RE: [fogri] Common sense vs software canggih
Terima kasih Pak Leo atas informasinya. Sebenarnya ini bukan masalah software canggih, ini masalah common sense juga. algorithm juga nggak selalu berkorelasi dengan software canggih.. Apa yang disarankan Bu Yuriza sudah saya lakukan juga. Sekedar analogi ringan aja.. Saya merasa lebih masuk akal membandingkan synthetic seismogram dengan seismic, daripada membandingkan koefisien refleksi dengan seismic salam, Fauzi Leonard LisapalyTo: fogri@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED] cc: [EMAIL PROTECTED] -jason.com Subject: RE: [fogri] Common sense vs software canggih 15/02/2006 01:27 PM Please respond to fogri Wah, kayaknya sih agak melebar nih Mbak. Kebetulan ada pertanyaan apa ada freeware yang bisa dipakai dan karena saya sering main2 dengan freeware jadi saya jawab saja sekenanya. Kalau menurut saya sih tergantung kebutuhan saja. LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 15, 2006 11:34 AM To: fogri@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: [fogri] Common sense vs software canggih Ya enggak sampai apel dengan jeruk lah Leo. Kita kan pasti cukup punya common sense setelah berkecimpung dikerjaan ini cukup lama. bandingkan dululah grafiknya ...apakah scalenya kelihatan cukup setara ...kalau enggak kan bisa kita upscale dengan sederhana . ada banyak cara dan common sense yang bisa digunakan untuk akal akalan sederhana ini . Kalau kita ketemu trend agak menarik baru kita kejar trend itu dengan lebih bertanggung jawab misalnya pakai filter statistik (structur data tertentu dibuang dll) dengan software canggih maksud saya sekali lagi jangan sampai persoalan kita dengan software menghalangi kerjaan .. dan kalau memang tidak ada trend ya tidak ada trend kalau kita paksa paksa pake logika berbelit nanti malah GIGO .. |-+ | | Leonard | | | Lisapaly| | | [EMAIL PROTECTED]| | | jason.com | | || | | 15/02/2006 11:40 | | | AM | | | Please respond to| | | fogri| | || |-+ ---| | | | To: fogri@iagi.or.id | | cc: | | Subject: RE: [fogri] Seismic Inversion - Still the Best Tool for Reservoir Characterization | ---| Kalo xplot memang cukup menggunakan Excel. Tapi kalau membandingkan logged property dengan inverted property lewat xplot, rasanya seperti membandingkan apel dengan jeruk. Karena itu perlu dilakukan proses filter untuk menyamakan bandwidth dari logged property dengan inverted property. Kalau yang ini saya nggak yakin apa Excel bisa. LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 15, 2006 8:07 AM To: fogri@iagi.or.id Subject: RE: [fogri] Seismic Inversion - Still the Best Tool for Reservoir Characterization kok pusing pusing amat sih kami disini kalau 'main main' sih
RE: [fogri] Common sense vs software canggih
He he he pas de quoi kata orang perancis ... saya itu lagi disuruh istirahat kalau kerja katanya dipanggilin satpam untuk diusir pulang . tapi kalau tidak ke kantor kok ya bien etre saya terganggu ... jadi saya bermain email saja Ok mari kita balik ke masalah inversi dan karakterisasi reservoir dan geomodel dan fracturation detection ... fracturation detection : kemarin saya attached ilutrasi bagus banget sayang dua kali dikirim dua kalinya mental. Gambar yang satu adalah dari seismic dangkal sangat rare yang dishot pake pinger bener bener buat penelitian sedimentasi, bagusnya sama dengan seismic site survey, sampai gurat halimeda dan progradasi order empat kelihatan, gambar yang satunya adalah padanannya dari 3d seismic yang diproses hr (buat study tambahan shallow gas) kedua gambar sudah lama saya simpan karena saya 'kagum' sama perbedaannya, betapa besarnya kehilangan resolusi di seismik biasa walaupun sudah di proses khusus hr dan masih dipermukaan ! kita bisa saja pake segala cara yang sudah disebut sama Rovicky kemaren tapi yang perlu diingat apakah seismik kita punya resolusi atau detectability yang diinginkan, fracture paling paling cuma 1-2 meter bahkan kurang gimana logikanya bisa kita lihat itu kalau seismik dangkal proses hr khusus saja nggak bisa 'lihat' barang seukuran itu . terus terang bila melihat teman teman bule yang kerja didaerah karbonat (libya, rusia, kashagan, dan middle east) mempresentasikan hasil 'fracture detection' mereka dari berbagai metoda seismic attribute based saya sering cengar cengir ... he he he makanya Japex lebih suka bikin model geostatistik : ambil data well, ambil data core, ambil contoh analogi dan modelkan . lithocube dan modeling : saya cuma ingin menceritakan bahwa kami disini memakai lithocube (sand proba cube) untuk tiga hal : - bikin poligon channel : caranya sederhana sekali si cube dilayering mengikuti layering geologi dan dilihat pola cahnnel yang bisa di gambar dengan mengikuti harga proba terbesar. si poligon kemudian dimasukkan ke geomodel untuk memodelkan ntg, dan porosity di channel, sementara harga dalam poligon mengikuti statistik di well - ini cara paling sederhana penggunaan lithocube - untuk membatasi griddingan bar : cara lama kita minta sedimentologist informasi sejauh apa batas nol bar dan kemana penyebaran yang paling mungkin maka jadilah bar rada bundar bundar w-e ( mhk kan w-e pengendapannya) dengan radius of influence misalnya 5 km, dengan memakai sand proba kecil sebagai batas nol kita tidak perlu lagi pake radius of inluence aneh aneh, cukup kita batasi setiap daerah sand proba x - ntg adalah 0 misalnya. - sebagai eksternal drift untuk daerah yang aneh : misalnya kita punya layer yang dilog kelihatannya banyak sand body tebel, dibilang bar kok ya tebel banget, dibilang channel kok ya karakteristiknya bukan channel, dan di seismik alur channelnya tidak geologik, kita nggak punya core ... suspect sih stacking bar tapi diseismik juga secara geologik tidak seperti stacking bar .. jadi daripada berliku liku bikin poligon nggak jelas dan takutnya nanti malah jadi gambar dinosaurus ..akhirnya kita pake saja xplot proba sand vs ntg untuk memetakan ntg dilayer ini . sederhana sekali .. rgds yuriza |-+ | | Leonard | | | Lisapaly| | | [EMAIL PROTECTED]| | | jason.com | | || | | 15/02/2006 01:27 | | | PM | | | Please respond to| | | fogri| | || |-+ ---| | | | To: fogri@iagi.or.id | | cc: [EMAIL PROTECTED] | | Subject: RE: [fogri] Common sense vs software canggih | ---| Wah, kayaknya sih agak melebar nih Mbak. Kebetulan ada pertanyaan apa ada freeware yang bisa dipakai dan karena saya sering main2 dengan freeware jadi saya jawab saja sekenanya. Kalau menurut saya sih tergantung kebutuhan saja. LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 15, 2006 11:34 AM To: fogri@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: [fogri] Common sense vs software canggih Ya enggak sampai apel dengan jeruk lah Leo. Kita kan pasti
RE: [fogri] Common sense vs software canggih
Mbak Yuriza, Bagaimana kita memvalidasi model yang dihasilkan di daerah yang agak jauh dari well ? Pengalaman saya, model yang dihasilkan lewat proses modeling tanpa menggunakan seismik seringkali tidak merepresentasikan data seismik (caranya mudah sekali : bandingkan saja seismik dengan seismik sintetik dari model yang dihasilkan). Leo -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 15, 2006 3:52 PM To: fogri@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [fogri] Common sense vs software canggih makanya Japex lebih suka bikin model geostatistik : ambil data well, ambil data core, ambil contoh analogi dan modelkan . - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id FOGRI Archive: http://www.mail-archive.com/fogri%40iagi.or.id/ -
[fogri] resolusi - Re: [fogri] Common sense vs software canggih
bagaimana dengan fault (major fault)? lebar bidang fault (dari yang pernah saya lihat di outcrop) yah cuma beberapa sentimeter saja. tapi nyatanya kelihatan juga di seismik. kembali ke identifikasi fracture, menurut saya tidak melulu soal resolusi seismik tapi lebih kepada intensitas fracture itu sendiri. dalam artian, sekalipun ukuran individual fracture itu kecil sekali (sub-seismic) tapi kalau berada dalam jumlah yang banyak, cukup utk mengganggu perambatan gelombang. jadi mungkin kita tidak mendeteksi fracture secara langsung tapi adanya fracture bisa di-infer (apa yah bahasa indonesianya) dari jumlah gangguan thd perambatan gelombang ini. mirip dengan identifikasi patahan. di seismik kita tidak mendeteksi fault plane secara langsung tapi ternyata keberadaan fault itu menyebabkan gangguan thd perambatan gelombang (adanya diskontinuitas reflektor). jadi sekalipun dari segi dimensi fault itu bisa dibilang sub-seismic tapi keberadaan fault bisa di-infer dari gangguan tersebut. --pta On 2/15/06, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: fracturation detection : kemarin saya attached ilutrasi bagus banget sayang dua kali dikirim dua kalinya mental. Gambar yang satu adalah dari seismic dangkal sangat rare yang dishot pake pinger bener bener buat penelitian sedimentasi, bagusnya sama dengan seismic site survey, sampai gurat halimeda dan progradasi order empat kelihatan, gambar yang satunya adalah padanannya dari 3d seismic yang diproses hr (buat study tambahan shallow gas) kedua gambar sudah lama saya simpan karena saya 'kagum' sama perbedaannya, betapa besarnya kehilangan resolusi di seismik biasa walaupun sudah di proses khusus hr dan masih dipermukaan ! kita bisa saja pake segala cara yang sudah disebut sama Rovicky kemaren tapi yang perlu diingat apakah seismik kita punya resolusi atau detectability yang diinginkan, fracture paling paling cuma 1-2 meter bahkan kurang gimana logikanya bisa kita lihat itu kalau seismik dangkal proses hr khusus saja nggak bisa 'lihat' barang seukuran itu . terus terang bila melihat teman teman bule yang kerja didaerah karbonat (libya, rusia, kashagan, dan middle east) mempresentasikan hasil 'fracture detection' mereka dari berbagai metoda seismic attribute based saya sering cengar cengir ... he he he makanya Japex lebih suka bikin model geostatistik : ambil data well, ambil data core, ambil contoh analogi dan modelkan . - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id FOGRI Archive: http://www.mail-archive.com/fogri%40iagi.or.id/ -
[fogri] Common sense vs software canggih
Ya enggak sampai apel dengan jeruk lah Leo. Kita kan pasti cukup punya common sense setelah berkecimpung dikerjaan ini cukup lama. bandingkan dululah grafiknya ...apakah scalenya kelihatan cukup setara ...kalau enggak kan bisa kita upscale dengan sederhana . ada banyak cara dan common sense yang bisa digunakan untuk akal akalan sederhana ini . Kalau kita ketemu trend agak menarik baru kita kejar trend itu dengan lebih bertanggung jawab misalnya pakai filter statistik (structur data tertentu dibuang dll) dengan software canggih maksud saya sekali lagi jangan sampai persoalan kita dengan software menghalangi kerjaan .. dan kalau memang tidak ada trend ya tidak ada trend kalau kita paksa paksa pake logika berbelit nanti malah GIGO .. |-+ | | Leonard | | | Lisapaly| | | [EMAIL PROTECTED]| | | jason.com | | || | | 15/02/2006 11:40 | | | AM | | | Please respond to| | | fogri| | || |-+ ---| | | | To: fogri@iagi.or.id | | cc: | | Subject: RE: [fogri] Seismic Inversion - Still the Best Tool for Reservoir Characterization | ---| Kalo xplot memang cukup menggunakan Excel. Tapi kalau membandingkan logged property dengan inverted property lewat xplot, rasanya seperti membandingkan apel dengan jeruk. Karena itu perlu dilakukan proses filter untuk menyamakan bandwidth dari logged property dengan inverted property. Kalau yang ini saya nggak yakin apa Excel bisa. LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 15, 2006 8:07 AM To: fogri@iagi.or.id Subject: RE: [fogri] Seismic Inversion - Still the Best Tool for Reservoir Characterization kok pusing pusing amat sih kami disini kalau 'main main' sih cukup pake excel aja . output dulu si inversi (atau litho cube atau dll) sepanjang trajectoire wellborenya ...setalah itu bisa dimasukkan ke flash disk dan 'diadu' dengan log apa saja dimana saja dan kapan saja (termasuk crossplot pake tangan di kertas milimeter kalau mau atau tengah malam kalau lagi nggak bisa tidur bisa bikin xplot segala rupa )... teknologi software bisa bisa saja sangat maju untuk membantu ini itu ...tapi pada dasarnya xplot ya tetep xplot dengan excel kita juga bisa main main merubah supportnya ( upscale, downscale, filter dll) kalau kita cukup tau statistik . sungguh lho dengan metoda bodoh ini kalau memang trendnya ada akan muncul biasanya trend trend yang menarik kemudian dipelajari lebih jauh pake software canggih biar trend tsb bisa dipertanggung jawabkan. |-+ | | Leonard | | | Lisapaly| | | [EMAIL PROTECTED]| | | jason.com | | || | | 15/02/2006 07:34 | | | AM | | | Please respond to| | | fogri| | || |-+ ---| | | | To: fogri@iagi.or.id | | cc: | | Subject: RE: [fogri] Seismic Inversion - Still the Best Tool for Reservoir Characterization | ---| Kalau freeware, bisa pakai Scilab (Matlab versi keroyokan). Memang mesti menulis program, tapi jauh lebih mudah daripada membuat script ataupun bahasa programming lainnya. LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 14, 2006 4:54 PM To: fogri@iagi.or.id Cc: fogri@iagi.or.id Subject: RE: [fogri] Seismic Inversion - Still the Best Tool for Reservoir Characterization Kalo kita mau mencocokkan seismic/inversi dengan log tertentu dari well, biasanya kalo nggak di desimate samplenya, atau dibikin log yang sudah difilter lopass frekuensi. supaya kita mendapat resolusi