Sebuah renungan singkat menjelang dini hari Minggu kemarin. Semoga berguna.
   
  Di Indonesia, kita terutama hanya banyak bermain di hampir 1,5 % saja episode 
Bumi bernama zaman Paleogen dan Neogen. Atau, manusia hanya "banyak" tahu di 
hampir 12 % saja episode Bumi bernama kurun Fanerozoikum, sementara 88 % 
episode Bumi yaitu sejak penciptannya sampai Kambrium, pengetahuan kita sedikit 
sekali. Ini adalah cerita tentang yang sedikit sekali itu, pra-Kambrium, yang 
serbalangka dan serbarumit. 
   
  “Studying the Earth becomes increasingly difficult and uncertain the further 
one goes back in geological time” (Robb et al., 2004)
   
  Berikut ini adalah uraian singkat tentang stratigrafi pra-Kambrium 
(pre-Cambrian) berdasarkan beberapa sumber dan bagaimana kabarnya di Indonesia. 
Nama2 waktu geologi diterjemahkan dari bahasa aslinya mengacu kepada Pedoman 
Umum Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1980) dan 
Kamus Istilah Geologi (Purbo-Hadiwidjoyo, 1981)
   
  Bumi berdasarkan pengetahuan terbaru dibentuk pada 4560 Ma (million years 
ago) Kambrium dimulai pada 542 Ma (Geologic Time Scale 2004 – Gradstein et al., 
2004). Maka, pra-Kambrium berlangsung dari 4560-542 Ma, atau meliputi sekitar 
7/8 sejarah Bumi. Sungguhpun demikian, betapa sedikitnya pengetahuan kita 
tentangnya. Kurun Fanerozoikum (Phanerozoic) 542 Ma-sekarang adalah kurun 
biostratigrafi, dimulai dengan melimpahnya fosil akibat Cambrian Explosion 
terus sampai ke zaman Kenozoikum. Pembagiannya ke dalam masa, zaman, kala, dan 
tingkat (stage, pembagian internasional) adalah didasarkan kepada 
biostratigrafi. Sementara itu, pembagian waktu pra-Kambrium didasarkan kepada 
geokronometri isotop-isotop radioaktif pada mineral, batuan, dan kerak yang 
ditemui. Bisa dipahami sebab kehidupan pada pra-Kambrium sangat minimal dan 
baru berkembang.
   
  Seperti telah kita ketahui, secara garis besar waktu geologi dibagi menjadi 
tiga kurun (eon) : Arkeum (Archean), Proterozoikum, dan Fanerozoikum. 
Pra-Kambrium bukan istilah stratigrafi normal di dalam Skala Waktu Geologi, ia 
hanya menunjuk kepada semua batuan dan peristiwa sebelum Kambrium. Pra-Kambrium 
meliputi Kurun Arkeum dan Kurun Proterozoikum. 
   
  Kurangnya fosil yang terawetkan dan tak bervariasi, kurangnya volume 
singkapan, dan meningkatnya intensitas metamorfisme dan kompleksitas tektonik, 
dan tidak pastinya konfigurasi serta tataan benua-benua pada saat itu, semuanya 
telah mengakibatkan penetapan skala waktu kronostratigrafi pra-Kambrium 
bermasalah. Penetapan skala waktu ini diakui para ahlinya sebagai pekerjaan 
yang luar biasa sulit dan membuat frustasi.
   
  Apa yang terjadi dengan Kurun Fanerozoikum tak terjadi dengan kedua kurun 
sebelumnya. Kurun Fanerozoikum bersamaan dengan daur superkontinen yang paling 
baru – urutan-urutan peristiwa geologi yang dapat dipahami dengan baik tentang 
bagaimana Pangaea tersusun dan terpisah-pisah kembali. Kurun ini juga bersamaan 
dengan periode ketika kehidupan multisel mengalami diversifikasi dan 
proliferasi yang luar biasa besarnya. Maka, tak mengherankan bila skala waktu 
geologi Kurun Fanerozoikum dapat ditetapkan dengan detail, secara global saling 
berkorelasi, yang metode kronostratigrafinya dikawal dengan ketat oleh data 
biostratigrafi, isotop, dan magnetostratigrafi.
   
  Meskipun demikian, para ahli pra-Kambrium dengan segala daya upayanya, 
meskipun penuh  kesulitan dan frustasi, berhasil juga menyusun dan 
merekonstruksi geologi Kurun Arkeum dan Proterozoikum. 
   
  Kurun Arkeum dibagi menjadi empat masa (era) : Eoarkeum (…-3600 Ma), 
Paleoarkeum (3600-3200 Ma), Mesoarkeum (3200-2800 Ma), dan Neoarkeum (2800-2500 
Ma). Tidak ada lagi pembagian lebih lanjut (zaman-period, kala-epoch, 
tingkat-stage). Batas bawah Arkeum tidak diketahui, batas atasnya 2500 Ma. 
Arkeum tak punya batas bawah sebab mandala (terrane) geologi yang primitif yang 
mewakili masa ini masih terus dicari, batuan dan mineral tertua di Bumi masih 
terus dicari dan umur2 yang telah ditemukan terus bertambah semakin tua. 
Mineral tertua di Bumi yang pernah ditera (dating) adalah sebuah mineral zirkon 
hasil rombakan yang berasal dari sampel bernama W74, sebuah metakonglomerat 
yang tersingkap di wilayah  Jack Hill, Australia Barat. Butir zirkon ini 
menghasilkan umur 4408 +/- 8 Ma berdasarkan geokronologi isotop U-Pb. Di dalam 
sampel itu juga tercampur mineral2 dengan umur 4100-4300 Ma (Wilde et al., 2001 
– Evidence from detrital zircons for the existence of continental crust
 and oceans on the Earth 4.4 Gyr ago : Nature 409 (6817) p. 175-178). 
   
  Meskipun batuan metakonglomerat pengandung zirkon ini jauh lebih muda 
umurnya, keberadaan zirkon di dalamnya telah menandakan adanya kerak kontinen 
(yaitu granitik) yang umurnya 150 juta tahun setelah pembentukan Bumi sendiri 
pada sekitar 4560 Ma. Zirkon adalah mineral paling stabil dan terdapat di dalam 
granit.
   
  Batuan paling tua yang pernah ditera sampai saat ini adalah ortogenes Acasta 
dari Slave Craton di Kanada, yang menghasilkan umur isotop U-Pb 4031 +/- 3 Ma 
(Bowring dan Williams, 1999 – Priscoan 4.00-4.03 Ga orthogneisses from NW 
Canada : Contribution to Mineralogy and Petrology, 134 p. 3-16). Sedangkan, 
segmen kerak Arkeum yang paling tua dan telah terpetakan dengan baik adalah 
kompleks genes Itsaq (dulu disebut Amitsoq) dan jalur greenstone Isua di 
Greenland. Ortogenes tertua dari Itsaq berumur 3872 +/- 10 Ma. 
   
  Apakah dapat diharapkan ditemukan segmen kerak yang lebih tua dari Itsaq ? 
Mungkin kecil sebab bombardemen meteor terjadi sangat intensif menyerang Bumi 
dan Bulan pada sekitar periode ini yang memuncak pada 3900 Ma (Cohen et al., 
2000 – Support for the lunar cataclysm hypothesis from lunar meteorite impact 
melt ages : Science 290 p 1754-6), bombardemen ini bisa menghancurkan 
kebanyakan kerak Bumi yang sudah ada sebelum 3900 Ma. Batuan dengan umur lebih 
tua dari 3900 Ma jelas ada, tetapi ada pun terawetkan sangat langka atau telah 
terdisagregasi sampai sekarang tinggal sebagau xenocrysts atau detritus.
   
  Kurun Proterozoikum bermula pada 2500 Ma dan berakhir pada 542 Ma (batas 
bawah Kambrium). Kurun ini dibagi ke dalam tiga masa, dari tua ke muda meliputi 
Paleoproterozoikum (2500 -1600 Ma, dibagi lagi menjadi zaman : Siderium, 
Riasium, Orosirium, Staterium);  Mesoproterozoikum (1600-1000 Ma, dibagi lagi 
menjadi zaman : Kalimium, Ektasium, Stenium);  dan Neoproterozoikum (1000-542 
Ma, dibagi lagi menjadi zaman : Tonium, Kriogenium, Ediakarium). 
   
  Proterozoikum punya potensi biostratigrafi yang lebih baik daripada Arkeum 
karena hadirnya stromatolit – mikrooraganisme simbiose ganggang dan bakteri 
yang aktivitas metabolisme dan pertumbuhannya di laut telah menyebabkan 
penjebakan sedimen, pengikatan, dan pengendapan membentuk struktur2 seperti 
lapisan, sembulan, atau kubah. Selain stromatolit yang sepanjang Proterozoikum 
berubah pola dan susunannya bergantung kepada lingkungannya, potensi 
biostratigrafi Proterozoikum datang dari fosil-fosil eukariotik seperti 
acritarch (spora alga) yang digunakan untuk mengkorelasikan zaman-zaman di 
Neoproterozoikum. Fosil paling terkenal pada kurun ini adalah kelompok fosil 
Ediakara yang muncul pada ujung Proterozoikum memasuki Kambrium sehingga 
namanya menjadi nama zaman paling terakhir (Ediacaran) di Kurun Proterozoikum. 
Meskipun demikian, biostratigrafi di sini lebih menunjukkan lingkungannya 
daripada umurnya.
   
  Kurun Proterozoikum pun dikenal dengan pernah hadirnya dua superkontinen 
sebelum Pangaea, yaitu Rodinia pada Mesoproterozoikum dan Pannotia  pada 
Neoproterozoikum. Keberadaan kedua superkontinen ini didasarkan kepada data 
geokronologi, paleomagnetisme dan penafsiran petro-tektonik. 
   
  Bagaimana di Indonesia ? Adakah batuan atau mineral berumur Kurun Arkeum atau 
Kurun Proterozoikum ? Ada, tetapi sangat langka. 
   
  Peneraan absolut umur tertua di Indonesia berasal dari mineral2 zirkon di 
dalam batuan volkanik Old Andesite Oligo-Miosen di sebelah selatan Jawa Timur 
dan Jawa Tengah yang menunjukkan umur 2500-3000 Ma (Mesoarkeum-Neoarkeum) 
(Smyth et al., 2003, 2005) menggunakan teknik radiometri U-Pb. Ditafsirkan 
bahwa di bawah Pegunungan Selatan itu terdapat basement Arkeum yang kemudian 
terlibat dalam partial melting saat subduksi Oligo-Miosen terjadi dan 
menghasilkan jalur volkanik Old-Andesite. Sebagian material volkanik itu 
mengandung zirkon Arkeum.  
   
  Sebaran umur zirkon ini mirip peneraan umur zirkon dari Perth, yang diduga 
berasal dari Yilgarn Craton berumur 2500-4200 Ma. Maka, ditafsirkan kemudian 
bahwa mungkin craton ini pecah  lalu sebagian massanya sebagai continental 
sliver hanyut ke arah Jawa oleh pemekaran Paleo-Tethys (?), dan akhirnya 
berbentur dengan Sundaland sebelum Tersier, dan pada kala Oligo-Miosen terlibat 
dalam subduksi yang menghasilkan OAF (Old Andesite Formation).
   
  Boleh-boleh saja berpendapat begitu, tetapi sebelum batuan dan kerak kontinen 
Pra-Kambrium  ditemukan dan ditera di selatan Jawa, saya sulit percaya dengan 
penafsiran tersebut. Beberapa butir mineral zirkon detrital yang tercampur 
dalam material volkanik Oligo-Miosen tak serta merta membuktikan bahwa ada 
mikro-kontinen pra-Kambrium di selatan Jawa, apalagi kita bisa menentukan 
outline mikro-kontinen ini.
   
  Lalu, di Kepala Burung Papua, Pieters et al.(1983) pernah menera umur batuan 
paling tua di Indonesia yaitu berasal dari kerakal granodiorit pada interkalasi 
metakonglomerat di dalam Formasi Kemum (Silur-Devon) yang menghasilkan umur 
1250 Ma (Mesoproterozoikum) menggunaan peneraan K-Ar. Kerakal ini tentu berasal 
dari suatu batuan induk yang tua juga, tetapi tidak pernah ditemukan di Kepala 
Burung.
   
  Seorang teman pernah mengatakan bahwa di Sundaland ada batuan berumur Arkeum. 
Setahu  saya, tak ada batuan bahkan mineral berumur Arkeum di Sundaland.  
Sundaland adalah Mesozoic continental core of SE Asia. Pentarikhan granit  SW 
Kalimantan (Hamilton, 1979), Malay Peninsula (Liew and Page, 1985), Malay Tin 
Belt (Cobbing et al., 1986) dan Sumatra (Imtihanah, 2000) tak menghasilkan 
material berumur Arkeum  atau menunjukkan adanya kerak batuandasar berumur  
Arkeum  di wilayah ini. Bukti2 geokimia juga menunjukkan hadirnya  basement 
yang berumur tak lebih tua dari Proterozoikum, seperti di  Malay peninsula 
(contoh  Liew & Page, 1985).
   
  Informasi terbaru tentang umur basement di wilayah Sundaland berasal dari 
studi  sediment provenance analyses sedimen Paleogen di Kalimantan bagian utara 
yang menggunakan metode  U-Pb SHRIMP dating of zircons (van Hattum, 2005). Dari 
penelitian ini ditunjukkan bahwa  sedimen Paleogen di wilayah ini 
diinterpretasikan berasal dari  erosi Schwaner Granites of SW Kalimantan dan 
dari  Malay Tin Belt (van Hattum, 2005) dan tak mengandung Archean zircons. 
Artinya adalah bahwa tak ada kerak  berumur  Archean di bawah Pegunungan 
Schwaner, Kalimantan atau Malay peninsula.
   
  Hanya di dua tempat di Indonesia kita mempunyai sampel berumur pra-Kambrium : 
mineral zirkon di selatan Jawa berumur 2500-3000 Ma dan granodiorit di Kepala 
Burung berumur 1250 Ma. Memang, geologi pra-Kambrium berarti kelangkaan dan 
kesulitan
   
  salam,
  awang
   

       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

Kirim email ke