[Keuangan] Jaya Suprana: Diskriminasi Layanan Kesehatan

2009-12-11 Terurut Topik anton ms wardhana
diambil dari koran-digital. sumber asli kompas cetak

untuk tujuan mulia, semoga berhasil..
dan semoga bisa terasakan manfaatnya oleh orang banyak..

cuman numpang nanya nih: dana BOK itu asalnya darimana ya ? ngebebanin
APBN/APBD nggak ?
dalam situasi yang seperti ini, apa memang kekuatan dana anggaran kita sudah
mencukupi ?

oke deh ini tujuannya mulia. tapi kalo untuk tujuan mulia ini, rakyat juga
yang dihantam dari sisi lain untuk mencukupi anggaran.. ya sama juga bohong
sih :)
tapi itu kan kalau.. semoga saja tidak

*BR, ari.ams
s91/a97
*

-- Pesan terusan --
Dari: korandigital
Tanggal: 12 Desember 2009 08:22
Subjek: Jaya Suprana: Diskriminasi Layanan Kesehatan

*Diskriminasi Layanan Kesehatan
Sabtu, 12 Desember 2009 | 05:02 WIB
*Jaya Suprana*
*
Di tengah banjir berita yang menyesakkan, ada berita yang menyegarkan.

Konon, jika Depdiknas memiliki program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), Depkes segera mengeluarkan program Biaya Operasional Kesehatan
(BOK). Demikian Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih saat
melakukan kunjungan kerja di Kupang, Sabtu (28/11).

Menurut Menkes, program BOK merupakan upaya kesehatan berbasis
masyarakat yang tidak diberikan kepada setiap individu, tetapi
disalurkan langsung ke posyandu dan puskesmas. Menkes agaknya menghayati
makna kegiatan posyandu dan puskesmas sebab dia sempat bekerja di jalur
ini sampai pelosok pedesaan.

**Belas kasihan*
*
Semangat Menkes itu agaknya ingin menjabarkan salah satu asas Pancasila,
yaitu kemanusiaan. Melalui BOK dapat diharapkan jangkauan pelayanan
kesehatan bisa lebih merambah dan merata sampai masyarakat di daerah
tertinggal.

Posyandu dan puskesmas memang merupakan salah satu karsa dan karya
pelayanan kesehatan Indonesia yang dihargai WHO sebagai model pelayanan
kesehatan negara berkembang. Apalagi didukung BOK secara konsekuen dan
konsisten di tatalaksana, maka kepemerintahan SBY layak dipuji karena
memerhatikan dan memedulikan nasib rakyat di kawasan rural. Belas
kasihan memang merupakan citra peradaban dan kebudayaan manusia nan
adiluhur dan adiluhung.

Tanpa mengurangi penghormatan dan penghargaan terhadap semangat belas
kasihan, di sisi lain perlu disadari, secara politis maupun teknis
profesional operasional manajerial, sebenarnya belas kasihan memiliki
daya ausdauer relatif bernapas pendek, maka lebih potensial sebagai
upaya penanggulangan masalah jangka pendek ketimbang jangka panjang.
Secara hakiki semangat belas kasihan lebih mandraguna untuk penanganan
masalah gawat darurat seperti bencana alam atau kecelakaan, namun kurang
bernapas panjang demi mampu menanggulangi permasalahan jangka panjang
seperti sistem pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh skala
nasional.

Apa yang disebut belas kasihan lebih merupakan suatu spirit ketimbang
keterampilan manajerial untuk menata laksana suatu kegiatan operasional
organisasional apalagi secara gigantis, seperti mempersembahkan keadilan
pelayanan kesehatan bagi ratusan juta rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke.

Harus disadari dan diakui, semangat saja belum cukup untuk benar-benar
mau dan mampu menata laksana pelayanan kesehatan nasional Indonesia.
Masih dibutuhkan imbuhan dukungan apa yang disebut sistem.

**”E-government”*
*
Dalam skala lebih regional, sebenarnya sejak tahun 2000 di bumi
Nusantara sudah ada model sistem pelayanan kesehatan masyarakat gratis
nondiskriminatif yang hingga kini sudah terbukti empirik mampu berfungsi
optimal. Tentu tidak secara begitu saja Museum Rekor-Dunia Indonesia
menganugerahkan piagam penghargaan atas rekor Kabupaten Pertama yang
memberi pendidikan sekaligus pelayanan kesehatan gratis kepada warganya
kepada Kabupaten Jembrana di ujung barat Pulau Bali .

Kabupaten Jembrana di bawah kepemimpinan Bupati Prof Dr Drg I Gede
Winasa itu terbukti mau dan mampu memberi pelayanan kesehatan secara
gratis bagi seluruh warganya bukan hanya dengan semangat belas kasih,
tetapi juga atas dukungan pemikiran manajerial operasional yang berhasil
membentuk sistem pelayanan kesehatan masyarakat secara lengkap, terpadu,
dan profesional.

Bupati Jembrana tidak mampu meniru gaya Sultan Hassanal Bolkiah dari
Brunei yang memiliki dana berlimpah hingga mampu membiayai pelayanan
kesehatan rakyatnya. Bupati Jembrana yang guru besar ilmu kedokteran
gigi itu sekadar membentuk sistem asuransi regional. Caranya sederhana,
yaitu memaksakan sistem e-government mengomputerisasi KTP warga demi
membuat database warga agar dapat akurat diberi subsidi asuransi
kesehatan yang diambil dari anggaran daerah.

Anggaran itu sengaja dirancang demi menyubsidi asuransi bagi segenap
warga Kabupaten Jembrana yang sebenarnya relatif paling kurang menikmati
hasil industri pariwisata Pulau Dewata akibat letak geografisnya relatif
terpencil di sudut barat tanpa daya atraksi pariwisata.

Meski demikian, berkat manajemen kepemerintahan yang efisien dan bersih
setiap tahun, Kabupaten Jembrana malah surplus akibat ”gagal”
menghamburkan anggaran.

Berdasar fakta 

Re: [Keuangan] Jaya Suprana: Diskriminasi Layanan Kesehatan

2009-12-11 Terurut Topik si Nung
On 12 Dec 2009 at 8:51, anton ms wardhana wrote:

 
 Bupati Jembrana tidak mampu meniru gaya Sultan
 Hassanal Bolkiah dari Brunei yang memiliki dana
 berlimpah hingga mampu membiayai pelayanan
 kesehatan rakyatnya. Bupati Jembrana yang guru
 besar ilmu kedokteran gigi itu sekadar membentuk
 sistem asuransi regional. Caranya sederhana, yaitu
 memaksakan sistem e-government mengomputerisasi
 KTP warga demi membuat database warga agar dapat
 akurat diberi subsidi asuransi kesehatan yang
 diambil dari anggaran daerah. 

kalau dibilang sebagai cara yg sederhana,
kelihatannya kok sepertinya terlalu menyederhanakan ...
banyak penghematan di sektor lain utk membiayai dana pendidikan dan kesehatan 
di jembrana,

sebagai pembanding, berikut kutipan makalah Agus Fanar Syukri

TINJAUAN SOSIO TEKNOLOGI ATAS PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
PUBLIK DI KABUPATEN JEMBRANA BALI

5.2 Reformasi Birokrasi Pemda Jembrana

Di bawah kepemimpinan Bupati I Gede Winasa,
yang terpilih selama dua periode, Jembrana
memiliki keunggulan dalam kebijakan pelayanan
publik, yang sangat prorakyat.

Di tengah keterbatasan PAD daerahnya,
Jembrana sejak tahun 2001 telah
membebaskan siswa sekolah negeri dari biaya
SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) sejak
tingkat SD hingga SMU atau sederajat. Bahkan,
para siswa juga dibantu dengan meminjamkan
buku-buku paket pelajaran. Sedangkan untuk
sekolah swasta, Pemkab Jembrana
menyediakan bantuan berupa beasiswa bagi
sejumlah siswa berprestasi.

Pada saat yang sama, masyarakat
dibebaskan dari biaya pelayanan kesehatan
dasar, seperti biaya rawat jalan dari kunjungan
ke puskesmas atau rumah sakit. Biaya
kesehatan baru dipungut secara normal, ketika
penderita harus rawat inap. Namun tetap saja
ada pengecualian pelayanan gratis bagi mereka
yang benar-benar dari keluarga miskin.

Khusus untuk menggratiskan pendidikan
dan biaya kesehatan dasar itu, Pemkab
Jembrana pada tahun 2005, mengalokasikan
anggaran lebih dari Rp 110 miliar. Dari total
alokasi itu, sekitar Rp 89 miliar merupakan
subsidi untuk menggratiskan pendidikan dan Rp
20 miliar lebih lainnya untuk subsidi kesehatan.

Tidak hanya itu, para petani sawah
dibebaskan dari beban pajak bumi dan
bangunan (PBB) atas lahan pertanian yang
mereka milik. PBB atas lahan sawah di
Jembrana bernilai total sekitar Rp 670 juta.

5.3 Sistem Pelayanan Satu Pintu dengan dukungan TIK

Terkait kebijakan perizinan serta pelayanan akta
catatan sipil dan bidang kependudukan, yang
jumlah totalnya ada 57 jenis (perizinan 50 jenis,
pelayanan akta catatan sipil 5, dan pelayanan
bidang kependudukan 2), cukup dilayani dalam
satu pintu. Untuk proses perizinan yang
memerlukan pengecekan ke lapangan, waktu
prosesnya paling lama 14 hari kerja, sedangkan
jenis lainnya hanya 3 tiga hari.

Jika melihat sistemnya, tertutup kesempatan
bagi pejabat untuk bertatap muka langsung
dengan warga, sehingga mempersempit
kesempatan bagi pejabat melakukan pungutan
liar atau korupsi terhadap warga.

Masyarakat yang membutuhkan perizinan
cukup mendatangi kantor bupati, lalu membaca
berbagai persyaratan yang diperlukan melalui
papan publikasi atau layar sentuh komputer
(touch screen) yang telah tersedia. Setelah
melengkapi persyaratan, berkas yang telah
diregistrasi langsung dimasukkan melalui kotak
khusus yang secara otomatis terbuka dan
tertutup setelah warga bersangkutan menekan
tombolnya. Sistem pelayanan satu pintu
tersebut, menggunakan dukungan jaringan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
sebagai back office birokrasi pemda Jembrana
Bali.

Dukungan TIK juga dipakai di sistem
pergudangan. Seluruh barang pengadaan harus
melalui gudang khusus. Dengan demikian, bisa
ditekan kemungkinan korupsi melalui kuitansi
fiktif atau penggelembungan harga dan bentuk
manipulasi lainnya, sehingga kabupaten
Jembrana selama sekitar 6 tahun terakhir, tidak
pernah lagi mengalokasikan anggaran untuk
membeli kendaraan baru. Bahkan, dengan
berbagai terobosan yang bersumber dari inovasi
dan efisiensi itulah, dihasilkan penghematan
biaya anggaran 20-50%, sehingga dapat
digunakan untuk menggratiskan biaya
pendidikan dan kesehatan, bahkan untuk proyek
pembangunan lainnya.

==

selengkapnya sila baca di :

http://www.bsn.go.id/files/@LItbang/Formulir%20JS%20Vol%209%20No%202%202007/5%20-%20Tinjauan%20Sosio%20Teknologi%20atas%20Penerapan%20Standar%20Pelayanan%20Publik.pdf
atau
buku : standar pelayanan publik pemda : berdasarkan iso 9001/iwa-4,
penulis Agus Fanar Syukri,
penerbit kreasi wacana, bantul 55182
halaman : 33 - 34
(sayang buku yg sinung lihat halaman 41, dan 52 hilang)

sinung








/*-sig-

http://www.radarjogja.co.id/berita/internasional/5218-pseudo-democracy-demokrasi-kedoknya-demokrator-muaranya.html

http://www.republika.co.id/koran/14/60867/Hari_Jilbab_Dunia_Mengenang_wafatnya_Sahidah_Pembela_Jilbab

-sig-*/