[wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-16 Terurut Topik Mia
Berubah dong. Pertama, binatang aslinya kambing, sapi itu kan 
derivatifnya...Kedua, urunan sapi sekaligus menyembelih, dipadukan 
untuk mengurangi kemahalan kalau membeli sembelihan sendiri2.

Werku, ide asli sembelihan itu bukan mbagi2 daging kepada fakir 
miskin, itu hanya 'side effect' nya, lah lebih asik makan rame2 
dong.  Ide korban itu emang berdarah-darah, ingat pilem the Gods must 
be crazy, ketika si bapak pemburu, komat-kamit berdoa dan minta maaf 
lantaran mau makan binatang buruannya? Itulah cerminan perasaan 
bersalah kita yang udah bergenetika. Jadi bukan soal konsep sosial 
budaya yang signifikan saja, perasaan bersalah ini ada DNA-nya...:-) 
umpamanya, dah mesti disimbolisasikan untuk mencairkan itu.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2...@... 
wrote:

 perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah karena 
 masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat 
 signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan konsumen 
 tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang. 
secara 
 konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan 
berdarah-
 darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum 
 fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu 
 dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita 
 kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial signifikan 
 perubahannya.
 




Re: [wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-16 Terurut Topik Sunny
Silahkan bikin gulai dan sate yang enak dari daging sapi atau kambing untuk 
pesta WM agar perut kenyang, kalau perut lapar bisa pikiran kacau. 

  - Original Message - 
  From: Mia 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, December 16, 2008 2:18 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa


  Berubah dong. Pertama, binatang aslinya kambing, sapi itu kan 
  derivatifnya...Kedua, urunan sapi sekaligus menyembelih, dipadukan 
  untuk mengurangi kemahalan kalau membeli sembelihan sendiri2.

  Werku, ide asli sembelihan itu bukan mbagi2 daging kepada fakir 
  miskin, itu hanya 'side effect' nya, lah lebih asik makan rame2 
  dong. Ide korban itu emang berdarah-darah, ingat pilem the Gods must 
  be crazy, ketika si bapak pemburu, komat-kamit berdoa dan minta maaf 
  lantaran mau makan binatang buruannya? Itulah cerminan perasaan 
  bersalah kita yang udah bergenetika. Jadi bukan soal konsep sosial 
  budaya yang signifikan saja, perasaan bersalah ini ada DNA-nya...:-) 
  umpamanya, dah mesti disimbolisasikan untuk mencairkan itu.

  salam
  Mia

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2...@... 
  wrote:
  
   perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah karena 
   masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat 
   signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan konsumen 
   tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang. 
  secara 
   konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan 
  berdarah-
   darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum 
   fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu 
   dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita 
   kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial signifikan 
   perubahannya.
   



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-16 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
itu jika dilihat dari aspek lahir.
memang namanya perayaan-perayaan secara lahir itu pemborosan,
apakah itu perayaan keagamaan, hari kemerdekaan, liburan keluarga sabtu minggu, 
ulang tahun dll.

dari sisi konsep abstraknya,
artinya kan ibrahim bersedia mengorbankan anaknya untuk perintah yang haq.
jadi jelas bagi Ibrahim as.,
- tidak mungkin maling, walau anak di rumah bisa mati kelaparan
- tidak mungkin korupsi, walau keluarga di rumah belum makan
- tidak mungkin mengambil uang masjid, walau anak perlu ginjal baru...
- tidak mungkin jadi preman, walau anak belum punya LCD TV, PS3 
- tidak mungkin pake DAU, walau keluarga nunggu oleh-oleh dari Mesir
dll.





  - Original Message - 
  From: werkuwer 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, December 16, 2008 8:08 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa


  perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah karena 
  masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat 
  signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan konsumen 
  tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang. secara 
  konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan berdarah-
  darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum 
  fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu 
  dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita 
  kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial signifikan 
  perubahannya.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote:
  
   Waktu Idul Adha saya sempat berpikir2 kayak gini. Ibrahim 
  memutuskan 
   mengurbankan anaknya, dan dia sendiri membatalkan pengurbanan itu 
   lalu diganti kambing.
   
   Saya bilang 'Ibrahim memutuskan', karena orang seperti Erwin D 
  pasti 
   serta merta protes, Allah yang nyuruh loh. Lha, kalo Erwin D udah 
   bawa2 Allah repot kan diskusinya. Jadi sebaiknya kita lihat dari 
   sisi manusianya dulu, kan itu yang serta merta keliatan.
   
   Lagian inget, dulu pernah ada netter WM yang ngamuk2 ke saya 
  karena 
   tafsirannya harafiah tok terhadap suruhan Allah menyembelih 
  Ismail. 
   
   Kalau Ibrahim memutuskan mengurbankan anak, dalam konteks jaman 
  kuno 
   itu kan biasa. Pengorbanan manusia itu emang dilakukan sebagai 
   bentuk 'pengabdian tertinggi'. Lalu blio memutuskan membatalkan 
   kurban anaknya jadi diganti kambing. Cerita ini pun umum juga di 
   hikayat2 kuno, bagaimana para nabi/orang bijak menghentikan 
   pengurbanan manusia itu, dengan menggantinya jadi yang lain.
   
   Yang paling menarik adalah, Nabi Ibrahim menyetop atau membatalkan 
   perbuatannya sendiri. Implikasinya, blio melihat jauh ke depan, 
   bahwa menghentikan sesuatu yang dianggap status quo adalah pre-
   requisite untuk kemajuan ke depan, artinya MENGORBANKAN APA YANG 
  KITA 
   LAKUKAN ATAU YANG BERLAKU SEKARANG DEMI MEMBUKA LEMBARAN BARU yang 
   mencerahkan.
   
   Idul Adha kemarin saya merasakan ada 'perubahan paradigma'. Saya 
   mengantisipasi mendapat bagian kambing dan sapi, karena itu 
   menyiapkan bumbu rawon untuk sapi dan kare marak untuk kambing. 
   Tapi apa daya? Sapinya kebagian, tapi kambingnya nggak ada, 
  padahal 
   biasanya kambing melulu dan sapi sedikit. Artinya? Ada perubahan 
   paradigma dari kambing menjadi sapi...:-))
   
   salam
   Mia
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2502@ 
   wrote:
   
ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu 
  dengan 
darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah pengurbanan 
  ini 
khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan) 
  ataukah 
memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu. 

satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu 
  adalah 
bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada 
  mereka
dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia diharuskan 
  mau 
menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau mengerjakan 
permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa. 
  para 
dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga mereka 
  hrs 
menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari manusia 
   itu.

http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice

dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus 
  darah 
dan tak satupun vegetarian...
   
  



   

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-15 Terurut Topik Mia
Waktu Idul Adha saya sempat berpikir2 kayak gini.  Ibrahim memutuskan 
mengurbankan anaknya, dan dia sendiri membatalkan pengurbanan itu 
lalu diganti kambing.

Saya bilang 'Ibrahim memutuskan', karena orang seperti Erwin D pasti 
serta merta protes, Allah yang nyuruh loh.  Lha, kalo Erwin D udah 
bawa2 Allah repot kan diskusinya.  Jadi sebaiknya kita lihat dari 
sisi manusianya dulu, kan itu yang serta merta keliatan.

Lagian inget, dulu pernah ada netter WM yang ngamuk2 ke saya karena 
tafsirannya harafiah tok terhadap suruhan Allah menyembelih Ismail.  

Kalau Ibrahim memutuskan mengurbankan anak, dalam konteks jaman kuno 
itu kan biasa. Pengorbanan manusia itu emang dilakukan sebagai 
bentuk 'pengabdian tertinggi'. Lalu blio memutuskan membatalkan 
kurban anaknya jadi diganti kambing.  Cerita ini pun umum juga di 
hikayat2 kuno, bagaimana para nabi/orang bijak menghentikan 
pengurbanan manusia itu, dengan menggantinya jadi yang lain.

Yang paling menarik adalah, Nabi Ibrahim menyetop atau membatalkan 
perbuatannya sendiri.  Implikasinya, blio melihat jauh ke depan, 
bahwa menghentikan sesuatu yang dianggap status quo adalah pre-
requisite untuk kemajuan ke depan, artinya MENGORBANKAN APA YANG KITA 
LAKUKAN ATAU YANG BERLAKU SEKARANG DEMI MEMBUKA LEMBARAN BARU yang 
mencerahkan.

Idul Adha kemarin saya merasakan ada 'perubahan paradigma'.  Saya 
mengantisipasi mendapat bagian kambing dan sapi, karena itu 
menyiapkan bumbu rawon untuk sapi dan kare marak untuk kambing.   
Tapi apa daya?  Sapinya kebagian, tapi kambingnya nggak ada, padahal 
biasanya kambing melulu dan sapi sedikit.  Artinya? Ada perubahan 
paradigma dari kambing menjadi sapi...:-))

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2...@... 
wrote:

 ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu dengan 
 darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah pengurbanan ini  
 khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan) ataukah 
 memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu. 
 
 satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu adalah 
 bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada mereka
 dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia diharuskan mau 
 menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau mengerjakan 
 permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa. para 
 dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga mereka hrs 
 menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari manusia 
itu.
 
 http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice
 
 dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus darah 
 dan tak satupun vegetarian...





[wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-15 Terurut Topik werkuwer
perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah karena 
masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat 
signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan konsumen 
tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang. secara 
konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan berdarah-
darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum 
fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu 
dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita 
kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial signifikan 
perubahannya.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote:

 Waktu Idul Adha saya sempat berpikir2 kayak gini.  Ibrahim 
memutuskan 
 mengurbankan anaknya, dan dia sendiri membatalkan pengurbanan itu 
 lalu diganti kambing.
 
 Saya bilang 'Ibrahim memutuskan', karena orang seperti Erwin D 
pasti 
 serta merta protes, Allah yang nyuruh loh.  Lha, kalo Erwin D udah 
 bawa2 Allah repot kan diskusinya.  Jadi sebaiknya kita lihat dari 
 sisi manusianya dulu, kan itu yang serta merta keliatan.
 
 Lagian inget, dulu pernah ada netter WM yang ngamuk2 ke saya 
karena 
 tafsirannya harafiah tok terhadap suruhan Allah menyembelih 
Ismail.  
 
 Kalau Ibrahim memutuskan mengurbankan anak, dalam konteks jaman 
kuno 
 itu kan biasa. Pengorbanan manusia itu emang dilakukan sebagai 
 bentuk 'pengabdian tertinggi'. Lalu blio memutuskan membatalkan 
 kurban anaknya jadi diganti kambing.  Cerita ini pun umum juga di 
 hikayat2 kuno, bagaimana para nabi/orang bijak menghentikan 
 pengurbanan manusia itu, dengan menggantinya jadi yang lain.
 
 Yang paling menarik adalah, Nabi Ibrahim menyetop atau membatalkan 
 perbuatannya sendiri.  Implikasinya, blio melihat jauh ke depan, 
 bahwa menghentikan sesuatu yang dianggap status quo adalah pre-
 requisite untuk kemajuan ke depan, artinya MENGORBANKAN APA YANG 
KITA 
 LAKUKAN ATAU YANG BERLAKU SEKARANG DEMI MEMBUKA LEMBARAN BARU yang 
 mencerahkan.
 
 Idul Adha kemarin saya merasakan ada 'perubahan paradigma'.  Saya 
 mengantisipasi mendapat bagian kambing dan sapi, karena itu 
 menyiapkan bumbu rawon untuk sapi dan kare marak untuk kambing.   
 Tapi apa daya?  Sapinya kebagian, tapi kambingnya nggak ada, 
padahal 
 biasanya kambing melulu dan sapi sedikit.  Artinya? Ada perubahan 
 paradigma dari kambing menjadi sapi...:-))
 
 salam
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2502@ 
 wrote:
 
  ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu 
dengan 
  darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah pengurbanan 
ini  
  khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan) 
ataukah 
  memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu. 
  
  satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu 
adalah 
  bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada 
mereka
  dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia diharuskan 
mau 
  menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau mengerjakan 
  permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa. 
para 
  dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga mereka 
hrs 
  menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari manusia 
 itu.
  
  http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice
  
  dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus 
darah 
  dan tak satupun vegetarian...
 





Re: [wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-15 Terurut Topik Ari Condro
herbivora oom.  koreksi.

2008/12/16 werkuwer mnug2...@yahoo.com

   perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah karena
 masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat
 signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan konsumen
 tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang. secara
 konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan berdarah-
 darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum
 fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu
 dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita
 kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial signifikan
 perubahannya.

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Mia al...@... wrote:
 
  Waktu Idul Adha saya sempat berpikir2 kayak gini. Ibrahim
 memutuskan
  mengurbankan anaknya, dan dia sendiri membatalkan pengurbanan itu
  lalu diganti kambing.
 
  Saya bilang 'Ibrahim memutuskan', karena orang seperti Erwin D
 pasti
  serta merta protes, Allah yang nyuruh loh. Lha, kalo Erwin D udah
  bawa2 Allah repot kan diskusinya. Jadi sebaiknya kita lihat dari
  sisi manusianya dulu, kan itu yang serta merta keliatan.
 
  Lagian inget, dulu pernah ada netter WM yang ngamuk2 ke saya
 karena
  tafsirannya harafiah tok terhadap suruhan Allah menyembelih
 Ismail.
 
  Kalau Ibrahim memutuskan mengurbankan anak, dalam konteks jaman
 kuno
  itu kan biasa. Pengorbanan manusia itu emang dilakukan sebagai
  bentuk 'pengabdian tertinggi'. Lalu blio memutuskan membatalkan
  kurban anaknya jadi diganti kambing. Cerita ini pun umum juga di
  hikayat2 kuno, bagaimana para nabi/orang bijak menghentikan
  pengurbanan manusia itu, dengan menggantinya jadi yang lain.
 
  Yang paling menarik adalah, Nabi Ibrahim menyetop atau membatalkan
  perbuatannya sendiri. Implikasinya, blio melihat jauh ke depan,
  bahwa menghentikan sesuatu yang dianggap status quo adalah pre-
  requisite untuk kemajuan ke depan, artinya MENGORBANKAN APA YANG
 KITA
  LAKUKAN ATAU YANG BERLAKU SEKARANG DEMI MEMBUKA LEMBARAN BARU yang
  mencerahkan.
 
  Idul Adha kemarin saya merasakan ada 'perubahan paradigma'. Saya
  mengantisipasi mendapat bagian kambing dan sapi, karena itu
  menyiapkan bumbu rawon untuk sapi dan kare marak untuk kambing.
  Tapi apa daya? Sapinya kebagian, tapi kambingnya nggak ada,
 padahal
  biasanya kambing melulu dan sapi sedikit. Artinya? Ada perubahan
  paradigma dari kambing menjadi sapi...:-))
 
  salam
  Mia
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 werkuwer mnug2502@
  wrote:
  
   ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu
 dengan
   darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah pengurbanan
 ini
   khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan)
 ataukah
   memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu.
  
   satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu
 adalah
   bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada
 mereka
   dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia diharuskan
 mau
   menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau mengerjakan
   permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa.
 para
   dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga mereka
 hrs
   menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari manusia
  itu.
  
   http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice
  
   dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus
 darah
   dan tak satupun vegetarian...
  
 

  




-- 
salam,
Ari


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-15 Terurut Topik werkuwer
masak sih makan daging kambing/sapi disebut herbivora? kalau kambing 
dan sapinya sendiri memang herbivora lha nek konsumen daging 
kambing/sapi mestine rak carnivora, tak iye? eniwei, yuuuk...

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... 
wrote:

 herbivora oom.  koreksi.
 
 2008/12/16 werkuwer mnug2...@...
 
perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah 
karena
  masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat
  signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan 
konsumen
  tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang. 
secara
  konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan 
berdarah-
  darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum
  fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu
  dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita
  kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial 
signifikan
  perubahannya.
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%
40yahoogroups.com,
  Mia aldiy@ wrote:
  
   Waktu Idul Adha saya sempat berpikir2 kayak gini. Ibrahim
  memutuskan
   mengurbankan anaknya, dan dia sendiri membatalkan pengurbanan 
itu
   lalu diganti kambing.
  
   Saya bilang 'Ibrahim memutuskan', karena orang seperti Erwin D
  pasti
   serta merta protes, Allah yang nyuruh loh. Lha, kalo Erwin D 
udah
   bawa2 Allah repot kan diskusinya. Jadi sebaiknya kita lihat 
dari
   sisi manusianya dulu, kan itu yang serta merta keliatan.
  
   Lagian inget, dulu pernah ada netter WM yang ngamuk2 ke saya
  karena
   tafsirannya harafiah tok terhadap suruhan Allah menyembelih
  Ismail.
  
   Kalau Ibrahim memutuskan mengurbankan anak, dalam konteks jaman
  kuno
   itu kan biasa. Pengorbanan manusia itu emang dilakukan sebagai
   bentuk 'pengabdian tertinggi'. Lalu blio memutuskan membatalkan
   kurban anaknya jadi diganti kambing. Cerita ini pun umum juga 
di
   hikayat2 kuno, bagaimana para nabi/orang bijak menghentikan
   pengurbanan manusia itu, dengan menggantinya jadi yang lain.
  
   Yang paling menarik adalah, Nabi Ibrahim menyetop atau 
membatalkan
   perbuatannya sendiri. Implikasinya, blio melihat jauh ke depan,
   bahwa menghentikan sesuatu yang dianggap status quo adalah pre-
   requisite untuk kemajuan ke depan, artinya MENGORBANKAN APA 
YANG
  KITA
   LAKUKAN ATAU YANG BERLAKU SEKARANG DEMI MEMBUKA LEMBARAN BARU 
yang
   mencerahkan.
  
   Idul Adha kemarin saya merasakan ada 'perubahan paradigma'. 
Saya
   mengantisipasi mendapat bagian kambing dan sapi, karena itu
   menyiapkan bumbu rawon untuk sapi dan kare marak untuk kambing.
   Tapi apa daya? Sapinya kebagian, tapi kambingnya nggak ada,
  padahal
   biasanya kambing melulu dan sapi sedikit. Artinya? Ada 
perubahan
   paradigma dari kambing menjadi sapi...:-))
  
   salam
   Mia
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%
40yahoogroups.com,
  werkuwer mnug2502@
   wrote:
   
ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu
  dengan
darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah 
pengurbanan
  ini
khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan)
  ataukah
memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu.
   
satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu
  adalah
bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada
  mereka
dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia 
diharuskan
  mau
menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau 
mengerjakan
permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa.
  para
dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga 
mereka
  hrs
menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari 
manusia
   itu.
   
http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice
   
dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus
  darah
dan tak satupun vegetarian...
   
  
 
   
 
 
 
 
 -- 
 salam,
 Ari
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-15 Terurut Topik Ari Condro
osssh.  gitu toh.

btw, kalau makhluk laut banyak tuh yang nggak jelas antara hewan dan
tumbuhanya.  nah kalau yang ini bagaimana ?

2008/12/16 werkuwer mnug2...@yahoo.com

   masak sih makan daging kambing/sapi disebut herbivora? kalau kambing
 dan sapinya sendiri memang herbivora lha nek konsumen daging
 kambing/sapi mestine rak carnivora, tak iye? eniwei, yuuuk...

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 Ari Condro masar...@...
 wrote:
 
  herbivora oom. koreksi.
 
  2008/12/16 werkuwer mnug2...@...
 
   perubahan dari kambing menjadi sapi esensinya tidak berubah
 karena
   masih saja 'carnivora'. secara ekonomi perubahan itu sangat
   signifikan karena pedagang kambing dirugikan oleh pilihan
 konsumen
   tersebut sehingga penghasilan dari menjual kambing berkurang.
 secara
   konsep pengurbanan ini tidak berubah dan masih primitif dan
 berdarah-
   darah. jika motifnya adalah membagi daging (nutrisi) kepada kaum
   fakir, mestinya yang disembelih adalah 'tabungan uang' kita lalu
   dibagikan kepada fakir miskin sesuai dengan porsi yang kita
   kurbankan selama ini. ini baru secara konsep dan sosial
 signifikan
   perubahannya.
  
   --- In 
   wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah%
 40yahoogroups.com,
   Mia aldiy@ wrote:
   
Waktu Idul Adha saya sempat berpikir2 kayak gini. Ibrahim
   memutuskan
mengurbankan anaknya, dan dia sendiri membatalkan pengurbanan
 itu
lalu diganti kambing.
   
Saya bilang 'Ibrahim memutuskan', karena orang seperti Erwin D
   pasti
serta merta protes, Allah yang nyuruh loh. Lha, kalo Erwin D
 udah
bawa2 Allah repot kan diskusinya. Jadi sebaiknya kita lihat
 dari
sisi manusianya dulu, kan itu yang serta merta keliatan.
   
Lagian inget, dulu pernah ada netter WM yang ngamuk2 ke saya
   karena
tafsirannya harafiah tok terhadap suruhan Allah menyembelih
   Ismail.
   
Kalau Ibrahim memutuskan mengurbankan anak, dalam konteks jaman
   kuno
itu kan biasa. Pengorbanan manusia itu emang dilakukan sebagai
bentuk 'pengabdian tertinggi'. Lalu blio memutuskan membatalkan
kurban anaknya jadi diganti kambing. Cerita ini pun umum juga
 di
hikayat2 kuno, bagaimana para nabi/orang bijak menghentikan
pengurbanan manusia itu, dengan menggantinya jadi yang lain.
   
Yang paling menarik adalah, Nabi Ibrahim menyetop atau
 membatalkan
perbuatannya sendiri. Implikasinya, blio melihat jauh ke depan,
bahwa menghentikan sesuatu yang dianggap status quo adalah pre-
requisite untuk kemajuan ke depan, artinya MENGORBANKAN APA
 YANG
   KITA
LAKUKAN ATAU YANG BERLAKU SEKARANG DEMI MEMBUKA LEMBARAN BARU
 yang
mencerahkan.
   
Idul Adha kemarin saya merasakan ada 'perubahan paradigma'.
 Saya
mengantisipasi mendapat bagian kambing dan sapi, karena itu
menyiapkan bumbu rawon untuk sapi dan kare marak untuk kambing.
Tapi apa daya? Sapinya kebagian, tapi kambingnya nggak ada,
   padahal
biasanya kambing melulu dan sapi sedikit. Artinya? Ada
 perubahan
paradigma dari kambing menjadi sapi...:-))
   
salam
Mia
   
--- In 
wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com
 wanita-muslimah%
 40yahoogroups.com,
   werkuwer mnug2502@
wrote:

 ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu
   dengan
 darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah
 pengurbanan
   ini
 khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan)
   ataukah
 memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu.

 satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu
   adalah
 bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada
   mereka
 dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia
 diharuskan
   mau
 menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau
 mengerjakan
 permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa.
   para
 dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga
 mereka
   hrs
 menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari
 manusia
itu.

 http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice

 dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus
   darah
 dan tak satupun vegetarian...

   
  
  
  
 
 
 
  --
  salam,
  Ari
 
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 

  




-- 
salam,
Ari


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-11 Terurut Topik ariel
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2...@... wrote:

 ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu dengan 
 darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah pengurbanan ini  
 khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan) ataukah 
 memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu. 
 
 satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu adalah 
 bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada mereka
 dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia diharuskan mau 
 menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau mengerjakan 
 permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa. para 
 dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga mereka hrs 
 menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari manusia itu.
 
 http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice
 
 dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus darah 
 dan tak satupun vegetarian...



untung sekarang udah kaga ada dewa-dewa..
apalagi dewa doyan darah...
yg tersisa tinggal dewa 19..
itupun sudah disomasi roy suryo hehehe...

salam,
-ariel- 




[wanita-muslimah] Re: kurban bagi dewa-dewa

2008-12-11 Terurut Topik werkuwer
kalau dewa purba suka darah dan daging kambing, dewa moderen suka 
mulan jameela, wanita yang paling seksi. pergeseran budaya selalu 
terjadi kecuali... bagi manusia purba.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... 
wrote:

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2502@ 
wrote:
 
  ternyata dari dulu itu 'dewa-dewa' sangat suka kalau dijamu 
dengan 
  darah dan daging yang dikurbankan. ndak tau apakah pengurbanan 
ini  
  khayalan manusia mabok pada waktu itu (di jaman kegelapan) 
ataukah 
  memang karena ada permintaan dari para dewa mereka itu. 
  
  satu hal yang sering dipercayai orang di jaman kegelapan itu 
adalah 
  bahwa para dewa konon ingin menguji kecintaan manusia kepada 
mereka
  dan untuk membuktikan kecintaan mereka itu, manusia diharuskan 
mau 
  menawarkan kurban kepada para dewa. kalau mereka mau mengerjakan 
  permintaan itu, kecintaan manusia baru diakui oleh para dewa. 
para 
  dewa ternyata ndak semahatahu yang manusia duga sehingga mereka 
hrs 
  menguji manusia dulu sebelum mereka mengetahui mutu dari manusia 
itu.
  
  http://en.wikipedia.org/wiki/Sacrifice
  
  dewa-dewa purba dan dewa-dewa moderen ternyata sama-sama haus 
darah 
  dan tak satupun vegetarian...
 
 
 
 untung sekarang udah kaga ada dewa-dewa..
 apalagi dewa doyan darah...
 yg tersisa tinggal dewa 19..
 itupun sudah disomasi roy suryo hehehe...
 
 salam,
 -ariel-