RE: [Dokter Umum] Vaksin penyebab autis
Mas, vaksin HepB dan HiB yg bebas Thimerosal (skrg menggunakan Aluminium Hidroksida) sudah banyak beredar kok... Sebelum anaknya divaksin, minta aja brosur vaksinnya dan baca preservative yg digunakan. Setahu saya Vaksin HepB yg bebas thimerosal spt Engerix, sdg yg Euvax ada thimerosalnya. Kalo vaksin HiB spt TetraHiB (kombinasi DPT dan HiB) juga bebas Thimerosal. But anyway, debat ttg thimerosal ini sdh lama. Dan katanya belum bisa dibuktikan secara ilmiah penggunaan thimerosal mempengaruhi perkembangan syaraf anak. Yg lebih penting, resiko akibat tidak divaksin probabilitasnya dan consequences nya jauh lebih besar. Hepatitis B itu silent killer no.1 atau no. 2 di sini (disamping penyakit jantung). Sedang HiB bisa menyebabkan meningitis (radang selaput otak) yg berakibat kematian ataupun cacat menetap akibat kerusakan otak. DSA saya bilang kebanyakan kasus meningitis di RSCM akibat HiB ini yg bisa dicegah dgn vaksin. Jadi dunia medis adalah dunia 'menimbang2 antara risk and benefit'... Be wise... Rgds, Hendarwin E-mail : [EMAIL PROTECTED] Office : (021)-7854-9437 Business Phone: 0812-909-797-1 From: dokter_umum@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Dodik Kurniawan Sent: Wednesday, August 02, 2006 10:21 PM To: dokter_umum@yahoogroups.com Subject: Re: [Dokter Umum] Fwd: [smpn1_ptk] Fw:Info : Vaksin penyebab autis mana dokternya hayoo kasih penjelasan dong ?? - Original Message - From: Tri Harry Budi Nugraha To: z Sent: Wednesday, August 02, 2006 7:44 PM Subject: [Dokter Umum] Fwd: [smpn1_ptk] Fw:Info : Vaksin penyebab autis Dokter, mohon pencerahan nih. terima kasih. - ARRY - Budi Santosa [EMAIL PROTECTED] mailto:Budi.Santosa%40asuransibintang.com wrote: To: [EMAIL PROTECTED] mailto:smpn1_ptk%40yahoogroups.com From: Budi Santosa [EMAIL PROTECTED] mailto:Budi.Santosa%40asuransibintang.com Date: Wed, 2 Aug 2006 13:51:19 +0700 Subject: [smpn1_ptk] Fw:Info : Vaksin penyebab autis Date: Thu, 27 Jul 2006 18:36:47 -0700 (PDT) From: severin christine [EMAIL PROTECTED] mailto:gsxtine%40yahoo.com Subject: Info : Vaksin penyebab autis To: BG [EMAIL PROTECTED] mailto:benteng-gading%40egroups.com , KKMK MBK [EMAIL PROTECTED] mailto:kkmk_mbk%40yahoogroups.com - Original Message - From: Lely Liga To: Lely Liga Sent: Tuesday, July 04, 2006 4:23 PM Subject: Fw: Vaksin penyebab Autis VERY TOP URGENT ! Message: Buat para ibu2 dan bapak2. om dan tante yg punya keponakan... atau bahkan calon ibu ... perlu nih dibaca ttg autisme.. Bisa di share kepada yang masih punya anak kecil supaya ber-hati2 Setelah kesibukan Lebaran yang menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu luang membaca buku Children with Starving Brains karangan Jaquelyn McCandless,MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo. Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50,000,- itu benar-benar membuka mata saya, dan sayang, sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder. Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis. Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 -Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin HiB. Menurut buku tersebut (halaman 54 - 55) ternyata dua macam vaksin yang diterima anak saya dalam 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001. Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumah sakit besar yang bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata... Malah diracuni oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi. Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita Autisme yang parah. Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA, Okupasi, dan nampaknya harus dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya. Melalui e-mail ini saya hanya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Departemen Kesehatan, tolonglah baca buku tersebut diatas itu, dan tolong musnahkan semua vaksin yang masih mengandung Thimerosal. Jangan sampai (dan bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak habis di Amerika Serikat tersebut di ekspor dengan harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas-puskesmas seperti contohnya vaksin Hepatitis B, yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan. Kepada para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal
[Dokter Umum] Fwd: anak kena Flek Paru? Mana ada itu!
Dear miliser yg berstatus parents, Pernahkah anak anda di-diagnosa 'Flek Paru' oleh DSA anda, dan diberi obat antibiotik berbulan-bulan? Tahukah anda bahwa 'There Is No Such A Term of 'Flek Paru-paru'' di dunia kedokteran? Tahukah anda bahwa banyak kasus DSA dgn gegabah memberikan obat TBC utk 'Flek Paru' ini tanpa diagnosa yg runut dan benar? Tahukah anda obat2 TBC tsb punya efek samping terhadap fungsi hati si anak (yg menjadi resiko tidak perlu jika diagnosa TB tidak ditegakkan secara benar) ? Jika anda penasaran, silakan baca artikel dibawah, cross-posting dari milist SEHAT. Jadi, lain kali dokter anda bilang anak anda kena 'Flek Paru', bilang saja: Bah, darimana pulak kau belajar istilah tu! :) Hendarwin Stopmalpraktekdokterindonesiadgnmenjadikonsumenygrasional,kolerik,dandem anding -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, May 29, 2006 4:34 PM Subject: Re: [sehat] Tentang Flek ...(deleted) INTISARI EDISI TERBARU (APRIL 2005) Flek Paru Yang Mengecoh Flek yang satu ini pasti bikin pening kepala, terutama jika menyerang anak. Orangtua dan dokter pun sering dibuat serba salah. Tak jarang, gara-gara munculnya flek, anak divonis berpenyakit TB(C) paru-paru. Padahal sebenarnya ia sehat walafiat. Sebaliknya, bocah yang disangka sehat, malah terjangkit penyakit. Aneh, 'kan? - Flek yang suka mengecoh itu punya nama lengkap flek paru-paru (disingkat flek paru). Nama yang membuat banyak dokter anak bersungut-sungut. Maklum, sampai detik ini, istilah flek paru tidak pernah ada di dalam kamus kedokteran mana pun. Statusnya mirip dengan masuk angin, panas dalam, atau saraf kejepit. Ngetop di masyarakat, tapi tak ada rujukannya di dunia medis. Entah siapa yang mulai menggunakan istilah ini. Yang jelas, kata flek berasal dari bahasa Belanda, vlek, artinya bintik alias bercak atawa noda. Para ahli radiologi menggunakannya untuk menyebut gambaran noda yang khas di foto rontgen. Lucunya, belakangan istilah ini dipakai sebagai eufemisme untuk tuberkulosis (TB) paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Padahal, Flek di foto rontgen tidak selalu berarti tuberkulosis, kata Dr. dr. Muljono Wirjodihardjo, Sp.A (K), ahli respirologi anak dari Rumah Sakit Internasional Bintaro. Tuberkulosis pada anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga diagnosisnya lebih sulit, tambah dr. Muljono. Dengan kata lain, jangan terkecoh oleh flek yang memang suka menyaru dan membuat orang keliru itu. Naik kelas Pelacakan dan keberadaan TB pada anak dan orang dewasa memang berbeda. Kuman TB pada orang dewasa bisa dilacak dari dahaknya. Sedangkan pada anak-anak, kuman itu sulit dilacak, sebab mereka belum bisa berdahak seperti sang bapak. Selain itu, gejala TB pada anak sering tersamar oleh gejala penyakit lain, misalnya flu atau batuk. Tak jarang dokter menganggapnya sebagai batuk biasa. Pada orang dewasa, gejala TB tampak lebih jelas. Gambaran radiologisnya pun khas. Tapi pada anak, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan salah diagnosis. Kemal, seorang karyawan perusahaan asuransi, punya cerita tentang hal ini. Anak saya pernah divonis TB. Waktu itu umurnya baru setahun. Awalnya, berat badannya enggak naik-naik. Dokter curiga, ia kena TB. Waktu dites Mantoux, hasilnya negatif. Lalu dokter minta tes rontgen. Ternyata ada flek di paru-parunya. Dari hasil rontgen itu, tambah Kemal, Dokter menyimpulkan anak saya kena TB dan disuruh minum obat jangka panjang. Setelah tiga bulan, saya tanya apakah obat perlu diteruskan. Dokter bilang, terus. Namun, pada bulan keempat saya disuruh menghentikan pemberian obat tanpa ada penjelasan. Waktu itu saya enggak ngerti apa-apa. Tak tahunya, setelah mencari second opinion, anak saya sebetulnya enggak apa-apa, tuturnya sembari geleng-geleng kepala. Selama ini, TB identik dengan penyakit udik. Orangtua biasanya akan merunduk malu jika anaknya diketahui sebagai pengidapnya. Menurut dr. Muljono, dalil itu tak lagi berlaku 100%kini. Menurut pengalamannya, banyak juga pasien anak-anak dari kelas ekonomi mapan. Banyak di antara mereka yang enggak percaya. Tertular dari mana? Wong di rumah enggak ada yang kena kok, protes mereka. Dr. Muljono mencatat, sumber penularan yang diketahui hanya sekitar 10%. Ada yang tertular dari baby sitter, orangtua, atau orang lain yang tinggal serumah. Selebihnya, yang 90%, biang keladinya tidak diketahui secara pasti. Yang jelas, si anak pasti tertular dari orang dewasa, bukan dari teman bermain. Sebab pada anak, TB bersifat tertutup, tidak menular. Kuman ini diyakini menular secara tidak langsung dari orang lain yang tidak tinggal serumah. Saat penderita batuk, kuman TB keluar dari paru-paru bersama percikan air ludah, lalu bertahan hidup sambil beterbangan di udara, dan akhirnya terhirup oleh si anak. Dalam tubuh anak, kuman ini bersarang di kelenjar getah bening. Itulah sebabnya, orangtua harus waspada jika si Upik atau si Ucok punya benjolan kelenjar getah bening di leher bagian belakang telinga. Selain itu, orangtua
Tanggung Jawab Siapa? : RE: Balasan: Re: Fwd: [sehat] Fw: VOOT INFO Fw: [Dokter Umum] Memanusiakan Dokter
Saya sependapat dgn pendapat semua rekan2 SEHAT disini (dr. windarti, black eagle, henry)dan termasuk penulis email tsb (pak daniel). Masalah medis di indonesia ini memang sudah jadi rantai setan (pasien irasional, dokter irasional, pabrik obat promosi tanpa etis, pemerintah tidak perduli) yg memutuskannya seperti memakan buah simalakama. Apa harus menuntut semua pasiennya pinter2 spt para Smart Parents dimilis ini (atau milis SEHAT nya dr. Waty)? Khan tdk semua org terexpose dgn internet. Merekapun juga punya kebutuhan spesialisasi masing2, yg jadi insinyur harus belajar mendalam ttg teknik, trus harus belajar lagi ttg medik, yg enak sih yg bidangnya medik dong, cukup satu bidang keilmuan aja dia kaji. Belum lagi mereka harus mikirin kerja cari uang dijaman susah begini, punya waktu utk main dgn anak istri aja udah bersyukur, tambah harus meluangkan waktu luang (apa masih ada?) utk baca ttg medis kayaknya berat juga Apa harus menuntut pemerintah peduli? Harusnya begitu, krn siapa yg bisa kontrol intervensi tidak etis dari pabrik obat selain pemerintah? Siapa yg bisa mengesahkan standarisasi sertifikasi para dokter kalo tidak ada endorse dari pemerintah? (btw apa sudah ada belum sertifikasi para dokter sblm mereka berhak utk mpraktek?) Tapi khan katanya pemerintah skrg lagi pusing dgn masalah busung lapar, kemiskinan, penanganan pengungsi bencana alam, outbreak DBD, flu burung, yaa mungkin juga mrk tidak punya cukup resource utk menangani masalah ini? Saya malah bermimpi adanya badan pengawanan praktek medis di negara ini, termasuk badan pengawasan penggunaan antibiotik, seperti cerita dr. Waty yg ada di US sana, jadi kalo dokter sini mau kasih antibiotik level 3, minta izin dulu dong ke mereka.. Jadi ada mekanisme control disini. Apa harus menuntut para dokter agar RASIONAL, mau meng-educate pasien? Nah inilah satu-satunya solusi yg paling tepat. Mau apa lagi, wong ente2 yg dididik 5 th di bangku kedokteran, tambah 3 tahun(?) sekolah spesialisasi, lha kok masih mendiagnosa dan kasih obat tidak rasional? Halo para dokter... Asumsikanlah anda memang tidak punya banyak waktu utk meng-educate pasien, tapi anda khan tetap bisa meresepkan obat yg rasional... Kalo pasien ngeyel minta puyer, kasih aja tablet isi gula sama vit. C (placebo)... Biasanya yg ngeyel begini toh enggak bakalan sadar juga kalo yg dia terima Cuma placebo. Bahkan saya berani anda tantang begini. Saya keahliannya dibidang pengeboran minyak, namun saya bisa menjelaskan kepada seorang dokter yg belum pernah lihat rig bagaimana proses pengeboran minyak dilakukan, dgn ilustrasi sederhana dan bahasa yg simple, hanya dlm waktu 10 menit, dan anda bisa bercerita didepan kelas dgn narasi yg sama seperti saya. Sekarang tantangan saya kepada para dokter: Bisakah anda dalam waktu 10 menit menerangkan kepada setiap pasien anda, apa dan bagaimana penyakit yg dialami, dan apa langkah RASIONAL yang harus dijalani, dan kenapa anda memberikan atau tidak memberikan obat dlm bahasa simplifikasi dan edukatif ? Jika anda tidak bisa pasti krn anda tidak menguasainya. Krn sbgmn pepatah: Seorang ahli mampu membuat Masalah Sulit tampak Mudah, sedang seorang pembual membuat masalah Mudah tampak Sulit. Apa kita harus minta pemerintah utk melakukan resertifikasi keahlian ulang utk para dokter? Kalo melihat perkembangan sekarang tampaknya begitu. Mohon maaf saja buat para dokter, semenjak saya kenal dr. Waty (fyi beliau adalah ahli hepatology yg menjadi wakil WHO disini sbg pelopor gerakan RUD, pencetus website sehatgroup dan milis SEHAT ) dan belajar dari beliau, tingkat kepercayaan saya kepada dokter kita turun cuma tinggal 10% saja. Artinya apa yg dijelaskan oleh seorang dokter pasti akan saya recheck ke internet entah ke AAP, FDA, CDC, atau web2 medis lainnya. Artinya konsekuensinya ada waktu saya yg terbuang utk belajar ttg sesuatu yg harusnya sudah ada ahlinya yg menanganinya. Dan ini namanya pemborosan, ineffisiensi. Akhir kata, mohon maaf kalau ada kata saya yg keras, saya hanya bisa berharap kepada para dokter disini, termasuk dokter windarti, ayo tunjukkan bahwa anda layak digelari the docter bukan the cheater. Ditangan andalah beban amanah memberikan wawasan medis kepada para pasien anda. Untuk itulah anda sekolah nyaris 10 tahun lamanya, dan untuk itulah anda diberi gelar panggilan kehormatan 'dokter' di depan nama anda. Seperti yg dibilang Spiderman (movie): There comes greater power, comes greater responsibility (Mereka yg dikaruniai kelebihan kemampuan disaat yg sama juga dibebani tanggung jawab yg lebih besar dari orang2 yg awam). Very Best Regards for RUD docters and Smart Parents here, Hendarwin -Original Message- From: dokter_umum@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of windarti isminarsih Sent: Thursday, April 27, 2006 10:52 AM To: dokter_umum@yahoogroups.com Subject: Balasan: Re: Fwd: [sehat] Fw: VOOT INFO Fw: [Dokter Umum] Memanusiakan Dokter jangan memandang bhw kesalahan medis hanya oleh seorang dokter