Setau saya, concern utama mas Wida itu adalah gimana supaya majalah2
porno yg bertebaran secara sembarangan di halte2, dll bisa diberantas
(yg merupakan concern semua orang juga!). Utk hal itu, sebenarnya sih
gak perlu peraturan di level UU. Sama halnya dng internet, televisi,
dll. Mungkin
Kalau cuma 'soft drugs', emang masih legal, mas. Biasanya, kafe2 yg
menjual ini memasang tanda, cuma utk orang dewasa (saya lupa lagi
batasan umurnya, 18 thn kalau gak salah) dan ada gambar pohon :-).
Beli ya beli aja, kecuali dicurigai umurnya, paling ditanya kartu
identitas. Ada yg bentuk
mereka juga menyadari kondisi-kondisi tertentu mereka tidak
akan berpakaian yang bisa membahayakan diri mereka sendiri. Terutama
karena mereka kenal betul bagaimana kondisi masyarakat mereka.
Salam,
Herni Sri Nurbayanti [EMAIL PROTECTED]
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
05/19/2006 02:28
Pak sabri,
Mungkin Allah itu 'jail' sama mereka2 yg 'ekstrem' (perasaan/keinginan
kan bisa ekstrem juga :P), ngotot atau ngeyel kalau meminjam istilah
mbak flora, hanya sekedar mau menunjukkan, kita bisa salah sama
keinginan kita sendiri atau sekedar 'iseng' biar si hamba merasakan
apa yg dia
Mas hadi,
Faktor 'ideologi' juga jadi penting. Kalau pendidikannya masih bias
gender, terutama soal persepsinya terhadap tubuh perempuan, ya jangan
harapkan komunitas/masyarakatnya bisa spt negara scandinavia. Contoh
yg kecil, lihat aja 'pemikiran' beberapa orang2 yg diasumsikan
well-educated
Emang pemahaman terhadap tubuhku adalah milikku apaan sih, kalau
saya boleh tau. Ini lagi2 suudzon saya semata. Biasanya, kalau yg
seperti ini, kaum feminis, atau RF minjem istilahnya mas janoko jadi
sasaran serangan tapi sayangnya, setiap kritik thd
pemikiran/wacana feminis yg dilontarkan
Wah mas wida,
Kalau saya sih, pertama, justru mempertanyakan soal nilai-nilainya.
Nilai2 yg seperti apa dan apa reasoning di balik nilai2 itu. Kedua,
kenapa perempuan? Karena biasanya, ketika ada yg bicara nilai2,
biasanya cuma fokus ke nilai2 yg dipaksakan pada perempuan. Ketiga,
ketika kita
Siapa yg bilang itu problem, mbak? :-)
Buat saya sih, itu gak masalah. Dandan aja!
Apa salahnya tampil cantik dan bersih? bertentangan dng Islam, gitu?
Kalau ada yg kesandung batu gara2 ngeliat mbak cantik dan bersih,
well, that's their problem not yours, ya gak? :-)
Kalau saya pribadi sih,
Mbak Mia,
Emang mas Wida bener juga sih, kenapa 30%? kenapa gak 50% :-) wajar
toh, populasi perempuan rata2 lebih dari setengah jumlah populasi
suatu negara secara keseluruhan? huehehehe
Dan utk 'partisipasi', saya sepakat, derajat partisipasi itu sendiri
ada berbagai macam. Ada beberapa
Mas Yas,
Buat mas wida dan laki2 lain yg masih berpikiran ada 72 bidadari di
surga yg menanti, jalan pemikiran spt itu sih memang bisa dimengerti.
Kesalahan selalu diletakkan pada mereka2 (perempuan) yg menampilkan
perhiasannya. Perampoknya ya tetap dihukum sih, tapi tetap saja
persepsi itu
bawah ini menggelitik saya untuk menyampaikan
selamat
atas kewenangan yang anda miliki untuk men-judge sebuah tulisan/opini
sebagai tulisan yang sembarangan.
Just kidding :-)))
Wassalam,
Flora
---
From: Herni Sri
Mas Irwan,
Kesepakatan itu kan bisa tertulis atau tidak tertulis :-) Kontrak dlm
konteks kontrak politik, ya jelas tidak tertulis. Konsep kontrak yang
tertulis itu kan berkaitan dng pemenuhan hak dan kewajiban. Pegangan
utk para pihak bila hak dan kewajibannya dilanggar/tidak dipenuhi oleh
Mas wida,
Ukuran mudanya itu seberapa? Konsep dan ukuran dewasa kan berbeda2
di tiap kelompok masyarakat.
Ps. jangan lupa, coba disuruh makan cabe dulu, mengikuti saran pak
dokter :-)
wassalam,
herni
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
Menikah saya rasa
Mbak, saya dulu seperti itu tuh. Tiap menstruasi, hari pertamanya
pasti gak sekolah, manyun di kamar, hehehehe... makanya dulu di raport
pasti ada sakit dan alpanya (tapi kan yg penting nilai ma rangking nya
bagus, ya toh? bolos 1-2 hari mah dimaapkan..) Ada sedikit tips biar
gak sakit:
-
Neoteo,
Kalau cuma melihat dari satu elemen saja, ya mungkin ada gejalanya.
tapi kan single cause udah gak jaman di kajian ilmu sosial dan bahwa
perlu juga melibatkan elemen2 lain dari suatu struktur sosial yg
memang saling berinteraksi. Ketika anda mengkritik mereka yg
mempolarisasikan antara
Mbak Chae,
Kalau di hukum pidana, pengukuran suatu tindakan kriminal ada yg
dilihat dari perbuatannya atau akibatnya. Misalnya, mencuri, yg diukur
adalah perbuatannya yg mencuri. Kalau dia sudah memenuhi unsur2
perbuatannya, misalnya mengambil barang orang yg bukan miliknya dsb
dsb (wah maap,
Neoteo,
Emang siapa yg tidak menghargai perbedaan dan heterogenitas pemikiran?
Anda aja yg salah tangkap..:-) Bukan soal tidak menghargai perbedaan
dlm memahami 'potret' (fenomena?) nya. Tapi bagaimana anda 'membaca'
potret tadi dan juga bagaimana anda melakukan pemotretan tadi spt yg
Setuju, mbak mi,
Tolong bilangin ke ulama/i, jgn suka ngajarin nikah muda, apalagi pake
diiming-iming kenikmatan 'seks' yg (katanya) tiada tara dan tiada
duanya :-). Saya sepakat juga dng penjelasannya pak chodjim mengenai
kenikmatan yg serupa dr aktivitas yg berbeda. Ini juga pernah jadi
Mbak Mei,
Moderator yg mana yg suka buka2 aurat? :-) Bias gender tuh. Laki2 kan
enak. Auratnya dari puser hingga lutut saja. Padahal jangan2 mas Dwi
sering telanjang dada lho, mamerin dada six packnya :-)) tapi belum
dianggap membuka aurat :-))
Beberapa bulan yg lalu, ada toko pakaian dalam,
Dulu mas arcon kayanya pernah posting artikel soal hermeneutika
disini. Banyak banget malah, kalo gak salah. Coba iseng2 aja search
file2 lama WM. Saya pernah beli bukunya soal tafsir Qur'an pake metode
hermeneutika ini. Baca bab I nya aja bingung gak ketulungan. Lam
banget, baca gak ngerti,
Termasuk Yesus? Soalnya baru nonton passion of the christ, sambil
ngerjain essay, huehehehe... tapi kita bisa kritis juga soal bagaimana
sikap 'kindness' ini dibentuk secara sosial. Pernah dibahas kan
disini, soal 'kesantunan' yg menakutkan. Sikap santun, baik, tapi isi
kepalanya yg mengerikan
Mas Janoko,
Kemarin RF-radical feminist, lha kok sekarang makrifat tinggi? :-)
Saya jadi inget salah satu kebiasaan teman saya. Kami suka makan malam
rame2 gantian masak (ceritanya sih mau ngirit biar gak usah masak tiap
malam :P), dan kebiasaan mereka kan minum kupi atau teh dan coklat
setelah
Mas Wida,
Respon saya terkait dng 'janji' 72 bidadari, kenapa lantas jadi
larinya ke persoalan tidak menikah ya? :-) Kedua, keputusan utk tidak
menikah itu belum tentu dimotivasi oleh 'mensucikan' jiwa, sama halnya
motivasi orang menikah belum tentu hanya karena seks. Ketiga, nafsu
itu memang
Lho, ngomongin babi lagi?
Persoalan 'daging yg terenak' itu sebenarnya dikonstruksikan juga
secara sosial :-) Tiap kultur/masyarakat punya pendapatnya sendiri
terhadap daging mana yg paling disukai. Saya kira, sebagian besar
masyarakat Indonesia masih menempatkan daging sapi dng daging kambing
Huee... mbak mia, apaan tuh yg bikin daku ngiri? :-)
Kalo kata belinda carlisle, heaven is a place on earth. Buat saya
pribadi, agama sebaiknya dihayati lebih dari sekedar syrga
(soalnya ada embel2 bidadari cantik molek perawan pula, jadinya
syuuur-ga bukan sur-ga :P) - neraka atau haram
Mas Ary,
Ada artikel yg menarik soal kenapa akhirnya feminisme muncul ke dunia
ini sebagai bentuk kritik thd hegemoni pengetahuan (pake knowledge and
power nya foucault tentu saja) dan bagaimana pada titik tertentu,
feminisme bisa menjadi sesuatu yg menghegemoni juga (contohnya
hegemoni feminisme
Wa'alaikumsalam,
Selamat datang di milis kami, mbak. Datang2 sudah langsung
'berdakwah', euy :-) Kalau mbak sempat, coba liat thread diskusi kami
mengenai jilbab. Ketik saja 'jilbab' di kotak 'search' lewat yahoogroups.
Kan adabnya kalau kita bertamu ke rumah orang, ada baiknya kita
mengenal
Wa'alaikumsalam,
Selamat datang di milis kami, mbak. Datang2 sudah langsung
'berdakwah', euy :-) Kalau mbak sempat, coba liat thread diskusi kami
mengenai jilbab. Ketik saja 'jilbab' di kotak 'search' lewat yahoogroups.
Kan adabnya kalau kita bertamu ke rumah orang, ada baiknya kita
mengenal
Mbak Mia,
Itu dia pertanyaan sulitnya. Gimana bisa membedakan antara pilihan
orientasi seksual ataukah itu bentuk pelampiasan keisengan atau rasa
bosan seperti yg diceritakan oleh Mbak Kilat biroe? Apakah biseksual
termasuk didalamnya? ini lebih refot lagi... saya masih ndak ngerti
biseksual sbg
Mas Wida,
Saya cuma baca dan merespon dari postingannya mas Wida, bukan berarti
saya lantas memberikan cap negatif pada mas wida as a person. Kadang2
itu masalah cara. Jadi inget gaya khasnya alm Sambas, komentator acara
olahraga di TVRI, ketika ada pemain sepakbola yg lagi seru2nya nendang
bola
Mas Wida, nimbrung lagi ya :-)
Pada point bahwa pernikahan adalah kesepakatan, saya setuju. Tapi ada
beberapa point yg mengganjal:
- Gender itu apa sih? Apakah gender itu sama dng jenis kelamin? Utk
pengertian ini, sptnya sudah pernah dibahas di WM. Dicari saja atau
bisa main2 ke
-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti
nurbayanti@ wrote:
Mas Wida,
Dengan paramater/standar kebahagiaan ala mas Wida (dan kebanyakan
orang pada umumnya) dimana menikah dan memiliki anak menjadi bagian
dari standar tsb, jelas mereka yg melajang dan tidak menikah serta
punya anak (padahal
Wa'alaikumsalam mas jehan,
Apa kabarnya? Lama tidak muncul di milis ini :-)
Fenomena meningkatnya para single (but not available kali ya, hehe..)
pernah dibahas oleh mama mia, kalau gak salah... tapi mungkin
perspektifnya dlm melihat persoalan ini. Ketika kita bicara soal
fenomena 'lajang' ini,
dibebankan pada seorang saja..
So.. saya mendukung restrukturisasi dan refungsionalisasi peran
gender.. Hidup gender.. :))
=
On 18 Mar 06, at 19:33, Herni Sri Nurbayanti wrote:
Mas Donnie,
Setuju. Baru sampe asumsinya saja, tulisan ini agak
min dzalik. WaLlahu
a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 8 Januari 2006
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ
- Original Message -
From: Herni Sri Nurbayanti
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Saturday, March 18
Mas Donnie,
Maaf responnya telat. Wa... kalau semua laki2 di dunia ini seperti
mas Donnie, saya pasti bersuka-ria dan berbingung-ria... bingung,
bingung harus milih yg mana, hihihihi...just kidding :-)
Pada dasarnya, peran2 itu cair sekali sehingga bisa berbagi
berdasarkan prinsip
Mbak Ida,
Sebenarnya, banyak tulisan2 yg model seperti itu, yg 'menarik'...
mungkin karena baru ambil mata kuliah riset metodologi, analisa kritis
thd teks. Coba ada artikelnya dlm bahasa inggris. Langsung tak jadiin
bahan final assignment, hehehehehe
Soal sabar, wah, masih kalah jauh sama
Mas Radityo,
Wah, saya nggak tau juga mengenai film porno. Cuma, saya termasuk
fansnya Miranair, jadi dari kemarin mencari2 film kamasutranya
miranair. Miranair ini yg bikin pelem Salaam bombay itu lhooo :-)
wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Radityo [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mas Wida, maaf saya nyamber lagi :-)
Usaha utk mengimpor 'budaya baik dari barat' juga ada :-) Saya setuju
bahwa proses itu harus dimulai dari dalam, tapi jangan lupa pula bahwa
tidak ada sesuatu hal yg bergerak dlm ruang yg vakum. Sehingga jangan
lupa bahwa 'barat' juga punya peran dalam proses
Setau saya kalo gak salah VCD Porno pun ada yg bagus. Kalau saya
tidak salah menyebutkan judul film dan film makernya, Kamasutra-nya
Miranair dibilang salah satu yg bagus. Karena bagus, beberapa orang
menjadikannya sbg 'hadiah perkawinan' ke teman2nya yg menikah. Tapi
kemudian, abang2 penjual VCD
Mas Wida,
Saya kutip dari email mas Wida:
Dengan Perda Badung ini jelas Lokalisasi tidak akan pernah ada di
daerah Badung. Sedangkan PSK jalanan tidak akan berani beraksi. Perda
ini sangat bagus.
Ini contoh bentuk kriminalisasi dalam perUUan. Asumsi dasarnya, kita
kriminalisasikan saja
Pak Sabri,
Katanya sih begitu ya? Padahal to some extent, gak juga. Belanda
kemarin (1-2 minggu lalu, kalau tidak salah) baru saja melaksanakan
pemilihan umum di tingkat lokal. Kebetulan, kami2 gantian jadi
international observer, hehehe (emangnye enak diawasi para bule, jadi
kaya tontonan di
Mas Donnie,
Setuju. Baru sampe asumsinya saja, tulisan ini agak janggal. Asumsi
pertama, perempuan lebih banyak dr laki2. Asumsi kedua, perempuan itu
menunggu! Asumsi ketiga, permasalahannya di perempuan (yg mungkin krn
dianggap tidak mau menerima poligami). Asumsi pertama sudah
terbantahkan oleh
Mas Qaddhafi (double d) cucunya abah HMNA yg tidak gila,
Menurut saya, kadang2 ide gila itu perlu, apalagi idenya orang 'gila'
:-) Mungkin bener juga, semua laki2 harus dilenyapkan dari muka bumi
:-) Saya melihatnya sbg suatu perubahan radikal dlm tataran ideologi,
menghapuskan ideologi yg
Pak sabri,
Mungkin salah satu sebabnya berakar dari konsepsi anak ala 'barat' yg
juga berpengaruh ke pendidikan. Pendidikan dianggap sbg 'investasi'
utk memperoleh lapangan pekerjaan yang menghasilkan. Sementara di
negara berkembang, konsep anak sendiri agak berbeda (meskipun, kalau
kita masukkan
Mas Wida,
Maaf mau nimbrung bentar. Yakin mas, RUU ini sudah dikaji oleh DPR?
Saya sempat terlibat dlm kegiatan kritisi RUU ini sebelum kesini, dan
terus terang saja, kita gak pernah lihat ada naskah akademisnya,
reasoningnya atau dasar pemikirannya kenapa mereka mengeluarkan RUU
ini. Sementara
Mbak Ida,
Kalau tidak salah, 3 tahun yg lalu (atau mungkin lebih :P), ada satu
seminar yg diselenggarakan oleh Kantor Meneg Urusan Perempuan mengenai
pornografi. Kebetulan hadir beberapa tim perumus. Saya lupa namanya
siapa, tapi kalau gak salah dia ketuanya deh. Perempuan. Pinter dlm
pengertian
Sebelumnya maap main asal nyamber tanpa melihat awal dari diskusinya :-)
Mbak Mia,
Setuju. Saya rasa, permasalahannya juga berakar pada bagaimana kita
melihat 'hukum' yg sebenarnya merupakan 'kebijakan'. Pada dasarnya,
hukum itu kan ditempatkan sbg suatu solusi sosial dan sifatnya
berkembang
Mas/Mbak Mhoel,
Saya berjilbab, mas. Tapi saya menentang RUU APP yg sekarang.
Masalahnya bukan lantas jadi mendukung pornografi, tapi lebih ke
persoalan metode penanganan persoalan pornografi yg diusung oleh RUU
ini, terutama dampaknya thd perempuan. Itu dua hal yg berbeda.
Sayangnya, membedakan
Mbak Yulia,
Pertama, sebenarnya yg mau diatur itu moralitas dlm berbaju atau
perilaku asusila dlm pengertian kegitan 'transaksi' jasa seksnya?
Kalau yg mau diatur yg pertama, definisi 'pakaian yg sopan' pun harus
diperjelas lagi, sopan ala mas janoko, ala saya atau ala mbak mia?
bagaimana dng
Saya rasa, jaman sekarang ini dimana laki2 dan perempuan cenderung
punya beban yg sama, gak bisa kita menggeneralisasi begitu saja utk
soal seks. Persepsi seks oleh laki2 dan perempuan mungkin sekarang
udah beda. Perempuan sekarang lebih gak malu2 utk
mengungkapkan 'nafsu'nya sendiri dan
Mas wida,
Jelas masalahnya ada dua. Pertama di peraturan, kedua di hakimnya.
Kayanya dari kemarin mas wida gak nangkep2 pointnya deh. Bukan soal
menegakan 'moralitas' yg dipermasalahan. Saya rasa kita semua setuju
soal itu. Usahlah ngebahas konsep moralitas spt apa yg
dipermasalahkan, tapi
Mbak Lina,
Ya, anggota DPR cukup sering melontarkan lelucon misoginis. Ini cerita
lama. Coba saja buka dokumen sejarah lahirnya UU Perkawinan,
perdebatan di DPR. Mereka bilang, perempuan itu tidak seperti sarung
bugis yg semakin dipakai semakin cemerlang. Perempuan kan terus
menerus 'dipakai'
Coba liat RUU KUHP, mungkin lebih relevan..:-) Karena RUU KUHP ini
juga kontroversial dan isu lama. Coba aja cari posting2 lama soal RUU
KUHP ini. Liat juga UU lain yg berkaitan, saya gak terlalu tau juga
soal itu.
Tapi kita bisa berargumentasi, apa harus bentuknya berupa penghukuman?
Padahal
Mbak Mia,
Kesannya kok kaya aku adu boxing ma mbak Lina, hehehehehe... aku bukan
expert di bidang pornografi. UU media massa, penyiaran dll seharusnya
mbak ade tuh yg ngerti. Tapi orangnya udah kabur sekarang. Aku pernah
baca, eh sekarang lupa lagi, hehehehe... coba ntar aku liat2 lagi deh.
Tapi
Bila kita mengkritik RUU Pornografi yg sekarang, bukan berarti lantas
tidak setuju dng persoalan perizinan, distribusi, dll. Salah satu
perdebatannya adalah apakah menyelesaikan persoalan pornografi perlu
satu UU sendiri, atau itu bisa dilakukan di UU lain, misalnya yg
menyangkut soal penyiaran,
Mbak Lina,
Ketika bicara soal lelucon misoginis yg biasanya dilontarkan oleh
anggota DPR, 'setan porno' dll dlm kaitannya dng RUU APP, adalah
dikaitkan dng bagaimana RUU ini memandang persoalan pornografi dan
bagaimana dia berusaha memecahkannya serta dampaknya terhadap
perempuan terutama
Ni Londo,
Komunitas masy Indo di Eropa kan lumayan banyak, buktinya sekarang ada
Garuda TV, the first Indonesian Channel in Europe :-) PKS di Jerman
punya website kan? Belum komunitas pengajian di tiap negara, di tiap
kota. Jadi, 'pasar'nya ada. Kali aja di antara mahasiswa yg sedang
belajar
@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti
nurbayanti@ wrote:
Mbak Mia,
Begitu ya, mbak? Aku pikir kemarin daku posting sesuatu yg out
of
context, gak terlalu mengikuti sebelumnya thread diskusinya
apa,
hehehe maap.
Saya tidak tau soal Islam dan Eropa dll, tapi
Mbak Mia,
Jangan2 mbak Mia ini guru ngaji saya waktu SD? Ujung2nya bicara soal
celup-celupan di neraka sbg suatu proses pencucian dosa? :-) Kalau
ditambahin lagi, jadi inget dulu banget waktu masih kecil pernah
baca komik yg serem banget soal berbagai jenis siksa di neraka. Komik
yg bikin
Mbak Mia,
Begitu ya, mbak? Aku pikir kemarin daku posting sesuatu yg out of
context, gak terlalu mengikuti sebelumnya thread diskusinya apa,
hehehe maap.
Saya tidak tau soal Islam dan Eropa dll, tapi 'termarjinalkan' dalam
pengertian tidak diakui oleh negara2 Eropa, spt di Perancis misalnya
Mbak Fer,
Ini salah satu ide lagi buat bikin sinetron? :-D
Aku gak tau soal hidup dan kehidupan. Mungkin yg lebih 'senior' dlm
merasakan asam garamnya kehidupan (ceile..), lebih tau soal ini. Tapi
kalau boleh berpendapat, soal 'kesempatan' (mungkin ini bukan kata yg
tepat :P) yg datang di hadapan
Mas Radityo,
Ya tergantung darimana anda melihat :-) Buat milis ini, Islam bukan
eksklusif milik ummat Islam. Lagian, ya gpp juga mereka jadi belajar
agama Islam. Itu point pertama. Isu perempuan, misalnya. Bukan milik
eksklusif perempuan. Laki2 yg berinteraksi dng perempuan (emang laki2
Eh maap, salah panggil.
Harusnya, mas Rudyanto :-)
Pusing aku, ngapalin nama-nama, hehehe.
Sekali lagi, mohon maaf ya.
wassalam,
herni
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Mas Radityo,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Rudyanto Arief
Mbak Lina,
Ya jelas dlm komunitas yg sama sekalipun ada perbedaan. Karena lagi
ngomongin Islam di Eropa, ada yg tidak membolehkan perempuan masuk
mesjid, ada yg boleh. Itu aja udah beda. Ada yg menganggap jilbab itu
sbg suatu kewajiban (sampai2 kalau tidak memakai, bisa dijadikan satu
alasan utk
Rule of Law-nya dimana, mbak Mia? Kebebasan itu pada dasarnya dipagari
oleh RoL, bill of rights, penghargaan terhadap kaum minoritas. Pada
titik tertentu, pagar-pagar ini disepakati oleh masyarakat tersebut..
utk secara sosial memutuskan mana yg dianggap 'kita' dan 'bukan kita'.
Menurut saya, ini
Pak Ilham,
Justru tulisan anda merupakan contoh terbaik dari apa yg dikemukakan
oleh mbak Mia :-)
Mungkin bapak lagi sibuk2nya mendirikan PT dan mau sekolah S3 lagi di
Jerman ya, shg tidak membaca postingan secara menyeluruh... jadinya,
tidak melihat ini sebagai lelucon, bahwa JIL yang dimaksud
Maap ya, mas Ilham yg lama tinggal di Jerman dan sudah mau S3,
Kok kayanya argumentasinya tidak nyambung dng argumentasinya mas Ambon
deh, dimana mas Ambon sudah bicara soal 'perbudakan' dlm arti klasik
dan perbudakan jenis baru/terselubung..
Mungkin alangkah lebih baiknya bila mas Ilham yg
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
mungkin. tapi kalo ibu bisa bantu saya, saya berterima kasih ...
Pergi ke web milis ini. Tinggal cari di bagian search aja, pak..:-)
logika saya adalah: [1] poligini (sekali lagi, maaf, islam menolak
poligami yang
Saya justru yg astagfirullah sama bapak kok bapak bilang Astagfirullah
sama Mbak Lina ketika mbak kita yg satu ini bicara soal pemberdayaan
perempuan. Kyai yg 'lurus' [kalau dia memang kyai.. dan kalau dia
memang lurus..:P] harusnya sih gak kebakaran jenggot gitu pak [itupun
kalau kyainya punya
Pak sutiyoso,
Pertama, konteksnya tidak tepat. Yg bapak bicarakan adalah
'cobaan/ujian' dlm level pribadi... yg memang mengandung ibroh/hikmah.
Sementara yg saya bicarakan sebelumnya bahwa 'dunia pada kenyataan
tidak indah' adalah dalam pengertian merujuk pada perlunya
sistem/mekanisme
Mbak Fer,
Kalau besar di keluarga yg penuh 'konflik', cuma ada 2 pilihan.
Pertama, tenggelam dlm konflik lengkap dng segala pelampiasan
(negatif)nya dan berakhir dng more misery karena semua pelampiasan itu
tidak ada gunanya hanya nambah merusak diri sendiri. Atauuu, timbul
rasa tekad di hati
Bapak sudah liat RUU nya kah? Atau sudah baca debat mengenai hal itu?
Coba browsing saja di sini, karena topik ini sudah lama dibicarakan di
milis ini. Kita bisa berdebat hebat soal kaitan antara sebuah produk
perUUan dng dampaknya thd penanganan suatu masalah sosial. Komnas
Perempuan, koalisi
Yg nomor satu, tanya mas dwi aja..:-)
Nomor dua itu soal pendekatan, mbak. Itu yg dinamakan pendekatan woman
in development (WID). Kuncinya pemberdayaan perempuan. Tapi pada
kenyataannya, tidak berlaku efektif karena sama saja memasukkan
perempuan ke dalam sistem yg tidak seimbang. Dalam hal
You missed the point (again). Jangan naiflah, pak.
Dunia pada kenyataannya tidak seindah itu. Yg nikah belum tentu
melindungi anak atau sekedar memiliki 'sense' utk melindungi anak..:-)
Sama seperti halnya, ketentuan yg 'Islami' tidak bisa jalan dng
sendirinya sehingga pengikutnya pasti akan
Lha, dari kemarin para feminis kan sudah angkat bicara. Contohnya, Mas
donny kan udah mewakili para 'feminis' dlm soal ini :-) [orang kan
cenderung melabeli orang lain, hehehehe...] Feminis dlm konteks tema
milis ini kan bicara perempuan dan perempuan bicara. Yg 'feminis'
laki2 dan perempuannya
Pak Satriyo,
Mbak Ferona punya point juga. Kalau memang anda menentang Playboy dan
sejenisnya dlm konteks menjaga 'moralitas' masyarakat, kenapa tidak
membaca Playboy? Sekalian melakukan riset media, discourse analysis
dari teks2 yg ada di media bla bla bla? :-) Sehingga pemikirannya gak
kentang
Mbak Mia,
Bener juga sih, resensi emang kudu dibayar, entah dng uang, nilai
atau...pahala :-)) Jadi inget temen yg kerjanya meresensi buku mulu.
Honor hasil resensinya dibelikan buku lagi. Begitulah cara dia
memanage utk membeli buku2nya selama ini. Kemarin dia nawarin utk
mulai mengikuti caranya
Pelemnya diresensi aja, mbak... terus posting disini :-) Aku ya mulai
mabok nonton pelem. Term lalu, 6 pelem, term sekarang 12 pelem. Belum
pelem2 utk hal yg lainnya. Pertamanya sih enak, lama2 eneg :-)) hehehe
just kidding :-)
Speaking of whale, maksudnya ikan paus :-) eh kemarin ada bottleneck
Yg namanya 'perjanjian' atau 'kesepakatan' ya baru berhasil bila
masing2 pihak menjalankan hak kewajibannya. Jadi mungkin, bisa
berlaku bila prasyarat tsb terpenuhi. Yg belum dijawab dari dulu
adalah bagaimana bila itu tidak terpenuhi?
Kedua, alasan ini bisa dipakai oleh para poligamers dan
http://mukhotibmd.easyjournal.com/entry.aspx?eid=2467285
Gerakan Perempuan: Dari Layanan ke Gerakan
Ibarat sebuah perjalanan, gerakan perempuan Indonesia sudah menempuh
jarak yang cukup jauh dan panjang. Mengalami masa pasang, dan terjebak
dalam kesurutan. Tenggelam atau ditenggelamkan.
Mbak Aisha,
Kalau tidak salah, duluuu saya pernah posting resep nasi goreng kunyit
ini di WM. Sebenarnya, utk membuatnya terasa gurih, bisa menggunakan
kemiri. Jadi, bumbunya adalah bawang putih, kemiri dan kunyit yg
ditumbuk. Lebih enak lagi bila ditambahkan ikan asin, atau
menggorengnya dng
Kalau merujuk ke jurnal srinthil, poliandri sebenarnya dipraktekan
juga di Indonesia dan gak harus selalu bertujuan utk reproduksi atau
seleksi sperma. Mereka memiliki semacam makelaar yg mengatur
jadwal/giliran para suami. Dan tidak sembarangan laki2 bisa
berhubungan seks dng perempuan itu. Wong
Tanggapannya dirapel ya,
1. Rapat di DPR.
Bedakan antara terbuka, tertutup dan rahasia. Terbuka/tertutup itu
kaitannya sama kebolehan menghadiri rapat Sementara utk hal boleh gak
membocorkan hasil rapat, itu bicara soal rahasia. [lihat kutipan di
bawah email ini soal sifat rapat DPR].
2.
Mas Ary,
Mungkin bisa dilihat dari dokumen2 (notulensi rapat2) di DPR.
Soal indikator penilaian, menarik juga. Mungkin masukan juga bagi
partai lainnya mengenai hal ini. Dua parameter Daniel Dhakidae
--kepekaan politik dan kemampuan teknis-- saya rasa bisa dibelejetin
lebih jauh dan dijadikan
Eh, ada Si soegardi :-)) Si Soegardi kemana aja lama gak nongol? :-)
Ente lama gak nongol, fans nambah satu tuh :-))
Mas dwi ini paling sabar lhooo, paling cool, paling ngerti teknologi
internet khususnya per-milis-an (setidaknya dibandingkan gue :P), lha
makhluk baek gini kok ya dicela-cela :-))
Mbak Mei,
Kalau diobrolan sesama teman, terutama di jomblo-ers, ada
perdebatan/wacana abadi soal ada gak pure friendship antara laki2 dan
perempuan. Mayoritas berpendapat, gak mungkin! Pasti ada apa2nya,
meskipun sebatas 'selingkuh hati' :-)) Dan lazim juga, mereka yg udah
nikah biasanya gak bisa
Yg refot di DPR itu kalau suatu rapat dinyatakan terbuka/tertutup.
Parameter utk menentukan 'terbuka/tertutupnya' suatu rapat itu sendiri
gak jelas. Sementara utk aturan hukumnya, itu pentingnya RUU Kebebasan
Memperoleh Informasi Publik :-) Inisiatifnya sudah sejak lama,
akhirnya masuk prioritas
Bang Yos,
Mungkin datanya perlu dirinci lagi. Yg pergi keluar negeri sekolah,
self-payment atau beasiswa? :-) Banyak teman2 sini yg mendapat
beasiswa malah makin erat hubungan mereka dng pasangannya. Mereka
saling mengerti, pasangannya keluar negeri utk menggapai cita2 dan asa
mereka berdua. Gak
Setau saya, DPR beberapa bulan yg lalu memiliki 23 drafter muda yg
potensial. Ini dimanfaatkan apa tidak? :-) Kalau tidak salah, mereka2
ini juga bekerja dlm fasilitas yg terbatas, komputer pun harus
sharing. Senada dng mas ary, pertanyaannya kenapa dana tsb tidak
digunakan utk mendukung kerja
Mbak Mei,
Tapi itu jadi stereotype-nya perempuan berjilbab terutama di mata
orang asing. Jadi kalau ada perempuan berjilbab datang, salaman sama
laki2, menyapa dng ramah ngobrol ini itu, ya mereka heran juga :-) Ini
makhluk muslimah kok ya begini. Diluar sterotype. Jadi serba salah,
bukan? Masa
Orang filsafat kalo nulis suka nyeleneh, lucu dan enak dibaca.
Referensinya pun cukup baik.
=herni
http://kompas.com/kompas-cetak/0512/28/opini/2318434.htm
Rabu, 28 Desember 2005
Demokratisasi Kuping
Budiarto Danujaya
Demokratisasi kita sekarang rupanya baru sampai mulut belum sampai
Mas Ary,
Menarik sekali bicara soal uang :-) Kalau di DPR, orang2 suka ribut
bicara kualitas produk dan kinerja DPR serta mentalitas mereka tapi
suka luput bicara soal (independensi) anggaran DPR. Kalaupun bicara
soal uang, umumnya lari ke persoalan berapa jumlah uang yg dihabiskan
DPR utk studi
Sss, pak ustadz bilang:
Gak boleh ghibah :-))
wassalam,
herni
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
wrote:
1. Konfirmasinya gak usah jauh jauh
Anak kedua wiranto ini mantan anak FEUI jurusan manajemen 96, tahun 97
dia pindah ke fakultas hukum UI.
Jadi
Jangan tanya saya, justru saya mau nanya :-) Lha, katanya disini ada
beberapa aktivis maupun simpatisan partai tertentu. Apakah ini juga
dibahas? Atau lebih difokuskan pada kisah kehebatan orang2 partai yg
'bermoral' saja? Atau kita harus berpikir lebih jauh dari itu?
Selama ini orang cenderung
Ir. Ridha Salamah: Wacana Kesetaraan Gender Gagal Angkat Harkat
Martabat Perempuan
23/12/2005 11:04 WIB
eramuslim - Isu kesetaraan gender dan femenisme sampai saat ini terus
dikampanyekan oleh sebagian kalangan Muslim. Mereka menggugat peran
Muslimah yang terkesan hanya pada wilayah domestik.
Lha kan katanya agamamu ya agamamu, agamaku ya agamaku. Ngutip surat
al-kafiruun pula. Kasih selamat ya kasih selamat aja, mbak. Kalo
ditambahin unsur nyindir, wah saya gak tau deh. Menurut mbak gimana,
etis gak? :-) Ya dibalikin ke niatnya aja lagi, mau ngasih selamat dlm
kerangka menjaga
Joke soal yesus, joke soal Muhammad, ya emang banyak. Dulu waktu
pengajian kelas di SMA, lha yg ngasih pengajian malah cerita joke soal
yesus :-)
Buat saya simple, karena ya emang saya nganggepnya sekedar selamat
aja. Mau sambil joke, ya bener kata mas Ary, liat2 dulu orangnya. Kalo
saya pribadi,
Ngeri bener bahasannya, 'fatwa mati' :-) Kadang2 saya suka mikir,
mungkinkah dlm kondisi yg tidak normal masih bisa seperti itu?
Maksudnya, kalo dlm situasi yg tidak normal, semisal perang atau
konflik (yg keliatannya konflik agama padahal bukan) masih bisa
begitu, karena seringkali itu jadinya
Lha iya, saya sepakat mas Ariel bhw kepekaan politik jenis spt itu
perlu dikampanyekan di dalam DPRnya sendiri. Ini lho, ada anggota DPR
yg bisa kok menolak itu didalam sistem, yg bisa cuma naik vespa
bututnya ke DPR, menolak mobil volvo dinas :-) Tapi mungkiin akan
berbeda kalo penilaiannya
301 - 400 dari 507 matches
Mail list logo