Insan Pendidikan Rakyat Palu, organisasi 
lingkungan hidup. Ketika turun ke lapangan, ia menjumpai buruknya nasib 
perempuan dan anak pada komunitas adat di perbatasan Palu dan Donggala. Mereka 
rata-rata buta huruf, rumahnya tak ada sekat hingga tak ada ruang pribadi bagi 
perempuan. 

Setelah menikah, ia bekerja di Yayasan Evergreen Indonesia, sebuah LSM 
lingkungan hidup. Di sela-sela kesibukan, ia dan sejumlah aktivis perempuan 
sepakat memfokuskan diri pada pemberdayaan perempuan. 

Mereka membentuk Kelompok Pemerhati Perempuan dan Anak (KPPA) pada 27 November 
2001. Kelompok itu berganti nama menjadi Komunitas Peduli Perempuan dan Anak 
(KPPA). Mutmainah terpilih sebagai ketuanya. Setiap anggota melanjutkan 
pendampingan mereka di komunitas. 

Dia sendiri mendampingi kelompok swadaya masyarakat yang beranggotakan 120 
perempuan di satu kelurahan di Lambara, Palu, selama dua tahun. Kelompok itu 
mendapat bantuan kredit mikro Rp 96 juta dan mendirikan koperasi perempuan. 
Ini jadi kecamatan sadar jender, ujarnya. 

KPPA juga mendampingi buruh perempuan dan pengungsi. Mereka juga memberdayakan 
komunitas masyarakat adat yang tanahnya kering di Donggala dengan membuka 
sekolah alternatif. Pada awal berdiri, sebagian penghasilan suami saya dipakai 
untuk biaya organisasi, ujarnya. 

Pada tahun pertama, mereka melakukan penguatan organisasi. Meski sempat alergi 
dengan aparat pemerintah, dukungan awal kegiatan justru dari pemerintah. 
Proposal program pendidikan kecakapan hidup bagi anak-anak buruh perempuan 
serta komunitas perempuan di Lambara, Palu, disetujui pemerintah. 

Pada awal berdiri, bantuan datang dari pemerintah. Tapi saya stres juga karena 
ada oknum yang minta pungutan 10 persen. Saya mulai tahu, dalam sebuah 
pemerintahan, yang bermasalah selain sistem juga orang-orangnya, kata istri 
Nasution Camang ini. 

Keterwakilan perempuan 
KPPA lalu bermitra dengan sejumlah LSM dalam mengembangkan program pemberdayaan 
perempuan. Bersama organisasi nonpemerintah, mereka merintis upaya membangun 
tata pemerintahan lokal yang demokratis. 

Banyak sekali masalah perempuan petani dan masyarakat adat yang secara 
patriarkhi terpinggirkan akibat minimnya jumlah perempuan di pemerintahan dan 
kelembagaan desa, ujarnya. Di Donggala, dari 263 desa, hanya 11 perempuan yang 
duduk di pemerintah desa dan lembaga-lembaga desa lain. 

Rendahnya keterwakilan perempuan dalam pemerintahan desa sangat berpengaruh 
pada tingginya angka kematian ibu dan bayi, angka buta huruf tinggi, dan rentan 
terjadi penyelewengan anggaran desa. Fasilitas terkait perempuan juga tak ada. 

Hal ini berbeda dengan Desa Toro, Kabupaten Donggala. Di desa itu, organisasi 
perempuan adat masuk dalam Badan Permusyawaratan Desa sehingga peraturan desa 
bernuansa kepentingan perempuan. 

Kami lalu membuat penguatan dengan melaksanakan pelatihan. Kami mengusulkan 
peraturan daerah tentang partisipasi dan 

Re: [wanita-muslimah] Temannya setan?

2007-11-02 Terurut Topik Aisha
Mba Chae  mba Mia,
Jadi Fir'aun itu orang yang tega-an ya, tega bunuh bayi-bayi laki-laki karena 
takut ada saingan. Di masa sekarang mungkin saja terjadi seorang ayah yang tega 
menjual keperawanan anak gadisnya untuk satu proyek yang bisa didapatnya - saya 
pernah mendengar seorang pengusaha yang tega memberikan anak gadisnya supaya 
tidur dengan seorang pejabat yang mau memberikan satu proyek di satu 
departemen. Di bidang politik, para pemimpin untuk mempertahankan kekuasaannya, 
sudah umum terjadi, lawan politik atau orang yang vokal mengkritisi 
kebijaksanaanya itu dibungkam dengan menjebloskan orang itu ke penjara atau 
membunuh orang itu. Itu Fir'aun-Fir'aun masa sekarang ya?

Kembali ke urusan kamar mandi dan teman setan..:) Ternyata kamar mandinya itu 
seperti yang dibayangkan mba Mia, kamar mandi tempat adik ipar teman saya itu 
termasuk kamar mandi kering dalam arti - hanya ada bath tub+kloset 
duduk+wastafel, bukan kamar mandi basah yang ada bak air dengan gayungnya 
sehingga lantainya basah. Jadi saya juga bisa membayangkan di kamar mandi 
kering itu orang bisa minum sambil pipis hehehe, rasanya sih tidak jelas, 
apakah seperti di sorga dunia seperti yang dibayangkan mba Mia dengan cara 
rebahan di bath tub yang diisi air hangat, sabun cair atau gel yang berbau 
wangi lembut, dipenuhi busa lembut, ada kopi dan musik lembut. Ini kan model 
perawatan di spa ya, aromaterapi?

salam
Aisha
--
From : Chairunisa
hihihi.. Mba Aisha ini teliti sekali sih;) memang tidak bisa dipastikan bahwa 
Fir'aun itu pemarah atau bukan tapi yang jelas bukan orang yang tenang dan 
sabaran karena tega2nya bikin aturan bayi laki2 mesir harus dibunuhin..tapi 
setidaknya tidak lebih baik daripada ngarang soal setan suka makan dan minum 
dikamar mandi hahahah:))

Mba Mia, kalau setanya secakep keanu atau kakang danzel apa masih mau nolak 
buat ditemenin??? bidadara dunia kok ditolak;P
--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mba Ai, mba Chae...kalo di kamar mandi yang rebahan punya, (itu loh yang pake 
bath tub), buka keran setel air hangat2, trus taroin shower gel, trus kita 
rebaan sambil main busa, dan ditemani secangkir kopi, sambil relaks2 nglamun, 
gitu...bukannya enak sorga dunia tuh? mudah2an si nggak ditemenin setan...:-), 
lagian masak sih setan ada di sorga?

salam
Mia 



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Temannya setan?

2007-10-31 Terurut Topik Aisha
Mba Chae,
Baca kisah salam dari kamar mandi, seorang teman cerita di bulan puasa 
kemarin.Adik iparnya yang seorang mahasiswa dimarahin ayah mertuanya dengan 
julukan temannya setan, saya pikir ipar teman ini melakukan perbuatan seperti 
setan yang membangkang kepada Allah, misalnya Allah melarang manusia membunuh, 
ipar ini membunuh, dan perbuatan lainnya yang dilarang Allah.

Ternyata pemuda ini saat sahur sedang menikmati kopinya menjelang imsak, pada 
saat itu dia kebelet pipis, larilah pemuda ini ke kamar mandi sambil membawa 
cangkir kopinya. Ayahnya melihat kelakuan anaknya ini, beliau langsung berdiri 
di depan kamar mandi dan ketika anaknya keluar langsung memarahi dan menjuluki 
anaknya teman setan itu. Katanya sih, hanya setan yang minum/makan di kamar 
mandi. Ini dosa nggak? Atau hanya sebatas teman setan saja? Sebenarnya kadar 
setannya lebih berat mana, orang yang minum di kamar mandi atau orang yang 
nilep uang rakyat (korupsi) untuk kesenangan dia dan keluarganya?...:)

salam
Aisha
-
From : Chairunisa
Kangen berat nich sama Mba Mia...mohon ma'af lahir bathin ya Mba;)

setuju Mba soal manfaat dan mudharat jadi parameter...Jadi inget waktu si 
sulung bertanya masalah dosa...

Mam..dosa itu apa sich?

kok tanya-tanya sich Ka? (maklum emaknya rada-rada telmi alias telat 
mikir...bawa'an orok kali ha..ha..ha...;)

soalnya tadi kaka menjawab salam dari kamar mandi di rumah eyangti dan kata 
Eyangti ..kita tidak boleh jawab salam dikamar mandi karena itu dosa..

ohh...begitu..gini ya Ka, menurut mama dosa itu jika prilaku,ucapan dan sikap 
kita lebih besar menimbulkan kerugian dari pada manfaatnya jadi bisa saja 
menjawab salam di kamar mandi itu termasuk dosa bisa juga justru berpahala

kok bisa sich Mam?

Bisa saja kalau ternyata Kaka menjawab salamnya dengan disertai bunyi2an yang 
tidak sopan karena misalnya lagi BAB, menjawab salam malah menimbulkan 
ketidaknyamanan bagi orang lain yang mendengarnya tapi kalau bisa menjawab 
salam dengan sopan kenapa tidak walau kita sedang berada di kamar mandi.

ooo gitu yaa Mam..

 Yo'i;))

Insya Allah, saya selalu berusaha menanamakan pemahaman kepada anak saya untuk 
bisa senantiasa melihat segala sesuatunya dari sisi manfaat dan kerugiannya 
baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain terlepas dari 
bentuk-bentuknya. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Temannya setan?

2007-10-31 Terurut Topik Aisha
Hi lagi mba Chae, saya juga baru ngobrol2 lagi di milis, biasa - sibuk2 gak 
jelas dan tentu saja senng bangetsss bisa ngobrol lagi dengan teman-teman 
dan termasuk mba Chae, saya nge-fans juga lho ke mba Chae...:-D

Fir'aun itu pemarah ya? Bukannya, dia ngerasa jadi Tuhan? Atau ada korelasi 
positif antara sifat pemarah dengan perasaan jadi Tuhan, misalnya marah mencaci 
maki atau meng-kafir2kan sampai matiin orang lain karena ngerasa jadi Tuhan 
atau minimal merasa dikasih wewenang Tuhan untuk menghukum orang lain?

Saya ngobrol lagi dengan teman ini, ternyata adik iparnya ini beralasan, masih 
mau ngabisin kopi menjelang imsak tapi sudah tidak tahan lagi menahan pipis, 
karena ayahnya mewajibkan anak-anaknya ke mesjid untuk shalat subuh, jadi dia 
harus sudah siap pergi sebelum imsak. Maka, jalan solusinya supaya 2 kegiatan 
itu berjalan, sambil pipis sambil ngabisin kopi di kamar mandi...:)

salam
Aisha
---
From : Chairunisa Mahadewi
Hi Mba Aisha, senang bisa obrol2 lagi lewat milis sama Mba... Walau sudah lama 
tidak ikutan milisan tapi saya tetap setia mengunjungi WM hanya sekedar untuk 
menambah ilmu dgn membaca postingan2 yang ada termasuk postingan Mba Aisha;)

Lucu juga cerita temanya Mba Aisha, dan saya geli juga tuch Bapa kok 
bisa-bisanya tahu kebiasaan setan segala apa dulunya pernah satu kos-kos'an 
sama setan atau minimal pernah satu RT;)..padahal bisa saja si setan sudah 
berganti kebiasaan dan lebih memilih makan dan minum di ruang makan..jadi siapa 
yang jadi temanya setan??;))

Nah kalau adik ipar temanya Mba Aisha dibilang temanya setan karena ikutan 
kebiasaan setan suka makan dan minum di kamar mandi maka si Bapa juga bisa 
dijuluki temanya Fir'aun karena gampang marah..:P

sebenarnya mungkin ada benarnya juga si Bapa itu menegur prilaku anak mantunya 
karena membawa minuman ke kamar mandi karena mungkin bisa menimbulkan kebih 
banyak musibah/celaka daripada manfaat..misalnya: karena kamar mandinya licin 
maka kopinya jatuh sedangkan kopinya dalam kondisi panas dan bisa terkena ke 
anggota tubuh si menantunya atau kalau kopinya pake gelas dari kaca bisa pecah 
dan pecahanya berbahaya baik bagi menantunya atau orang lain bisa juga karena 
kamar mandi adalah tempat membuang kotoran jadinya kurang bersih untuk membawa
makanan atau minuman. Soal dosa atau tidak ini tergantung dari situasi yang 
terjadi mana yang lebih besar?? manfaatnya?? atau mudharatnya??

Bisa jadi karena kamar mandi ada di bawah di lantai dasar dan ruang makan 
dilantai 3 misalnya sementara waktu imsak tinggal 1 menit lagi tapi sudah 
kebelet pipis yaaa syah-syah saja bawa minuman ke kamar mandiatau saking 
kebeletnya pengen pipis enggak nyadar ke kamar mandi bahwa gelas kopi???

Hanya saja kita termasuk saya kalau lagi kesel sama anak, niat sih menegur 
prilaku si anak atau orang lain ehhh kebablasan yang ada malah jadi 
melabeli/menghakimi...

Misalnya saja ketika si anak iseng cuci tangan di dispenser, secara spotan saya 
bilang...ihhh kok kamu kok jorok sih!!! ahhh dasar emak2 suka enggak 
konsisten:))

Tapi saya setuju dengan pendapat Mba Aisyah bahwa yang korupsi uang rakyat 
jelas-jelas temanya setan.

Dan satu lagi masalah imsak, menurut saya seringkali kita salah karah 
menganggap bahwa waktu imsak sebagai tanda untuk berhenti makan dan minum 
padahal batasan berhentinya malan dan minum adalah terbitnya fajar itu sekitar 
jam 5 lebih hampir setengah enam atau lewat waktu subuh.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Fwd: Aku Malu Menjadi Wanita

2007-10-30 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Rupanya anda termasuk orang yang tidak suka perbedaan ya? Dengan kalimat ini 
wah kok sesama perempuan bisa ga koor ya, memangnya semua perempuan harus 
satu pendapat untuk berbagai hal? Apakah anda menginginkan misalnya wanita di 
sekeliling anda misalnya - ibu, istri, anak perempuan, saudara perempuan, teman 
perempuan, tante, dll itu satu pendapat terus? Orang yang mendalami agama saja 
misalnya seperti kelompok fukaha (ahli fikih) bisa beda-beda pendapatnya, wajar 
lah kalau tentang cara berpakaian wanita yang disamakan dengan pembungkus buku 
juga orang bisa beda-beda pendapat.

Saya juga pernah membaca novel-novel jadul waktu di smp dapat tugas dari guru 
bahasa Indonesia, ada wajah seperti rembulan - rembulan itu bulan kan? setelah 
baca buku itu saya berusaha melihat bulan purnama - bulat bundar kuning bagus 
sekali, jadi mikir, mungkin penulis novel itu melihat wajah mulus berkulit 
kuning/putih bersih tanpa jerawat. Tapi dengan kemajuan iptek kan ketahuan juga 
bahwa di bulan itu tidak mulus rata, permukaannya berbatu-batu. Jadi bulan 
indah dilihat dari kejauhan, kalau deket mah bulan itu penuh jerawat...:) itu 
membanding wajah wanita yang ciptaan Allah dengan bulan yang ciptaan Allah juga.

Terus ada juga dagunya bak lebah menggantung, dagu adalah bagian tubuh wanita 
yang ciptaan Allah, lebah juga ciptaan Allah, tapi setelah melihat lebah - saya 
kok tidak menemukan indahnya lebah menggantung ya?:) Lalu ada yang 
menyamakan jilbab wanita dengan bungkus buku, atau ada yang menyamakan jilbab 
wanita dengan donat yang dibungkus plastik. Apalagi dengan keterangan seperti 
ini Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah 
siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah berani dan 
tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di 
kasir yang diibaratkan pernikahan. - Ini kan jelas sekali mengibaratkan wanita 
dengan buku yang diperjual belikan, masih mending yang mengibaratkan bagian 
tubuh wanita dengan makhluk ciptaan Allah juga, tapi mengibaratkan wanita 
seperti benda mati ciptaan manusia seperti buku yang diperjual belikan itu 
wh, apa itu tidak kembali lagi ke masa jahiliyah seperti pendapat mas 
Donnie? Di masa pra-Islam atau masa jahiliyah itu kan wanita seperti harta 
benda lainnya, tidak berarti malah ada rasa malu jika seorang suami mengetahui 
istrinya melahirkan bayi perempuan dan dia tega mengubur hidup bayi perempuan, 
saat itu juga sudah umum punya banyak istri - kabarnya ada yang sampai punya 
istri seratusan (model harem itu 'kali ya?), dan di masa itu pula istri bisa 
diwariskan (ini menyamakan wanita dengan harta kan?). Lalu jika seorang wanita 
diibaratkan buku yang bisa dibeli laki-laki - transaksi di kasir dibaratkan 
pernikahan, kita patut mempertanyakan lagi, wanita itu benda bukan? Apakah 
betul pernikahan itu sekedar transaksi jual beli? Apakah laki-laki menikahi 
wanita itu untuk membeli wanita itu dan dijadikan salah satu harta benda 
miliknya?

Jadi seperti yang bisa ditangkap beberapa teman di milis ini ya pak Satriyo, 
yang saya masalahkan adalah bagaimana laki-laki memandang wanita - sebagai 
makhluk Allah yang harus kita hormati keberadaannya yang setara dengan 
laki-laki (sesama manusia) atau sekedar buku bersampul atau buku yang dibungkus 
saja?

salam
Aisha

From : Satriyo
wah kok sesama perempuan bisa ga koor ya, padahal yang saya tangkap justru 
Meralda Nindyasti bernada positif untuk mengambil tamsil bahwa perempuan itu 
bak buku.
entah ya ko bisa ada 'rasa' negatif soal ini. padahal konotasi buku bagi saya 
sangat positif, minimal netral. lain jika diteruskan dengan kata sifat/penjelas 
misal buku+stensil, buku+porno, misalnya, baru akan ada kejelasan muatan 
negatif di sana. apa ada benda lain yang bisa digunakan sebagai tamsil dalam 
konteks yang dibicarakan oleh Meralda Nindyasti ini? monggo sumbang sarannya 
... kan jadi enak dan tidak hanya berhenti sampai menolak tanpa alternatif ...
yang justru mengherankan, apa tamsil semacam wajahmu bak rembulan, bak 
pinang dibelah dua, pipinya/bibirnya bak mawar merekah, tubuhnya indah bak 
... dst apakah maka jadi salah karena membandingkan manusia yang
makhluk hidup dengan benda mati? coba dong bagaimana perbandingan yang pas itu 
antara manusia dan makhluk
hidup lainnya, terutama untuk konteks Meralda Nindyasti ini ... eh, btw, bagian 
mana ya dari tulisan Meralda Nindyasti yang menyatakan bahwa bungkus buku itu 
plastik? dan apa ada jaman sekarang bungkus buku yang environment-friendly? 
ko selama ini saya tidak melihat ya ... atau bukan toko buku di indonesia ini? 
sptnya jarang ke toko buku ya jadi keluar saran ya aneh buat bungkus buku, 
malah menyarankan tidak usah dibungkus segala. wah buat milleu yang memang 
sudah beradab mungkin tdk perlu dibungkus. masalahnya yang saya amati budaya 
bungkus buku atau print materials lainnya agar tidak rusak ketika dipajang itu 
ya dari negeri2 beradab dan maju di

Re: [wanita-muslimah] Fwd: Aku Malu Menjadi Wanita

2007-10-29 Terurut Topik Aisha
Waalaikumsalam wr wb,
Pak/mba Kayung, kalau kita perhatikan buku sekarang pembungkus plastiknya lain. 
Dulu bungkus plastiknya bisa dilepas dan bisa digunakan untuk membungkus barang 
lainnya, misalnya membungkus kerudung, kumpulan kwitansi, dll. Sekarang bungkus 
plastik buku itu dipres ngepas banget, sehingga ketika kita menyobek plastiknya 
itu, pasti rusak dan plastiknya terbuang. Artinya plastik itu hanya sekali 
pakai dan semakin banyak saja mengotori bumi ini.

Bukan hanya menyamakan wanita dengan buku, kata mba Tanty, wanita juga 
disamakan dengan donat. Jadi intinya wanita itu sekedar benda mati (buku or 
donat) yang diperjual belikan, bukan manusia ya?:)

salam
Aisha

From : Kayung
assalamu'alaykum mba Aisha dan member WM semuanya... nimbrung boleh yaa, ehm, 
jaman sekarang kok masih bicara buku dibungkus plastik. Bukannya yg lagi in kan 
global warming-lah, environment friendly. Plastik jelas2 barang yg udah harus 
dimuseumkan atau paling nggak diminimaliskan penggunaannya. Hla buku2 yg ada di 
toko buku untuk dijual tuh seharusnya engga usah pake sampul/bungkus. Kalau 
takut pengunjung toko buku hanya baca buku engga membeli kan si pemilik toko 
bisa ngasih tahu, boleh baca sinopsisnya tapi engga boleh dibuka gitu loh. 
kalau emang ada orang yg meyamakan wanita dengan buku; wanita berjilbab adalah 
seperti buku yg dibungkus, wanita yg gak berjilbab adalah seperti buku yg engga 
dibungkus, ya kebangetan itu:)). Wanita kan makhluk hidup yg punya daya untuk 
melindungi diri, engga seperti buku. Walaupun engga pakai jilbab bukan berarti 
wanita mudah diperdaya laki2, tergantung pribadinya ajalah. enak ajah 
mbandingin wanita dg buku!!!
salam,
kayung
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kok bisa wanita yang makhluk hidup disamakan dengan buku yang bukan makhluk 
 hidup? Apalagi ini jika dikaitkan dengan bungkus, bungkus buku itu plastik 
 dan bungkus wanita itu jilbab? 
 
 Pada umumnya di toko-toko buku besar, secara umum sekarang buku sudah memakai 
 plastik bening untuk pembungkusnya, tetapi untuk menarik pembeli dari setiap 
 jenis buku ada buku yang SENGAJA dibuka pembungkusnya supaya calon pembeli 
 bisa membuka dan mengamati isi buku itu dan tidak sekedar membaca judul buku 
 dan tulisan di sampul belakangnya saja. Dengan lebih mengetahui isi buku itu, 
 maka jika memang buku itu bagus, diharapkan calon pembeli jadi pembeli buku 
 itu. Sebaliknya, jika semua buku dibungkus, ada kemungkinan buku itu tidak 
 terlalu laku karena calon pembeli tidak begitu tertarik hanya dengan melihat 
 sampulnya saja, bisa dimengerti karena pada umumnya gaji orang Indonesia itu 
 hanya untuk kebutuhan primer dan harga buku 
termasuk mahal disamping masih banyak orang yang tidak berhobi membaca, jadi 
beli tidaknya buku bagi seseorang secara umum tidak berkaitan dengan pembeli 
buku sejati atau tidak sejati. Orang memang disediakan buku yang dibuka 
bungkusnya untuk melihat isi buku (ada buku yang dikorbankan menjadi kusam atau 
rusak), dan ketika orang itu akan membeli, disediakan buku yang masih 
terbungkus plastik.
 
 Jadi saya tetap masih tidak mengerti, kenapa wanita disamakan dengan buku? 
 Apalagi menyamakan laki-laki yang akan menikahi seorang wanita itu ibarat 
 orang yang mau membeli buku, memangnya wanita itu dibeli...:)
 
 salam
 Aisha
 -
 From : Satriyo
 --- In [EMAIL PROTECTED], rediyans rediyan.setiawan@ wrote:
 26 Okt 07 05:02 WIB
 
 Oleh Meralda Nindyasti
 
  Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku.  Kata Ukhti 
Liana, mentor rohaniku ketika SMA.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] mba Aisha...

2007-10-29 Terurut Topik Aisha
Waalaikumsalam wr wb,
Mba Tanty, dulu pernah saya sempat terheran-heran ketika mengomentari atau 
mengkritisi sesuatu di milis, lalu ada yang menyangka saya marah. Kemudian saya 
mengerti bahwa orang memang dibesarkan di lingkungan yang berbeda-beda. 
Kebetulan saya hidup di tengah keluarga yang menganggap perbedaan itu memang 
sunatullah, saya dan saudara kandung lainnya memang dilahirkan dari ibu yang 
sama + ayah yang sama dan dididik di rumah yang sama, tapi tiap individu di 
keluarga kami berbeda, berbeda memilih bidang ilmu yang ditekuni, beda selera 
makan, beda selera memilih lawan jenis yang disukai, dll. Sejak kecil pula, 
kami bisa berbeda pendapat tentang satu hal, dan itu diterima oleh yang 
lainnya, bukan merupakan satu dosa. Bahkan ketika anak-anak berbeda pendapat 
dengan orang tua, orang tua tidak marah asal cara menyampaikannya secara baik 
dan mampu mempertahankan alasan yang mendasari pendapat yang beda tersebut.

Nah, sekarang kita ngobrol di milis, bagi saya bukan satu kemarahan jika saya 
beda pendapat dan heran ketika ada orang lain yang menyamakan wanita dengan 
buku. Jika mba Tanty bersedia membaca lagi pendapat saya sebelumnya, coba deh 
lihat, saya membahas masalah tersebut dengan emoticon tawa/senyum, karena geli 
dengan pendapat wanita=buku dan hubungan wanita-pria itu seperti orang beli 
buku, jadi bukannya marah tuh mba Tanty...;-)

Untuk pertanyaan mba Tanty, saya pilih buku berplastik atau buku tanpa plastik 
yang dijadikan 'sample'? Tergantung keuangan saya. Saya pernah ke Mizan 
misalnya, disana ada buku-buku diskonan, buku2 yang dijadikan sample itu, 
diskonannya besar. Saya beli banyak karena bukunya masih bisa dibaca dengan 
baik. Dan ketika saya ke satu pameran buku di Jakarta, saya juga banyak membeli 
buku-buku yang berplastik yang ada diskon besar-besaran, entah buku-buku itu 
tidak laku atau memang lagi cuci gudang, yang jelas dengan sejumlah uang 
tertentu, saya bisa membawa pulang buku berplastik yang banyak. Jadi urusannya 
bukan - apakah buku itu berplastik atau tidak berplastik, tapi tergantung harga 
buku dan minat saya terhadap buku-buku tersebut.

Lalu kembali lagi kaitan buku dengan wanita. Jika saya memilih buku bukan 
karena plastiknya, maka saya menilai seorang wanita - apakah dia muslimah atau 
non muslimah, saya tidak menilai dia hanya dari bajunya saja. Bahkan di acara 
pemakaman ayah saya, salah seorang sepupu memakai kaos tangan pendek+ celana 
kaos selutut. Yang lain bisik-bisik menganggap sepupu ini tidak pantas, tapi 
saya menghargai karena sepupu ini mengalami musibah, kompor gasnya meledak, 
kamarnya yang terletak dekat dapur terbakar, suaminya bekerja di luar 
Indonesia, dia hanya sempat menyelamatkan anak dan pembantunya. Setelah api 
mati dan bagian rumah lainnya basah disemprot pemadam kebakaran, mendengar ayah 
saya meninggal, dia langsung ke pemakaman karena dia ingin melihat pemakaman 
pakdenya yang dia sayang. Apakah saya harus meributkan sepupu yang tidak 
berjilbab ini? Apakah dia ibarat buku tanpa plastik? Ada banyak hal yang harus 
kita perhitungkan ketika kita melihat seorang manusia.

Tentu saja kita berbeda lingkungan, ustadz yang menyamakan wanita dengan donat 
juga tentu saja beda lingkungan, mungkin bagi para ustadz yang demikian - 
wanita itu seperti makanan yang bisa dibeli, dan mereka dibeli jika dibungkus. 
Itu perbedaan ustadz itu atau mungkin juga mba Tanty dengan saya. Bukan masalah 
besar dan tidak perlu membuat saya marah, cukup heran saja dan tidak mengerti. 
Jika ada yang menuliskan pendapatnya, menyamakan buku atau donat dengan wanita, 
boleh donk saya menuliskan pendapat saya tentang wanita yang beda dengan buku 
atau donat, wanita itu manusia, itu saja ...:)

salam
Aisha
---
From : Tanty Harjati
Ass. mba Aisha..
dari komen anda ttg wanita=buku yg dijual di toko buku dng bungkus plastik... 
saya merasa ada nada2 marah disana, walaupun ga marah2 banget...iya kan mba... 
:-) saya tau, mba org yg sabar...

kalau boleh saya tanya ke mba... kalau disuruh memilih antara buku yg dibungkus 
plastik dng yg dijadikan sample... anda membeli buku yg mana???

saya rasa...selamanya akan ada sample buku... dan saya rasa, selamanya 
sample2 buku itu akan jadi barang diskonankarena semua org pingin beli 
buku bagus. 

jng terlalu tersinggung mendengar perumpamaan wanita muslimah(anda muslimah 
kan??)seperti sebuah buku yg disampul plastik...karena bila mba sadari, ada 
beberapa ustadz yg sering muncul di TV mengatakan bahwa wanita itu seperti 
donat yg dibungkus plastik... walaupun sama2 donat, tapi yg dibungkus plastik 
lebih laku dan lebih diminati daripada yg tidak...

bener ga mba...
wass.


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Diskusi Tulisan dari Milis Lain

2007-10-26 Terurut Topik Aisha
Memang banyak komentar pak Suryawan untuk tulisan yang dikirimkan pak Satriyo 
ini..:)

Tapi coba kita lihat kasus ini, anggota WM seperti pak Satriyo mem-fwd tulisan 
di milis lain dan kebetulan penulisnya bukan anggota WM, lalu tulisan ini 
ditanggapi pak Suryawan yang anggota WM.

Selanjutnya, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, seperti:
a. Tanggapan pak Suryawan hilang begitu saja karena penulisnya bukan anggota WM.
b. Tanggapan pak Suryawan dikirimkan pak Satriyo ke penulisnya lalu penulisnya 
menanggapi dan pak Satriyo mengirimkan tulisannya ini ke WM, disini pak Satriyo 
jadi kurir.
c. Tanggapan pak Suryawan dikirimkan pak Satriyo ke penulisnya tapi penulisnya 
tidak menanggapi.
dan masih ada lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Pertanyaannya kemudian, apakah gaya seorang anggota WM yang meneruskan tulisan 
dari milis lain dan penulisnya bukan anggota WM seperti ini akan tetap 
dibolehkan? Ini pertanyaan untuk tim moderator dan teman-teman anggota WM. 
Dalam kasus ini saya mencoba untuk tidak mengurus individu tertentu, secara 
umum saja, anggota WM yang senang mengirim tulisan dari milis lain bisa siapa 
saja dan penulis satu tulisan di milis lain juga bisa siapa saja, kebetulan 
saja di dalam kasus ini pelakunya pak Satriyo. Seingat saya jarang terjadi 
kasus seperti ini ya? Ada juga anggota yang rajin posting tulisan orang lain 
tapi umumnya tulisan di media massa bukan tulisan seseorang dari milis lain. 
Bagaimana temans?

salam
Aisha
-
From : M.A Suryawan
Banyak komentar ... silahkan disimak.
---lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 sedikit sharing topik menarik dari milis sebelah ...
 -- Forwarded message --
 From: suhana suhana032003@
 Date: Oct 9, 2007 12:03 PM
 Subject: [...] FENOMENA MUSLIM TINGGALKAN AJARAN ISLAM
 
...


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Fwd: Aku Malu Menjadi Wanita

2007-10-26 Terurut Topik Aisha
Kok bisa wanita yang makhluk hidup disamakan dengan buku yang bukan makhluk 
hidup? Apalagi ini jika dikaitkan dengan bungkus, bungkus buku itu plastik 
dan bungkus wanita itu jilbab? 

Pada umumnya di toko-toko buku besar, secara umum sekarang buku sudah memakai 
plastik bening untuk pembungkusnya, tetapi untuk menarik pembeli dari setiap 
jenis buku ada buku yang SENGAJA dibuka pembungkusnya supaya calon pembeli bisa 
membuka dan mengamati isi buku itu dan tidak sekedar membaca judul buku dan 
tulisan di sampul belakangnya saja. Dengan lebih mengetahui isi buku itu, maka 
jika memang buku itu bagus, diharapkan calon pembeli jadi pembeli buku itu. 
Sebaliknya, jika semua buku dibungkus, ada kemungkinan buku itu tidak terlalu 
laku karena calon pembeli tidak begitu tertarik hanya dengan melihat sampulnya 
saja, bisa dimengerti karena pada umumnya gaji orang Indonesia itu hanya untuk 
kebutuhan primer dan harga buku termasuk mahal disamping masih banyak orang 
yang tidak berhobi membaca, jadi beli tidaknya buku bagi seseorang secara umum 
tidak berkaitan dengan pembeli buku sejati atau tidak sejati. Orang memang 
disediakan buku yang dibuka bungkusnya untuk melihat isi buku (ada buku yang 
dikorbankan menjadi kusam atau rusak), dan ketika orang itu akan membeli, 
disediakan buku yang masih terbungkus plastik.

Jadi saya tetap masih tidak mengerti, kenapa wanita disamakan dengan buku? 
Apalagi menyamakan laki-laki yang akan menikahi seorang wanita itu ibarat orang 
yang mau membeli buku, memangnya wanita itu dibeli...:)

salam
Aisha
-
From : Satriyo
--- In [EMAIL PROTECTED], rediyans [EMAIL PROTECTED] wrote:
26 Okt 07 05:02 WIB

Oleh Meralda Nindyasti

 Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku.  Kata Ukhti Liana, mentor 
rohaniku ketika SMA.

Ia melanjutkan ceritanya Begini asosiasinya.. di suatu toko buku, banyak 
pengunjung yang datang untuk melihat-lihat buku. Tiap pengunjung memiliki 
kesukaan yang berbeda-beda. Karena itulah para pengunjung tersebar merata di 
seluruh sudut ruangan toko buku. Ia akan tertarik untuk membeli buku apabila ia 
rasa buku itu bagus, sekalipun ia hanya membaca sinopsis ataupun referensi buku 
tersebut. Bagi pengunjung yang berjiwa pembeli sejati, maka buku tersebut akan 
ia beli. Tentu ia memilih buku yang bersampul, karena masih baru dan terjaga. 
Transaksi di kasirpun segera terjadi. 

iya, terus kak..? kataku dan teman-teman, dibuat penasaran olehnya.

Nah, bagi pengunjung yang tidak berjiwa pembeli sejati, maka buku yang ia rasa 
menarik, bukannya ia beli, justru ia mencari buku dengan judul sama tapi yang 
tidak bersampul. Kenapa? Kerena untuk ia dibaca saat itu juga. Akibatnya, buku 
itu ada yang terlipat, kusam, ternoda oleh coretan, sobek, baik sedikit ataupun 
banyak. Bisa jadi buku yang tidak 
tersampul itu dibaca tidak oleh seorang saja. Tapi mungkin berkali-kali, dengan 
pengunjung yang berbeda tetapi berjiwa sama, yaitu bukan pembeli sejati alias 
pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab. Lama kelamaan, kasianlah buku 
itu, makin kusam hingga banyak yang enggan untuk membelinya Cerita ukhti Liana.

Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah 
ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk 
tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati.. Subhanallah..!

Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan 
untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah berani dan tanggung 
jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang 
diibaratkan pernikahan. Bedanya, Pengunjung yang iseng, yang tidak berniat 
membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa dikatakan suka 
pacaran. Menguak-nguak kepribadian dan kehidupan sang wanita hingga terkadang 
membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang paling fatal adalah 
ternodai dengan free-sex. Padahal tidak semua toko buku berani menjual 
buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah toko buku itu 
adalah toko buku pilihan. Ia ibarat lingkungan, yang jika lingkungan itu baik 
maka baik pula apa-apa yang ada didalamnya.  kata ukhti Liana.
.



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Wartawati Indonesia Diperkosa TKI di Malaysia

2007-09-28 Terurut Topik Aisha
Mba Ning,
Dari berbagai komentar teman-teman tentang topik pemerkosaan ini kan tertangkap 
beberapa pendapat, salah satunya bahwa wanita jika mau keluar rumah harus 
disertai muhrimnya - artinya wanita harus disertai orang lain dalam melakukan 
aktivitas di luar rumah, dan jika tidak ada yang menjaga, maka jika terjadi 
pemerkosaan, maka wanita itu dianggap yang bersalah dengan alasan salah 
sendiri, kenapa pergi sendiri!

Dari pendapat itu pula, ada kewajiban dari anggota keluarga wanita itu untuk 
selalu melindungi wanita jika wanita itu keluar rumah, artinya selalu ada orang 
yang mendampingi wanita yang mau keluar rumah.

Sekarang lihat kenyataan yang ada, apakah seorang wanita selalu bersama 
keluarganya? Lalu jika dia selalu satu rumah dengan anggota keluarga lainnya, 
apakah anggota keluarga lainnya selalu punya waktu untuk mengantar semua wanita 
di keluarganya jika mereka mau keluar rumah?

Kenyataannya tidak selalu begitu kan? Kehidupan semakin sulit, pada umumnya 
para laki-laki mencari nafkah, lalu apakah kantor mengijinkan jika pegawai 
laki-lakinya sering bolos dengan alasan, hari ini mengantar istrinya, besoknya 
mengantar kakak perempuannya, ibunya, anak perempuannya, dll? Jika misalnya 
wanita yang harus dilindunginya itu kerja harian, misalnya dia seorang dokter, 
apakah suaminya harus tiap hari mengantar untuk melindungi istrinya padahal dia 
misalnya bekerja berlawanan arah dengan tempat kerja istrinya. Lalu jika 
misalnya istrinya yang dokter ini harus pergi ke kota lain atau negara lain 
untuk memperdalam ilmunya (dalam rangka menolong manusia lainnya yang sakit), 
apakah suaminya ini harus cuti atau keluar dari pekerjaannya untuk mengantar 
dan menjaga istrinya ini?

Saya pikir solusinya bukan di aturan bahwa laki-laki harus selalu mengantar 
atau menjaga anggota wanitanya yang mau keluar rumah, tapi semua laki-laki - 
harus menghargai dan melindungi wanita - SIAPAPUN WANITA ITU, TIDAK TERBATAS 
ANGGOTA KELUARANYA SAJA. Jadi tidak ada lagi ceritanya bahwa kewajiban 
laki-laki mengantar dan melindungi wanita di keluarganya, dimanapun dia berada 
- sebagai laki-laki dia harus menjaga wanita anggota keluarganya dan wanita 
yang di luar keluarganya. Dia tidak boleh memperkosa wanita anggota keluarganya 
dan wanita di luar keluarganya. Jika melakukan, ada hukuman berat karena dosa 
menganggap wanita sebagai makhluk yang hanya jadi obyek seksualnya saja. Dengan 
cara itu, dimanapun aktivitas wanita - di dalam dan di luar rumahnya, dia tetap 
aman. Wanita akan lebih banyak manfaatnya, misal selain di rumah dia bisa 
bermanfaat untuk anggota keluarga lainnya, juga bermanfaat untuk orang yang 
lebih banyak lagi dalam menjalani pekerjaannya sebagai dokter, guru, perawat, 
ahli gizi, ahli komputer, ahli agama, ahli keuangan, ahli pesawat, ahli gempa, 
psikolog, wartawati, pilot, dll. Bukannya manusia yang baik versi agama itu 
yang banyak manfaatnya untuk manusia lainnya?

salam
Aisha

From : Tri Budi L
Maksudnya pola pikir kayak gimana sih ? Saya kok tidak melihat pola pikir yang 
salah dari emailnya mas IrwanK. Beliau kan mengatakan, bahwa wanita kan lebih 
aman bila ditemani muhrim-nya, apa yang salah ? 

Dalam hal ini, saya malah setuju dengan comment mas Dana Pamilih (jarang-jarang 
saya sependapat dg beliau), bahwa para lelaki dewasa itubertanggung jawab atas 
perempuan dan anak-anak. Jadi ya mbok ya para wanita (isteri/anak) itu 
dilindungi, dijaga. Bapak-bapak seharusnya yang lebih dulu keluar cari nafkah, 
dan bukan ibu-ibu...

Wassalaam,
-Ning
--
From: Mia

Kalo Janoko sih pantes saja berpola pikir kayak gitu, tapi ini Irwank?? 
astaghfirullah... Jalan masih panjang dan berliku temans..

salam
Mia
 ---irwank irwank2k2@ wrote:
Simpati yang mendalam bagi korban.. :-|
Barangkali kejadian ini bisa sedikit membukakan mata kita kenapa agama 
'melarang' seorang wanita melakukan aktifitasnya sendirian.. tanpa ditemani 
muhrimnya.. Ok, mereka melakukan pekerjaan (yang halal) dsb..

Ajaran agama (yang membahas ini) gak jelek seperti yang dihembuskan sebagian 
kalangan (kaum feminist dan pendukungnya).. kalaupun ada yang salah, barangkali 
implementasinya.. tapi semangatnya tetap benar dan bukan untuk ditentang..

Mudahan ini menjadi pelajaran dan teguran bagi kita semua.. bahwasanya jangan 
sampai terlalu percaya dengan orang lain.. Waspada (sebisa mungkin hindari 
peluang terjadinya bahaya) dan tawakal (berserah diri kepadaNya) lebih utama 
dari PD..

Segitu wartawan bisa kena juga.. gimana TKW dengan pendidikan yang ala kadarnya 
ya? Bikin ngenes aja.. :-|

CMIIW..
Wassalam,



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] timun suri selama ramadan

2007-09-19 Terurut Topik Aisha
Pak Kinantaka,
Saya lebih satu lidah dengan mba Mia, pecinta timun suri, wuah...makan timun 
suri yang wangi itu rasanya seperti masuk surga, enaaak banget, belum pernah 
masuh surga seh, tapi sangat enak itu ya bayangannya surga kan? ..:-)

Timun suri juga cara menyajikannya gampang, murah meriah dan ga ribet. Larutkan 
gula pasir dalam air panas sedikit, atau gula halus dalam air dingin (gulanya 
sesuai selera). Setelah larut, tambah airnya. Timun surinya dibelah, buang 
bijinya dan dikerok sendok, masukan ke air gula, tambah es batu, beres lah. 
Buatlah sejam sebelum beduk, dinginnya sudah meresap. Cobain aja, serasa di 
surga deh hehehe. Tapi makasih resep blewahnya, btw...nentuin pas matengnya 
blewah itu bagaimana? Kalo timun suri seh nentuin matengnya itu, nyari yang 
sudah merekah dan wangi itu.

salam
Aisha
---
From : Kinantaka
Mbak Mia,
Daripada timun suri, lidah saya koq lebih cocok dengan yang namanya blewah atau 
GARBIS. Cara menyajikannya gampang, murah meriah dan ga ribet. Begini caranya:

Siapkan bahan, terdiri dari:
- 1 buah blewah yang mengkel dan harum serta pas maetangnya (sekilo kira2 Rp 
3.500)
- 1/4 kg gula pasir
- Air putih kira2 2 liter
- Es batu

Cara membuat:
- Buang biji blewah dan dagingnya diserutin. Kemudian sisihkan.
- Rebus air sampai mendidih, kemudian angkat dan masukkan gula pasir.
- Aduk air dan gula pasir sampai merata.
- Masukkan blewah segera ke dalam air yg sudah bercampur dengan gula pasir.
- Dinginkan kira-kira 30 menit.
- Masukkan ke dalam kulkas.
- Selesai

Blewah spesial tanpa sirup ini lebih seger dinikmati dengan dicemplungin es
batu. Pokok'e mak nyuss lah.

Selamat mencoba,

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] sms puasa

2007-09-13 Terurut Topik Aisha
hehehe... ini kan doanya malaikat jibril, kita kan manusia, apa harus berdoa 
seperti malaikat juga? ...;-)

Saling bermaafan itu bisa kapan saja, di awal bulan puasa juga bagus-bagus saja 
karena dimulai dengan perbuatan baik, jika kita sudah meminta maaf dan memberi 
maaf, hati lebih tenang. Bayangkan memulai puasa dengan hati penuh kemarahan, 
benci yang tidak sependapat dengan kita, dendam terhadap orang yang pernah 
melukai kita. Tentu saja bukan sekedar minta maaf atau memberi maaf di mulut 
saja, lebih banyak ke hati kita - apakah kita tulus minta maaf ke orang lain? 
apakah kita benar-benar bisa memberi maaf ke orang lain?

Tapi ada yang membuat saya ingin bertanya lebih jauh tentang doa malaikat 
Jibril ini, ini dapatnya dari mana ya? Apakah memang di agama diajarkan doa-doa 
malaikat? Khusus hubungan suami istri - apakah yang dianggap bersalah sampai 
tidak boleh diterima puasanya ini hanya istri2 yang tidak minta maaf ke 
suaminya saja? Bagaimana untuk suami2 yang tidak minta maaf ke istrinya - 
misalnya ada artikel di tabloid tentang seorang suami yang suka berjudi 
sehingga mereka terusir dari rumahnya dan bergelandang di jalanan, anak-anak 
tidak bisa sekolah lagi (tempat tinggal saja tidak punya), lalu anak istrinya 
menjadi pengamen supaya bisa makan dan mengobati suami penjudi ini yang jatuh 
sakit. Nah, jika suami seperti ini tidak minta maaf ke anak istrinya, apakah 
puasanya juga tidak diterima Allah? Anak memang harus minta maaf ke orang tua, 
tapi bagaimana orang tua penjudi dalam contoh di atas, dia melakukan salah 
besar karena membuat anak gadisnya kenal colekan2 dan pelecehan seksual lainnya 
ketika mengamen dan tidak bisa sekolah, orang tua jahat begini kan harus minta 
maaf juga ke anaknya.

Satu hal lagi, apakah dalam agama itu kita harus mendoakan yang jelek untuk 
manusia lainnya? Allah kan tidak tidur, urusan Allah lah yang mau menerima 
atau tidak menerima puasanya orang lain.

salam
Aisha
---
From : Mia
Menjelang puasa ini sms kan macem2 yah kata2 mutiara dan doanya. Ada temen yang 
kirim sms sama persis dengan tahun lalu...sebelum pintu tobat 
tertutup...sebelum dstAda yang plain biasa saja, ada yang wahhh berpuisi 
gitu...ada juga yang begini, tapi aku bingung jawabnya gimana:

Doa malaikat jibril: ya Allah, jangan engkau terima puasa isteri2 yang tidak 
minta maaf pada suaminya, anak yang tidak minta maaf pada orang tua mereka dan 
orang2 Islam yang memutuskan silaturrahmi sesama Muslim. Semoga kita tidak 
termasuk golongan yang demikian. Selamat menjalankan ibadah puasa maaf lahir 
dan batin

Ada temenku komen, doa kayak gitu jangan dilakonin. Nabi Nuh aja mendoakan satu 
kota supaya tuhan menghukum mereka, tapi...kecuali anak dan isterinya.. 
Eeeh..malah diomelin Tuhan kan, ente kok pilih2? Doa itu umum saja, jangan 
pilah-pilih diskriminatif, seolah2 memasuki wilayah Tuhan, yang justru kita 
tujukan doa itu.

salam
Mia

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Puasa 1 : Ramadhan untuk Perdamaian

2007-09-13 Terurut Topik Aisha
Temans,
Tulisan bagus, tentang ramadhan yang bukan hanya nahan lapar haus atau tidak 
melakukan hubungan seks di siang hari, tapi pusat latihan untuk meningkatkan 
ibadah, memperbaiki akhlak (moral), dan berbagi dengan fakir miskin. 

Masalah nilai-nilai substansial dan bukan sekedar simbol-simbol kesalehan 
seperti baju, kaset, dll. Dan tentu saja tentang the art of self mastery, dan 
toleransi untuk kedamaian.

salam
Aisha
--
Kompas,12 September 2007 

RENUNGAN
Ramadhan untuk Perdamaian 

Khamami Zada 

Marhaban, ya Ramadhan. Begitulah sambutan umat Islam saat menyambut bulan suci 
Ramadhan. Di mana-mana diserukan kepada umat Islam untuk meningkatkan ibadah, 
zakat, dan amal saleh. 

Di bulan yang suci itu, umat Islam melakukan kegiatan ibadah yang amat agung 
sebagai latihan diri dari segala perbuatan kemungkaran dan kemaksiatan. Karena 
itu, di bulan Ramadhan inilah, umat Islam harus menahan diri secara lahiriah 
dengan tidak makan, tidak minum, dan berhubungan seksual di siang hari, 
sekaligus juga harus menahan diri dari segala kemaksiatan dan kemungkaran. 
Karena itu, substansi ibadah puasa di bulan Ramadhan biasanya sering disebut 
sebagai pengendalian diri. Maka bagi umat Islam, Ramadhan ialah pusat latihan 
untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbaiki akhlak (moral), dan berbagi 
dengan fakir miskin (sedekah dan zakat). 

Sayang, Ramadhan tidak hanya dihiasi ajakan keagamaan yang substansial, tetapi 
juga dengan simbol-simbol yang tidak substansial. Lihat kesibukan umat Islam 
saat menyambut Ramadhan yang ditunjukkan dengan berbagai kegiatan. Dari sekadar 
menyiapkan keperluan buka puasa dan sahur dengan berbelanja kebutuhan pokok di 
supermarket, baju koko (baju Islam) dan peci, hingga menyiapkan diri membeli 
kaset-kaset religius. Bagi mereka, tak lengkap rasanya di bulan Ramadhan dengan 
melewatkan aktivitas simbolik ini. Maka, yang terjadi adalah konsumtivisme yang 
dijustifikasi agama. 

Padahal, Ramadhan tidak mengajak kita untuk berbelanja aneka kebutuhan yang 
simbolik, tetapi berbelanja berbagai kebutuhan substansial, seperti kualitas 
ibadah, perbaikan moral, dan kepedulian terhadap kemiskinan. Inilah yang 
membuat setiap kali Ramadhan datang, umat Islam kesulitan menangkap nilai-nilai 
substansial yang diajarkan. Peneguhan identitas sebagai Muslimlah lebih 
menonjol, sehingga bulan suci Ramadhan lebih diwarnai simbol-simbol keislaman. 

Toleransi timbal balik 
Dalam kondisi ini, kata kunci yang sering dilupakan dalam memaknai Ramadhan 
ialah toleransi dan kedamaian. Padahal, nilai toleransi dan kedamaian memiliki 
kaitan amat erat di bulan Ramadhan. Bukankah Islam di Indonesia ialah agama 
yang dipeluk mayoritas penduduk. Maka, sebulan penuh di bulan Ramadhan seakan 
menjadi milik umat Islam. Warnanya seakan menjadi satu, islami. 

Karena itu, toleransi sebagai paradigma awal menuju cita-cita kedamaian dan 
perdamaian menjadi sesuatu yang amat penting, tentang bagaimana kelompok 
non-Muslim menghargai umat Islam yang berpuasa, sebaliknya umat Islam 
menghargai non-Muslim yang tidak berpuasa. 

Hubungan timbal balik ini merupakan spirit bagi berbagai upaya untuk selalu 
menghargai dan memelihara kedamaian. Karena itulah, Ramadhan memiliki 
signifikansi yang jelas dalam upaya memperkuat toleransi dan ikut mendorong 
terciptanya perdamaian saat gejolak, pertikaian antarkelompok, aliran, dan 
agama. 

Pertikaian atas nama agama, etnik, dan aliran selama ini masih menjadi hantu 
bagi kita akibat kesalahpahaman, kepentingan, dan kontestasi ideologi. Kini 
kedamaian seakan tidak dirasakan lagi akibat perilaku manusia yang suka berbuat 
kerusakan dan pertikaian. Di sinilah, Ramadhan sebagai bulan suci mengajarkan 
kepada umat Islam agar menahan diri dari kebencian, kedengkian, pertikaian, dan 
kemungkaran antarsesama manusia. Tentu saja, toleransi timbal balik yang bisa 
menjembatani aneka perbedaan yang kita rasakan di bulan Ramadhan dalam hubungan 
antaragama. 

Visi perdamaian dalam Ramadhan menuntut kita untuk menghindari sikap permusuhan 
di antara sesama manusia. Islam sendiri secara otentik bisa dimaknai sebagai 
agama perdamaian. Karena itulah, pesan substansial dalam ajaran Ramadhan adalah 
menciptakan perdamaian sejati, bukannya memperbanyak perselisihan, pertikaian, 
dan peperangan. Hal ini dibuktikan dalam Alquran yang menyebutkan, ibadah puasa 
yang menjadi ibadah pokok di bulan Ramadhan tidak hanya milik umat Islam, 
tetapi juga telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Wahai sekalian 
orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas 
orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa (Qs Al-Baqarah, 183). Di sinilah, 
puasa diletakkan sebagai ibadah universal, yang secara nyata pernah 
dipraktikkan agama-agama lain. 

Visi perdamaian 
Berpijak kepada kondisi inilah, perdamaian yang sejati seharusnya menjadi 
paradigma fundamental dalam pergaulan antarsesama umat manusia meski berbeda 
suku, bangsa, dan agama. Sebab, perdamaian merupakan cita-cita

Re: [wanita-muslimah] FW: Perda ttg memberi sedekah kepada pengemis dijalan dikenakan denda Rp 20 juta,bagaimana tanggapan anda??

2007-09-13 Terurut Topik Aisha
Ada aktivitas mengemis, mengamen, mengasongkan dagangan  mengelap mobil saat 
lampu merah itu memang mengganggu, apalagi jika tidak diberi imbalan malah 
merusak mobil kita - judulnya jadi pemaksaan, yang menjengkelkan juga, mobil 
sudah dibersihkan, pakai lap kotor mereka malah jadi kotor. Bagi pelaku juga 
membahayakan, mereka harus bergerak gesit di antara kendaraan, kalau lengah - 
kaki tergilas roda kendaraan. Jadi ditertibkan bagus juga, tapi tidak sekedar 
menertibkan karena inti dari masalah ini kan kemiskinan, mereka jadi pengamen, 
pengasong atau mengelap mobil itu untuk mencari uang. Banyak masalah lainnya di 
antara orang-orang dan anak-anak jalanan ini, seperti kekerasan fisik, 
pemalakan oleh yang lebih kuat, pelecehan seksual sampai ke taraf pemerkosaan, 
sodomi, dll. Jika perda ini berjalan, lalu mereka mencari nafkah bagaimana? 
Melakukan tindakan2 kriminal?

narkoba itu apa sih? Apakah narkoba itu berbau? Kalimat mulutnya bau narkoba 
itu maksudnya bau minuman keras atau minuman beralkohol? Apakah minuman keras 
beralkohol masuk narkoba juga?

salam
Aisha
--
From : [EMAIL PROTECTED]
Assalammu'alaikum
menanggapi tntang perda ini, tak masalah kalau DPRD mengeluarkan PERDA tersebut 
sisi positifnya bagus juga sihhh..., kalau memang hendak bersedekah masih 
banyak di tempat2 yang TEPAT untuk disalarkan..., bisa kanan kiri tetangga/ 
yayasan/ mushola atu daerah2 pelosok

lagi pula di jakarja ini susah untuk dibedakan mana yang benar2 pengemis dan 
mana yang hanya buat iseng pencandu narkoba ( bisa kita lihat di tiap bus Kota 
orang dengan se-enanknya menyebutkan ini itu tp mulutnya bau narkoba)
jadi paling nggak tujuan dari pada DPRD... untuk menertibkan kota patut di 
support

sisi negatif = mungkin bagi pengemis/pengamen yang ini merupakan mata 
pencaharian utama, akan sangat merasa kehilangan (tapi percaya..., Tuhan 
senantiasa akan membuka pintu Rezeki bagi hambaNya , selama mereka mau berusaha)

Wassalammu'alaikum

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Konsultasi: Shalat dan Haid - pembalut modern

2007-09-12 Terurut Topik Aisha
Apakah betul karena alasan lebih ramah lingkungan? Pemakaian jenis pembalut itu 
mungkin lebih ke kebiasaan, misalnya begini - saat ayah saya sakit, supaya 
lebih nyaman dipakaikan adult diaper. Katanya malah tidak nyaman, 
ujung-ujungnya malah pakai kateter. Tetapi ketika ibu saya sakit dan memakai 
adult diaper, tidak ada keluhan karena mungkin dibandingkan laki-laki, bagi 
perempuan lebih terbiasa pakai pembalut saat haid.

Nenek saya biasa pakai pembalut dari kain handuk kecil yang dicuci, kebiasaan 
sejak dahulu kala. Pemakaiannya tidak saat haid lagi, tapi setiap hari karena 
jika beliau batuk, jadi ngompol. Beliau tidak mau pakai adult diaper karena 
tidak terbiasa dan katanya tidak nyaman.

Ramah tidaknya terhadap lingkungan, jika pembalut mengandung bahan plastik, 
pembalut kain yang dicuci-pun bisa tidak ramah lingkungan karena saat pencucian 
kan pakai sabun terutama detergent yang berbusa-busa dan busa-busa itu juga 
mencemari air sungai sehingga ada lapisan penghalang antara air dan udara, 
kabarnya sih kondisi ini menyebabkan air jadi kekurangan oksigen (?) sehingga 
banyak makhluk di dalam (termasuk bakteri penghancur) air mati.

salam
Aisha 
---
From : Flora
Numpang komentar:
Saya belum pernah tanya kepada mereka yang ogah pakai pembalut modern. Namun 
perkiraan saya, barangkali tujuan mereka agar ramah lingkungan. Karena dengan 
menggunakan pembalut kain yang dicuci, yang reusable, maka akan mengurangi 
jumlah sampah pembalut. Belum lagi bayi2 yang dipakaikan diaper yag disposable 
itu, makin banyak
lagi sampahnya deh ... Lapisan plastik, pada setiap pembalut ataupun popok 
bayi, saya dengar bisa makan waktu ratusan tahun untuk larut ke dalam tanah. 
Kalau bahan plastik bekas botol, dan semacamnya, itu masih bisa didaur ulang. 
Tapi lapisan plastik pada pembalut dan popok bayi???

Salam,
Flora

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Cantik Versi Indonesia

2007-09-10 Terurut Topik Aisha
Temans,
Tulisan di bawah ini tentang pendapat Dian Sastro tentang cantik versi 
Indonesia menarik juga. Betulkah Kecantikan itu konstruksi politis dari 
ideologi masyarakat yang plural dan berubah-ubah. Siapa pun bisa mendefinisikan 
kecantikan sesuai dengan kriterianya sendiri? Oleh karenanya Beauty is still 
in the making? Betulkah Kecantikan tak terpaku pada dimensi visual, tapi bisa 
terpancar dari karakter, perilaku, atau pengetahuan? 

Lalu cantik menurut agama itu bagaimana? Jika cantik menurut agama tidak hanya 
sekedar fisik saja (dimensi visual), apakah laki-laki pelaku poligami itu 
memilih istri-istri selanjutnya berdasarkan hal-hal yang non-fisik atau sekedar 
fisik saja seperti lebih cantik dan lebih muda dari istri-istri sebelumnya? 

Sebenarnya dulu di zaman Rasulullah saat laki-laki tidak dibatasi jumlah 
istrinya dan laki-laki beristri banyak itu sesuatu yang umum terjadi, selain 
keterangan bahwa Siti Aisyah yang dinikahi masih gadis dan yang lainnya sudah 
janda tua beranak banyak dan Rasul monogami puluhan tahun ketika istri pertama 
masih hidup dan sempat menduda beberapa tahun sebelum menikah lagi, apakah ada 
keterangan tentang istri-istri Rasul tentang hal-hal fisik dan non-fisiknya?

salam
Aisha

Kompas, 2 September 2007 
Dian, Cantik Versi Indonesia 
Ilham Khoiri 

Bisa dibilang, Dian Sastrowardoyo (25) sudah menjadi salah satu ikon kecantikan 
dalam industri hiburan di Tanah Air sekarang ini. Tapi, belakangan, gadis ini 
malah mengkritik kriteria cantik yang diproduksi mesin citra yang membesarkan 
dirinya itu. Katanya, Kecantikan itu hanya konstruksi sosial belaka. 

Kami ngobrol dengan Dian Paramita Sastrowardoyo-begitu nama lengkapnya-di 
pinggir kolam renang di tengah rumah tantenya, Marina Sastrowardoyo-Puteri Duta 
Remaja Indonesia 1975-di kawasan Bangka, Jakarta Selatan, Kamis (30/8) lalu. 
Pakaian bersahaja yang dikenakan dan suasana senja yang hangat membuat 
penampilan dara ini begitu santai, segar, dan nyata. 

Itu berbeda dengan citranya sebagai selebriti yang gemerlap dan seolah tak 
terjangkau, sebagaimana terpampang dalam iklan-iklan kecantikan di layar 
televisi, majalah, atau baliho di jalan. 

Dian seperti baru memperoleh pencerahan tentang hakikat kecantikan. Jika ketemu 
lawan diskusi yang asyik, dia bakal antusias membongkar kompleksitas industri 
kecantikan. Biar lebih meyakinkan, gadis itu tak segan membuka laptop untuk 
membeberkan foto, data, bagan pemikiran, atau sejumlah teori filsafat dan 
budaya yang berbau akademis. 

Kecantikan itu konstruksi politis dari ideologi masyarakat yang plural dan 
berubah-ubah. Siapa pun bisa mendefinisikan kecantikan sesuai dengan 
kriterianya sendiri, katanya. Ini kritik serius terhadap anggapan umum, bahwa 
kecantikan merupakan esensi dalam tubuh perempuan yang terbentuk secara 
alamiah. 

Dia fasih membicarakan kecantikan sebagai produk budaya. Ketika menukil 
penggalan teori budaya dan filsafat-seperti pemikiran Immanuel Kant, Michel 
Foucault, Karl Marx, Julia Kristeva, atau Jean Baudrillard-yang kerap 
diungkapkan dalam istilah Inggris-tampangnya sangat serius. 

Maklum saja, tema ini jadi kajian skripsinya yang berjudul Kompleks Industri 
Kecantikan: Sebuah Kritik Sosio Filosofis. Penelitian itu lolos sidang akhir 
dengan penguji dua dosen Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Tommy F Awuy dan 
Embun Kenyowati Ekosiwi, di Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 
pertengahan Juni lalu. Pembimbing skripsinya adalah Rocky Gerung. Begitulah, 
setelah enam tahun kuliah, gadis itu kini jadi sarjana humaniora. 

Dian menjelaskan, konsep kecantikan selalu berubah-ubah, seperti terlacak dalam 
pergeseran budaya di Eropa-Amerika. Pada zaman kerajaan, cantik identik dengan 
wanita berpinggul besar sebagai simbol kesuburan dan berkulit pucat yang 
menggambarkan kelas atas yang tak pernah ditimpa terik matahari. Citra tubuh 
montok bertahan hingga zaman Marilyn Monroe di Amerika. Tapi, lewat penampilan 
model Twiggy yang kurus-seksi, konsep cantik kemudian lekat dengan tubuh yang 
kerempeng dengan pinggang kecil. 

Belakangan, kecantikan mengacu pada pemikiran kaum postfeminis, yang dengan 
sadar mempermainkan citra cantik dan seksualitas demi memperkuat kekuasaan 
perempuan. Di situ, perempuan jadi obyek sekaligus subyek, seperti Madonna yang 
mempermainkan citra dirinya yang menggoda. Beauty is still in the making, 
kecantikan masih terus dalam proses menjadi, simpul Dian. 

Dalam zaman kapitalisme terkini, citra cantik itu menjadi permainan rumit 
dengan melibatkan kepentingan dari industri kecantikan, obat-obatan, kesehatan, 
dan industri iklan. Masyarakat bisa jadi korban mode yang dikembangkan produsen 
untuk keuntungan pasar. 

Lantas, dalam situasi semacam itu, bagaimana dengan Dian sendiri yang terlibat 
dalam proyek industri kecantikan? Saya jadi korban, pelaku, sekaligus saksi, 
katanya. 

Korban 
Dian merasa jadi korban industri kecantikan sejak mengawali debutnya sebagai 
Gadis Sampul tahun

Re: [wanita-muslimah] aktivis Rohis itu penculik...!

2007-08-28 Terurut Topik Aisha
Pak Fadhli,
Mba Rita di awal tulisannya sudah menjelaskan latar belakang penulisan tentang 
penculik demi uang (ini berarti motif ekonomi kan?) dan demi ideologi sesat. 
Saat saya membaca koran atau melihat berita di tv, saya juga sempat heran, guru 
ngaji dan aktivis rohis kok bisa terlibat tindakan kriminal penculikan? Ingatan 
saya melayang ke kasus lainnya, seorang ayah yang rajin ke mesjid untuk 
beribadah (ngaji dan sholat), pulang dari mesjid tega membunuh istri dan 
anak-anaknya lalu membakar rumahnya sehingga mayat anak istrinya ini terbakar.

Jangan dulu peka atau sensitif dengan pengkaitan Islam (guru ngaji atau rohis) 
dengan perbuatan kriminal itu sebagai fitnah atan menjelekkan Islam. Justru 
harus kita telusuri, mengapa orang yang secara kasat mata terlihat soleh atau 
solehah dengan aktif di kegiatan rohani Islam atau menjadi guru ngaji melakukan 
perbuatan buruk yang dilarang agama Islam, ada apa? Sama dengan kejadian ayah 
yang tega membunuh dan membakar anggota keluarganya setelah pulang dari mesjid, 
ada apa ini? Apakah orang hanya baik ketika di mesjid? Apakah orang hanya 
terlihat baik saat melakukan kegiatan kerohanian Islam? Apakah orang hanya baik 
saat mengajar mengaji ke orang lain? Lalu di luar perbuatan baik (amal soleh) 
itu apakah dia boleh melakukan perbuatan buruk?

Bukankah semua ibadah dan perbuatan baik dalam agama itu gunanya supaya orang 
semakin baik, semakin menjadi orang takwa? Lalu apa gunanya seseorang yang 
rajin ngaji malah mengajari orang ngaji atau rajin di rohis tapi di dunia nyata 
melakukan perbuatan buruk yang merugikan orang lain, misalnya menculik dengan 
minta tebusan uang, membunuh, korupsi, dan perbuatan buruk lainnya? 
Jangan-jangan ibadah dan perbuatan baik itu hanya topeng saja supaya orang 
menganggap dia orang baik padahal dia mampu melakukan perbuatan buruk?

Pak Fadhli, justru orang yang terlihat baik dan rajin ibadah lalu aktif di 
rohis atau pengajian tapi melakukan penculikan itu yang bisa dikategorikan 
tukang fitnah agama, memangnya agama itu membuat orang yang split 
personality, di satu sisi terlihat alim (soleh solehah) tapi disisi lainnya 
jahat? 

Belajarlah menerima kenyataan bahwa ada muslim/ muslimah yang memahami agama 
sebatas menjalankan ibadah seperti rajin solat, ngaji, puasa, naik haji, dll 
itu sebatas perbuatan fisik tanpa memahami untuk apa dia melakukan ibadah itu. 
Akibatnya mereka bisa terlihat mewakili Islam tapi bisa jadi bahan tertawaan 
pihak lain yang bisa menganggap semua muslim/ muslimah seperti itulah, ibadah 
jalan terus tapi jahat juga bisa. 

Yang seperti itukah yang diharapkan Islam? Bukankah muslim baik itu bisa 
dilihat dari apakah orang lain bisa aman dari ucapan dan tangannya? Bisakah 
kita katakan bahwa pelaku penculikan yang tangannya tidak aman untuk gadis 
cilik korban penculikan ini disebut muslim baik? Lalu istri kedua/ istri muda 
pelaku juga yang guru ngaji, membantu penculikan juga bisa disebut muslimah 
baik? lalu ketika orang tua anak2 aktivis rohis ini menceritakan bahwa 
anak-anak mereka diancam untuk membantu penculikan dan akan mendapat imbalan 
puluhan juta itu juga bisa dikatakan aktivis rohis yang baik? Apalagi otak 
penculikan yang mengancam dan menyuruh anak-anak SMU yang dibimbingnya mengaji 
ini bisa dikatakan guru ngaji yang baik?

salam
Aisha
-
From : ritajkt
Bagian mana yang fitnah Pak?
Berikut data (PCMIIW) yang diungkap secara luas dari penculikan Raisah:

1. Raisah Ali, 5 tahun, diculik oleh Yogi P, seorang guru ngaji di kegiatan 
Rohis SMA 35, Benhil Jakarta. 

2. Yogi menculik Raisa lewat informasi istri mudanya, Sarita, 25 tahun, yang 
menjadi guru mengaji keluarga Tantenya Raisah. Dalam kesaksiannya, Yogi mengaku 
selama dalam masa pelarian/penculikan, Sarita SEMPAT mengasuh Raisah. Sarita 
ini ditangkap polisi di pesantren AsSunnah. Dari fakta-fakta itu jelas terlihat 
bahwa Sarita terlibat meski pun ia dibebaskan atas garansi pengasuh ponpres 
AsSunnah. BTW ini nggak relevan tapi FYI aja di pesantren ini Anda akan mudah 
menemukan perempuan bercadar, sebagaimana Sarita. jadi : ada fakta : dua guru 
ngaji terlibat penculikan!

3. Yogi menculik Raisah dengan bantuan anak-anak dibawah umur, siswa SMA itu 
yang adalah aktivis rohis. Edo, salah satu siswa itu adalah ketua Rohis SMA 35. 
Dalam kesaksiannya yang dipublikasikan secara luas, Edo mengatakan bahwa semua 
itu ia lakukan demi Tugas negara. Bahwa polri belum mau mengakui temuan 
itu, bisa dimengerti mengingat proses penyidikan belum selesai dan lebih mudah 
menjelaskan motovasi kriminal murni di balik penculikan itu. jadi : ada fakta 
:aktivis rohis terlibat penculikan dan ada INDIKASI KUAT soal ideologi mereka 
yang sesat!

Okelah, jika Anda mengamini motifnya HANYA uang saja, memang uang bisa 
membutakan mata si Yogi yang konon bisnisnya merugi tapi bagaimana Anda 
menjelaskan anak-anak relijius aktivis rohis itu bisa dibujuk untuk menculik 
anak 5 tahun? Tidakkah Anda berfikir tentang adanya proses

[wanita-muslimah] Bodoh dan pencerahan di milis

2007-08-23 Terurut Topik Aisha
Membaca obrolan tentang kasus putrinya Rasulullah antara pak Satriyo dan mba 
Rita, saya kok lebih tertarik dengan istilah bodoh dan pencerahan yang 
dikaitkan dengan milis. Dan saya lebih sependapat dengan mba Rita. Kita 
masuk jadi anggota dan ngobrol di milis itu tujuannya apa sih? Tiap orang 
mungkin beda-beda tujuannya, ada yang seperti saya dan mba Rita yang masih 
merasa bodoh dan ingin dicerahkan pemikirannya melalui milis selain 
cara-cara lainnya seperti dari buku, teman, japrian, dll. Tapi tentu saja 
ada juga orang yang masuk milis, petangtang-petengteng merasa berilmu lebih 
dari yang lainnya dan merasa paling bener, gak perlu pencerahan dan jadi 
rajin menyalahkan orang lain atau malah sinis, memaki, menyindir, dll untuk 
memperlihatkan bahwa loe salah, dia salah, gw aja yang bener. Selain yang 
bodoh perlu dicerahkan dan yang pinter yang gak perlu pencerahan, tentu saja 
ada yang lain-lainnya, teman-teman lainnya bisa menambahkan.

Seperti yang dijelaskan mba Rita, jika kita menanggapi satu pendapat di 
milis, itu artinya kita bertanya ke anggota milis lainnya, bukan hanya ke 
orang/anggota yang pendapatnya kita tanggapi. Itu di milis, beda kalau kita 
hanya perlu penjelasan satu orang saja, japri lah orang itu. Misalnya 
begini, ketika saya dulu cerita tentang orang yang kena down syndrome, pak 
Satriyo menjelaskan ada putranya yang kena. Lalu ketika di milis ini ada 
topik tentang autis, pak Satriyo juga cerita ada putranya yang kena autis. 
Dalam hati saya ada pertanyaan, yang bener itu yang mana - putranya pak 
Satriyo itu kena DS atau Autis? Apa bisa satu anak kena 2 penyakit itu? Atau 
ada yang kena DS juga ada yang kena Autis? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu 
kan bagusnya dilontarkan lewat japrian (walaupun tidak saya lakukan..:). 
Tapi jika ingin tahu tentang autis dan DS secara umum, melalui pengalaman 
atau ilmunya secara luas, pertanyaan-pertanyaan itu bisa dilempar ke milis, 
makin banyak kepala atau makin banyak tanggapan itu kan lebih baik lagi. 
Jadi jelas ya pak Satriyo, bahwa saat kita menanggapi di milis, maka yang 
diharapkan tanggapan-tanggapan yang mencerahkan dari anggota-anggota milis 
walaupun kita menanggapi pendapat satu anggota.

Jika saya memulai satu topik, biasanya saya awali dengan Temans, maksudnya 
untuk teman-teman anggota milis ini, tapi saat saya menanggapi satu 
pendapat, saya tidak memulai dengan kata temans itu karena walaupun saya 
mengharapkan sebanyak mungkin tanggapan dari teman-teman lainnya dan tidak 
hanya orang yang saya tanggapi pendapatnya saja, itu sudah lumrah dalam 
milis, ketika kita masuk ke satu thread maka pendapat kita bisa ditanggapi 
banyak anggota.

Tentang bodoh, tidak selalu apa yang ditangkap orang kok pak Satriyo - ini 
maksudnya penilaian orang lain ya? Misalnya pak Satriyo membaca tanggapan2 
saya dan menangkap kebodohan saya lalu menyatakan bahwa Aisha itu bodoh. 
Bodoh itu bisa diaku-aku kok, misalnya ada orang yang suka saya lalu 
menyatakan cinta sambil memberi bunga (bunga mawar dan bunga bank...hehehe), 
saya malah bengong, dan ketika orang itu pergi, saya menepuk dahi saya 
sambil ngomong sendiri, wah, bodoh kali aku tadi ya!. Kalau komentar saya 
ini kedengaran sahabat-sahabat saya atau sodara-sodara saya, mereka pasti 
ngomentari begini, Aisha memang bodoh atau baru nyadar ya, kan dari dulu 
juga memang bodoh. So, bodoh itu bisa diaku-aku kok.

salam bodoh...:)
Aisha
-- 
From: lasykar5 [EMAIL PROTECTED]

Sama-sama Bu Rita
Apakah saya menyatakan saya tidak suka? Coba cek lagi. Sekalian tolong cek 
juga terjemahan bahasa Indonesia dari 'insight' apakah memang benar 
'pencerahan'? Jangan hanya puas berbekal 'konteks diskusi' jika memang niat 
yang anda tegaskan adalah 'mendapatkan pencerahan.' Bodoh sebenarnya adalah 
apa yang orang tangkap dan bukan apa yang diaku-aku. Jadi yang proporsional 
saja Bu, toh sejauh ini ibu jauh dari bodoh untuk bisa melakukan diskusi
dengan saya tentang agama anda dan saya ini. Begitu bu.

Milis memang terbuka untuk umum. Tapi apakah ketika anda bertanya dalam 
sebuah thread dan jelas pertanyaan anda itu adalah bagian dari tanggapan 
anda atas suatu opini seseorang, lalu anda disregard orang ybs dan berdalih 
karena ini adalah milis lalu sesukanya anda berdalih saya minta pencerahan 
pada siapa aja hadirin dan hadirot milis WM ini Pak. Siapa saja, member WM 
yang berkenan memberi pencerahan, tentu saya syukuri? Jadi, sekali lagi, 
yang proporsional sajalah. Kan ada logika juga di milis ini sehingga ketika 
ada yang agak tidak pas logikanya ya tentu perlu diluruskan. Sayang anda 
mengelak dari pelurusan ini, yaitu tidak dengan jelas menerima bahwa anda 
tidak spesifik mengajukan pertanyaannya. Kalo memang buat semua member ya 
tinggal tambah keterangan 'temans' atau semacamnya, kan? Jadi tak cakaplah 
anda main klaim Saya kira sih, memang demikianlah cara diskusi di 
milis..:-) walau itu hanya 'kira-an' saja. :-)

Dari sini saja terlihat anda bertolak belakang dari klaim bodoh

Re: [wanita-muslimah] Dimana ruginya?--Re: Aurat Muslimah... Satu penindasan atau pembebasan?

2007-08-23 Terurut Topik Aisha
Membaca pendapat mba Lina di bawah ini, aku terdiam, membaca dan ingat petunjuk 
guru ngaji dulu waktu kecil...:)
Kata guru ngaji itu, istri harus taat suami, anak-anak harus taat orang tua. 
Tapi pertanyaan berikutnya - suami seperti apa yang harus ditaati? Orang tua 
seperti apa yang harus ditaati?

Tentunya suami dan orang tua yang taat pada Allah. Contoh, ada suami yang 
menyuruh istrinya melayani bosnya atau pihak yang akan memberi proyek ke suami 
itu, apakah istri harus taat karena beranggapan bahwa nanti suami yang dimintai 
pertanggung jawabannya di hadapan Allah, padahal kita semua - tanpa melihat 
jenis kelamin kan akan ditanya dan dimintai pertanggung jawabannya 
sendiri-sendiri.

Contoh lain, dalam sinetron Soleha ada seorang ayah yang penjudi yang tega 
mencuri uang anaknya, padahal itu uang titipan dari donatur mesjid untuk 
diserahkan ke mesjid. Si ayah ini juga tega memukuli anaknya sampai cacat, luka 
di pipi dan tangannya tidak bisa digunakan, juga menyuruh anaknya yang lain 
untuk mengaku-aku sebagai anak yang hilang dari seorang dokter, supaya dia dan 
anaknya ini mendapat uang berlimpah. Nah ayah seperti ini apakah harus ditaati 
juga?

Suami nurut istri? mengapa tidak? Dalam kasus-kasus tertentu mungkin saja 
istrinya lebih tahu. Misalnya, seorang suami sakit dan akan pergi, kata 
istrinya si suami sakit dan jika sudah memakan obat tertentu tidak boleh 
menyetir mobilnya karena efek samping obat itu membuat suaminya mengantuk. Si 
suami bandel, ngotot pergi padahal dia harus melalui tol Cipularang yang 
panjang itu, berbahaya kan? Kenapa gak nurut sama istri? Masalahnya kan bukan 
nurut suami atau nurut istri, tapi nurutlah orang yang lebih tahu tentang 
sesuatu.

salam
Aisha
---
From : Lina Dahlan
Aku terdiam dan berfikir,
Membangunkan pikiran yang tertidur. Segala peraturan kehidupan dalam AlQur'an 
(beban) banyak ditujukan ke satu arah, yaitu laki-laki karena laki-laki yang 
akan dimintakan pertanggung-jawaban.

Seharusnya perempuan itu bersyukur. Dihadapan Allah, suami menanggung anak dan 
istrinya. Tapi istri tidak menanggung suami dan anaknya.

Seharusnya perempuan bersyukur.

Tapi...mengapa aku juga tak bersyukur? Ketika suami berkata bahwa kamu harus 
nurut sama aku. Sejumlah alasan aku kemukakan mengapa aku tak bisa menurut 
sama dia. Seratus bahkan beribu alasan.

Apa susahnya untuk kamu menurut sama suami? Dengan bandel aku menjawab,apa 
susahnya juga kamu menurut sama istri, ketika kami berdebat akan suatu hal 
untuk mencari keputusan yang adil. 

Karena kamu tidak dapat menanggung suami dihadapanNYa. Aku masih ngeyel,Ini 
bukan soal dihadapanNya tapi ini masalah duniawi, dihadapan sesama manusia.

Kepalaku jadi pusing, menahan amarah dan emosi. Terprovokasi dengan pikiran 
jahiliyah bahwa perempuan adalah mahluk yang tak mempunyai ruh, perempuan 
adalah mahluk kelas dua.

Ayat dan kutipan yang dipostingkan Sdr. Zulfikar Muhammad diatas mengingatkan 
aku akan suatu hal. Sebegitu besar beban dan tanggung jawab diatas pundak 
laki-laki. Mengapa aku harus menambahkan beban dipunggung suami? Apa salahnya 
menurut suami selama bukan pekerjaan untuk mengingkari Allah dan RasulNya 
(musyrik), meskipun aku 
bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya? meskipun aku nampak bagai perempuan 
dungu ?. Bukankah memang tidak ada ruginya menurut suami, meskipun akhirnya 
pendapat suami itu salah..toh suami yang akan menanggung kesalahan itu semua 
sedang istri tetap mendapat pahala karena sudah patuh kepada suaminya?

Dimana ruginya aku?
Aku terdiam dan berfikir. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] The right to privacy (Re: Moderasi atas Janoko RSA)

2007-08-03 Terurut Topik Aisha
Pak Dana,
Ini berkaitan dengan kegiatan seorang anggota milis yang menjapri satu kelompok 
anggota milis ya? Kalau begitu, pak Dana menjawabnya dengan reply all di 
japrian itu, minta untuk tidak dikirim lagi, bukan di milis sebab japrian itu 
saya lihat sama sekali tidak ditujukan ke milis WM - artinya yang pak Dana 
terima itu (yang dicc-kan ke pa Dana) bukan copy-nya. Jadi bukan di milis 
menjawabnya ya pak Dana.

salam
Aisha
-
From : Dan

Rekan2 anggota milis lainnya,
Saya tidak suka jika orang menjapri ketika posting karena saya sudah memilih 
utk membaca milis ini di website yahoogroups dan memilih utk tidak menerima 
copy dari posting anggota.

Mohon hak privacy saya dihargai dgn tidak lagi men-cc posting ke japri saya.

Terimakasih.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Masih Muda Kok Ubanan?

2007-08-03 Terurut Topik Aisha
Pak Irwan,
Di tulisan yang diposting Pak Ambon ini penjelasan dari dr Sukses Hadi yang 
dokter kulit, bermutu tentunya (ilmiah), tapi tanggapan pak Irwan juga di milis 
sih oke2 saja, kita bisa ngobrol sesuatu menurut ilmu tertentu, tapi bisa juga 
menanggapi sesuatu berdasarkan pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang 
lain. 

Tentang uban ini, saya pernah melihat wawancara seorang ibu yang anaknya 
menjadi salah satu korban tembakan saat demo mahasiswa. Mungkin karena shock 
berat, ibu ini dalam beberapa hari saja rambutnya yang tadinya masih hitam jadi 
ubanan banyak sehingga berwarna abu-abu putih. Saya tidak tahu berapa persen di 
dunia ini orang yang begitu kagetnya kehilangan anak bisa beruban dalam waktu 
pendek. Kalau tidak salah ibu ini seorang janda yang punya 1 anak yang sangat 
dibanggakannya karena sudah mahasiswa, ibu ini ingin anaknya lebih baik dari 
dirinya yang berjuang menghidupi anaknya dengan cara menjadi buruh cuci.

salam
Aisha
--
From : Irwan K
Dulu kesannya uban identik dengan tua.. Tapi sekarang tidak lagi.. Teman saya 
paling  25 tahun-an sudah banyak ubannya.. Soal keturunan kelihatannya 
keluarga saya juga ada bakat muda ubanan deh.. meskipun gak separah teman saya 
itu..

Wassalam,

Irwan.K
~reply gak mutu..
On 8/2/07, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/082007/2/ragam/art-1.htm
 Masih Muda Kok Ubanan?

 Rambut memutih yang biasa disebut uban, sekarang ini tidak lagi didominasi
 oleh orang tua, anak muda pun sekarang ini rambutnya mulai memutih. Apa
 sebenarnya yang terjadi?

 Menurut dr Sukses Hadi SpKK dari RSUD Ulin Banjarmasin, munculnya uban
...

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA

2007-08-02 Terurut Topik Aisha
Meidear,
Saya sependapat dengan pak Dana, yang ngatur milis kan pemilik/ pendiri/ 
moderatornya. Terserah mereka mau ngatur apa saja untuk kenyamanan milis yang 
dimiliki/ dikelolanya. Saya rasa moderator sudah cukup menjelaskan kenapa 
seseorang dimoderasi. Saya yang jadi penonton ketika moderator memberi sanksi 
juga sudah menjelaskan sesuai dengan yang saya lihat sebagai anggota, mungkin 
mba Mei bisa melihat ulang bagaimana debat Ahmadiyah + postingan orang-orang 
yang dimoderasi.

Jika tidak suka dimoderasi atau melihat temannya dimoderasi, tinggalkan saja 
milisnya, ini kan hanya masalah apakah milis itu masih berguna atau tidak untuk 
anggotanya. Jika masih berguna, lanjutkan. Jika tidak nyaman lagi, tidak 
berguna dan pengelola milis dianggap tidak benar atau ngaturnya gak jelas, 
tinggalkan saja.

Anggota punya hak masuk (masuknya belakangan setelah milis berdiri dan punya 
tata tertibnya sendiri) dan punya hak posting tulisan atau tanggapan yang 
sebaiknya sesuai dengan tujuan milis itu didirikan. Jika tidak suka dengan 
aturan yang ada di milis itu, tinggal keluar saja. Saya juga tidak suka 
beberapa milis karena beberapa hal, misalnya milis yang tidak ada dialog atau 
berantem mulu, unsubs atau di-no mailkan saja, beres kan?

Ini hanya masalah hak dan kewajiban, ada hak moderator, ada hak anggota. Tidak 
suka moderator menggunakan haknya, sudah protes dan masih tidak puas, pakai hak 
anggota untuk keluar dari milis itu...:)

Jika yang dimoderasi lebih senang menjapri banyak orang, itu haknya, dan hak 
saya untuk keluar dari japrian itu jika saya tidak nyaman dengan japrian itu.

salam
Aisha
---
From : L. Meilany
Nimbrung :
Pak Dana, yg bisa saya pahami adalah : Kriteria apa yg dipakai untuk 
memoderasi. Karena kalo sesuai aturannya kan multitapsir - kayak RUUAPP. :-) 
Kaya karet bisa mulur panjang atau pendek- suka2.

Jika dibilang meresahkan? Meresahkan sapa? Kan banyak juga ungkapan2/mail2 yg 
meresahkan membuat orang tertekan tapi tidak bagi yg lain. Akhirnya 
cumanya/beraninya hanya menjapri dan menjapri. :-)  Mohon maap bagi yg suka 
menjapri.

Salam
l.meilany
-- 
From: Dan 

Milis ini kan private forum, tergantung siapa yg menginisiasinya ya dialah yg 
berhak menentukan aturannya. Milis ini bersyarat adanya keanggotaan sehingga 
bukan media masa dan oleh karenanya sipemilik milis bisa menentukan aturan 
tatatertib sesuai dg keinginannya. Hak sepenuhnya sipemilik milis.

Kalau enggak suka yg pindah aja ke milis lain.
--- Aisha [EMAIL PROTECTED]wrote:

 Saya pernah mengikuti satu milis, ternyata milis itu satu arah -


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Pengertian Kafir pak Agus

2007-08-01 Terurut Topik Aisha
Waalaikumsalam wr wb,
Alhamdulillah mba Ning, saya baik-baik saja. Mba Ning sudah lama tidak milisan, 
sibuk berat? Apalagi sebentar lagi bulan puasa tiba, tambah repot lagi ya 
dengan pengajian dan buka bersama?

Pengertian kafir dari ustadznya mba Ning bisa dimengerti, dan itu berguna untuk 
menilai diri kita masing-masing. Tapi kalau itu dipakai untuk menilai ORANG 
LAIN, misalnya menjuluki wanita lain yang tidak berjilbab dengan kata kafir, 
contohnya saya berjilbab lalu melihat teman saya tidak berjilbab, ngomentari si 
teman ini sebagai kafir. Apakah itu perbuatan Islami? Islam mengajarkan begitu, 
menilai orang lain dan menjulukinya? Padahal kita tahu bahwa latar belakang 
tiap orang berbeda, termasuk disini pemahaman agamanya pun berbeda. Apakah 
hanya karena tidak berjilbab lalu orang itu bisa disebut kafir?

salam
Aisha
--
From : Tri Budi L
Ass wr. Wb.
Dik Aisha apakabar?
Saya pernah mendapat penjelasan dari salah seorang ustadz saya, bahwa kafir 
artinya adalah menolak kebenaran. Beliau pun mengatakan bahwa kadar 
ketaqwaan(kepatuhan) + kadar kekafiran itu jumlahnya 100%. Artinya bila kita 
mengikuti 75% saja dari perintah Allah, maka ada kekafiran 25% pada diri kita. 
Makin banyak kepatuhan kita, kekafiran kita makin berkurang. Dan tentunya, yang 
Allah inginkan adalah kita menjadi patuh padaNya 100% (Islam Kaffah), sehingga 
tidak ada setitik pun kekafiran dalam diri kita.

Bila kita mengikuti pendapat di atas, kita mungkin bisa menilai masing-masing, 
seberapa patuh kita kepada perintahNya. Apa kita masih pilih2 untuk menjalankan 
perintahnya. Kalau ya.. Berarti memang ada kekafiran dalam diri kita, biarpun 
kadarnya mungkin berbeda-beda satu dan lainnya.

Wallahua'lam.
Wass,
-Ning
-
From: Aisha

Menarik tulisan pak Agus Syafii di bawah ini, terutama pengertian pak Agus 
tentang kafir sebagai berikut Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang 
mukmin. Jika orang mukmin konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang 
diimaninya dalam keadaan apapun, orang kafir konsisten dalam hal tidak 
mempercayai kepada nilai-nilai kebenaran. Secara terbuka ia menyatakan tidak 
percaya kerpada Tuhan, kepada dosa dan kepada kebajikan.


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Emotional Attachment, Apa Itu?

2007-08-01 Terurut Topik Aisha
Hahaha maaf ketawanya lebar banget, kalau ketahuan ibu saya pasti 
dimarahin, tapi lagi geli abiz aza dengan komennya mas Donnie, hehehe... 
dimoderasi, daftar lagi dengan nama lain lalu ikut ngobrol lagi di milis, tapi 
gayanya tetep aja begitu, ketahuanlah. Moga-moga aja gak banyak yang 
dikomentari..:)

salam
Aisha
--
From : Donnie
Mas Satdip atawa Jekpin sampeyan apanya mas jansut (Jano ko Sutiyoso)?
Maaf satu barisan.. :-D

Donnie
-
On Jul 31, 2007, at 7:29 AM, satrio dipingit wrote:
Yasmina said,
Yang jelas apakah itu perselingkuhan atau nikah (sirri  resmi) yang istrinya 
tidak rela (atau terpaksa merelakan karena tergantung secara ekonomi) itu bisa 
membuat istri kurus kering atau jadi pribadi yang tidak bahagia ya?

Jejaka Piningit / jekpin :
Jekpin, dalam suatu perselingkuhan yang terlibat adalah dua pihak, yaitu 
laki-laki dan perempuan. Pertanyaannya adalah, kenapa yang disalahkan adalah 
pria ?, kenapa pihak perempuan yang merupakan pasangan selingkuhnya tidak 
disalahkan ?.

Banyak dan sering terjadi suami yang sudah beristeri, jatuh dalam pelukan 
perempuan lain karena perempuan tersebut memang mempunyai pengalaman untuk 
membuat sang suami tersebut untuk berselingkuh dengannya.

Pertanyaan kedua, kenapa yang dibahas bukan oknum - oknum yang berselingkuh 
tersebut tapi yang dibahas dan dikritisi adalah ajaran dari suatu agama 
tertentu ? apakah ada tujuan tertentu dibalik itu semua ?

Peryataan ketiga, pertanyaan ini saya tujukan kepada semua warga WM.
Dalam peraturan WM disbutkan bahwa kita tidak boleh berbicara kotor, apakah 
larangan tersebut hanya ditujukan kepada warga WM yang berkata kotor yang 
ditujukan kepada warga WM yang lain atau larangan bicara kotor itu juga 
ditujukan kepada warga WM yang menjelek-jelekkan ajaran dari suatu agama 
tertentu ?

Mohon penjelasannya dari moderator dan warga WM yang lain. 

Salam


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Eufemisme (Re: A u t i s m)

2007-08-01 Terurut Topik Aisha
Mba Rita,
Tadi pagi saya nonton satu acara di Trans 7, Aming yang komedian lulusan ITB 
itu terlihat berayun-ayun memakai T-shirt+celana pendek seperti celana renang 
di besi-besi seperti menara. Ibu saya ketawa, menurut beliau, Aming seperti 
penghuni bonbin yang suka bergelantungan di pohon...:) Ternyata kelakuan ganjil 
ini menarik minat orang untuk wawancara, dia malah ketawa-ketawa sambil komen, 
lagi jenuh nunggu, eh..apa?. Dengan mimik heran dia bertanya balik ke penanya 
sambil menambahkan begini, sori, gw lagi kambuh autisnya. Ternyata autis ini 
sudah jadi bahasa gaul ketika seseorang seperti Aming sedang jenuh, dan tidak 
mampu berkomunikasi dengan orang lain, lalu asyik dengan dirinya sendiri, 
ber-ayun-ayun itulah tanpa peduli orang lain dan tidak tahu apa yang ditanyakan 
orang lain :) Jadi kalau pakai istilahnya autis gaya Aming, tentunya kita 
juga pernah autis, dalam arti gak peduli orang lain dan saat ditanya tidak 
mampu menjawab karena tidak mampu berkomunikasi, lagi asyik dengan dirinya 
sendiri. Rasanya mba Herni pernah cerita tentang autis saat blio ini asyik 
dengan laptopnya, pcmiiw.

Yang repot kalau autis di milis yang komunikasinya pakai email, yang autis di 
milis gak peduli dengan pendapat orang lain, sibuk aja dengan pikiran sendiri 
dan sesuka hati ngomentari, lebih repot lagi kalau banyak yang dikomentari. 
Mailbox penuh dengan komentar aneh.

Saya juga pernah ke rumah teman yang menikah saat lulus SMU, ceritanya kami 
(beberapa orang yang dulu satu kelompok belajar) kangen ke teman ini. Eh, 
ternyata dia sudah punya anak yang pas kami datang lagi lari-lari, muter gak 
karuan. Disuruh salaman oleh ibunya juga tidak peduli. Anak itu hiperaktif 
banget (hehe.. udah hiper, pakai banget lagi, beneran nih mba Rita, anak itu 
tidak mengenal kata lelah, tiap menit selalu berubah posisi, tidak pernah duduk 
anteng dalam waktu agak panjang). Teman ini cerita bahwa anaknya memang autis, 
ciri pokoknya katanya anak itu tidak mampu berkomunikasi dengan siapapun, 
termasuk dengan orang tuanya. Anak ini tidak bisa fokus ke satu aktivitas, 
misalnya tidak bisa baca buku bergambar lebih dari 1 menit, tidak bisa duduk 
diam nonton tv, dll. Saya lihat teman ini kurus banget, katanya lelah karena 
suaminya yang tentara, sering tugas beda kota, tidak mampu membayar pembantu, 
jadi dia mengurus rumah sambil tetap mengawasi anaknya ini supaya tidak celaka 
karena bergerak terus menerus yang kadang-kadang melakukan hal berbahaya, 
misalnya turun di tangga bukan di tangganya tapi meluncur di pegangan tangga.

Saya pikir betapa beratnya seorang ibu yang anaknya autis, sama beratnya dengan 
ibu yang anaknya down syndrome seperti sepupu saya. Kata teman saya yang 
lainnya yang punya ponakan autis juga, beda-beda kondisi si penderita, mungkin 
seperti kasus cacat mental ya, ada yang pernah menjelaskan ada yang parah, 
misalnya anak berumur 10 tahun tapi perbuatan dan pola pikirnya seperti anak 
berumur 3 tahun, ada juga yang seperti anak 5 tahun, dll. Jadi beda-beda. Dan 
saya juga pernah melihat di tv, ada anak autis yang mampu menulis satu buku - 
lupa lagi judulnya, pokoknya ada kata journey gitu. Anak autis ini dikirim 
ortunya ke Aussie, disana ada tempat/sekolah khusus anak autis, yang ternyata 
bisa membuat seorang anak autis jadi penulis buku berbahasa Inggris. Mungkin 
autisnya anak ini gak terlalu parah ya, karena saat diwawancara di Metro TV, 
dia mampu menjawab - artinya dalam batas tertentu dia mampu berkomunikasi 
dengan orang lain.

salam
Aisha
--
From : ritajkt
Saya mencoba menarik hikmah dari silang pendapat soal autis di thread ini 
dengan membuat telaah berikut ini;

1. Pak Satriyo (rsa/efikoe) meminta Mbak Mia minta maaf karena mbak Mia memakai 
istilah gaya autisnya Janoko. Menurut Pak satriyo, tulisan Mbak Mia tersebut 
adalah penghinaan terhadap penderita autis. (saya tidak memasukkan alasan 
pribadi dari Pak Satriyo dan Ibu Ajeng mengenai realita personal masing-masing 
yang TERNYATA bersentuhan dengan anak-anak autis. Karena ini akan mengarah pada 
persoalan pribadi.)

2. Mbak Mia menjelaskan bahwa istilah gaya autisnya Janoko yang ia tulis 
adalah suatu eufemisme, atau suatu gaya bahasa untuk menghaluskan suatu 
kenyataan, yaitu kenyataan dimana Pak Janoko mengalami masalah komunikasi yang 
nampaknya tidak bisa berkomunikasi secara dua arah melainkan hanya satu arah 
saja. 

Fenomena komunikasi satu arah ini adalah fenomena dari penderita autisme. 
PCMIIW.

Dengan kata lain, apa yang dilakukan mbak Mia sama dan sebangun posisinya 
dengan orang yang berkata Cintamu itu buta dimana kata buta disini dipakai 
bukan sebagai penghinaan terhadap orang yang menderita cacat yang tidak bisa 
melihat, melainkan mengarah pada fenomena/keadaan yang dianggap tidak bisa 
melihat. 

Nah, semoga pemetaan saya ini ada gunanya buat teman-teman yang berbeda 
pendapat. Kalo ada salah-salah kata ya harus dimaafkan wong saya tidak merasa 
sebagai ahli bahasa...:-)). 

salam,
rita

[Non

[wanita-muslimah] Puasa Dalail Khairat

2007-08-01 Terurut Topik Aisha
Temans,
Saya mendapat cerita bahwa ada puasa yang namanya puasa dalail khairat (DK). 
Jika puasa Nabi Daud dilakukan selang sehari, dan Nabi Daud kadang-kadang 
membatalkan puasanya jika menjamu tamu atau dijamu orang lain untuk menghormati 
tamu atau penjamunya, puasa DK ini dilakukan terus menerus selama 3, 6, atau 9 
tahun. Memang katanya tidak ada nashnya dalam Al Quran maupun hadis, hanya 
berdasar ijtihad ulama sufi. Puasa DK ini juga katanya untuk mendapat kharamah 
seperti kekayaan, kekebalan tubuh, dan ditanggung masuk surga. Pantangannya 
selama hidup, tidak boleh berzina, mabuk, maling, judi, sombong. Kabarnya ini 
biasa dilakukan di pesantren. Apakah itu betul temans?

salam
Aisha


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Mama Mia, Harajuku Syle dan Muslimah

2007-08-01 Terurut Topik Aisha
Temans,
Mama Mia itu bukan seorang mama yang bernama Mia, tapi satu acara di Indosiar. 
Acara yang kabarnya diadaptasi dari acara yang sama di tv Spanyol (?). Saat 
gencar diiklankan sambil menyaring peserta, saya hanya melihat di tv dan cuek 
bebex karena saya pikir ini hanya acara nyanyi-nyanyi biasa saja.

Satu saat saya melihat acara ini, ternyata lumayan kualitas suara anak-anak 
remaja yang termasuk ABG itu, dan ternyata pula acara itu melibatkan ibu dari 
penyanyi ABG itu sebagai managernya. Dan ini yang menarik saya, ada hidden 
camera yang merekam hubungan ibu dan anak ABGnya itu, saat mereka lelah, saat 
mereka berantem, saat mereka bahagia, dll. Termasuk kasih sayang ibu-anak dan 
kerja keras ibu untuk menyiapkan berbagai hal untuk kesuksesan anaknya.

Si ibu sebagai manager memilih lagu, mengawasi anaknya latihan, mengurus baju, 
dll. Ketika manggung, ada 4 eksekutor - semacam juri yang setiap episode 
memilih 3 peserta terburuk penampilannya di bottom tree, disebut zona kritis. 
Tiga anak dan ibu ini akan diberi pertanyaan dan dinilai 100 juri vote lock. 
Seminggu sekali ada yang terusir dari acara ini.

Jurinya Helmi Yahya, Arzeti Bilbina, Sophia Latjuba, dan Ahmad Dhani Dewa. Satu 
saat ada peserta yang dikritik Arzeti karena bajunya aneh, di atasnya baju 
ketat hitam merah dengan rok 3/4 paha yang menggembung dan legging ketat 
berwarna kuning. Kata Arzeti seharusnya roknya lebih pendek supaya kakinya 
terlihat bagus dan jangan gunakan warna kuning. Ibu peserta itu yang berjilbab 
menjawab bahwa dia tidak bisa memendekkan lagi roknya karena dia dan anaknya 
muslimah yang tidak boleh memperlihatkan aurat, dan itu Harajuku Style. 
Ditimpali Ahmad Dhani bahwa Harajuku Style itu tidak Islami.

Ada teman yang menjelaskan bahwa Harajuku Style ini sempat ng-trend di kalangan 
ABG dengan model aneh dan warna tabrak lari, katanya sih contohnya itu yang 
dipakai duo ratu (Maia + Mulan Kwok). Saya hanya tersenyum ketika Arzeti juga 
mengatakan saya juga muslimah, dan melihat baju Harajukunya peserta itu - 
anak ibu yang mengaku muslimah itu rambutnya terbuka, tangannya juga hanya 
pakai tangan pendek, dadanya terlihat, bajunya ketat, legging susdah jelas kan 
ketat seperti kaos kaki panjang. Rok gembung yang dimasalahkan Arzeti juga saya 
pikir mau dipendekkan atau tetap 3/4 paha, tidak akan jadi masalah tetap saja 
penampilan Harajuku ini ketat dan ada yang terbuka, dan lucu aja ketika ibu 
yang katanya muslimah menyatakan tidak boleh memperlihatkan aurat, tidak jelas 
aurat itu yang bagaimana menurut ibu itu. Dia sendiri memakai baju tertutup 
dengan kerudungnya, tapi anaknya kan masih berbuka-buka ria dan berketat-ketat 
ria. Ini hanya memperlihatkan bahwa batasan aurat dan busana untuk muslimah itu 
dipahami beda-beda. Betul begitu temans?...:)

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA

2007-07-30 Terurut Topik Aisha
Meidear,
Itulah maksudnya pak Ary untuk cek-ricek di milis, supaya jelas saja tidak ada 
perbincangan di luar milis dan ada orang yang mungkin merasa terdzolimi, kita 
semua tahu di website-nya kan ada penjelasan tentang milis WM ini, lalu secara 
periodik oleh moderator kita juga dikirim tata tertib dan peraturan milis, 
misalnya kita lihat di bawah ini :

4. Topik utama yang dibicarakan di mailing list adalah segala aspek yang 
berhubungan dengan permasalahan kaum perempuan pada umumnya dan muslimah pada 
khususnya seperti fiqh perempuan, pergerakan perempuan , kesehatan reproduksi , 
isu gender , kebijaksanaan pemerintah dalam hukum , peraturan ataupun 
perundang-undangan yang menyangkut masalah perempuan serta hal-hal lainnya yang 
berhubungan dengan perempuan .
7. Mengenai topik selain yang ditetapkan pada bagian A-4 diatas dibagi menjadi 
dua yaitu
a. Topik yang ditoleransi
Meliputi topik-topik yang berkaitan dengan praktek ibadah seperti Sholat , 
puasa , haji , zakat , qurban dll
b. Topik yang dilarang , meliputi :
- Topik mengenai politik , organisasi politik ataupun tokoh politik tertentu , 
kecuali apabila menyangkut masalah
kebijakan yang berhubungan ataupun mempunyai implikasi terhadap topik utama 
milis
- Topik mengenai diskusi ataupun konsep mazhab tertentu kecuali apabila 
berkaitan dengan topik yang dibicarakan
di milis ini ataupun topik yang ditoleransi
- Segala bentuk spam atau jualan di milis , arisan , bagi-bagi dollar gratis , 
MLM dll

Bagi saya yang bukan moderator dan kebetulan melihat thread Ahmadiyah yang 
ujung-ujungnya perdebatan antara abah HMNA dan pak Suryawan, saya rasa masuk ke 
topik yang dilarang Topik mengenai diskusi ataupun konsep mazhab tertentu 
kecuali apabila berkaitan dengan topik yang dibicarakan di milis ini ataupun 
topik yang ditoleransi, saat moderator menjatuhkan sanksi moderasi bagi abah 
HMNA dan pak Suryawan dan juga melalui satu email yang menjelaskan bahwa topik 
tentang Ahmadiyah di-stop, ini tentunya karena moderator menganggap bahwa 
perdebatan tentang Ahmadiyah ini tidak bisa ditoleransi lagi. Masalahnya 
kemudian pak Satriyo mengirim postingan yang berjudul Membongkar Kesesatan Dan 
Kedustaan Ahmadiyah, saat itulah moderator memberi sanksi dimoderasi bagi pak 
Satriyo, sekarang sudah jelas ya Meidear masalah ini? ...:) Sudah ada tata 
tertib, sudah ada yang dimoderasi, sudah ada peringatan untuk tidak 
membicarakan lagi, eh tapi ngotot masukin email dengan judul seperti itu, apa 
maksudnya? Kalau pakai kalimat pak Ary kok masih ngeyel pengen menghujat 
keyakinan orang lain.Ini sih nantang moderator.

Jadi mba Mei, ini bukan masalah tidak boleh ngobrol tentang perbedaan pendapat 
atau gaya komunikasi seseorang, tapi ada satu ketentuan yang berulang kali 
dimunculkan tapi dilanggar. Orang mau beda pendapat sih bukan masalah, silahkan 
tapi jangan menghina yang lainnya dan sampaikan dengan baik. Bergaya 
blak-blakan juga bukan masalah besar, tapi nabrak satu ketentuan dan sudah 
diperingati pula, itu apa namanya? Gak ngerti arti peringatan atau apa? Saya 
malah salut banget ke abah HMNA dan pak Suryawan, yang sama-sama dimoderasi 
tapi tidak ribut merasa tidak bersalah. Beliau-beliau ini diam saja, malah 
ketika menanggapi saya di thread yang lain, abah menjapri saya dan menjelaskan 
kenapa beliau menjapri, karena dimoderasi. Terima kasih abah untuk 
tanggapannya, abah juga beberapa kali dimoderasi sejak dulu ternyata tidak 
mengeluh dan abah yang dulu dengan abah yang sekarang, abah sekarang lebih baik 
dari abah yang dulu. 

salam
Aisha
---
From : L. Meilany

Trimakasih Pak Ary.
Itulah karena saya nggak pernah tahu kalo Pak HMNA, Pak Suryawan juga 
dimoderasi. Saya juga gak tahu kalo perbincangan mengenai Ahmadiyah tidak 
dilanjutkan.:-(

Untuk klarifikasi saja saya tahu Pak Satriyo dan Pak Jano ko dimoderasi bermula 
dari Pak Satriyo. Ia tidak memberitahu masalah/sebab apa di moderasi. Setahu 
saya sih 'gaya' komunikasi Pak Satriyo di mail memang demikian.
Di dunia nyata ya agak2 mirip : terbuka, blak2-an ;-) [ Akhirnya kami sudah 
saling ngomong2 bahwa apapun yg kita lakukan di mail seringnya disalah mengerti]

Ya ibarat omongan orang suku Batak kebanyakan yg keras [ baik suara, intonasi 
maupun ungkapannya] sering disalah pahami oleh orang2 yg tidak 'kenal'. 
Dianggap kasar, tidak santun dan selalu provokatif.Dimanapun berada dalam 
situasi apapun. Mohon maaf bagi yg bersuku Batak. :-)

Saya tidak bermaksud membela Pak Satriyo atau Pak Jano ko misalnya. Hanya saja 
yg saya maksudkan bahwa untuk urusan moderasi hendaknya juga punya 'standar' yg 
baku :-)Seperti Aisha katakan [ barusan saya baca mailnya] perbincangan 
mengenai agama [ yg saya pahami ; perdebatan] hendaknya dilakukan di milis yg 
memang khusus untuk itu. Setahu saya , milisnya Pak Radityo yg saya juga ikut 
nimbrung disana. Diskusiannya, saling menghujat memang lebih panas membara [ 
ini tentang Islam vs Kristen]. Apakah kemudian saling bantah membantah itu

[wanita-muslimah] Pengertian Kafir pak Agus

2007-07-30 Terurut Topik Aisha
Menarik tulisan pak Agus Syafii di bawah ini, terutama pengertian pak Agus 
tentang kafir sebagai berikut Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang 
mukmin. Jika orang mukmin konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang 
diimaninya dalam keadaan apapun, orang kafir konsisten dalam hal tidak 
mempercayai kepada nilai-nilai kebenaran. Secara terbuka ia menyatakan tidak 
percaya kerpada Tuhan, kepada dosa dan kepada kebajikan.

Dengan pengertian ini apakah kita bisa menerima jika ada orang yang menyatakan 
bahwa jika perempuan yang beragama Islam - muslimah, yang tidak berjilbab 
(dalam hal ini jangan dibayangkan bahwa tidak berjilbab itu hanya memakai 
bikini, atau pakai rok mini, atau berbaju dengan dada yang memperlihatkan 
payudaranya). Lihat di sekeliling kita di Indonesia, pada umumnya perempuan 
berbaju yang termasuk sopan, banyak yang memakai celana panjang dan blazer, 
atau rok panjang dengan blus tangan panjang, tapi mereka tidak memakai 
kerudung, dan mereka juga masih sholat, puasa, naik haji/umrah. Nah 
muslimah-muslimah seperti ini, yang hanya karena belum atau tidak berkerudung 
lebar, apakah bisa dimasukkan dalam kelompok kafir? menurut pak Agus ini kan 
orang kafir itu secara terbuka menyatakan tidak percaya kepada Tuhan, kepada 
dosa dan kepada kebajikan - panjang ya syarat untuk mengelompokkan seseorang ke 
kelompok kafir? Dan kita tidak bisa sembarangan menyebut orang lain kafir ya?

salam
Aisha
---
From : Agus Syafii

Jati Diri Manusia 

Ada tiga pertanyaan abadi, yakni dari mana ? mau kemana ? dan untuk apa 
kehadiran manusia di pentas kehidupan. Pertanyaan pertama dan kedua sudah 
terjawab; orang beragama menyatakan bahwa manusia berasal dari Allah dan akan 
kembali kepada Nya, inna lillahi wa inna ilaihi raji`un. Orang Atheis 
menyatakan bahwa manusia hadir secara alamiah 
dan nanti akan hilang secara alamiah, tidak ada akhirat, tidak ada sorga 
ataupun neraka. 

Pertanyaan ketigalah yang selalu mengelitik manusia sepanjang sejarah. Dalam 
keadaan tertentu orang sering mempertanyakan makna kehadiran dirinya, sehingga 
muncullah pertanyaan-pertanyaan; (a) untuk apa aku dilahirkan ? (b) untuk apa 
aku capai-capai ngurusin beginian ? (c) untuk apa semua yang telah kukerjakan ? 
(d) mengapa 
aku harus patuh ?, (e) untuk apa jujur jika semua pada korupsi ? . Di sisi lain 
ada yang bertanya-tanya : (f) kenapa ya kita selalu membela dia sampai hampir 
mati, padahal kita nggak dikasih apa-apa ? (g) kenapa kita sedih ketika dia 
mati ? (h) kenapa orang pergi haji suka menangis ? dan masih banyak lagi 
pertanyaan orang.

Kesemuanya itu sebenarnya berhubungan dengan apa yang disebut makna hidup, (the 
meaning of life). Manusia memang bukan saja makhluk biologis, tetapi juga 
makhluk yang bisa berfikir, merasa dan mengeti akan makna hidup. Terkadang atau 
kebanyakan orang lebih menonjol kebiologisannya, sehingga meski ia 
berpendidikan tetapi perilakunya tak lebih dari perilaku hewan. Ada yang 
seperti kambing (tidak bisa mendengar nasehat), ada yang seperti ular (licik), 
seperti ayam jago (free sex), seperti anjing (pendengki) dan ada yang seperti 
lalat (baik-buruk di embat semua). Adapun orang yang mengerti akan makna hidup 
maka ia mengerti akan makna pengorbanan, makna persahabatan, makna kesetiaan. 
Orang yang mengerti akan makna hidup sanggup untuk menderita demi kebahagiaan 
orang lain, sanggup menantang maut demi kehidupan orang lain, sanggup menderita 
di dunia demi kebahagiaan di akhirat.

Jati Diri Manusia Menurut Al Qur'an
Al Qur'an menyebut jati diri manusia dengan berbagai sebutan, sesuai dengan 
kualitas perilakunya , yaitu , mu'min, muslim, muttaqin, fasiq, munafiq, kafir, 
zalim, mukhlis, sabir, halim, hanif, jahil,

1. Musilim, Mu'min dan Muttaqin
Seorang muslim artinya orang yang telah berpasrah diri kepada Tuhan, tetapi 
dalam rangking manusia berkualitas, seorang yang baru pada tingkat muslim 
berada pada tingkatan terendah. Karakteristik seorang muslim adalah seorang 
yang telah meyakini supremasi kebenaran, berusaha untuk mengikuti jalan 
kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia 
belum tangguh karena ia masih suka melupakan hal-hal yang kecil. Sedangkan 
seorang yang sudah mencapai kualitas mukmin adalah seorang muslim yang sudah 
istiqamah atau konsisten dalam berpegang kepada nilai-nilai kebenaran, sampai 
kepada hal-hal yang kecil. Ciri orang mukmin antara lain (1) hanya berbicara 
yang baik, (2) tidak menganggu 
orang lain, (3) merasa sependeritaan dengan mukmin yang lain, dan sebagainya. 
Sedangkan Muttaqin adalah orang mukmin yang telah menjiwai nilai-nilai 
kebenaran dan allergi terhadap kebatilan. 

2. Fasiq, Kafir dan Munafiq.
Orang Fasiq adalah orang yang mengetahui dan meyakini supremasi nilai 
kebenaran, tetapi dalam kehidupan ia malas mengikutinya terutama jika 
bertentangan dengan dorongan syahwat/kesenangannya. 

Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang mukmin. Jika orang mukmin 
konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang diimaninya

Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA

2007-07-30 Terurut Topik Aisha
Meidear,
Itu juga poinnya...:)
Saya dan mba Mei kan orang yang berbeda, wajar pula jika menyikapi sesuatu itu 
ada perbedaan. Begitu pula ketika menerima japrian seseorang. Jika menurut mba 
Mei, pak Satriyo mengirim japrian yang dinilai mba Mei betapa 
emosionalnya..:) itu karena ada kesan positif dari tulisan2 saya yang menurut 
mba Mei menenangkan (makasih, wah apa memang begitu ya?...:) dan apakah betul 
pak Satriyo hanya mengirim ke saya? Mungkin saja beliau mengirim email ke teman 
lainnya kan?

Coba kita lihat sama-sama bagaimana email pak Satriyo ini ya, Kalo mau 
komentar soal member yang lagi dimoderasi atau apalah istilahnya, ya tunggu 
sampe ybs bisa aktif lagi. Payah memang kalo sudah punya kuasa, apalagi 
ber-japri ria sesama member yang sealiran ... hehehe. Moderator dan member dah 
ga beda, saling dukung krn sealiran! Pake dalih macam2 asal bisa 'ngusir' ... 
;-] Tapi gpp ... tipe anda memang sama ko ... berani di kandang sendiri. 
Silakan teruskan ke milis kalo mau ...

Saya menilai email ini dikirim bukan karena saya dianggap menenangkan tapi 
karena beliau ingin menegur saya tentang komentar saya di milis tapi beliau 
tidak bisa kirim ke milis (karena dimoderasi). Isinya teguran karena komentar 
orang yang sedang dimoderasi, tuduhan buruk ke saya dan moderator dan member 
lain  (saling menjapri + saling mendukung), menganggap hanya berani di kandang 
sendiri, itu semua tentang masalah di milis ya mba Mei, ditutup dengan ijin 
memasukkan ke milis. 

Itu sebabnya saya masukkan ke milis sambil menjawab kenyataannya bahwa 
tanggapan terhadap orang yang dimoderasi itu bukan masalah karena yang 
dimoderasi bisa membaca semua postingan di milis dan juga bisa menanggapi 
dengan cara menjapri, saya berikan pula contohnya komunikasi saya dengan abah 
HMNA yang juga dimoderasi. Lalu saya menjelaskan bahwa saya dan moderator tidak 
saling menjapri. Kemudian saya menjelaskan bahwa saya milisan dengan 
memperhitungkan waktu yang terbatas sehingga hanya ada milis2 tertentu saja 
yang saya ikuti secara aktif, sambil heran juga kenapa harus disebut berani di 
kandang sendiri, milis WM yang terbuka keanggotaannya itu kan gratisan dan saya 
tidak mengenal secara fisik dengan anggota milis lainnya, lalu apa maksudnya 
kandang sendiri? Saya bukan pemilik atau moderator milis, jadi kandang apa yang 
dimaksud?...:)

Jadi mba Mei, sudah jelas bukan bahwa email japri pak Satriyo ini semuanya 
berkaitan dengan milis, urusan komen thd orang yang dimoderasi + tuduhan 
japrian saya dan moderator + kandang sendiri + dalih macam-macam untuk bisa 
ngusir - ini malah terbukti kan dari tata tertib milis + penghentian debat abah 
HMNA  pak MAS (sekaligus moderasinya), email dari moderator tentang kasus 
Ahmadiyah distop. Semuanya sudah saya uraikan di tanggapan saya dalam obrolan 
mba Mei  pak Ary. 

Dengan cara membicarakan di milis, saya harap semuanya menjadi jelas, japrian 
yang tidak layak saya masukkan di milis itu, japrian yang masalah perasaan 
jatuh cinta misalnya, tentang masalah rahasia keluarga misalnya. Japrian pak 
Satriyo itu sekali lagi urusan milis, dan saya merasa tidak perlu mengendapkan 
dulu, dalam keterbatasan waktu saya (saya tidak tahu apakah di masa mendatang 
masih sempat milisan, mungkin karena saya mengerjakan pekerjaan lain atau 
mungkin karena saya sakit, mati), lebih baik saat saya masih punya waktu saat 
ini, saya bereskan dengan menjelaskan segala sesuatunya tentang masalah milis 
itu di milis bukan di japrian.

Begitu Meidear...:)

salam
Aisha
-
From : L. Meilany

Aishadear,
Itulah dia poinnya.
Saya juga sering menerima japri. Ada bahkan yg meminta ' tolong diteruskan ke 
ybs' atau 'tolong di kirim ke milis'.
Tapi tak semua itu saya lakukan. Biasanya sih saya baca dulu kemudian saya 
endapkan. Kalo memang nadanya malahan bikin jadi ruwet atau malah bikin kacau 
suasana ya abaikan saja.

Seperti misalnya seorang member yg tanya tentang autis yg dimaksud Mia. Ia 
sendiri menuliskan; 'tolong dikirimkan ke Ibu Mia', soalnya ia tidak bisa 
membaca e-add Mia Saya tidak lakukan karena kalo ngirim mail yg nadanya 
emosional gitu saya kok nggak tega. Lagipula ia gak menyertakan tulisan Mia yg 
ia maksud. Jadi saya kirimkan saja e-add Mia kepadanya agar ia 
mengirim/menanyakannya sendiri.

Begitu juga mail Pak Satriyo, dari yg saya baca kan kelihatan sekali betapa 
emosionalnya Pak Satriyo. Mengapa cuma dikirim ke Aisha? Artinya kan ada kesan 
positif dari tulisan2 Aisha selama ini yg menenangkan. Mustinya [ kalo saya 
jadi Aisha ] ya diamkan saja dulu supaya tidak juga terbawa emosi, kemudian 
tanggapi dengan kepala dingin. Itu kalo mau ditanggapi, atau yang paling mudah 
abaikan saja.:-D 

Ada kerabat dekat saya yg reaktif mudah tersinggung. Tadinya saya juga jadi 
sewot kalo ia lagi nasping. Setelah lama saya juga jadi bisa menahan diri. Diam 
saja nggak sampai 10 menit ia juga akan lupa dengan yg ia omongin, seolah tak 
terjadi apa2. Atau mungkin saya juga yg terlalu sensitif

[wanita-muslimah] Emotional Attachment, Apa Itu?

2007-07-30 Terurut Topik Aisha
Temans,
Membaca tulisan ibu Sawitri di bawah ini, ternyata begitu besar ya pengaruh 
kelekatan emosional antara ibu-anak, antara suami-istri. Ini sebagai bahan 
untuk mengevaluasi kelekatan emosi antara kita sebagai anak dengan ibu kita, 
atau mungkin jika ada yang sudah menikah, untuk melihat kelekatan emosi antara 
suami-istri. Dan ternyata besar sekali pengaruhnya perselingkuhan itu ya? 
Termasuk disini tentunya poligami seperti nikah sirri yang tidak diketahui atau 
tanpa seijin istri resmi, atau nikah resmi dengan istri-istri lainnya dengan 
memalsukan status - nikah lagi ini tentunya didahului oleh perselingkuhan ya. 
Yang jelas apakah itu perselingkuhan atau nikah (sirri  resmi) yang istrinya 
tidak rela (atau terpaksa merelakan karena tergantung secara ekonomi) itu bisa 
membuat istri kurus kering atau jadi pribadi yang tidak bahagia ya?

salam
Aisha
--
Kompas, 29 Juli 2007 

Emotional Attachment, Apa Itu? 
Sawitri Supardi Sadarjoen, Psikolog 

Terkadang kita mendapat kesulitan menerjemahkan istilah yang kita ambil dari 
literatur yang ditulis dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. 

Hal ini bisa disebabkan oleh gradasi kehalusan ungkapan perasaan yang mendalam 
dalam bahasa Indonesia masih terasa amat sederhana. Kata attachment dalam kamus 
Inggris-Indonesia dinyatakan sebagai kelekatan, keikatan, atau keterkaitan. 

Sementara itu, dalam pemahaman emotional attachment yang positif sesungguhnya 
terkandung unsur kasih sayang, kekaguman, respek, kesetiaan, perasaan 
terdukung, dan emosi positif lainnya yang mengait dan lekat satu sama lain 
secara utuh dan menyeluruh. Untuk itu, dalam uraian di bawah ini, tanpa 
mengurangi kedalaman maknanya, akan digunakan istilah kelekatan emosional untuk 
mengganti istilah emotional attachment di atas. 

Antara ibu-anak 
Hubungan ibu dan anak kandung adalah satu contoh konkret kelekatan emosional 
yang benar-benar utuh dan terbina dari sejak janin berada, tumbuh, kemudian 
berkembang di dalam kandungan ibu. 

Ikatan biofisiologis yang terjalin kelekatan yang terpercaya tersebut 
benar-benar suatu kelekatan yang nilainya tiada tara, yang akhirnya menjadi 
fondasi tempat pijakan kokoh bagi pertumbuhan kepribadian anak yang utuh 
setelah dilahirkan, tentu saja bila perlakuan penuh kasih berlanjut secara 
emosional yang membuat anak merasa terdukung manakala menghadapi kesulitan. 

Jadi, dapat dibayangkan bila, oleh berbagai sebab, kasih ibu terputus di tengah 
jalan, misalnya karena perceraian atau berbagai penyalahgunaan fisik dan 
emosional yang dilakukan ibu. Hal tersebut akan membuat anak kehilangan 
fondasi, tempat pijakan yang kokoh bagi perkembangan pribadi secara optimal di 
kemudian hari. 

Konsekuensinya adalah luka batin pada kelekatan emosional yang akhirnya 
dijadikan anak sebagai pijakan pengganti bagi perkembangan kepribadian. Dapat 
dipahami, bila manifestasi perilaku anak di masa dewasa nanti akan berada dalam 
rentang variasi perilaku psikopatologis, seperti menipu, memanipulasi, mencuri, 
melakukan tindak kriminal, serakah, dengki, iri hati, agresif, atau koruptif, 
sebagai akibat dari hilangnya kelekatan emosi terpercaya oleh berbagai erosi 
kelanjutan kasih ibu dalam proses perkembangan kepribadian anak. 

Antara suami-istri 
Adakah kelekatan emosional yang terbina di antara pasangan perkawinan? 

Tentu saja ada, tetapi masing-masing pasangan mendasari terbangunnya kelekatan 
emosional tersebut dengan diwarnai referensi penghayatan pengalaman masa 
lalunya. Namun, tidak tertutup kemungkinan justru keberhasilan membangun 
kelekatan emosional antarpasangan yang optimal ternyata dapat mengompensasikan 
kekurangan/luka batin yang dialami masing-masing pasangan pada masa lalunya. 

Mengapa? Karena dalam kehidupan perkawinan terdapat hakikat keintiman seksual 
yang menyertakan libatan hubungan fisik, fisiologis, dan psikologis secara 
total dan bersifat sangat sakral. 

Unsur ungkapan kasih dan ungkapan emosional menyatu secara integratif dengan 
hubungan seksual antarpasangan. Apabila relasi itu terjadi atas dasar kasih 
yang melekat satu sama lain, makna orgasme akan berpengaruh secara menyeluruh 
dalam jiwa dan raga kedua pasangan. Dengan demikian, fungsi seksual yang 
tertuju pada upaya mencapai kondisi nyaman-tenteram-bahagia (well-being) akan 
teraih optimal dan dapat serta merta berpengaruh pada bangkitnya rasa percaya 
diri, rasa yakin diri, pada kedua pasangan tanpa disadari. 

Kondisi optimal terbinanya kelekatan emosional pada masa dewasa dalam ikatan 
perkawinan ini ternyata dapat mengompensasi kekurangan oleh luka batin yang 
pernah terjadi pada masa lampau. Jadi, dapat dipahami efek biopsikososialnya 
pun positif bagi kelekatan emosional pasangan perkawinan tersebut. 

Kasus 
Ibu, hati saya hancur luluh, rasa percaya diri saya jatuh, saya ingin mati 
saja, Bu. Ternyata suami yang selama ini saya sanjung, saya banggakan, saya 
kagumi, serta saya jadikan panutan dalam hidup dan tempat saya mencurahkan 
segala

[wanita-muslimah] Jilbab Lebar

2007-07-28 Terurut Topik Aisha
Temans,
Beberapa hari yang lalu saya ikut baca satu buku yang ada tulisan kumpulan 
cerita Islami, buku ini dibawa sepupu yang menginap di rumah. Ada yang menarik 
dalam cerita-cerita (lebih dari satu cerita) itu, berulang kali disana 
digambarkan bahwa jilbab itu (kerudung maksudnya) harus lebar sehingga menutupi 
dada, malah ada satu cerita yang menggambarkan seorang gadis berjilbab lebar 
menutupi dada naik bis dan di sebelahnya ada gadis berjilbab mini (yang tidak 
menutupi dada, hanya menutup rambut saja), si gadis berjilbab lebar tertidur 
dan ketika bangun lagi, tasnya sudah hilang, gadis berjilbab mini di sebelahnya 
juga tidak ada, kata sopir dan kenek bis, gadis berjilbab mini itu yang mencuri 
tas gadis berjilbab lebar. Kesannya cerita itu menunjukkan bahwa jilbab lebar = 
baik dan jilbab mini = jahat.

Di tv, sinetron yang katanya sinetron Islami juga ada yang menggambarkan 
seorang gadis buta berjilbab, ketika gadis itu bisa melihat lagi, dia menjadi 
gadis liar yang senang hura-hura dan kasar selain melepas jilbabnya. Disini 
kesannya cerita itu menunjukkan yang berjilbab = baik dan yang tidak berjilbab 
= jahat.

Ketika membaca artikel di bawah ini yang berjudul Fina dan Bibit Sapi Perah 
Unggul, di versi cetaknya ada 2 foto, yang satu ibu Fina ini sedang tertawa 
memakai semacam jaket. Satunya lagi ibu Fina sedang tertawa, berdiri di depan 
sapi-sapi. Kedua foto itu memperlihatkan jilbab yang dimasukkan, bukan jilbab 
lebar yang menutupi dada. Yang satu dimasukkan ke jaket, sementara yang satunya 
lagi jilbabnya dimasukkan ke dalam kaos tangan panjang yang dipadu dengan 
celana jins dan sepatu boot plastik. Sambil memandang foto-foto itu setelah 
membaca kisah perjuangan bu Fina ini selama belasan tahun untuk membantu 
peternak sapi sehingga saat ini mengurus 70 sapi miliknya dan menaungi 350 sapi 
lainnya, sehingga total 420 sapi yang diurusnya, saya sempat merenung, apakah 
orang seperti bu Fina ini masih dianggap kurang atau tidak Islami karena 
jilbabnya bukan berupa gamis longgar + kerudung yang tidak menjulur ke dadanya? 
Kenapa cerita Islami atau tayangan di tv yang pakai tambahan Islami itu selalu 
menitik beratkan ke jilbab yang menjulur ke dada? 

Jika dulu di masa jahiliyah, wanita sengaja memperlihatkan belahan dadanya dan 
berbaju mini memperlihatkan pahanya, apakah perintah untuk menutup aurat itu 
memang harus diterjemahkan sebagai bentuk bahwa kerudungnya itu harus panjang 
sehingga menutup dada, sehingga beredar jilbab lebar? Apakah tidak cukup dada 
itu ditutup bra+ baju saja yang penting dada dan paha tidak terlihat diumbar, 
sehingga perempuan seperti bu Fina ini bisa bekerja mengurus dan mengawasi 
sapi-sapinya. Pernah juga saya melihat film Iran yang menceritakan sosok gadis 
kecil yang tiba-tiba harus mengurus adik bayi dan adik laki2 kecilnya, mengurus 
ternaknya dan harus ikut ujian pula karena ayahnya sakit dan ibunya harus 
mengantar ayahnya berobat. Gadis itu memakai gamis longgar dan kerudung yang 
kain lebar dibentuk segi tiga yang ditalikan di lehernya tapi kainnya sampai ke 
perut (rambutnya masih terlihat), repot sekali gadis ini membuat adonan makanan 
untuk ternaknya, ujung kerudungnya masuk ke makanan ternak itu. Begitu juga 
saat dia mengerjakan pekerjaan lainnya, ribet banget dengan jilbab lebarnya. Di 
bawah ini cerita tentang bu Fina ini, apakah kita akan menghargai kegiatan bu 
Fina yang banyak manfaatnya untuk banyak orang, atau masih berkutat di sekitar 
anggapan bahwa muslimah baik itu adalah yang memakai jilbab lebar yang dianggap 
Islami yang menjulur menutup dada?

salam
Aisha

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/25/Sosok/3712942.htm
Fina dan Bibit Sapi Perah Unggul 
Hermas E Prabowo

Fina Rosdiana (42) mungkin hanya satu dari sedikit perempuan pengusaha yang 
menekuni usaha pembibitan sapi perah. Meski jenis usaha yang satu ini 
menyisakan marjin keuntungan kecil dan tak banyak orang melirik, di tangan Fina 
usaha pembibitan tetap menjanjikan. 

Tengok kandang sapi di Sukabumi, Jawa Barat, yang menaungi sekitar 420 bibit 
sapi perah hanya dalam waktu 15 tahun usahanya. Sebagian besar sapi-sapi itu 
berusia dara bunting dan siap dilelang dengan kisaran harga Rp 8 juta per ekor. 

Yang menarik dari bibit-bibit sapi yang dikelola Fina dan Kelompok Tani 
Goalpara binaannya adalah semua bibit sapi itu berkualitas. Mereka dilahirkan 
dari induk sapi yang tercatat memiliki produktivitas tinggi, sebagian di 
antaranya bahkan produktivitas susunya mencapai 30 liter per hari. Rata-rata 
produktivitas sapi perah sekarang di bawah 15 liter per hari. 

Bibit sapi itu juga dijamin memiliki masa laktasi atau masa produksi susu lebih 
panjang. Bila sapi perah umumnya hanya beranak lima kali, bibit sapi Fina bisa 
beranak sampai tujuh kali, dengan rata-rata laktasi 305 hari per tahun. 

Hal terpenting yang tak dilupakan Fina adalah mencatat semua silsilah sapi 
miliknya. Mulai dari pejantan, induk, tanggal inseminasi buatan, hingga kapan

Re: [wanita-muslimah] Fwd: Hal-Hal yang Berkenaan dengan Masjid

2007-07-27 Terurut Topik Aisha
Pak Arya,
Saya pernah mengikuti satu pengajian di mesjid, kaum perempuan yang mengikuti 
pengajian (ibu-ibu dan gadis-gadis) ternyata banyak yang membawa barang 
dagangan, seperti kerudung, gamis, dll. Di saat para kiai ada di atas mimbar 
menjelaskan berbagai hal, peserta pengajian itu malah bisik-bisik dan 
oper-operan barang dagangan. Kegiatan seperti itu mengganggu orang-orang yang 
mau mendengarkan ceramah agama. Yang seperti itu yang dilarang, jual beli DI 
DALAM mesjid, tapi kalau di LUAR mesjid sih gak masalah, buktinya di halaman 
mesjid banyak yang jual makanan.

salam
Aisha
---
From : h_aryadita

Kalau promosi di masjid gak boleh juga yah? soalnya nyrempet2 jual beli tuh 
bang..

Oh ya, cewek kudu pake jilbab ke masjid kok gak ada larangannya yah? Kalau yang 
melarang kira2 pake dalil apa yah?
--
4. Dilarang jual-beli di dalam masjid. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw 
dibawah ini:

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Apabila kamu melihat orang 
yang berjualan atau membeli jualan itu di dalam masjid, maka katakan kepadanya, 
'Semoga Allah tidak memberi keuntungan daganganmu'. (HR an-Nasa'i dan 
at-Tirmidzi seraya menganggap hasan hadis tersebut).

Bagi orang yang melihat hal tersebut, wajib mengingatkannya sambil berdo'a 
dengan do'a tersebut seraya diucapkannya dengan keras. Alasannya, karena masjid 
tidak dibangun untuk hal ini.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA

2007-07-27 Terurut Topik Aisha
Saya pernah mengikuti satu milis, ternyata milis itu satu arah - tidak ada 
dialog antar anggota, tapi anggota boleh mengirim tulisan yang lalu disortir 
moderator (ada yang lolos, ada yang tidak lolos), artinya milis itu memoderasi 
SEMUA anggotanya.

Sebenarnya moderator itu kan ibarat polisi lalu lintas, jika tata tertibnya 
bis, angkot itu tidak boleh ngetem di sudut-sudut jalan, maka jika polisi itu 
bertindak, itu tentunya sesuai dengan tugas polisi itu untuk menertibkan lalu 
lintas. Jika di jalan ada tabrakan karena pengemudinya ngebut tapi tidak bisa 
mengendalikan diri, tugas polisi untuk mengurus mobil dan 2 pengemudi itu dan 
melancarkan kembali semua jalur lalu lintas. Jika ada pengemudi mabuk yang 
sesuka hati mengemudi sehingga membahayakan pengguna jalan raya lainnya, maka 
tugas polisi pula untuk menahan pengemudi mabuk itu. 

Pertanyaannya kemudian, apakah di dunia milis ada yang tidak taat aturan yang 
sudah dibuat harus ditertibkan? Apa ada member yang mabuk sehingga bukan 
membahayakan lalu lintas, tapi mungkin hanya membuat tidak nyaman anggota 
lainnya - ini juga mungkin tidak semua anggota terganggu karena ada juga yang 
cuex bebex, gak peduli dan mungkin wajar saja mabuk di milis karena tidak ada 
yang ditabrak (tidak ada yang terluka secara fisik) dan bisa memaklumi bahwa 
memang ada orang yang seperti itu di dunia ini. Nah, orang mabuk dan yang 
memang melanggar tata tertib tertulis dan peringatan itu harus diperlakukan 
sama? Eh ini bukan mabuk karena alkohol yang bisa mencelakakan orang lain di 
jalan, tapi mungkin mabuk dengan cara berjalan kesana kemari ngoceh tidak 
karuan...;)

salam
Aisha

From : Mia

Moderator WM melakukan tugasnya, kok dibilang 'kesannya nggak demokratis dan 
otoriter'? Kalau keputusannya kurang tepat, persoalannya kupikir bukan otoriter 
dan nggak demokratis.

Ada beberapa milis setiap postingan selalu dimoderasi. Lalu apakah moderator 
terkesan otoriter atau nggak demokratis? Tapi karena di milis ini moderator 
nggak punya waktu memoderasi setiap postingan, maka diseleksi saja sekali-kali 
yang perlu dimoderasi. Artinya, moderator menjalankan tugasnya kalau dianggap 
perlu. Di milis 
sekelompok ilmuwan akademisi kelas dunia yang saya ikutin secara pasif, 
moderator sesekali menutup suatu thread kalo sudah dia anggap berlarut-larut, 
kepanjangan nggak jelas. 

Karena moderasi bukan banning. Anggap saja moderasi ini bagian dari character 
building di milis ini. Kan udah ada buktinya pak HMNA sekarang aman sentosa? 
Kita bisa berharap Pak Jan dan Pak Sat akan demikian juga, dengan usaha ini. 
Kita sendiri masing2 nggak boleh menutup mata dengan 'kekerasan atau 
manipulasi' yang berlangsung di 
milis. Paling tidak kita bisa mengekpressikan ketidaksenangan kita sesekali, 
dan bukannya 'dwelling on it'.

Sejujurnya, saya sebagai pengikut milis nggak mikirin siapa yang akan 
dimoderasi, walaupun sesekali mengekpressikan ketidaksenangan kepada gaya 
tertentu, seperti gaya autis Janoko. Mudah saja, postingan 
Janoko biasanya kulewatin. Postingan pak RSA kebanyakan kulewatin karena emang 
ngggak cukup waktu baca postingnya yang banyak. Lebih dari itu menurut 
pandanganku, psikologi keduanya Jan dan RSA, mengimplikasikan mental 
fundamentalis yang menurut KA mengalami distorsi pemahaman waktu, jadi semacam 
patologis ahistoris. Pun ini nggak membuatku berpikir mereka kudu dimoderasi, 
karena setiap kita bisa belajar dari situasi apapun. But you see, sudut pandang 
saya adalah sebagai anggota milis, bukan sebagai moderator yang punya tugas 
memperhatikan lalu lintas dan kenyamanan milis - dan ini valid.

salam
Mia


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Fair-kah anda?

2007-07-27 Terurut Topik Aisha
Ada yang terlupa, yang menjapri saya itu beberapa anggota WM yang termasuk 
silent member, mereka yang sama sekali tidak pernah posting, mengirim tulisan 
atau menanggapi di milis. Saya tidak pernah tahu apakah mereka yang menjapri 
ini sealiran atau tidak, karena sebelumnya saya tidak kenal mereka, maksudnya 
aliran apa? aliran sungai atau aliran silat? ..;) Itu sebabnya kalau belum 
mengerti, minta penjelasan dulu lah sebelum mikir atau nyangka jelek ke orang 
lain, bukankah Islam mengajarkan untuk menjauhi prasangka? 

Saya dengan moderator milis WM ini tidak berjapri ria, kenapa harus berjapri 
ria kalau saya bisa menanggapi berbagai hal di milis - mulai dari ISI banyak 
topik di milis sampai ke CARA orang milisan. Bukankah kalau kita beragama itu 
harus kaffah? Jadi bermilis ria itu juga bukan sekedar membicarakan berbagai 
hal tentang Islam di banyak tanggapan di milis, cara kita menanggapi orang lain 
saat ngobrol di milis juga harus ada etikanya dwonks. Termasuk disini saat saya 
menanggapi japrian pak Satriyo yang menyangkut moderator dan member milis, 
selain ditujukan ke anda, saya juga masukkan ke milis. Email ini pun saya kirim 
ke pak Satriyo + milis. 

Tidak semua japrian saya masukkan ke milis walaupun dari orang yang mengaku 
anggota WM ini, misalnya jika orang itu menjapri menawarkan rumahnya, di milis 
kan tidak boleh jualan, ada di tata tertib, nanti malah saya kena moderasi 
kalau ngotot masukin japrian orang yang lagi jualan. Japrian yang menanyakan 
tempat pengobatan karena anak yang menjapri ini kecanduan narkoba, saya 
menjawab yang saya tahu, yang ini mungkin bisa dimasukkan ke milis tanpa nama 
si penjapri, tapi tidak saya masukkan di milis karena penjapri ini beranggapan 
bahwa anak yang kena narkoba itu aib bagi keluarganya - kalau dia tidak 
menganggap begitu kan dia bisa bertanya di milis bukan di japrian.

Kasus lain, setelah berdebat panjang di milis sebelah, orang tsb menjapri saya 
dengan kata-kata buruk misalnya saya dianggap gila setelah orang itu tidak bisa 
berdebat lagi di milis. Yang seperti ini tidak saya masukkan ke milis lagi 
walaupun itu masih kelanjutan obrolan di milis. Ada saatnya kita tidak perlu 
menanggapi sesuatu jika lebih banyak mudaratnya dibanding manfaatnya. Orang 
yang ngobrol di milis sudah tidak fokus lagi ke masalahnya tapi sibuk memaki 
atau melecehkan orang lain teman diskusinya berarti tidak mampu lagi untuk 
berkomunikasi di milis. Proses sampai saya seperti ini melalui proses panjang 
sebab pada dasarnya orang selalu tidak puas, apalagi jika teman diskusi mulai 
memaki, melecehkan dan kata-kata buruk lainnya ke yang bersifat personal, 
tentunya sangat tidak menyenangkan dan kita cenderung membalas, itu yang 
namanya mengikuti hawa nafsu. Keberangan atau nafsu amarah seseorang dibalas 
dengan keberangan atau amarah yang sama. Jika kita tidak bisa mendinginkan 
suasana, lebih baik dibiarkan orang yang sedang emosional, syukur2 bisa tenang 
lagi dan jika suasananya sudah nyaman, kalau sempat - masih diberi waktu oleh 
Allah, bisa dilanjutkan diskusinya dengan pengendalian diri yang lebih baik. 
Saya juga masih belum jadi orang baik, tapi tentunya harus selalu ada 
peningkatan diri, kalau tahun kemarin masih bales orang yang marah-marah, tahun 
ini tidak perlu lah balas marah. Gitchu, kan?..:)

Silahkan pak Satriyo baca pula beragam postingan di milis, tentang moderasi 
anda dan pak Jano itu ada berbagai komentar dari anggota milis, yang pro dan 
yang kontra tentang moderasi. BTW, saya juga menerima japrian pak Jano yang 
ditujukan untuk banyak orang, tapi tidak ada isinya, saya tidak tahu apakah pak 
Jano tergesa-gesa sehingga belum mengetik isinya keburu klik send atau memang 
sengaja seperti itu, kalau seperti ini saya memahami maksudnya blio.

salam
Aisha
--
From : Aisha

Temans,
Saya menerima email japri dari pak Satriyo sehubungan dengan komentar saya di 
milis. Saya pribadi ngomentari tentang masalah yang sedang dimoderasi bukan 
masalah besar sehingga harus nunggu aktif lagi, apa sih arti 
dimoderasi itu? Dimoderasi itu bukan diban sehingga orang itu dikeluarkan dan 
tidak bisa posting lagi di milis, dimoderasi itu orang tetap bisa mengirim 
emailnya tapi melalui moderator, untuk disaring, masalahnya moderator itu kan 
bukan pengangguran hanya setiap jamnya hanya melototin kegiatan milis saja, 
jadi mungkin harus sabar menunggu, kalau tidak mau sabar menunggu, ya ... 
jangan sampai dimoderasi, contoh dibilangin jangan ngobrol lagi tentang aliran 
agama apalagi ngobrol yang pakai unsur menyesatkan orang lain, kenapa tidak 
nurut? Lebih baik memoderasi diri sendiri dulu, pikir dulu sebelum posting, 
bertanya ke diri sendiri, apakah layak masukin berbagai email untuk milis 
tertentu. Coba lihat peringatan moderator sebelumnya di email yang diposting 
tgl 15 Juli 2007 jam 12:03 dan subject-nya MODERATOR : Debat Ahamdiyah 
DItutup.

Setelah dimoderasi, abah HMNA menjapri saya menanggapi thread nama Islam, saya 
tanggapi di milis

Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko RSA

2007-07-27 Terurut Topik Aisha
Meidear,
Japrian pak Satriyo itu di ada kalimat pak Satriyo di baris paling bawah 
seperti ini SILAKAN TERUSKAN KE MILIS KALO MAU..., apakah itu berarti for 
your eyes only?hehehe, bagi saya sih arti dari kalimat pak Satriyo itu 
adalah saya bisa masukin ke milis, belajar untuk mengemukakan ketidak puasan di 
milis jika memang sumber ketidak puasan itu adanya di milis. 

Lebih banyak kepala di milis kan lebih banyak pendapat, sehingga orang bisa 
belajar dari beragam pendapat itu untuk bisa lebih baik di masa mendatang, 
bukankah agama Islam mengajarkan bahwa celaka orang yang hari ini-nya lebih 
buruk dari hari kemarin, merugi jika orang hari ini-nya sama dengan hari 
sebelumnya, orang Islam itu harus lebih baik dari hari ke hari, belajar 
termasuk juga belajar dari perbedaan pendapat. Siapa tahu dengan berbagai 
komentar di milis, orang bisa jadi mengerti kenapa dia mendapat perlakuan 
tertentu. Tidak ada asap kalau tidak ada api, tidak ada reaksi kalau tidak ada 
aksi, maka silent member tidak akan dimoderasi karena dia tidak pernah posting 
sesuatu alias tidak ada aksi sama sekali...;)

Sekali lagi, japrian pak Satriyo itu dimasukkan ke milis itu karena ada kalimat 
yang mempersilahkan saya meneruskan ke milis, beda dengan japrian seseorang 
yang anggota WM juga yang memang menuliskan FYEO dalam japriannya, padahal 
orang ini mengomentari masalah di milis, saya masih ingat, waktu itu lagi 
membahas kasus seorang seleb yang tidak mengakui anak yang ada di perut 
pacarnya. Tentu saja japrian itu tidak saya teruskan ke milis. Saya juga tidak 
mungkin meneruskan japrian yang menyatakan cinta atau mengeluh sedang patah 
hati ke milis. Begitchu ragam japri yang saya terima itu mba Mei dan cara saya 
memperlakukan japrian yang aneka ragam itu...;)

Pabaliut Meidear bukan babaliyut...:)

salam
Aisha
---
From : L. Meilany


Mengenai japri antara Pak Satriyo dan Aisha misalnya, saya sih nggak mau ikutan 
campur. Meskipun akhirnya oleh Aisha di lempar ke milis. 

Terus terang saja bagi saya sih yg namanya 'japri' itu bijaksananya nggak 
bolehlah langsung di lempar ke forum. Apalagi kalo japrian itu sifatnya 
ngedumel, protes atas kebijaksanaan milis, masalah orang per orang. Akibatnya 
yg gak tahu jadi tahu. Akibatnya malahan jadi babaliyut , benang kusut.Timbul 
persepsi akan pribadi orang per orang. Karena namanya curhat, pengaduan itu 
lahir dari akibat ke tidakpuasan. Jadi ya sebenernya di endapkan dulu, nanti 
setelahnya mungkin bisa ambil action, di jawab atau bahkan diamkan saja. 
Seperti misalnya komunikasi saya dengan Hana, saya agak berhati-hati tapi kalo 
hal tersebut merupakan amanah [artinya saya jadi kurir, ya saya lemparlah ke 
forum]

Begitulah biasanya yg saya lakukan terhadap mail2 japri yg nadanya mungkin 
menyerang pribadi, menyerang kebijaksanaan orang lain/milis. Setidaknya hal 
tersebut bisa jadi tambahan pelajaran bagi saya, bukan masalah yg diomongin, 
tapi : betapa uniknya manusia :-)
.
.

Salam maaf,
l.meilany
[Mungkin kali lain kalo mau japrian sebelumnya ditulis dulu FYEO - for your 
eyes only jadi nggak di kirim ke milis :-]


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: STOP! Fwd: Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah)

2007-07-26 Terurut Topik Aisha
Bukankah moderator dulu ketika diskusi Ahmadiyah antara abah HMNA dan pak MAS 
ketika sudah tidak sehat lagi sudah memberi peringatan untuk menghentikan 
diskusi tentang aliran agama? Di tata tertib milis juga kan ada. Tapi saya 
heran kenapa ada saja anggota yang ngotot banget untuk terus mendiskusikan 
Ahmadiyah? Yang saya tahu ada milis Islam-Kristen yang heboh saling menghina 
saling memaki antara penganut agama masing-masing, ada tidak ya milis yang 
isinya perdebatan antara penganut Ahmadiyah-non Ahmadiyah, supaya pak Satriyo 
dan teman-teman yang ingin berdebat terus tentang Ahmadiyah bisa punya tempat 
dan tidak ngotot debat di milis wanita-muslimah.

Tapi ada satu hal yang ingin saya tanyakan kepada siapa saja yang tahu tentang 
Ahmadiyah - tapi bukan mau debat tentang alirannya - ini hanya masalah wanita 
dan pernikahan. Ada sodara jauh yang mengaku Ahmadiyah (kita sebut saja ibu X), 
pernah cerita ke ibu saya waktu mengundang ke acara pernikahan anak-anaknya 
(kebetulan anaknya semua perempuan), katanya anak-anak gadisnya kalau membawa 
calon pasangan hidup yang ingin melamar ke rumah, selalu ditanya Ahmadiyah atau 
bukan? Kalau laki-laki yang mau melamar itu Ahmadiyah, maka hubungan itu bisa 
berlanjut ke pernikahan, tapi kalau tidak, lamarannya tidak diterima.

Karena ibu itu sudah meninggal sehingga saya tidak bisa bertanya langsung, saya 
ingin bertanya apakah betul di Ahmadiyah itu pernikahan hanya sesama penganut 
Ahmadiyah? Itu ketentuan kelompok atau hanya kebetulan kebiasaan ibu X itu saja?

salam
Aisha
--
From : Dwi W. Soegardi

MODERATOR:
Topik ini harap tidak diteruskan.
Saya tidak melihat akan adanya dialog yang sehat mengenai perdebatan antar 
aliran di milis.

Karena peringatan sebelumnya tidak diindahkan, maka satriyo/rsa/[EMAIL 
PROTECTED] dikenai sanksi moderasi.

Bagi warga Ahmadiyah yang ingin memberikan jawaban, langsung saja japri dengan 
ybs.

Demikian harap maklum.

salam,
DWS
=Moderator
--
On 7/25/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Moderator, saya tampilkan versi text brosur tentang Ahamdiyah, dengan
 harapan akan ada dialog sehat, tidak mengulang apa yang terjadi
 sebelumnya yang jauh dari sehat dan tidak fokus.

 Buat member di milis ini yang memang paham Ahmadiyah dan juga yang
 menganut Ahmadiyah, mohon tanggapannya.

 Mohon maaf bagi yang tidak berkenan.

 Terima kasih sebelumnya.

 salam,
 rsa
 ===
 Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Fair-kah anda?

2007-07-26 Terurut Topik Aisha
Temans,
Saya menerima email japri dari pak Satriyo sehubungan dengan komentar saya 
di milis. Saya pribadi ngomentari tentang masalah yang sedang dimoderasi 
bukan masalah besar sehingga harus nunggu aktif lagi, apa sih arti 
dimoderasi itu? Dimoderasi itu bukan diban sehingga orang itu dikeluarkan 
dan tidak bisa posting lagi di milis, dimoderasi itu orang tetap bisa 
mengirim emailnya tapi melalui moderator, untuk disaring, masalahnya 
moderator itu kan bukan pengangguran hanya setiap jamnya hanya melototin 
kegiatan milis saja, jadi mungkin harus sabar menunggu, kalau tidak mau 
sabar menunggu, ya ... jangan sampai dimoderasi, contoh dibilangin jangan 
ngobrol lagi tentang aliran agama apalagi ngobrol yang pakai unsur 
menyesatkan orang lain, kenapa tidak nurut? Lebih baik memoderasi diri 
sendiri dulu, pikir dulu sebelum posting, bertanya ke diri sendiri, apakah 
layak masukin berbagai email untuk milis tertentu. Coba lihat peringatan 
moderator sebelumnya di email yang diposting tgl 15 Juli 2007 jam 12:03 dan 
subject-nya MODERATOR : Debat Ahamdiyah DItutup.

Setelah dimoderasi, abah HMNA menjapri saya menanggapi thread nama Islam, 
saya tanggapi di milis, jadi jika pa Satriyo dimoderasi dan tidak sabar 
untuk ngobrol, bisa di japrian seperti ini dan saya masukkan ke milis, ini 
juga jika saya sedang agak santai, karena waktu saya untuk milisan juga 
terbatas, hidup lebih banyak untuk mencari nafkah. Disamping itu, seseorang 
yang sedang dimoderasi kan tetap bisa membaca semua postingan yang masuk. 
Jadi kenapa harus menunggu sampai seseorang lepas dari moderasi?

Rupanya pak Satriyo ini masih gaptek juga, masih belum mengerti tentang 
MILIS UMUM seperti WM, buktinya blio sampai mengeluarkan kalimat berani di 
kandang sendiri, ini maksudnya apa? Saya bukan salah satu dari moderator, 
saya juga mengikuti banyak milis, tapi karena keterbatasan waktu, saya hanya 
ikut ngobrol di WM dan sekali-sekali di KS, dan beberapa milis tertutup yang 
berkaitan dengan kelompok sekolah saya dulu. Di WM-pun tidak rutin tiap 
hari. Sebenarnya saya ingin banyak ngobrol tentang berbagai hal di milis 
lainnya, sekali lagi karena waktunya terbatas sehingga saya pilih milis yang 
berkaitan dengan wanita dan milis keluarga dalam skala prioritas saya. 
Kandang sendiri bagaimana? di WM ini saya tidak mengenal secara fisik 
anggota2nya kok - bukan pemilik, pendiri atau moderator, ngobrol ya ngobrol 
aja sebagai anggota, kok disangkut pautkan dengan kandang segala...:)

Sekali lagi, tidak ada kaitannya dengan kelompok2, saya menanggapi sesuai 
dengan kemampuan saya dari segi waktu untuk membaca dan mengetik, saya bisa 
sependapat dan bisa tidak sependapat dengan banyak anggota WM.

Pak Satriyo ini kok mikir buruk ya ke orang lain, sampai mengatakan 
moderator dan member gak beda. Beda lah, saya sebagai member tidak mempunyai 
kekuasaan untuk mem-ban atau memoderasi member. Sebagai member saya hanya 
punya kewenangan untuk posting saja tentang berbagai topik di milis.

Yang penting adalah apakah pak Satriyo mengakui melakukan kesalahan atau 
tidak? Jika tidak merasa bersalah dan terus mencari kambing hitam di pihak 
lain, hidup tidak akan tenang. Saya sudah menunjukkan peringatan moderator 
tgl 15 Juli itu, disamping itu di tata tertib milis WM yang dikirim secara 
periodik kan sudah ada aturan tentang larangan tentang aliran agama itu.

salam
Aisha
-- 
From: rsa [EMAIL PROTECTED]
To: Aisha [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, July 26, 2007 1:55 PM
Subject: Fair-kah anda?


Kalo mau komentar soal member yang lagi dimoderasi atau apalah istilahnya, 
ya tunggu sampe ybs bisa aktif lagi.

Payah memang kalo sudah punya kuasa, apalagi ber-japri ria sesama member 
yang sealiran ... hehehe. Moderator dan member dah ga beda, saling dukung 
krn sealiran! Pake dalih macam2 asal bisa 'ngusir' ... ;-]

Tapi gpp ... tipe anda memang sama ko ... berani di kandang sendiri.

Silakan teruskan ke milis kalo mau ...




Re: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko

2007-07-26 Terurut Topik Aisha
Selain pernah membaca keluhan teman-teman anggota WM di milis, saya juga 
menerima keluhan email japri tentang gaya diskusi pak Jano yang tidak nyambung 
dan kacau, saya tidak tahu apakah blio ini sengaja ingin mengacaukan diskusi 
atau memang tidak mampu untuk berdiskusi dengan wajar. Saya baru tahu gaya 
diskusi yang aneh seperti yang dilakukan pak Jano itu thread jacking. Semoga 
pak Jano ini bisa memperbaiki gaya diskusinya setelah dimoderasi yang 
sebenarnya membebani moderator untuk menyaring postingan anggota yang 
dimoderasi.

--

From : Dwi W.Soegardi

On 7/24/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wah nampaknya ada saling tantang ni antara Mia-Janoko dan moderator-
 Janoko, sehingga terjadi moderasi. Seharian kemarin saya ko ga lihat
 ada posting dari mas Janoko.

Bagi yang merasa kehilangan dengan absennya Janoko berikut ini keterangan 
moderator.

Posting dari Janoko dimoderasi sejak akhir pekan lalu setelah memperhatikan 
cara dia berdiskusi sejak kehadirannya di milis ini. Jadi bukan dimoderasi 
setelah ada usulan Mbak Mia.

Besar harapan kami agar Janoko duduk manis di pojok, memperhatikan yang lain 
berdiskusi dan dapat belajar cara berdiskusi yang baik. Kelakuannya berupa 
THREAD JACKING --mengalihkan topik, dan merusak alur diskusi-- sudah tidak 
dapat ditoleransi.

Demikian harap maklum.

salam,
DWS
=Moderator



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Perjalanan Doktor Komunikasi Jender Sunarto

2007-07-23 Terurut Topik Aisha
Temans,
Menarik tulisan tentang doktor komunikasi jender ini yang mengaku 
ketertarikannya terhadap ilmu ini karena masa lalunya, punya ayah yang pelaku 
kekerasan karena dididik oleh orang tua dengan kekerasan pula, lalu kekerasan 
ini menular pula ke doktor yang satu ini. Ternyata kekerasan ini satu penyakit 
menular ya, bukan penyakit fisik tapi penyakit jiwa (?) yang menyebabkan orang 
lain - korban kekerasan mengalami luka (lahir-batin). Dalam tulisan ini saja 
ada 4 generasi pelaku kekerasan, buyut - kakek - ayah - dan anak (generasi pak 
Sunarto) ini yang ingin menghapus kekerasan ini di keluarganya dan orang-orang 
di luar keluarganya.

Menarik pula dari disertasinya tentang potensi kekerasan terhadap wanita yang 
muncul dari media televisi, khususnya dari film kartun: Doraemon, Crayon 
Shinchan, dan P-Man. Hati-hati yang punya anak yang suka film-film ini, atau 
manusia dewasa yang masa kecilnya suka film-film ini.

Menarik pula ketika pak Sunarto ini tetap menghargai ayahnya yang seorang 
petani gurem yang memilih pindah dari Sukoharjo ke Kudus untuk kehidupan lebih 
baik. Kuli pasar, memulung sampah, mengayuh becak, dan berdagang bakmi keliling 
dilakoninya untuk keluarga dan impian anaknya menjadi pegawai negeri. Ayah yang 
dibesarkan dengan kekerasan ini selain melakukan kekerasan terhadap anggota 
keluarganya juga begitu berat bekerja untuk anggota keluarganya. Ini satu 
contoh pelaku kekerasan di masyarakat ekonomi rendah, pertanyaannya sekarang, 
apakah di tingkat menengah ke atas juga ada ayah-ayah yang masa kecilnya penuh 
kekerasan juga melakukan kekerasan ke anak-anaknya atau ke istrinya? 

Tentu saja kita bukan bicara hanya kekerasan fisik saja, tetapi juga kekerasan 
psikis, misalnya bukan hanya di dalam keluarga saja, kekerasan berupa kata-kata 
yang diucapkan atau yang diketikkan dalam email di milis ketika ada pendapat 
yang berbeda melalui kata-kata kasar atau penuh cacimaki dan penghinaan 
terhadap orang lain. Jadi ingat ayah saya yang pernah bicara, kasihan pelaku 
kekerasan itu, baik kekerasan fisik maupun dalam bicara atau berdebat, kasihan 
jika orang itu tidak tahu bahwa itu perbuatan salah dan kasihan karena 
pengendalian dirinya yang kurang. Jika dia beragama Islam, ibadah puasa - 
sholat - haji/umrahnya kurang berbekas.

salam
Aisha
-
Kompas, 20 Juli 2007 
Perjalanan Doktor Komunikasi Jender Sunarto 
Gesit Ariyanto

Tidak banyak akademisi yang secara serius mendalami persoalan jender di negeri 
ini. Apalagi akademisi berlatar belakang ilmu komunikasi. Dan, Sunarto (40) 
merupakan salah satu yang memutuskan mengarungi belantara luas itu. 

Janji setia Sunarto menyusuri ladang persoalan jender itu dikuatkannya ketika 
pada Kamis (19/7) ia resmi menyandang gelar doktor pada Program Pascasarjana 
Bidang Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 
Indonesia (FISIP-UI). Jalannya kian sempurna ketika ia memperoleh predikat cum 
laude dengan indeks prestasi (IP) sangat sempurna: 4.0! 

Promotornya, Profesor Alwi Dahlan, secara khusus memberi pujian tinggi atas 
prestasi akademiknya. Selain tepat waktu (10 semester), ia juga 
menyelesaikannya di tengah-tengah kesibukan mengajar di program sarjana S-1 
FISIP-UI dan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro 
(Undip), tempat dia mengajar. 

Di sela-sela waktunya pergi-pulang Jakarta-Semarang, Sunarto masih sempat 
memprakarsai pertemuan Kemisan mahasiswa S-3 UI. Di sana pula ia menjadi 
rujukan bertanya beberapa temannya. 

Ko-promotornya, Francisia SSE Seda, memberi catatan khusus pula, yakni sebagai 
akademisi dengan spesialisasi jender yang bukan berlatar ilmu sosiologi. 
Bahkan, teori pendekatan yang digunakannya lengkap dan utuh. 

Soal pilihannya yang lebih condong ke arah paradigma sosiologi, ia berujar, 
Saya punya alasan khusus. 

Ia mengaku, ketertarikannya pada soal-soal kekerasan berawal dari masa kecilnya 
yang ia sebut buruk. Sang ayah, yang dibesarkan kakek-buyutnya, ringan tangan 
alias suka memukul. 

Kebiasaan buruk itu menular. Sunarto muda pun ringan tangan terhadap 
adik-adiknya, khususnya bila keinginannya tak terpenuhi. Kebiasaan itu selalu 
berulang hingga ia memperoleh pencerahan ketika kuliah S-1 di FISIP Undip. 

Sedikit banyak, rasa sesal dan ingin menebus kesalahan yang menular itulah yang 
menyemangatinya menekuni studi yang berbau kekerasan. Ia tak ingin masa lalunya 
yang keras dialami anak-anak atau siapa saja. 

Disertasinya membahas potensi kekerasan terhadap perempuan yang muncul dari 
media televisi, khususnya dari tontonan hiburan anak-anak: film kartun seperti 
Doraemon, Crayon Shinchan, dan P-Man. Disertasinya berjudul Kekerasan Televisi 
terhadap Wanita: Studi Strukturisasi Gender Industri Televisi dalam 
Naturalisasi Kekerasan terhadap Wanita Melalui Program Televisi untuk Anak-anak 
Indonesia. 

Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa tontonan keluarga itu ternyata menebar 
benih-benih kekerasan. Disadari atau tidak, itu terjadi hingga ruang

Re: [wanita-muslimah] jika, khalwat

2007-07-15 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Sebenarnya pacaran itu apa ya? Saya pernah melihat kasus kenalan saya yang 
selama sekolah+ kuliah bertetangga dan bersahabat, dalam arti mereka sering 
pergi berdua seperti ke sekolah naik motor berdua karena memang sekolahnya 
jauh. Kursus beladiri, melihat pameran buku, nonton film, sekedar makan bakso, 
dll juga sering berdua. Orang-orang yang kenal mereka sering menyangka mereka 
ini pacaran, tapi kedua orang ini menyangkal pacaran, mereka mengatakan mereka 
itu bersahabat. Dan memang masing-masing punya yang teman lain yang disebut 
pacar yang juga sering terlihat berdua di pertokoan, di kampus, di tempat 
makan, dll - pokoknya kedua sahabat itu sering berdua di TEMPAT UMUM, dengan 
sahabatnya ini atau dengan pacar masing-masing.

Kedua orang putus dengan pacar masing-masing, dan selama beberapa tahun selama 
kuliah terlihat tidak punya pacar, tapi persahabatan mereka tetap berjalan, 
dalam arti mereka bergaul dekat dan terlihat berdua di tempat umum. Sampai 
akhirnya ketika masing-masing lulus dan sudah bekerja, mereka memutuskan 
menikah. Nah, apakah menurut pak Satriyo kegiatan persahabatan ini juga 
termasuk pacaran karena mereka sering melakukan berbagai kegiatan berdua?

Kasus lain, seorang laki-laki sudah beristri. Di pekerjaannya di satu proyek 
penelitian dia punya teman kerja wanita yang belum menikah, mereka sering 
terlihat bersama di laboratorium untuk meneliti sesuatu, sering terlibat dalam 
debat heboh tapi juga akrab ngobrol apa saja di tempat makan di kantor, saat 
seminar, di lab, dll. Orang-orang yang kenal menyatakan mereka ini pacaran, 
walaupun mereka membantah, katanya mereka hanya teman kerja yang kebetulan 
memiliki banyak persaman selain perbedaan yang berkaitan dengan bidang 
pekerjaan mereka.

Jadi pacaran itu apa? Apakah setiap hubungan laki-laki dan wanita yang terlihat 
sering berdua di tempat umum itu juga masuk dalam kategori pacaran yang 
mendekati zina? Saya melihat kasus pertama di atas ini kasus hubungan manusia 
yang bagus karena sebelum menikah saling mengenal kebaikan dan keburukan 
masing-masing, kalau orang yang kenal mereka mengatakan mereka pacaran, mereka 
pacaran dengan sehat. Dalam kasus kedua, hubungan dekat antara laki-laki yang 
sudah beristri dengan wanita yang belum menikah itu apakah bisa dimasukan dalam 
bentuk hubungan pacaran yang mendekati zina? Bagi pasangan yang masing-masing 
belum menikah tentunya bukan masalah, tetapi bagi pasangan yang salah satunya 
sudah menikah tentunya hubungan lawan jenis ini berbahaya karena ujung-ujungnya 
bisa terjadi perselingkuhan ya?

salam
Aisha

From : Satriyo

Betul Bu Meilany, pacaran sebelum nikah, artinya (seperti pernah saya nyatakan 
di message # ...) menjalin hubungan intim dengan lawan jenis yang bukan 
pasangan nikahnya, tidak melulu berujung ke zina. Tapi yang patut dan bahkan 
harus kita ingat, Allah tidak melarang perbuatan zina-nya tapi 'mendekati 
zina'. Jadi, mendekati saja dilarang apalagi berbuat.

Dengan demikian, pacaran atau apapun juga macam hubungan yang dengannya terbuka 
peluang berzina ya HARAM hukumnya. Islam jelas dan tegas ko dalam hal ini.

Jadi menurut saya, pak Hendri ingin menekankan bahwa MENDEKATI ZINA, di 
antaranya dengan pacaran sebelum nikah, adalah HARAM.

Mungkin saya tambahkan sedikit, bahwa zina pun ada yang menggolongkan lagi ke 
selain zina sec seks penetrasi (krn ibu bilang kurang lbh seks itu tidak hanya 
coitus), yaitu zina mata, zina tangan, zina kaki dll. Ini menunjukkan bhw 
sebelum terjadi zina seks, atau ZINA, ada banyak peluang kita melakukan some 
kind of zina.

Islam menuntut kita untuk menghindari sesuatu yang memang jelas mendatangkan 
mudharat. Itu jelas. Tapi sebagai makhluk yang dilengkapi oleh Allah fasilitas 
akal/logika, manusia masih bisa dan berani ko menelikung dan mengangkangi hukum 
Allah, bahkan lengkap dengan dalil Qur'an dan Hadis, tidak hanya logika ilmiah 
dan riset.

salam,
satriyo

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Nama Islam

2007-07-14 Terurut Topik Aisha
Abah HMNA,
Jangan ditutup dulu...:), saya ganti subject-nya berdasarkan kalimat abah. 
Berkaitan dengan nama Nasaruddin dari Prof Nasaruddin Umar yang menurut abah 
salah, di bawah ini abah menyatakan nama Islam. Sudah lama saya ingin bertanya 
tentang ini.

Nama Islam itu apa? Apakah itu berarti nama dalam bahasa Arab? Jika begitu, 
apakah muslim yang ada di banyak suku atau bangsa lainnya harus pakai nama dari 
bahasa Arab, dan jika tidak maka orang itu kurang Islami? 

Misalnya apakah orang yang bernama Muhammad itu Islamnya lebih bener daripada 
orang yang bernama Dwi?...hehehe - maaf ya untuk yang bernama Muhammad dan 
Dwi..:), padahal misalnya yang bernama Muhammad itu seorang preman berwajah 
garang dan berkata kasar, yang rajin memalak, memperkosa, mabuk2, rajin ke 
lokalisasi pelacuran, kalau pejabat dia rajin korupsi, dll- sementara yang 
bernama Dwi itu rajin mencari ilmu sampai gelar doktornya di berbagai bidang 
ilmu, lemah lembut ke keluarganya, rajin puasa, rajin membaca dan mempelajari 
Al Quran, baik hati dan tidak sombong, rajin senyum, rajin ke mesjid, peduli 
terhadap fakir miskin dan anak yatim, dan mengerjakan amal-amal soleh lainnya.

Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa nama Islam itu harus diambil 
dari bahasa Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa orang yang 
beriman itu salah satu syaratnya adalah bernama Arab? Apakah ada ayat atau 
hadis yang menyatakan bahwa seseorang bisa masuk surga itu bukan karena iman 
dan amal solehnya tapi karena dia memakai nama yang berasal dari bahasa Arab?

Tolong pencerahannya, pertanyaan ini tidak hanya untuk abah, tapi juga untuk 
teman-teman lainnya yang mau berbagi ilmu tentang nama Islam ini.

salam
Aisha
---
From : HMNA
Subject : Re: [wanita-muslimah] Kritik Terhadap Tafsir Feminis

Memang telah saya sudahi, tapi asetjadi yang nerusin, pakai qiyas (analogi) 
bukan apple to apple, tetapi name to mountain. Nama tokoh yang salah harus 
diekspos, termasuk juga ini nahi munkar, yaitu jangan sampai nama Islam yang 
salah dari seorang tokoh ditiru oleh orang dari pasir eh akar rumput, maka 
menyebarlah kesalahan itu. Nah kalau lukisan gunung itu tidak punya akibat 
pengali (multiplier effect). And now sungguh-sungguh the case is closed

HMNA

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Nama Islam = TPM dan FPI

2007-07-14 Terurut Topik Aisha
Abah,
Terima kasih tanggapannya, tapi tolong lihat lagi postingan saya sebelumnya di 
bawah ini, saya tidak menuliskan bahwa abah berpendapat Muhammad itu 
Islamnya...dst, itu kan kalimat saya untuk memberi contoh nama berbahasa Arab 
vs nama yang tidak berbahasa Arab.

Pertanyaan saya tetap belum dijawab abah, apakah nama Islam itu nama yang 
berasal dari bahasa Arab? Kita semua tahu bahwa Al Quran itu berbahasa Arab, 
jika contoh nama Nasruddin itu abah sebut nama Islam karena diambil dari bahasa 
Al Quran, apakah itu berarti nama Islam itu hanya nama dari bahasa Arab? 
Bagaimana dengan nama lainnya, contoh nama Setiawati yang lahir di Indonesia, 
artinya kan wanita yang setia, bagus kan? Apakah nama ini bukan nama Islam 
karena tidak dari bahasa Arab padahal ada ajaran Islam tentang kesetiaan? Jadi 
nama Islam itu apakah tetap harus berbahasa Arab yang terambil dari Al Quran 
atau bisa juga dari bahasa lainnya tapi yang artinya bagus dan enak di telinga? 
Misalnya nama Ayu untuk gadis dari suku Jawa atau nama Euis dari suku Sunda 
yang diambil dari kata geulis atau ayu yang artinya cantik, mungkin orang 
tuanya berharap anaknya cantik - cantik luar-dalam, cantik fisiknya, cantik 
hatinya, cantik otaknya, cantik perilakunya, dll. Nama Ayu dan Euis juga bukan 
nama Islam karena tidak ada kata2 tersebut dalam Al Quran yang berbahasa Arab?

Saya tidak menanggapi FPI atau TPM yang abah uraikan di bawah ini karena maksud 
saya untuk thread yang ini tentang nama individu yang disebut nama Islam bukan 
nama kelompok/organisasi orang.

salam
Aisha
-
From : HMNA
Aisyah, jangan dirancukan, harus bisa membedakan antara nama Islam dengan nama 
Orang Islam. Nasruddin itu nama Islam, yaitu diambail dari bahasa Al-Quran.: 
Idzaa ja-a nasru Llahi walfathu . Wara.ayta nnaasa yadkhuluwna fiy diyni 
Lla-hi afwaajan. Lihat kata diantara dua tnda kutip  Saya tidak pernah 
mengatakan bahwa orang yang namanya bukan dari bahasa Al-Quran, orang tersebut 
kurang Islami. Saya tidak pernah menulis semacam: Muhammad 
itu Islamnya lebih bener daripada orang yang bernama Dwi!...hehehe. Pernah 
beberapa waktu lalu di milis ini terjadi pula kerancuan, Tim Pembela Muslim 
dipelintir menjadi Tim Pembela Islam. Pandai-pandailah membedakan antar 
Islam dengan orang Islam atau Muslim, nama Islam dengan nama orang Islam atau 
nama Muslim.

Kalau Front Pembela Islam, itu memang lebih tepat FPI, bukan Front Pembela 
Muslim, karena FPI membela Islam dalam konteks pencemaran Islam yang dilakukan 
oleh para cukong pengorganiser maksiyat untuk memperoleh fulus, 
maka itu dalam rangka nahyi munkar, walaupun terkesan anarkhis. Silakan baca 
tentang FPI from the other side of the cukong, di bawah:

Wassalam
HMNA
...
...
-- 
From: Aisha 
Abah HMNA,
Jangan ditutup dulu...:), saya ganti subject-nya berdasarkan kalimat abah. 
Berkaitan dengan nama Nasaruddin dari Prof Nasaruddin Umar yang menurut abah 
salah, di bawah ini abah menyatakan nama Islam. Sudah lama saya ingin 
bertanya tentang ini.

Nama Islam itu apa? Apakah itu berarti nama dalam bahasa Arab? Jika begitu, 
apakah muslim yang ada di banyak suku atau bangsa lainnya harus pakai nama 
dari bahasa Arab, dan jika tidak maka orang itu kurang Islami?

Misalnya apakah orang yang bernama Muhammad itu Islamnya lebih bener 
daripada orang yang bernama Dwi?...hehehe - maaf ya untuk yang bernama 
Muhammad dan Dwi..:), padahal misalnya yang bernama Muhammad itu seorang 
preman berwajah garang dan berkata kasar, yang rajin memalak, memperkosa, 
mabuk2, rajin ke lokalisasi pelacuran, kalau pejabat dia rajin korupsi, dll- 
sementara yang bernama Dwi itu rajin mencari ilmu sampai gelar doktornya di 
berbagai bidang ilmu, lemah lembut ke keluarganya, rajin puasa, rajin 
membaca dan mempelajari Al Quran, baik hati dan tidak sombong, rajin senyum, 
rajin ke mesjid, peduli terhadap fakir miskin dan anak yatim, dan 
mengerjakan amal-amal soleh lainnya.

Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa nama Islam itu harus 
diambil dari bahasa Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa 
orang yang beriman itu salah satu syaratnya adalah bernama Arab? Apakah ada 
ayat atau hadis yang menyatakan bahwa seseorang bisa masuk surga itu bukan 
karena iman dan amal solehnya tapi karena dia memakai nama yang berasal dari 
bahasa Arab?

Tolong pencerahannya, pertanyaan ini tidak hanya untuk abah, tapi juga untuk 
teman-teman lainnya yang mau berbagi ilmu tentang nama Islam ini.

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Praktik Poligami Seringkali Melanggar Hak Perempuan dan Anak

2007-07-14 Terurut Topik Aisha
Pak Kinantaka,
Saudara sepupunya ini punya anak? Jika punya, untuk sekolah, passport, dll kan 
butuh akte kelahiran. Apakah anak-anaknya tidak punya akte kelahiran, atau 
dibuatkan akte kelahiran dengan keterangan yang tercantum di akte itu status 
anak yang hanya ada nama ibunya saja dan status anak yang lahir di luar nikah 
sebab akte kelahiran kan diurusnya dengan syarat surat nikah orang tuanya 
(kebetulan kemarin mengurus akte kelahiran salah satu ponakan yang baru lahir). 
Nikah sirri kan tidak ada surat nikahnya.

Sebenarnya ada cara lain jika sepupu pak Kinantaka tidak mau ribet urusan 
pembagian harta, dia bisa nikah di KUA dengan perjanjian pra-nikah yang 
menyatakan semua kekayaan yang didapatkannya sebelum nikah dan sesudah nikah 
itu haknya dia dan tidak termasuk harta gono-gini yang dibagikan jika cerai. 
Dengan cara ini, tidak ada keributan saat cerai soal harta tapi anak-anak yang 
lahir itu jadi anak-anak sah yang jelas asal-usulnya dan tidak repot jika 
mengurus berbagai hal di negara ini.

salam
Aisha
---
From : Kinantaka
saya punya saudara sepupu perempuan yg lumayan tajir (di atas rata2) yg 
diperoleh dari usahanya sendiri yg halal...

dia sudah 3x kawin cerai... dan semua pernikahannya secara sirri... dan yg 
lebih bikin saya membelalakkan mata adalah... saudara sepupu saya sendiri yg 
menginginkan nikah secara siiri... ga mau legal formal...

kenapa?
ini karena secara ekonomi, penghasilan saudara saya tersebut di atas 
penghasilan para suaminya... bisa ratusan kali lipat... info yg saya dapat, dia 
memang sengaja menginginkan nikah sirri agar pada saat bercerai tidak 
dipusingkan dengan pembagian harta yg ribet seperti nikah secara legal formal...
bagaimana kalau begini?

salam,
kinantaka

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Nama Islam

2007-07-14 Terurut Topik Aisha
Terima kasih mba Sofie untuk tanggapannya. Betul bahwa nama itu doa atau 
harapan dari orang tua untuk anaknya. Pertanyaannya masih belum terjawab juga, 
apakah nama Islami itu nama yang berasal dari bahasa Arab? Jika dikaitkan 
dengan doa atau harapan orang tua, bukankah bayi dinamai setiawan atau 
setiawati itu juga doa/ harapan ortu supaya anaknya jadi orang yang setia? Nama 
dermawan, gunawan, asih, juga merujuk ke harapan/doa supaya anaknya jadi orang 
yang rajin berderma, berguna atau penuh kasih? Apakah nama Islami itu tidak 
terkait dengan pemakaian bahasa Arab tapi bisa bahasa apa saja yang penting 
artinya sesuai dengan ajaran Islam?

salam
Aisha
---
From : candle light
ukhti aisha...afwan kalo boleh ana kasih pendapat ttg nama islami. pada 
hakekatnya nama adalah label yg melekat pada diri seseorang seumur hidup bahkan 
sampai kelak orang tersebut tiada. banyak orang menilai bahwa nama merupakan 
suatu doa, oleh karenanya banyak pula yg memilihkan nama2 islami untuk anak2nya 
dg harapan agar anak tsb di kemudian hari kelak menjadi apa yg didoakan ortunya 
melalui namanya. hmm gitu aja kali yaa. afwan kalo salah2 nih..

wass.
-sofie-
--
Aisha wrote:
Abah HMNA,
Jangan ditutup dulu...:), saya ganti subject-nya berdasarkan kalimat abah. 
Berkaitan dengan nama Nasaruddin dari Prof Nasaruddin Umar yang menurut abah 
salah, di bawah ini abah menyatakan nama Islam. Sudah lama saya ingin bertanya 
tentang ini.

Nama Islam itu apa? Apakah itu berarti nama dalam bahasa Arab? Jika begitu, 
apakah muslim yang ada di banyak suku atau bangsa lainnya harus pakai nama dari 
bahasa Arab, dan jika tidak maka orang itu kurang Islami? 

Misalnya apakah orang yang bernama Muhammad itu Islamnya lebih bener daripada 
orang yang bernama Dwi?...hehehe - maaf ya untuk yang bernama Muhammad dan 
Dwi..:), padahal misalnya yang bernama Muhammad itu seorang preman berwajah 
garang dan berkata kasar, yang rajin memalak, memperkosa, mabuk2, rajin ke 
lokalisasi pelacuran, kalau pejabat dia rajin korupsi, dll- sementara yang 
bernama Dwi itu rajin mencari ilmu sampai gelar doktornya di berbagai bidang 
ilmu, lemah lembut ke keluarganya, rajin puasa, rajin membaca dan mempelajari 
Al Quran, baik hati dan tidak sombong, rajin senyum, rajin ke mesjid, peduli 
terhadap fakir miskin dan anak yatim, dan mengerjakan amal-amal soleh lainnya.

Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa nama Islam itu harus diambil 
dari bahasa Arab? Apakah ada ayat atau hadis yang menyatakan bahwa orang yang 
beriman itu salah satu syaratnya adalah bernama Arab? Apakah ada ayat atau 
hadis yang menyatakan bahwa seseorang bisa masuk surga itu bukan karena iman 
dan amal solehnya tapi karena dia memakai nama yang berasal dari bahasa Arab?

Tolong pencerahannya, pertanyaan ini tidak hanya untuk abah, tapi juga untuk 
teman-teman lainnya yang mau berbagi ilmu tentang nama Islam ini.

salam
Aisha


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Akhlak di milis

2007-07-12 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Saya ganti subject-nya, sekarang bahasan pokok kita tentang akhlak. Tentunya 
banyak definisi tentang akhlak, definisi-definisi itu sekedar cara untuk 
mempermudah kita memahami sesuatu, tetapi yang lebih penting lagi dari berbagai 
definisi ini, apakah kita bisa memahami dan menerapkannya dalam kehidupan kita? 

Saya lupa lagi dimana saya memperolehnya, tetapi ada yang mendefinisikan bahwa 
akhlak itu adalah respons seorang manusia terhadap sesuatu. Jadi misalnya kita 
sedang menonton televisi, lalu tiba-tiba melintas anak kecil di depan tv 
sehingga sekian detik dari acara yang kita suka terlewat, tentunya kita 
bereaksi, nah reaksi atau respons kita itu dinamakan akhlak, akhlak itu bisa 
baik bisa juga buruk, aturan baik buruknya agama. Jika kita lalu menampar anak 
kecil yang mengganggu kesenangan kita menonton itu, apakah itu baik menurut 
agama? Jika menurut agama, kita harus proporsional dalam menyikapi sesuatu, 
tentunya menampar itu akhlak buruk.

Nah, sekarang kita semua berkomunikasi di MILIS, ada aturan-aturan tertentu di 
milis yang tertulis dan tidak tertulis, tentunya ada aturan agama juga dalam 
berhubungan dengan sesama makhluk Allah melalui email ini. Yang sederhana saja, 
jika kita mencintai Allah (akhlak terhadap Allah harus baik), maka kita juga 
harus menghormati ciptaan Allah yang berupa manusia. Bagaimana menghormati 
manusia ciptaan Allah di milis? Jika mereka punya nama, terimalah nama itu, 
sebutlah nama mereka dengan baik tidak peduli nama apapun yang mereka munculkan 
(tidak peduli apakah itu nama dari orang tua, nama ciptaan mereka). Kebetulan 
disini ada nama Nasaruddin Umar - ini nama seseorang yang diberikan oleh orang 
tuanya. Dan kebetulan pula orangnya tidak ada disini (bukan anggota), jika ada 
anggota yang mempertanyakan nama ini berulang kali (BUKAN 1 KALI!), apakah itu 
akhlak yang baik dalam merespons nama orang lain? Jika memang nama itu salah, 
cukup dijelaskan 1 kali bahwa nama itu sebenarnya begini begitu. Bukan 
mengulang-ulang, apa gunanya? Sudah jelas orangnya bukan anggota disini, apa 
pengulangan itu dalam rangka menghina, mengejek atau apa? Jika tidak sependapat 
dengan pendapat orang itu, ajukan argumentasi kita tentang pendapatnya dan 
bukan NAMANYA. Nama Nasaruddin Umar itu kan sudah given, nama resmi orang itu, 
kenapa diulang-ulang dipertanyakan, masih mending orangnya ada sehingga bisa 
merespons balik.

Orang bisa berbeda pendapat tentang berbagai hal termasuk pertanyaan tentang 
nama berulang kali itu yang anda sebut hanya sekedar catatan kaki, tapi bagi 
saya itu penting karena kita berkomunikasi melalui ketikan dalam email 
masing-masing minus body language atau mimik wajah, nada suara, sinar mata, dll 
yang bisa memperjelas maksud seseorang. Pakai kata-kata kasar sudah jelas bukan 
akhlak baik dalam merespons pendapat orang lain, panggilan pun harus 
mencerminkan bahwa kita menghormati pihak lainnya dalam milis. Apa susahnya sih 
memanggil dengan baik orang lain sebelum masuk ke inti pembicaraan/ perdebatan/ 
diskusi? Buat apa berbusa-busa ngomongin agama jika manggil nama orang lain aja 
gak bener?

Apakah pak Satriyo masih juga tidak mengerti jika nama itu hak orang lain, hak 
orang tua untuk menamai anaknya apa saja. Dalam kasus Nasaruddin Umar, nama itu 
nama yang dipilih orang tuanya. Hormati itu karena itu hak orang tuanya. Jika 
itu salah, cukup dijelaskan sekali dan itu tidak mengubah apapun, terserah 
mereka mau ganti atau tetap dengan namanya, memangnya mudah mengganti nama? 
Memangnya ganti nama itu tidak ada biayanya? Jika nama Nasaruddin dianggap 
salah dan jika pak Nasaruddin setuju untuk mengganti namanya dan harus 
mengganti akta kelahiran, KTP, passport, ijazah, dll, apakah anda mau 
meluangkan waktu, mengeluarkan biaya untuk mengurus penggantian namanya?

Apakah beragama itu berarti kita sibuk saja mengurus orang lain, seperti 
namanya, jilbabnya, dll? Kenapa kita tidak sibuk untuk memperbaiki diri sendiri 
saja daripada ngurusin nama orang lain?

Tentang kroni seseorang atau bukan, saya hanya bisa tersenyum karena lucu aja. 
Orang ngobrol di milis itu mewakili dirinya sendiri, berpendapat sendiri bukan 
kelompok-kelompokan. Bagi saya pribadi dengan segala keterbatasan saya baik 
dari segi ilmu ataupun kesempatan minim untuk bisa membaca dan mengetik di 
milis, saya berpendapat berdasarkan tulisan orang yang saya tanggapi bukan 
karena kelompok-kelompok. Kenal secara fisik saja tidak, bagaimana bisa 
berkelompok, mungkin beberapa orang disini yang sudah sekian tahun ngobrol di 
beberapa milis sehingga saya bisa lebih memahami alur berfikirnya, tapi ada 
juga orang2 yang sekian tahun ngobrol di milis, tetep aja saya tidak bisa 
memahami cara berfikirnya.

salam
Aisha
---
From : Satriyo
Subject : [wanita-muslimah] Re : Kritik Terhadap Tafsir Feminis

Bu Aisha,
Ikutan nih, nimbrung antara ibu dan Pak Nur. Saya jadi ingat thread lain yang 
melibatkan dua orang member perempuan di milis ini, yang mana sebuah

Re: [wanita-muslimah] Harga Diri Seorang Muslim...cara kita berdiskusi

2007-07-12 Terurut Topik Aisha
Pak Satriyo,
Mas Arcon itu mengingatkan anda untuk tidak membuka identitas orang lain di 
milis, ini milis terbuka yang keanggotaannya sangat cair, siapa saja bisa 
subs dengan mudah, dari ribuan anggota milis ini kan kita tidak tahu satu 
persatu, hanya beberapa orang saja yang aktif ngobrol, yang lainnya kita tidak 
tahu sama sekali.

Di milis itu kan kita ngobrol berbagai topik, tidak ada urusannya dengan 
ngobrol tentang ibu orang lain, nama orang lain, saudara orang lain, anak orang 
lain - jadi buka identitas itu tidak sekedar membuka alamat dan nomor telepon 
orang lain.

Berbeda misalnya jika seseorang cerita tentang istrinya, ayahnya, anaknya, dll 
- itu hak mereka yang mau berbagi pengalaman hidupnya, tapi yang lainnya 
walaupun di dunia nyata (bukan dunia maya seperti komunitas milis) itu tahu 
anggota keluarganya, namanya, dll dari orang lain - tidak punya hak untuk 
menceritakannya di milis. 

Kembali lagi ini masalah akhlak, akhlak itu bahasa agama dari budi pekerti, 
perilaku ya? Akhlak baik atau buruk jika kita membuka identitas orang lain 
ketika kita menanggapi pendapat orang lain? Pendapat mah lawan lagi dengan 
pendapat bukan buka-buka identitas orang lain, ini milis pak, bukan komunikasi 
di dunia nyata. Di dunia nyata aja, misalnya ada sekelompok orang yang tidak 
semuanya saling mengenal lalu dalam diskusi tiba-tiba seseorang menceritakan 
anak, saudara, ibunya orang lain, wajar nggak seh? Apalagi di milis...:)

salam
Aisha
---
From : Satriyo
anda sedang membunuh sifat dasar manusia: curiousity! apa hak anda: pengalaman, 
teori psikologi, netiket? apa ada alamat rumah, nomot telepon atau hal lain 
yang memang privat saya ungkap di sini?

but thanx for the fair warning.

salam,
rsa
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, masarcon [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
hemm, kata kata manis yg membuat hopeless. membuat heran, kalau bukan tukar 
fikiran yg dicari. tapi yg dilakukan justru hal hal yg membuat rekan diskusinya 
bohwat dan naik emosi.

mas satriyo, saya lihat ada baiknya anda menahan diri untuk membuka membuka 
identitas orang di milis. secara orangnya juga pasang posisi, tidak terlalu 
suka membuka identitasnya di milis. terlalu banyak milisan, jangan sampai 
membuat konflik baru. semua jadi terlalu personal lho.

gak lucu aja, kalau orang jadi tengkar dan sebel, sampai dibawa ke seharian, 
hingga jadi senewen karena urusan terlalu aktif bermilis ria, ngeblog ria, 
bermultiply ria.

jadi inget kasusnya eriq dan oom ciput di multiply. saking gencarnya dan 
rajinnya di multiply, sampai urusan beli mobil jadi bikin sensi dan personal.

salam,
ari
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:
makasih buat Nazmia. 
fyi, buat saya yang masih belajar ini, info ttg prof Abd salam yang nobel prize 
dan ahmadi sdh sejak di SMUN 8 saya tahu, maklum sering nongkrong di mushala 
sekolah, bukan di kantin atau tempat lain. jadi info dari MAS ini bukan barang 
baru ...

kalo ada yang nyuruh menolong apa HARUS ditolong? coba jawab, Nazmia. celoteh 
yang tidak karuan buat sampeyan kan tidak harus sama buat yang lain. lagi-lagi 
pake standar pribadi. terlihat betapa beda tanggapan sampeyan dan pak Nur atas 
posting 'pengumuman' MAS soal prof Abd Salam. beda kacamata ya beda hasil 
tampilan toh.

but, eniwei, makasih, Nazmia. cara anda diskusi memang tidak spt FPI ko. anda 
sangat santun dan intelek. tapi kalo esensi, belum tentu. same thing can come 
in different packaging.

oh ya, integritas saya ada di mata Allah lohh .. bukan kalian. kalian bukan 
hakim atau yang menghakimi kan? gitu kan celoteh MAS?

salam,
satriyo


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Harga Diri Seorang Muslim...

2007-07-11 Terurut Topik Aisha
Menarik juga thread yang ini, menarik ketika banyak informasi yang berseliweran 
dari anggota milis - Muhkito Affif, Dwi W. Soegardi, The Saints Now, dll yang 
membuat kita lebih memahami Abdus Salam ini dari berbagai sumber yang diketahui 
anggota2 milis, pak HMNA juga saya rasa tidak asal mangap karena abah kan sudah 
berusaha menjelaskan yang diketahuinya, tapi mungkin jangan terlalu ngotot 
karena infonya berdasarkan cerita orang lain yang mungkin saja salah selain ada 
kemungkinan benar. Hanya saja ketika diskusi dikomentari pak Satriyo dengan 
gaya one-linernya ini, saya jadi bingung, yang ditanggapi bukan materi pokoknya 
berdasarkan data untuk memperjelas, tapi malah ngomentari SD-nya hehehe. 
Mudah-mudahan di masa mendatang, yang diskusi bisa lebih fokus ke masalahnya 
dan bukan ngurusin yang kecil-kecil seperti SD begini...;) One liner lagi 
dengan ekor email panjang ..:(

salam
Aisha

From : Satriyo
Lho, sampeyan bukannya sudah lulus SD?
rsa
--- 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Satriyo, kalo cuma asal mangap saja, anak SD juga 
 bisa...memprihatinkan memang bagaimana Anda dan HMNA menampilkan 
 wajah aslinya...Inget Satriyo, harga diri seorang Muslim ditentukan 
 dengan prestasi ilmiah dan teknologi, bukan ditentukan oleh 
kemampuan asal mangap seperti yang Anda dan HMNA tampilkan.
 
 Pertama. Golongan Ahmadiyah Lahore tidak pernah menganggap/mengakui
 bahwa Prof. Abdus Salam adalah anggotanya. Silahkan lihat buktinya di
...
...

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Kritik Terhadap Tafsir Feminis

2007-07-11 Terurut Topik Aisha
Abah HMNA,
Tidak sependapat dan mengemukakan pendapat pribadi tentang sesuatu di milis itu 
wajar, tapi yang mengganggu saya dalam tulisan abah di bawah ini kenapa 
berulang kali abah ini menuliskan Nasaruddin (mengapa bukan Nasruddin?)? 
Kenapa abah sibuk saja ngurusin nama orang, mau pakai nama apa saja kan 
terserah orang tua yang ngasih nama itu, seperti juga Prof Nasaruddin Umar, 
nama itu kan nama dari orang tuanya. 

Jika abah sibuk saja diskusi di milis tentang pendapat seseorang yang kebetulan 
orangnya bukan anggota di sini dan sibuk saja ngurusin nama pemberian dari 
orang tuanya ini, berarti abah menghina orang tua pak Nasaruddin. Apakah Islam 
yang abah pahami itu mengajarkan bahwa jika kita membicarakan pendapat 
seseorang itu juga harus mempertanyakan namanya berulang kali? Sebenarnya apa 
sih maksud abah sebagai ulama bergaya seperti ini? Kenapa mengkaitkan nama 
dengan pendapat seseorang, yang diserang seharusnya pendapatnya bukan namanya. 

Ini mungkin masalah kecil karena pemahaman agama saya masih rendah, tapi dari 
yang kecil-kecil ini khususnya di milis misalnya gaya one-liner, sibuk dengan 
nama orang, dll - rasanya ini juga termasuk akhlak ya, lebih khusus lagi akhlak 
ke sesama manusia, bagaimana menyikapi manusia lainnya, khususnya menyikapi 
pendapat seseorang di milis. Seperti inikah akhlak kita bermilis sebagai 
muslim/muslimah?

salam
Aisha
--
From : HMNA
rsa wrote:
Di antara ide ini adalah memahami Al-Qur'an dari sudut pandang gender 
(feminisme) yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, yang saat ini 
menjabat Guru Besar Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Nasr 
Hamid Abu Zaid (liberal Mesir), Dr. Muhammad Shareer (liberal Syiria), dan 
lain-lain.

HMNA:
1. Pndangan Nasaruddin Umar ttg genderisme:
3.1 Nabi Perempuan dalam Isu Gender
Sumber: http://www.suaramerdeka.com/harian/0103/23/kha5.htm
Jumat, 23 Maret 2001 Karangan Khas
Dr Nasaruddin Umar menulis tentang Wacana Jender dan Wahyu untuk Ibu Nabi Musa, 
ada Nabi yang wanita. Ini dibuktikan dengan sebuah wahyu yang  
menyebutkan''dan kami wahyukan kepada ibu Nabi Musa''. Wahyu adalah 
pesan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seorang Nabi dan bukan orang 
sembarangan. Hanya karena pada saat wahyu itu turun, dunia (Arab khususnya) 
sangat tidak bersahabat dengan perempuan; maka nabi perempuan sangat tidak 
populer.
Buah pikiran Dr Nasaruddin Umar tentang adanya Nabi perempuan itu menunjukkan 
bahwa Nasaruddin (mengapa bukan Nasruddin?) sangat ceroboh, yaitu hanya 
berpikir parsial, tidak kaffah. Mengapa saya katakan parsial? 
Nasaruddin (mengapa bukan Nasruddin?) hanya melihat ayat tentang ibu Nabi Musa 
AS yang mendapatkan wahyu. Tidak semua yang mendapat wahyu itu Nabi. Al Quran 
juga menyebutkan bahwa lebahpun mendapatkan wahyu. Apakah lebah itu boleh 
disebut Nabi? Kalau mau bersilat lidah bahwa yang dimaksudkan pada lebah adalah 
instink. Baiklah kalau begitu. Saya akan kemukakan ayat berikut:
.
.

[Non-text portions of this message have been removed]



  1   2   3   4   5   6   7   8   >