[wanita-muslimah] Sikap Keras atau Tegas (?) Umat Islam

2005-08-26 Terurut Topik Abdi M.U

Tanggapan :

 

Dien,

Maaf, saya bukan pecinta kekerasan, tapi percaya pada ketegasan. Saya melaknat 
Bom Bali, melaknat Imam Samudera, Bom London dan WTC 9/11, bahkan saya melaknat 
orang-orang yang mengeroyok (menghakimi) pencuri, demikian juga orang-orang 
yang menyakiti pelaku maksiat.  Dalam buku Amar Ma’ruf Nahi Munkar karangan 
Imam Ghozali, dikatakan jelas bahwa ajaran Islam melarang menyakiti fisik 
pelaku maksiat, sedangkan yang boleh dilakukan adalah merusak fisik sarana 
maksiat seperti tempat judi atau tempat pelacuran. Pelaku maksiat adalah sarana 
dakwah, pelaku maksiat adalah umat yang harus ditolong dan diajak ke syurga, 
bisa jadi mereka bermaksiat karena kurang paham mengenai dahsyatnya neraka atau 
betapa Maha Sabarnya Allah SWT. Metode Nahi Munkar yang dikemukakan Al Ghazali 
ini menjadi salah satu pedoman FPI dalam memberantas maksiat, makanya tak 
pernah terdengar ada manusia yang dianiaya dalam setiap gerakan FPI memberantas 
maksiat.  Peristiwa pembunuhan yang terjadi di Ketapang Jakarta 1998
 lalu bukanlah gerakan pemberantasan kemaksiatan, tapi tergolong perang fisik 
membela umat Islam. Peristiwa itu diawali oleh serangan fisik dan lemparan batu 
para preman etnis Ambon non-Muslim ke arah rumah muslim dan mesjid di wilayah 
Ketapang Jakarta selama beberapa minggu. Ketika FPI turun tangan ke jalan 
Ketapang, para preman ini datang dan mengepung dengan 200 – 300 orang dengan 
senjata pisau, golok dsbnya (jadi bukan FPI yang mendatangi para preman).  
Dalam situasi begini, tentunya Allah SWT tidaklah menyuruh umat Islam untuk 
hanya sabar dan berdoa.  Cukup banyak hadits yang menceritakan bagaimana sikap 
Rasulullah SAW yang sangat sabar bila ia disakiti atau dihina orang lain tapi 
ia marah besar ketika agamanya diganggu. Contoh lain, Abu Bakar ra. adalah 
sosok sahabar ra. yang lembut dan sangat kuat akidahnya, dialah sahabat 
Rasulullah yang sangat mudah menitikkan air matanya dalam nuansa keimanannya. 
Semua ahli sejarah Islam menggambarkan Abu Bakar sebagai tokoh yang berhati
 lembut, sangat sabar, dan sangat tinggi akidah dan keimanannya.  Sedang Umar 
ra adalah sosok sahabat ra yang tegas dan sangat hati-hati menjaga 
perbuatannya. Hanya Umarlah yang berani menantang bertanding pedang dengan 
orang Quraisy sebelum ia berangkat hijrah ke Madinah. Suatu hari Umar sangat 
kaget dengan keputusan si hati lembut Khalifah Abu Bakar yang memerintahkan 
ribuan umat Islam untuk berperang melawan dan membunuh seseorang yang mengaku 
nabi beserta pengikutnya yang tidak mau tobat.  Inilah contoh sikap tegas Islam 
bila agamanya diganggu, bila ada yang mengaku nabi sesudah Muhammad SAW.  
Bahkan sikap tegas (yang mana sebagian orang melihatnya sebagai ‘kekerasan’) 
ternyata bisa muncul dari seorang berhati lembut seperti Abu Bakar, yang bahkan 
membuat seorang Umar seakan tak percaya.

Zaman sekarang, tolok ukur nilai-nilai kemanusiaan yang dijadikan pedoman 
adalah kacamata barat, dimana hukuman mati dianggap tak berperi kemanusiaan, 
apalagi potong tangan untuk seorang pencuri atau hukum rajam bagi pelaku zinah. 
 Kacamata pandang barat terlihat sangat indah dan lembut hati serta manusiawi, 
inilah kelembutan palsu yang dibentuk setan dan jin di hati umat manusia. 
Kelembutan palsu ini hanyalah strategi setan untuk membuat umat Islam lemah dan 
tidak percaya dan tidak setuju dengan penerapan hukum agama Islam secara murni. 
 Padahal untuk apa kita takut kalau kita tidak mencuri atau tidak berzinah. 
Bagi negara barat, kelembutan palsu dalam bentuk HAM dan demokrasi dijadikan 
strategi untuk melunturkan semangat jihad umat Islam. Makanya akhirnya Aceh di 
abad 19 dikalahkan Belanda setelah semangat jihad mereka dilunturkan melalui 
ajaran sufi sesat oleh seorang muslim Belanda yang berpura-pura menjadi ulama 
Belanda, Snouck Hugronge.  Demikian juga beberapa wilayah India
 dahulu diawal abad 20 berhasil ditaklukan Inggris setelah Inggris 
mempopulerkan Mirza Ghulam Ahmad dengan ajaran Ahmadiyahnya yang jelas-jelas 
melarang jihad.  Oh, ya jihad jangan dianggap mati bunuh diri, ya, tapi lebih 
dilihat sebagai siap mengorbankan nyawa untuk kebenaran di jalan Allah.

 

Kekerasan (perampokan, pencurian, maksiat, judi, narkoba, pemerkosaan. 
penghujatan, dll) memang sudah sesuatu yang ada sejak zaman nabi Adam sampai 
akhir zaman, tidak pernah hilang selama hawa nafsu masih ada dalam diri 
manusia. Kekerasan seperti itu nggak mungkin hanya dihadapi dengan nasihat, 
kasih sayang, diskusi atau rapat.  Dalam hukum negara barat saja ada 
hukumannya, seperti penjara dan ,esktrimnya, harus ada hukuman mati.  Dalam 
hukum Islam harus ada hukum potong tangan, rajam, hukum pancung dsbnya. Semua 
bentuk hukuman ini bentuknya juga kekerasan (tapi ditujukan kepada pelaku 
kekerasan). Artinya pelaku kekerasan akan lebih jera dihukum dengan kekerasan 
pula, bukan dengan dinasihati atau diajak diskusi.  

Masalahnya sekarang banyak pelaku kekerasan (kemunkaran) yang tidak dihukum 
karena perangkat hukum 

[wanita-muslimah] Sikap Keras atau Tegas (?) Umat Islam

2005-08-26 Terurut Topik ayeye
Maaf Mas Abdi, mengapa nilai-2 kemanusiaan harus
diasosiasikan dengan Barat dalam konteks negatif,
palsu, setan dan jin? Apakah Anda tidak mempunyai
argumentasi yang rasional dan tidak berbau politis,
namun tetap kritis?

Kemudian Anda membuat kesimpulan yang rada mengada-2
serta miring dengan mengkhususkan HAM dan demokrasi
sebagai strategi Barat untuk melunturkan jihad umat
Islam. Saya rasa di sini penting untuk membedakan
antara prinsip dasar dari HAM dan demokrasi dengan
penyalahgunaan terhadap HAM dan demokrasi guna
menyerang negara lain karena tujuan-2 lain misalnya. 

Link tentang human rights:
http://en.wikipedia.org/wiki/Human_rights

++
In Germany, the Nazis first came for the communists,
and I did not speak up, because I was not a Communist.
Then they came for the Jews, and I did not speak up,
because I was not a Jew. Then they came for the trade
unionists, and I did not speak up, because I was not a
trade unionist. Then they came for the Catholics, and
I did not speak up, because I was not a Catholic. Then
they came for me... and by that time, there was no one
to speak up for anyone. 
-- Martin Niemoeller, Pastor, 
German Evangelical (Lutheran) Church
++

Lihat juga di:
http://www.amnesty.org/

Stop torture and ill-treatment in the “war on terror”
http://web.amnesty.org/pages/stoptorture-index-eng

Saya sependapat dan salut dengan kalimat-2 pertama
Anda seperti dikutip di bawah ini:

**
Maaf, saya bukan pecinta kekerasan, tapi percaya pada
ketegasan. Saya melaknat
Bom Bali, melaknat Imam Samudera, Bom London dan WTC
9/11, bahkan saya melaknat
orang-orang yang mengeroyok (menghakimi) pencuri,
demikian juga orang-orang yang
menyakiti pelaku maksiat. Dalam buku Amar Ma’ruf Nahi
Munkar karangan Imam
Ghozali, dikatakan jelas bahwa ajaran Islam melarang
menyakiti fisik pelaku
maksiat, sedangkan yang boleh dilakukan adalah merusak
fisik sarana maksiat
seperti tempat judi atau tempat pelacuran. Pelaku
maksiat adalah sarana dakwah,
pelaku maksiat adalah umat yang harus ditolong dan
diajak ke syurga, bisa jadi
mereka bermaksiat karena kurang paham mengenai
dahsyatnya neraka atau betapa
Maha Sabarnya Allah SWT.
**
Masih dapat dimengerti apabila FPI mempertahankan diri
serta melawan jika diserang oleh para preman seperti
diceritakan oleh Mas Abdi. Ini realistis.

Namun selanjutnya saya prihatin dengan gaya tulisan
Anda yang pertama mengatakan menolak tindakan
kekerasan tetapi kemudian hanya mencari dalil-2 untuk
membenarkan tindakan kekerasan. Terus menyindir kepada
mereka yang menolak tindakan kekerasan dengan dicap
sebagai tapi imannya lemah atau ilmunya masih
kurang.

Salam,
ayeye

**

Main hakim sendiri sering terpaksa dilakukan bila
aparat hukum tidak befungsi.
Main hakim sendiri dalam jangka pendek memang
cenderung terlihat sebagai
tindakan anarkis, tapi dalam jangka panjang ia akan
menjadi ‘pressure’ (tekanan)
yang memaksa dan membuat kapok aparat hukum agar tidak
bersikap diam dan tidak
peduli terhadap berbagai kemungkaran yang terjadi.
Dengan kata lain adanya
Pressure Group semacam FPI dan sebagainya ini akan
menjadi pressure group yang
‘mengontrol’ berfungsi atau tidaknya aparat hukum.
Tapi umat Islam yang hatinya
lembut (tapi imannya lemah atau ilmunya masih kurang)
melihat ini sebagai
tindakan semau gue. Kalau FPI dianggap kelompok yang
bertindak semau gue
tentunya Menteri Agama, Wapres atau Kapolri / Kapolda
tidak akan mau dan tidak
merasa pantas datang ke setiap Mukernas FPI yang
diadakan setiap tahun (dan
kenyataannya mereka selalu hadir).

**

http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/71464



__ 
Meet your soulmate!
Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather
http://asia.yahoo.com/meetic



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an