Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-12-01 Terurut Topik donnie ahmad
Pada tanggal 30/11/07, rsa [EMAIL PROTECTED] menulis:

   Points taken...! Thanks ...




Sama-sama

..deleted..
 Saya terima ko keberatan Suryawan, tapi yang jadi masalah, dia
 menyatakan saya memanjangkan singkatan nama MA itu menjadi Mas
 Ahmadi. Wah tentu saya tidak terima. Begitu tanggapa saya ke dia di
 atas. Yang saya lakukan hanya memanggil, menyapa dia dengan
 honorifiks khas laki-laki jawa, 'mas' dan diikuti dengan 'aliran'
 yang ia yakini. Ko salah? Lain kalo memang terbukti saya
 mempermainkan nama dia. Dan memang itu memungkinkan tapi kan saya
 yang tahu. hehehe ...












 Mas Satriyo, kalau anda ke Malaysia dan semua orang memanggil anda Satriyo
Indon.. dan selalu menggunakan predikat Indon apabila memanggil anda, anda
merasa dipermainkan/dilecehkan tidak?

Mereka bisa bilang.. bukannya anda memang dari Indonesia? Ko salah? Lain
kalo memang terbukti saya mempermainkan nama anda, toh yang tahu hanya
saya. (apalagi kalau ditambah dengan ketawa hehehe..dalam logat malaysia
:D)


Nah, sekarang kenapa anda tidak mengacu gaya saya ke mas Rizal, atau
 ke member lain yang memang mereka tidak mulai dan tidak pernah duluan
 mengolok-olok saya? Mengapa malah antara Suryawan dan Rizal? Kan yang
 anda vonis di sini sikap saya bukan Suryawan? Ga konsisten dan
 relevan hemat saya. Apa ini artinya saya ke mas Rizal atau ke member
 lain spt ke bu Lina atau bu Meilany tidak santun dan punya pretensi
 mengolok-olok? :-)











Maaf, saya tidak tahu apakah anda itu selalu memandang sesuatu secara
dikotomis dan literalis seperti diatas atau itu memang hanya strategi
berdiskusi anda saja?

Saya memberi contoh antara mas Rizal dan mas Suryawan karena sikap diskusi
mereka adalah contoh yang obvious dan sedang berlangsung. merupakan  contoh
proses diskusi yang santun, tanpa personifikasi dan olok-olok, disiplin pada
topik yang dibahas (tentang wahyu), meskipun (dan yang paling penting) jelas
sekali mereka berbeda pendapat/keyakinan.  Dan terus terang saya sangat
respek dengan mas Rizal yang mau mengakui kekeliruan dalam
berpendapat/mensitir pihak ketiga.

Dan namanya contoh kan tidak perlu semuanya disebutkan to? nanti bukan
contoh lagi dong namanya. :D

Siapa yang berpretensi dong? :-)




Silahkan diinterpretasikan sendiri (toh setiap orang punya pretensi masing2,
masalah itu positif atau negatif tinggal penilaian dari social peer-group
nya saja) dan karena sudah diingatkan oleh mas thesaint maka I rest my case.


Salim,
Donnie


satriyo

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 donnie ahmad
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Satriyo,
  Saya sudah membaca thread anda tentang alasan anda. Tapi sebagai
 orang yang
  berlatar belakang bahasa, saya rasa anda juga sangat paham tentang
  penggunaan bahasa. Bahasa mempunyai makna denotatif dan konotatif
 dan juga
  gaya bahasa. ketika anda melabeli Ahmadi pada mas Suryawan,
 meskipun anda
  mempunyai alasan seperti yang anda sampaikan, orang melihat anda
 menggunakan
  gaya bahasa peyoratif (bener gak yah? soalnya terakhir dapat
 pelajaran
  bahasa pas SMA). Anda melabeli Ahmadi dengan gaya bahasa yang
 stigmatis,
  apalagi dengan menyebutnya secara berlebihan dan berulang-ulang.
 
  Boleh saja anda berkilah bahwa saya tidak mengerti apa yang dihati
 anda.
  Tapi dalam berkomunikasi bukanya persepsi penerima pesan sama
 pentingnya
  dengan apa yang ingin pemberi pesan (anda) sampaikan. Apabila
 banyak orang
  mempunyai persepsi yang menurut anda keliru dengan yang anda
 maksudkan dalam
  pikiran anda. Berarti mungkin ada yang keliru dalam penyampaian
 pesan.
 
  Bukankah seseorang menulis tidak semata-mata untuk
 maaf bermasturbasi
  untuk kepuasan sendiri, tetapi juga agar orang lain/banyak mempunyai
  pemahaman tentang yang anda tuliskan. Jadi yah, kalau banyak
 orang (bisa
  juga anda mendebat siapa yang dimaksud banyak) merasa mempunyai
 persepsi
  yang keliru dengan apa yang anda maksudkan... whose to blame?
 
  Terlepas mereka mempunyai keyakinan yang berbeda dengan anda. Saya
 rasa
  bisa dibedakan antara isi pesan dan cara menyampaikan pesan. Saya
 melihat
  gaya diskusi antara mas Moh rizal dan mas suryawan adalah contoh
 gaya
  diskusi yang santun tanpa ada pretensi untuk mengolok-olok.
 
 
  salim,
  Donnie
 
 

  



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-30 Terurut Topik Thesaints Now
Mohon maaf, saya rasa postingan dari RSA untuk topik ini sangat mengganggu
jalannya diskusi antara Mas Suryawan dengan Mas Rizal. Kami semua di WM ini
sedang mengikuti diskusi yang cukup menarik mengenai ada tidaknya WAHYU
setelah nabi Muhammad saw. Harap postingan selanjutnya membicarakan
argumen-argumen bagi yang mengatakan ADA atau TIDAKnya WAHYU setelah Nabi
Muhammad saw, dan mengurangi hal-hal yang tidak langsung berkaitan dengan
masalah tersebut. Walupun memang hak semua anggota milis untuk ngomong apa
saja, namun seyogyanya dan sebaiknya kita lebih fokus pada topik diskusi.

Sekedar tambahan untuk topik WAHYU setelah Nabi Muhammad saw.

Sebelumnya dalam hadits Muslim yang kami posting membahas masalah WAHYU,
telah diriwayatkan bahwa ALLAH meWAHYUKAN kepada Nabi Isa as ketika Beliau
turun untuk KEDUA KALInya di akhir zaman. Untuk membatasi area diskusi pada
masalah WAHYUnya saja bukan pada masalah Isa asnya, maka pertanyaan kemudian
adalah WAHYU bagaimana yang turun kepada Isa as tersebut nanti? Apakah wahyu
yang diberikan Allah kepada Nabi Isa as itu akan disebut KITAB Suci? Apakah
WAHYU tersebut menyaingi al Quran?


Terlepas dari bagaimanapun jawabannya, Jenis WAHYUnya apa, jika
memperhatikan Hadits tersebut, memang dikatakan bahwa WAHYU ada SETELAH
Rasulullah saw.

Tentu saja hal ini diakui oleh kaum muslim yang mempercayai bahwa Nabi Isa
as akan turun lagi ke bumi. Bagi yang tidak mempercayainya tentu Hadits
tersebut dianggap Dhaif dan tidak diakui.

Untuk Mas Suryawan dan Mas Rizal, terima kasih telah memberikan beberapa
rujukan mengenai Ulama-Ulama Islam yang mendapatkan WAHYU dari Allah swt.
Lumayan menambah Data-Data rujukan dalam Arsip File kami.

Sekarang kami menunggu argumen-argumen dari yang menyatakan bahwa WAHYU
tidak ada lagi setelah Nabi Muhammad saw. Mungkin ada orang MUI yang sudah
mengeluarkan fatwa bahwa WAHYU tidak ada lagi dapat menyampaikannya di milis
ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi semua anggota milis sebagai bahan studi
banding.


On 11/30/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Points taken...! Thanks ...

 Nah, justru krn saya sedikit banyak tahu bahasa, spt juga semua di
 sini -- krn ilmu saya ga terlalu nyambung ko kalo sudah di milis ini -
 - maka saya lakukan apa yang saya lakukan. Aneh juga kalo dengan
 menyatakan apa yang obvious itu jatuhnya malah mengolok-olok.
 Jelaskan deh, yang maksud mengolok-olok itu apa? Lalu hubungkan
 dengan sikap saya hanya menegaskan bahwa saya sekadar memanggil
 Suryawan dengan Mas Ahmadi semata spt yang sudah saya jelaskan. Ko
 tendensius sekali jadi mencap saya mengolok-olok?

 Saya terima ko keberatan Suryawan, tapi yang jadi masalah, dia
 menyatakan saya memanjangkan singkatan nama MA itu menjadi Mas
 Ahmadi. Wah tentu saya tidak terima. Begitu tanggapa saya ke dia di
 atas. Yang saya lakukan hanya memanggil, menyapa dia dengan
 honorifiks khas laki-laki jawa, 'mas' dan diikuti dengan 'aliran'
 yang ia yakini. Ko salah? Lain kalo memang terbukti saya
 mempermainkan nama dia. Dan memang itu memungkinkan tapi kan saya
 yang tahu. hehehe ...

 Nah, sekarang kenapa anda tidak mengacu gaya saya ke mas Rizal, atau
 ke member lain yang memang mereka tidak mulai dan tidak pernah duluan
 mengolok-olok saya? Mengapa malah antara Suryawan dan Rizal? Kan yang
 anda vonis di sini sikap saya bukan Suryawan? Ga konsisten dan
 relevan hemat saya. Apa ini artinya saya ke mas Rizal atau ke member
 lain spt ke bu Lina atau bu Meilany tidak santun dan punya pretensi
 mengolok-olok? :-)

 Siapa yang berpretensi dong? :-)

 satriyo

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 donnie ahmad
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Satriyo,
  Saya sudah membaca thread anda tentang alasan anda. Tapi sebagai
 orang yang
  berlatar belakang bahasa, saya rasa anda juga sangat paham tentang
  penggunaan bahasa. Bahasa mempunyai makna denotatif dan konotatif
 dan juga
  gaya bahasa. ketika anda melabeli Ahmadi pada mas Suryawan,
 meskipun anda
  mempunyai alasan seperti yang anda sampaikan, orang melihat anda
 menggunakan
  gaya bahasa peyoratif (bener gak yah? soalnya terakhir dapat
 pelajaran
  bahasa pas SMA). Anda melabeli Ahmadi dengan gaya bahasa yang
 stigmatis,
  apalagi dengan menyebutnya secara berlebihan dan berulang-ulang.
 
  Boleh saja anda berkilah bahwa saya tidak mengerti apa yang dihati
 anda.
  Tapi dalam berkomunikasi bukanya persepsi penerima pesan sama
 pentingnya
  dengan apa yang ingin pemberi pesan (anda) sampaikan. Apabila
 banyak orang
  mempunyai persepsi yang menurut anda keliru dengan yang anda
 maksudkan dalam
  pikiran anda. Berarti mungkin ada yang keliru dalam penyampaian
 pesan.
 
  Bukankah seseorang menulis tidak semata-mata untuk
 maaf bermasturbasi
  untuk kepuasan sendiri, tetapi juga agar orang lain/banyak mempunyai
  pemahaman tentang yang anda tuliskan. Jadi yah, kalau banyak
 orang (bisa
  juga anda mendebat siapa yang dimaksud banyak) merasa mempunyai
 persepsi
  yang keliru dengan apa yang 

Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-29 Terurut Topik Mohammad Rizal
Apakah anda ingin katakan bahwa Jemaat 
Ahmadiyah memiliki kitab suci lain selain al- Qur'an?

Jika yang didapat Mirza Ghulam Ahmad menurut Jemaat Ahmadiyah adalah wahyu: ya. 
Di sinilah perbedaan antara kita pada diskusi ini. Bapak dengan penafsiran 
bapak, boleh dong, saya dengan penafsiran saya? Atau bapak mau memaksakan 
penafsiran bapak? 

Kalau bapak sendiri bagaimana menilai kitab/buku Mirza Ghulam Ahmad tersebut? 
Kitab suci atau sama dengan buku-buku biasa?

Betul ALLAH bersifat mutakallim, dan kata-kata ALLAH itu bukan dengan cara yang 
dapat kita bayangkan, laisaka mitslihi syai'un. 

Derajatnya berbeda. Wahyu hanya terminologi yang untuk rasul dan nabi (karena 
itulah yang menerima wahyu mesti seorang rasul/nabi). Untuk para wali ALLAH 
kami menyebutnya ilham.


Dan ini bukanlah hal yang aneh, sebab ada para waliullah juga 
menerima wahyu yang kemudian dimuat/diinformasikan dalam karya 
tulisnya.

Dalam tradisi tasawuf memang kita dapati pengakuan beberapa orang Imam tasawuf 
yang sangat terpercaya bahwa ALLAH berdialog dengan mereka (dengan cara yang 
tentu kita tak paham). Misalnya Syeikh Abu Yazid Al Busthami dan Syeikh Abu 
Hassan Asy Syadzili. Tapi mereka tidak pernah menyebut diri mereka mendapat 
wahyu. Mohon tunjukkan karya waliyullah mana yang di dalamnya mereka mengatakan 
bahwa mereka mendapat wahyu.


-Rizal-


ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Wahyu, kasyaf serta mimpi yang diterima oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad 
merupakan manifestasi dari sifat mutakallim Allah Ta'ala, sebagaimana 
kita meyakini dan mengimani sifat-sifat Allah Ta'ala yang lain itu 
kekal adanya. Kalau dahulu Dia bercakap-cakap dengan hamba yang 
dikehendaki-Nya, maka sampai akhir dunia ini pun Dia akan terus 
bercakap-cakap dengan hamba-hamba pilihan-Nya. Bentuk percakapan 
Tuhan dengan hamba pilihan-Nya bisa dalam bentuk wahyu secara lisan, 
kasyaf atau mimpi, dan kepada siapa Tuhan memilih untuk menyampaikan 
wahyu (bercakap-cakap), pilihan itu merupakan hak prerogatif Tuhan 
semata – bukan urusan manusia. 

 Lalu bagaimana kedudukannya dengan Al Quran? Bukankah sudah 
dinyatakan bahwa agama sudah sempurna? Wahyu takkan turun lagi?

Kedudukan al-Qur'an tidak berubah. Al-Qur'an adalah kitab suci bagi 
Jemaat Ahmadiyah.

Ya, Islam adalah agama yang sempurna, namun adanya orang Islam 
pilihan-Nya yang menerima wahyu dari Allah tidaklah mengurangi 
kesempurnaan Islam sebagai agama.

Dan, menurut ajaran Islam wahyu dari Allah tidak akan pernah 
berhenti, sebab Allah tidak bisu dan wahyu adalah cara berkomunikasi 
Allah dengan hamba pilihan-Nya.

Kalau anda mengatakan wahyu takkan turun lagi, itu adalah tafsir. 
Anda berhak meyakini tafsir yang anda pilih.

 Masalahnya adalah digunakannya kata-kata wahyu itu. Tapi itu juga 
menjadi keniscayaan, sebab MAG ini mengaku dirinya nabi. Jadi tentu 
saja pesan gaibnya dinamakan wahyu.

Kenapa menjadi masalah buat anda kalau ada orang yang menerima wahyu, 
apakah menurut anda orang yang menerima wahyu harus selalu jadi nabi?

Salam,
MAS


   
-
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-29 Terurut Topik Mohammad Rizal
Oke, menurut bapak yang menerima wahyu belum tentu nabi/rasul. Lalu kalau 
derajat wahyunya sama dengan perempuan, para hawariy dan lebah (mereka tidak 
pernah mendakwa diri mereka nabi), di mana letaknya kenabian Mirza Ghulam 
Ahmad? Bisa saja Mirza Ghulam Ahmad adalah laki-laki biasa yang bukan nabi, toh?

Ini saya bertanya ya...


-Rizal-


ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Rizal,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mohammad Rizal 
 wrote:

 Apakah anda ingin katakan bahwa Jemaat 
 Ahmadiyah memiliki kitab suci lain selain al- Qur'an?
 
 Jika yang didapat Mirza Ghulam Ahmad menurut Jemaat Ahmadiyah 
adalah wahyu: ya. 

Apakah Anda juga katakan kumpulan Hadits Qudsi sebagai kitab suci?

 Di sinilah perbedaan antara kita pada diskusi ini. Bapak dengan 
penafsiran bapak, boleh dong, saya dengan penafsiran saya? Atau bapak 
mau memaksakan penafsiran bapak? 

Kita sedang diskusi, bukan sedang maksa-memaksa.

 Kalau bapak sendiri bagaimana menilai kitab/buku Mirza Ghulam Ahmad 
tersebut? Kitab suci atau sama dengan buku-buku biasa?

Buku buah tangan Mirza Ghulam Ahmad adalah sama dengan buku biasa.

Kitab suci Mirza Ghulam Ahmad dan Jemaat Ahmadiyah adalah al-Qur'an.

 Betul ALLAH bersifat mutakallim, dan kata-kata ALLAH itu bukan 
dengan cara yang dapat kita bayangkan, laisaka mitslihi syai'un. 

Lalu, apa masalah anda kalau ada orang yang ngaku dapat wahyu, 
sementara anda sendiri tidak bisa membayangkan wahyu itu seperti apa?

 Derajatnya berbeda. Wahyu hanya terminologi yang untuk rasul dan 
nabi (karena itulah yang menerima wahyu mesti seorang rasul/nabi).

Keliru.

Di dalam al-Qur'an, perempuan (Maryam) dan laki-laki yang bukan nabi 
(para sahabat Nabi Isa) dan juga binatang (lebah) dapat WAHYU.

Terminologi itu dipakai dalam al-Qur'an.

Jadi, terminologi wahyu TIDAK hanya untuk rasul dan nabi saja.

 Untuk para wali ALLAH kami menyebutnya ilham.

Boleh saja...monggo.
 
 Dan ini bukanlah hal yang aneh, sebab ada para waliullah juga 
 menerima wahyu yang kemudian dimuat/diinformasikan dalam karya 
 tulisnya.
 
 Dalam tradisi tasawuf memang kita dapati pengakuan beberapa orang 
Imam tasawuf yang sangat terpercaya bahwa ALLAH berdialog dengan 
mereka (dengan cara yang tentu kita tak paham). Misalnya Syeikh Abu 
Yazid Al Busthami dan Syeikh Abu Hassan Asy Syadzili. Tapi mereka 
tidak pernah menyebut diri mereka mendapat wahyu. Mohon tunjukkan 
karya waliyullah mana yang di dalamnya mereka mengatakan bahwa mereka 
mendapat wahyu.

Satu contoh saja:

Imam Muhyiddin Ibnu Arabi r.h., yang terkenal dengan gelar Khaatamul 
Auliya, dalam buku Futuuhatul Makiyyah, jld. 3, hlm. 367  mengatakan 
bahwa beliau telah menerima wahyu, yang bunyinya seperti ayat 2:136, 
kalau diterjemahkan sebagai berikut: 

Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang 
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, 
Ismail, Ishaq, Yaqub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada 
Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. 
Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami 
hanya tunduk patuh kepada-Nya. (2:136) 

Salam,
MAS


 
 
 -Rizal-
 
 
 ma_suryawan  wrote:
 Wahyu, kasyaf serta mimpi yang diterima oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad 
 merupakan manifestasi dari sifat mutakallim Allah Ta'ala, 
sebagaimana 
 kita meyakini dan mengimani sifat-sifat Allah Ta'ala yang lain itu 
 kekal adanya. Kalau dahulu Dia bercakap-cakap dengan hamba yang 
 dikehendaki-Nya, maka sampai akhir dunia ini pun Dia akan terus 
 bercakap-cakap dengan hamba-hamba pilihan-Nya. Bentuk percakapan 
 Tuhan dengan hamba pilihan-Nya bisa dalam bentuk wahyu secara 
lisan, 
 kasyaf atau mimpi, dan kepada siapa Tuhan memilih untuk 
menyampaikan 
 wahyu (bercakap-cakap), pilihan itu merupakan hak prerogatif Tuhan 
 semata – bukan urusan manusia. 
 
  Lalu bagaimana kedudukannya dengan Al Quran? Bukankah sudah 
 dinyatakan bahwa agama sudah sempurna? Wahyu takkan turun lagi?
 
 Kedudukan al-Qur'an tidak berubah. Al-Qur'an adalah kitab suci bagi 
 Jemaat Ahmadiyah.
 
 Ya, Islam adalah agama yang sempurna, namun adanya orang Islam 
 pilihan-Nya yang menerima wahyu dari Allah tidaklah mengurangi 
 kesempurnaan Islam sebagai agama.
 
 Dan, menurut ajaran Islam wahyu dari Allah tidak akan pernah 
 berhenti, sebab Allah tidak bisu dan wahyu adalah cara 
berkomunikasi 
 Allah dengan hamba pilihan-Nya.
 
 Kalau anda mengatakan wahyu takkan turun lagi, itu adalah tafsir. 
 Anda berhak meyakini tafsir yang anda pilih.
 
  Masalahnya adalah digunakannya kata-kata wahyu itu. Tapi itu juga 
 menjadi keniscayaan, sebab MAG ini mengaku dirinya nabi. Jadi tentu 
 saja pesan gaibnya dinamakan wahyu.
 
 Kenapa menjadi masalah buat anda kalau ada orang yang menerima 
wahyu, 
 apakah menurut anda orang yang menerima wahyu harus selalu jadi 
nabi?
 
 Salam,
 MAS



   
-
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this 

Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-29 Terurut Topik Mohammad Rizal
Hadits Qudsi bukan kitab suci, tetapi sebagai kitab Hadits yang kami juga 
memuliakannya.

Jadi Mirza Ghulam Ahmad mengabarkan pada orang-orang bahwa Allah menyuruhnya 
untuk menyatakan dirinya nabi ya..okelah kalau begitu keterangan bapak.

Lalu bagaimana menurut Pak Suryawan dengan pendapat para Imam Mujtahid dalam 
Islam yang telah memfatwakan (fatwa ini tentu berdasar Quran dan Sunnah juga) 
bahwa orang yang menyatakan diri nabi setelah wafatnya Rasulullah saw. adalah 
murtad, terkeluar dari Islam?


-Rizal-


ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Rizal,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mohammad Rizal 
 wrote:

 Oke, menurut bapak yang menerima wahyu belum tentu nabi/rasul. Lalu 
kalau derajat wahyunya sama dengan perempuan, para hawariy dan lebah 
(mereka tidak pernah mendakwa diri mereka nabi), di mana letaknya 
kenabian Mirza Ghulam Ahmad? 

Manusia (Perempuan dan para Hawari atau para waliullah) meskipun 
dapat wahyu, namun mereka bukan nabi karena mereka tidak mengklaim 
dirinya sebagai nabi/rasul sebab mereka tidak diperintahkan oleh 
Allah untuk mengklaim diri mereka sebagai nabi/rasul.

Mirza Ghulam Ahmad diperintahkan oleh Allah untuk menyatakan dirinya 
adalah nabi/rasul, sama seperti para nabi/rasul sebelumnya yang telah 
diperintahkan oleh Allah untuk mengklaim diri mereka adalah 
nabi/rasul.

 Bisa saja Mirza Ghulam Ahmad adalah laki-laki biasa yang bukan 
nabi, toh?

Bisa saja.

Namun, beliau sendiri menyatakan bahwa dirinya adalah nabi/rasul, dan 
kemudian banyak orang yang menerima/percaya/beriman atas apa yang 
didakwakannya.

Nah, sekarang silahkan dijawab pertanyaan saya sebelumnya.

Salam,
MAS

 
 Ini saya bertanya ya...
 
 
 -Rizal-
 
 
 ma_suryawan  wrote: Bung Rizal,
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mohammad Rizal 
  wrote:
 
  Apakah anda ingin katakan bahwa Jemaat 
  Ahmadiyah memiliki kitab suci lain selain al- Qur'an?
  
  Jika yang didapat Mirza Ghulam Ahmad menurut Jemaat Ahmadiyah 
 adalah wahyu: ya. 
 
 Apakah Anda juga katakan kumpulan Hadits Qudsi sebagai kitab suci?
 
  Di sinilah perbedaan antara kita pada diskusi ini. Bapak dengan 
 penafsiran bapak, boleh dong, saya dengan penafsiran saya? Atau 
bapak 
 mau memaksakan penafsiran bapak? 
 
 Kita sedang diskusi, bukan sedang maksa-memaksa.
 
  Kalau bapak sendiri bagaimana menilai kitab/buku Mirza Ghulam 
Ahmad 
 tersebut? Kitab suci atau sama dengan buku-buku biasa?
 
 Buku buah tangan Mirza Ghulam Ahmad adalah sama dengan buku biasa.
 
 Kitab suci Mirza Ghulam Ahmad dan Jemaat Ahmadiyah adalah al-Qur'an.
 
  Betul ALLAH bersifat mutakallim, dan kata-kata ALLAH itu bukan 
 dengan cara yang dapat kita bayangkan, laisaka mitslihi syai'un. 
 
 Lalu, apa masalah anda kalau ada orang yang ngaku dapat wahyu, 
 sementara anda sendiri tidak bisa membayangkan wahyu itu seperti 
apa?
 
  Derajatnya berbeda. Wahyu hanya terminologi yang untuk rasul dan 
 nabi (karena itulah yang menerima wahyu mesti seorang rasul/nabi).
 
 Keliru.
 
 Di dalam al-Qur'an, perempuan (Maryam) dan laki-laki yang bukan 
nabi 
 (para sahabat Nabi Isa) dan juga binatang (lebah) dapat WAHYU.
 
 Terminologi itu dipakai dalam al-Qur'an.
 
 Jadi, terminologi wahyu TIDAK hanya untuk rasul dan nabi saja.
 
  Untuk para wali ALLAH kami menyebutnya ilham.
 
 Boleh saja...monggo.
  
  Dan ini bukanlah hal yang aneh, sebab ada para waliullah juga 
  menerima wahyu yang kemudian dimuat/diinformasikan dalam karya 
  tulisnya.
  
  Dalam tradisi tasawuf memang kita dapati pengakuan beberapa orang 
 Imam tasawuf yang sangat terpercaya bahwa ALLAH berdialog dengan 
 mereka (dengan cara yang tentu kita tak paham). Misalnya Syeikh Abu 
 Yazid Al Busthami dan Syeikh Abu Hassan Asy Syadzili. Tapi mereka 
 tidak pernah menyebut diri mereka mendapat wahyu. Mohon tunjukkan 
 karya waliyullah mana yang di dalamnya mereka mengatakan bahwa 
mereka 
 mendapat wahyu.
 
 Satu contoh saja:
 
 Imam Muhyiddin Ibnu Arabi r.h., yang terkenal dengan gelar 
Khaatamul 
 Auliya, dalam buku Futuuhatul Makiyyah, jld. 3, hlm. 367  
mengatakan 
 bahwa beliau telah menerima wahyu, yang bunyinya seperti ayat 
2:136, 
 kalau diterjemahkan sebagai berikut: 
 
 Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang 
 diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, 
 Ismail, Ishaq, Yaqub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan 
kepada 
 Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari 
Tuhannya. 
 Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami 
 hanya tunduk patuh kepada-Nya. (2:136) 
 
 Salam,
 MAS
 
 
  
  
  -Rizal-
  
  
  ma_suryawan  wrote:
  Wahyu, kasyaf serta mimpi yang diterima oleh Hz. Mirza Ghulam 
Ahmad 
  merupakan manifestasi dari sifat mutakallim Allah Ta'ala, 
 sebagaimana 
  kita meyakini dan mengimani sifat-sifat Allah Ta'ala yang lain 
itu 
  kekal adanya. Kalau dahulu Dia bercakap-cakap dengan hamba yang 
  dikehendaki-Nya, maka sampai akhir dunia ini pun Dia akan terus 
  bercakap-cakap dengan 

Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-29 Terurut Topik donnie ahmad
Pak Satriyo,
Saya sudah membaca thread anda tentang alasan anda.  Tapi sebagai orang yang
berlatar belakang bahasa, saya rasa anda juga sangat paham tentang
penggunaan bahasa.  Bahasa mempunyai makna denotatif dan konotatif dan juga
gaya bahasa.  ketika anda melabeli Ahmadi pada mas Suryawan, meskipun anda
mempunyai alasan seperti yang anda sampaikan, orang melihat anda menggunakan
gaya bahasa peyoratif (bener gak yah? soalnya terakhir dapat pelajaran
bahasa pas SMA).  Anda melabeli Ahmadi dengan gaya bahasa yang stigmatis,
apalagi dengan menyebutnya secara berlebihan dan berulang-ulang.

Boleh saja anda berkilah bahwa saya tidak mengerti apa yang dihati anda.
 Tapi dalam berkomunikasi bukanya persepsi penerima pesan sama pentingnya
dengan apa yang ingin pemberi pesan (anda) sampaikan.  Apabila banyak orang
mempunyai persepsi yang menurut anda keliru dengan yang anda maksudkan dalam
pikiran anda.  Berarti mungkin ada yang keliru dalam penyampaian pesan.

Bukankah seseorang menulis tidak semata-mata untuk maaf bermasturbasi
untuk kepuasan sendiri, tetapi juga agar orang lain/banyak mempunyai
pemahaman tentang yang anda tuliskan.  Jadi yah, kalau banyak  orang (bisa
juga anda mendebat siapa yang dimaksud banyak) merasa mempunyai persepsi
yang keliru dengan apa yang anda maksudkan... whose to blame?

Terlepas mereka mempunyai keyakinan yang berbeda dengan anda.  Saya rasa
bisa dibedakan antara isi pesan dan cara menyampaikan pesan.  Saya melihat
gaya diskusi antara mas Moh rizal dan mas suryawan adalah contoh gaya
diskusi yang santun tanpa ada pretensi untuk mengolok-olok.


salim,
Donnie


==
Pada tanggal 29/11/07, rsa [EMAIL PROTECTED] menulis:

   Nah ini yang saya tunggu: mengolok-olok! Silakan mas Donnie jelaskan
 bagian mana dari sikap saya sec tertulis yang menurut anda mengolok-
 olok ini? Pasti anda belum (dan mungkin ogah) menelusur-balik/track-
 back apa penjelasan saya ke Suryawan soal OOT ini ... ya kan?

 taslim,
 satriyo

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 donnie ahmad
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Menurut saya sih, n/etiket tetaplah n/etiket. Bukankah Rasulullah
 tidak
  pernah mengajarkan pada kita untuk mengolok-olok pada musuh
 sekalipun?
  apalagi pada mereka yang hanya berbeda keyakinan.
  salim,
  Donnie
 
  ===
  Pada tanggal 29/11/07, rsa [EMAIL PROTECTED] menulis:
  
   Pak Donnie,
   Wah jadi malu saya, ko yang beginian bisa menarik perhatian selain
   saya, Mia dan Suryawan ...
   Menurut anda apa yang sudah saya sampaikan ke Suryawan itu belum
 bisa
   menjelaskan alasan saya? Coba anda cek lagi ...
   Tolong perhatikan juga, jangan samakan konteks antara saya dan Mia
   dengan saya dan Suryawan -- dengan melihat duduk perkaranya tentu
   anda bisa membedakan.
   Jadi saya tidak akan teruskan kecuali memang ada alasa kuat untuk
   meneruskan OOT ini ...
   Wah jadi serius gini ...!
  
   Peace! :-)
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 

  



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-28 Terurut Topik Mohammad Rizal
Pertama, saya minta maaf pada para anggota milis ini yang menunggu jawaban 
saya. Terus terang, saya sulit mendapat kontak dengan kawan saya karena dia 
sedang berdakwah di luar negara. Tapi pagi ini akhirnya kami dapat 
berkomunikasi melalui sms.

Kedua, saya harus meminta maaf kepada Bapak MA. Suryawan beserta seluruh jamaah 
Ahmadiah karena saya salah. Ini tepatnya jawaban sms kawan saya itu:

penafsirannya yang lain, dan dia punya buku kumpulan wahyu yang diterima Mirza 
Ghulam Ahmad.

Saya perbaiki statement saya:

Jadi yang lain adalah penafsirannya dan selain Quran mereka punya kitab wahyu 
lain.

Terima kasih atas ingatannya tentang dosa tersebut. Sungguh, kalau tidak takut 
ditanya ALLAH di hari berbangkit nanti, saya tidak akan postingkan email ini.

Sekali lagi mohon maaf atas kesalahan saya.

-Rizal-


ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Rizal,

Singkat saja.

Anda telah menyatakan kepada publik di milis ini bahwa al-Qur'an yang
dimiliki oleh Jemaat Ahmadiyah berbeda ayatnya.

Nah, sekarang Anda harus membuktikan omongan anda itu. Jika anda
tidak bisa membuktikannya, maka artinya anda itu cuma membual.

Dan agar terus diingat, bahwa membual (dusta) adalah dosa besar
menurut ajaran Islam.

Agar diketahui, bahwa al-Qur'an yang dimiliki oleh Jemaat Ahmadiyah
bisa dilihat, dimengerti dan dibaca oleh JUTAAN orang di seluruh
dunia. Silahkan lihat di http://www.alislam.org

Salam,
M. A. Suryawan



   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-28 Terurut Topik donnie ahmad
Menurut saya sih, n/etiket tetaplah n/etiket.  Bukankah Rasulullah tidak
pernah mengajarkan pada kita untuk mengolok-olok pada musuh sekalipun?
apalagi pada mereka yang hanya berbeda keyakinan.
salim,
Donnie

===
Pada tanggal 29/11/07, rsa [EMAIL PROTECTED] menulis:

   Pak Donnie,
 Wah jadi malu saya, ko yang beginian bisa menarik perhatian selain
 saya, Mia dan Suryawan ...
 Menurut anda apa yang sudah saya sampaikan ke Suryawan itu belum bisa
 menjelaskan alasan saya? Coba anda cek lagi ...
 Tolong perhatikan juga, jangan samakan konteks antara saya dan Mia
 dengan saya dan Suryawan -- dengan melihat duduk perkaranya tentu
 anda bisa membedakan.
 Jadi saya tidak akan teruskan kecuali memang ada alasa kuat untuk
 meneruskan OOT ini ...
 Wah jadi serius gini ...!

 Peace! :-)





[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-28 Terurut Topik Mohammad Rizal
Sesuai dengan jawaban Pak Suryawan di bawah,

saya kutip,

Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah membuat buku kumpulan wahyu. Mirza 
Ghulam Ahmad memang banyak menulis buku ( 80 buah buku), yang mana 
di dalam buku-bukunya itu beliau tuliskan wahyu-wahyu yang ia terima.

Jadi tidak ada buku/kitab kumpulan wahyu itu. Kitab wahyu lain pun mesti 
dikoreksi menjadi kitab yang ada memuat 'wahyu' yang beliau terima. Betul 
pak? Lalu pertanyaannya, apakah wahyu yang MAG terima itu bukan pesan ilahiah 
yang suci sehingga perlu diperlakukan sebagaimana mestinya, yaitu diimani, 
dibaca, dihayati dan diamalkan oleh pengikut-pengikutnya?

Lalu bagaimana kedudukannya dengan Al Quran? Bukankah sudah dinyatakan bahwa 
agama sudah sempurna? Wahyu takkan turun lagi?

Masalahnya adalah digunakannya kata-kata wahyu itu. Tapi itu juga menjadi 
keniscayaan, sebab MAG ini mengaku dirinya nabi. Jadi tentu saja pesan gaibnya 
dinamakan wahyu.


-Rizal-


ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote:Pertama. 

Benar, penafsiran atas ayat-ayat al-Qur'an lah yang lain. Hal ini 
(beda penafsiran) adalah hal yang sangat umum dan biasa dalam dunia 
Islam atau dunia agama lainnya. 

Penafsiran adalah opini, dan opini itu tidak bisa disalahkan sebab 
yang memiliki al-Qur'an adalah Allah Ta'ala, bukan anda atau manusia 
lainnya. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh menghakimi/mempersekusi 
manusia lainnya karena memiliki pemahaman/penafsiran/keyakinan yang 
berbeda terhadap beberapa ayat-ayat al-Qur'an. 

Laa ikraaha fiddiyn.

Kedua.

Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah membuat buku kumpulan wahyu. Mirza 
Ghulam Ahmad memang banyak menulis buku ( 80 buah buku), yang mana 
di dalam buku-bukunya itu beliau tuliskan wahyu-wahyu yang ia terima.

 Saya perbaiki statement saya:
 
 Jadi yang lain adalah penafsirannya dan selain Quran mereka punya 
kitab wahyu lain.

Bisa tolong jelaskan, apa yang dimaksud kitab wahyu lain - apakah 
anda ingin katakan bahwa Ahmadiyah memiliki kitab suci lain selain al-
Qur'an?

 Terima kasih atas ingatannya tentang dosa tersebut. Sungguh, kalau 
tidak takut ditanya ALLAH di hari berbangkit nanti, saya tidak akan 
postingkan email ini.
 
 Sekali lagi mohon maaf atas kesalahan saya.

Apology accepted. Semoga Allah Ta'ala memberkahi Anda.

Salam,
MAS


   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-27 Terurut Topik Awan Biru
Yang ini, saya juga masih nunggu.
  HayoooBuktikan .
  Jangan cuman katenya... terus kabur.
  Biar para penhuni WM ini tahu bagaimana jemmat Ahmadiyah itu..
   
  
ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
  Anda telah menyatakan kepada publik di milis ini bahwa al-Qur'an yang 
dimiliki oleh Jemaat Ahmadiyah berbeda ayatnya.

Nah, sekarang Anda harus membuktikan omongan anda itu. Jika anda 
tidak bisa membuktikannya, maka artinya anda itu cuma membual.




   
-
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-27 Terurut Topik Mohammad Rizal
Kasihan

Konteks saat ini yang dimaksud adalah setelah turunnya Quran. Jangan pura-pura 
gak tahu ahok, gak papa, saya perbaiki pertanyaannya:

menurut ibu, di zaman ini (setelah Rasulullah Muhammad saw. wafat) kemudian ada 
orang atau sekelompok orang mengimani dan mengamalkan kitab selain Quran itu di 
dalam Islam atau di luar Islam? Ini bukan untuk MAG saja ya...

Ini termasuk jika ada orang mengimani adanya wahyu turun setelah Rasulullah 
wafat. Itu sama artinya dengan menambah Al Quran.

Ah, sudahlah, tidak usah dijawab...pertanyaan saya ini akan menjebak ibu. 
Jika ibu katakan ya, mereka Islam itu jelas ibu adalah seorang anggota jamaah 
nabi-nabi palsu. Kalau ibu jawab mereka bukan Islam berarti ibu sudah 
melanggar pendapat ibu sendiri bahwa kita tidak boleh menghukum seseorang 
karena kebenaran hanya milik Tuhan.

Bu, jangan ikuti mereka, yang membuat ibu berpikir tidak ada kebenaran sejati. 
Tidak ada yang benar, semua relatif saja sehingga ibu bahkan tidak berani 
berpijak di mana-mana. Islam ini agama yang indah. Mengajak pada keselamatan, 
saling selamat dan menyelamatkan. Kasih sayang dan kedamaian itu bukannya 
didapat dengan saling menyatukan agama-agama. Bukan. Bukan seandainya tidak 
ada surga dan neraka. Bukan seandainya tidak ada agama.

Carilah orang Tuhan. Kedamaian dan kasih sayang yang sejati tidak akan ibu 
dapatkan melalui orang-orang yang ibu kenal sekarang, tetapi melalui seorang 
Guru yang akan membimbing ibu untuk mengenal diri ibu dan kemudian mengenal 
Tuhan. Kenalilah ALLAH, hidup kita akan damai, harmonis, berkasih sayang. Jika 
manusia berebut dunia hasilnya pecah belah antar sesama, jika manusia berebut 
Tuhan, aman damai dan saling berkasih sayang.


-Rizal-



Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, 
Mohammad Rizal
 wrote:

 Tuh kangak dijawab. Kita bukan bicara tentang Nabi-nabi dan ahli
hikmah (Luqman) sebelum Nabi Muhammad saw. Sudah jelas mereka semua
Islam. 


Pak Rizal, jika mereka (nabi-nabi dan ahli hikmah) adalah Islam
padahal mereka tidak mengimani kitab Qur'an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw lalu bagaimana anda bisa mennyatakan sbb:

(Rizal):Menurut ibu, orang yang membaca, mengimani dan mengamalkan
kitab suci yang bukan Al Quran (secara umum, bukan hanya golongan
tertentu) termasuk golongan umat Islam atau bukan? Ini menurut ibu
lho...tolong jawab.

SEHARUSNYA ANDA SUDAH BISA MENJAWAB PERTANYAAN ANDA SENDIRI..IYA KAN;))
***88

 Jelas salah satu indikator seseorang Islam atau bukan adalah kitab
suci yang diimaninya (dalam hati, lisan, dan perbuatan). Rujuk hadis
Muslim yang diriwayatkan oleh Sayidina Umar bahwa Malaikat Jibril
mendatangi Rasulullah dan para Sahabat dan mengajarkan apa itu Iman,
Islam dan Ihsan. Hadis ini masyhur dan sudah disyarah habis dalam
banyak kitab, contoh: Aqidah Ahlussunah wal Jamaah karangan Syeikh
Sirajuddin Abbas. Tiap rasul dan nabi memiliki kitab sucinya atau
suhuf. Tetapi dengan turunnya Al Quran, semua syariat dalam kitab suci
terdahulu dimansukh-kan.


Chae: Anda sendiri yang mengatakan bahwa Nabi-nabi dan ahli Hikmah
adalah Islam lalu bagaimana bisa hal tsb kontradiksi dengan pernyataan
anda di atas. Nah soal dimansukh-Kan kita suci terdahulu adakah dasar
dari pendapat anda ini??

Karena menurut yang tertulis di dalam kitab suci Qur'an sbb:

Dia menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil. (QS. 3:3)

Jadi berdasarkan apa bahwa setelah turun Qur'an adanya dimansukh kitab
taurat dan injil??

 
 Oke, konteks pertanyaan saya itu jelas, masa kini. Ayo jawab dengan
jelas pertanyaan saya. Menurut ibu, apakah seseorang itu tetap dalam
keislamannya jika dia mengimani kitab suci yang mirip-mirip Al Quran
tapi sudah diubah di sana-sini atau mengimani adanya wahyu setelah
Quran? Soal ini berlaku umum, bukan untuk satu golongan saja.
Jawabannya cuma tetap dalam Islam atau sudah keluar dari Islam.
Pendek, singkat, jelas.

Chae: hehehe..gini ya Pak, jika para Nabi dan ahli hikmah sebelum
kedatangan Rasul anda katakan adalah Islam padahal mereka tidak
mengenal yang namanya kitab suci Qur'an sebagaimana kita sekarang ini.
Lalu mengapa anda masih bingung dengan status orang2 yang tidak
mengimani Al-Qur'an ...apakah mereka Islam atau bukan??:))

Nah yang lebih penasaran buat saya...memangnya mirip2 Al-Qur'an itu
yang bagaimana ???
**

 Mudah kok dibuat susah.
 
 Soal ibu yang kedua itu makin menunjukkan tidak adanya keyakinan
terhadap kebenaran apapun dalam hati ibu. Hidup ibu selamanya akan
terombang-ambing, kosong, tiada arah pasti. Siapa yang mengajar ibu
sampai jadi begini? Ibu akan banyak mengalami kekecewaan dalam hidup.
Kasihan...

Chae: Bukankah berburuk sangka itu suatu kejelekan??;) 


 jawaban anda menunjukkan siapa anda

Chae: sepertinya saya setuju:)
--
 
 
 Chae  wrote: --- In

Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-26 Terurut Topik Mohammad Rizal
Islam ini milik Tuhan, bu. Dan Tuhan sudah memberikan rambu-rambu yang jelas, 
mana Islam mana bukan melalui Rasulullah saw. dan ulama pewarisnya. Jelas 
kitabnya beda kok, kenapa mesti alergi? :)


Berbeda pada AYAT.


-Rizal-


Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: 
Pak Mohammad Rizal ini kok seperti pemegang sertifikat kepemilikan
Islam saja;)).

A/way saya sedikit penasaran dgn peryataan Bapa mengenai perbedaan
Qur'an, apakah yang di maksud berbeda itu dari sisi ayat2nya atau
hanya dari sisi tarjamahanya saja?

Dan kira-kira perbedaannya seperti apa? apa dalam masalah ibadah?,
keyakinan, Tauhid, hukum, syariat?? dll


   
-
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-26 Terurut Topik Mohammad Rizal
Menurut ibu, orang yang membaca, mengimani dan mengamalkan kitab suci yang 
bukan Al Quran (secara umum, bukan hanya golongan tertentu) termasuk golongan 
umat Islam atau bukan? Ini menurut ibu lho...tolong jawab.

Al Quran ini, kalau kita ubah walaupun satu huruf, itu sudah bukan Al Quran 
namanya. Silakan rujuk kalimat ini pada semua ustadz, kyai, syeikh, mufti dll.

Oya, saya ingin lihat sertifikat kepemilikan Islam yang ibu sebut-sebut itu. 
Dan kalau bukan saya yang memegang (memang saya tidak pegang), apakah ibu 
pemegangnya? Kalau ibu pemegangnya tolong perlihatkan pada kami di milis ini. 
Kalau bukan ibu pemegangnya, berarti frasa: 

Jika Pak Mohamad Rizal bukan yang pegang sertifikat kepemilikan Islam
berarti sikap beliau terhadap para jama'ah ahamadiyah tidak bisa
dibenarkan

juga batal dengan sendirinya. :)  ada-ada saja.

Ibu kira dengan membela orang-orang yang beriman pada orang yang mengaku nabi 
ini sebagian dari sikap kemanusiaan? Bukan bu. Justru itu bukti keraguan anda 
sendiri terhadap agama yang anda anut (Islam kan?). Jika anda ragu untuk 
mengatakan tersesat pada orang yang mengaku dirinya nabi (setelah Rasulullah), 
berarti sebagian keyakinan mereka ada pada anda. Dalam Islam, keyakinan harus 
bulat, tidak boleh dicelahi oleh keraguan, baik syak, zhan, maupun waham.

Lah, kok malah ribut soal ayat apa yang lain itu.mereka ini sudah melakukan 
hal yang jauh lebih sesat daripada sekadar ayat selipan. Mereka ini sudah 
mengakui adanya nabi setelah Rasulullah saw..

Mengakui seorang nabi artinya beriman pada orang tersebut. Seluruh pengikut MGA 
beriman kepada apa yang dikatakannya berasal dari Tuhan. Artinya, ada wahyu 
baru, penambahan terhadap wahyu yang telah selesai diturunkan pada Rasulullah 
saw. Apakah itu bukan penambahan pada Quran?

Btw, tentang ayat yang lain itu, saya tunggu komentar Bung MAS. Betul tidak, 
anda memakai kitab suci selain Quran atau kitab seperti Quran Mushaf Utsmani 
tapi ada ayat-ayat yang lain dari Mushaf Utsmani?


-Rizal-


Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Jika Pak Mohamad Rizal bukan yang pegang 
sertifikat kepemilikan Islam
berarti sikap beliau terhadap para jama'ah ahamadiyah tidak bisa
dibenarkan;)

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa  wrote:
 
   
-
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this message have been removed]