[zamanku] [BUKU INCARAN] Katakanlah Sejujurnya
[BUKU INCARAN] Katakanlah Sejujurnya ---Anwar Holid Perahu Kertas Penulis: Dee Penerbit: Bentang Pustaka Truedee, 2009 Tebal: 444 hal. ISBN: 978-979-1227-78-0 Harga: Rp.69,000,- Semua orang tahu pepatah usang ini: honesty is the best policy. Kejujuran itu tindakan terbaik. Perlu berapa lama untuk menunggu seseorang jujur? Butuh berapa halaman untuk mengungkapkannya? Dalam kasus Dee: empat tahun, 444 halaman. Persisnya 434 halaman bila kita mengabaikan endorsement, awalan, dan akhiran novel Perahu Kertas (Bentang Truedee, 2009, Rp.69,000,-). Halaman setebal itu dia bentangkan besar-besaran untuk mengisahkan betapa berharga kejujuran, meskipun awalnya semua orang tampak bermasalah dengan kejujuran. Alasannya sederhana: takut menyakitkan. Tapi takut menyakitkan ini akibatnya benar-benar fatal dan membuat semua orang menderita, kehilangan momen berharga, menambah-nambah masalah, dan menyiksa pembaca sampai harus membuka halaman terakhir, sebenarnya ada apa dengan kisah cinta dua orang bernama Kugy dan Keenan. Mungkin di situlah Dee mempertaruhkan keterampilannya bercerita: dia menaruh sehamparan misteri dan rintangan sebelum sepasang kekasih ini menyerah dan mengakui kejujuran masing-masing. Misteri dan rintangan terbesar dari kedua orang itu justru keinginan untuk menyenangkan orang-orang terdekat yang berhubungan secara emosional dengan mereka, orang yang secara alamiah tumbuh bersama mereka. Karena berhasil menyembunyikan kata hati dan mampu membungkusnya secara melegakan, secara permukaan hubungan itu baik-baik, meski pada dasarnya mereka sesak. Apa manusia-manusia kota ini memiliki problem komunikasi atau malah amat sukses mengembangkannya jadi semacam etiket pergaulan dalam kehidupan? Mungkin kadar EQ (Emotional Quotient) mereka rendah, jadi kesulitan melampiaskan perasaan dan maksud dengan jelas. Semua jadi tampak bersayap. Soalnya kalau tidak, Dee sebenarnya bisa lebih cepat menamatkan novelnya, mungkin lebih dari separo jumlahnya. Dalam beberapa sisi, drama menunggu kejujuran antara Kugy dan Keenan ini terasa ngayayay---istilah Sunda untuk bertele-tele. Tapi untung, Perahu Kertas merupakan page-turner, novel dengan alur cerita memikat, dan karena itu hanya butuh waktu sebentar untuk menamatkannya. Bisa jadi karena itu, seorang editor dari Jogja bilang, Biarpun tebal, novel Dee ini mantap. Formulanya bikin pembaca terpana. Pengakuan para pembaca awal novel ini merupakan bukti bahwa Dee memang seorang penutur kisah hebat dan ia mampu menciptakan plot memikat. Kita boleh bertaruh apa para pemberi endorsement itu jujur dengan pernyataannya atau berusaha membungkus ungkapan dengan pujian. Indah Darmastuti, seorang penulis dari Solo berkomentar: Novel itu sangat menghibur aku. Aku suka kosakata yang cair khas Dee. Lucu dan plot yang mendebarkan. Dan ending sesuai harapanku. Kisah cinta rata-rata memang mudah ditebak. Tinggal bagaimana penutur menceritakannya, karena kunci buku yang sukses ada pada susunan kerangka cerita yang menarik. Meski subjek sebuah cerita bisa saja klise, karena memang nyaris tiada yang baru di dunia ini, seorang tukang cerita mesti mencari cara terbaik agar memenangi penikmatnya. Perahu Kertas merupakan kisah sejenis itu. Bertindak sebagai dalang atau Tuhan serba tahu (omniscient narrator), Dee mengombang-ambingkan perasaan Kugy di balik lipatan perahu kertas yang dia luncurkan dari selokan atau anak sungai yang dia temui. Di situlah kejujurannya tertera dan mengalir. Sementara Keenan menenggelamkan diri pada lukisan, melampiaskan emosi tertahan pada seseorang yang dia anggap pasangan jiwanya. Mereka berputar-putar dulu menjadi sesuatu yang bukan diri mereka demi kelak menjadi diri masing-masing lagi. Saling menghancurkan dahulu sebelum akhirnya menyusun ulang agar utuh kembali? Seperti ungkapan Goenawan Mohamad, sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya abadi. Dee membuat drama Kugy dan Keenan terlalu lama. Maka pertama-tama Kugy harus mengecewakan pacarnya, lantas sahabat terbaiknya, juga pria pemberi cincin permata lapis lazuli. Sementara Keenan harus jadian dulu dengan Wanda yang penuh pamrih, Luhde yang inosens, berkonflik dengan ayahnya sampai dia stroke, dan sebentar melemparkannya pada kehinaan dan kemiskinan. Tapi orang-orang di sekitar merekan pun bermasalah serupa. Agaknya di novel ini kejujuran jadi semacam penyakit endemik. Mereka menyangka serangkaian pilihan itu bisa membebaskan perasaan. Ternyata tidak. Mereka betul-betul kesulitan menunggu momen kapan hati dan impian bersama itu bertemu. Keduanya terus mencari dalih, berusaha menutup-nutupi kejujuran. Misal dengan bersikap defensif, cemburu, kabur dari masalah, atau marah. Masing-masing mengenakan topeng untuk menyembunyikan kejujuran. Sebab kuncinya terselip pada ungkapan ini: Carilah orang yang enggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya (hal. 427). Dari satu sisi, Perahu Kertas merupakan tipikal novel chicklit
[zamanku] Fw: Kota dan Budaya : Dominasi Kuasa Modal Atas Ruang Publik?
..sejak pemaknaan ruang bersama digeser dari bingkai nilai kultural dan fungsi temu bersama merayakan kebersamaan menjadi hanya berbingkai lapangan tempat panggung pameran dagang dengan kepentingan ekonomis dan nilai ekonomis industri menggusurnya menjadi pasar dagang jual beli. Apakah itu fenomena modernitas, dalam arti, rasionalitas (pola pikir kalkulasi untung-rugi) dalam ekonomi modern mengganti bahkan menggusur ekonomi tradisional yang tukar-menukar kebutuhan hidup lewat bahan-bahan tanaman, buah yang disaling-tukarkan untuk kehidupan hari demi hari, sebelum uang dengan nilai tukarnya menggantikan ini semua? dipetik dari paper Muji Sutrisno selengkapnya Kota dan Budaya : Ruang Publik, Titik Temunya? sebagai Rangkaian Studium Generale Philosophy in the City, kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html
[zamanku] Info of the day: Mari Kita Ber Batik 2/10/09
Mohon disebarkan info ini. TKS! Let's wear Batik on 2nd Oct 2009! Tanggal 2 Oktober 2009 nanti, UNESCO -PBB mengukuhkan BATIK sebagai Warisan Budaya Dunia / World Heritage . Batik, asli berasal dari Indonesia sejak zaman Majapahit- CMIIW Jika Anda merasa sebagai bangsa Indonesia, mari kita berbatik pada tanggal 2 Oktober 2009 Inilah bentuk kepedulian kita pada budaya Indonesia [pakailah batik buatan Indonesia jangan yg produk Malaysia atau China :-)] lm
[zamanku] Lindungilah Batik melalui Hari Batik Nasional
Nelson Mandela dengan bangganya mengenakan baju batik, pada saat pidato pertamanya sebagai Presiden Afrika Selatan (Mei 1994). Sebagai hari pembebasan pemisahan ras kulit putih. Saya merasa salut kepada Mandela, karena ia lebih sering dan lebih senang mengenakan baju batik daripada jas. Entah dalam acara bagaimana formilnya sekalipun juga. Baju batik ini di Afrika Selatan diberi nama Madiba. Konon batik pertama kalinya diperkenalkan secara international oleh mantan Presiden Soeharto pada saat konferensi PBB. Ibu kandung dari Barack Obama – Ann Dunham terkenal sebagai kolektor batik. Pada bulan Juni 2009 kemarin hasil koleksinya di pamerkan diberbagai macam museum di Amerika - Barack Obama's Mother and Indonesian Batiks. Pakaian dari disainer kondang Italy Prada bukan hanya senang dipakai oleh perempuan papan atas sekarang ini saja, bahkan ratusan tahun sebelumnya. Para bangsawan kerajaan jaman dahulu mengenakan batik Prada atau Pinarada Mas adalah kain batik yang ditulis dengan menggunakan serbuk emas murni. Pada tanggal 2 Oktober nanti, UNESCO akan mengukuhkan batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) di Perancis. Hal inilah yang mendorong saya melalui artikel ini untuk turut mempromosikan Batik. Tetapi apa sebenarnya yang Anda ketahui tentang Batik? Kata Batik itu sendiri diserap dari bahasa Jawa “amba” = menulis dan “nitik”. Batik erat dikatikan dengan kebudayaan etnis Jawa, bahkan sudah dikenal semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Setelah akhir abad ke-XVIII batik mulai meluas menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa. Batik secara historis ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pada awalnya kesenian batik ini hanya khusus untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Dikerjakannya pun hanya terbatas di lingkungan kraton saja. Akhirnya kesenian ini dibawa ke luar keraton oleh pra pengikut raja yang tinggal di luar kraton, sehingga akhirnya menjadi pakaian rakyat. Sampai awal abad ke-XX batik yang dihasilkan semuanya batik tulis yang dikerjakan hanya oleh kaum perempuan. Membuat batik tulis membutuhkan waktu dua sampai dengan tiga bulan. Batik secara historis ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pembuatan batik cap baru dikenal setelah perang dunia pertama. Ide pembuatan batik cap ini timbul dari seorang Tionghoa yang bernama Kwee Seng dari Banyumas. Sejak adanya produksi batik cap inilah kaum pria juga bisa turut dikaryakan dalam pembuatan batik. Pada awalnya batik dibuat dengan menggunakan kain mori. Dewasa ini batik dibuat juga dari bahan-bahan lainnya misalnya sutera, rayon ataupun poliester. Motif gambar batik dibentuk/ditulis dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar. Kain yang telah selesai dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan. Panjangnya batik pada umumnya sekitar 2¼ meter. Apakah Anda tahu bahwa di Pekalongan ada Museum Batik. Apabila Anda lewat Pekalongan ajaklah anggota keluarga Anda untuk berkujung ke Museum tersebut agar mereka juga bisa lebih mengenal dan lebih mencintai Batik. Silahkan klik: http://www.museumronggowarsito.org/english/jtg/jtg.asp?isi=pekalongan_batik Sebagai akhir dari tulisan ini saya ingin mengajak rekan-rekan dan para pembaca semua untuk turut mengkampanyekan Batik. Mulai dengan menyebar luaskan oret-oretan ini maupun mengenakan pakaian batik pada saat akhir pekan nanti. Dimulai pada hari Jumat tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Batik Day. Marilah kita perjuangkan perlindungan Batik dengan aksi nyata dari semua warga Indonesia, dimana kita merasa bangga mengenakan pakaian batik melebihi daripada jas ataupun pakaian formil lainnya. Mari Mencintai Indonesia Mari Berjuang untuk Indonesia Mari lindungi Budaya Indonesia dan mari batikan Indonesia pada hari Batik Nasional Mang Ucup Email: mang.ucupatgmail.com Homepage: www.mangucup.org Facebook Ingin bergabung di zamanku? Kirim email kosong ke: zamanku-subscr...@yahoogroups.com Klik: http://zamanku.blogspot.comYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/zamanku/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/zamanku/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:zamanku-dig...@yahoogroups.com mailto:zamanku-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: zamanku-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[zamanku] Suharto bersama Orde Barunya adalah najis bangsa
Tulisan kali ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr/ Catatan A. Umar Said Suharto bersama Orde Barunya adalah najis bangsa (Mohon dimaklumi terlebih dahulu, bahwa dalam tulisan kali ini terdapat kalimat-kalimat yang bernada agak keras, yang disengaja untuk sekadar menekankan persoalan-persoalan atau memperkuat ungkapan-ungkapan tertentu) Kedatangan tanggal 30 September sekarang ini membuat berbagai kalangan di Indonesia teringat kembali kepada pembunuhan besar-besaran terhadap jutaan orang yang tidak bersalah (atau yang tidak berdosa apa-apa sama sekali !) di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan tempat-tempat lainnya. Hal yang demikian adalah baik sekali, karena pembunuhan besar-besaran yang dilakukan di bawah pimpinan, atau pengarahan, atau hasutan militer dalam tahun-tahun 1965-1966 merupakan kejahatan yang luar biasa besarnya sepanjang sejarah bangsa Indonesia sampai sekarang. Kiranya, kejahatan terhadap peri kemanusiaan yang merupakan aib besar dan dosa maha-berat ini patut dikenang terus dan dikutuk oleh seluruh bangsa, termasuk oleh anak cucu kita di kemudian hari. Sebab, mereka yang dibunuh ini kebanyakan adalah anggota (atau simpatisan) PKI dan berbagai organisasi massa buruh, tani, nelayan, prajurit, pegawai negeri, wanita, pemuda, mahasiswa, pengusaha dan berbagai kalangan masyarakat lainnya. Di samping itu juga telah ditahan atau dipenjarakan 1.900 000 orang (yang juga sudah terbukti dengan jelas sekali tidak bersalah apa-apa sama sekali !) dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Ada yang ditahan sampai puluhan atau belasan tahun, di antaranya di pulau Buru. Disebabkan oleh pembunuhan massal dan pemenjaraan jutaan orang-orang yang umumnya adalah pendukung Bung Karno itu, maka puluhan juta istri para korban tindakan militer ini (beserta anak-anak mereka) terpaksa hidup dalam kesengsaraan atau penderitaan yang berkepanjangan. Banyak di antara mereka sampai sekarang (tahun 2009) masih tetap menderita akibat tindakan militer di bawah Suharto itu. Memperingati peristiwa 65 adalah perlu sekali Oleh karena itu, agaknya adalah baik sekali kalau setiap menghadapi 30 September berbagai kalangan masyarakat di Indonesia bisa mengadakan berbagai kegiatan, dalam macam-macam bentuk dan cara, untuk memperingati peristiwa besar berdarah ini. Sebab, dengan mengadakan berbagai ragam kegiatan ini, bisa diangkat kembali berbagai aspek yang berkaitan dengan peristiwa 30 September, atau tindakan militer di bawah Suharto yang serba sewenang-wenang, atau pengkhianatan terhadap Bung Karno, dan dibangunnya diktatur militer Orde Baru. Dengan selalu mengangkat kembali berbagai hal yang berkaitan dengan segala kejahatan militer terhadap para pendukung Bung Karno (terutama golongan kiri yang dipelopori oleh PKI), maka makin nyatalah -- dan dengan jelas sekali pula ! -- bahwa para korban pembunuhan dan para tapol itu adalah orang-orang yang tidak bersalah atau tidak berdosa apa-apa sama sekali ! (harap perhatikan, tanda seru lima kali). Yang bersalah besar atau yang berdosa berat sekali adalah justru pimpinan militer di bawah Suharto (beserta segala jenis pendukungnya, antara lain Golkar). Hal ini adalah sulit sekali dibantah. Sekarang, sebelas tahun sesudah turunnya Suharto dari jabatannya sebagai presiden dan tumbangnya diktatur militer Orde Baru, keluarga para korban pembunuhan massal dan pemenjaraan besar-besaran, yang selama 32 tahun dibungkam suara mereka, dikucilkan, dan disiksa dengan berbagai macam tindakan dan segala macam peraturan-peraturan yang aneh-aneh, mulai buka suara untuk menggugat segala perlakuan yang tidak manusiawi yang berkepanjangan itu. Menggugat dan mengutuk Orde Baru adalah benar dan luhur Bahwa mereka menggugat, atau mengutuk segala tindakan kejam dan tidak bermanusiawi itu adalah hal yang wajar, benar, luhur dan juga 100% sah-sah saja. Adalah hak mereka yang terhormat dan juga mulia bahwa mereka menggugat atau mengutuk berbagai kekejaman diktatur militer Suharto terhadap begitu banyak orang itu ! Sebaliknya, tidak menggugat atau tidak mengutuknya adalah sikap moral yang salah dan juga iman yang tidak sehat. Semua orang yang berhati nurani bersih dan bernalar waras tidak akan menyetujui tindakan atau politik rejim militer Suharto yang sudah menyengsarakan puluhan juta bapak-ibu beserta anak-anak itu (sekali lagi : yang tidak bersalah apa-apa itu !), dan dalam jangka waktu yang begitu panjang pula. Selama puluhan tahun citra bangsa Indonesia telah dipermalukan atau dikotori oleh aib besar yang dibikin oleh Suharto dkk. Nama Indonesia (baca : Suharto) pernah menjadi olok-olok atau cemooh di banyak kalangan di dunia yang mencintai demokrasi, yang menghargai HAM, atau yang beradab. Berlainan dengan Bung Karno yang berhasil menaikkan tinggi-tinggi derajat bangsa di mata dunia, Suharto telah membikin jatuh nama bangsa Indonesia di lumpur busuk yang
[zamanku] Prosa Kota-kota Imajiner : Renungan dan Imaginasi Tentang Kota
Amati sepintas jalan-jalan yang kau lalui, mereka seolah halaman-halaman penuh tulisan : kota itu mengatakan segala yang seharusnya kau pikirkan, membuatmu mengulang wacana yang ia cetuskan, dan di saat kau percaya bahwa kau mengunjungi Tamara, kau hanya merekam nama-nama yang ia gunakan untuk mendefinisikan dirinya dan semua bagian-bagiannya. (Kota-kota Imajiner, Italo Calvino, Fresh Book 2006, hal 14) Para pelancong, yang datang, akan melihat dua buah kota: satu muncul di atas danau, dan yang lainnya dipantulkan, terbalik. Tiada satu pun kehidupan yang terjadi di Valdrada pertama yang tidak diulang di Valdrada yang kedua, karena kota itu memang dibangun agar segala sesuatunya terpantul di cermin, dan Valdrada yang ada di bawah air tak hanya berisi semua galur dan tonjolan muka gedung yang ada di atas danau, tapi juga interior ruangan dengan langit-langit dan lantai, perspektif bangsal-bangsal, cermin-cermin lemari pakaian. (Kota-kota Imajiner, Italo Calvino, Fresh Book 2006, hal 18) (baca juga 10 artikel renungan tentang kota, link terlampir) Kota-kota Imajiner adalah terjemahan karya Italo Calvino ”Invisible Cities” yang diterbitkan oleh Fresh Book. Buku ini adalah salah satu karya yang masuk dalam daftar bacaan prioritas penting saya saat ini. Pertama, karena proyek saya untuk mempelajari fenomena sosial perkotaan. Kedua, karena minat saya pada sejarah. Setting novel ini adalah penuturan Marco Polo kepada Kubilai Khan tentang kota-kota yang ia kunjungi dalam berbagai ekspedisi yang dilakukannya Novel ini dibagi dalam sembilan bagian, dimana pada tiap awal bagiannya dibuka dengan permenungan, percakapan dan dialog antara Marco Polo dan Kubilai Khan. Baru kemudian dilanjutkan dengan beberapa bab yang berisi penuturan Marco Polo tentang kota-kota yang ia kunjungi , juga kota-kota yang ditaklukan Khan Namun demikian jangan salah duga, novel Kota-kota Imajiner ini bukanlah novel sejarah atau memiliki pendasaran ilmiah. Walaupun saya menduga tentulah Italo Calvino memang terinspirasi oleh catatan-catatan petualangan Marco Polo. Paling tidak bagi saya buku ini dapat mengantar saya untuk masuk ke dalam jiwa sebuah kota, memahami roh kota. Kota sebagai fenomena fisik, psikis sekaligus sosial. Disisi lain buku menjadi padanan yang menarik dari 2 buku sejarah yang belum lama ini diterbitkan oleh Elex Media Komputindo yakni Marco Polo “Dari Venezia ke Xanadu” (karangan Laurence Bergreen) dan Jalur Sutera “Dua Ribu Tahun di Jantung Asia” (karangan Frances Wood). Adapun novel Kota-kota Imajiner sebenarnya menghadirkan gambaran kota-kota magis dan surealis. Saya tidak tahu benar apakah Italo Calvino memang mendasarkan kisah ini dari fakta-fakta, baru kemudian dari sana mengangkat jiwa kota ke dunia antah berantah, dunia magis sekaligus surealis. Yang pasti saya sepakat dengan satu kutipan Sunday Times yang menyebutkan karya Italo Calvino sebagai “sebuah meditasi yang indah dan subtil”. Untuk itu saya mengajak anda untuk menikmati sejumput suasana meditatif ini dari petikan-petikan karya ini sekaligus dari seri karya seni rupa fotografi Paula C Magic Fly Paula's Photostream Invisible Cities yang sengaja didedikasikan kepada Italo Calvino atas capaian cemerlang dari novel “Invisible Cities”. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/meditasi-kota-kota-imajiner-invisible.html e-book di lentera di atas bukit tentang kota. Imaginasi Kota Masa Depan : Ruang Tinggal Dalam Kota http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pameran-workshop-ami-ruang-tinggal.html Culture Nature Kota yang Tunggang Langgang dan Linglung Menafsir Wastu dan Kota (bagian 1) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/culture-nature-kota-yang-tunggang.html Menemukan Wastu Kota, Warga Sebagai Masyarakat Politik Menafsir Wastu dan Kota (bag 2) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/menemukan-wastu-kota-warga-sebagai.html Keberadaban Kota, Kampung Hijau dan Romo Mangunwijaya Wastu Kota : BUKAN jalur hijau bebas rakyat, tetapi KAMPUNG HIJAU di bantaran sungai dengan rakyat yang damai dan bahagia. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-alam-keberadaban-kota-kampung.html Ruang Rupa dan Fenomena Sosial Perkotaan Menemukan Wajah Kita, Wajah Kota dalam Sinema, Humor, Komik, Hiruk Pikuk Transportasi Umum dan Pemukiman http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ruang-rupa-dan-fenomena-sosial.html Kota dan Alam http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/memahami-kota-sebagai-suatu-sistem.html Kota dan Budaya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html Komik Strip : Nasionalisme Put On dan Sumpah Setia Pak Tuntung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/komik-strip-nasionalisme-put-on-dan.html Realisme Syahrizal Pahlevi : Yang Melintas di Ring Road Ngebut di Jalan Ring Road dan Ketidakadaban Politik Kota.
[zamanku] Kisah of the day : Kinclong tapi Bolong
Ramadhan telah berlalu namun ada kisah di penghujung ramadhan yang kiranya sayang untuk dilewatkan. l.meilany --- Kinclong, tapi Bolong Oleh : Fradhyt Fahrenheit, Penulis Novel KOMPAS, Jumat, 25 September 2009 | 02:45 WIB Tiga hari menjelang Lebaran lalu, saya sedang menunggu teman-teman saya berbuka puasa bersama di sebuah restoran berputar nan mewah di salah satu gedung pencakar langit di Jakarta. Suasana begitu syahdu di ruangan ini, jauh berbeda dengan jalanan di bawah sana yang hiruk pikuk dan macet. Di meja sebelah berkumpul tiga ibu muda. Mereka adalah para sosialita yang sering terlihat di berbagai pesta kalangan atas Jakarta. Di hadapan mereka tersaji hidangan melimpah ruah untuk berbuka puasa. Tiba-tiba, salah satu dari mereka memaki di telepon genggam. Tahu, enggak, Yem?! Baju itu seharga sepuluh tahun kamu kerja! Belum pernah dipakai, sudah kamu laundry?! Bego amat sih?! Pokoknya, harus sudah ketemu sebelum saya berangkat umrah besok! Kalau tidak, potong gaji dan kamu tidak boleh mudik! sergahnya. Wah, Jeng Sisly jadi umrah? komentar satu temannya. Biasa, Si Madame. Kalau Lebaran enggak ada bedinde sama tukang kebun, escape, deh! timpal temannya yang lain. Oh iya, dong, habis umrah, kita langsung belanja ke Eropa. Aku lagi incar tas Louis Vuitton terbaru di Paris, sekalian ke London lihat konser 100 hari wafatnya Michael Jackson! ujar orang pertama yang ternyata bernama Jeng Sisly itu. Saya cuma tersenyum memandang hiburan gratis itu. Tiba-tiba di meja lain, terdengar seorang bapak muda bergaya metroseksual tidak kalah heboh mengumpat di telepon genggamnya. Pokoknya, saya tidak mau tahu, mobil harus sudah sampai besok pagi! Lebaran nanti buat saya pakai ke open house Pak Menteri! You minta servis yang bagus. Harga mobil itu, kan, hampir Rp 3 miliar? Sungguh suasana buka puasa yang bikin bete. Apakah mereka tak tahu makna puasa? Mereka mengejar kesempurnaan dan tampang kinclong pada hari Lebaran dengan cara mencaci maki. Akhirnya, teman-teman saya pun datang. Mereka suami istri dari keluarga pengusaha jamu terpandang dan tentu saja kaya. Mereka mengajak saya ikut berlebaran bersama para korban gempa di sebuah desa di Tasikmalaya. Mereka berencana membagi zakat dan sembako kepada para korban itu dan tak mau ada publikasi! Ah, seandainya semua orang terkaya di Jakarta seperti sosok teman saya itu[lm] - l.meilany 011009
[zamanku] Mari mengheningkan cipta mengenang peristiwa G30S [2 Attachments]
Mari mengheningkan cipta mengenang peristiwa G30S yang mengakibatkan tewasnya ratusan ribu bangsa Indonesia yang tidak berdosa... Teddy
[zamanku] Upaya Editor Menghindari Frustrasi
Upaya Editor Menghindari Frustrasi ---Anwar Holid Hampir dua bulan ini aku menangani dua naskah yang mirip. Secara prinsip, terjemahan naskah itu sudah benar. Setidaknya itulah klaim penerbit. Penerjemah naskah itu orang terkemuka dan ahli di bidangnya. Jadi secara keilmuan dia bisa diandalkan dan wawasannya mumpuni. Untuk sementara, aku sulit membantah klaim itu dan percaya omongan penerbit. Di ruang kerja sederhanaku, ketika siap-siap membedah naskah itu, barulah aku merasakan sulitnya menangani terjemahan itu. Memang tugas editor ialah meluweskan penuturan, memadukan inkoherensi paragraf, membuat keterbacaan naskah tinggi. Itu mirip tugas utama dokter ialah menyembuhkan pasien atau petugas kebersihan kota menyingkirkan sampah. Begitulah adanya. Tapi kalau kamu mendapati tugas kamu ternyata begitu bikin suntuk, terlalu sulit atau menggunung, wajar bila ia bikin stres atau frustrasi. Seorang striker bisa frustrasi dan kalap kalau terus-menerus gagal mencetak gol dan kesulitan mendobrak pertahanan lawan, atau kiper lawan terlalu tangguh. Kalau sifat ksatrianya cedera, dia bisa gelap mata dan akhirnya bertindak curang dengan melakukan diving. Tantangan setiap pekerjaan itu sama. Namun menyebalkan bila faktanya beban kamu terlalu berat. Ada yang salah, dan itu bukan salah kamu, melainkan proses sebelumnya atau kasusnya memang berat. Untuk itu kamu hanya harus tabah dan bertahan. Lakukan inovasi dan istirahat secukupnya. Begitu menghadapi baris kalimat sulit, aku yakin ada yang salah dari penanganannya. Aku kerap kesulitan menangkap maksud kalimat itu sebenarnya apa. Bahasanya ribet. Banyak banget kalimat panjang melelahkan, bahkan bisa terdiri dari satu paragraf! Yang terdiri dari tiga - empat baris juga banyak. Polanya pun masih dalam bahasa sumber, dan kerap berbentuk negatif. Dalam kalimat panjang itu selalu ada sisipan anak kalimat berisi tambahan informasi, termasuk hal-hal trivial yang bahkan sering berulang di bagian sebelumnya. Ini jelas gaya sang penulis, dan penerjemah membiarkannya. Bikin capek baca, dan energiku terkuras dengan cepat. Penerbit suka menggampangkan kondisi ini, bilang bahwa beban editor ringan. Padahal meluweskan bahasa, dengan penyampaian yang enak itu penting sekali dalam sebuah buku. Kalimat pendeknya saja suka membingungkan. Contoh: Pidatonya merupakan yang tidak lazim antara kepalsuan dan sifat agresif yang terang-terangan. Maaf, ini apa maksudnya? Kalimat panjangnya antara lain begini: Al-Quran menjasadkan di depan mata kita suatu gambaran yang hidup, dan menggerakkannya pada lebih dari satu arah, untuk mengimbau orang-orang yang merasa tidak berdaya itu untuk membebaskan diri dari tekanan, sejak sekarang, agar kelak mereka tidak menghadapi konsekuensinya sesudah mereka mati, dengan sikap menyerah pada kelemahan diri, sebagai suatu unsur yang sangat diperingatkan untuk dijauhi. Kekuatan-kekuatan hegemonis itu, yang menganggap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa merdeka dan mandiri sebagai ancaman terhadap monopoli mereka dalam instrumen kekuasaan yang penting ini dan yang tidak ingin melihat keberhasilan yang sama di negara-negara lain, telah salah mengartikan teknologi nuklir Iran yang terjaga dan aman sebagai usaha untuk membuat senjata nuklir. Bagaimanapun, kalau ada kebebasan pribadi yang akan dipertahankan mati-matian oleh seseorang di dunia modern, itu adalah haknya yang tidak boleh diingkari untuk menyaksikan pertandingan sepakbola di televisi, dan kuatnya dorongan pandangan umum, bahkan di kalangan Islam fundamentalis dengan kepala yang penuh dengan dalih-dalih teologis untuk menentangnya, pemerintah terpaksa menayangkan pertandingan sepakbola di televisi. Halo... rasanya aku menerima sandi dari alien. Seberapa besar usaha seorang editor menyunting kalimat itu, berapa lama waktu yang dia butuhkan? Atau sebaliknya, seberapa toleran dia boleh bilang bahwa kalimat itu sudah jernih? Kondisi itu membuat tugasku mengubah penyampaian agar luwes, lincah, mudah dicerna, dan lancar justru bakal paling besar menyita energi. Memoles dan melenturkan kalimat itu kerap butuh coba-coba dan mengutak-atik dulu sebelum akhirnya menemukan penyampaian yang paling pas. Butuh waktu dan energi besar. Bayangkanlah pekerja furnitur kayu jati yang mengamplas ukiran kasar menjadi halus. Dia melakukannya berhari-hari, terpaksa harus menghirup hamburan serbuknya, dengan tenaga yang hebat. Itulah kerja keras. Itulah yang juga harus dihadapi penyunting bila menemukan kalimat-kalimat kasar, penuh gerinjul, menyulitkan makna. Saking sebal, aku berprasangka penerjemah ini mungkin awalnya berpikir bahwa pekerjaannya sudah keren, jadi dia serahkan ke penerbit. Coba kalimat-kalimat berlepotan dan penuh lumpur itu dibiarkan, lantas langsung dibungkus dan ditawarkan ke publik. Aku yakin seminggu kemudian pembacanya pada sakit kepala. Atau mereka langsung melemparkannya ke tong sampah. Aku jadi ingat pelajaran pertama
[zamanku] 20 E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana
Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api* Tanpa melupakan prioritas utama bagi penanganan korban/tanggap darurat atas rangkaian bencana yang terjadi di Sumbar, Jambi dan Bengkulu atau tahap rehabilitasi di wilayah bencana lainnya, ada urgensi yang tidak bisa ditunda lagi untuk mempercepat tumbuhnya (atau revitalisasi) masyarakat sadar bencana dan masyarakat tanggap bencana. Berikut adalah kompilasi 20 E-book/Buku Online yang semoga relevan untuk mendorong tumbuhnya Masyarakat Sadar Bencana dan Masyarakat Tanggap Bencana. Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskan bacaan-bacaan ini. Selain itu mohon bantuannya untuk memberikan referensi buku-buku online atau artikel yang relevan. salam solidaritas untuk saudara yang berduka dan berbeban berat serta doa untuk yang berpulang. amin E-Book Manual Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PPBM) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-manual-panduan-penanggulangan.html E-Book Serial Komik Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-komik-panduan-penanggulangan.html E-Book Publikasi Untuk Keadaan Darurat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book.html E-Book Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-rencana.html E-Book Upaya Organisasi Masyarakat Sipil dalam Pengurangan Resiko Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-upaya.html E-Book- Prinsip-prinsip Panduan Bagi Pengungsian Internal PBB http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-prinsip.html E-Book Partisipasi Anak-Anak Dalam Situasi Konflik dan Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book_02.html E-Book Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-pedoman.html Lain-lain : E-Book : Kapitalisme Bencana dan Bencana Kapitalisme http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/seri-lawan-neoliberalisme.html TAJUK RENCANA Jumat, 2 Oktober 2009 | 04:58 WIB http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/02/0458077/tajuk.rencana Urgensi Hidup di Cincin Api Masih segar ingatan kita pada kejadian siang 2 September lalu, ketika sejumlah tempat di Jawa, Bali, dan Sumatera diguncang gempa besar. Dampak gempa itu belum sepenuhnya selesai kita tangani, pada Rabu (30/9) petang gempa besar kembali mengguncang Indonesia. Kali ini guncangan besar berukuran 7,6 skala Richter melanda Sumatera Barat. Dari apa yang kita ikuti melalui berita, sungguh dahsyat gempa yang terjadi di Sumatera Barat ini, khususnya di Kota Padang yang porak poranda. Menjadi harapan kita, korban yang tertimbun dapat segera dievakuasi dan korban selamat dapat diberikan pertolongan sebaik-baiknya. Mari kita singsingkan lengan baju untuk menolong saudara kita yang kini menderita akibat bencana alam yang hebat ini. Solidaritas, satu perasaan, itulah yang kita yakini dapat meringankan hati para korban. Kita juga berharap program tanggap darurat pemerintah dapat diimplementasikan dengan efektif. Efektivitas itu antara lain diperlihatkan dengan kecepatan memberikan pertolongan. Memang, sekarang ini fokus dan prioritas sepenuh-penuhnya kita pusatkan untuk mengevakuasi korban yang terjepit dan tertimbun dalam reruntuhan, lalu selekas-lekasnya memberikan pertolongan medis kepada korban yang luka-luka. Kita tangani pula korban yang kehilangan tempat tinggal, yang mungkin harus tinggal dalam tenda yang dingin. Selanjutnya, manakala suasana sudah lebih baik, sebaiknya kita memikirkan langkah serius guna meminimalkan dampak dan jumlah korban gempa. Misalnya saja untuk bantuan, sudah waktunya kita menyiapkan sarana pengiriman selain materi bantuannya sendiri. Soal-soal ini sudah waktunya kita pikirkan serius agar kita ke depan tidak setiap kali kaget oleh bencana. Pada dasarnya, kita perlu menginventarisasi lebih cermat perlengkapan keselamatan bagi kita yang ditakdirkan hidup di Cincin Api, kawasan yang dikelilingi gunung berapi dan lempeng tektonik aktif. Ini kita angkat agar kita tidak lalai. Apa yang kiranya bisa disebut sebagai tanggung jawab dan kewajiban dalam kaitan ini? Antara lain, kita membutuhkan lebih banyak lagi ahli gempa, yang akan membuat peta lengkap kawasan bencana. Mereka juga bertugas melakukan riset dan pemantauan. Dengan demikian, kita akan bisa membuat persiapan lebih baik, seperti menyiagakan kawasan yang rawan bencana; kita latih penduduknya untuk menghadapi setiap kemungkinan bencana. Program mitigasi—upaya untuk meminimalkan dampak bencana—kita jadikan sebagai bagian dari gaya hidup warga; kita siagakan alat-alat ekskavasi berat di kawasan bencana karena satu hari nanti gempa akan terjadi lagi. Pekerjaan lain masih
[zamanku] Semua Harus Siap Siaga : Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api (Ring of Fire)
Semua Harus Siap Siaga. Bencana Gempa Akan Terus Terjadi Senin, 5 Oktober 2009 | 03:40 WIB http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/05/03402132/semua.harus.siap.siaga (Simak juga 20 E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/20-e-book-menuju-masyarakat-sadar.html Jakarta, Kompas - Semua harus siap siaga karena bencana gempa belum berakhir. Untuk itu, penyebarluasan informasi tentang ancaman bencana diperlukan sebagai upaya antisipasi agar jumlah korban dapat dieliminasi. Di sisi lain, masih banyak pemerintah daerah yang tidak tahu ancaman bencana dan kerawanan bencana di daerah masing-masing. Selain itu, saat ini perlu segera dilakukan evaluasi skala nasional menyangkut kondisi geologis dan kondisi bangunan-bangunan di setiap wilayah. Demikian antara lain yang terungkap dari sejumlah wawancara yang dilakukan Kompas, Sabtu dan Minggu (3-4/10), dengan Direktur Humanitarian Forum, yang juga anggota Presidium Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, Hening Suparlan, Ketua Tim Kajian Likuifaksi dan Tanah Longsor Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Adrin Tohari, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, dan Kepala Bidang Geodinamika Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cecep Subarya. ”Semua orang harus paham akan ancaman bencana yang ada di sekitarnya sehingga mampu hidup bersama situasi bencana tersebut,” ujar Hening menjelaskan. Individu harus paham Hening menegaskan, semua individu harus paham sehingga bisa mengantisipasi bagaimana saat terjadi gempa. Individu tersebut, pertama, harus mampu melindungi dirinya sendiri. Kedua, harus menginformasikan kepada keluarganya bagaimana melindungi diri mereka. Ketiga, harus mampu melindungi harta bendanya. ”Mengingatkan keluarga itu penting karena mungkin saat bencana datang, ia tidak bersama keluarganya. Mungkin istri atau suami di tempat lain, anak di sekolah, lalu mereka itu harus bagaimana. Ia harus memberi tahu bagaimana cara-cara penyelamatan diri. Soal harta benda, misalnya mereka lalu mengasuransikan harta bendanya, menyimpan barang-barang berharga dengan lebih aman, mengatur listrik agar tak mudah terjadi hubungan pendek, mengatur jalur evakuasi di rumah, dan lain-lain,” ujar Hening. Hal senada dikatakan Surono. ”Untuk itu, butuh kerja sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintahan terkecil. Indonesia merupakan negeri rawan bencana sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar,” katanya. Tugas memberikan informasi secara luas kepada publik ada di tangan pemerintah daerah. Masalahnya, kata Hening, ”Masih jarang pemerintah daerah yang mengerti ancaman bencana yang ada di daerahnya, termasuk bencana gempa.” Ia mencontohkan, setelah terjadi bencana gempa besar di Yogyakarta tahun 2006, ada bupati yang langsung mencari tahu tentang kondisi daerahnya, tentang ancaman bencana di daerahnya, ke ITB. ”Ia tak ingin kejadian serupa terjadi di wilayahnya,” ujarnya Kendala lain, kata Surono, adalah jarak kebijakan dengan dampak kepada masyarakat sering kali jauh karena saat penyusunannya belum tentu melibatkan masyarakat dengan baik. ”Kebijakan itu harus disusun bersama-sama masyarakat. Masukan dari para ahli sangat penting,” katanya. Evaluasi segera Adrin dan Surono menegaskan perlunya pemerintah daerah segera mengevaluasi kondisi wilayah masing-masing menyangkut kondisi geologis dan memeriksa struktur bangunan demi mengurangi risiko bencana. ”Demi keselamatan warga, evaluasi harus dilakukan segera. Kejadian di Padang dan Jambi patut menjadi pelajaran penting bagi daerah lain,” kata Adrin. Surono menekankan, ”Belum terlambat bagi setiap daerah untuk memeriksa kondisi wilayah, terutama bangunan seperti hotel atau kantor yang biasa menjadi tempat berkumpul banyak orang.” Ambruknya Hotel Ambacang di Kota Padang menjadi contoh penting perlunya analisis risiko segera dilakukan. Kewaspadaan ekstra patut dimiliki daerah ”langganan” gempa. Getaran yang datang rutin secara teknis melemahkan struktur bangunan yang dirancang kuat sekalipun. ”Kasus Hotel Ambacang bisa jadi terkait gempa-gempa kecil sebelumnya yang rutin terjadi di Kota Padang, terutama sejak tahun 2005,” kata Adrin. Oleh karena itu, evaluasi berkala penting dilakukan pengelola gedung atau bangunan. Untuk mengurangi risiko tersebut, tata ruang yang tepat disesuaikan dengan kerawanan bencana gempa juga dibutuhkan. Saat ini, menurut Cecep, Rancangan Undang-Undang Tata Informasi Geospatial Nasional yang di dalamnya mengatur antara lain tentang perencanaan tata ruang wilayah nasional masih digodok di DPR. ”Yang saya khawatirkan adalah pelaksanaannya nanti kalau sudah disahkan. Siapa yang akan mengecek apakah UU itu dilaksanakan. Apakah izin mendirikan bangunan itu juga sudah menyertakan syarat yang sesuai dengan standar bangunan tahan gempa?” kata Cecep yang terlibat aktif
[zamanku] Undangan Diskusi : Titik Temu Agama-agama dari Sudut Pandang Islam
National Integration Movement kembali menggelar Diskusi Kebangsaan yang akan menghadirkan seorang tokoh Islam yang kontroversial, merupakan imam perempuan satu-satunya di dunia, juga seorang penulis buku yang berjudul 'Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Text from a Woman's Perspective', *Amina Wadud.* Diskusi ini akan mengambil tema *Titik Temu Agama-agama dari Sudut Pandang Islam*'. Seru ? Pastinya!! Jangan sampai terlewat, *Hari Sabtu, 10 Oktober 2009 Pukul 16.00 - 17.30 WIB Di One Earth Retreat Center Jl Raya Bukit Pelangi KM 2 Ciawi - Bogor* Info dan pendaftaran hubungi Isti (0818.0894.1999) Wass,
[zamanku] The demise of the dollar
Apakah hal ini tidak akan mempengaruhi pasar negara2 macam Indonesia? http://www.independent.co.uk/news/business/news/the-demise-of-the-dollar-1798175.html The demise of the dollar In a graphic illustration of the new world order, Arab states have launched secret moves with China, Russia and France to stop using the US currency for oil trading By Robert Fisk Tuesday, 6 October 2009 In the most profound financial change in recent Middle East history, Gulf Arabs are planning – along with China, Russia, Japan and France – to end dollar dealings for oil, moving instead to a basket of currencies including the Japanese yen and Chinese yuan, the euro, gold and a new, unified currency planned for nations in the Gulf Co-operation Council, including Saudi Arabia, Abu Dhabi, Kuwait and Qatar. Secret meetings have already been held by finance ministers and central bank governors in Russia, China, Japan and Brazil to work on the scheme, which will mean that oil will no longer be priced in dollars. The plans, confirmed to The Independent by both Gulf Arab and Chinese banking sources in Hong Kong, may help to explain the sudden rise in gold prices, but it also augurs an extraordinary transition from dollar markets within nine years. The Americans, who are aware the meetings have taken place – although they have not discovered the details – are sure to fight this international cabal which will include hitherto loyal allies Japan and the Gulf Arabs. Against the background to these currency meetings, Sun Bigan, China's former special envoy to the Middle East, has warned there is a risk of deepening divisions between China and the US over influence and oil in the Middle East. Bilateral quarrels and clashes are unavoidable, he told the Asia and Africa Review. We cannot lower vigilance against hostility in the Middle East over energy interests and security. This sounds like a dangerous prediction of a future economic war between the US and China over Middle East oil – yet again turning the region's conflicts into a battle for great power supremacy. China uses more oil incrementally than the US because its growth is less energy efficient. The transitional currency in the move away from dollars, according to Chinese banking sources, may well be gold. An indication of the huge amounts involved can be gained from the wealth of Abu Dhabi, Saudi Arabia, Kuwait and Qatar who together hold an estimated $2.1 trillion in dollar reserves. The decline of American economic power linked to the current global recession was implicitly acknowledged by the World Bank president Robert Zoellick. One of the legacies of this crisis may be a recognition of changed economic power relations, he said in Istanbul ahead of meetings this week of the IMF and World Bank. But it is China's extraordinary new financial power – along with past anger among oil-producing and oil-consuming nations at America's power to interfere in the international financial system – which has prompted the latest discussions involving the Gulf states. Brazil has shown interest in collaborating in non-dollar oil payments, along with India. Indeed, China appears to be the most enthusiastic of all the financial powers involved, not least because of its enormous trade with the Middle East. China imports 60 per cent of its oil, much of it from the Middle East and Russia. The Chinese have oil production concessions in Iraq – blocked by the US until this year – and since 2008 have held an $8bn agreement with Iran to develop refining capacity and gas resources. China has oil deals in Sudan (where it has substituted for US interests) and has been negotiating for oil concessions with Libya, where all such contracts are joint ventures. Furthermore, Chinese exports to the region now account for no fewer than 10 per cent of the imports of every country in the Middle East, including a huge range of products from cars to weapon systems, food, clothes, even dolls. In a clear sign of China's growing financial muscle, the president of the European Central Bank, Jean-Claude Trichet, yesterday pleaded with Beijing to let the yuan appreciate against a sliding dollar and, by extension, loosen China's reliance on US monetary policy, to help rebalance the world economy and ease upward pressure on the euro. Ever since the Bretton Woods agreements – the accords after the Second World War which bequeathed the architecture for the modern international financial system – America's trading partners have been left to cope with the impact of Washington's control and, in more recent years, the hegemony of the dollar as the dominant global reserve currency. The Chinese believe, for example, that the Americans persuaded Britain to stay out of the euro in order to prevent an earlier move away from the dollar. But Chinese banking sources say their discussions have gone too far to be blocked now. The Russians will eventually bring in the rouble to the basket of currencies, a prominent Hong Kong