Re: [R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Iko rancak lo sumber bacoan:

https://www.google.com/amp/s/junaidimuadzin.wordpress.com/2009/09/28/isy-kariman-au-mut-syahidan-slogan-pembangkit-militansi-3-jargon-indah-untuk-agenda-busuk/amp/

-- Nyiak Sunguik

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Saafroedin Bahar
Samo-samo Inyiak.

SB. 80 yrs.

Pada tanggal 8 Apr 2017 21.16, "Sjamsir Sjarif" 
menulis:

> Oh, iyo "Teologi Maut".
> Mokasih koreksinyo Angku Saafaruddin Bahar. Mato padiah2 mambaco jagolalok
> paraksiang cako.
> -- Nyiak Sunguik.
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Tarimo kasih Angku Fashridjalmnoor lah samo maingek manarangkan Teologi Maut jo 
Angku Saaf.

-- Nyiak Sunguik.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Oh, iyo "Teologi Maut".
Mokasih koreksinyo Angku Saafaruddin Bahar. Mato padiah2 mambaco jagolalok 
paraksiang cako.
-- Nyiak Sunguik.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Fashridjal M. Noor
Teologi Maut itu adalah praktek bom bunuh diri dan membom atau menembaki
rakyat sipil karena pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama.

Itu pernah terjadi di Indonesia. Tapi bukan fenomena yang umum

On Apr 8, 2017 18:16, "Saafroedin Bahar" 
wrote:

> Teologi Maut, Inyiak Sungut.
>
> SB. 80 yrs.
>
> Pada tanggal 8 Apr 2017 17.34, "Sjamsir Sjarif" 
> menulis:
>
>>
>>
>> Dari SIPerubahan kita baca:
>>
>>
>> SIPerubahan
>>
>> DEKONSTRUKSI TEOLOGI MAUT
>>
>> By Mahathir Muhammad 18 Februari 2016  0 Comments Comments  31 Views Views
>>
>> Serangkaian serangan terjadi di Paris, Perancis, Jumat (13/11/2015) malam
>> waktu setempat, menewaskan sedikitnya 18 orang. Demikian penjelasan
>> kepolisian. Sebanyak 15 orang korban tewas di gedung konser Bataclan dan
>> restoran Petit Cambodge.
>>
>> Sebagian serangan dilakukan dengan bom bunuh diri. Dalam tulisan ini,
>> saya ingin fokus mengkaji mengenai bom bunuh diri ini. Mengapa? Karena
>> sebagian teror dilakukan dengan cara ini, sehingga perlu kiranya, dalam
>> skala tertentu, dilakukan dekonstruksi terhadap salah satu bentuk fatalisme
>> keagamaan tersebut.
>>
>>
>>
>> Isy Kariman Au Mut Syahidan
>>
>>   Di dalam komunitas-komunitas militan, slogan “Isy Kariman Au
>> Mut Syahidan” amatlah familiar. Sebuah slogan yang menjadi trigger dan
>> stimulus terhadap aksi-aksi teror.
>>
>> Pertanyannya, apakah slogan seperti itu berpengaruh terha­dap perilaku
>> keagamaan seseorang atau kelompok keagamaan? Itu sangat bergantung kepada
>> pe­mahaman dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau
>> kelompok tertentu yang memahami doktrin tersebut sebagai ”ayat suci” secara
>> parokial dan tidak konteks­tual akan mudah mengimplementasikan dalam
>> pandangan dan sikap keagamaan yang eksklusif, keras, dan militan.
>>
>> Tidak jarang pandangan dan sikap keagamaannya menjadi fatalistik de­ngan
>> jalan menjauhi hidup duniawi dan sa­ngat menggebu untuk melakukan jihad,
>> sekalipun harus mengorbankan nyawa sendiri. Me­reka percaya bahwa mati
>> syahid jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan hidup di dunia, tapi tidak
>> ada artinya. Kelompok ini -me­minjam terminologi mantan Ketua Umum PP
>> Muhammadiyah Prof Syafi’i Maarif- menjadikan doktrin itu sebagai ”teologi
>> maut”. Mereka ingin cepat mati, tetapi tidak berani hidup.
>>
>> Namun, mereka yang memahami doktrin tersebut secara kritis dan
>> kontekstual akan paham bahwa slogan tersebut bukanlah potong­an ayat suci
>> Alquran, tetapi sebuah ”ungkapan bijak” yang perlu dilihat konteksnya.
>> Mereka paham betul bahwa slogan itu berasal dari nasihat bijaksana dari
>> Asma binti Abu Bakar kepada anaknya, Abdullah bin Zubeir.
>>
>> Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Asma menasihati anaknya yang saat
>> itu menemui kesulitan dalam peperangan dan menghadapi ancaman musuh. Saat
>> itulah muncul nasihat isy kariman au mut syahidan itu dan kemudian menjadi
>> sangat ampuh untuk melecut semangat kepahlawanan Ibnu Zubair dalam
>> peperangan, sampai titik darah penghabisan. Ibnu Zubair memang diriwayatkan
>> sebagai seorang pejuang hebat yang selalu siap berjuang untuk Islam, berani
>> mengambil risiko dalam pertempuran, sangat tekun beribadah, dan dipandang
>> sebagai syuhada. Tapi, hidupnya juga berakhir secara dramatis karena
>> tubuhnya disalib dan kepalanya dipenggal oleh Hajjaj bin Yusuf dan
>> dikirimkan sebagai hadiah kepada Abdul Malik yang menjadi penguasa
>> kekhalifahan Bani Ummayah.
>>
>> Dalam sejarah gerakan modern Islam, slogan isy kariman au mut syahidan
>> juga dinyatakan oleh Sayyid Qutb, ideolog dan pemikir gerakan Ikhwanul
>> Muslimin di Mesir, di saat-saat terakhir hidupnya ketika menghadapi tiang
>> gantungan rezim Gamal Abdul Nasser. Ungkapan Qutb itu sering dijadikan
>> referensi oleh kelompok-kelompok militan dalam memperjuangkan aspirasinya.
>> Tapi, mereka yang memahami perkembangan gerakan Islam paham betul bahwa
>> slogan tersebut punya konteks historis dan politis pada masanya.
>>
>> Di Indonesia, kalangan NU maupun Muhammadiyah tidak menggunakan slogan
>> itu karena dua ormas Islam tersebut mengembangkan pendekatan kultural dalam
>> metode dan strategi dakwahnya. Secara umum, NU maupun Muhammadiyah sangat
>> menekankan pendekatan dakwah yang inklusif dan moderat. Teologi NU
>> bersumber pada doktrin ahlu sunnah wal jamaah yang sangat menekankan kepada
>> doktrin tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran) dalam pandangan dan sikap
>> keagamaan. Sementara itu, basis sosial NU adalah pesantren yang sejak awal
>> mendakwahkan Islam yang ramah dan akomodatif terhadap tradisi lokal dan
>> watak budaya Nusantara.
>>
>> Berbeda dengan ideologi gerakan keagamaan transnasional Islam yang
>> cenderung eksklusif dan parokial, pesantren sebagai basis sosial NU
>> mengajarkan doktrin keagamaan yang inklusif dan orientasi kehidupan dunia
>> dan akhirat yang seimbang. Kekuatan pesantren terletak pada pemahaman
>> keagamaan yang bersumber dari 

Re: [R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Saafroedin Bahar
Teologi Maut, Inyiak Sungut.

SB. 80 yrs.

Pada tanggal 8 Apr 2017 17.34, "Sjamsir Sjarif" 
menulis:

>
>
> Dari SIPerubahan kita baca:
>
>
> SIPerubahan
>
> DEKONSTRUKSI TEOLOGI MAUT
>
> By Mahathir Muhammad 18 Februari 2016  0 Comments Comments  31 Views Views
>
> Serangkaian serangan terjadi di Paris, Perancis, Jumat (13/11/2015) malam
> waktu setempat, menewaskan sedikitnya 18 orang. Demikian penjelasan
> kepolisian. Sebanyak 15 orang korban tewas di gedung konser Bataclan dan
> restoran Petit Cambodge.
>
> Sebagian serangan dilakukan dengan bom bunuh diri. Dalam tulisan ini, saya
> ingin fokus mengkaji mengenai bom bunuh diri ini. Mengapa? Karena sebagian
> teror dilakukan dengan cara ini, sehingga perlu kiranya, dalam skala
> tertentu, dilakukan dekonstruksi terhadap salah satu bentuk fatalisme
> keagamaan tersebut.
>
>
>
> Isy Kariman Au Mut Syahidan
>
>   Di dalam komunitas-komunitas militan, slogan “Isy Kariman Au Mut
> Syahidan” amatlah familiar. Sebuah slogan yang menjadi trigger dan stimulus
> terhadap aksi-aksi teror.
>
> Pertanyannya, apakah slogan seperti itu berpengaruh terha­dap perilaku
> keagamaan seseorang atau kelompok keagamaan? Itu sangat bergantung kepada
> pe­mahaman dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau
> kelompok tertentu yang memahami doktrin tersebut sebagai ”ayat suci” secara
> parokial dan tidak konteks­tual akan mudah mengimplementasikan dalam
> pandangan dan sikap keagamaan yang eksklusif, keras, dan militan.
>
> Tidak jarang pandangan dan sikap keagamaannya menjadi fatalistik de­ngan
> jalan menjauhi hidup duniawi dan sa­ngat menggebu untuk melakukan jihad,
> sekalipun harus mengorbankan nyawa sendiri. Me­reka percaya bahwa mati
> syahid jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan hidup di dunia, tapi tidak
> ada artinya. Kelompok ini -me­minjam terminologi mantan Ketua Umum PP
> Muhammadiyah Prof Syafi’i Maarif- menjadikan doktrin itu sebagai ”teologi
> maut”. Mereka ingin cepat mati, tetapi tidak berani hidup.
>
> Namun, mereka yang memahami doktrin tersebut secara kritis dan kontekstual
> akan paham bahwa slogan tersebut bukanlah potong­an ayat suci Alquran,
> tetapi sebuah ”ungkapan bijak” yang perlu dilihat konteksnya. Mereka paham
> betul bahwa slogan itu berasal dari nasihat bijaksana dari Asma binti Abu
> Bakar kepada anaknya, Abdullah bin Zubeir.
>
> Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Asma menasihati anaknya yang saat itu
> menemui kesulitan dalam peperangan dan menghadapi ancaman musuh. Saat
> itulah muncul nasihat isy kariman au mut syahidan itu dan kemudian menjadi
> sangat ampuh untuk melecut semangat kepahlawanan Ibnu Zubair dalam
> peperangan, sampai titik darah penghabisan. Ibnu Zubair memang diriwayatkan
> sebagai seorang pejuang hebat yang selalu siap berjuang untuk Islam, berani
> mengambil risiko dalam pertempuran, sangat tekun beribadah, dan dipandang
> sebagai syuhada. Tapi, hidupnya juga berakhir secara dramatis karena
> tubuhnya disalib dan kepalanya dipenggal oleh Hajjaj bin Yusuf dan
> dikirimkan sebagai hadiah kepada Abdul Malik yang menjadi penguasa
> kekhalifahan Bani Ummayah.
>
> Dalam sejarah gerakan modern Islam, slogan isy kariman au mut syahidan
> juga dinyatakan oleh Sayyid Qutb, ideolog dan pemikir gerakan Ikhwanul
> Muslimin di Mesir, di saat-saat terakhir hidupnya ketika menghadapi tiang
> gantungan rezim Gamal Abdul Nasser. Ungkapan Qutb itu sering dijadikan
> referensi oleh kelompok-kelompok militan dalam memperjuangkan aspirasinya.
> Tapi, mereka yang memahami perkembangan gerakan Islam paham betul bahwa
> slogan tersebut punya konteks historis dan politis pada masanya.
>
> Di Indonesia, kalangan NU maupun Muhammadiyah tidak menggunakan slogan itu
> karena dua ormas Islam tersebut mengembangkan pendekatan kultural dalam
> metode dan strategi dakwahnya. Secara umum, NU maupun Muhammadiyah sangat
> menekankan pendekatan dakwah yang inklusif dan moderat. Teologi NU
> bersumber pada doktrin ahlu sunnah wal jamaah yang sangat menekankan kepada
> doktrin tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran) dalam pandangan dan sikap
> keagamaan. Sementara itu, basis sosial NU adalah pesantren yang sejak awal
> mendakwahkan Islam yang ramah dan akomodatif terhadap tradisi lokal dan
> watak budaya Nusantara.
>
> Berbeda dengan ideologi gerakan keagamaan transnasional Islam yang
> cenderung eksklusif dan parokial, pesantren sebagai basis sosial NU
> mengajarkan doktrin keagamaan yang inklusif dan orientasi kehidupan dunia
> dan akhirat yang seimbang. Kekuatan pesantren terletak pada pemahaman
> keagamaan yang bersumber dari khasanah tauhid, fikh, dan tasawuf yang
> integratif serta pengembangan nilai-nilai kepribadian dan kemandirian hidup.
>
> Dalam konteks fiqh, misalnya, dikenal tradisi aqwal, yakni untuk
> menganalisis suatu masalah dapat digunakan banyak pendapat. Teologi dan
> tradisi NU itu jelas berbeda dengan pandangan keagamaan yang eksklusif dan
> fatalistik.
>
> Sementara itu, 

[R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Sjamsir Sjarif


Dari SIPerubahan kita baca:


SIPerubahan

DEKONSTRUKSI TEOLOGI MAUT

By Mahathir Muhammad 18 Februari 2016  0 Comments Comments  31 Views Views

Serangkaian serangan terjadi di Paris, Perancis, Jumat (13/11/2015) malam waktu 
setempat, menewaskan sedikitnya 18 orang. Demikian penjelasan kepolisian. 
Sebanyak 15 orang korban tewas di gedung konser Bataclan dan restoran Petit 
Cambodge.

Sebagian serangan dilakukan dengan bom bunuh diri. Dalam tulisan ini, saya 
ingin fokus mengkaji mengenai bom bunuh diri ini. Mengapa? Karena sebagian 
teror dilakukan dengan cara ini, sehingga perlu kiranya, dalam skala tertentu, 
dilakukan dekonstruksi terhadap salah satu bentuk fatalisme keagamaan tersebut.

 

Isy Kariman Au Mut Syahidan

  Di dalam komunitas-komunitas militan, slogan “Isy Kariman Au Mut 
Syahidan” amatlah familiar. Sebuah slogan yang menjadi trigger dan stimulus 
terhadap aksi-aksi teror.

Pertanyannya, apakah slogan seperti itu berpengaruh terha­dap perilaku 
keagamaan seseorang atau kelompok keagamaan? Itu sangat bergantung kepada 
pe­mahaman dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau 
kelompok tertentu yang memahami doktrin tersebut sebagai ”ayat suci” secara 
parokial dan tidak konteks­tual akan mudah mengimplementasikan dalam pandangan 
dan sikap keagamaan yang eksklusif, keras, dan militan.

Tidak jarang pandangan dan sikap keagamaannya menjadi fatalistik de­ngan jalan 
menjauhi hidup duniawi dan sa­ngat menggebu untuk melakukan jihad, sekalipun 
harus mengorbankan nyawa sendiri. Me­reka percaya bahwa mati syahid jauh lebih 
mulia bila dibandingkan dengan hidup di dunia, tapi tidak ada artinya. Kelompok 
ini -me­minjam terminologi mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Syafi’i 
Maarif- menjadikan doktrin itu sebagai ”teologi maut”. Mereka ingin cepat mati, 
tetapi tidak berani hidup.

Namun, mereka yang memahami doktrin tersebut secara kritis dan kontekstual akan 
paham bahwa slogan tersebut bukanlah potong­an ayat suci Alquran, tetapi sebuah 
”ungkapan bijak” yang perlu dilihat konteksnya. Mereka paham betul bahwa slogan 
itu berasal dari nasihat bijaksana dari Asma binti Abu Bakar kepada anaknya, 
Abdullah bin Zubeir.

Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Asma menasihati anaknya yang saat itu 
menemui kesulitan dalam peperangan dan menghadapi ancaman musuh. Saat itulah 
muncul nasihat isy kariman au mut syahidan itu dan kemudian menjadi sangat 
ampuh untuk melecut semangat kepahlawanan Ibnu Zubair dalam peperangan, sampai 
titik darah penghabisan. Ibnu Zubair memang diriwayatkan sebagai seorang 
pejuang hebat yang selalu siap berjuang untuk Islam, berani mengambil risiko 
dalam pertempuran, sangat tekun beribadah, dan dipandang sebagai syuhada. Tapi, 
hidupnya juga berakhir secara dramatis karena tubuhnya disalib dan kepalanya 
dipenggal oleh Hajjaj bin Yusuf dan dikirimkan sebagai hadiah kepada Abdul 
Malik yang menjadi penguasa kekhalifahan Bani Ummayah.

Dalam sejarah gerakan modern Islam, slogan isy kariman au mut syahidan juga 
dinyatakan oleh Sayyid Qutb, ideolog dan pemikir gerakan Ikhwanul Muslimin di 
Mesir, di saat-saat terakhir hidupnya ketika menghadapi tiang gantungan rezim 
Gamal Abdul Nasser. Ungkapan Qutb itu sering dijadikan referensi oleh 
kelompok-kelompok militan dalam memperjuangkan aspirasinya. Tapi, mereka yang 
memahami perkembangan gerakan Islam paham betul bahwa slogan tersebut punya 
konteks historis dan politis pada masanya.

Di Indonesia, kalangan NU maupun Muhammadiyah tidak menggunakan slogan itu 
karena dua ormas Islam tersebut mengembangkan pendekatan kultural dalam metode 
dan strategi dakwahnya. Secara umum, NU maupun Muhammadiyah sangat menekankan 
pendekatan dakwah yang inklusif dan moderat. Teologi NU bersumber pada doktrin 
ahlu sunnah wal jamaah yang sangat menekankan kepada doktrin tawassuth 
(moderat) dan tasamuh (toleran) dalam pandangan dan sikap keagamaan. Sementara 
itu, basis sosial NU adalah pesantren yang sejak awal mendakwahkan Islam yang 
ramah dan akomodatif terhadap tradisi lokal dan watak budaya Nusantara.

Berbeda dengan ideologi gerakan keagamaan transnasional Islam yang cenderung 
eksklusif dan parokial, pesantren sebagai basis sosial NU mengajarkan doktrin 
keagamaan yang inklusif dan orientasi kehidupan dunia dan akhirat yang 
seimbang. Kekuatan pesantren terletak pada pemahaman keagamaan yang bersumber 
dari khasanah tauhid, fikh, dan tasawuf yang integratif serta pengembangan 
nilai-nilai kepribadian dan kemandirian hidup.

Dalam konteks fiqh, misalnya, dikenal tradisi aqwal, yakni untuk menganalisis 
suatu masalah dapat digunakan banyak pendapat. Teologi dan tradisi NU itu jelas 
berbeda dengan pandangan keagamaan yang eksklusif dan fatalistik.

Sementara itu, Muhammadiyah dikenal dengan usahanya untuk mengembangkan dakwah 
amar ma’ruf nahi munkar melalui ”teologi Al Ma’un” yang ditransformasikan 
melalui pemberdayaan umat, terutama kaum mustad’afin (kelompok dhuafa). Dalam 
konteks itu, Muhammadiyah 

[R@ntau-Net] "Trilogi Maut"

2017-04-08 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Dari Kompas kita baca:

Syafii Maarif: Negara Tidak Boleh Kalah oleh Penganut "Teologi Maut" 

Lutfy Mairizal Putra
Kompas.com - 08/04/2017, 12:35 WIB

Tokoh masyarakat Buya Syafii Maarif memberikan paparannya pada acara 
Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, di Jakarta, Senin (18/4/2016).
(TRIBUNNEWS/HERUDIN)

*JAKARTA, KOMPAS.com* - Mantan Ketua PP Muhammadiyah 
 Ahmad Syafii Maarif 
 meminta kepada penegak hukum 
untuk tidak membiarkan praktik intoleransi yang terjadi di Indonesia.

Hal itu sampaikan dalam seminar "Indonesia di Persimpangan: antara Negara 
Pancasila  vs Negara Agama."

"Ada *misleading* *fanatism*. Karena kesenjangan begitu tajam. Kelompok 
sempalan yang ingin ganti Pancasila  
ini kecil, tapi bersuara lantang, harus dihadapi, aparat harus jeli, harus 
punya kepekaan," kata Syafii Maarif 
 di Hotel Aryaduta, Jakarta, 
Sabtu (8/4/2017).


*Baca juga: Pesan Syafii Maarif kepada Djarot, Jakarta Harus Bebas dari 
Kemiskinan 
*

Buya Syafii mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) telah 
membina lebih dari 1.000 orang penganut radikalisme. Namun, menurut dia, 
program itu tidaklah efektif.


"Tidak akan efektif selama nilai-nilai Pancasila 
 di bawah tidak turun ke bumi," 
ucap Buya Syafii.

Dalam kesempatan itu, Buya mengaku lelah melihat konflik horizontal yang 
terjadi Indonesia. Masyarat yang sebagian besar muslim, kata dia, telah 
saling menghujat.


Buya Syafii mengkhawatirkan "teologi maut" yang dapat memonopoli kebenaran 
terhadap kelompok lain. Para penganut paham itu berani menempuh jalan 
ekstrem seperti mengakhiri hidup demi membela ajarannya.

"Teologi maut, berani mati karena tidak berani hidup, memonopoli kebenaran 
bahwa di luar kami haram. Negara tidak boleh kalah," ujar Buya Syafii.


"Jujur tidak kita bela bangsa ini? Sungguhkah? Itu harus datang dari hati 
dan akal sehat. Jangan pakai topenglah. Topeng-topeng itu sekarang di 
mana-mana dan merusak," lanjut dia.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.