Tulisan mas Budi Suwarna di halaman depan Kompas Minggu kemarin sungguh
menggelitik. Kalau dulu di awal2 reformasi ada istilah demonstran bayaran,
sekarang lagi nge-trend penonton bayaran. Pantas tiap acara musik pagi hari (
dan juga sore hari ), rombongan pemirsa ( penganggauran ? ) yang
2 minggu kedepan ini, pasti Bali heboh banget, pengen nonton pretty woman, he3…
Jarang2 loch produser dan artis luar negeri mau main di negeri kita ini. Ada
yang ngebet syuting kayak miyabi, eh malah ditolak J
Btw, artis2 import mana aja yang dulu pernah main disini ? Yang keinget banget
sich
Pekan lalu, saya melihat perubahan logo pada stasiun ANTV yang tidak lagi
mencantumkan logo khas grupmedia STAR, boleh tahu ada apa yach ? Omong2 soal tv
milik grup Bakrie ini kok belakangan ini makin nggak jelas fokusnya. Okelah,
bila mau mencitrakan sebagai tv komedi, tapi bukankah itu
Beberapa hari lalu iseng2 saya mencari grup Indovision di FB, rame juga tuch
isi diskusinya. Rata2 pada lagi bingung karena ada pergantian paket dan harga
langganan, dimana beberapa program unggulan yang tadinya disatukan justru malah
dipecah dalam grup tersendiri. Seperti misal : HBO dan
Kapan yach gambaran realityshow tidak menjual kesengsaraan ?
Lha, wong kampanye capres aja masih melulu jual janji pengentasan kemiskinan,
mestinya mereka tuch ngasih contoh bagaimana menanam investasi sehingga punya
kekayaan hingga milyaran rupiah.
…….
Fwd from : danny.s...@gmail.com
Dari email di berbagai milis yang saya baca rata2 menunjukkan ketidakpuasan
pada format debat capres kemarin, mungkin karena kadung demen model “heboh” ala
Pro Kontra tvOne atau “berantem” ala Curhat bareng Anjasmara TPI atau saling
sindir ala program “Masihkah kau mencintaiku” RCTI.
Termehek-mehek dianggap acara “ngibul” karena awalnya diklaim sebagai tayangan
realityshow padahal adegannya tuch ternyata udah direkayasa duluan, jadi bukan
spontanitas. Baru dech Dari pihak TransTV, katanya emang acara yang dipandu
Mandala ini ( Btw, Panda udah nggak perpanjang kontrak lagi
Hhuuaaa… ( nguap mode on ), hari ini lagi nggak mood ngantor, pengennya balik
lagi ke rumah terus bobo. Padahal bukan gara2 tadi subuh nonton final liga
champions, tapi keganggu oleh berisiknya suara tv dirumah.
Omong2 soal MU vs Barca, wah jadi penasaran nich pas pertandingan 20 Juli
nanti,
Perhelatan AMI ke-12 beberapa waktu lalu menyisakan keprihatinan, terutama
tentang “invasi” musik bernuansa melayu. Meskipun Yovie Widiyanto bilang bahwa
ucapannya diatas panggung tidak dimaksudkan menyindir penyanyi atau band
manapun, tokh cibiran paling telak tentu sedang ditujukan kepada
Tabloid NOVA edisi awal pekan ini memuat artikel soal pilah pilih tv berbayar.
Tadinya saya pikir akan ada tabel komparasi plus minus pay-tv yang ada, tahunya
cuma narasi doank untuk tiga operator pendatang “baru” : YesTV, Okevision, dan
TopTV. Yang menarik adalah soal adanya ketentuan
AMI ke-12. Dari beberapa komentar di FB yang saya baca, rasanya memang terjadi
“penyelewengan” format. Artis penyanyi yang datang cuma berdasarkan yang lagi
populer seperti ST12 dan Hijau Daun. Pasha Ungu aja terlihat nyontek pas bawain
lagu “Aku cinta dia” mas Chrisye. Nggak kebayang kalau
Menyimak liputan pemilu, maaf kalau harus bilang stasiun tv swasta kita miskin
variasi sajian. Kalau tidak menginformasikan update quick count, paling diskusi
antara pengamat. Seperti kamis lalu, Eep Saefulah Fatah dan Andi Malarangeng
bisa muncul estafet tampil di beberapa tv untuk diminta
Membaca tulisan mbak Susi Ivv di Kompas minggu kemarin, saya jadi tertarik
untuk menulis ini
Tampaknya pertarungan IndoVision vs TelkomVision pun mulai merambah kepada
produk turunannya : OkeVision vs YesTV. Hanya saja entah kenapa kok belum ada
gregetnya gitu, jaringan salesnya terbatas,
Pakar komunikasi kita, mas Effendy Ghazali dalam acara “BBM” versi RCTI-nya
nanti malam rencananya akan menghadirkan Taufik Kiemas dan Puan Maharani untuk
“dikerjain”, he3… Kita lihat saja nanti apakah saat mereka ditanya soal kapan
rencana pertemuan Mega dan SBY akan lagi-lagi dijawab dengan
Membaca artikel Kompas minggu kemarin, agak terkejut juga saat dikemukakan
alasan menjamurnya pelanggan tv berbayar ini di halaman depan ( judul : mertua
senang fashiontv ) oleh mbak Susi Ivvaty digambarkan karena “dimana banyak
orang tampaknya juga mulai hoekk dengan program2 televisi dari
Kompas Minggu kemarin menurunkan artikel tentang “Selamat tinggal dangdut”. Ya,
boleh dibilang pamor dangdut di 2008 meredup, tak ada inovasi sama sekali baik
dari segi kepopuleran lagu maupun trend goyang penyanyinya. Tapi tenang, pentas
dangdut tampaknya masih dimintai parpol sebagai
16 matches
Mail list logo