Re: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
hihihi... pada kebayang gak sih konsekuensinya? Fatimah cari nafkah. Orang harus minta ijin Hafshah untuk bisa lihat Al-Quran. Nusaybah perang dgn Rasul. :-D - Original Message - From: Abdul Muiz To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 20, 2010 2:51 PM Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak? ratu balqis zaman Sulaiman juga nggak disebut ya padahal dikisahkan qur'an lho ?? Salam Abdul Mu'iz --- Pada Rab, 20/1/10, aldiy al...@yahoo.com menulis: Dari: aldiy al...@yahoo.com Judul: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak? Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 20 Januari, 2010, 2:44 PM Artikel yang bagus mba Flora. Hanya saja a bit curious, waktu liat sederet nama2 dari jaman nabi itu, kok Ummu Salamah nggak ada ya? Katanya beliau jadi asbabun nuzulnya banyak ayat2 perempuan termasuk pembagian waris. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Floradianti Pamungkas florapamungkas@ ... wrote: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak ? Selasa, 19/01/2010 17:12 WIB Cetak | Kirim | RSS Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita yang mempertanyakan hak-hak mereka dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan untuk mendapatkan kembali suara mereka di tengah masyarakat atas dasar klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat. Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita yang menjadi cendekiawan, ahli hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan Allah Swt . Tradisi Islam kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di akhirat. Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita sama di sisi Allah. Kemitraan dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta'ala. Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang ditetapkan oleh Allah. Kaum wanita tidak bisa berambisi mendapatkan kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan kemampuan mereka di jalan Allah. Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita akan menemukan kebebasan sejatinya. Jika kaum wanita sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara wanita, dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang wanita akan terlihat. Yang lebih penting lagi, mereka akan mendapat tempat di sisi Allah. Bercermin pada Kaum Perempuan di Jaman Rasulullah Saw Para muslimah masa kini memang harus lebih berhati-hati untuk merebut kembali keadilan yang pernah digenggam kaum perempuan di masa keemasan Islam. Ketika itu, peran perempuan dianggap penting dimana mereka biasa aktif sebagai anggota masyarakat tanpa adanya tekanan. Kaum muslimah tentu tidak ingin menjadi progresif jika itu berarti kehilangan prinsip-prinsip agama yang dianutnya. Pada saat yang sama para Muslimah perlu bersikap kritis dalam menyikapi berbagai hambatan dalam masyarakat . Kesimpulannya, Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban jika terjadi ketidakadilan terhadap kaum wanita. Ketika seorang muslimah ingin bergerak maju, ia tidak boleh melangkahi kodratnya. Sejarah Islam mencatat nama-nama besar para Muslimah di zaman Rasulullah Saw yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah Islam. Mereka antara lain `Aisyah
[wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
blum lagi imam perempuan! salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@... wrote: hihihi... pada kebayang gak sih konsekuensinya? Fatimah cari nafkah. Orang harus minta ijin Hafshah untuk bisa lihat Al-Quran. Nusaybah perang dgn Rasul. :-D
Re: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
;-) ya itu mbak Mia ra., Fatimah ra. dan Ibunya ra. kan business women... Hafshah ra. sampe punya otoritas kayak gitu itu kan gak maen-maen Nusaybah ra. bisa jadi contoh jendral cewek zaman Rasul... Lha yang bilang ada konstruk samawi tentang role perempuan dan laki2 yang berbeda itu jadinya gimana? Apa harus dibuang ke laut? ini dari eramuslim loh... - Original Message - From: aldiy To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 20, 2010 4:20 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak? blum lagi imam perempuan! salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@... wrote: hihihi... pada kebayang gak sih konsekuensinya? Fatimah cari nafkah. Orang harus minta ijin Hafshah untuk bisa lihat Al-Quran. Nusaybah perang dgn Rasul. :-D [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
Bicara fakta di sini artinya gimana pemahaman kita atas tafsir kitab suci kan? Mungkin ada yang bisa mengutipkan semua ayat2 mengenai Balqis Sulaiman dari Quran. Sepengertian saya Quran bukan mengimplikasikan menang-kalah antara Balqis-Sulaiman, tapi: - Balqis diceritakan sebagai Ratu yang adil bijaksana, dengan kursi tahtanya yang disebut Arsy. - Kebijaksanaan Balqis terletak pada wawasannya yang luas dan compatible dengan Sulaiman. Dia nggak menurutin beberapa penasihatnya yang menyarankan memerangi Sulaiman, karena kerajaan Balqis bisa melakukan itu. Balqis mengenali karakter Sulaiman yang kompatibel dengan wawasannya, yaitu plural, progressif high tech tapi mengerti keharmonisan alam, dan sangat beda dengan raja2 Yahudi lainnya yang hobi perang fisik. Lebih dari itu Balqis memahami perubahan jaman, dimana bangsa Yahudi pada waktu itu mempunyai pemimpin2 masa depan yang progressif, dengan pemahaman monoteism mereka. - Perubahan jaman pada waktu itu adalah agama kuno (natura-panteism, lihat saja filem Avatar), yang sarat dengan feminism - digantikan dengan monoteisme Yahudi yang lebih berbudaya maskulin. Balqis mengerti ini, tapi bukan berarti Sulaiman memaksa kerajaan Balqis memeluk agama Yahudi loh. Quran nggak menceritakan itu. Kalo sekedar Balqis yang perempuan kalah dengan Sulaiman yang laki2, itu terlalu sempit, bahkan kalau kita bicara ttg fakta yang mentah. Kerajaan Sulaiman memang meliputi kerajaan2 lain yang rajanya laki2 juga, pastilah banyak. Akhirnya, janganlah mereduksi kisah Balqis-Sulaiman sebagai pertentangan dikotomis antara kekuatan laki-laki dan perempuan, apalagi secara fisik materi - karena itu akan membuat kita bias terhadap pengertian yang lebih mencerahkan. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, 4N17R4 UP4ND4 H4F45 nitra_ha...@... wrote: Seorang pemimpin tertinggi kaum muslimin sangat logis jadi ranah mutlak seorang laki2 karena sifat dasar perempuan tidak memungkinkan secara fitroh untuk bisa berada di garda terdepan kalau diharuskan qital atau perang terbuka / fisik. Kalaupun ada alasan bahwa jaman sekarang perang fisik memungkin seorang pemimpin duduk di belakang meja dengan hanya memegang tombol kendali dan tidak perlu harus menghunus pedang menghadapi musuh, itu juga bisa dimentahkan. Karena tidak masuk akal apabila dari kalangan laki2 tidak ada yang lebih mampu dari dia. Mari kita berbicara fakta. Ratu Bulqis sekalipun tidak sanggup menghadapi Raja Sulaiman AS pada masanya karena faktanya Raja Sulaiman memang jauh lebih cerdik dan agung kekuasaannya.
[wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
Pak Dwi, Setelah saya simak lagi artikelnya, sepertinya tidak hanya di akhirnya, tapi dari awal juga ada kalimat2 yang mengandung 'antiklimaks', so to speak. Artikel itu saya pikir genuine, ditulis oleh aktivis perempuan Kanada orang Pakistan/India? Termasuk di dalamnya membayangkan ambivalensi dan kegamangan para perempuan Muslim, bagaimana mestinya berkiprah. Kebanyakan kita melalui ini kok, udah paham. Ambiguitas, dan kegamangan bisa merugikan kalau wawasannya disempitkan. Saya bilang merugikan karena mencegah kita dari melihat apa yang telah kita capai, self denial yang kronis, 1500 tahun? Opini yang lebih gamang lagi dan tidak supportif dari Pak Ismail sama sekali nggak menolong. Kunci untuk menyeimbangkan kegamangan itu, saya pikir mulai dari apa yang dikatakan Pak Ary...kita harus paham betul konsekuensi dari keyakinan2 kita. Kita yakin Fatimah mencari nafkah atas nama Allah, ada yang prajurit, ada yang kiyai. Jadi...? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi Soegardi soega...@... wrote: artikel menarik. tapi entah kenapa paragraf penutupnya bagaikan antiklimaks dengan isinya, yaitu mengritik muslimah yang mengejar persamaan kedudukan dengan laki2 untuk hal2 duniawi. Maksude? berbisnis, jadi jendral, jadi mantri pasar Madinah, dll itu apa bukan duniawi? salah edit nih artikel kayaknya . On 1/20/10, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@... wrote: ;-) ya itu mbak Mia ra., Fatimah ra. dan Ibunya ra. kan business women... Hafshah ra. sampe punya otoritas kayak gitu itu kan gak maen-maen Nusaybah ra. bisa jadi contoh jendral cewek zaman Rasul... Lha yang bilang ada konstruk samawi tentang role perempuan dan laki2 yang berbeda itu jadinya gimana? Apa harus dibuang ke laut? ini dari eramuslim loh... - Original Message - From: aldiy To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 20, 2010 4:20 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak? blum lagi imam perempuan! salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: hihihi... pada kebayang gak sih konsekuensinya? Fatimah cari nafkah. Orang harus minta ijin Hafshah untuk bisa lihat Al-Quran. Nusaybah perang dgn Rasul. :-D [Non-text portions of this message have been removed] Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita yang mempertanyakan hak-hak mereka dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan untuk mendapatkan kembali suara mereka di tengah masyarakat atas dasar klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat. Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita yang menjadi cendekiawan, ahli hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan Allah Swt . Tradisi Islam kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di akhirat. Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita sama di sisi Allah. Kemitraan dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta'ala. Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang ditetapkan oleh Allah. Kaum wanita tidak bisa berambisi mendapatkan kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan kemampuan mereka di jalan Allah. Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita akan menemukan kebebasan sejatinya. Jika kaum wanita sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara wanita, dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang wanita akan terlihat. Yang lebih
Re: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
milist ini dimoderatori ya? kok saya gak bisa posting. Apa cuman orang2 tertentu2 ajah yg boleh posting New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
Artikel yang bagus mba Flora. Hanya saja a bit curious, waktu liat sederet nama2 dari jaman nabi itu, kok Ummu Salamah nggak ada ya? Katanya beliau jadi asbabun nuzulnya banyak ayat2 perempuan termasuk pembagian waris. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Floradianti Pamungkas florapamung...@... wrote: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak ? Selasa, 19/01/2010 17:12 WIB Cetak | Kirim | RSS Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita yang mempertanyakan hak-hak mereka dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan untuk mendapatkan kembali suara mereka di tengah masyarakat atas dasar klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat. Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita yang menjadi cendekiawan, ahli hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan Allah Swt . Tradisi Islam kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di akhirat. Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita sama di sisi Allah. Kemitraan dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta'ala. Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang ditetapkan oleh Allah. Kaum wanita tidak bisa berambisi mendapatkan kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan kemampuan mereka di jalan Allah. Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita akan menemukan kebebasan sejatinya. Jika kaum wanita sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara wanita, dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang wanita akan terlihat. Yang lebih penting lagi, mereka akan mendapat tempat di sisi Allah. Bercermin pada Kaum Perempuan di Jaman Rasulullah Saw Para muslimah masa kini memang harus lebih berhati-hati untuk merebut kembali keadilan yang pernah digenggam kaum perempuan di masa keemasan Islam. Ketika itu, peran perempuan dianggap penting dimana mereka biasa aktif sebagai anggota masyarakat tanpa adanya tekanan. Kaum muslimah tentu tidak ingin menjadi progresif jika itu berarti kehilangan prinsip-prinsip agama yang dianutnya. Pada saat yang sama para Muslimah perlu bersikap kritis dalam menyikapi berbagai hambatan dalam masyarakat . Kesimpulannya, Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban jika terjadi ketidakadilan terhadap kaum wanita. Ketika seorang muslimah ingin bergerak maju, ia tidak boleh melangkahi kodratnya. Sejarah Islam mencatat nama-nama besar para Muslimah di zaman Rasulullah Saw yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah Islam. Mereka antara lain `Aisyah. Beliau adalah seorang penyair dan dikenal pandai dan cerdas soal hadis, tafsir Al-Qur'an dan beliau juga dikenal sebagai ahli hukum, pemimpin, penengah, guru serta banyak peran lainnya. Asma binti Abu Bakar. Beliau memainkan peran penting dalam membantu Rasulullah Muhammad Saw dan Abu Bakar saat hijrah dan beliau juga berperan besar dalam karir `Abdullah bin Az - Zubair ketika melawan penindasan Bani Umayyah. Fatimah yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya dan disebut-sebut sebagai salah satu wanita teladan. Khadijah. Beliau adalah perempuan pertama yang masuk Islam dan memberi dukungan penuh kepada dakwah Islam. Khawlah binti Tha'labah. Perempuan yang keluhannya didengar Allah dan jawabannya diabadikan dalam Surat Al-Mujadilah. Hafshah. Orang yang menyimpan dan melindungi Al-Quran setelah dikompilasi. Para pemimpin ketika itu bahkan harus meminta ijin pada Hafshah jika ingin melihat Al-Quran itu. Hafshah
Bls: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak?
ratu balqis zaman Sulaiman juga nggak disebut ya padahal dikisahkan qur'an lho ?? Salam Abdul Mu'iz --- Pada Rab, 20/1/10, aldiy al...@yahoo.com menulis: Dari: aldiy al...@yahoo.com Judul: [wanita-muslimah] Re: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak? Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 20 Januari, 2010, 2:44 PM Artikel yang bagus mba Flora. Hanya saja a bit curious, waktu liat sederet nama2 dari jaman nabi itu, kok Ummu Salamah nggak ada ya? Katanya beliau jadi asbabun nuzulnya banyak ayat2 perempuan termasuk pembagian waris. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Floradianti Pamungkas florapamungkas@ ... wrote: Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak ? Selasa, 19/01/2010 17:12 WIB Cetak | Kirim | RSS Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita yang mempertanyakan hak-hak mereka dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan untuk mendapatkan kembali suara mereka di tengah masyarakat atas dasar klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat. Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita yang menjadi cendekiawan, ahli hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan Allah Swt . Tradisi Islam kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di akhirat. Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita sama di sisi Allah. Kemitraan dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta'ala. Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang ditetapkan oleh Allah. Kaum wanita tidak bisa berambisi mendapatkan kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan kemampuan mereka di jalan Allah. Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita akan menemukan kebebasan sejatinya. Jika kaum wanita sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara wanita, dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang wanita akan terlihat. Yang lebih penting lagi, mereka akan mendapat tempat di sisi Allah. Bercermin pada Kaum Perempuan di Jaman Rasulullah Saw Para muslimah masa kini memang harus lebih berhati-hati untuk merebut kembali keadilan yang pernah digenggam kaum perempuan di masa keemasan Islam. Ketika itu, peran perempuan dianggap penting dimana mereka biasa aktif sebagai anggota masyarakat tanpa adanya tekanan. Kaum muslimah tentu tidak ingin menjadi progresif jika itu berarti kehilangan prinsip-prinsip agama yang dianutnya. Pada saat yang sama para Muslimah perlu bersikap kritis dalam menyikapi berbagai hambatan dalam masyarakat . Kesimpulannya, Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban jika terjadi ketidakadilan terhadap kaum wanita. Ketika seorang muslimah ingin bergerak maju, ia tidak boleh melangkahi kodratnya. Sejarah Islam mencatat nama-nama besar para Muslimah di zaman Rasulullah Saw yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah Islam. Mereka antara lain `Aisyah. Beliau adalah seorang penyair dan dikenal pandai dan cerdas soal hadis, tafsir Al-Qur'an dan beliau juga dikenal sebagai ahli hukum, pemimpin, penengah, guru serta banyak peran lainnya. Asma binti Abu Bakar. Beliau memainkan peran penting dalam membantu Rasulullah Muhammad Saw dan Abu Bakar saat hijrah dan beliau juga berperan besar dalam karir `Abdullah bin Az - Zubair ketika melawan penindasan Bani Umayyah. Fatimah yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya dan