[PPIBelgia] Sisi lain Pak Boed yang saya kenal

2009-05-14 Terurut Topik Sulistiono Kertawacana
Sisi lain Pak Boed yang saya kenal Oleh Faisal Basri - 14 Mei 2009 - Dibaca
188 Kali -
http://faisalbasri.kompasiana.com/2009/05/14/pak-boed-yang-saya-kenal/

Saya pertama kali mengenal Pak Boed pada akhir 1970-an lewat buku-bukunya
yang enak dibaca, ringkas, dan padat. Pada akhir 1970-an. Kalau tak salah,
judul-judul bukunya selalu dialawali dengan kata ”sinopsis,” ada Sinopsis
Makroekonomi, Sinopsis Mikroekonomi, Sinopsis Ekonomi Moneter, dan Sinopsis
Ekonomi Internasional. Kita mendapatkan saripati ilmu ekonomi dari
buku-bukunya yang mudah dicerna.

Pada suatu kesempatan, Pak Boed mengutarakan pada saya niatnya untuk
merevisi buku-bukunya itu. Mungkin ia berniat untuk menulis lebih serius
sehingga bisa menghasilkan buku teks yang lebih utuh. Kala itu saya
menangkap keinginan kuat Pak Boed untuk kembali ke kampus dan menyisihkan
waktu lebih banyak menulis buku. Karena itu, ia tak lagi berminat untuk
kembali masuk ke pemerintahan setelah masa tugasnya selesai sebagai Menteri
Keuangan di bawah pemerintihan Ibu Megawati.

Pak Boed dan Pak Djatun (Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menko Perekonomian)
bekerja keras memulihkan stabilitas ekonomi yang “gonjang-ganjing” di bawah
pemerintahan Gus Dur. Hasilnya cukup mengesankan. Pertumbuhan ekonomi
mengalami peningkatan terus menerus. Di tengah hingar bingar masa kampanye
seperti dewasa ini, Ibu Mega ditinggalkan oleh wapresnya, dua menko, dan
seorang menteri (Agum Gumelar). Ternyata perekonomian tak mengalami gangguan
berarti. Kedua ekonom senior ini bekerja keras mengawal perekonomian.
Hasilnya cukup menakjubkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat 2004
mencapai 6,65 persen, tertinggi sejak krisis hingga sekarang.

Selama dua tahun pertama pemerintahan SBY-JK, perekonomian Indonesia
mengalami kemunduran. Tatkala muncul gelagat Pak SBY hendak merombak
kabinet, sejumlah kawan mengajak Pak Boed bertemu. Niat para kolega ini
adalah membujuk Pak Boed agar mau kembali masuk ke pemerintahan seandainya
Pak SBY memintanya. Agar lebih afdhol, kolega-kolega saya ini juga mengajak
Ibu Boed. Mungkin di benak mereka, Ibu bisa turut luluh dengan pengharapan
mereka. Akhirnya, Pak Boed menduduki jabatan Menko Perekonomian. Mungkin
sahabat-sahabat saya itu masih terngiang-ngiang sinyal penolakan Pak Boed
dengan selalu mengatakan bahwa ia sudah cukup tua dan sekarang giliran yang
muda-muda untuk tampil. Memang, Pak Boed selalu memilih ekonom muda untuk
mendampinginya: Mas Anggito, Bung Ikhsan, Bung Chatib Basri, Mas Bambang
Susantono, dan banyak lagi. Semua mereka lebih atau jauh lebih muda dari
saya.

Interaksi langsung terjadi ketika Pak Boed menjadi salah seorang anggota
Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Saya ketika itu anggota Tim Asistensi Ekonomi
Presiden (anggota lainnya adalah Pak Widjojo Nitisastro, Pak Alim Markus,
dan Ibu Sri Mulyani Indrawati). Ibu Sri Mulyani memiliki jabatan rangkap
(jadi bukan sekarang saja), selain sebagai anggota Tim Asistensi juga
menjadi sekretaris DEN. Pak BOed tak pernah mau menonjolkan diri, walau ia
sempat jadi menteri pada masa transisi.

Sikap rendah hati itulah yang paling membekas pada saya. Lebih banyak
mendengar ketimbang bicara. Kalau ditanya yang “nyerempet-nyerempet,”
jawabannya cuma dengan tersenyum. Saya tak pernah dengar Pak Boed
menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sekedar mengkritik sekalipun.

Tak berarti bahwa Pak Boed tidak tegas. Seorang sahabat yang membantunya di
kantor Menko Perekonomian bercerita pada saya ketegasan Pak Boed ketika
hendak memutuskan nasib proyek monorel di Jakarta yang sampai sekarang
terkatung-katung. Suatu waktu menjelang lebaran, Pak Boed dan sejumlah staf
serta, kalau tak salah, Menteri Keuangan dipanggil Wapres. Sebelum meluncur
bertemu Wapres, Pak Boed wanti-wanti kepada seluruh stafnya agar kukuh pada
pendirian berdasarkan hasil kajian yang mereka telah buat. Pak Boed sempat
bertanya kepada jajarannya, kira-kira begini: “Tak ada yang konflik
kepentingan, kan? Ayo kita jalan, Bismillah …  Keesokan harinya, saya
membaca di media massa bahwa sekeluarnya dari ruang pertemuan dengan Wapres,
semua mereka berwajah “cemberut” tanpa komentar satu kata pun kepada
wartawan.

Adalah Pak Boed pula yang memulai tradisi tak memberikan “amplop” kalau
berurusan dengan DPR. Tentang ini, saya dengar sendiri perintahnya kepada
Mas Anggito.

Ada dua lagi, setidaknya, pengalaman langsung saya berjumpa dengan Pak Boed.
Pertama, satu pesawat dari Jakarta ke Yogyakarta tatkala Pak Boed masih
Menteri Keuangan. Berbeda dengan pejabat pada umumnya, Pak Boed dijemput
oleh Ibu. Dari kejauhan saya melihat Ibu menyetir sendiri mobil tua mereka.

Kedua, saya dan isteri sekali waktu bertemu Pak Boed dan Ibu di Supermarket
dekat kediaman kami. Dengan santai, Pak Boed mendorong keranjang belanja.
Rasanya, hampir semua orang di sana tak sadar bahwa si pendorong keranjang
itu adalah seorang Menko.

Banyak lagi cerita lain yang saya dapatkan dari berbagai kalangan. Kemarin
di bandara Soekarno Hatta setidaknya dua orang (pramugara dan 

Re: [PPIBelgia] Sisi lain Pak Boed yang saya kenal

2009-05-14 Terurut Topik dendi ramdani
Betul... 

Tulisan Faisal Basri meluruskan pandangan banyak orang yg bengkok tentang Pak 
Budiono. Selama ini dia dicap beraliran neoliberal, atau antek-antek IMF/WB. 

Saya benci dengan orang-orang yang sok mencap neoliberalisme tanpa tahu 
binatang apa itu. Terutama orang yang sok kekiri-kirian atau sosialisme. 
Padahal nge-rokok-nya Marlboro... produk kapitalis tulen... he..he

--- On Thu, 5/14/09, Sulistiono Kertawacana 
sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id wrote:

From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id
Subject: Re: [PPIBelgia] Sisi lain Pak Boed yang saya kenal
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Date: Thursday, May 14, 2009, 3:49 PM
















  
  



Hahahaha kok kampanye, inikan testimoni dari Faisal B
yang dikeal juga ekonom lurus , bener kan Bung Dendi dan Bung Anis?
hehe

Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/




Furqon Azis wrote:

  
  
  kampanye niy 

  

  

-utong-

  
  

  
  From:
Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id

  To: mail=milis- ika-unpad@ yahoogroups. com
milis-ika-unpad@ yahoogroups. com; ia-ip-unpad
IA-IP-UNPAD@ yahoogroups. com; ILUNI-FHUI@ yahoogroups. com
iluni-f...@yahoogro ups.com; 94 fhui...@yahoogroups .com;
PPI Belgia ppibel...@yahoogrou ps.com

  Sent: Thursday, May
14, 2009 2:13:53 PM

  Subject: [PPIBelgia]
Sisi lain Pak Boed yang saya kenal

  

  
  
Sisi lain Pak Boed yang saya kenal
Oleh Faisal Basri - 14 Mei 2009 - Dibaca 188 Kali - 
http://faisalbasri.
kompasiana. com/2009/ 05/14/pak- boed-yang- saya-kenal/



  Saya pertama kali mengenal Pak Boed pada akhir 1970-an lewat
buku-bukunya yang enak dibaca, ringkas, dan padat. Pada akhir
1970-an. Kalau tak salah, judul-judul bukunya selalu dialawali dengan
kata â€�sinopsis,â€� ada Sinopsis Makroekonomi, Sinopsis Mikroekonomi,
Sinopsis Ekonomi Moneter, dan Sinopsis Ekonomi Internasional.  Kita
mendapatkan saripati ilmu ekonomi dari buku-bukunya yang mudah dicerna.
  Pada suatu kesempatan, Pak Boed mengutarakan pada saya niatnya
untuk
merevisi buku-bukunya itu. Mungkin ia berniat untuk menulis lebih
serius sehingga bisa menghasilkan buku teks yang lebih utuh. Kala itu
saya menangkap keinginan kuat Pak Boed untuk kembali ke kampus dan
menyisihkan waktu lebih banyak menulis buku. Karena itu, ia tak lagi
berminat untuk kembali masuk ke pemerintahan setelah masa tugasnya
selesai sebagai Menteri Keuangan di bawah pemerintihan Ibu Megawati.
  Pak Boed dan Pak Djatun (Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menko
Perekonomian) bekerja keras memulihkan stabilitas ekonomi yang
“gonjang-ganjing� di bawah pemerintahan Gus Dur. Hasilnya cukup
mengesankan. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan terus menerus.
Di tengah hingar bingar masa kampanye seperti dewasa ini, Ibu Mega
ditinggalkan oleh wapresnya, dua menko, dan seorang menteri (Agum
Gumelar). Ternyata perekonomian tak mengalami gangguan berarti. Kedua
ekonom senior ini bekerja keras mengawal perekonomian. Hasilnya cukup
menakjubkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat 2004 mencapai
6,65 persen, tertinggi sejak krisis hingga sekarang.
  Selama dua tahun pertama pemerintahan SBY-JK, perekonomian
Indonesia
mengalami kemunduran. Tatkala muncul gelagat Pak SBY hendak merombak
kabinet, sejumlah kawan mengajak Pak Boed bertemu. Niat para kolega ini
adalah membujuk Pak Boed agar mau kembali masuk ke pemerintahan
seandainya Pak SBY memintanya. Agar lebih afdhol, kolega-kolega saya
ini juga mengajak Ibu Boed. Mungkin di benak mereka, Ibu bisa turut
luluh dengan pengharapan mereka. Akhirnya, Pak Boed menduduki jabatan
Menko Perekonomian. Mungkin sahabat-sahabat saya itu masih
terngiang-ngiang sinyal penolakan Pak Boed dengan selalu mengatakan
bahwa ia sudah cukup tua dan sekarang giliran yang muda-muda untuk
tampil. Memang, Pak Boed selalu memilih ekonom muda untuk
mendampinginya: Mas Anggito, Bung Ikhsan, Bung Chatib Basri, Mas
Bambang Susantono, dan banyak lagi. Semua mereka lebih atau jauh lebih
muda dari saya.
  Interaksi langsung  terjadi ketika Pak Boed menjadi salah
seorang
anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Saya ketika itu anggota Tim
Asistensi Ekonomi Presiden (anggota lainnya adalah Pak Widjojo
Nitisastro, Pak Alim Markus, dan Ibu Sri Mulyani Indrawati). Ibu Sri
Mulyani memiliki jabatan rangkap (jadi bukan sekarang saja), selain
sebagai anggota Tim Asistensi juga menjadi sekretaris DEN. Pak BOed tak
pernah mau menonjolkan diri, walau ia sempat jadi menteri pada masa
transisi.
  Sikap rendah hati itulah yang paling membekas pada saya. Lebih
banyak mendengar ketimbang bicara. Kalau ditanya yang
“nyerempet-nyerempet ,� jawabannya cuma dengan tersenyum. Saya tak
pernah dengar Pak Boed menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sekedar
mengkritik sekalipun.
  Tak berarti bahwa Pak Boed tidak tegas. Seorang sahabat yang
membantunya di kantor Menko Perekonomian bercerita pada saya ketegasan
Pak 

Re: [PPIBelgia] Sisi lain Pak Boed yang saya kenal

2009-05-14 Terurut Topik Anis Radianis
 
Wah berhubung nama gw disamber-samberin, ikutan komen deh.

Komen Satu :
Emang bener gw tahu Bang Faisal itu lurus, buktinya 5 tahun jadi pembimbing 
akademis gw padahal gw jurusan akuntansi.. 
Artinya orang yang lurus itu pasti senengnya sama yang lurus juga kayak gw... 
hehehe...(jangan protes yaa.. )
Nah masalahnya setelah enggak membimbing orang lurus kayak gw, gw kagak tahu 
yaa masih bisa lurus apa enggak ... hahahaha

Komen Dua :
Lagian kenapa ribut si Boed baru sekarang sih ? dan udah bisa ketebak ada yang 
enggak suka karena SBY enggak milih si 'X' dan si 'X' nyuruh agen mahasiswa 
untuk protes cara halus dengan modal at least 100 jeti (ini tarif waktu tahun 
2000-an waktu Suharto turun). Mungkin karena inflasi sekarang udah naik kali 
yaa. Nah semakin banyak modal si 'X' dia bisa pesan in ke beberapa agen 
katakanlah dengan modal 1/2 sampai 1 milyar berarti sudah bisa membeli corong 5 
elemen mahasiswa ato masyarakat. So enggak usah bingung, ini merupakan fenomena 
politik dan uang. Kalau pake istilah Naomi, inilah salah satu 'business model' 
politik di Indonesia, it works perfectly and make everybody involved in the 
system happy.. paling rakyat kebanyakan doang yang bengong2. To break the model 
sebenarnya gampang, buat aja regulasi yang mengharamkan praktek seperti ini. 
Tapi lucunya yang bikin regulasi yang ikut terlibat kok dan dapet manfaat alias 
profit, ya jadi kagak bisa berubah
 deh sampe tua... ciaaan deh.. 

Komen Tiga:
Menarik bicara tentang Antek2, yang kalau kita nonton filemnya Indonesia 
bernuansa perjuangan disebut istilah 'Anjing Buduk Belanda' atau sederhananya 
orang-orang yang mau mengorbankan bangsanya sendiri demi segelintir uang. Atau 
makna lebih sempitnya, orang yang mau mengorbankan siapapun demi kepentingan 
pribadinya. Nah kalau si Boed dibilang antek2 IMF atau Amerika, gw rasa akan 
sulit membuktikannya, even Adam Malik pun dituduh agen CIA. Gw sendiri berpikir 
sebaiknya kita jaga baik2 para antek2 ini, jangan bikin marah mereka dan 
akhirnya membenci bangsa sendiri, kita buat mereka sadar pentingnya memikirkan 
nasib bangsa Indonesia. Mudah2an pada akhirnya mereka akan memihak bangsa 
Indonesia. So 'Anjing Buduk Amerika' atau bukan enggak penting, yang penting 
apa bisa bikin seluruh rakyat Indonesia hidupnya senang seperti kita2 ini yang 
di eropa... hehehe...

Komen Empat:
Kalo Abang bikin Ane seneng, dapur ngebul saban hari, hidup anak2 ade jaminana, 
terserah deh Abang mau kerja apa, Neoliberal kek, Sosialisme kek, Ane masih mau 
kok ame Abang, 
Tapi kalo Abang bikin Ane sepet, dapur kagak keruan ngebulnye, hidup anak2 
blebetan, mau kerja jadi Neoliberal ato Sosialisme Ane kagak peduli lagi, Ane 
ogah dah ame Abang. Ane mau cari yang laen aje..
(pembicaraan suami dan istri betawi about hidup dan pilihan)

Anis
Cuaca Belgia lagi jelek banget.. kagak jelas...



From: dendi ramdani dendiramd...@yahoo.com
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, May 14, 2009 2:55:32 PM
Subject: Re: [PPIBelgia] Sisi lain Pak Boed yang saya kenal





Betul... 

Tulisan Faisal Basri meluruskan pandangan banyak orang yg bengkok tentang Pak 
Budiono. Selama ini dia dicap beraliran neoliberal, atau antek-antek IMF/WB. 

Saya benci dengan orang-orang yang sok mencap neoliberalisme tanpa tahu 
binatang apa itu. Terutama orang yang sok kekiri-kirian atau sosialisme. 
Padahal nge-rokok-nya Marlboro... produk kapitalis tulen... he..he

--- On Thu, 5/14/09, Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. 
ui.ac.id wrote:


From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id
Subject: Re: [PPIBelgia] Sisi lain Pak Boed yang saya kenal
To: ppibel...@yahoogrou ps.com
Date: Thursday, May 14, 2009, 3:49 PM


Hahahaha kok kampanye, inikan testimoni dari Faisal B
yang dikeal juga ekonom lurus , bener kan Bung Dendi dan Bung Anis?
hehe

Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/

Furqon Azis wrote: 
kampanye niy 


-utong-





From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id
To: mail=milis- ika-unpad@ yahoogroups. com
milis-ika-unpad@ yahoogroups. com; ia-ip-unpad
IA-IP-UNPAD@ yahoogroups. com; ILUNI-FHUI@ yahoogroups. com
iluni-f...@yahoogro ups.com; 94 fhui...@yahoogroups .com;
PPI Belgia ppibel...@yahoogrou ps.com
Sent: Thursday, May
14, 2009 2:13:53 PM
Subject: [PPIBelgia]
Sisi lain Pak Boed yang saya kenal


Sisi lain Pak Boed yang saya kenal 
Oleh Faisal Basri - 14 Mei 2009 - Dibaca 188 Kali - 
http://faisalbasri.
kompasiana. com/2009/ 05/14/pak- boed-yang- saya-kenal/

Saya pertama kali mengenal Pak Boed pada akhir 1970-an lewat
buku-bukunya yang enak dibaca, ringkas, dan padat. Pada akhir
1970-an. Kalau tak salah, judul-judul bukunya selalu dialawali dengan
kata �sinopsis,� ada Sinopsis Makroekonomi, Sinopsis Mikroekonomi,
Sinopsis Ekonomi Moneter, dan Sinopsis Ekonomi Internasional.  Kita
mendapatkan saripati ilmu 

[PPIBelgia] Second case of Mexican flu in Belgium

2009-05-14 Terurut Topik Setio Pramono
  
			
			

			
			Second case of Mexican flu in Belgium
Belgian Health Minister Laurette Onkelinx confirmed the
country's first case of swine flu on Wednesday evening. A second case
has now also been confirmed. The
first case was a 28 year old man from the city of Ghent. He was on a
two-week visit to the United States, where he was in New York and
Chicago.

The man returned to Belgium on May 11. Because he was not feeling well
he immediately went to the doctor. The doctor sent a sample to the
public health authorities who confirmed that it was the H1N1 flu virus
(otherwise known as the Mexican Flu).
		
	
	

		
			






	
	
		

			
			The
patient was taken to the Sint Pieters Hospital in Brussels and has been
put in quarantine. "He is getting the necessary care and his clinical
status is not critical," says Health Minister Onkelinx.

Marc Van Ranst (click on photo for the video) of the government's
special influenza task force said the patient was expected to make a
full recovery. He said there was no need for alarm and added that
authorities were contacting the people the man was in contact with over
the past days.

The case is the first in Belgium after weeks of negative tests on
dozens of patients, many of whom had returned from holidays in Mexico.

The second case is a 23 year old man from Antwerp. He also just returned from a trip to the United States.Belgium has, like other European Union countries, developed a plan to
handle a mass outbreak of the disease and has already launched a
widespread information campaign at airports to alert returning
travellers about the virus. Authorities say they have enough stockpiles
of antiviral medicines to cover a third of Belgium's population of 10
million inhabitants. Belgium is the 34th country where the disease has
been diagnosed, according to AP news agency.