[zamanku] [BUKU INCARAN] Katakanlah Sejujurnya

2009-10-09 Terurut Topik Anwar Holid
[BUKU INCARAN]

Katakanlah Sejujurnya
---Anwar Holid

Perahu Kertas
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka  Truedee, 2009
Tebal: 444 hal.
ISBN: 978-979-1227-78-0
Harga: Rp.69,000,-


Semua orang tahu pepatah usang ini: honesty is the best policy. Kejujuran itu 
tindakan terbaik. Perlu berapa lama untuk menunggu seseorang jujur? Butuh 
berapa halaman untuk mengungkapkannya? Dalam kasus Dee: empat tahun, 444 
halaman. Persisnya 434 halaman bila kita mengabaikan endorsement, awalan, dan 
akhiran novel Perahu Kertas (Bentang  Truedee, 2009, Rp.69,000,-). Halaman 
setebal itu dia bentangkan besar-besaran untuk mengisahkan betapa berharga 
kejujuran, meskipun awalnya semua orang tampak bermasalah dengan kejujuran. 
Alasannya sederhana: takut menyakitkan.

Tapi takut menyakitkan ini akibatnya benar-benar fatal dan membuat semua 
orang menderita, kehilangan momen berharga, menambah-nambah masalah, dan 
menyiksa pembaca sampai harus membuka halaman terakhir, sebenarnya ada apa 
dengan kisah cinta dua orang bernama Kugy dan Keenan. Mungkin di situlah Dee 
mempertaruhkan keterampilannya bercerita: dia menaruh sehamparan misteri dan 
rintangan sebelum sepasang kekasih ini menyerah dan mengakui kejujuran 
masing-masing.

Misteri dan rintangan terbesar dari kedua orang itu justru keinginan untuk 
menyenangkan orang-orang terdekat yang berhubungan secara emosional dengan 
mereka, orang yang secara alamiah tumbuh bersama mereka. Karena berhasil 
menyembunyikan kata hati dan mampu membungkusnya secara melegakan, secara 
permukaan hubungan itu baik-baik, meski pada dasarnya mereka sesak. Apa 
manusia-manusia kota ini memiliki problem komunikasi atau malah amat sukses 
mengembangkannya jadi semacam etiket pergaulan dalam kehidupan? Mungkin kadar 
EQ (Emotional Quotient) mereka rendah, jadi kesulitan melampiaskan perasaan dan 
maksud dengan jelas. Semua jadi tampak bersayap. Soalnya kalau tidak, Dee 
sebenarnya bisa lebih cepat menamatkan novelnya, mungkin lebih dari separo 
jumlahnya. 

Dalam beberapa sisi, drama menunggu kejujuran antara Kugy dan Keenan ini terasa 
ngayayay---istilah Sunda untuk bertele-tele. Tapi untung, Perahu Kertas 
merupakan page-turner, novel dengan alur cerita memikat, dan karena itu hanya 
butuh waktu sebentar untuk menamatkannya. Bisa jadi karena itu, seorang editor 
dari Jogja bilang, Biarpun tebal, novel Dee ini mantap. Formulanya bikin 
pembaca terpana. Pengakuan para pembaca awal novel ini merupakan bukti bahwa 
Dee memang seorang penutur kisah hebat dan ia mampu menciptakan plot memikat. 
Kita boleh bertaruh apa para pemberi endorsement itu jujur dengan pernyataannya 
atau berusaha membungkus ungkapan dengan pujian.

Indah Darmastuti, seorang penulis dari Solo berkomentar: Novel itu sangat 
menghibur aku. Aku suka kosakata yang cair khas Dee. Lucu dan plot yang 
mendebarkan. Dan ending sesuai harapanku. Kisah cinta rata-rata memang mudah 
ditebak. Tinggal bagaimana penutur menceritakannya, karena kunci buku yang 
sukses ada pada susunan kerangka cerita yang menarik. Meski subjek sebuah 
cerita bisa saja klise, karena memang nyaris tiada yang baru di dunia ini, 
seorang tukang cerita mesti mencari cara terbaik agar memenangi penikmatnya. 

Perahu Kertas merupakan kisah sejenis itu. Bertindak sebagai dalang atau Tuhan 
serba tahu (omniscient narrator), Dee mengombang-ambingkan perasaan Kugy di 
balik lipatan perahu kertas yang dia luncurkan dari selokan atau anak sungai 
yang dia temui. Di situlah kejujurannya tertera dan mengalir. Sementara Keenan 
menenggelamkan diri pada lukisan, melampiaskan emosi tertahan pada seseorang 
yang dia anggap pasangan jiwanya. Mereka berputar-putar dulu menjadi sesuatu 
yang bukan diri mereka demi kelak menjadi diri masing-masing lagi. Saling 
menghancurkan dahulu sebelum akhirnya menyusun ulang agar utuh kembali? Seperti 
ungkapan Goenawan Mohamad, sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya 
abadi. 

Dee membuat drama Kugy dan Keenan terlalu lama. Maka pertama-tama Kugy harus 
mengecewakan pacarnya, lantas sahabat terbaiknya, juga pria pemberi cincin 
permata lapis lazuli. Sementara Keenan harus jadian dulu dengan Wanda yang 
penuh pamrih, Luhde yang inosens, berkonflik dengan ayahnya sampai dia stroke, 
dan sebentar melemparkannya pada kehinaan dan kemiskinan. Tapi orang-orang di 
sekitar merekan pun bermasalah serupa. Agaknya di novel ini kejujuran jadi 
semacam penyakit endemik. Mereka menyangka serangkaian pilihan itu bisa 
membebaskan perasaan. Ternyata tidak. Mereka betul-betul kesulitan menunggu 
momen kapan hati dan impian bersama itu bertemu. Keduanya terus mencari dalih, 
berusaha menutup-nutupi kejujuran. Misal dengan bersikap defensif, cemburu, 
kabur dari masalah, atau marah. Masing-masing mengenakan topeng untuk 
menyembunyikan kejujuran. Sebab kuncinya terselip pada ungkapan ini: Carilah 
orang yang enggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau
 memberikan segala-galanya (hal. 427).

Dari satu sisi, Perahu Kertas merupakan tipikal novel chicklit 

[zamanku] Fw: Kota dan Budaya : Dominasi Kuasa Modal Atas Ruang Publik?

2009-10-09 Terurut Topik andre andreas


..sejak pemaknaan ruang bersama digeser dari bingkai nilai kultural dan 
fungsi
temu bersama merayakan kebersamaan menjadi hanya berbingkai lapangan tempat
panggung pameran dagang dengan kepentingan ekonomis
dan nilai ekonomis industri menggusurnya menjadi
pasar dagang jual beli.



Apakah itu fenomena modernitas, dalam arti,
rasionalitas (pola pikir kalkulasi untung-rugi)
dalam ekonomi modern mengganti bahkan menggusur ekonomi tradisional yang 
tukar-menukar kebutuhan hidup lewat
bahan-bahan tanaman, buah yang
disaling-tukarkan untuk kehidupan hari demi hari, sebelum uang dengan nilai 
tukarnya menggantikan ini semua?
 

dipetik dari paper Muji Sutrisno selengkapnya  Kota dan Budaya : Ruang
Publik, Titik Temunya? sebagai Rangkaian Studium Generale Philosophy in the 
City, kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF
Driyarkara Jakarta




selengkapnya


http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html











  

[zamanku] Info of the day: Mari Kita Ber Batik 2/10/09

2009-10-09 Terurut Topik L.Meilany
Mohon disebarkan info ini. TKS!

Let's wear Batik on 2nd Oct 2009! 


Tanggal 2 Oktober 2009 nanti, UNESCO -PBB mengukuhkan BATIK 
sebagai Warisan Budaya Dunia / World Heritage . 
Batik, asli berasal dari Indonesia sejak zaman Majapahit- CMIIW

Jika Anda merasa sebagai bangsa Indonesia, 
mari kita berbatik pada tanggal 2 Oktober 2009 

Inilah bentuk kepedulian kita pada budaya Indonesia
[pakailah batik buatan Indonesia jangan yg produk Malaysia atau China :-)]

lm


  

  



  

 




[zamanku] Lindungilah Batik melalui Hari Batik Nasional

2009-10-09 Terurut Topik MANG UCUP
Nelson Mandela dengan bangganya mengenakan baju batik, pada saat
pidato pertamanya sebagai Presiden Afrika Selatan (Mei 1994). Sebagai
hari pembebasan pemisahan ras kulit putih. Saya merasa salut kepada
Mandela, karena ia lebih sering dan lebih senang mengenakan baju batik
daripada jas. Entah dalam acara bagaimana formilnya sekalipun juga.
Baju batik ini di Afrika Selatan diberi nama Madiba. Konon batik
pertama kalinya diperkenalkan secara international oleh mantan
Presiden Soeharto pada saat konferensi PBB.

Ibu kandung dari Barack Obama – Ann Dunham terkenal sebagai kolektor
batik. Pada bulan Juni 2009 kemarin hasil koleksinya di pamerkan
diberbagai macam museum di Amerika - Barack Obama's Mother and
Indonesian Batiks. Pakaian dari disainer kondang Italy Prada bukan
hanya senang dipakai oleh perempuan papan atas sekarang ini saja,
bahkan ratusan tahun sebelumnya. Para bangsawan kerajaan jaman dahulu
mengenakan batik Prada atau Pinarada Mas adalah kain batik yang
ditulis dengan menggunakan serbuk emas murni.

Pada tanggal 2 Oktober nanti, UNESCO akan mengukuhkan batik Indonesia
sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) di Perancis. Hal inilah
yang mendorong saya melalui artikel ini untuk turut mempromosikan
Batik. Tetapi apa sebenarnya yang Anda ketahui tentang Batik?

Kata Batik itu sendiri diserap dari bahasa Jawa “amba” = menulis dan
“nitik”. Batik erat dikatikan dengan kebudayaan etnis Jawa, bahkan
sudah dikenal semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa
kerajaan Majapahit. Setelah akhir abad ke-XVIII batik mulai meluas
menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa. Batik secara
historis ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pada awalnya kesenian
batik ini hanya khusus untuk pakaian raja dan keluarga serta para
pengikutnya.

Dikerjakannya pun hanya terbatas di lingkungan kraton saja. Akhirnya
kesenian ini dibawa ke luar keraton oleh pra pengikut raja yang
tinggal di luar kraton, sehingga akhirnya menjadi pakaian rakyat.
Sampai awal abad ke-XX batik yang dihasilkan semuanya batik tulis yang
dikerjakan hanya oleh kaum perempuan. Membuat batik tulis membutuhkan
waktu dua sampai dengan tiga bulan.

Batik secara historis ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pembuatan
batik cap baru dikenal setelah perang dunia pertama. Ide pembuatan
batik cap ini timbul dari seorang Tionghoa yang bernama Kwee Seng dari
Banyumas. Sejak adanya produksi batik cap inilah kaum pria juga bisa
turut dikaryakan dalam pembuatan batik.

Pada awalnya batik dibuat dengan menggunakan kain mori. Dewasa ini
batik dibuat juga dari bahan-bahan lainnya misalnya sutera, rayon
ataupun poliester. Motif gambar batik dibentuk/ditulis dengan cairan
lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif
halus, atau kuas untuk motif berukuran besar. Kain yang telah selesai
dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan.
Panjangnya batik pada umumnya sekitar 2¼ meter.

Apakah Anda tahu bahwa di Pekalongan ada Museum Batik. Apabila Anda
lewat Pekalongan ajaklah anggota keluarga Anda untuk berkujung ke
Museum tersebut agar mereka juga bisa lebih mengenal dan lebih
mencintai Batik. Silahkan klik:
http://www.museumronggowarsito.org/english/jtg/jtg.asp?isi=pekalongan_batik

Sebagai akhir dari tulisan ini saya ingin mengajak rekan-rekan dan
para pembaca semua untuk turut mengkampanyekan Batik. Mulai dengan
menyebar luaskan oret-oretan ini maupun mengenakan pakaian batik pada
saat akhir pekan nanti. Dimulai pada hari Jumat tanggal 2 Oktober 2009
sebagai Batik Day. Marilah kita perjuangkan perlindungan Batik dengan
aksi nyata dari semua warga Indonesia, dimana kita merasa bangga
mengenakan pakaian batik melebihi daripada jas ataupun pakaian formil
lainnya.

Mari Mencintai Indonesia
Mari Berjuang untuk Indonesia
Mari lindungi Budaya Indonesia dan
mari batikan Indonesia
pada hari Batik Nasional

Mang Ucup
Email: mang.ucupatgmail.com
Homepage: www.mangucup.org
Facebook




Ingin bergabung di zamanku? Kirim email kosong ke: 
zamanku-subscr...@yahoogroups.com

Klik: http://zamanku.blogspot.comYahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/zamanku/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/zamanku/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:zamanku-dig...@yahoogroups.com 
mailto:zamanku-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
zamanku-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[zamanku] Suharto bersama Orde Barunya adalah najis bangsa

2009-10-09 Terurut Topik Umar Said
Tulisan kali ini  juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr/


Catatan A. Umar Said



Suharto bersama Orde Barunya

adalah najis bangsa



(Mohon dimaklumi terlebih dahulu, bahwa dalam tulisan kali ini terdapat
kalimat-kalimat yang bernada agak keras, yang disengaja untuk sekadar
menekankan persoalan-persoalan atau memperkuat ungkapan-ungkapan tertentu)





Kedatangan tanggal 30 September sekarang ini membuat berbagai kalangan di
Indonesia teringat kembali kepada pembunuhan besar-besaran terhadap jutaan
orang yang tidak bersalah (atau yang tidak berdosa apa-apa sama sekali !) di
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan tempat-tempat lainnya.



Hal yang demikian adalah baik sekali, karena pembunuhan besar-besaran yang
dilakukan di bawah pimpinan, atau pengarahan, atau hasutan militer dalam
tahun-tahun 1965-1966 merupakan kejahatan yang luar biasa besarnya sepanjang
sejarah bangsa Indonesia sampai sekarang. Kiranya, kejahatan terhadap peri
kemanusiaan yang merupakan aib besar dan dosa maha-berat ini  patut dikenang
terus dan dikutuk oleh seluruh bangsa, termasuk oleh anak cucu kita di
kemudian hari.



Sebab, mereka yang dibunuh ini kebanyakan adalah anggota (atau simpatisan)
PKI dan  berbagai organisasi massa buruh, tani, nelayan, prajurit, pegawai
negeri, wanita, pemuda, mahasiswa, pengusaha dan berbagai kalangan
masyarakat lainnya. Di samping itu juga telah ditahan atau dipenjarakan
1.900 000 orang (yang juga sudah terbukti dengan jelas sekali tidak bersalah
apa-apa sama sekali !) dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Ada yang
ditahan sampai puluhan atau belasan tahun, di antaranya di pulau Buru.



Disebabkan oleh  pembunuhan massal dan pemenjaraan jutaan orang-orang yang
umumnya adalah pendukung Bung Karno itu, maka puluhan juta istri para korban
tindakan militer ini (beserta anak-anak mereka) terpaksa hidup dalam
kesengsaraan atau penderitaan yang berkepanjangan. Banyak di antara mereka
sampai sekarang (tahun 2009) masih tetap menderita akibat tindakan militer
di bawah Suharto itu.



Memperingati peristiwa 65  adalah perlu sekali


Oleh karena itu, agaknya adalah baik sekali kalau setiap menghadapi 30
September berbagai kalangan masyarakat di Indonesia bisa mengadakan berbagai
kegiatan, dalam macam-macam bentuk dan cara, untuk memperingati peristiwa
besar berdarah ini. Sebab, dengan mengadakan berbagai ragam kegiatan ini,
bisa diangkat kembali berbagai aspek yang berkaitan dengan peristiwa 30
September, atau tindakan militer di bawah Suharto yang serba
sewenang-wenang, atau pengkhianatan terhadap Bung Karno, dan dibangunnya
diktatur militer Orde Baru.



Dengan selalu mengangkat kembali berbagai hal yang berkaitan dengan segala
kejahatan  militer terhadap para pendukung Bung Karno (terutama golongan
kiri yang dipelopori oleh PKI), maka makin nyatalah  -- dan dengan jelas
sekali pula ! -- bahwa para korban pembunuhan dan para tapol itu adalah
orang-orang yang tidak bersalah atau tidak berdosa apa-apa sama sekali !
(harap perhatikan, tanda seru lima kali). Yang bersalah besar atau yang
berdosa berat sekali  adalah justru pimpinan militer di bawah Suharto
(beserta segala jenis pendukungnya, antara lain Golkar). Hal ini adalah
sulit sekali dibantah.



Sekarang, sebelas  tahun sesudah turunnya Suharto dari jabatannya sebagai
presiden dan tumbangnya diktatur militer Orde Baru, keluarga para korban
pembunuhan massal dan pemenjaraan besar-besaran, yang selama 32 tahun
dibungkam suara mereka, dikucilkan, dan disiksa dengan

berbagai macam tindakan dan segala macam  peraturan-peraturan yang
aneh-aneh, mulai buka suara untuk menggugat segala perlakuan yang tidak
manusiawi yang berkepanjangan itu.



Menggugat dan mengutuk Orde Baru adalah benar dan luhur



Bahwa mereka menggugat, atau mengutuk segala tindakan kejam dan tidak
bermanusiawi itu adalah hal yang wajar, benar, luhur dan juga 100% sah-sah
saja. Adalah hak mereka yang terhormat dan juga mulia bahwa mereka menggugat
atau mengutuk berbagai kekejaman diktatur militer Suharto terhadap begitu
banyak orang itu ! Sebaliknya, tidak menggugat atau tidak mengutuknya adalah
sikap moral yang salah dan juga iman yang tidak sehat. Semua orang yang
berhati nurani bersih dan bernalar waras tidak akan menyetujui tindakan atau
politik rejim militer Suharto yang sudah menyengsarakan puluhan juta
bapak-ibu beserta anak-anak itu (sekali lagi : yang tidak bersalah apa-apa
itu !), dan dalam jangka waktu yang begitu panjang pula.



Selama puluhan tahun citra bangsa Indonesia telah dipermalukan atau dikotori
oleh aib besar yang dibikin oleh Suharto dkk. Nama Indonesia (baca :
Suharto) pernah menjadi olok-olok atau cemooh di banyak  kalangan di dunia
yang mencintai demokrasi, yang menghargai HAM, atau yang beradab. Berlainan
dengan Bung Karno yang berhasil menaikkan tinggi-tinggi derajat bangsa di
mata dunia, Suharto telah membikin jatuh nama bangsa Indonesia  di lumpur
busuk yang 

[zamanku] Prosa Kota-kota Imajiner : Renungan dan Imaginasi Tentang Kota

2009-10-09 Terurut Topik andre andreas




Amati sepintas
jalan-jalan yang kau lalui, mereka seolah halaman-halaman penuh tulisan : kota
itu mengatakan segala yang seharusnya kau pikirkan, membuatmu mengulang wacana
yang ia cetuskan, dan di saat kau percaya bahwa kau mengunjungi Tamara, kau
hanya merekam nama-nama yang ia gunakan untuk mendefinisikan dirinya dan semua
bagian-bagiannya.



(Kota-kota Imajiner, Italo Calvino, Fresh Book 2006, hal 14)

 

Para pelancong, yang datang, akan melihat dua buah kota: satu muncul di atas
danau, dan yang lainnya dipantulkan, terbalik. Tiada satu pun kehidupan yang
terjadi di Valdrada pertama yang tidak diulang di Valdrada yang kedua, karena
kota itu memang dibangun agar segala sesuatunya terpantul di cermin, dan
Valdrada yang ada di bawah air tak hanya berisi semua galur dan tonjolan muka
gedung yang ada di atas danau, tapi juga interior ruangan dengan langit-langit
dan lantai, perspektif bangsal-bangsal, cermin-cermin lemari pakaian.



(Kota-kota Imajiner, Italo Calvino, Fresh Book 2006, hal 18)

 

(baca juga 10 artikel renungan tentang kota, link terlampir)

 

Kota-kota Imajiner adalah terjemahan karya Italo Calvino
”Invisible Cities” yang diterbitkan oleh Fresh Book. Buku ini adalah salah satu 
karya yang masuk dalam
daftar bacaan prioritas penting saya saat ini. 



Pertama, karena proyek saya untuk mempelajari fenomena sosial perkotaan. Kedua,
karena minat saya pada sejarah. Setting novel ini adalah penuturan Marco Polo
kepada Kubilai Khan tentang kota-kota yang ia kunjungi dalam berbagai ekspedisi
yang dilakukannya 



Novel ini dibagi dalam sembilan bagian, dimana pada tiap awal bagiannya dibuka
dengan permenungan, percakapan dan dialog antara Marco Polo dan Kubilai Khan. 
Baru
kemudian dilanjutkan dengan beberapa bab yang berisi penuturan Marco Polo
tentang kota-kota yang ia kunjungi , juga kota-kota yang ditaklukan Khan



Namun demikian jangan salah duga, novel Kota-kota Imajiner ini bukanlah novel
sejarah atau memiliki pendasaran ilmiah. Walaupun saya menduga tentulah Italo
Calvino memang terinspirasi oleh catatan-catatan petualangan Marco Polo.



Paling tidak bagi saya buku ini dapat mengantar saya untuk masuk ke dalam jiwa
sebuah kota, memahami roh kota. Kota sebagai fenomena fisik, psikis sekaligus
sosial.



Disisi lain buku menjadi padanan yang menarik dari 2 buku sejarah yang belum
lama ini diterbitkan oleh Elex Media Komputindo yakni Marco Polo “Dari Venezia
ke Xanadu” (karangan Laurence Bergreen) dan Jalur Sutera “Dua Ribu Tahun di
Jantung Asia” (karangan Frances Wood).



Adapun novel Kota-kota Imajiner sebenarnya menghadirkan gambaran kota-kota
magis dan surealis. Saya tidak tahu benar apakah Italo Calvino memang
mendasarkan kisah ini dari fakta-fakta, baru kemudian dari sana mengangkat jiwa
kota ke dunia antah berantah, dunia magis sekaligus surealis.



Yang pasti saya sepakat dengan satu kutipan Sunday Times yang menyebutkan karya
Italo Calvino sebagai “sebuah meditasi yang indah dan subtil”.



Untuk itu saya mengajak anda untuk menikmati sejumput suasana meditatif ini
dari petikan-petikan karya ini sekaligus dari seri karya seni rupa fotografi
Paula C Magic Fly Paula's Photostream Invisible Cities yang sengaja
didedikasikan kepada Italo Calvino atas capaian cemerlang dari novel “Invisible
Cities”.

 

 

selengkapnya

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/meditasi-kota-kota-imajiner-invisible.html

 

 

 

 

e-book di lentera
di atas bukit tentang kota.

 

Imaginasi Kota
Masa Depan : Ruang Tinggal Dalam Kota 

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pameran-workshop-ami-ruang-tinggal.html

 

Culture 
Nature Kota yang Tunggang Langgang dan Linglung

Menafsir Wastu
dan Kota (bagian 1)

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/culture-nature-kota-yang-tunggang.html

 

Menemukan Wastu
Kota, Warga Sebagai Masyarakat Politik

Menafsir Wastu
dan Kota (bag 2)

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/menemukan-wastu-kota-warga-sebagai.html

 

Keberadaban Kota,
Kampung Hijau dan Romo Mangunwijaya

Wastu Kota :
BUKAN jalur hijau bebas rakyat, tetapi KAMPUNG HIJAU di bantaran sungai dengan
rakyat yang damai dan bahagia.

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-alam-keberadaban-kota-kampung.html

 

Ruang Rupa dan
Fenomena Sosial Perkotaan

Menemukan Wajah
Kita, Wajah Kota dalam Sinema, Humor, Komik, Hiruk Pikuk Transportasi Umum dan
Pemukiman 

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ruang-rupa-dan-fenomena-sosial.html

 

Kota dan Alam

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/memahami-kota-sebagai-suatu-sistem.html

 

Kota dan Budaya

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html

 

Komik Strip :
Nasionalisme Put On dan Sumpah Setia Pak Tuntung 

 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/komik-strip-nasionalisme-put-on-dan.html

 

Realisme
Syahrizal Pahlevi : Yang Melintas di Ring Road

Ngebut di Jalan Ring Road dan Ketidakadaban Politik Kota. 

[zamanku] Kisah of the day : Kinclong tapi Bolong

2009-10-09 Terurut Topik L.Meilany
Ramadhan telah berlalu namun ada kisah di penghujung ramadhan yang kiranya 
sayang untuk dilewatkan.
l.meilany
---
Kinclong, tapi Bolong
Oleh : Fradhyt Fahrenheit, Penulis Novel
KOMPAS, Jumat, 25 September 2009 | 02:45 WIB

Tiga hari menjelang Lebaran lalu, saya sedang menunggu teman-teman saya berbuka 
puasa bersama di sebuah restoran berputar nan mewah di salah satu gedung 
pencakar 
langit di Jakarta. Suasana begitu syahdu di ruangan ini, jauh berbeda dengan 
jalanan 
di bawah sana yang hiruk pikuk dan macet.

Di meja sebelah berkumpul tiga ibu muda. Mereka adalah para sosialita yang 
sering terlihat 
di berbagai pesta kalangan atas Jakarta. Di hadapan mereka tersaji hidangan 
melimpah 
ruah untuk berbuka puasa.

Tiba-tiba, salah satu dari mereka memaki di telepon genggam.

Tahu, enggak, Yem?! Baju itu seharga sepuluh tahun kamu kerja! Belum pernah 
dipakai, 
sudah kamu laundry?! Bego amat sih?! Pokoknya, harus sudah ketemu sebelum saya 
berangkat 
umrah besok! Kalau tidak, potong gaji dan kamu tidak boleh mudik! sergahnya.
Wah, Jeng Sisly jadi umrah? komentar satu temannya.
Biasa, Si Madame. Kalau Lebaran enggak ada bedinde sama tukang kebun, escape, 
deh! 
timpal temannya yang lain.
Oh iya, dong, habis umrah, kita langsung belanja ke Eropa. Aku lagi incar tas 
Louis Vuitton 
terbaru di Paris, sekalian ke London lihat konser 100 hari wafatnya Michael 
Jackson! ujar orang 
pertama yang ternyata bernama Jeng Sisly itu.

Saya cuma tersenyum memandang hiburan gratis itu. Tiba-tiba di meja lain, 
terdengar seorang 
bapak muda bergaya metroseksual tidak kalah heboh mengumpat di telepon 
genggamnya.
Pokoknya, saya tidak mau tahu, mobil harus sudah sampai besok pagi! Lebaran 
nanti buat saya 
pakai ke open house Pak Menteri! You minta servis yang bagus. Harga mobil itu, 
kan, hampir Rp 3 miliar?

Sungguh suasana buka puasa yang bikin bete. Apakah mereka tak tahu makna puasa? 
Mereka mengejar 
kesempurnaan dan tampang kinclong pada hari Lebaran dengan cara mencaci maki.

Akhirnya, teman-teman saya pun datang. Mereka suami istri dari keluarga 
pengusaha jamu terpandang 
dan tentu saja kaya. Mereka mengajak saya ikut berlebaran bersama para korban 
gempa di sebuah 
desa di Tasikmalaya. 
Mereka berencana membagi zakat dan sembako kepada para korban itu dan tak mau 
ada publikasi!

Ah, seandainya semua orang terkaya di Jakarta seperti sosok teman saya 
itu[lm]

-
l.meilany
011009



[zamanku] Mari mengheningkan cipta mengenang peristiwa G30S [2 Attachments]

2009-10-09 Terurut Topik teddy sunardi
Mari mengheningkan cipta mengenang peristiwa G30S yang mengakibatkan
tewasnya ratusan ribu bangsa Indonesia yang tidak berdosa...

Teddy


[zamanku] Upaya Editor Menghindari Frustrasi

2009-10-09 Terurut Topik Anwar Holid

Upaya Editor Menghindari Frustrasi
---Anwar Holid


Hampir dua bulan ini aku menangani dua naskah yang mirip. Secara prinsip, 
terjemahan naskah itu sudah benar. Setidaknya itulah klaim penerbit. Penerjemah 
naskah itu orang terkemuka dan ahli di bidangnya. Jadi secara keilmuan dia bisa 
diandalkan dan wawasannya mumpuni. Untuk sementara, aku sulit membantah klaim 
itu dan percaya omongan penerbit. 

Di ruang kerja sederhanaku, ketika siap-siap membedah naskah itu, barulah aku 
merasakan sulitnya menangani terjemahan itu. Memang tugas editor ialah 
meluweskan penuturan, memadukan inkoherensi paragraf, membuat keterbacaan 
naskah tinggi. Itu mirip tugas utama dokter ialah menyembuhkan pasien atau 
petugas kebersihan kota menyingkirkan sampah. Begitulah adanya. Tapi kalau kamu 
mendapati tugas kamu ternyata begitu bikin suntuk, terlalu sulit atau 
menggunung, wajar bila ia bikin stres atau frustrasi. Seorang striker bisa 
frustrasi dan kalap kalau terus-menerus gagal mencetak gol dan kesulitan 
mendobrak pertahanan lawan, atau kiper lawan terlalu tangguh. Kalau sifat 
ksatrianya cedera, dia bisa gelap mata dan akhirnya bertindak curang dengan 
melakukan diving. Tantangan setiap pekerjaan itu sama. Namun menyebalkan bila 
faktanya beban kamu terlalu berat. Ada yang salah, dan itu bukan salah kamu, 
melainkan proses sebelumnya atau kasusnya memang berat. Untuk itu
 kamu hanya harus tabah dan bertahan. Lakukan inovasi dan istirahat secukupnya.

Begitu menghadapi baris kalimat sulit, aku yakin ada yang salah dari 
penanganannya. Aku kerap kesulitan menangkap maksud kalimat itu sebenarnya apa. 
Bahasanya ribet. Banyak banget kalimat panjang melelahkan, bahkan bisa terdiri 
dari satu paragraf! Yang terdiri dari tiga - empat baris juga banyak. Polanya 
pun masih dalam bahasa sumber, dan kerap berbentuk negatif. Dalam kalimat 
panjang itu selalu ada sisipan anak kalimat berisi tambahan informasi, termasuk 
hal-hal trivial yang bahkan sering berulang di bagian sebelumnya. Ini jelas 
gaya sang penulis, dan penerjemah membiarkannya. Bikin capek baca, dan energiku 
terkuras dengan cepat. Penerbit suka menggampangkan kondisi ini, bilang bahwa 
beban editor ringan. Padahal meluweskan bahasa, dengan penyampaian yang enak 
itu penting sekali dalam sebuah buku. 

Kalimat pendeknya saja suka membingungkan. Contoh: Pidatonya merupakan yang 
tidak lazim antara kepalsuan dan sifat agresif yang terang-terangan. Maaf, ini 
apa maksudnya?

Kalimat panjangnya antara lain begini: Al-Quran menjasadkan di depan mata kita 
suatu gambaran yang hidup, dan menggerakkannya pada lebih dari satu arah, untuk 
mengimbau orang-orang yang merasa tidak berdaya itu untuk membebaskan diri dari 
tekanan, sejak sekarang, agar kelak mereka tidak menghadapi konsekuensinya 
sesudah mereka mati, dengan sikap menyerah pada kelemahan diri, sebagai suatu 
unsur yang sangat diperingatkan untuk dijauhi.

Kekuatan-kekuatan hegemonis itu, yang menganggap kemajuan ilmu pengetahuan dan 
teknologi bangsa merdeka dan mandiri sebagai ancaman terhadap monopoli mereka 
dalam instrumen kekuasaan yang penting ini dan yang tidak ingin melihat 
keberhasilan yang sama di negara-negara lain, telah salah mengartikan teknologi 
nuklir Iran yang terjaga dan aman sebagai usaha untuk membuat senjata nuklir.

Bagaimanapun, kalau ada kebebasan pribadi yang akan dipertahankan mati-matian 
oleh seseorang di dunia modern, itu adalah haknya yang tidak boleh diingkari 
untuk menyaksikan pertandingan sepakbola di televisi, dan kuatnya dorongan 
pandangan umum, bahkan di kalangan Islam fundamentalis dengan kepala yang penuh 
dengan dalih-dalih teologis untuk menentangnya, pemerintah terpaksa menayangkan 
pertandingan sepakbola di televisi.

Halo... rasanya aku menerima sandi dari alien. 

Seberapa besar usaha seorang editor menyunting kalimat itu, berapa lama waktu 
yang dia butuhkan? Atau sebaliknya, seberapa toleran dia boleh bilang bahwa 
kalimat itu sudah jernih?

Kondisi itu membuat tugasku mengubah penyampaian agar luwes, lincah, mudah 
dicerna, dan lancar justru bakal paling besar menyita energi. Memoles dan 
melenturkan kalimat itu kerap butuh coba-coba dan mengutak-atik dulu sebelum 
akhirnya menemukan penyampaian yang paling pas. Butuh waktu dan energi besar. 
Bayangkanlah pekerja furnitur kayu jati yang mengamplas ukiran kasar menjadi 
halus. Dia melakukannya berhari-hari, terpaksa harus menghirup hamburan 
serbuknya, dengan tenaga yang hebat. Itulah kerja keras. Itulah yang juga harus 
dihadapi penyunting bila menemukan kalimat-kalimat kasar, penuh gerinjul, 
menyulitkan makna.

Saking sebal, aku berprasangka penerjemah ini mungkin awalnya berpikir bahwa 
pekerjaannya sudah keren, jadi dia serahkan ke penerbit. Coba kalimat-kalimat 
berlepotan dan penuh lumpur itu dibiarkan, lantas langsung dibungkus dan 
ditawarkan ke publik. Aku yakin seminggu kemudian pembacanya pada sakit kepala. 
Atau mereka langsung melemparkannya ke tong sampah. Aku jadi ingat pelajaran 
pertama 

[zamanku] 20 E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana

2009-10-09 Terurut Topik andre andreas




Urgensi Hidup di Wilayah Cincin
Api*  

 

Tanpa melupakan prioritas utama bagi
penanganan korban/tanggap darurat atas rangkaian bencana yang terjadi di
Sumbar, Jambi dan Bengkulu
atau tahap rehabilitasi di wilayah bencana lainnya,  ada urgensi yang
tidak bisa ditunda lagi untuk mempercepat tumbuhnya (atau revitalisasi)
masyarakat sadar bencana dan masyarakat tanggap bencana. 

 

Berikut adalah kompilasi 20 E-book/Buku
Online yang semoga relevan untuk mendorong tumbuhnya Masyarakat Sadar Bencana
dan Masyarakat Tanggap Bencana. 

 

Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskan
bacaan-bacaan ini. Selain itu mohon bantuannya untuk memberikan referensi
buku-buku online atau artikel yang relevan.

 

salam
solidaritas untuk saudara yang berduka dan berbeban berat serta doa untuk yang
berpulang. amin

 

E-Book Manual
Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PPBM) 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-manual-panduan-penanggulangan.html

 

E-Book Serial Komik
Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-komik-panduan-penanggulangan.html

 

E-Book Publikasi
Untuk Keadaan Darurat

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book.html

 

E-Book Rencana Aksi
Nasional Pengurangan Resiko Bencana 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-rencana.html

 

E-Book Upaya
Organisasi Masyarakat Sipil dalam Pengurangan Resiko Bencana

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-upaya.html

 

E-Book- Prinsip-prinsip Panduan Bagi Pengungsian Internal PBB

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-prinsip.html

 

E-Book Partisipasi Anak-Anak Dalam Situasi Konflik
dan Bencana 

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book_02.html

 

E-Book Pedoman
Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-pedoman.html

 

 

Lain-lain : 

 

E-Book :
Kapitalisme Bencana dan Bencana Kapitalisme

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/seri-lawan-neoliberalisme.html

 

TAJUK RENCANA

Jumat,
2 Oktober 2009 | 04:58 WIB

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/02/0458077/tajuk.rencana

Urgensi Hidup di Cincin Api

Masih
segar ingatan kita pada kejadian siang 2 September lalu, ketika sejumlah tempat
di Jawa, Bali, dan Sumatera diguncang gempa besar.

 

Dampak
gempa itu belum sepenuhnya selesai kita tangani, pada Rabu (30/9) petang gempa
besar kembali mengguncang Indonesia. Kali ini guncangan besar berukuran 7,6 
skala Richter melanda Sumatera
Barat.

 

Dari
apa yang kita ikuti melalui berita, sungguh dahsyat gempa yang terjadi di
Sumatera Barat ini, khususnya di Kota Padang yang porak poranda. Menjadi
harapan kita, korban yang tertimbun dapat segera dievakuasi dan korban selamat
dapat diberikan pertolongan sebaik-baiknya.

 

Mari
kita singsingkan lengan baju untuk menolong saudara kita yang kini menderita
akibat bencana alam yang hebat ini. Solidaritas, satu perasaan, itulah yang
kita yakini dapat meringankan hati para korban.

 

Kita
juga berharap program tanggap darurat pemerintah dapat diimplementasikan dengan
efektif. Efektivitas itu antara lain diperlihatkan dengan kecepatan memberikan
pertolongan.

 

Memang,
sekarang ini fokus dan prioritas sepenuh-penuhnya kita pusatkan untuk
mengevakuasi korban yang terjepit dan tertimbun dalam reruntuhan, lalu
selekas-lekasnya memberikan pertolongan medis kepada korban yang luka-luka.
Kita tangani pula korban yang kehilangan tempat tinggal, yang mungkin harus
tinggal dalam tenda yang dingin.

 

Selanjutnya,
manakala suasana sudah lebih baik, sebaiknya kita memikirkan langkah serius
guna meminimalkan dampak dan jumlah korban gempa.

 

 

Misalnya
saja untuk bantuan, sudah waktunya kita menyiapkan sarana pengiriman selain
materi bantuannya sendiri. Soal-soal ini sudah waktunya kita pikirkan serius
agar kita ke depan tidak setiap kali kaget oleh bencana.

 

Pada
dasarnya, kita perlu menginventarisasi lebih cermat perlengkapan keselamatan
bagi kita yang ditakdirkan hidup di Cincin Api, kawasan yang dikelilingi gunung
berapi dan lempeng tektonik aktif. Ini kita angkat agar kita tidak lalai.

 

Apa
yang kiranya bisa disebut sebagai tanggung jawab dan kewajiban dalam kaitan
ini? Antara lain, kita membutuhkan lebih banyak lagi ahli gempa, yang akan
membuat peta lengkap kawasan bencana. Mereka juga bertugas melakukan riset dan
pemantauan.

 

Dengan
demikian, kita akan bisa membuat persiapan lebih baik, seperti menyiagakan
kawasan yang rawan bencana; kita latih penduduknya untuk menghadapi setiap
kemungkinan bencana. Program mitigasi—upaya untuk meminimalkan dampak
bencana—kita jadikan sebagai bagian dari gaya hidup warga; kita siagakan
alat-alat ekskavasi berat di kawasan bencana karena satu hari nanti gempa akan
terjadi lagi.

 

Pekerjaan
lain masih 

[zamanku] Semua Harus Siap Siaga : Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api (Ring of Fire)

2009-10-09 Terurut Topik andre andreas




Semua Harus Siap
Siaga. Bencana Gempa Akan Terus Terjadi


Senin, 5 Oktober 2009 | 03:40 WIB

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/05/03402132/semua.harus.siap.siaga


(Simak juga 20
E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana)

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/20-e-book-menuju-masyarakat-sadar.html


Jakarta,
Kompas - Semua harus siap siaga karena bencana gempa belum
berakhir. Untuk itu, penyebarluasan informasi tentang ancaman bencana
diperlukan sebagai upaya antisipasi agar jumlah korban dapat dieliminasi.


Di sisi lain, masih banyak pemerintah daerah yang
tidak tahu ancaman bencana dan kerawanan bencana di daerah masing-masing.


Selain itu, saat ini perlu segera dilakukan
evaluasi skala nasional menyangkut kondisi geologis dan kondisi
bangunan-bangunan di setiap wilayah.


Demikian antara lain yang terungkap dari sejumlah
wawancara yang dilakukan Kompas, Sabtu dan Minggu (3-4/10), dengan Direktur
Humanitarian Forum, yang juga anggota Presidium Masyarakat Penanggulangan
Bencana Indonesia, Hening Suparlan, Ketua Tim Kajian Likuifaksi dan Tanah
Longsor Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Adrin
Tohari, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral Surono, dan Kepala Bidang Geodinamika Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cecep Subarya.


”Semua orang harus paham akan ancaman bencana
yang ada di sekitarnya sehingga mampu hidup bersama situasi bencana tersebut,”
ujar Hening menjelaskan.


Individu harus
paham


Hening menegaskan, semua individu harus paham
sehingga bisa mengantisipasi bagaimana saat terjadi gempa.


Individu tersebut, pertama, harus mampu
melindungi dirinya sendiri. Kedua, harus menginformasikan kepada keluarganya
bagaimana melindungi diri mereka. Ketiga, harus mampu melindungi harta
bendanya.


”Mengingatkan keluarga itu penting karena mungkin
saat bencana datang, ia tidak bersama keluarganya. Mungkin istri atau suami di
tempat lain, anak di sekolah, lalu mereka itu harus bagaimana. Ia harus memberi
tahu bagaimana cara-cara penyelamatan diri. Soal harta benda, misalnya mereka
lalu mengasuransikan harta bendanya, menyimpan barang-barang berharga dengan
lebih aman, mengatur listrik agar tak mudah terjadi hubungan pendek, mengatur
jalur evakuasi di rumah, dan lain-lain,” ujar Hening.


Hal senada dikatakan Surono. ”Untuk itu, butuh
kerja sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintahan terkecil. 
Indonesia
merupakan negeri rawan bencana sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu
merespons bencana dengan benar,” katanya.


Tugas
memberikan informasi secara luas kepada publik ada di tangan pemerintah daerah.
Masalahnya, kata Hening, ”Masih jarang pemerintah daerah yang mengerti ancaman
bencana yang ada di daerahnya, termasuk bencana gempa.”


Ia
mencontohkan, setelah terjadi bencana gempa besar di Yogyakarta tahun 2006, ada
bupati yang langsung mencari tahu tentang kondisi daerahnya, tentang ancaman
bencana di daerahnya, ke ITB. ”Ia tak ingin kejadian serupa terjadi di
wilayahnya,” ujarnya


Kendala
lain, kata Surono, adalah jarak kebijakan dengan dampak kepada masyarakat
sering kali jauh karena saat penyusunannya belum tentu melibatkan masyarakat
dengan baik. ”Kebijakan itu harus disusun bersama-sama masyarakat. Masukan dari
para ahli sangat penting,” katanya.


Evaluasi segera


Adrin
dan Surono menegaskan perlunya pemerintah daerah segera mengevaluasi kondisi
wilayah masing-masing menyangkut kondisi geologis dan memeriksa struktur
bangunan demi mengurangi risiko bencana.


”Demi
keselamatan warga, evaluasi harus dilakukan segera. Kejadian di Padang dan
Jambi patut menjadi pelajaran penting bagi daerah lain,” kata Adrin.

Surono
menekankan, ”Belum terlambat bagi setiap daerah untuk memeriksa kondisi
wilayah, terutama bangunan seperti hotel atau kantor yang biasa menjadi tempat
berkumpul banyak orang.”


Ambruknya
Hotel Ambacang di Kota Padang menjadi contoh penting perlunya analisis risiko
segera dilakukan.


Kewaspadaan
ekstra patut dimiliki daerah ”langganan” gempa. Getaran yang datang rutin
secara teknis melemahkan struktur bangunan yang dirancang kuat sekalipun.

”Kasus Hotel Ambacang bisa jadi terkait
gempa-gempa kecil sebelumnya yang rutin terjadi di Kota Padang,
terutama sejak tahun 2005,” kata Adrin. Oleh karena itu, evaluasi berkala
penting dilakukan pengelola gedung atau bangunan.


Untuk mengurangi risiko tersebut, tata ruang yang
tepat disesuaikan dengan kerawanan bencana gempa juga dibutuhkan. Saat ini,
menurut Cecep, Rancangan Undang-Undang Tata Informasi Geospatial Nasional yang
di dalamnya mengatur antara lain tentang perencanaan tata ruang wilayah
nasional masih digodok di DPR.


”Yang saya khawatirkan adalah pelaksanaannya
nanti kalau sudah disahkan. Siapa yang akan mengecek apakah UU itu
dilaksanakan. Apakah izin mendirikan bangunan itu juga sudah menyertakan syarat
yang sesuai dengan standar bangunan tahan gempa?” kata Cecep yang terlibat
aktif 

[zamanku] Undangan Diskusi : Titik Temu Agama-agama dari Sudut Pandang Islam

2009-10-09 Terurut Topik yudha renesanto
National Integration Movement kembali menggelar Diskusi Kebangsaan
yang akan menghadirkan seorang tokoh Islam yang kontroversial, merupakan
imam perempuan satu-satunya di dunia, juga seorang penulis buku yang
berjudul 'Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Text from a Woman's
Perspective', *Amina Wadud.*

Diskusi ini akan mengambil tema
*Titik Temu Agama-agama dari Sudut Pandang Islam*'.
Seru ? Pastinya!! Jangan sampai terlewat,

*Hari Sabtu, 10 Oktober 2009
Pukul 16.00 - 17.30 WIB
Di One Earth Retreat Center
Jl Raya Bukit Pelangi KM 2
Ciawi - Bogor*

Info dan pendaftaran hubungi Isti (0818.0894.1999)

Wass,


[zamanku] The demise of the dollar

2009-10-09 Terurut Topik teddy sunardi
Apakah hal ini tidak akan mempengaruhi pasar negara2 macam Indonesia?

http://www.independent.co.uk/news/business/news/the-demise-of-the-dollar-1798175.html

The demise of the dollar


In a graphic illustration of the new world order, Arab states have
launched secret moves with China, Russia and France to stop using the
US currency for oil trading

By Robert Fisk

Tuesday, 6 October 2009

In the most profound financial change in recent Middle East history,
Gulf Arabs are planning – along with China, Russia, Japan and France –
to end dollar dealings for oil, moving instead to a basket of
currencies including the Japanese yen and Chinese yuan, the euro, gold
and a new, unified currency planned for nations in the Gulf
Co-operation Council, including Saudi Arabia, Abu Dhabi, Kuwait and
Qatar.


Secret meetings have already been held by finance ministers and
central bank governors in Russia, China, Japan and Brazil to work on
the scheme, which will mean that oil will no longer be priced in
dollars.

The plans, confirmed to The Independent by both Gulf Arab and Chinese
banking sources in Hong Kong, may help to explain the sudden rise in
gold prices, but it also augurs an extraordinary transition from
dollar markets within nine years.

The Americans, who are aware the meetings have taken place – although
they have not discovered the details – are sure to fight this
international cabal which will include hitherto loyal allies Japan and
the Gulf Arabs. Against the background to these currency meetings, Sun
Bigan, China's former special envoy to the Middle East, has warned
there is a risk of deepening divisions between China and the US over
influence and oil in the Middle East. Bilateral quarrels and clashes
are unavoidable, he told the Asia and Africa Review. We cannot lower
vigilance against hostility in the Middle East over energy interests
and security.

This sounds like a dangerous prediction of a future economic war
between the US and China over Middle East oil – yet again turning the
region's conflicts into a battle for great power supremacy. China uses
more oil incrementally than the US because its growth is less energy
efficient. The transitional currency in the move away from dollars,
according to Chinese banking sources, may well be gold. An indication
of the huge amounts involved can be gained from the wealth of Abu
Dhabi, Saudi Arabia, Kuwait and Qatar who together hold an estimated
$2.1 trillion in dollar reserves.

The decline of American economic power linked to the current global
recession was implicitly acknowledged by the World Bank president
Robert Zoellick. One of the legacies of this crisis may be a
recognition of changed economic power relations, he said in Istanbul
ahead of meetings this week of the IMF and World Bank. But it is
China's extraordinary new financial power – along with past anger
among oil-producing and oil-consuming nations at America's power to
interfere in the international financial system – which has prompted
the latest discussions involving the Gulf states.

Brazil has shown interest in collaborating in non-dollar oil payments,
along with India. Indeed, China appears to be the most enthusiastic of
all the financial powers involved, not least because of its enormous
trade with the Middle East.

China imports 60 per cent of its oil, much of it from the Middle East
and Russia. The Chinese have oil production concessions in Iraq –
blocked by the US until this year – and since 2008 have held an $8bn
agreement with Iran to develop refining capacity and gas resources.
China has oil deals in Sudan (where it has substituted for US
interests) and has been negotiating for oil concessions with Libya,
where all such contracts are joint ventures.

Furthermore, Chinese exports to the region now account for no fewer
than 10 per cent of the imports of every country in the Middle East,
including a huge range of products from cars to weapon systems, food,
clothes, even dolls. In a clear sign of China's growing financial
muscle, the president of the European Central Bank, Jean-Claude
Trichet, yesterday pleaded with Beijing to let the yuan appreciate
against a sliding dollar and, by extension, loosen China's reliance on
US monetary policy, to help rebalance the world economy and ease
upward pressure on the euro.

Ever since the Bretton Woods agreements – the accords after the Second
World War which bequeathed the architecture for the modern
international financial system – America's trading partners have been
left to cope with the impact of Washington's control and, in more
recent years, the hegemony of the dollar as the dominant global
reserve currency.

The Chinese believe, for example, that the Americans persuaded Britain
to stay out of the euro in order to prevent an earlier move away from
the dollar. But Chinese banking sources say their discussions have
gone too far to be blocked now. The Russians will eventually bring in
the rouble to the basket of currencies, a prominent Hong Kong