[yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I
Pak Rifki, Sesungguhnya YON I saat ini sudah mati. Karena tidak ada kegiatan dan tidak ada orang yang ingin berkegiatan, walaupun masih ada Dan Yon dan 3 atau 4 orang anggota. Menurut saya akar masalah adalah animo mahasiswa untuk bergabung dengan YON I ini sudah tidak ada. Faktor yang menyebabkan dapat banyak hal. Salah satu adalah Budaya Masyarakat yang telah bergeser. Sebagai contoh bentuk kasih sayang orang tua kepada putra-putrinya. Atas dasar pertimbangan banyak hal saya mengusulkan Pentahapan untuk menjadi anggota YON I sebagai berikut: 1. Tahap Pengenalan: memberikan wawasan dan menimbulkan minat. 2. Tahap Pelatihan Dasar: Pendidikan Dasar 3. Tahap Pelatihan Lanjut:Kursus Pelatih dll. Pada tahap I, saya akan dukung penuh supaya ITB dapat membantu finansial dan fasilitas. Untung bagi ITB apabila para mahasiwanya mengetahui Kemiliteran baik itu sarana maupun ilmu-ilmunya. Lebih jauh dapat digunakan untuk hubungan baik dengan Instansi Militer atau Kehumasan. Kemudian, Untuk Tahap 2 dan 3 saya mengusulkan kepada para Alumni untuk membantu. Karena, Tahap 2 dan 3 ini urusan intern organisasi dalam arti bahwa sebagaimana organisasi yang lain di kampus, kaderisasi diselenggarakan dan dibiayai oleh unit masing-masing. Tutuka Ariadji - Original Message - From: Rifki Muhida [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, August 18, 2003 12:32 PM Subject: [yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I Kelihatannya pemikiran pak Aji sudah mulai mengarah pada resimen teknologi, yang memberikan bobot lebih pada bidang keilmiahan (teknologi militer) dari kegiatan-kegiatan batalyon I/ITB. Selama ini batalyon I sukses menjalankan berbagai kegiatan simposium dan pameran (1991 1994), sayangnya sukses ini hanya memberikan nilai tambah pada manajemen dan kepemimpinan, tidak pada keilmiahannya. Saya setuju dengan pak Adji bahwa kegiatan keilmiahan dapat disingkronkan dengan kegiatan perkuliahan, sehingga tidak menyita banyak waktu buat adik-adik. Kegiatan-kegiatan lapangan, kepemimpinan dan manajemen, seperti diksar,dinas staf suspelat, dan job-job staf dan lain-lain, tetap diperlukan sebagai suatu standar dan pembentukan karakter, kepemimpinan dan regenerasi dibatalyon, hanya waktunya dipersingkat dan sebagian dapat diberikan lewat internet/milis (hanya problemnya adik-adik kita mudah dan bisa nggak mengases intrenet). Milist, dan internet, akan mengefisiensikan waktu secara drastis, termasuk untuk dalam surat-menyurat, perintah komandan, surat keputusan dll, juga dalam penyimpanan data-data batalyon. Di PPI (persatuan pelajar Indonesia) di Osaka dan Nara dimana saya sebagai ketua, kita mengembangkan sistem pembelajaran dan organisasi lewat milis dan internet. Adik-adik mahasiswa baru (yang baru tamat SMA) yang biasanya kejepang lewat jalur beasiswa (entah membusho, atau lainnya) disadari kemampuan organisasinya sangat minim, apalagi mereka ini kebanyakan adalah pelajar murni (yang kerjaanya selama SMA belajar doang) dan sedikit mengalami pengalaman organisasi. Mengingat kesibukan belajar masing-masing, selain tidak satu kampus/universitas, sulit buat kita mengadakan pelatihan-pelatihan kepemimpinan dan organisasi buat adik-adik ini, solusinya adalah menggunakan internet dan milist. Diskusi, keputusan, surat-menyurat, intruksi, pelatihan, dilakukan di milist, kalaupun ada rapat atau pertemuan sifatnya hanya refreshing, olah raga, jalan-jalan atau barbeque, sambil mengclearkan beberapa bagian. Baru-baru ini saya membuat milis rapat staf dan kompi di Yahoogroups, yang beranggotakan semua staf aktif batalyon sekarang ditambah alumni-alumni muda yang pernah menjadi staf beberapa tahun lampau. Alumni-alumni muda yang saya masukkan dalam milis sangat selektif, Yaitu hanya mereka yang betul-betul berpengalaman, memeliki dedikasi dalam jabatan stafnya. Harapan saya milist ini dapat dijadikan media buat adik-adik kita mejalankan organisasi Batalyon I sebagaimana sebuah froum rapat staf kompi. Ada komandan, pak Agung, yang memimpin rapat, ada staf-staf aktif atau mantan staf yang akan mendiskusikan dan memberikan masukan, sebagaiana saya melakukannya dimilis PPI Osaka-Nara. Namun telah 4 bulan berselang, kelihatnnya adik-adik kita belum terbiasa dengan sistem ini, sehingga milis tetap sepi, dan hanya alumni2 muda, seperti Tatang, Nomo, Ezra, Bimo, Nano, Adinnur dll saja yang sering terlihat. Rifki Muhida --- adji [EMAIL PROTECTED] wrote: lakukan). Program kegiatan seperti ini akan justified bagi ITB untuk dibiayai dengan nama, misalnya, Pengenalan Ilmu dan Teknologi Militer yang bahkan dapat sebagai Kerja Praktek atau Tugas Akhir Mahasiswa, dan mahasiswa dapat menerimanya. Demikian sumbang saran saya, Namun rasanya apabila belum mendapat restu dari CORPS, adik-adik kita yang aktif mungkin tidak berani melakukan perubahan ini. Hormat saya, Tutuka Ariadji NB: Pak Priyo, saya ulang apa yang pernah saya sampaikan
[yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I
WCDS, Saya sangat setuju dan mendukung perubahan paradigma Menwa Batalyon I/ITB yang dapat mengantisipasi perubahan zaman seperti apa yang telah dikemukakan oleh Bapak-2 dan Ibu-2 sekalian. Sekedar sumbang saran, sepertinya tahapan pertama yang sangat vital untuk saat ini menurut saya yaitu bagaimana menumbuhkan kembali minat dan semangat serta daya juang adik-2 anggota aktif Batalyon I/ITB sekarang, karena mereka inilah sebenarnya ujung tombak dari segala apa yang telah dirumuskan dan dicoba untuk dicari solusi bagi keterpurukan dan eksistensi Menwa ITB sekarang. Hal ini saya kemukakan karena saya ada dan melihat langsung bagaimana para adik-2 anggota yang jumlahnya dapat dihitung dengan hanya sebelah tangan sudah kendur semangat dan keinginannya untuk berorganisasi di Menwa. Hal ini terjadi salah satunya karena bukan saja beban studi yang sepertinya semakin padat dan berat sehingga mereka lebih terfokus dengan studi masing-2 (dan memang itu adalah kewajiban dan tugas utama mereka) namun disamping itu apa yang mereka dahulu bayangkan sebelum memutuskan untuk bergabung dengan Menwa tidak seindah dengan iklan-2 dan selebaran-2 yang mereka baca. Dari apa yang saya tangkap tentang alasan mereka rata-2 berisikan rasa kekecewaan tentang harapan dan kenyataan yang mereka terima setelah bergabung dengan Menwa ITB. Maka dari itu untuk mendukung segala upaya yang telah dipikirkan dan dirumuskan oleh para sesepuh dan alumni Menwa ITB, saya rasa perlu dipikirkan bagaimana mengembalikan motivasi dan mental adik-2 para anggota Menwa ITB sekarang, karena ditangan mereka inilah kelangsungan hidup Batalyon I/ITB dipertaruhkan. Terima kasih. Salam, Rio Andreas (ekek 31) --- adji [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Rifki, Sesungguhnya YON I saat ini sudah mati. Karena tidak ada kegiatan dan tidak ada orang yang ingin berkegiatan, walaupun masih ada Dan Yon dan 3 atau 4 orang anggota. Menurut saya akar masalah adalah animo mahasiswa untuk bergabung dengan YON I ini sudah tidak ada. Faktor yang menyebabkan dapat banyak hal. Salah satu adalah Budaya Masyarakat yang telah bergeser. Sebagai contoh bentuk kasih sayang orang tua kepada putra-putrinya. Atas dasar pertimbangan banyak hal saya mengusulkan Pentahapan untuk menjadi anggota YON I sebagai berikut: 1. Tahap Pengenalan: memberikan wawasan dan menimbulkan minat. 2. Tahap Pelatihan Dasar: Pendidikan Dasar 3. Tahap Pelatihan Lanjut:Kursus Pelatih dll. Pada tahap I, saya akan dukung penuh supaya ITB dapat membantu finansial dan fasilitas. Untung bagi ITB apabila para mahasiwanya mengetahui Kemiliteran baik itu sarana maupun ilmu-ilmunya. Lebih jauh dapat digunakan untuk hubungan baik dengan Instansi Militer atau Kehumasan. Kemudian, Untuk Tahap 2 dan 3 saya mengusulkan kepada para Alumni untuk membantu. Karena, Tahap 2 dan 3 ini urusan intern organisasi dalam arti bahwa sebagaimana organisasi yang lain di kampus, kaderisasi diselenggarakan dan dibiayai oleh unit masing-masing. Tutuka Ariadji - Original Message - From: Rifki Muhida [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, August 18, 2003 12:32 PM Subject: [yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I Kelihatannya pemikiran pak Aji sudah mulai mengarah pada resimen teknologi, yang memberikan bobot lebih pada bidang keilmiahan (teknologi militer) dari kegiatan-kegiatan batalyon I/ITB. Selama ini batalyon I sukses menjalankan berbagai kegiatan simposium dan pameran (1991 1994), sayangnya sukses ini hanya memberikan nilai tambah pada manajemen dan kepemimpinan, tidak pada keilmiahannya. Saya setuju dengan pak Adji bahwa kegiatan keilmiahan dapat disingkronkan dengan kegiatan perkuliahan, sehingga tidak menyita banyak waktu buat adik-adik. Kegiatan-kegiatan lapangan, kepemimpinan dan manajemen, seperti diksar,dinas staf suspelat, dan job-job staf dan lain-lain, tetap diperlukan sebagai suatu standar dan pembentukan karakter, kepemimpinan dan regenerasi dibatalyon, hanya waktunya dipersingkat dan sebagian dapat diberikan lewat internet/milis (hanya problemnya adik-adik kita mudah dan bisa nggak mengases intrenet). Milist, dan internet, akan mengefisiensikan waktu secara drastis, termasuk untuk dalam surat-menyurat, perintah komandan, surat keputusan dll, juga dalam penyimpanan data-data batalyon. Di PPI (persatuan pelajar Indonesia) di Osaka dan Nara dimana saya sebagai ketua, kita mengembangkan sistem pembelajaran dan organisasi lewat milis dan internet. Adik-adik mahasiswa baru (yang baru tamat SMA) yang biasanya kejepang lewat jalur beasiswa (entah membusho, atau lainnya) disadari kemampuan organisasinya sangat minim, apalagi mereka ini kebanyakan adalah pelajar murni (yang kerjaanya selama SMA belajar doang) dan sedikit mengalami pengalaman organisasi. Mengingat kesibukan belajar masing-masing, selain tidak satu kampus/universitas, sulit buat kita mengadakan pelatihan-pelatihan kepemimpinan
[yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I
Pak Hermansyah: Saya mencoba menanggapi tanggapan Bapak terhadap tulisan Pak Rifki. Namun, tidak terbatas pada hanya interpretasi Pak Rifki tentang Pengembangan Teknologi Militer. Apabila kita berpikir lebih mendalam, kegiatan non-akademik apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam suasana akademik yang begitu ketat dan biaya pendidikan yang makin tinggi? Menurut saya hanya ada tiga pilihan jenis kegiatan: 1. Pengembangan Kompetensi 2. Kewirausahaan Mahasiswa 3. Hiburan:Kesenian atau olah raga. Dalam hal ini yang saya soroti adalah Pengembangan Kompetensi. Artinya, kegiatan non-akademik yang lebih relaks dan berdasarkan minat dan bakat tetapi dapat juga langsung digunakan sebagai penunjang akademik. Modus seperti ini yang seyogyanya kita cari untuk jenis kegiatan Menwa. Kemudian baru kita cari isi/bentuk kegiatan yang dapat memberdayakan potensi YON I: Alumni dan Networkingnya. Terimakasih Salam Tutuka Ariadji Ang. 19. - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, August 18, 2003 3:11 PM Subject: [yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I Rifki Muhida [EMAIL PROTECTED] 08/18/2003 07:32 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I Kelihatannya pemikiran pak Aji sudah mulai mengarah pada resimen teknologi, yang memberikan bobot lebih pada bidang keilmiahan (teknologi militer) dari kegiatan-kegiatan batalyon I/ITB. Selama ini batalyon I sukses menjalankan berbagai kegiatan simposium dan pameran (1991 1994), sayangnya sukses ini hanya memberikan nilai tambah pada manajemen dan kepemimpinan, tidak pada keilmiahannya. Saya belum mengerti apa yang dimaksud dengan 'resimen teknologi, yang memberikan bobot lebih pada bidang keilmiahan'. Bisa lebih diperjelas pak Rikfi? Apakah berarti kegiatan Yon I akan ditekankan pada membuat karya2 tulis teknologi (militer) misalnya?, mengadakan simposium2 atau diskusi2 panel tentang teknologi militer? Kalau iya, apakah ini merupakan kekhasan Yon I saja?, Atau ini diusulkan menjadi paradigma baru Menwa Indonesia? Saya sendiri berpendapat, kalau ingin mempopulerkan Menwa (Yon I), seyogyanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Paarnya kan adalah mahasiswa yang berumur misalnya 18 s/d 21 tahun (untuk rekruitment). Pasar ini punya karakter antara lain: 1) Energy berlebih, 2) Ingin mencari tantangan, 3) Butuh fun, 4) Lebih mudah di indoktrinasi, 5) Emosional, 6) Lebih idealis, 7) Masih dalam proses membentuk kepribadian, dsb. dsb. Berdasarkan karakter pasar itulah seyogyanya kita membuat paket2 program yang bisa dijual. Menitik beratkan aktivitas Menwa pada kegiatan2 ilmiah (mendalami teknologi militer) menurut hemat saya hanya akan membuat Menwa semakin tidak populer saja di kalangan segmen-pasar itu. Apalagi, seperti sudah beberapa kali disebutkan didalam posting yang terdahulu, mahasiswa kita sudah overloaded dengan tugas2 belajarnya. Kemudian, masih musti mikirin teknologi militer, wah...apa nggak salah nih. Aktivitas yang menjurus pada teknologi militer tsb, diatas, barangkali lebih cocok untuk anggota Menwa yang sudah senior, jadi anggota yang berumur diatas 21 tahun. Tapi, ini kan ini bukan masalah utamanya. Masalah utamanya kan bagaimana bisa merekrut anggota baru sebanyak mungkin, dan apa program yang cocok untuk anggota2 yunior tsb., supaya mereka tetap bisa aktif sampai pada suatu ketika ikut serta mikirin pengembangan teknologi militer di tanah air? Salam hangat, HermanSyah XIV. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I
--- [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya belum mengerti apa yang dimaksud dengan 'resimen teknologi, yang memberikan bobot lebih pada bidang keilmiahan'. Bisa lebih diperjelas pak Rikfi? Apakah berarti kegiatan Yon I akan ditekankan pada membuat karya2 tulis teknologi (militer) misalnya?, mengadakan simposium2 atau diskusi2 panel tentang teknologi militer? Benar pak, jadi batalyon I ITB selain sebagai laboratorium kepemimpinan juga laboratorium teknologi hankam (minimal provokator/koordinator riset teknologi bidang hankam di ITB). Ini menurut saya suatu loncatan, dan generasi baru batalyon I/ITB diharapkan lahir, dulunya kita fokus pada penyiapan personil untuk perang dilapangan (generasi pertama), kemudian sebagai ketahanan kampus (generasi kedua), .laboratorium manajemen dan kepemimpinan (generasi ke empat), dan sekarang sebagai laboratorium kepemimpinan dan teknologi hankam (generasi kelima). Kita harus melihat peran penting ROTC di amerika awal-awal berdirinya, kontribusi dalam alat-alat militer dimasa perang seperti yang dilakukan ROTC MIT membuat organisasi ini sangat terkenal dan dicatat dalam sejarah. Ulasan yang cukup panjang tentang resimen teknologi pernah saya tulis dimilis ini tiga tahun lalu, lahirnya generasi V menwa ITB. (akan saya postingkan segera). Kalau iya, apakah ini merupakan kekhasan Yon I saja?, Saya pikir Yon I harus memnafaatkan kelebihannya mengingat berada di perguruan tinggi teknologi terdepan di Indoensia. Seperti menwa UI seharusnya bisa memfokuskan ke bidang-bidang lain, sperti kedokteran, ekonomi, informasi dll. Pak Himawan Sutanto ketika saya mewancarai beliau sebagai pimpinan redaksi Ksatria Ganesha (ketika itu saya temani pak Priyo, Pak Budiono dan Pak Cipto),berharap Menwa berkembang dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang ada pada perguruan tinggi masing. Atau ini diusulkan menjadi paradigma baru Menwa Indonesia? Saya pikir ini paradigma baru, bukan saja buat Yon I, tetapi buat menwa Nasional. Saya sendiri berpendapat, kalau ingin mempopulerkan Menwa (Yon I), seyogyanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Paarnya kan adalah mahasiswa yang berumur misalnya 18 s/d 21 tahun (untuk rekruitment). Pasar ini punya karakter antara lain: 1) Energy berlebih, 2) Ingin mencari tantangan, 3) Butuh fun, 4) Lebih mudah di indoktrinasi, 5) Emosional, 6) Lebih idealis, 7) Masih dalam proses membentuk kepribadian, dsb. dsb. Berdasarkan karakter pasar itulah seyogyanya kita membuat paket2 program yang bisa dijual. Menitik beratkan aktivitas Menwa pada kegiatan2 ilmiah (mendalami teknologi militer) menurut hemat saya hanya akan membuat Menwa semakin tidak populer saja di kalangan segmen-pasar itu. Apalagi, seperti sudah beberapa kali disebutkan didalam posting yang terdahulu, mahasiswa kita sudah overloaded dengan tugas2 belajarnya. Kemudian, masih musti mikirin teknologi militer, wah...apa nggak salah nih. Menurut saya tidak demikian, unit2 seperti Wanadri saya dengar sedang megab-megab, juga organisasi organisasi politik di kampus, mungkin hampir semua organisasi kemahsiswaan di ITB. Mahasiswa sekarang sangat realistis dan pragmatis, mereka ingin cepat lulus, cepat dapat kerja, dan karya penelitiannya diakui. Kegiatan extra kulikuler yang dipilih tentunya yang akan memberikan nilai tambah buat mereka, seperti kegiatan penelitian dll. Kegiatan penelitian mahasiswa sekarang ini yang saya dengar teman ITB (yang baru lulsu dan baru datang ke jepang) meningkat, apalagi dengan perubahan status ITB sebagai BHMN, dimana lab-lab penelitian-penelitian dikampus dipaksa untuk menjadi mesin duit di ITB. Hampir 95 % mahasiswa ITB khususnya S-1 ketika memasuki tingkat 3 atau 4 tidak memiliki topik untuk tugas akhirnya, pencarian topik ini memakan waktu dan menyusahkan, dan menyebabkan waktu kuliah molor. Riset bidang hankam meberikan alternatif buat mahasiswa ITB. Teman diskusi saya, yang saat ini kuliah bareng di Osaka university, yang pernah menjabat kepala laboratorium sistem rudal dan informasi di LIPI, menyayangkan sedikitnya partisipasi perguruan tinggi dalam penelitian bidang teknologi hankam, padahal dana proyek untuk bidang ini tersedia secara besar-besaran (apalagi dengan naiknya alokasi dana APBN buat militer ). Menwa ITB yang yang memiliki basis teknologi yang kuat seharusnya memanfaatkan peluang ini, minimal ikut berpartisipasi dengan kegiatan ini. Mengingat segmen pasar bergerak kearah tadi seharusnya batalyon I bisa menyikapi, image tentang menwa menurut saya saat ini tidak seburuk dulu, dimana menwa disebut antek, musuh mahsiwa dll. Aktivis-aktivis mahasiswa yang dulu menyerang markas menwa, mengejek secara terang-terangan diforum-forum ITB, mungkin sekarang jauh berkurang. Aktivitas politik mahasiswa kampus kelihatannya tidak segarang dulu lagi, mahsiswa sudah muak dengan kegiatan semacam itu, apalagi setelah melihat kenyataan kondisi bangsa dan politik nasional sekarang ini. Aktivitas yang menjurus pada
[yonsatu] Re: Sumbang Saran untuk YON I : Studium General 'KEWIRAAN
Sumbang pemikiran, menyambung tulisan/saran sdr. Tutuka. Bagaimana kalau approach kita Top down, yaitu approach kpd Pengelola Pendidikan ITB untuk me-mapan-kan/establish serta mem-baku-kan m.p. (katakanlah namanya) KEWIRAAN menjadi salah satu m.p. (pilihan) Studium General. Bagaimana caranya, meyakinkan agar m.p. KEWIRAAN ini, oleh Pengelola Pendidikan Pengajar di ITB, bisa dianggap 'penting' (atau bahkan 'perlu') diberikan sebagai salah satu alternatip (atau bahkan 'keharusan'?) bagi pembinaan watak serta kedisiplinan Mahasiswa untuk menyiapkan kematangan, fighting spirit, dsb dari Mahasiswa tsb dalam menyelesaikan studi di ITB dan mengarungi masa depannya. Sejauh ini dari pengamatan saya (maaf kalau kurang tepat), lebih banyak kita mencari modus dan mem-formulasikan pendekatan atau peng-kondisi-an pada sisi Mahasiswa-nya (minat, fasilitas, daya tarik, dukungan finansial, dsb) Memang cara yang saya usulkan sepertinya mirip dg metoda lama, yaitu dg 'mewajibkan' Mahasiswa mengikuti WALAWA ??? --- paling tidak, saran saya, m.p. ini adalah salah satu alternatip atau pilihan penting dan punya nilai S.K.S. yang cukup berbobot. Bila dasar pendekatan serta pemikiran ini dapat diterima, maka ITB selanjutnya mem-formulasikan isi m.p. KEWIRAAN tsb, serta meng-alokasikan dukungan finansiil, memberi fasilitas, membuka komunikasi dan jaringan dengan instansi militer, dan mencari bantuan2 lain yang terkait/relevant. --- sebagaimana tersirat dalam saran2 dari sdr. Tutuka. Dan, mudah2an pihak Pengelola Pendidikan di ITB mempunyai hak otonom dan otorita (dari segi Hukum, kebijakan pendidikan nasional, dsb) untuk menerima dan menetapkan kebijakan2 tsb diatas. Dari sisi strategi jual idea kpd Mahasiswa, kiranya pihak ITB harus mencari atau mengembangkan Fasilitas dan dukungan Finansiil yang appropriate dan realistis, untuk menarik dan me-motivasi Mahasiswa. Bahkan untuk semester/tingkat lebih tinggi lagi, m.p. dg konteks 'dasar-dasar kemiliteran' ini dapat ditingkatkan atau dikembangkan lebih jauh seperti saran2 sdr. Tutuka. Demikian sumbang saran saya untuk ditanggapi, wasalam, Wimoko -Original Message- From: adji [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, August 18, 2003 11:12 AM Subject: [yonsatu] Sumbang Saran untuk YON I Bapak dan Ibu Alumni YON I, Saya perlu memberi gambaran tentang Kebijakan ITB dalam Kemahasiswaan. Kebijakan ITB menginginkan Kegiatan Mahasiswa secara organisasi memenuhi kriteria: 1. Melibatkan mahasiswa sebanyak mungkin 2. Melibatkan antar Departemen atau Unit kegiatan mahasiswa. 3. Mendukung kebijakan umum ITB antara lain: -Menyediakan kesempatan seluas-luasnya pada civitas academica untuk menjadi individu yang berintegritas, terpercaya, memiliki kemapuan berusaha, berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dengan baik. Jadi, kita harus membuat YON I yang menarik banyak mahasiswa, antar Departemen, tetapi tidak lupa dengan batasan kondisi akademik yang ketat. Bentuk kegiatan dibuat mendukung kegiatan akademik secara langsung. Hal ini menuntut perubahan Paradigma YON I. Seandainya kegiatan YON I diperbaharui dengan kegiatan kunjungan ke tempat-tempat militer, dan kegiatan yang fun lainnya, saya yakin akan banyak mahasiswa yang mau ikut. Tahap ini dapat disebut sebagai tahap Pengenalan, lalu dengan sedikit pelatihan, Mahasiswa peserta dapat mejadi Menwa (tentunya dengan Sebutan tertentu yang mengindikasikan belum Menwa Penuh). Kurikulum perlu disusun untuk hal ini (pernah kita lakukan). Program kegiatan seperti ini akan justified bagi ITB untuk dibiayai dengan nama, misalnya, Pengenalan Ilmu dan Teknologi Militer yang bahkan dapat sebagai Kerja Praktek atau Tugas Akhir Mahasiswa, dan mahasiswa dapat menerimanya. Demikian sumbang saran saya, Namun rasanya apabila belum mendapat restu dari CORPS, adik-adik kita yang aktif mungkin tidak berani melakukan perubahan ini. Hormat saya, Tutuka Ariadji NB: Pak Priyo, saya ulang apa yang pernah saya sampaikan ke Bapak. - Original Message - From: Priyo Pribadi Soemarno [EMAIL PROTECTED] To: adji [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, August 10, 2003 9:59 PM Subject: Re: Rumusan Hasil Pertemuan Corps Mas Adji , Terimakasih atas tanggapannya dan rasanya kita sudah punya muara yang sama , tinggal bagaimana kita bisa mengaliri lembah yang dapat memberikan kehidupan pada daerah yang lebih luas dan bermanfaat bagi lebih banyak orang . Untuk selanjutnya , saya mengharapkan kerjasama kita lebih erat dan dapat saling mengisis , mengingat masalah pembinaan Batalyon I ITB sudah sangat jauh ketinggalan . Ngomong2 , boleh nggak surat mas Adji juga saya forward ke Team lainnya . Saya juga ingin minta bantuan mas Adji agar berkoordinasi dengan pak Iftikar dan pak Krishna . Widya Castrena Dharma Siddha , Wassalam , Priyo PS --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net