[wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin. Makelar Surga Para artis dan para koruptor, yang mulutnya sering meletup-letup memproklamirkan diri katanya cinta agama, mayoritas –meski tidak untuk dimaksud tidak semuanya-- mereka adalah para makelar surga paling berpengaruh. Di depan publik, ia mempromosikan, bahwa surga adalah komoditas yang bisa diraih dengan bermodal materi. Kalaulah hal itu dianggap ibadah sampingan, tentu tidak masalah. Ironisnya mengesampingkan esensialitas ibadah kepada Allah SWT. Memang, dalam hati kecilnya, mereka pun mungkin takut atas dosa- dosanya. Namun magnet godaan setan dengan umpan fatamorgana duniawi eksis lebih kuat mengalahkan keimanannya. Kroposnya akar-akar Islam di lapangan Ibadah, baik vertical (kepada Allah) maupun horizontal (sesama ummat beragama), adalah resiko dominan dari komoditas surga. Faktor utamanya, mereka, umumnya berpikir pragmatis. Bahwa dalam konteks ibadah cukup mengeluarkan sebagian duitnya saja. Naifnya lagi, sering tanpa memperdulikan uang halal atau haram. Lebih menggelikan, ada yang berceletuk , 'Berbuat demikian itu lebih baik, daripada tidak sama sekali '. Karena itu, para koruptor, yang tak malu mengeruk duit rakyat atau artis, tak terkecuali artis bintang porno, yang mempublikasikan diri melalui berbagai media massa secara gegap gempita menjadi santri dan sopan. Bergagah-gagahan berebut membangun masjid-masjid dan menyantuni para yatim piatu dengan mengundang wartawan. Seolah-olah mereka adalah 'teladan beribadah bagi segenap Muslimin. Ia hanya ingin menunjukkan pada public, sesungguhnya, surga masih bisa dibeli. Fenomena tak menarik seperti ini jelas jauh dari autentisitas ibadah secara syar'i. Hak surga dan neraka adalah prerogatif Allah SWT sebagamana surat yang berbunyi, Dia (Allah) mengampuni bagi siapa yang dikehendaki- Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu.' (QS 5:18). Tapi merupakan kesalahan fatal, bila ada manusia bermaksud 'mengaveling surga', hanya dengan mengandalkan seonggok harta. Apalagi, I'tikad dari ibadahnya itu tetap tidak merubah kebiasaan buruk sehari-hari. Islam adalah agama yang tak bisa dipraktekkan seenaknya. Ada syarat dan rukun dalam ibadah. Dan itu tidaklah berdasarkan karangan akal- akalan. Dalam perspektif hukum fiqih, empat madzahib fuqoha ahlissunnah waljama'ah (Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Hanafi dan Imam Syafi'i) ada kesepakatan, bahwa generalitas dalam beribadah selain ada rukun yang dilaksanakan, juga sebelum memulai ibadah terlebih dulu harus memperhatikan terhadap syarat-syaratnya. Selain ada syarat diwajibankannya (beribadah), utamanya harus memenuhi syarat syah, agar sesuai prosedur (ibadah)nya menjadi syah. Beragama jelas ada prosedurnya. Bolehkah membangun pesantren dengan uang hasil memamerkan aurat badan di berbagai media massa ? Misalnya hasil dari goyang erotis? Jelas tidak. Beribadah jelas ada ketentuannya. Misalnya, Meski sama-sama air, tidak boleh mencuci lantai masjid dengan air kencing. Ini sama halnya menyantuni anak yatim dengan uang hasil korupsi. Dalam Qawa'id al-Fiqh, dikenal al-Ashlu baqou ma kana a'la makana (hukum sesuatu hal, itu sesuai dengan kondisi asalnya). Umpamanya, uang haram dijariahkan ke masjid, maka tetap haramlah hukum menyalurkan duit (haram) itu. Sedekah atau dermawan, memang dianjurkan. Namun dengan harta haram,
Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
Istilah 'membeli surga' kan hanya label atau sentilah terhadap tingkah laku tersebut. Apakah faktanya demikian? Logika keimanan sih bilang gak bisa.. Kalau logika matematika, bisa saja.. :-p Yang terpenting adalah, jangan sampai 'kekeliruan paradigma' ataupun 'ledekan' tersebut jangan sampai ditanggapi dengan ledekan/hinaan yang lebih parah.. Kalau itu yang terjadi, berarti ada yang salah dengan niat logika mereka yang gemar menghina itu.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ 2008/9/3 Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
Koreksi: jangan sampai ditanggapi Mustinya sampai ditanggapi (tanpa kata jangan) Pada 3 September 2008 17:02, IrwanK [EMAIL PROTECTED] menulis: Istilah 'membeli surga' kan hanya label atau sentilah terhadap tingkah laku tersebut. Apakah faktanya demikian? Logika keimanan sih bilang gak bisa.. Kalau logika matematika, bisa saja.. :-p Yang terpenting adalah, jangan sampai 'kekeliruan paradigma' ataupun 'ledekan' tersebut jangan sampai ditanggapi dengan ledekan/hinaan yang lebih parah.. Kalau itu yang terjadi, berarti ada yang salah dengan niat logika mereka yang gemar menghina itu.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ 2008/9/3 Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
ya nggak bisa juga mas kalo pake logika matematis, emang ada nilai konversinya? antara amal shalih, duit, pahala, dosa dll. satu kebaikan akan dilipat gandakan 100x (apa sih satu kebaikan itu?) logika keimanan itu yang mana? bukankah asal islam masuk surga? mau beramal shalih sebanyak apapun kalo nggak islam ya nggak masuk surga bukan? mau korup kek, yang penting islam... - Original Message - From: IrwanK To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 03, 2008 5:02 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga Istilah 'membeli surga' kan hanya label atau sentilah terhadap tingkah laku tersebut. Apakah faktanya demikian? Logika keimanan sih bilang gak bisa.. Kalau logika matematika, bisa saja.. :-p Yang terpenting adalah, jangan sampai 'kekeliruan paradigma' ataupun 'ledekan' tersebut jangan sampai ditanggapi dengan ledekan/hinaan yang lebih parah.. Kalau itu yang terjadi, berarti ada yang salah dengan niat logika mereka yang gemar menghina itu.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ 2008/9/3 Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.526 / Virus Database: 270.6.15/1648 - Release Date: 02/09/2008 17:29 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
Lho koq nada pertanyaannya su'udzon begitu, bos? :-) Logika keimanan yang saya pahami adalah, tidak bisa air kotor membersihkan cucian.. itu aja koq.. simple dan gak neko.. Yang penting, kita sepakati dulu bahwa logika 'membeli syurga' adalah logika yang keliru.. sesat.. dan respon kita tidak menimbulkan ledekan/hinaan baru.. begitu lho bos.. Soal 'beriman beramal sholih', ini kan memang digariskan di Alqur'an.. Tapi karena saya awam, belum berani membahas lebih dalam.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ Pada 3 September 2008 17:08, Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] menulis: ya nggak bisa juga mas kalo pake logika matematis, emang ada nilai konversinya? antara amal shalih, duit, pahala, dosa dll. satu kebaikan akan dilipat gandakan 100x (apa sih satu kebaikan itu?) logika keimanan itu yang mana? bukankah asal islam masuk surga? mau beramal shalih sebanyak apapun kalo nggak islam ya nggak masuk surga bukan? mau korup kek, yang penting islam... - Original Message - From: IrwanK To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 03, 2008 5:02 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga Istilah 'membeli surga' kan hanya label atau sentilah terhadap tingkah laku tersebut. Apakah faktanya demikian? Logika keimanan sih bilang gak bisa.. Kalau logika matematika, bisa saja.. :-p Yang terpenting adalah, jangan sampai 'kekeliruan paradigma' ataupun 'ledekan' tersebut jangan sampai ditanggapi dengan ledekan/hinaan yang lebih parah.. Kalau itu yang terjadi, berarti ada yang salah dengan niat logika mereka yang gemar menghina itu.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ 2008/9/3 Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] linadahlan%40yahoo.com Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
Kalau artis yg tiba2 jadi alim selama sebulan, ya gpp. Namanya juga orang lagi cari duit :P. Tapi kalau koruptor yg bersedekah, itu perlu hati2 tuh. Kalau sektor agama jadi ladang pencucian uang kan bahaya. Ini yg perlu ditanya, asalnya duit darimana... Meski saya ragu juga, kalau spt itu mungkin ujung2nya, jadi sekedar pertanyaan formalitas aja :P. Bagaimana mekanisme yg ideal utk meng-filter dana2 sosial? Tapi kalau utk urusan di atas sudah beres, sementara masih ada urusan pencucian nama baik atau apapun itu, terserah aja lah. Kalau duitnya bisa bermanfaat ya diterima aja, asal bukan hasil korupsi dan pemberian/sumbangan itu bukan sbg syarat utk melakukan atau berjanji sesuatu yg melawan hukum sebagai timbal baliknya. Soal printilan lainnya, terutama soal niat, soal kredibilitas orang, soal kegiatannya jadi tameng aja, dll ... ya sebodo amat.. hehehe.. gak usah dipikirin gitu lho. Kalau emang niatnya gitu, ya mungkin itu bagian dari ritualnya dia dalam bertobat dan memperoleh atau meninggalkan nama baik :-) Tuhan kan secara otomatis mencatat karena Dia Maha Tahu, manusia kan belum tentu :P. Lagian, dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yg tau :P. Pepatah mencoba mengalahkan logika :D logika keimanan maupun matematis :P. Herni 2008/9/3 IrwanK [EMAIL PROTECTED] Lho koq nada pertanyaannya su'udzon begitu, bos? :-) Logika keimanan yang saya pahami adalah, tidak bisa air kotor membersihkan cucian.. itu aja koq.. simple dan gak neko.. Yang penting, kita sepakati dulu bahwa logika 'membeli syurga' adalah logika yang keliru.. sesat.. dan respon kita tidak menimbulkan ledekan/hinaan baru.. begitu lho bos.. Soal 'beriman beramal sholih', ini kan memang digariskan di Alqur'an.. Tapi karena saya awam, belum berani membahas lebih dalam.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ Pada 3 September 2008 17:08, Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] ary.setijadi%40gmail.com menulis: ya nggak bisa juga mas kalo pake logika matematis, emang ada nilai konversinya? antara amal shalih, duit, pahala, dosa dll. satu kebaikan akan dilipat gandakan 100x (apa sih satu kebaikan itu?) logika keimanan itu yang mana? bukankah asal islam masuk surga? mau beramal shalih sebanyak apapun kalo nggak islam ya nggak masuk surga bukan? mau korup kek, yang penting islam... - Original Message - From: IrwanK To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 03, 2008 5:02 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga Istilah 'membeli surga' kan hanya label atau sentilah terhadap tingkah laku tersebut. Apakah faktanya demikian? Logika keimanan sih bilang gak bisa.. Kalau logika matematika, bisa saja.. :-p Yang terpenting adalah, jangan sampai 'kekeliruan paradigma' ataupun 'ledekan' tersebut jangan sampai ditanggapi dengan ledekan/hinaan yang lebih parah.. Kalau itu yang terjadi, berarti ada yang salah dengan niat logika mereka yang gemar menghina itu.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ 2008/9/3 Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] linadahlan%40yahoo.comlinadahlan% 40yahoo.com Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin
Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga
bukan su'udzan kok... memang nggak ngerti saya... ;-) kenapa pada sewot soal koruptor dan artis-artis sedang beramal-shalih? bukankah memang paradigma kita memang membeli surga? tinggal alat tukarnya saja apa, - ada yang pake perbuatan baik - ada yang berderma - ada yang bunuh kafir - ada yang banyak2 puasa dengan dasar iman...deh(entah pake definisi yang mana) jadi dimana masalahnya? - Original Message - From: IrwanK To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 03, 2008 5:18 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga Lho koq nada pertanyaannya su'udzon begitu, bos? :-) Logika keimanan yang saya pahami adalah, tidak bisa air kotor membersihkan cucian.. itu aja koq.. simple dan gak neko.. Yang penting, kita sepakati dulu bahwa logika 'membeli syurga' adalah logika yang keliru.. sesat.. dan respon kita tidak menimbulkan ledekan/hinaan baru.. begitu lho bos.. Soal 'beriman beramal sholih', ini kan memang digariskan di Alqur'an.. Tapi karena saya awam, belum berani membahas lebih dalam.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ Pada 3 September 2008 17:08, Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] menulis: ya nggak bisa juga mas kalo pake logika matematis, emang ada nilai konversinya? antara amal shalih, duit, pahala, dosa dll. satu kebaikan akan dilipat gandakan 100x (apa sih satu kebaikan itu?) logika keimanan itu yang mana? bukankah asal islam masuk surga? mau beramal shalih sebanyak apapun kalo nggak islam ya nggak masuk surga bukan? mau korup kek, yang penting islam... - Original Message - From: IrwanK To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 03, 2008 5:02 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Menyuap Malaikat, Membeli Surga Istilah 'membeli surga' kan hanya label atau sentilah terhadap tingkah laku tersebut. Apakah faktanya demikian? Logika keimanan sih bilang gak bisa.. Kalau logika matematika, bisa saja.. :-p Yang terpenting adalah, jangan sampai 'kekeliruan paradigma' ataupun 'ledekan' tersebut jangan sampai ditanggapi dengan ledekan/hinaan yang lebih parah.. Kalau itu yang terjadi, berarti ada yang salah dengan niat logika mereka yang gemar menghina itu.. :-) CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com/ 2008/9/3 Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] linadahlan%40yahoo.com Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga' Oleh: Nasrulloh Afandi * Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup ngetrend di negeri kita. Gelombang simbolis religius akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka. Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedekah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD. Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, Ustad, sebelum ramai- ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?' Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih `gila' dari bulan puasa. Uang, seolah bisa menyuap malaikat Rokib, malaikan pencatat amal ibadah. Inilah adalah fenomena pragmatisme ibadah, yang dilematis bagi Muslimin [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.526 / Virus Database: 270.6.15/1648 - Release Date: 02/09/2008 17:29 [Non-text portions of this message have been removed]