On 5/13/05, wenang [EMAIL PROTECTED] wrote:
Atau mungkin malah selama ini kita memperlakukan client kita bukan
sebagai rekan dalam pengembangan software ini. Memang seluruh
rancangan requirement dibuat bersama2 dengan pihak client dan UAT
berdasarkan mereka, tetapi itu biasanya hanya
Ananda Putra wrote:
Ada yg implement IT hanya
untuk menyerap anggaran. Selama saya berkutat di IT ini (sw
development), sebagian besar hanya menghasilkan sampah. :))
Hmmm menarik juga nih mas Ananda. Mungkin mas bisa lebih mengelaborate
apa yg dimaksud dengan sampah disini. Kira2 dari
Contoh kasus: BEJ tahun 95 sukses
berubah dari perdagangan manual ke komputerisasi.
Tapi sistemnya (proprietary) buatan Australia.
Dalam kerangka sukses korporasi mengadopsi IT
ini termasuk prestasi dalam negeri atau enggak ya?
Kalau kasus BEJ seperti ini menurut saya sih sah-sah aja kalau
Email dari wenang, 11 May 2005, 06:42:44 -0700:
Any opinion about how we can overcome this obstacle ? Sebab kalau
begini seterusnya ,extremely speaking, bisa2 korporasi2 itu tidak akan
investasi IT melalui software house Indonesia malah beralih ke
Malaysia atau India ??? :p
---akhir
On 5/12/05, Ivo Setyadi [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kenapa ada obstacle dalam adopt IT di Indonesia?
Karena kita lemah di IT project mgt kah?
Atau sekedar nggak bisa njual aja?
Menurut saya ini masalah SDM. Indonesia kekurangan SDM IT yg
berkualitas. Ada yg sudah berkualitas dia malah