Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum
Sesungguhnya, segala amalan itu haruslah ada dalilnya. Dalam hal ini dalil yang
sahih, bukan dalil yang dhaif apalgi sampai maudhu'. karena itu hendaklah kita
berhati-hati ketika kita mendapati sebuah hadits yang menganjurkan pada kita
untuk melakukan amalan tertentu. Sebab ada hadits shahih dari Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam, yang menyatakan: "barang siapa berdusta atas
namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempt duduknya di neraka. " marilah
kita bertanya pada ulama ahli hadits yang bisa menjelaskan kondisi sebuah
hadits agar kita tidak rugi melakukan malan itu. sebab jika hadits itu ternyata
palsu, maka telah kita melakukan sesuatu yang tidak diajarkan oleh Nabi
shalallahu alaihi wa sallam. Dan sesuatu yang tidak diajarkan oleh beliau
adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah
tempatnya di neraka. maukah kita rugi waktu, tenaga, bahkan dunia akherat?
dibawah ini ada penjelasan dari seorang teman yang saya dapatkan dari milis
islam tentang : bulan Rajab.
Artikel ini dari : Abu Harist" <[EMAIL PROTECTED]:
HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2
Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang
tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah
Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan
keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama
dari bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada
siangnya dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu
ada pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan
diharamkan berperang pada bulan-bulan itu.
Allah juga mengkhususkan hari Jumat dalam sepekan untuk berkumpul shalat
Jumat dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat.
Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Maaad,[1] bahwa Jumat
mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam
Jumat atau puasa pada hari Jumat, sebagaimana sabda beliau Shallallahu
alaihi wa sallam.
Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah
kalian mengkhususkan malam Jumat untuk beribadah dari malam-malam yang lain
dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jumat dari hari-hari
yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jumat itu) dengan puasa yang
biasa kalian berpuasa padanya. [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban
(no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)]
Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang
dengan menjanjikan terkabulnya doa dan terpenuhinya permintaan. Demikian
Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik
apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada
beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat
dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan
hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar.
Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa
padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat
lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan
melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab.
Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan
shalat dan puasa di bulan Rajab.
HADITS PERTAMA
Artinya : Rajab bulan Allah, Syaban bulanku dan Ramadhan adalah bulan
ummatku
Keterangan: HADITS INI MAUDHU
Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): Hadits ini maudhu. [Lihat
Maudhuatush Shaghani (I/61, no. 129)]
Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada
lafazh:
Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jumat pertama
di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib...
Keterangan: HADITS INI MAUDHU
Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): Hadits ini diriwayatkan oleh Abdur
Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami Ali bin
Muhammad bin Said al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin
Abdullah as-Shanany, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu.
[Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dhaif (no. 168-169)]
Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): Hadits ini palsu dan yang tertuduh
memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku
telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: Rawi-rawi hadits
tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa
semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka. [Al-Maudhuat